Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEBIDANAN SUNTIK TETANUS TOKSOID (TT)

BAGI CALON MEMPELAI WANITA PADA NONA T


DI PMB DNA TAHUN 2022

Laporan Pendahuluan

Oleh:
DEA NURUL AN NISA
NIM: 52223135

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


POLITEKNIK TIARA BUNDA
DEPOK
2022
Lembar Persetujuan

ASUHAN KEBIDANAN SUNTIK TETANUS TOKSOID (TT)


BAGI CALON MEMPELAI WANITA PADA NONA T
DI PMB DNA TAHUN 2022

Laporan Pendahuluan

Depok, 24 November 2022

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Diana Rifka Wahyuni, M.Tr.Keb


Hj. Sri Redjeki, S.SiT., S.H., M.Kes
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan “Asuhan
Kebidanan Pemenuhan Hidrasi pada Ny. R di PMB DNA Kota Bogor” tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan Laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, baik dari institusi, keluarga dan teman-teman
terdekat lainnya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. H.EK Budi Santoso, SE., MM sebagai Ketua Yayasan Cerdas Mutiara Bangsa
2. Lusy Pratiwi, S.Tr.Keb., M.K.M sebagai Direktur Politeknik Tiara Bunda
3. Rut Yohana Girsang, S.SiT., M.Tr.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan
4. Diana Rifka Wahyuni, M.Tr.Keb Selaku Dosen Pembimbing
5. Teman-teman satu angkatan dan keluarga yang sudah mendukung kelancaran
kuliah prodi pendidikan profesi bidan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
selanjutnya dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Depok, 24 November 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan di Indonesia masih menunjukkan keadaan yang

kurang. Hal ini dibuktikan dengan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI)

maupun Angka Kematian Bayi (AKB). Sebagaimana yang disebutkan oleh

World Health Organization (WHO) bahwa AKI masih sangat tinggi. Sekitar

295.000 wanita hamil maupun bersalin meninggal pada tahun 2017 (WHO,

2017).

Jumlah kematian ibu menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2018-

2019 ialah dari angka 4.226 menjadi 4.221 kematian ibu. Dari hasil laporan

tahun 2019 yang mengakibatkan kematian pada ibu paling banyak ialah

perdarahan yaitu 1.280 kasus, tekanan darah tinggi dalam kehamilan sebesar

1.066 kasus, dan infeksi yaitu 207 kasus laporan per provinsi. Meskipun

mengalami penurunan, namun hal tersebut masih jauh dari target. Jika

dibanding dengan sebagian negara di ASEAN, AKI di Indonesia masih cukup

besar dimana mayoritas sebanyak 40-60 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH).

Dari data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017

dapat dilihat bahwa AKB sebanyak 24 per 1.000 KH (Profil Kesehatan

Indonesia, 2019).

Salah satu yang menyebabkan AKI maupun AKB di Indonesia ialah

infeksi tetanus. Proses persalinan yang tidak steril maupun luka ibu hamil

sebelum melahirkan dapat menyebabkan infeksi yang bisa berujung pada


kematian. Sebagai usaha untuk mengurangi infeksi tetanus, maka diadakan

program imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk Wanita Usia Subur (WUS)

serta ibu hamil (Profil Kesehatan Indonesia, 2019).

Untuk meningkatkan cakupan imunisasi TT dan menjalankan program

imunisasi Tetanus Toxoid kepada wanita yang akan menikah, Kementrian

Kesehatan mengadakan kerjasama dengan Kementerian Agama. Hal itu

dikarenakan sasaran program imunisasi TT ialah wanita yang umumnya telah

terdaftar untuk menikah di KUA. Dalam program ini, Dinas Kesehatan

ataupun KUA setempat, saling membentuk divisi maupun bagian yang

bertanggung jawab dalam menangani program imunisasi tersebut

(Kementrian Kesehatan RI, 2015).

Program yang diwajibkan berdasarkan kerjasama Kemenkes dan

Kementrian Agama ialah pasangan yang hendak menikah wajib mengikuti tes

kesehatan pranikah. Diantara aturan dari pemerintah dan wajib dipenuhi ialah

imunisasi TT. Menikah memerlukan persiapan, diantara persiapan yang

dibutuhkan ialah kesehatan fisik. Diantara persiapan pada calon

pengantin wanita mengenai administrasi ialah surat keterangan bebas

Tetanus Toksoid. Surat keterangan yang diberikan dipergunakan demi

melengkapi berkas di KUA (Kementrian Kesehatan RI, 2015).

Surat yang diberikan oleh petugas kesehatan merupakan peraturan

pemerintah mulai tahun 1986. Sekalipun vaksin TT sudah didapatkan saat

kecil, wanita yang akan menikah harus mendapatkan vaksin TT kembali.

Imunisasi TT sangatlah penting, sebab tetanus dahulu merupakan momok


yang cukup besar dimana menyebabkan kematian bayi di Indonesia

(Kementrian Kesehatan RI, 2015).

Calon pengantin merupakan pasangan dua insan yang belum memiliki

ikatan, baik secara agama maupun hukum negara dimana keduanya dalam

proses ke arah pernikahan. Calon pengantin wajib melakukan pemenuhan

syarat yang diperlukan untuk keperluan pernikahan (Ernawati, 2012).

Vaksin tetanus adalah toksin kuman tetanus yang sudah dilemahkan

serta dimurnikan (Anggrita, 2015). Imunisasi TT bagi calon pengantin

Wanita bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada calon ibu, agar

apabila saat pemotongan tali pusat pada bayi yang terkontaminasi basil

tetanus, akan terhindar dari tetanus neonatorum (Wiradharma, 2012).

Pada perempuan yang menikah, vaksinasi tetanus bermanfaat untuk

menambah kekebalan tubuh terhadap infeksi tetanus. Kekebalan tersebut

nantinya akan diwariskan kepada bayi, sehingga bayi dapat terlindungi dari

infeksi tetanus tatkala persalinan. Vaksin TT sangat penting untuk

dilakukan, sebab vaksin ini juga berfungsi sebagai perlindungan dari

infeksi tetanus tatkala kali pertama melakukan hubungan suami istri

(Budiman, 2014).

Di Indonesia, secara umum cakupan imunisasi TT mulai dari TT1

hingga TT5 pada WUS pada 2019 belum tergolong cukup, yakni tidak lebih

dari 10% dari jumlah WUS. Untuk cakupan TT5 yaitu sebanyak 8,02%

dimana tertinggi berada di Provinsi Jawa Batat yakni sebanyak 51,61%.


Adapun yang terendah ialah Sumatera Utara sebanyak 0,002% (Profil

Kesehatan Indonesia, 2019).

Rendahnya cakupan imunisasi TT pada catin disebabkan beberapa

faktor. Ada tujuh hal yang turut mempengaruhi, yakni pendidikan, pekerjaan,

usia, minat, pengalaman, budaya sekitar, serta informasi. Pengetahuan dapat

mempengaruhi sikap maupun praktek individu dalam memelihara maupun

meningkatkan kesehatan (Mubarak 2012). Dalam penelitian Anatea,

Mekonnen, dan Dachew (2018) menyebutkan bahwa pengetahuan baik dari

pendidikan, paparan media, maupun layanan tindak lanjut ANC merupakan

prediktor yang signifikan dari pemanfaatan imunisasi TT.

Berdasarkan studi pendahuluan di PMB DNA pada 20 November 2022,

dilakukan wawancara pada 6 orang calon pengantin wanita, 5 diantaranya

(80 %) sama sekali belum mengetahui dan memiliki gambaran

mengenai imunisasi Tetanus Toksoid, yaitu berupa definisi, manfaat,

KIPI/efek samping, kontra indikasi, jenis, interval, masa

perlindungan, status imunisasi, cara pemberian dan dosis, serta kerugian tidak

imunisasi TT bagi catin. Sedangkan 20 % (1 catin) hanya mengetahui

pengertian dan manfaat dari imunisasi Tetanus Toxoid. Selebihnya informasi

mengenai KIPI/efek samping, kontra indikasi, jenis, interval, masa

perlindungan, status imunisasi, cara pemberian dan dosis, serta kerugian tidak

imunisasi TT bagi catin belum beliau ketahui. Berdasarkan wawancara dari

pihak KUA pun tidak memberikan pendidikan kesehatan pengenai imunisasi

TT pada calon pengantin, padahal pengetahuan catin mengenai imunisasi TT


sangatlah penting guna mensukseskan program pemerintah dalam menangani

kasus tetanus di Indonesia. Dari uraian yang telah disebutkan, maka penulis

tertarik untuk melakukan “Asuhan Kebidanan Suntik Tetanus Toksoid (TT)

Bagi Calon Mempelai Wanita Pada Nona T di PMB DNA Tahun 2022”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat dirumuskan permasalahan

yaitu “Bagaimana Asuhan Kebidanan Suntik Tetanus Toksoid (TT) Bagi

Calon Mempelai Wanita Pada Nona T di PMB DNA Tahun 2022?”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Kebidanan Suntik Tetanus Toksoid (TT) Bagi

Calon Mempelai Wanita Pada Nona T di PMB DNA.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian data subjektif pada pasien Nn. T sebagai calon

mempelai wanita dalam pemberian suntik vaksin tetanus toksoid di

PMB DNA.

b. Melakukan pengkajian data objektif pada Pasien Nn. T sebagai calon

mempelai wanita dalam pemberian suntik vaksin tetanus toksoid di

PMB DNA.

c. Merumuskan analisis data pada pasien Nn. T sebagai calon mempelai

wanita dalam pemberian suntik vaksin tetanus toksoid di PMB DNA.


d. Melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada pasien Nn. T

sebagai calon mempelai wanita dalam pemberian suntik vaksin tetanus

toksoid di PMB DNA.

e. Mengevaluasi asuhan kebidanan pada pasien Nn. T sebagai calon

mempelai wanita dalam pemberian suntik vaksin tetanus toksoid di

PMB DNA.

D. Manfaat Kegiatan Asuhan Kebidanan

1. Bagi PMB (Praktik Mandiri Bidan)

Dapat dimanfaatkan sebagai referensi atau informasi dalam meningkatkan

pelayanan kesehatan khususnya dalam pendokumentasian secara lengkap

pada pemberian suntik vaksin tetanus toksoid bagi calon mempelai

Wanita.

2. Bagi pasien dan keluarga

Memberikan informasi tentang efek samping pada pemberian suntik

vaksin tetanus toksoid bagi calon mempelai Wanita.

3. Bagi Bidan

Sebagai bahan masukan serta informasi dalam upaya mengembangkan

asuhan kebidanan pada pemberian suntik vaksin tetanus toksoid bagi calon

mempelai Wanita.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tetanus

1. Pengertian Tetanus

Kata tetanus diambil dari Bahasa Yunani, yaitu tetanus dari teinein yang

berarti memegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi yang terjadi ketika

spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockja),

spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotunus), kejang dan

paralisis pernapasan.

Tetanus yang juga dikenal dengan lokjaw merupakan penyakit yang

disebabkan tetanospasmin (sejenis neurotoksin yang di produksi oleh

Clostridium Tetani) yang meninfeksi sistem urat saraf dan otot sehingga saraf

dan otat menjadi kaku. Tetanus adalah penyakit sistem yang disebabkan oleh

tetanospasin (neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani).

Vaksin tetanus juga dikenal dengan nama tetanus toksoid (TT), adalah

vaksin yang diberikan untuk mencegah penyakit tetanus, lima dosis vaksin

ini disarankan untuk anak-anak dan dosis keenam akan diberikan saat

remaja. Imunisasi tetanus toksoid (TT) merupakan salah satu jenis imunisasi.

Tetanus adalah penyakit kekakuan dan tegang di seluruh tubuh akibat

infeksi kuman dan seluruh tubuh terasa sakit sehingga menyebabkan kematian.

Tetanus menimbulkan penyakit berat karena kerja cepat eksotoksin pada

SSP. Antibodi (antitoksin) sangat efektif menghambat kerja toksin, suatu contoh

bahwa baik komplemen atau pun sel fagosit sama-sama tidak dibutuhkan.

Toxoid adalah sebuah toksin bakteri yang dimodifikasi agar tidak beracun

(umumnya dengan formal dehida), tetapi tetap memiliki kemampuan untuk


merangsang pembentukan antitoksin (antibodi) sehingga menghasilkan

kekebalan aktif. Contohnya termasuk toxoid botulinum, tetanus, dan difteri.

Imunisasi Tetanus Toxoid adalah proses untuk membangun

kekebalan tubuh sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin

TT adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah dilemahkan

kemudian dimurnikan.

Imunisasi Tetanus Toxoid ialah imunisasi untuk mencegah penyakit

tetanus. Imunisasi TT Pada ibu Hamil dalah upaya yang dilakukan untuk

memperoleh kekebalan pada ibu hamil terhadap infeksi tetanus yaitu dengan

menyuntikan vaksin tetanus toxoid.

Imunisasi Tetanus Toxoid memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

tetanus ATS (Anti Tetanus Serum). Vaksinasi Tetanus Toxoid juga salah satu

syarat yang harus di penuhi saat mengurus surat-surat menikah di KUA

(Kantor Urusan Agama). Kepada calon pengantin wanita Imunisasi

Tetanus Toxoid diberikan sebanyak 2x dengan interval 4 minggu.

Imunisasi Tetanus Toxoid diberikan kepada calon pengantin wanita dengan

tujuan untuk melindungi bayi yang akan dilahirkan dari penyakit Tetanus

Neonetorum. Vaksin ini disuntik pada otot paha atau lengan dengan dosis

0,5mL. Efek samping pada Imunisasi Tetanus Toxoid adalah reaksi lokak

pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan, pembengkakan, dan rasa

nyeri.

Imunisasi Tetanus Toxoid adalah proses untuk membangun

kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin

Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian

dimurnikan ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trimester I s/d

trimester III.
2. Tanda dan Gejala Tetanus

Menurut Widoyono, Gejala awal yang muncul adalah kekakuan otot


rahang untuk mengunyah, sehingga sukar membuka mulut untuk makan
dan minum (trismus). Gejala lain yang muncul adalah :
a. Sulit menelan, gelisah, mudah terkena rangsang
b. Kekakuan otot wajah (rhesus sardonicus)
c. Kekuatan otot tubuh (punggung, leher, dan badan) sehingga tubuh dapat
melengkung seperti busur
d. Kekakuan otot perut
e. Kejang-kejang
Menurut KEMENKES RI, dalam buku eliminasi tetanus maternal dan
neonal, penyakit tetanus yang disebabkan oleh colostridium tetani
yang menghasilkan neurotoksin. Melalui kotoran yang masuk ke dalam luka
yang dalam dapat menimbulkan gejala :

a. Gejala awal : kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan

menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam.

b. Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek (sucking) antara 3 sampai 28

hari setelah lahir.

c. Gejala berikutnya kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku.

d. Komplikasi : patah tulang akibat kejang, pneumonia, infeksi lain yang

dapat menimbulkan kematian.


3. Penularan Tetanus

Tetanus masuk ke dalam tubuh manusia biasanya melalui luka yang dalam

dengan suasana anaerob (tanpa oksigen), sebagai akibat dari:

a. Kecelakaan

b. Luka tusuk

c. Luka operasi

d. Karies gigi

e. Radang telinga tengah


f. Pemotongan trail pusat

Adakalanya pintu masuk kuman ( port d’entree) tidak dapat ditemukan.

Ini diperkirakan karena spora sudah memasuki tubuh dan bertahan

berbulan- bulan sebelum berubah manjadi bentuk yang menginfeksi. Masa

inkubasinya antara 5-14 hari (rata-rata 6 hari). Semakin cepat masa inkubasi,

semakin parah gejala yang timbul.

4. Penanganan Tetanus

Menurut Widoyono, setiap penderita tetanus harus dirawat di rumah sakit

untuk mendapatkan pelayanan dengan fasilitas tertentu. Setelah

menemukan kasus ini petugas lapangan perlu segera merujuk penderita ke

rumah sakit terdekat. Kecepatan merujuk sangat berpengaruh pada angka

kematian kasus, pengobatan di rumah umumnya meliputi:

a. Pemberian antibiotik untuk membunuh bakteri, bisanya dengan penisilin

atau tetrasiklin.

b. Pemberian anti kejang

c. Perawatan luka atau penyakit penyebab infeksi

d. Pemberian anti tetanus serum (ATS)

Dengan upaya pencegahan yang baik maka angka kesakitan dan

angka kematian yang disebabkan oleh tetanus dapat diturunkan. Upaya-upaya

tersebut adalah:

a. Imunisasi aktif dengan toksoid

Diharapkan semua wanita usia subur (WUS) sudah mendapatkan

suntikan toksoid sebanyak lima kali sebelum ia hamil. Status imunisasi

yang demikian disebut tetanus toksoid (TT) 5 dosis yang akan

membari perlindungan terhadap tetanus selama 25 tahun.

b. Perawatan luka
Dilakukan dengan pemberian hydrogen peroksida (H2O2) untuk

oksigen luka dijaringan tubuh.

c. Persalinan yang bersih

Persalinan dengan 3 bersih (yaitu bersih tempat, alat, dan tangan

penolong persalinan) dengan perhatian pada saat pemotongan tali pusat.

5. Kandungan Vaksin TT

Adapun kandungan yang terdapat dalam vaksin tetanus toksoid (TT)

sebagai berikut:

1. Aluminium, banyak vaksin yang mengandung garam aluminium seperti

aluminium hidroksida, aluminium fosfat atau kalium aluminium sulfat.

2. MF59 (Squalene Oil) kandungan vaksin berikutnya yang bisa ditemukan

adalah MF59.

3. Thiomersal atau thimerosal adalah senyawa organomercury. Senyawa ini

adalah agen antiseptik dan antijamur yang sudah mapan.

4. Gelatin adalah senyawa turunan protein yang diperoleh dengan cara

mengekstrak kolagen hewan dan mengeringkannya. Karakteristik gelatin

adalah bening sehingga tembus cahaya, tak berwarna, rapuh, dan tak

berasa.

5. Sorbitol adalah gula alkohol dengan rasa yang manis yang dimetabolisasi

dengan lambat oleh tubuh manusia, senyawa ini dapat diperoleh dengan

mereduksi glukosa, yang mengubah kelompok aldehida menjadi hidroksil.

6. Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi dan

mencegah infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan

menghentikan bakteri berkembang biak di dalam tubuh. Antibiotik tidak

dapat digunakan untuk mengatasi infeksi akibat virus, seperti flu.

7. Protein telur (ovalbumin) merupakan salah satu protein utama dari putih

telur. Ovalbumin termasuk dalam phosphoglycoprotein. Ovalbumin


berfungsi sebagai protein cadangan untuk berbagai proses metabolisme

dalam tubuh.

8. Formaldehyde dan Glutaraldehyde

Formaldehyde adalah senyawa yang terbentuk secara alami ditubuh

dan lingkungan. Senyawa ini tidak ditambahkan pada produk bayi, tapi

bahan kimia lain pada sebuah produk melepaskan formaldehyde. Bahkan

kimia ini dikenal dengan istilah “formaldehyde releasers”. Senyawa

kimia formaldehida merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO,

yang berbentuk gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan

yang dikenal sebagai paraformaldehyde atau trioxane.

Glutaraldehida antara lain dijual dengan merek Cidex dn

Glutaral, merupakan disinfektan, obat, pengawet, pengawet jaringan

biologis. Sebagai disinfektan, zat ini digunakan untuk mensterilkan

peralatan bedah dan bagian lain rumah sakit.

B. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal dan reisten, imunisasi
adalah memberi kekebalan terhadap beberapa penyakit melalui pemberian
vaksin yang nantinya akan melindungi Kesehatan Ibu dan anak.

2. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Calon Pengantin


Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) merupakan salah satu jenis imunisasi
yang bekerja mencegah penyakit tetanus. Fungsi imunisasi tetanus toksoid
(TT) pada ibu hamil yaitu untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap
penyakit yang disebabkan oleh bakteri tetanus. Bakteri tersebut akan
menghasilkan racun sehingga menyebabkan infeksi tetanus, pemberian vaksin
tetanus toksoid (TT) ini cara menyuntik sehingga virus yang masuk
kedalam tubuh dilemahkan terlebih dahulu, virus tetnus sangat berbahaya
bagi kesehatan bahkan virus ini dapat mengganggu terutama pada ibu hamil,
maka untuk mencegah sebaiknya melakukan suntik imunisasi tetanus toksoid
(TT) cara ini sangat efektif guna menghindari virus tetanus.
Namun imunisasi tetanus toksoid (TT) ini bukan hanya untuk ibu
hamil saja, melainkan untuk calon pengantin wanita, calon pengantin wanita
harus melakukan suntik vaksin tetanus toksoid (TT) karena sesudah menikah
pengantin wanita dan pengantin pria akan melakukan hubungan intim dan
imunisasi ini sangat penting guna meningkatkan kekebalan tubuh dan
terhindar dari penyakit tetanus. Tujuan utamanya ialah melindungi bayi baru
lahir dari kemungkinan terkena kejang akibat infeksi pada tali pusat (Tetanus
Neonatrium). Imunisasi ini harus diberikan melalui ibunya, karena janin belum
dapat membentuk kekebalan sendiri.
Imunisasi tetanus toksoid (TT) akan memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit tetanus toksoid. Vaksin tetanus toksoid (TT) juga salah satu
syarat yang harus dipenuhi saat mengurus surat-surat atau kelengkapan
administrasi di KUA. Kepada calon pengantin Wanita imunisasi tetanus
toksoid (TT) diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu.
Imunisasi tetanus toksoid (TT) diberikan kepada catin wanita dengan tujuan
untuk melindungi bayi yang akan dilahirkan dari penyakit tetanus neonatrium
Bila pasangan usia subur melakukan imunisasi TT1 dan TT2, jika
dalam waktu tiga tahun ia melahirkan, bayi yang dilahirkan akan terlindung dari
tetanus neonaturum. Sedangkan bila ia melakukan imunisasi sampai dengan
TT5, ia akan memberi perlindungan selama 25 tahun atau seumur hidup.
Imunisasi TT dapat dilakukan ditempat pelayanan kesehatan pemerintah,
praktek bidan atau RS swasta. Sebenarnya target pemberian imunisasi TT ini
adalah bukan wanita yang akan menikah saja, tapi adalah wanita usia subur.
Dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 12
tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi dijelaskan dalam BAB II
mengenai jenis imunisasi bahwa berdasarkan penyelenggaraannya
imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi program dan pilihan.
Imunisasi Program terdiri atas :
a. Imunisasi rutin, dilaksanakan secara terus menerus dan
berkesinambungan. Terdapat dua jenis yaitu Imunisasi dasar dan lanjutan
b. Imunisasi tambahan, merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan
pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai
dengan kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu.
c. Imunisasi khusus, Imunisasi khusus dilaksanakan untuk
melindungi seseorang dan masyarakat terhadap penyakit tertentu pada
situasi tertentu.
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang diberikan kepada seseorang
sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan
dari penyakit menular tertentu.

Imunisasi TT termasuk Imunisasi lanjutan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diberikan pada anak usia bawah dua tahun (Baduta), anak usia
sekolah dasar; dan wanita usia subur (WUS).

3. Tujuan Imunisasi TT
Tujuan pemberian imunisasi TT pada wanita usia subur adalah
untuk mengeliminasi penyakit tetanus pada bayi baru lahir (Tetanus
Neonaturum). Pemberian imunisasi TT ini dalam beberapa jenjang yang dapat
dicapai seperti murid perempuan kelas 6 SD, saat akan menikah dan pada saat
hamil. Vaksin TT juga dapat diberikan pada laki-laki dewasa. Karena hal ini
dapat melindunginya.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Imunisasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi status imunisasi TT sebagai berikut:
a. Umur
Penilaian status bisa dimulai pada saat bayi atau apabila tidak ada
register yang mencatat riwayat sebelumnya maka dihitung mulai
WUS berusia 15 tahun dengan status TT 0.
b. BIAS di SD/MI
Apabila ada dokumentasi yang sah seperti kartu atau register pada
petugas kesehatan maka imunisasi pada saat program BIAS bisa
dihitung sebagai imunisasi TT.
c. Status Perkawinan
Adanya program imunisasi pada calon pengantin bisa dijadikan
pedoman bahwa WUS dipastikan telah mendapatkan imunisasi
TT (Kemenkes RI. 2009).
d. Jumlah anak
Program imunisasi TT 1 dan TT 2 pada ibu hamil bisa dijadikan
pedoman penentuan status imunisasi TT wanita usia subur.
5. Efek Samping Pemberian TT
Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti demam ringan,
kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan. Efek samping
tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak perlukan
tindakan atau pengobatan.
6. Penyakit yang dapat Dicegah dengan Imunisasi TT
Imunisasi TT mencegah penyakit tetanus yaitu penyakit yang menyerang
system syaraf pusat yang disebabkan oleh racun tetanospasmin yang
dihasilkan oleh clostridium tetani. Penyakit ini masuk melalui luka yang
dimasuki kuman gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas gigitan
dan pemotongan tali pusat. Toksin yang dihasilkan seperti tetanospasmin
yang secara umum menyebabkan kekakuan pada tubuh.
7. Prosedur Suntik Imunisasi Tetanus Toxoid
Tabel 2
Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid Pada
Wanita Usia Subur
Jenis Pemberian Interval Persentase Masa Dosis
Imunisasi Imunisasi pemberian proteksi Perlindungan
minimal
Imunisasi TT1 -- -- Tidak ada 0,5 cc
Tetanus
Imunisasi TT2 4 minggu 80 % 3 tahun 0,5 cc
Tetanus setelah TT1
Toxoid
Wanita
Imunisasi TT3 6 bulan 95 % 5 tahun 0,5 cc
Tetanus setelah TT2
Toxoid
Wanita
Imunisasi TT4 1 tahun 99 % 10 tahun 0,5 cc
Tetanus setelah TT3
Toxoid
Wanita
Imunisasi TT5 1 tahn 99 % Seumur hidup 0,5cc
Tetanus setelah TT4 atau selama
Toxoid usia subur/ (25
Wanita tahun)
Jenis Pemberian Interval Persentase Masa Dosis
Imunisasi Imunisasi pemberian proteksi Perlindungan
minimal
Imunisasi TT1 -- -- Tidak ada 0,5 cc
Tetanus
Imunisasi TT2 4 minggu 80 % 3 tahun 0,5 cc
Tetanus setelah TT1
Toxoid
Wanita

Imunisasi TT3 6 bulan 95 % 5 tahun 0,5 cc


Tetanus setelah TT2
Toxoid
Wanita
Imunisasi TT4 1 tahun 99 % 10 tahun 0,5 cc
Tetanus setelah TT3
Toxoid
Wanita
Imunisasi TT5 1 tahn 99 % Seumur hidup 0,5cc
Tetanus setelah TT4 atau selama
Toxoid usia subur/ (25
Wanita tahun)
Sumber: Dokumentasi di Puskesmas Ariodillah, 23 januari 2018,20:33
wib
Setiap perempuan yang akan (dan setelah) menikah perlu mendapatkan vaksin
TT ini sebanyak (total) 5 kali. Namun semua itu dilakukan secara bertahap.
Jadwalnya biasanya dimulai sebulan sebelum menikah hingga sekitar 2 tahun
sesudah itu.
Berikut jadwal suntik Imunisasi Tetanus Toxoid berdasarkan
kemenkes RI:
1. TT 1 - tidak harus sebulan, namun usahakan 2 minggu sebelum
menikah agar ada waktu bagi tubuh untuk membentuk antibodi.
2. TT 2 - sebulan setelah TT 1 (efektif melindungi hingga 3 tahun ke
depan).
3. TT 3 - 6 bulan sesudah TT 2 (efektif melindungi sampai 5 tahun
berikutnya).
4. TT 4 - 12 bulan pasca TT 3 (lama perlindungannya 10 tahun).
5. TT 5 - 12 bulan setelah TT 4 (mampu melindungi hingga 25 tahun).

Dari jadwal di atas, maka kita bisa melihat juga keefektifan


perlindungan jika kita melakukan sekian kali suntikan.
Jadwal pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid pada calon pengantin wanita
adalah jumlah vaksinasi 2 kali, interval waktu pemberian minimal 4 minggu,
sasaran sebelum akad nikah (waktu melapor atau waktu menerima nasehat
perkawinan). Serta pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid sebanyak 3 dosis
kepada semua Wanita Usia Muda untuk kekebalan Tetanus sekitar 10 tahun.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Hari/tanggal pengkajian : Selasa /22 November 2022

Jam pengkajian : 10.00 WIB

A. Data Subjektif

1. Identitas

Calon Istri (pasien)

Nama : Ny. T

Umur : 20 tahun

Agama : Islam

Suku/ Bangsa : Sunda/Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Kp. Anyar 2/6 Muarasari Bogor

Calon Suami (penanggung jawab)

Nama : Tn. Z

Umur : 24 tahun

Agama : Islam

Suku/ Bangsa : Sunda/Indonesia

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Kp. Anyar 3/2 Muarasari Bogor


2. Keluhan Utama

Pasien merupakan calon mempelai wanika yang akan menikah di tanggal


27 November 2022. Pasien belum pernah melakukan vaksin TT
sebelumnya. Vaksin TT ini merupakan salah satu syarat untuk menikah.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan pasien


Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit yang sedang diderita,
seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, hipertensi dan kanker.
b. Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki

penyakit jantung, hipertensi, dan kanker. Namun ada yang menderita

penyakit diabetes mellitus.

4. Pola Kebutuhan Selama menggunakan Kontrasepsi 3 bulan

a. Nutrisi

Jenis yang dikonsumsi : Nasi, sayur, daging, ikan,

gorengan

Frekuensi : 3-4 kali sehari (pagi-siang-

sore-malam)

Porsi makan : 1-2 piring

Pantangan : Tidak ada

b. Pola Eliminasi

BAB

Frekuensi : 1 kali sehari

Warna : Kuning
Masalah : Tidak ada

BAK

Frekuensi : 5-6 kali sehari

Warna : Kuning jernih

Masalah : Tidak ada

c. Tidur dan Istirahat

Siang hari : 2-3 jam sehari

Malam hari : 7-9 jam sehari

Masalah : Tidak ada

d. Aktifitas : Pasien melakukan pekerjaan

berjualan makanan ringan.

5. Data Psikososial dan Spiritual

Pasien melaksanakan vaksin TT atas kehendak sendiri, serta orangtua

mengijinkan dan pasien merasa cemas efek yang ditimbulkan setalah

penyuntikan vaksinTT.

B. Data Objektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Tinggi badan : 155 cm

4. Berat badan : 55 kg

5. Tanda vital

TD 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,5oC, respirasi 20 x/menit


C. Analisis data

1. Diagnosa : Nn. T umur 20 tahun dengan vaksin TT

pertama calon pengantin

2. Masalah : Cemas akan efek samping penyuntikan TT

3. Kebutuhan : KIE

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa Nona T akan

melakukan penyuntikan Tetanus Toksoid pertama pada calon pengantin

“Nona T siap dan akan melalukan suntik tetanus toksoid sebagai salah

satu syarat pranikah”

2. Menjelaskan kepada nona T bahwa pentingnya suntik Tetanus Toksoid.

Yaitu Imunisasi tetanus toksoid (TT) akan memberikan kekebalan aktif

terhadap penyakit tetanus toksoid. Vaksin tetanus toksoid (TT) juga

salah satu syarat yang harus dipenuhi saat mengurus surat-surat atau

kelengkapan administrasi di KUA. Kepada calon pengantin Wanita

imunisasi tetanus toksoid (TT) diberikan sebanyak 2 kali dengan

interval 4 minggu. Imunisasi tetanus toksoid (TT) diberikan kepada

catin wanita dengan tujuan untuk melindungi bayi yang akan

dilahirkan dari penyakit tetanus neonatrium

“nona T mengerti akan pentingnya penyuntikan TT bagi catin”

3. Menjelaskan kepada nona T efek samping pemberian suntik TT yaitu,

biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti demam ringan,

kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan. Efek samping


tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak

perlukan tindakan atau pengobatan.

“nona T mengerti akan efek samping dari penyuntikan TT bagi catin”

4. Menjelaskan Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid

Berikut jadwal suntik Imunisasi Tetanus Toxoid berdasarkan

kemenkes RI:

1. TT 1 - tidak harus sebulan, namun usahakan 2 minggu


sebelum menikah agar ada waktu bagi tubuh untuk membentuk
antibodi.
2. TT 2 - sebulan setelah TT 1 (efektif melindungi hingga 3 tahun
ke depan).
3. TT 3 - 6 bulan sesudah TT 2 (efektif melindungi sampai 5 tahun
berikutnya).
4. TT 4 - 12 bulan pasca TT 3 (lama perlindungannya 10 tahun).
5. TT 5 - 12 bulan setelah TT 4 (mampu melindungi hingga 25
tahun).
“ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan”
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Data subjektif

Pada langkah ini peneliti melakukan pengkajian untuk mendapatkan

data subjektif dengan cara wawancara pasien. Data subjektif yang

didapatkan dari kasus ini yaitu identitas pasien yang bernama Nn. T umur

20 tahun, pasien mengatakan akan melaksanakan pernikahan, merasa

cemas dan takut melakukan penyntikan TT. Adapun Pola kebutuhan

nutrisi selama ini normal dengan frekuensi pola makan 2-3x sehari

dengan porsi makan 1 piring,. Pasien juga memiliki pola tidur di siang

hari 2-3 jam, dan malam 7-9 jam. Pasien dalam kesehariannya hanya

melakukan aktifitas yang ringan saja seperti memasak, menyapu,

menyuci piring, dan cuci baju.

Keluhan utama pada pasien Nn. T yaitu danya rasa cemas dan takut

akan penyuntikan suntik TT. Nakes menjelaskan prosedur suntik vaksin

Tetanus Toksoid (TT) mulai dari menyiapkan dan membawa vaksin.

Calon pengantin yang siap melakukan suntik vaksin tetanus toksoid

(TT), tehnik penyuntikan yang aman, pencatatan, pembuangan

limbah, sampai pada tehnik penyimpanan dan penggunaan sisa

vaksin dengan benar. Penjelasan kepada calon pengantin sebelum dan


sesudah vaksin perlu dipelajari pula. Pengetahuan tentang kualitas

vaksin yang masih diberikan kepada calon pengantin perlu

mendapatkan perhatian, dengan prosedur vaksin yang benar diharapkan

akan di peroleh kekebalan yang optimal dan penyuntikan yang

aman. Untuk pemberian vaksin sendiri umumnya bisa dilakukan

dengan cara memasukkan cairan kedalam tubuh dengan penyuntikkan

cairan cairan ke dalam bagian otot.

Wanita yang telah menikah pasti akan melakukan hubungan intim

dengan pasangannya. Hal ini menyebabkan robeknya selaput

darah hingga terbentuklah luka. Kondisi tersebut beresiko

menyebabkan infeksi bakteri. Tak terkeculi bakteri tetanus. Maka dari

itu, suntik vaksin tetanus toksoid (TT) bisa menjadi tindakan

pencegahan yang tepat.

Suntik tetanus toksoid (TT) dapat meminimalisir resiko penyakit

tetanus pada ibu hamil dan saat persalinan. Imunisasi tetanus toksoid

(TT) merupakan salah satu jenis imunisasi yang bekerja mencegah

penyakit tetanus. Fungsi imunisasi tetanus toksoid (TT) pada ibu

hamil yaitu untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit yang

disebabkan oleh bakteri tetanus.

2. Data objektif

Pada langkah ini peneliti melakukan pengkajian untuk mendapatkan

data objektif dengan cara memeriksa pasien secara langsung. Data

objektif yang didapatkan dari kasus ini yaitu keadaan umum pasien baik,
kesadaran pasien composmentis, tinggi badan pasien 155 cm, berat badan

saat ini 55 kg. Tanda-tanda vital pasien meliputi tekanan darah 120/80

mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36,5oC, respirasi 20 x/menit.

3. Analisis data

Dari hasil pengkajian data subjektif dan data objektif didapatkan

diagnosa pada kasus ini adalah Ny. T P0A0 umur 20 suntik TT catin,

sedangkan masalah yang dialami oleh pasien adalah rasa cemas dan takut

akan penyuntikan TT catin. Kebutuhan dari kasus ini adalah dengan

memberikan KIE (komunikasi. Informasi dan edukasi).

4. Penatalaksanaan

Pada langkah ini penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan

kenaikan berat badan adalah dengan melakukan pemberian KIE tentang

pentingnya suntik Tatanus Toksoid bagi calon mempelai Wanita.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa Imunisasi tetanus toksoid (TT)

adalah program pemerintah yang bertujuan untuk menekan angka

kejadian penyakit tetanus. Sebelumnya, banyak ibu yang melakukan

proses persalinan atas bantuan dukun beranak. Proses persalinan

dengan bantuan dukun beranak tersebut tidak sesuai dengan prosedur

kesehatan, peralatan yang digunakan tidak steril bahkan berkarat.

Inilah yang membuat penyakit tetanus banyak menyerang ibu dan

bayinya. Kemungkinan untuk terinfeksi penyakit tetanus pun sangat

kecil bagi para ibu yang melahirkan atas bantuan tenaga kesehatan di

rumah sakit. Akan tetapi, beberapa dokter tetap menyarankan untuk


melakukan imunisasi tetanus toksoid (TT) bagi para calon pengantin

perempuan. (Fatimah, 2020)

4. Evaluasi

Suntik vaksin sama seperti obat lain, dapat menimbulkan efek

samping. Namun, sebagian besar vaksin jarang menimbulkan efek

samping vaksin masih jauh lebih rendah dibandingkan resiko kena

penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksin. Di samping

dapat menyembuhkan, ternyata suntik tetanus juga memiliki efek

samping yaitu demam ringan, kelelahan, nyeri sendi, mual, nyeri otot,

kemerahan dan gatal di area bekas suntik. Setiap jenis vaksin memiliki

efek samping yang berbeda, yang sebagian besar ringan. Efek

samping ini muncul tidak lama setelah vaksin diberikan, biasanya

hanya 1-2 hari. Vaksin juga menimbulkan efek samping yang serius

namun ini sangat jarang terjadi, terbilang aman dan tidak

mengurangi kesehatan ibu hamil dan janin. (Fatimah, 2020)


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pengkajian pada data subjektif didapatkan pasien mengatakan adanya rasa

cemas dan takut akan melaksanakan penyuntikan Tenatus Toksoid. Masalah

yang dialami adalah rasa takut dan cemas karena tidak percaya diri.

Kebutuhan yang diperlukan adalah memberikan KIE.

B. Saran

1. Bagi Bidan Praktek Mandiri(BPM)

Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan Pranikah yang

meliputi KIE mengenai prntingnya suntik TT sehingga pasien

mengetahui apa saja efek samping, keuntungan, dan kerugian terhadap

suntik Tetanus Toksoid ini.

2. Bagi pasien dan keluarga

Diharapkan pasien lebih aktif dalam berkonsultasi seperti menanyakan

hal-hal yangbelum dimengerti dengan suntik TT kepada tenaga kesehatan

yang memberikan pelayanan.

3. Bagi Bidan
Sebaiknya mampu memberikan informasi yang jelas kepada calon

pengantin mengenai pentingnya penyuntikan TT dan efek samping yang

di timbulkan setelah pemberian.


DAFTAR PUSTAKA

Fikarsih Ponda Catur Rika. "Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan


Dukungan Keluarga Imunisasi TT pada Calon Pengantin dengan
Kepedulian melakukan Imunisasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung
Samarinda Balikpapan" Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Farmasi
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur 2018.
Hasdianah dkk. S Imunologi: Diagnosis dan Taknik Biologi Molekler [t.cet];
Yogyakarta: Nuha Medika. 2013.
Tribun Jogja. Ibu Rumah Tangga Rentan Tertular HIV/AIDS. [t. cet]; 2012.
Wahab. Metode Dan Model Mengajar [t.cet]; Bandung: PT. Alfabeta. 2007.
Widoyono. Penyakit Tropis: Epidemiologi. Penularan. Pencegahan. Dan
Pemberantasannya. Ed. II [t.cet]; Jakarta: Erlangga, 2011.
Fatimah. Efektivitas Suntik Vaksin Tetanus Toksoid (Tt) Dalam Perspektif Hukum
Islam Dan Medis Bagi Calon Mempelai Wanita Sebelum Dan Sesudah
Melangsungkan Akad Nikah. IAIN BONE. 2020

Anda mungkin juga menyukai