MINI PROJECT
DISUSUN OLEH:
dr. Yulianto Oeibowo
PEMBIMBING:
dr. Rizaul Falah
NIP. 19810609200604 1 017
1
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH:
Mengesahkan,
2
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan tugas Mini Project sebagai syarat menjalani Program
Internsip Dokter Indonesia dengan Judul “Hubungan Tingkat Pendidikan dengan
Pengetahuan Kesehatan Catin”
Laporan ini disusun berdasarkan pada teori-teori dan literatur yang telah
kami dapatkan dari buku pedoman, jurnal penelitian, review jurnal, serta materi-
materi, juga dari pengalaman lapangan yang sudah dijalani oleh para kader. Tak
lupa penulis sampaikan terimakasih kepada UPT Puskesmas Sidayu selaku
wahana program internsip, Kepala Puskesmas Sidayu dr. Rizaul Falah selaku
pembimbing, Bu Farida sebagai pemegang program Catin atas segala dukungan
moril maupun materiil sehingga acara Mini Project berjalan lancar dan
tersusunnya laporan ini.
Penulis menyadari, dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun. Penulis berharap, semoga laporan ini
bermanfaat.
Penulis
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................2
KATA PENGANTAR......................................................................................................3
DAFTAR ISI....................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Masalah............................................................................................................3
1.3 Tujuan.............................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................................................3
1.4 Manfaat............................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................1
2.1 Program Kesehatan Ibu dan Anak................................................................1
2.1.1 Definisi Program KIA.....................................................................................1
2.1.2 Tujuan Program KIA.........................................................................................1
2.10 Pengetahuan......................................................................................................15
2.2 Pengertian pengetahuan...............................................................................15
2.3 Sumber pengetahuan....................................................................................16
2.10.3 Tingkat pengetahuan................................................................................17
2.10.4 Faktor yang memengaruhi perkembangan pengetahuan......................18
2.10.5 Pengukuran tingkat pengetahuan...........................................................19
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL.......................................................................21
3.1 Kerangka Konseptual.......................................................................................21
3.2 Hipotesis.............................................................................................................21
BAB IV METODE.........................................................................................................22
4.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan.....................................................................22
4.2 Jenis Metode......................................................................................................22
4.3 Sasaran...............................................................................................................22
4.4 Media..................................................................................................................22
4
BAB V HASIL PENELITIAN.......................................................................................23
5.1 Karakteristik Calon Pengantin........................................................................23
5.2 Hasil Uji Statistik..............................................................................................32
5.3 Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden...................................................33
BAB VI PENUTUP........................................................................................................34
6.1 Kesimpulan........................................................................................................34
6.2 Saran..................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................35
5
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Kondisi medis saat ini. Sakit yang dialami, obat-obatan yang dikonsumsi,
obesitas, dll.
3. Status imunologis. Riwayat imunisasi.
4. Usia pasutri. Kesiapan memiliki keturunan.
5. Kebiasaan. Rokok, alkohol, dll.
Kesehatan ibu dan anak (KIA) saat ini merupakan masalah kesehatan
serius. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan suatu negara. Menurut WHO (2019) pada tahun
2017, setiap hari didapatkan kematian ibu sebesar 810 kasus dikarenakan
komplikasi pada kehamilan atau persalinan. Sedangkan di indonesia,
menurut Kemenkes (2015) didapatkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar
305 pada tahun 2015.
Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek penting untuk
diperhatikan dalam siklus kehidupan seorang perempuan karena bahaya
komplikasi dalam kehamilan yang senantiasa mengancam. Berbagai macam
penyebab kematian ibu ini dapat diminimalisir dengan asuhan ante natal care
yang baik, dan informasi yang baik akan pentingnya kesehatan seorang ibu
bahkan sebelum menikah. Oleh karena itu setiap ibu hamil berhak mendapat
asuhan pada masa kehamilannya. Kematian ibu dapat disebabkan berbagai
macam hal di antaranya oleh karena hipertensi, anemia, perdarahan, abortus,
dan penyebab lain. Terdapat masalah lain dalam kehamilan seperti KEK
(Kekurangan Energi Kronis).
Menurut Kemenkes (2010), Kematian ibu disebabkan oleh
perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklampsia), infeksi,
persalinan macet dan komplikasi keguguran. Sedangkan penyebab langsung
kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kekurangan
oksigen (asfiksia). Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru lahir
adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan
budaya. Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap
ikut memperberat permasalahan ini. Beberapa hal tersebut mengakibatkan
kondisi 3 terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di
tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan
2
4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak
kelahiran)
KEK atau kekurangan energi kronis merupakan keadaan di mana
status gizi seseorang buruk dalam jangka waktu lama yang berlangsung
secara menahun (Rahmaniar et al, 2011). Depkes (2002) menyatakan bahwa
kurang energi kronis pada kehamilan memberi banyak dampak negatif pada
ibu hamil serta pada janin yang dikandung. Salah satu dampak negatif yang
menonjol adalah resiko kematian ibu saat melahirkan dan bayi dengan berat
badan rendah. Ibu hamil dengan menderita KEK dan anemia mempunyai
resiko kesakitan lebih besar terutama trimester III kehamilan dibandingkan
dengan ibu normal. Akibatnya mereka mempunyai resiko lebih besar untuk
melahirkan bayi BBLR, kematian saat persalinan, perdarahan, dan pasca
persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan
kesehatan. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu
meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga berakibat pada
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan
1.2 Masalah
Kurangnya penndampingan terhadap masyarakat calon pengantin akan
pentingnya menjaga kesehatan ibu dan anak saat kehamilan
Kurangnya pengetahuan masyarakat calon pengantin akan kesehatan calon
pengantin dan calon bayi
1.3 Tujuan
3
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Masyarakat
4
1.4.2 Bagi Puskesmas
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak
prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat.
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita,
ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu meneteki.
d. Meningkatnyan mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu meneteki, bayi dan anak balita.
Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga
dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu,
balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu
dan keluarganya.
3
berlangsung pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil. Kurang gizi
akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang
cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode
tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan)
muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik
disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup
atau makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk
mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukup, atau disebabkan
menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya
2.3.1 Etiologi
Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin
yang dikandungnya yaitu meliputi:
2) Kesemutan
5) Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi,
sehingga bayi akan kekurangan air susu ibu pada waktu menyusui.
b. Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain :
1) Keguguran
4
2) Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir
rendah (BBLR)
5
2.5 Gizi pada Ibu Hamil
Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar adalah sebagai berikut :
a. Asam folat
Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam folat pada masa pre dan
perikonsepsi menurunkan resiko kerusakan otak, kelainan neural, spina
bifida dan anensepalus, baik pada ibu hamil yang normal maupun
beresiko. Pemberian suplemen asam folat dimulai dari 2 bulan sebelum
konsepsi dan berlanjut hingga 3 bulan pertama kehamilan
b. Energi
Diet pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi protein saja tetapi
pada susunan gizi seimbang energy juga protein. Hal ini juga efektif untuk
menurunkan kejadian BBLR dan kematian perinatal. Kebutuhan energy
ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh kembang janin dan
perubahan pada tubuh ibu
c. Protein
Pembentukan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu dibutukan
protein sebesa 910 gram dalam 6 bullan terakhir kehamilan. Dibutuhkan
tambahan 12 gram protein sehari untuk ibu hamil.
d. Zat Besi
Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin adalah
untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sinesa
darah otot. Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan
kebutuhan zat besi. Jumlah zat besi yang diperlukan ibu untuk mencegah
anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg
e. Kalsium
Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu hamil
adalah sebesar 500 mg sehari
f. Vitamin D
Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok beresiko
penyakit seksual dan di negara dengan musim dingin yang panjang
7
Remaja dan dewasa muda usia (15-24 tahun) hanya merupakan 25%
dari keseluruhan populasi yang aktif berhubungan seksual namun mewakili
hampir 50% kasus baru IMS. Wanita usia 10 muda paling beresiko tertular
PMS karena para wanita remaja dan dewasa muda lebih mudah terpengaruh
secara tidak proporsional. Mereka lebih sering terlibat dalam perilaku seksual
beresiko, merasa tidak nyaman membicarakan seksual yang aman dengan
pasangan atau meminta pasangan menggunakan kondom serta kurang percaya
diri menolak hubungan seksual yang tidak aman. Selain itu anatomi organ
reproduksi dari kelompok usia ini belum berkembang secara sempurna
sehingga rentan terhadap IMS (Gross & Tyring, 2011)
1. Gonorrhea
Gonore mencakup semua penyakit yag disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae (Daili et al., 2011). Neisseria gonorrhoeae
adalah diplokokus gram negatif, obligat patogen manusia yang biasanya
berdiam dalam uretra, serviks, faring atau saluran anus wanita. Infeksi
terutama mengenai epitel kolumner atau transisionel saluran kemih dan
kelamin. Gonore bersama IMS lain memfasilitasi transmisi dari human
immunodeficiency virus (HIV) (Benson, 2008; Gross & Tyring, 2011).
Gambaran klinis pada wanita dapat asimptomatik, kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri pada panggul bawah. Pada umumnya wanita
datang berobat kalau sudah ada komplikasi (Daili et al., 2011).
2. Sifilis
Sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh spirokaeta
Treponema pallidum, merupakan penyakit kronik dan bersifat sistemik,
selama perjalanan penyakit dapat menyerang seluruh organ tubuh, ada
masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan dapat ditularkan kepada
bayi di dalam kandungan. Periode inkubasi sifilis biasanya 3 minggu.
Fase sifilis primer ditandai dengan munculnya tukak baik tunggal
maupun multipel. Lesi awal biasanya berupa papul yang mengalami
8
erosi, teraba keras dan terdapat indurasi. Permukaan dapat tertutup
krusta dan terjadi ulserasi. Bagian 12 yang mengelilingi lesi meninggi
dan keras. Infeksi juga dapat terjadi tanpa ditemukannya chancer (ulkus
durum) yang jelas, misalnya kalau infeksi terjadi di rektum atau serviks.
Tanpa diberi pengobatan, lesi primer akan sembuh spontan dalam
waktu 4 hingga 6 minggu
Sepertiga dari kasus yang tidak diobati mengalami stadium
generalisata (sekunder). Timbul ruam makulo papuler bisanya pada
telapak tangan dan telapak kaki diikuti dengan limfadenopati. Erupsi
sekunder ini merupakan gejala klasik dari sifilis yang akan menghilang
secara spontan dalam beberapa minggu atau sampai dua belas bulan
kemudian. Sifilis sekunder dapat timbul berupa ruam pada kulit, selaput
lendir dan organ tubuh dan dapat disertai demam dan malaise. Pada
kulit kepala dijumpai alopesia yang disebut moth-eaten alopecia yang
dimulai di daerah oksipital. Penularan dapat terjadi jika ada lesi
mukokutaneus yang basah pada penderita sifilis primer dan sekunder.
Penderita stadium erupsi sekunder ini, sepertiga dari mereka yang tidak
diobati akan masuk kedalam fase laten
Fase laten merupakan stadium sifilis tanpa gejala klinis namun
dengan pemeriksaan serologis yang reaktif. Akan tetapi bukan berarti
perjalanan penyakit akan berhenti pada tingkat ini, sebab dapat terjadi
sifilis stadium lanjut 13 berbentuk gumma, kelainan susunan syaraf
pusat dan kardiovaskuler (Daili et al., 2011)
3. Infeksi chlamydia
Chlamydia trachomatis adalah mikroorganisme intraseluler
obligat dengan dinding sel yang menyerupai bakteri gram negatif.
Tanda-tanda dan gejala yang terjadi cenderung terlokalisit di tempat
yang terinfeksi misalnya mata atau saluran genital tanpa adanya invasi
ke jaringan dalam (Benson, 2009). Pada wanita gejalanya adalah
terdapat duh dari vagina, disuria, perdarahan postcoital atau
intermenstrual, sakit pada abdomen bawah, atau simptom lain dari
9
uretritis, servisitis, salpingitis, epididymitis atau konjungtivitis
(Handsfield, 2011)
4. candidiasis
Kandidiasis adalah infeksi yeast yang disebabkan oleh jamur
Candida albicans. Candida albicans merupakan bakteri yang umum
terdapat pada vagina. Pertumbuhan yang berlebihan dapat
menimbulkan gejala peradangan, gatal dan perih di daerah kemaluan.
Juga terdapat keluarnya cairan vagina yang menyerupai bubur (James,
Berger, & Elston, 2006). Kandidiasis dapat ditularkan secara seksual
seperti bola pingpong antar pasangan seks, sehingga dua pasangan
harus diobati secara simultan. Kandidiasis pada pria biasanya berupa
kemerahan dan iritasi pada glans di bawah preputium pada yang tidak
disirkumsisi. Disertai rasa gatal ringan sampai rasa panas hebat (Daili et
al., 2011)
5. Ulkus Mole
Ulkus Mole atau yang sering disebut chancroid (chancre
lunak) ,disebabkan oleh kuman batang gram negatif Haemophilus
ducreyi, dengan gejala klinis berupa ulkus pada tempat masuk dan
seringkali disertai supurasi kelenjar getah bening regional. Infeksi pada
wanita dimulai dengan lesi papula atau vesikopustuler pada perineum,
serviks atau 14 vagina 3-5 hari setelah terpapar. Lesi berkembang
selama 48- 72 jam menjadi ulkus dengan tepi tidak rata berbentuk
piring cawan yang sangat lunak. Beberapa ulkus dapat berkembang
menjadi satu kelompok. Discharge kental yang dihasilkan ulkus berbau
busuk atau infeksius (Benson, 2008; Djuanda, 2011)
6. Kondiloma akuminata
Kondiloma akuminata (KA) atau disebut juga venerel warts atau
Genital Warts disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV). Virus
masuk melalui mikrolesi pada kulit sehingga KA sering timbul pada
daerah yang mudah mengalami trauma pada saat hubungan seksual. KA
dapat berbentuk berjonjot-jontot seperti jari, lebih besar seperti
kembang kol, lebih kecil berbentuk papul dengan permukaan yang
10
halus dan licin, multipel tersebar secara diskret atau lesi terlihat sebagai
makula atau tidak terlihat dengan mata telanjang. Infeksi HPV juga
dihubungkan dengan terjadinya karsinoma serviks (Daili et al., 2011)
7. Herpes Genitalis
Herpes genitalis adalah infeksi pada genital yang disebabkan
oleh herpes simplex virus atau herpes virus hominis. Keluhan biasanya
didahului rasa terbakar dan gatal 15 didaerah lesi beberapa jam sebelum
timbulnya lesi setelah lesi muncul dapat disertai gejala seperti malaise,
demam dan nyeri otot. Lesi yang timbul berbentuk vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritem. Vesikel mudah pecah dan
menimbulkan erosi multipel. Bila ada infeksi sekunder akan terjadi
penyembuhan yang lebih lama dan menimbulkan infeksi parut (Daili et
al., 2011)
8. HIV & AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah sindrom
dengan gejala penyakit infeksi oportuninistik atau kanker tertentu
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi Human
Immunodefiency Virus (HIV) baik tipe 1 ataupun tipe 2. Human
Immunodefiency Virus ditularkan melalui perantara darah, semen dan
sekret vagina baik melalui hubungan seksual atau cara transmisi yang
lainnya. Penyakit IMS lainnya dapat meningkatkan risiko transmisi
HIV pada seseorang
Human Immunodefiency Virus menyerang sel yang memiliki
antigen permukaan CD4, terutama linfosit T4 yang memegang peranan
penting dalam mengatur dan mempertahankan sistemn kekebalan
tubuh. Virus juga dapat menginfeksi sel monosit dan makrofag, sel
Langerhans pada kulit, sel dendrit folikuler pada kelnjar limfe,
makrofag pada 16 alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel
mikroglia otak. Virus yang masuk ke dalam limfosit T4 selanjutnya
mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya
menghancurkan sel limfosit itu sendiri. Gen tat yang terdapat dalam
HIV dapat menyebabkan penghancuran limfosit T4 secara besar-
11
besaran yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi lumpuh.
Kelumpuhan sistem kekebalan tubuh ini mengakibatkan timbulnya
oportunistik dan keganasan yang merupakan gejala-gejala klinis AIDS
(Handsfield, 2011; Daili et al., 2011)
9. Trichomoniasis
Trichomoniasis atau trich adalah suatu infeksi vagina yang disebabkan
oleh suatu protozoa yang disebut Trichomonas vaginalis.
Trichomoniasis hampir semuanya ditularkan secara seksual. Penyakit
ini sering menyerang pada traktur urogenitalis bagian bawah pada
wanita maupun pria. Pada wanita sering asimptomatik, bila ada keluhan
berupa duh tubuh vagina yang banyak, berbau, bisa berwarna kuning,
hijau dan berbusa. Terdapat perasaan gatal dan terbakar di daerah
kemaluan, disertai dengan perasaan tidak enak di perut bawah. Sewaktu
bersetubuh atau kencing sering terasa agak nyeri di vagina
Variasi gambaran klinis tricomoniasis sangat luas, berbagai
kuman lain penyebab IMS dapat menimbulkan gejala yang sama
sehingga diagnosis hanya berdasar gambaran klinis tidak dapat
dipercaya. Pada wanita, diagnosis trikomoniasis ditegakkan setelah
ditemukannya T. vaginalis pada sediaan langsung atau pada biakan duh
tubuh penderita (Djuanda, 2011)
a. Kehamilan terlalu tua (>35 tahun) atau terlalu muda (<18 tahun)
Usia ibu merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan
kualitas kehamilan. Usia yang paling aman atau bisa dikatakan waktu
reproduksi sehat adalah antara umur 20 tahun sampai umur 30 tahun.
Penyulit pada kehamilan remaja salah satunya pre eklamsi lebih tinggi
dibandingkan waktu reproduksi sehat. Keadaan ini disebabkab belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan
kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin (Manuaba,
1998).
Paritas atau para adalah wanita yang pernah melahirkan dan di bagi
menjadi beberapa istilah :
13
d. Kehamilan dengan jarak antara di atas 5 tahun atau kurang dari 2 tahun
e. Tinggi badan ibu kurang dari 145cm dan belum pernah melahirkan
Wanita hamil yang mempunyai tinggi badan kurang dari 145 cm,
memiliki resiko tinggi mengalami persalinan secara premature, karena lebih
mungkin memiliki panggul yang sempit
14
Saat hamil, mioma uteri cenderung membesar, dan sering juga terjadi
perubahan dari tumor yang menyebabkan perdarahan dalam tumor sehingga
menimbulkan nyeri. Selain itu, selama kehamilan, tangkai tumor bisa
terputar
15
5. Calon pengantin kembali ke KUA/gereja/parisada/vihara dengan
membawa surat keterangan sehat dan status imunisasi TT
2.10 Pengetahuan
2.2 Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dari manusia, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).
16
berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh jadi sumber pengetahuan ini
mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-
orang itu bisa dipercaya. Lebih dari itu terletak pada sejauh mana kesaksian
pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah teruji
kebenarannya. Jika kesaksian adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan
kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri (Notoatmodjo, 2010).
Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman
indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuan hidup sehari-hari. Dengan
mata, telinga, hidung, lidah dan kulit, orang bias menyaksikan secara langsung
dan bisa pula melakukan kegiatan hidup (Notoatmodjo, 2010).
Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal
pikiran bersifat rohani. Karena itu lingkup kemampuannya melebihi panca indera
yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis.
Kalau panca indera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis menurut sisi
tertentu, yang satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal pikiran mampu
menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal yang seragam dan
yang bersifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu akal pikiran
senantiasa bersifat meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai
pengetahuan semu dan menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran cenderung
memberikan pengetahuan lebih umum, objektif, dan pasti serta bersifat tetap,
tidak berubah-ubah (Notoatmodjo, 2010).
Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling
dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal
pikiran dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi
merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya tanpa melalui
sentuhan indera maupun pikiran. Ketika dengan serta-merta seseorang
memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang idak
jelas, maka ia berada di dalam pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian,
pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran
pengalaman indriawi maupun akal pikiran. Karena itu tidak bias berlaku umum,
hanya berlaku secara personal belaka (Notoatmodjo, 2010).
17
2.10.3 Tingkat pengetahuan
a.Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu
ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c.Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi di sini diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang
lain.
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
e.Sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang
18
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
suatu formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian ini didasarkan pada suatu kreteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
a. Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga
terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Tingkat pendidikan
menunjukkan korelasi positif dengan terjadinya perubahan perilaku positif
yang meningkat, dengan demikian pengetahuan juga meningkat.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang leih banyak
akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
c. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
d. Pengalaman
e. Sosial ekonomi
19
f. Usia
Q
P= × 100 %
R
P: nilai pencapaian
20
Baik : > 75%
(Arikunto,2010)
21
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Keterangan : Diteliti
: Tidak diteliti
3.2 Hipotesis
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan partisipasi program calon
pengantin.
22
BAB IV
METODE
a) Sosialisasi
b) Kuisioner
4.3 Sasaran
Sasaran pada mini project ini adalah seluruh calon pengantin dan
masyrakat Sidayu di puskemas Sidayu
4.4 Media
Media yang digunakan pada mini project ini adalah
23
BAB V
HASIL PENELITIAN
Umur Catin
(tahun)
n %
< 21 tahun 6 18.75
21– 35 tahun 25 78.1
>35 tahun 1 3.15
Total 32 100
Catin
Pendidikan
n %
SD 4 12,5
SMP 9 28,125
SMA 17 53,125
PT 2 6,4
Total 32 100
24
Berdasarkan tabel distribusi pendidikan catin sebagian besar responden
telah tamat atau lulusan SMA (46,8%).
c. Jenis Kelamin
Tabel 3. Distribusi Frekuensi jenis kelamin
Catin
Jenis Kelamin
n %
Laki-laki 12 37,5
Perempuan 20 62,5
Total 32 100
Catin
Jenis Kelamin
n %
Tahu 8 25
Tidak Tahu 24 75
Total 32 100
25
persiapan pra nikah. Responden kebanyakan menjawab tahu (56,25%)
sudah mengetahui tentang persiapan pra nikah.
Tahu 18 56,25
Total 32 100,0
Tahu 7 21,875
Total 32 100,0
26
Pengetahuan tentang konsumsi zat besi n %
Tahu 20 62,5
Total 32 100,0
1.4. Suntik TT
Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan
pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang suntik
TT. Sebagian besar responden menjawab tahu (75%) atau lebih dari
50 % responden sudah mengetahui tentang suntik TT.
Tidak Tahu 8 25
Tahu 24 75
Total 32 100,0
Tahu 26 81,25
27
Total 32 100,0
Tahu 26 81,25
Total 32 100,0
28
Tabel 11. Pengetahuan tentang kehamilan.ideal
Tahu 10 31,25
Total 32 100,0
Tidak Tahu 8 25
Tahu 24 75
Total 32 100,0
Tahu 14 43,75
29
Total 32 100,0
30
Tabel 14. Pengetahuan tentang penimbangan berat badan
31
Distribusi jawaban responden sebelum adanya penyuluhan dan
pemberian media dapat dilihat pada tabel pengetahuan tentang
penyakit membahayakan dalam kehamilan. Sebagian besar responden
menjawab tahu (71,875%) atau lebih dari 50% responden sudah
mengetahui tentang penyakit membahayakan dalam kehamilan.
32
Tabel 19. Pengetahuan tentang tanda bahaya dalam kehamilan
33
1.18. Istirahat dalam kehamilan
34
5.2 Hasil Uji Statistik
Tabel 23. Hasil Korelasi Spearmann
Pendidik Tingkat
an Pengetah
Terkahir uan
Pendidika Koefisien 1.000 -.410**
n terakhir Korelasi
Signifikansi . .000
35
5.3 Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden
Tabel 24. Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden
Baik 18 56,25
Cukup 10 31,25
Total 32 100
36
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Berdasarkan kegiatan ini, penulis menyarankan :
a) Perlu ditingkatkan lagi sosialisasi dan penyuluhan terkait Program Catin
kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan partisipasi para calon
pengantin dan pengetahuan masyarakat agar dapat lebih menjaga
kesehatannya.
b) Perlu dilakukan pertemuan khusus secara berkala selain untuk
meningkatkan keterampilan, juga untuk menambah pengetahuan agar
dapat mengedukasi masyarakat sekitar agar dapat mengatasi masalah
kesehatan dasar yang ada, dan membimbing masyarakat calon pengantin.
c) Perlu dilakukan pembetukan kader catin di tiap desa sehingga
mempermudah dalam menjalankan program catin ini dengan baik
sehingga seluruh masyrakat dapat terjangkau.
d) Perlunya kerja sama lintas sektor di kecamatan Sidayu sehingga
puskemas dapat terbantu dalam menjalan program ini.
37
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2002. Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga Studi Tindak Lanjut
Ibu Hamil. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Kemenkes. 2010. Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi Perlu Kerja
Keras. http://www.depkes.go.id/development/site/jkn/index.php?
cid=793&id=untuk-menurunkan-angka-kematian-ibu-dan-kematian-bayi-
perlu-kerja-keras.html
Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2009
Mardliyanti, E. 2006. Fortifikasi Garam dan Zat Besi, Strategi Praktis dan Efektif
Menanggulangi Anemia Gizi Besi, Artikel. Diakses 8 Juni
2014http://www.beritaiptek.com
Helena, 2013. Gambaran Pengetahuan Gizi Ibu Hamil Trimester Pertama dan Pola
Makan dalam pemenuhan Gizi. www. repository.usu.ac.id. Diakses
Tanggal 20 April 2015 Jam 15.00.wib
Adhi Djuanda, dkk. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p. 3-4, 7-8
Gross, G., & Tyring, S. K. 2011. Sexually Transmitted Infection and Sexually
Transmitted Disease. Berlin: Springer
Daili, S. F., Makes, W. I. B., & Zubier, F. 2011. Infeksi Menular Seksual. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI
38
39
40
Media leaflet yang digunakan untuk sosialisasi dari Kader Permata Catin kepada
calon pengantin
41