Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KEGIATAN

MINI PROJECT

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN


KESEHATAN CATIN

DISUSUN OLEH:
dr. Yulianto Oeibowo

PEMBIMBING:
dr. Rizaul Falah
NIP. 19810609200604 1 017

UPT PUSKESMAS SIDAYU


KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PERIODE FEBRUARI 2019 - FEBRUARI 2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Mini Project

Program Internsip Dokter Indonesia

UPT Puskesmas Sidayu

“HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN


KESEHATAN CATIN”

OLEH:

dr. Yulianto Oeibowo

Mengesahkan,

Kepala UPT Puskesmas Sidayu

dr. Rizaul Falah

NIP. 19810609200604 1 017

2
KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan tugas Mini Project sebagai syarat menjalani Program
Internsip Dokter Indonesia dengan Judul “Hubungan Tingkat Pendidikan dengan
Pengetahuan Kesehatan Catin”
Laporan ini disusun berdasarkan pada teori-teori dan literatur yang telah
kami dapatkan dari buku pedoman, jurnal penelitian, review jurnal, serta materi-
materi, juga dari pengalaman lapangan yang sudah dijalani oleh para kader. Tak
lupa penulis sampaikan terimakasih kepada UPT Puskesmas Sidayu selaku
wahana program internsip, Kepala Puskesmas Sidayu dr. Rizaul Falah selaku
pembimbing, Bu Farida sebagai pemegang program Catin atas segala dukungan
moril maupun materiil sehingga acara Mini Project berjalan lancar dan
tersusunnya laporan ini.
Penulis menyadari, dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun. Penulis berharap, semoga laporan ini
bermanfaat.

Gresik, 30 Januari 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................2
KATA PENGANTAR......................................................................................................3
DAFTAR ISI....................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Masalah............................................................................................................3
1.3 Tujuan.............................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................................................3
1.4 Manfaat............................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................1
2.1 Program Kesehatan Ibu dan Anak................................................................1
2.1.1 Definisi Program KIA.....................................................................................1
2.1.2 Tujuan Program KIA.........................................................................................1
2.10 Pengetahuan......................................................................................................15
2.2 Pengertian pengetahuan...............................................................................15
2.3 Sumber pengetahuan....................................................................................16
2.10.3 Tingkat pengetahuan................................................................................17
2.10.4 Faktor yang memengaruhi perkembangan pengetahuan......................18
2.10.5 Pengukuran tingkat pengetahuan...........................................................19
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL.......................................................................21
3.1 Kerangka Konseptual.......................................................................................21
3.2 Hipotesis.............................................................................................................21
BAB IV METODE.........................................................................................................22
4.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan.....................................................................22
4.2 Jenis Metode......................................................................................................22
4.3 Sasaran...............................................................................................................22
4.4 Media..................................................................................................................22

4
BAB V HASIL PENELITIAN.......................................................................................23
5.1 Karakteristik Calon Pengantin........................................................................23
5.2 Hasil Uji Statistik..............................................................................................32
5.3 Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden...................................................33
BAB VI PENUTUP........................................................................................................34
6.1 Kesimpulan........................................................................................................34
6.2 Saran..................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................35

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelas calon pengantin adalah pemberian bekal pengetahuan kesehatan
reproduksi, upaya menjaga kesehatan ibu saat hamil, melahirkan, pentingnya
program keluarga berencana (KB). Pernikahan tidak hanya mempersatukan
dua hati yang memiliki perasaan dan tujuan hidup yang sama,
namunumumnya juga bertujuan untuk menghasilkan keturunan sebagai
pewaris pasangan.
Pernikahan di Indonesia di izinkan jika pihak pria sudah mencapai 19
Tahun dengan pihak wanita sudah mencapai 16 tahun. Pemeriksaan kesehatan
pranikah penting untuk mengetahui kondisi pasangan serta proyeksi masa
depan pernikahan, terutama berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi
(fertilisasi) dan genetika (keturunan) juga untuk memperoleh kesiapan mental
juga untuk memperoleh mental karena masing-masing mengetahui benar
kondisi kesehatan calon pasangan hidup masing-masing
Oleh karena itu,pemeriksaan kesehatan sebelum pernikahan lebih
ditujukan untuk persiapan menghasilkan keturunan yangsehat sejahtera.
Pemeriksaan kespro juga berfungsi untuk menciptakan hubungan pernikahan
yang aman,artinya bebas dari infeksi yang mungkin dibawa oleh salah satu
atau kedua pasangan, dan menjagakerhamonisan rumah tangga yang akan
dibina kelak.
Idealnya pemeriksaan kesehatan pranikah dilakukan enam bulan
sebelum menikah. Namun ukuran idealnya itu bersifat fleksible, artinya
kesehatan pranikah dapat dilakukan kapanpun selama pernikahan belum
berlangsung. Dalam tinjauan medis, aspek-aspek yang perlu diperhatikan
terkait kesehatan reproduksi. Apakah calon pasutri memiliki potensi genetik
penyakit tertentu misalkan diabetes melitus, thalasemia minor/mayor,
hemofilia, asma, risiko keganasan dalam keluarga
1. Resiko penyakit seksual menular. Misal faktor pekerjaan, pola hubungan
seksual, dll

1
2. Kondisi medis saat ini. Sakit yang dialami, obat-obatan yang dikonsumsi,
obesitas, dll.
3. Status imunologis. Riwayat imunisasi.
4. Usia pasutri. Kesiapan memiliki keturunan.
5. Kebiasaan. Rokok, alkohol, dll.
Kesehatan ibu dan anak (KIA) saat ini merupakan masalah kesehatan
serius. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan suatu negara. Menurut WHO (2019) pada tahun
2017, setiap hari didapatkan kematian ibu sebesar 810 kasus dikarenakan
komplikasi pada kehamilan atau persalinan. Sedangkan di indonesia,
menurut Kemenkes (2015) didapatkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar
305 pada tahun 2015.
Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek penting untuk
diperhatikan dalam siklus kehidupan seorang perempuan karena bahaya
komplikasi dalam kehamilan yang senantiasa mengancam. Berbagai macam
penyebab kematian ibu ini dapat diminimalisir dengan asuhan ante natal care
yang baik, dan informasi yang baik akan pentingnya kesehatan seorang ibu
bahkan sebelum menikah. Oleh karena itu setiap ibu hamil berhak mendapat
asuhan pada masa kehamilannya. Kematian ibu dapat disebabkan berbagai
macam hal di antaranya oleh karena hipertensi, anemia, perdarahan, abortus,
dan penyebab lain. Terdapat masalah lain dalam kehamilan seperti KEK
(Kekurangan Energi Kronis).
Menurut Kemenkes (2010), Kematian ibu disebabkan oleh
perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklampsia), infeksi,
persalinan macet dan komplikasi keguguran. Sedangkan penyebab langsung
kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kekurangan
oksigen (asfiksia). Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru lahir
adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan
budaya. Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap
ikut memperberat permasalahan ini. Beberapa hal tersebut mengakibatkan
kondisi 3 terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di
tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan

2
4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak
kelahiran)
KEK atau kekurangan energi kronis merupakan keadaan di mana
status gizi seseorang buruk dalam jangka waktu lama yang berlangsung
secara menahun (Rahmaniar et al, 2011). Depkes (2002) menyatakan bahwa
kurang energi kronis pada kehamilan memberi banyak dampak negatif pada
ibu hamil serta pada janin yang dikandung. Salah satu dampak negatif yang
menonjol adalah resiko kematian ibu saat melahirkan dan bayi dengan berat
badan rendah. Ibu hamil dengan menderita KEK dan anemia mempunyai
resiko kesakitan lebih besar terutama trimester III kehamilan dibandingkan
dengan ibu normal. Akibatnya mereka mempunyai resiko lebih besar untuk
melahirkan bayi BBLR, kematian saat persalinan, perdarahan, dan pasca
persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan
kesehatan. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu
meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga berakibat pada
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan
1.2 Masalah
 Kurangnya penndampingan terhadap masyarakat calon pengantin akan
pentingnya menjaga kesehatan ibu dan anak saat kehamilan
 Kurangnya pengetahuan masyarakat calon pengantin akan kesehatan calon
pengantin dan calon bayi

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari mini project ini adalah untuk meningkat


pengetahuan masyarakat tentang program catin agar menekan angka
kesakitan ibu, serta semua calon pengantin dapat mengetahui persiapan
menikah.

1.3.2 Tujuan Khusus

3
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Merencakan program – program yang dapa mendukung program


catin di puskemas Sidayu
2. Meningkatkan angka partisipasi masyarakat dalam program catin
3. Mengetahui pemeriksaan apa saja yang dibutuhkan
4. Mengetahui kehamilan yang sehat
5. Mengetahui tentang penggunaan KB

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Masyarakat

- Meningkatkan kesadaran dan wawasan masyarakat calon pengantin akan


pentingnya menjaga kesehatan calon pengantin maupun calon bayi.

4
1.4.2 Bagi Puskesmas

- Sebagai salah satu langkah meningkat partisipasi masyarakat dalam


program ini
- Sebagai salah satu langkah usaha menurunkan angka kematian ibu dan
bayi

1.4.3 Bagi Penullis

- Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama masa pendidikan


kedalam masyarakat
- Menambah pengetahuan dan pengalaman di bidang kesehatan masyarakat

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Kesehatan Ibu dan Anak


2.1.1 Definisi Program KIA

Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan


yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan
masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat
darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem
kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan
untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi
(telepon genggam, telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan
pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula
pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta
menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di
taman kanak-kanak

2.1.2 Tujuan Program KIA


Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang
optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan
bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Tujuan khusus dari program ini adalah :
a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan
perilaku), dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan
menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan
kesehatan keluarga dan masyarakat sekitarnya.

1
b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak
prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat.
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita,
ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu meneteki.
d. Meningkatnyan mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu meneteki, bayi dan anak balita.
Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga
dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu,
balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu
dan keluarganya.

2.2 Anemia dalam Kehamilan

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu,


baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya.
Penyulit penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran
(abortus), kelahiran prematurs, persalinan yang lama akibat kelelahan otot
rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan
karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat
bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang berat dapat menyebabkan
dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan
kematian ibu dalam persalinan (Wiknjosastro, 2009)

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar


hemoglobin di bawah 11gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr %
pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita
tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, nilai batas tersebut dan perbedaannya
dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena hemodelusi, terutama pada
trimester 2 (Cunningham. F, 2005). Anemia yang paling sering dijumpai dalam
kehamilan adalah anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan
unsur besi dalam makanan. Gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat
besi atau karena terlampau banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh,
misalnya pada perdarahan. Wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg perhari
2
atau 2 kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil. Jarak kehamilan sangat
berpengaruh terhadap kejadian anemia saat kehamilan. Kehamilan yang
berulang dalam waktu singkat akan menguras cadangan zat besi ibu.
Pengaturan jarak kehamilan yang baik minimal dua tahun menjadi penting
untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima janin kembali
tanpa harus menghabiskan cadangan zat besinya (Mardliyanti, 2006).

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar


hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr %
pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita
tidak hamil, terjadi karena hemodulasi, terutama pada trimester 2
(Cunningham. F, 2005).

2.2.1 Penyebab Anemia

Beberapa penyebab anemia yaitu :

1. Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan.


2. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, terutama ibu hamil, masa
tumbuh kembang pada remaja, penyakit kronis, seperti tuberculosis dan
infeksi lainnya.
3. Perdarahan yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang, malaria, haid
yang berlebihan dan melahirkan

2.3 Kekurangan Energi Kronis (KEK

Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan


malnutrisi. Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi
(Helena, 2013).

Menurut Depkes RI (2002) menyatakan bahwa kurang energi kronis


merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang

3
berlangsung pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil. Kurang gizi
akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang
cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode
tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan)
muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik
disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup
atau makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk
mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukup, atau disebabkan
menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya

2.3.1 Etiologi

Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa


jenis zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh
kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang,
mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal
untuk diserap dan digunakan untuk tubuh (Helena, 2013)

Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin
yang dikandungnya yaitu meliputi:

a. Akibat KEK pada ibu hamil yaitu :

1) Terus menerus merasa letih

2) Kesemutan

3) Muka tampak pucat

4) Kesulitan sewaktu melahirkan

5) Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi,
sehingga bayi akan kekurangan air susu ibu pada waktu menyusui.

b. Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain :

1) Keguguran

4
2) Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir
rendah (BBLR)

3) Perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya


kecerdasaan anak kurang, bayi lahir sebelum waktunya (Prematur) 4)
Kematian bayi (Helena, 2013)

2.4 Lingkar Lengan Atas

Jenis antropometri yang digunakan untuk mengukur resiko KEK


kronis pada wanita usia subur (WUS) / ibu hamil adalah lingkar lengan atas
(LILA). Sasarannya adalah wanita pada usia 15 sampai 45 tahun yang terdiri
dari remaja, ibu hamil, menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Ambang
batas LILA WUS dengan resiko KEK adalah 23,5 cm. Apabila LILA kurang
dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan
diperkirakan akan melahirkan BBLR (Supriasa, 2002)

Cara mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) dengan


menggunakan pengukuran LILA adalah :

1. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) LILA adalah suatu cara


untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) wanita usia
subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan
untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.

2. Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan


sentimeter, dengan batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih).
Apabila tidak tersedia pita LILA dapat digunakan pita sentimeter/metlin
yang biasa dipakai penjahit pakaian. Apabila ukuran LILA kurang dari
23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya remaja putri mempunyai
resiko KEK. Bila remaja putri menderita resiko KEK segera dirujuk ke
Puskesmas/sarana kesehatan lain untuk mengetahui apakah remaja putri
tersebut menderita KEK dengan mengukur IMT. Selain itu remaja putri
tersebut harus meningkatkan konsumsi makanan yang beraneka ragam
(Supriasa, 2002)

5
2.5 Gizi pada Ibu Hamil

Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar adalah sebagai berikut :

a. Asam folat
Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam folat pada masa pre dan
perikonsepsi menurunkan resiko kerusakan otak, kelainan neural, spina
bifida dan anensepalus, baik pada ibu hamil yang normal maupun
beresiko. Pemberian suplemen asam folat dimulai dari 2 bulan sebelum
konsepsi dan berlanjut hingga 3 bulan pertama kehamilan
b. Energi
Diet pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi protein saja tetapi
pada susunan gizi seimbang energy juga protein. Hal ini juga efektif untuk
menurunkan kejadian BBLR dan kematian perinatal. Kebutuhan energy
ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh kembang janin dan
perubahan pada tubuh ibu
c. Protein
Pembentukan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu dibutukan
protein sebesa 910 gram dalam 6 bullan terakhir kehamilan. Dibutuhkan
tambahan 12 gram protein sehari untuk ibu hamil.
d. Zat Besi
Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin adalah
untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sinesa
darah otot. Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan
kebutuhan zat besi. Jumlah zat besi yang diperlukan ibu untuk mencegah
anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg
e. Kalsium
Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu hamil
adalah sebesar 500 mg sehari
f. Vitamin D
Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok beresiko
penyakit seksual dan di negara dengan musim dingin yang panjang

2.6 Penilaian Status Gizi Ibu Hamil


6
1. BMI ( Body Mass Index)
Berat badan dilihat dari quatelet atau body massa index (Index Masa
Tubuh = IMT) Ibu hamil dengan berat badan dibawah normal sering
dihubungkan dengan abnormalitas kehamilan, berat bada lahir rendah.
Sedangkan berat badan overweight meningkatkan resiko atau komplikasi
dalam kehamilan seperti hipertensi, janin besar sehingga terjadi kesulitan
dalam persalinan

2. Ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)


Standar minimal untuk ukuran lingkar lengan atas pada wanita dewasa
adalah 23,5 cm. Jika ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka
interprestasinya adalah Kurang Energi Kronis (KEK)

3. Kadar Hemoglobin (HB)


Ibu hamil yang mempunyai Hb kurang dari 10,0 akan mengalami anemia.
(Kusmiyati, 2008)

2.7 Penyakit Menular Seksual

2.7.1 Definisi Penyakit Menular Seksual

Penyakit Kelamin (veneral disease) sudah lama dikenal di Indonesia.


Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan istilah tersebut sudah tidak
digunakan lagi dan dirubah menjadi Sexually Transmitted Disease (STD) atau
Penyakit Menular Seksual (PMS). Sejak tahun 1998, istilah STD berubah
menjadi Sexually Transmitted Infection (STI) agar dapat menjangkau penderita
asimptomatik (Daili et al., 2011). Infeksi menular seksual adalah infeksi yang
ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui hubungan seksual (Gross &
Tyring, 2011). Meskipun demikian tidak berarti bahwa semuanya harus
melalui hubungan kelamin, tetapi beberapa ada juga yang ditularkan melalui
kontak langsung dengan alat-alat, handuk termometer dan sebagainya. Selain
itu penyakit ini juga dapat ditularkan kepada bayi dalam kandungan (Djuanda,
2011)

7
Remaja dan dewasa muda usia (15-24 tahun) hanya merupakan 25%
dari keseluruhan populasi yang aktif berhubungan seksual namun mewakili
hampir 50% kasus baru IMS. Wanita usia 10 muda paling beresiko tertular
PMS karena para wanita remaja dan dewasa muda lebih mudah terpengaruh
secara tidak proporsional. Mereka lebih sering terlibat dalam perilaku seksual
beresiko, merasa tidak nyaman membicarakan seksual yang aman dengan
pasangan atau meminta pasangan menggunakan kondom serta kurang percaya
diri menolak hubungan seksual yang tidak aman. Selain itu anatomi organ
reproduksi dari kelompok usia ini belum berkembang secara sempurna
sehingga rentan terhadap IMS (Gross & Tyring, 2011)

2.7.2 Jenis – Jenis Penyakit Menular Seksual

Beberapa jenis penyakit menular seksual di antaranya adalah

1. Gonorrhea
Gonore mencakup semua penyakit yag disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae (Daili et al., 2011). Neisseria gonorrhoeae
adalah diplokokus gram negatif, obligat patogen manusia yang biasanya
berdiam dalam uretra, serviks, faring atau saluran anus wanita. Infeksi
terutama mengenai epitel kolumner atau transisionel saluran kemih dan
kelamin. Gonore bersama IMS lain memfasilitasi transmisi dari human
immunodeficiency virus (HIV) (Benson, 2008; Gross & Tyring, 2011).
Gambaran klinis pada wanita dapat asimptomatik, kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri pada panggul bawah. Pada umumnya wanita
datang berobat kalau sudah ada komplikasi (Daili et al., 2011).
2. Sifilis
Sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh spirokaeta
Treponema pallidum, merupakan penyakit kronik dan bersifat sistemik,
selama perjalanan penyakit dapat menyerang seluruh organ tubuh, ada
masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan dapat ditularkan kepada
bayi di dalam kandungan. Periode inkubasi sifilis biasanya 3 minggu.
Fase sifilis primer ditandai dengan munculnya tukak baik tunggal
maupun multipel. Lesi awal biasanya berupa papul yang mengalami
8
erosi, teraba keras dan terdapat indurasi. Permukaan dapat tertutup
krusta dan terjadi ulserasi. Bagian 12 yang mengelilingi lesi meninggi
dan keras. Infeksi juga dapat terjadi tanpa ditemukannya chancer (ulkus
durum) yang jelas, misalnya kalau infeksi terjadi di rektum atau serviks.
Tanpa diberi pengobatan, lesi primer akan sembuh spontan dalam
waktu 4 hingga 6 minggu
Sepertiga dari kasus yang tidak diobati mengalami stadium
generalisata (sekunder). Timbul ruam makulo papuler bisanya pada
telapak tangan dan telapak kaki diikuti dengan limfadenopati. Erupsi
sekunder ini merupakan gejala klasik dari sifilis yang akan menghilang
secara spontan dalam beberapa minggu atau sampai dua belas bulan
kemudian. Sifilis sekunder dapat timbul berupa ruam pada kulit, selaput
lendir dan organ tubuh dan dapat disertai demam dan malaise. Pada
kulit kepala dijumpai alopesia yang disebut moth-eaten alopecia yang
dimulai di daerah oksipital. Penularan dapat terjadi jika ada lesi
mukokutaneus yang basah pada penderita sifilis primer dan sekunder.
Penderita stadium erupsi sekunder ini, sepertiga dari mereka yang tidak
diobati akan masuk kedalam fase laten
Fase laten merupakan stadium sifilis tanpa gejala klinis namun
dengan pemeriksaan serologis yang reaktif. Akan tetapi bukan berarti
perjalanan penyakit akan berhenti pada tingkat ini, sebab dapat terjadi
sifilis stadium lanjut 13 berbentuk gumma, kelainan susunan syaraf
pusat dan kardiovaskuler (Daili et al., 2011)
3. Infeksi chlamydia
Chlamydia trachomatis adalah mikroorganisme intraseluler
obligat dengan dinding sel yang menyerupai bakteri gram negatif.
Tanda-tanda dan gejala yang terjadi cenderung terlokalisit di tempat
yang terinfeksi misalnya mata atau saluran genital tanpa adanya invasi
ke jaringan dalam (Benson, 2009). Pada wanita gejalanya adalah
terdapat duh dari vagina, disuria, perdarahan postcoital atau
intermenstrual, sakit pada abdomen bawah, atau simptom lain dari

9
uretritis, servisitis, salpingitis, epididymitis atau konjungtivitis
(Handsfield, 2011)
4. candidiasis
Kandidiasis adalah infeksi yeast yang disebabkan oleh jamur
Candida albicans. Candida albicans merupakan bakteri yang umum
terdapat pada vagina. Pertumbuhan yang berlebihan dapat
menimbulkan gejala peradangan, gatal dan perih di daerah kemaluan.
Juga terdapat keluarnya cairan vagina yang menyerupai bubur (James,
Berger, & Elston, 2006). Kandidiasis dapat ditularkan secara seksual
seperti bola pingpong antar pasangan seks, sehingga dua pasangan
harus diobati secara simultan. Kandidiasis pada pria biasanya berupa
kemerahan dan iritasi pada glans di bawah preputium pada yang tidak
disirkumsisi. Disertai rasa gatal ringan sampai rasa panas hebat (Daili et
al., 2011)
5. Ulkus Mole
Ulkus Mole atau yang sering disebut chancroid (chancre
lunak) ,disebabkan oleh kuman batang gram negatif Haemophilus
ducreyi, dengan gejala klinis berupa ulkus pada tempat masuk dan
seringkali disertai supurasi kelenjar getah bening regional. Infeksi pada
wanita dimulai dengan lesi papula atau vesikopustuler pada perineum,
serviks atau 14 vagina 3-5 hari setelah terpapar. Lesi berkembang
selama 48- 72 jam menjadi ulkus dengan tepi tidak rata berbentuk
piring cawan yang sangat lunak. Beberapa ulkus dapat berkembang
menjadi satu kelompok. Discharge kental yang dihasilkan ulkus berbau
busuk atau infeksius (Benson, 2008; Djuanda, 2011)
6. Kondiloma akuminata
Kondiloma akuminata (KA) atau disebut juga venerel warts atau
Genital Warts disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV). Virus
masuk melalui mikrolesi pada kulit sehingga KA sering timbul pada
daerah yang mudah mengalami trauma pada saat hubungan seksual. KA
dapat berbentuk berjonjot-jontot seperti jari, lebih besar seperti
kembang kol, lebih kecil berbentuk papul dengan permukaan yang

10
halus dan licin, multipel tersebar secara diskret atau lesi terlihat sebagai
makula atau tidak terlihat dengan mata telanjang. Infeksi HPV juga
dihubungkan dengan terjadinya karsinoma serviks (Daili et al., 2011)
7. Herpes Genitalis
Herpes genitalis adalah infeksi pada genital yang disebabkan
oleh herpes simplex virus atau herpes virus hominis. Keluhan biasanya
didahului rasa terbakar dan gatal 15 didaerah lesi beberapa jam sebelum
timbulnya lesi setelah lesi muncul dapat disertai gejala seperti malaise,
demam dan nyeri otot. Lesi yang timbul berbentuk vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritem. Vesikel mudah pecah dan
menimbulkan erosi multipel. Bila ada infeksi sekunder akan terjadi
penyembuhan yang lebih lama dan menimbulkan infeksi parut (Daili et
al., 2011)
8. HIV & AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah sindrom
dengan gejala penyakit infeksi oportuninistik atau kanker tertentu
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi Human
Immunodefiency Virus (HIV) baik tipe 1 ataupun tipe 2. Human
Immunodefiency Virus ditularkan melalui perantara darah, semen dan
sekret vagina baik melalui hubungan seksual atau cara transmisi yang
lainnya. Penyakit IMS lainnya dapat meningkatkan risiko transmisi
HIV pada seseorang
Human Immunodefiency Virus menyerang sel yang memiliki
antigen permukaan CD4, terutama linfosit T4 yang memegang peranan
penting dalam mengatur dan mempertahankan sistemn kekebalan
tubuh. Virus juga dapat menginfeksi sel monosit dan makrofag, sel
Langerhans pada kulit, sel dendrit folikuler pada kelnjar limfe,
makrofag pada 16 alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel
mikroglia otak. Virus yang masuk ke dalam limfosit T4 selanjutnya
mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya
menghancurkan sel limfosit itu sendiri. Gen tat yang terdapat dalam
HIV dapat menyebabkan penghancuran limfosit T4 secara besar-

11
besaran yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi lumpuh.
Kelumpuhan sistem kekebalan tubuh ini mengakibatkan timbulnya
oportunistik dan keganasan yang merupakan gejala-gejala klinis AIDS
(Handsfield, 2011; Daili et al., 2011)
9. Trichomoniasis
Trichomoniasis atau trich adalah suatu infeksi vagina yang disebabkan
oleh suatu protozoa yang disebut Trichomonas vaginalis.
Trichomoniasis hampir semuanya ditularkan secara seksual. Penyakit
ini sering menyerang pada traktur urogenitalis bagian bawah pada
wanita maupun pria. Pada wanita sering asimptomatik, bila ada keluhan
berupa duh tubuh vagina yang banyak, berbau, bisa berwarna kuning,
hijau dan berbusa. Terdapat perasaan gatal dan terbakar di daerah
kemaluan, disertai dengan perasaan tidak enak di perut bawah. Sewaktu
bersetubuh atau kencing sering terasa agak nyeri di vagina
Variasi gambaran klinis tricomoniasis sangat luas, berbagai
kuman lain penyebab IMS dapat menimbulkan gejala yang sama
sehingga diagnosis hanya berdasar gambaran klinis tidak dapat
dipercaya. Pada wanita, diagnosis trikomoniasis ditegakkan setelah
ditemukannya T. vaginalis pada sediaan langsung atau pada biakan duh
tubuh penderita (Djuanda, 2011)

2.8 Kehamilan Resiko Tinggi

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan


terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik pada ibu maupun pada
janin dalam kandungan dan dapat menyebabkan kematian, kesakitan,
kecacatan, ketidak nyamanan dan ketidak puasan. Dengan demikian untuk
mengahadapi kehamilan atau janin risiko tinggi harus diambil sikap proaktif,
berencana dengan upaya promotif dan preventif. Sampai pada waktunya, harus
diambil sikap tepat dan cepat untuk menyelamatkan ibu dan bayinya atau
hanya dipilih ibunya saja. Keadaan yang dapat meningkatkan risiko kematian
ibu secara tidak langsung disebut sebagai faktor risiko, semakin banyak faktor
12
risiko yang ditemukan pada kehamilan maka semakin tinggi pula risikonya.
Komplikasi pada saat kehamilan dapat dikategorikan dalam risiko kehamilan,
sebanyak 90% penyebab kematian terjadi karena komplikasi obstetric yang
tidak terduga saat kehamilan, saat persalinan atau pasca persalinan dan 15%
kehamilan diperkirakan berisiko tinggi dan dapat membahayakan ibu dan janin

2.8.1 Faktor Kehamilan Resiko Tinggi

Terdapat beberapa faktor, di antaranya:

a. Kehamilan terlalu tua (>35 tahun) atau terlalu muda (<18 tahun)

Usia ibu merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan
kualitas kehamilan. Usia yang paling aman atau bisa dikatakan waktu
reproduksi sehat adalah antara umur 20 tahun sampai umur 30 tahun.
Penyulit pada kehamilan remaja salah satunya pre eklamsi lebih tinggi
dibandingkan waktu reproduksi sehat. Keadaan ini disebabkab belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan
kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin (Manuaba,
1998).

b. Kehamilan pertama setelah 3 tahun atau lebih pernikahan

c. Kehamilan kelima atau lebih

Paritas atau para adalah wanita yang pernah melahirkan dan di bagi
menjadi beberapa istilah :

1) Primipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak satu kali.

2) Multipara yaitu wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup


beberapa kali, di mana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali.

3) Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan janin aterm


lebih dari lima kali

13
d. Kehamilan dengan jarak antara di atas 5 tahun atau kurang dari 2 tahun

Pada kehamilan dengan jarak < 3 tahun keadaan endometrium


mengalami perubahan, perubahan ini berkaitan dengan persalinan
sebelumnya yaitu timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat
implantasi plasenta. Adanya kemunduran fungsi dan berkurangnya
vaskularisasi pada daerah endometrium pada bagian korpus uteri
mengakibatkan daerah tersebut kurang subur sehingga kehamilan dengan
jarak < 3 tahun dapat menimbulkan kelainan yang berhubungan dengan
letak dan keadaan plasenta

e. Tinggi badan ibu kurang dari 145cm dan belum pernah melahirkan

Wanita hamil yang mempunyai tinggi badan kurang dari 145 cm,
memiliki resiko tinggi mengalami persalinan secara premature, karena lebih
mungkin memiliki panggul yang sempit

f. Kehamilan dengan penyakit (hipertensi, diabetes, tiroid, jantung, paru, ginjal,


dan penyakit sistemik lain

Kondisi sebelum hamil seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit


ginjal atau lupus, akan meningkatkan risiko terkena preeklamsia. Kehamilan
dengan hipertensi esensial atau hipertensi yag telah ada sebelum kehamilan
dapat berlangsung sampai aterm tanpa gejala mejadi pre eklamsi tidak
murni. Penyakit gula atau diabetes mellitus dapat menimbulkan pre eklamsi
dan eklamsi begitu pula penyakit ginjal karena dapat meingkatkan tekanan
darah sehingga dapat menyebabkan pre eklamsi

g. Kehamilan dengan keadaan tertentu

Mioma uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa


kelainan letak bayidan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada
saat kontraksi rahim, pendarahan yang banyak setelah melahirkan dan
gangguan pelepasan plasenta, bahkan bisa menyebabkan keguguran.
Sebaliknya, kehamilan juga bisa berdampak memperparah Mioma Uteri.

14
Saat hamil, mioma uteri cenderung membesar, dan sering juga terjadi
perubahan dari tumor yang menyebabkan perdarahan dalam tumor sehingga
menimbulkan nyeri. Selain itu, selama kehamilan, tangkai tumor bisa
terputar

h. Kehamilan dengan anemia

Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing,


sesak nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua
keluhan tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang
menderita anemia pada masa kehamilan. Penyakit terjadi akibat rendahnya
kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung.Faktor yang
mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat
besi, infeksi, kekurangan asam folat dan kelainan haemoglobin. Anemia
dalam kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai hemoglobin di
bawah 11 gr% pada trimester satu dan tiga, atau kadar nilai hemoglobin
kurang dari 10,5 gr% pada trimester dua. Perbedaan nilai batas diatas
dihubungkan dengan kejadian hemodilusi

2.9 Alur Pelaksanaan KIE Calon Pengantin

Alur pelaksanaan KIE calon pengantin adalah sebagai berikut:

1. Calon pengantin datang ke KUA/gereja/parisada/vihara untuk mengurus


pernikahannya

2. Calon pengantin mengisi formulir N1, N2, dan N4 dari kelurahan/desa


yang membawahi tempat tinggal calon pengantin

3. Calon pengantin membawa surat pengantar yang diperoleh dari


KUA/gereja/parisada/vihara ke Puskesmas untuk mendapatkan surat
keterangan sehat dan imunisasi TT

4. Di puskesmas petugas kesehatan memberi pelayanan kesehatan, cek


golongan darah, KIE, dan imunisasi TT bila perlu

15
5. Calon pengantin kembali ke KUA/gereja/parisada/vihara dengan
membawa surat keterangan sehat dan status imunisasi TT

6. KUA akan mencatatkan pernikahan pasangan pengantin yang telah


menyerahkan formullir N1, N2, N4, surat keterangan sehat dan imunisasi
TT

7. Untuk pasangan calon pengantin di luar agama Islam, pencatatan


pernikahan sesuai aturan masing – masing agama

2.10 Pengetahuan
2.2 Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dari manusia, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

2.3 Sumber pengetahuan

Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama,


adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk
norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-
hari. Di dalam norma dan kaidah itu terkandung rasional dan empiris, tetapi sulit
untuk dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan,
dengan percaya secara bulat. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan
cenderung bersifat tetap (mapan) tetapi subjektif (Notoatmodjo, 2010).
Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas
kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh keperayaan. Pihak-pihak
pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orang
tua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apapun yang mereka
katakan, benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya
diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Kebanyakan orang telah
mempercayai mereka sebagai orang yang cukup berpengalaman dan

16
berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh jadi sumber pengetahuan ini
mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-
orang itu bisa dipercaya. Lebih dari itu terletak pada sejauh mana kesaksian
pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah teruji
kebenarannya. Jika kesaksian adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan
kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri (Notoatmodjo, 2010).
Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman
indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuan hidup sehari-hari. Dengan
mata, telinga, hidung, lidah dan kulit, orang bias menyaksikan secara langsung
dan bisa pula melakukan kegiatan hidup (Notoatmodjo, 2010).
Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal
pikiran bersifat rohani. Karena itu lingkup kemampuannya melebihi panca indera
yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis.
Kalau panca indera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis menurut sisi
tertentu, yang satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal pikiran mampu
menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal yang seragam dan
yang bersifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu akal pikiran
senantiasa bersifat meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai
pengetahuan semu dan menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran cenderung
memberikan pengetahuan lebih umum, objektif, dan pasti serta bersifat tetap,
tidak berubah-ubah (Notoatmodjo, 2010).
Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling
dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal
pikiran dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi
merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya tanpa melalui
sentuhan indera maupun pikiran. Ketika dengan serta-merta seseorang
memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang idak
jelas, maka ia berada di dalam pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian,
pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran
pengalaman indriawi maupun akal pikiran. Karena itu tidak bias berlaku umum,
hanya berlaku secara personal belaka (Notoatmodjo, 2010).

17
2.10.3 Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), ada 6 (enam) tingkat pengetahuan, yaitu:

a.Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu
ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c.Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi di sini diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang
lain.
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
e.Sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang

18
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
suatu formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian ini didasarkan pada suatu kreteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

2.10.4 Faktor yang memengaruhi perkembangan pengetahuan

Menurut Soekanto (2010), faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan


pendidikan adalah:

a. Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga
terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Tingkat pendidikan
menunjukkan korelasi positif dengan terjadinya perubahan perilaku positif
yang meningkat, dengan demikian pengetahuan juga meningkat.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang leih banyak
akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
c. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
d. Pengalaman

Suatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan


tentang sesuatu yang bersifat informal.

e. Sosial ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.


Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan menambah tingkat
pengetahuan.

19
f. Usia

Usia memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir


seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuannya yang diperolehnya
semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif
dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan
persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain
itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan waktu untuk
membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

2.10.5 Pengukuran tingkat pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilkukan dengan wawancara atau angket


yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden.

Pengukuran tingkat pengetahuan dengan menggunakan rumus:

Q
P= × 100 %
R

P: nilai pencapaian

Q: skor dalam menjawab angket

R: skor maksimal jika semua pertanyaan dijawab dengan benar.

Dalam pemberian skor, jawaban pertanyaan pengetahuan diberi skor 1


untuk jawaban benar/sesuai harapan dan diberi skor 0 untuk jawaban salah/tidak
sesuai harapan.

Hasil perhitungan kemudian dipresentasikan dalam beberapa kategori:

20
Baik : > 75%

Cukup : 56% - 75%

Kurang : < 56%

(Arikunto,2010)

21
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Faktor yang memengaruhi:

Tingkat pendidikan Informasi


Budaya
Pengalaman

Pengetahuan Ibu tentang


kesehatan pranikah

Keterangan : Diteliti
: Tidak diteliti

Tingkat pendidikan: berbagai pelajaran yang didapatkan seseorang khususnya


wanita yang nantinya akan menjadi seorang ibu ketika belajar di bangku
pendidikan akan sangat memengaruhi pola pikirnya sehingga ia akan lebih
mengerti tentang kesehatan pra nikah

3.2 Hipotesis
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan partisipasi program calon
pengantin.

22
BAB IV
METODE

4.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Hari/Tanggal : 31 Januari – 3 Febuari 2020

Waktu : Pk 08.00 – selesai

Tempat : Puskesmas Sidayu

Sasaran : Peserta Program Catin & Masyakat di Sidayu

4.2 Jenis Metode


Metode pelaksanaan yang digunakan pada kegiatan ini adalah:

a) Sosialisasi

Sosialisasi dan penyuluhan dilakukan untuk memperkenalkan tentang hal


yang perlu diperhatikan oleh masyarakat. Penyajian materi secara power
point serta diskusi tanya jawab di antara penyaji dan peserta

b) Kuisioner

Kusioner dibagikan pada masyrakat yang berkunjung ke puskemas Sidayu


pada tanggal 31 Januari 2020 – 3 Febuari 2020

4.3 Sasaran
Sasaran pada mini project ini adalah seluruh calon pengantin dan
masyrakat Sidayu di puskemas Sidayu

4.4 Media
Media yang digunakan pada mini project ini adalah

 Leaflet Kartu Calon Pengantin Sehat


 Power Point

23
BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Calon Pengantin

a. Umur Calon Pengantin


Tabel 1. Distribusi Frekuensi umur catin

Umur Catin
(tahun)
n %
< 21 tahun 6 18.75
21– 35 tahun 25 78.1
>35 tahun 1 3.15
Total 32 100

Berdasarkan tabel distribusi umur catin sebagian besar responden berusia


antara 21-35 tahun (78,1%) dan paling banyak berusia 21-29 tahun
sebanyak 13 responden, dengan usia termuda responden adalah 16 tahun
sebanyak 2 responden sedangkan umur tertua adalah 37 tahun sebanyak 1
responden.

b. Pendidikan calon pengantin


Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pendidikan calon pengantin

Catin
Pendidikan
n %
SD 4 12,5
SMP 9 28,125
SMA 17 53,125
PT 2 6,4
Total 32 100

24
Berdasarkan tabel distribusi pendidikan catin sebagian besar responden
telah tamat atau lulusan SMA (46,8%).

c. Jenis Kelamin
Tabel 3. Distribusi Frekuensi jenis kelamin

Catin
Jenis Kelamin
n %
Laki-laki 12 37,5
Perempuan 20 62,5
Total 32 100

Berdasarkan tabel distribusi jenis kelamin sebagian besar responden


adalah perempuan (62,5%).

d. Pengetahuan tentang program catin


Tabel 4. Distrubusi Pengetahuan tentang Program Catin

Catin
Jenis Kelamin
n %
Tahu 8 25
Tidak Tahu 24 75
Total 32 100

A. PENGETAHUAN CALON PENGANTIN

1. Distribusi Pengetahuan Responden Sebelum Penyuluhan dan


Pemberian Media Buku Kesehatan Reproduksi

1.1. Persiapan pra nikah


Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan
pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang

25
persiapan pra nikah. Responden kebanyakan menjawab tahu (56,25%)
sudah mengetahui tentang persiapan pra nikah.

Tabel 5. Pengetahuan tentang persiapan pra nikah

Pengetahuan tentang persiapan pra nikah n %

Tidak Tahu 14 43,75

Tahu 18 56,25

Total 32 100,0

1.2. Pemeriksaan fisik


Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan
pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang
pemeriksaan fisik. Sebagian besar responden menjawab tidak tahu
(78,125%) atau lebih dari 50 % responden tidak mengetahui tentang
pemeriksaan fisik.

Tabel 6. Pengetahuan tentang pemeriksaan fisik

Pengetahuan tentang pemeriksaan fisik n %

Tidak Tahu 25 78,125

Tahu 7 21,875

Total 32 100,0

1.3. Konsumsi zat besi


Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan
pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang
konsumsi zat besi. Sebagian besar responden menjawab tahu (62,5%)
atau lebih dari 50 % responden sudah mengetahui tentang konsumsi
zat besi.

Tabel 7. Pengetahuan tentang konsumsi zat besi

26
Pengetahuan tentang konsumsi zat besi n %

Tidak Tahu 12 37,5

Tahu 20 62,5

Total 32 100,0

1.4. Suntik TT
Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan
pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang suntik
TT. Sebagian besar responden menjawab tahu (75%) atau lebih dari
50 % responden sudah mengetahui tentang suntik TT.

Tabel 8. Pengetahuan tentang suntik TT

Pengetahuan tentang suntik TT n %

Tidak Tahu 8 25

Tahu 24 75

Total 32 100,0

1.5. Kebersihan organ intim


Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan
pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang
kebersihan organ intim. Sebagian besar responden menjawab tahu
(81,25%) atau lebih dari 50% responden sudah mengetahui tentang
kebersihan organ intim.

Tabel 9. Pengetahuan tentang kebersihan organ intim

Pengetahuan tentang kebersihan organ intim n %

Tidak Tahu 6 18,75

Tahu 26 81,25

27
Total 32 100,0

1.6. Definisi rahim


Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan
pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang definisi
rahim. Sebagian besar responden menjawab tahu (81,25%) atau lebih
dari 50% responden sudah mengetahui tentang definisi rahim.

Tabel 10. Pengetahuan tentang definisi rahim

Pengetahuan tentang definisi rahim n %

Tidak Tahu 6 18,75

Tahu 26 81,25

Total 32 100,0

1.7. Kehamilan ideal


Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan
pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang
kehamilan ideal. Sebagian besar responden menjawab tidak tahu
(68,75%) atau lebih dari 50 % responden belum mengetahui tentang
kehamilan ideal.

28
Tabel 11. Pengetahuan tentang kehamilan.ideal

Pengetahuan tentang kehamilanideal. n %

Tidak Tahu 22 68,75

Tahu 10 31,25

Total 32 100,0

1.8. Tanda kehamilan


Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan
pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang tanda
kehamilan. Sebagian besar responden menjawab tahu (75%) atau
lebih dari 50% responden sudah mengetahui tentang tanda kehamilan.

Tabel 12. Pengetahuan tentang tanda kehamilan

Pengetahuan tentang tanda kehamilan n %

Tidak Tahu 8 25

Tahu 24 75

Total 32 100,0

1.9. Penanggulangan KEK


Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan
pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang
penanggulangan KEK. Sebagian besar responden menjawab tahu
(56,25%) atau lebih dari 50 % responden sudah mengetahui tentang
penanggulangan KEK.

Tabel 13. Pengetahuan tentang penanggulangan KEK

Pengetahuan tentang penanggulangan KEK n %

Tidak Tahu 18 56,25

Tahu 14 43,75

29
Total 32 100,0

1.10. Penimbangan berat badan


Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan
pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang
penimbangan berat badan. Sebagian besar responden menjawab tahu
(62,5%) atau lebih dari 50 % responden sudah mengetahui tentang
penimbangan berat badan.

30
Tabel 14. Pengetahuan tentang penimbangan berat badan

Pengetahuan tentang penimbangan berat badan n %


Tidak Tahu 12 37,2
Tahu 20 62,5
Total 32 100,0

1.11. Tahap pemeriksaan kehamilan

Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan


pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang tahap
pemeriksaan kehamilan. Sebagian besar responden menjawab tidak
tahu (74,1%) atau lebih dari 50 % responden belum mengetahui
tentang tahap pemeriksaan kehamilan

Tabel 15. Pengetahuan tentang tahap pemeriksaan kehamilan

Pengetahuan tentang tahap pemeriksaan kehamilan n %


Tidak Tahu 40 74,1
Tahu 14 25,9
Total 54 100,0

1.12. Muntah dalam kehamilan

Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan


pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang muntah
dalam kehamilan. Sebagian besar responden menjawab tahu (68,75%)
atau lebih dari 50% responden sudah mengetahui tentang muntah
dalam kehamilan

Tabel 16. Pengetahuan tentang muntah dalam kehamilan

Pengetahuan tentang muntah dalam kehamilan n %


Tidak Tahu 10 31,25
Tahu 22 68,75
Total 32 100,0

1.13. Penyakit membahayakan dalam kehamilan

31
Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan
pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang
penyakit membahayakan dalam kehamilan. Sebagian besar responden
menjawab tahu (71,875%) atau lebih dari 50% responden sudah
mengetahui tentang penyakit membahayakan dalam kehamilan.

Tabel 17. Pengetahuan tentang penyakit membahayakan dalam


kehamilan

Pengetahuan tentang penyakit membahayakan dalam n %


kehamilan
Tidak Tahu 9 28,125
Tahu 23 71,875
Total 54 100,0

1.14. Tablet zat besi dalam kehamilan

Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan


pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang tablet
zat besi dalam kehamilan. Sebagian besar responden menjawab tahu
(84,375%) atau lebih dari 50% responden sudah mengetahui tentang
tablet zat besi dalam kehamilan.

Tabel 18. Pengetahuan tentang tablet zat besi dalam kehamilan

Pengetahuan tentang tablet zat besi dalam kehamilan n %


Tidak Tahu 5 15,625
Tahu 27 84,375
Total 32 100,0

1.15. Tanda bahaya dalam kehamilan

Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan


pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang tanda
bahaya dalam kehamilan. Sebagian besar responden menjawab tahu
(78,125%) atau lebih dari 50% responden sudah mengetahui tentang
tanda bahaya dalam kehamilan.

32
Tabel 19. Pengetahuan tentang tanda bahaya dalam kehamilan

Pengetahuan tentang tanda bahaya dalam kehamilan n %


Tidak Tahu 7 21,875
Tahu 25 78,125
Total 32 100,0

1.16. Keluar air ketuban sebelum waktunya

Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan


pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang keluar
air ketuban sebelum waktunya. Sebagian besar responden menjawab
tahu (90,625%) atau lebih dari 50% responden sudah mengetahui
tentang keluar air ketuban sebelum waktunya.

Tabel 20. Pengetahuan tentang keluar air ketuban sebelum waktunya

Pengetahuan tentang keluar air ketuban sebelum n %


waktunya
Tidak Tahu 3 9,375
Tahu 29 90,625
Total 32 100,0

1.17. Menjaga kehamilan

Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan


pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang
menjaga kehamilan. Sebagian besar responden menjawab tahu
(81,25%) atau lebih dari 50% responden sudah mengetahui tentang
menjaga kehamilan.

Tabel 21. Pengetahuan tentang menjaga kehamilan

Pengetahuan tentang menjaga kehamilan n %


Tidak Tahu 6 18,75
Tahu 26 81,25
Total 32 100,0

33
1.18. Istirahat dalam kehamilan

Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan


pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang
istirahat dalam kehamilan. Sebagian besar responden menjawab tidak
tahu (62,5%) atau lebih dari 50% responden belum mengetahui
tentang istirahat dalam kehamilan.

Tabel 21. Pengetahuan tentang istirahat dalam kehamilan

Pengetahuan tentang istirahat dalam kehamilan n %


Tidak Tahu 20 62,5
Tahu 12 37,5
Total 32 100,0

1.19. Kehamilan resiko tinggi

Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan


pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang
kehamilan resiko tinggi. Sebagian besar responden menjawab tidak
tahu (72,2%) atau lebih dari 50% responden belum mengetahui
tentang kehamilan resiko tinggi.

Tabel 22. Pengetahuan tentang kehamilan resiko tinggi

Pengetahuan tentang kehamilan resiko tinggi n %


Tidak Tahu 30 93,75
Tahu 2 6,25
Total 32 100,0

34
5.2 Hasil Uji Statistik
Tabel 23. Hasil Korelasi Spearmann

Pendidik Tingkat
an Pengetah
Terkahir uan
Pendidika Koefisien 1.000 -.410**
n terakhir Korelasi

Signifikansi . .000

Spe Tingkat Koefisien -.410** 1.000


arm pengetahu Korelasi
an an
Signifikansi .001 .

 Nilai signifikansi antara pendidikan terakhir dan tingkat pengetahuan


adalah 0.001 (< α = 0.01). Koefisien korelasi antara tingkat pengetahuan
dan pendidikan terakhir adalah -0.410.
 Dari hasil penelitian dan hasil analisis uji statistik korelasi Spearman
hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan ibu tentang
pengetahuan kesehatan catin didapatkan nilai signifikansi p = 0.001 (p <
0.01) yang artinya ada hubungan antara tingkat pendidikan degan
pengetahuan kesehatan catin.

35
5.3 Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden
Tabel 24. Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

Tingkat Frekuensi Presentase (%)


Pengetahuan

Baik 18 56,25

Cukup 10 31,25

Kurang Baik 4 12,5

Total 32 100

Pada Tabel 24, sebanyak 18 responden memiliki tingkat pengetahuan baik


(56,25%), 10 responden memiliki tingkat pengetahuan cukup (31,25%),
sebanyakan 4 responden memiliki tingkat pengetahuan kurang baik (12,5%)

36
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

a) Dari hasil kegiatan ini dapat disimpulkan masih kurangnya pengetahuan


masyarakat Sidayu tentang program “Calon Pengantin” yang diadakan
untuk pemeriksaan pra nikah
b) Sosialisasi yang telah diberikan dapat meningkatkan wawasan dan
ketrampilan peserta dan memberikan dampak positif bagi calon
pengantin sehingga lebih memahami.

6.2 Saran
Berdasarkan kegiatan ini, penulis menyarankan :
a) Perlu ditingkatkan lagi sosialisasi dan penyuluhan terkait Program Catin
kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan partisipasi para calon
pengantin dan pengetahuan masyarakat agar dapat lebih menjaga
kesehatannya.
b) Perlu dilakukan pertemuan khusus secara berkala selain untuk
meningkatkan keterampilan, juga untuk menambah pengetahuan agar
dapat mengedukasi masyarakat sekitar agar dapat mengatasi masalah
kesehatan dasar yang ada, dan membimbing masyarakat calon pengantin.
c) Perlu dilakukan pembetukan kader catin di tiap desa sehingga
mempermudah dalam menjalankan program catin ini dengan baik
sehingga seluruh masyrakat dapat terjangkau.
d) Perlunya kerja sama lintas sektor di kecamatan Sidayu sehingga
puskemas dapat terbantu dalam menjalan program ini.

37
DAFTAR PUSTAKA

WHO. 2019. Maternal Mortality. https://www.who.int/news-room/fact-


sheets/detail/maternal-mortality

Kemenkes. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI 2016

Depkes RI. 2002. Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga Studi Tindak Lanjut
Ibu Hamil. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Kemenkes. 2010. Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi Perlu Kerja
Keras. http://www.depkes.go.id/development/site/jkn/index.php?
cid=793&id=untuk-menurunkan-angka-kematian-ibu-dan-kematian-bayi-
perlu-kerja-keras.html
Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2009

Mardliyanti, E. 2006. Fortifikasi Garam dan Zat Besi, Strategi Praktis dan Efektif
Menanggulangi Anemia Gizi Besi, Artikel. Diakses 8 Juni
2014http://www.beritaiptek.com

Cunningham, F.G. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

Helena, 2013. Gambaran Pengetahuan Gizi Ibu Hamil Trimester Pertama dan Pola
Makan dalam pemenuhan Gizi. www. repository.usu.ac.id. Diakses
Tanggal 20 April 2015 Jam 15.00.wib

Supariasa, IDN. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC; 2002

Kusmiati, dkk. 2008. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Yogyakarta:


Fitramaya

Adhi Djuanda, dkk. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p. 3-4, 7-8

Gross, G., & Tyring, S. K. 2011. Sexually Transmitted Infection and Sexually
Transmitted Disease. Berlin: Springer

Daili, S. F., Makes, W. I. B., & Zubier, F. 2011. Infeksi Menular Seksual. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI

Handsfield, H. H. 2011. Color Atlas & Synopsis of Sexually Transmitted Disease


(3rd ed.). McGraw-Hil

38
39
40
Media leaflet yang digunakan untuk sosialisasi dari Kader Permata Catin kepada
calon pengantin

41

Anda mungkin juga menyukai