Anda di halaman 1dari 3

BIOGRAFI SASTRAWAN

W.S. Rendra

Willibrordus Surendra Broto Rendra atau yang lebih dikenal dengan nama W.S.
Rendra lahir di Solo, Hindia Belanda, 7 November 1935, adalah sastrawan besar
Indonesia.

Sejak muda, dia telah memulai karir sastrawannya dengan menulis banyak
puisi, naskah drama, cerpen, dan esai sastra di banyka media massa. Puisinya
pertama kali dipublikasikan pada tahun 1952 di majalah Siasat. Dari situ, puisi-
puisinya terus dipublikasikan di berbagai majalah pada masa itu seperti
malajalah Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Dan terus berlanjut
pada decade 60-an sampai 70-an.

Dalam bukunya yang berjudul Sastra Indonesia Modern II (1989), A. Teeuw


mengatakan bahwa dalam sejarah kesusastraan Indonesia modern, Rendra tidak
termasuk ke dalam salah satu angkatan atau kelompok seperti Angkatan 45,
Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an. Dari karya-karyanya terlihat bahwa ia
mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri. Karya-karyanya antara lain
Ballada Orang-orang Tercinta (Kumpulan sajak, Blues untuk Bonnie, Empat
Kumpulan Sajak, Sajak-sajak Sepatu Tua, Mencari Bapak, Perjalanan Bu
Aminah, Nyanyian Orang Urakan, Pamphleten van een Dichter, Potret
Pembangunan Dalam Puisi, Disebabkan Oleh Angin, Orang Orang
Rangkasbitung, Rendra: Ballads and Blues Poem, State of Emergency, dan Doa
Untuk Anak-Cucu.

Sitor Situmorang

Sitor Situmorang dilahirkan dengan nama Raja Usu dengan marga Situmoran
dari Suku Batak Toba. Dia lahir di Harianboho, Tapanuli Utara, Sumatera Utara,
2 Oktober 1923. Sitor Situmorang dikenal sebagai wartawan, sastrawan, dan
penyair Indonesia.

Karir kepenyairannya dikatakan oleh A. Teeuw bersinar setelah meninggalnya


Chairil Anwar. Dia memulai kariernya sebagai wartawan harian Suara Nasional
dan harian Waspada. Dia juga pernah menjadi pegawai Jawatan Kebudayaan
Departemen P & K, dosen Akademi Teater Nasional Indonesia, anggota Dewan
Nasional, anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara mewakili
kalangan seniman, anggota Badan Pertimbangan Ilmu Pengetahuan, dan Ketua
Lembaga Kebudayaan nasional. Pada masa pemerintahan Orde Baru, Sitor
pernah dipenjara sebagai tahanan politik di Jakarta mulai tahun 1967-1974.

Karya-karyanya antara lain Surat Kertas Hijau (kumpulan puisi (1954), Jalan
Mutiara (drama (1954), Dalam Sajak (kumpulan puisi (1955), Wajah Tak
Bernama (kumpulan puisi (1956), Rapar Anak Jalang (1955), Zaman Baru
(kumpulan puisi (1962), Pangeran (kumpulan cerpen (1963), Sastra
Revolusioner (kumpulan esai (1965), Dinding Waktu (kumpulan puisi (1976),
Sitor Situmorang Sastrawan 45, Penyair Danau Toba (otobiografi (1981),
Danau Toba (kumpulan cerpen (1981), Angin Danau (kumpulan puisi (1982),
Bunga di Atas Batu (kumpulan puisi (1989), Toba na Sae (1993), Guru
Somalaing dan Modigliani Utusan Raja Rom (sejarah lokal (1993), Rindu
Kelana (kumpulan puisi (1994), dan Peta Perjalanan (kumpulan puisi) yang
mendapatkan Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta 1976.

Anda mungkin juga menyukai