Dua buku puisnya masing-masing terdiri dari satu judul, Tanah Air (9 Desember 1922,
berupa manuskrip di Pusat Dokumentasi H.B. Jassin) terdiri dari 30 bait dan tiap bait
terdiri 9 baris; Indonesia, Tumpah Darahku (26 Oktober 1928) terdiri dari 88 bait dan
tiap bait terdiri dari 7 baris.
Muhammad Yamin (dan Rustam Effendi) terkenal sebagai pembawa puisi berpola soneta
dari Belanda asli Italia itu ke Indonesia. Antara tahun 1920-1922, dia banyak menulis
lirik. Yamin sendiri banyak menulis soneta, tapi belum dibukukan.
Lakonnya, Ken Angrok dan Ken Dedes (1934), Kalau Dewi Tara Sudah
Berkata (1932), Gajah Mada (1946), Pangeran Dipanegara (1950). Terjemahannya
antara lain: Julius Caesar (1952) karya William Shakespeare, 1564-1616; Menantikan
Surat dari Raja dan Di Dalam dan di Luar Lingkungan Rumah Tangga karya
Rabindranath Tagore (1861-1941).
Sejumlah puisinya ada dalam antologi Pujangga Baru: Prosa dan Puisi(1963) susunan
H.B. Jassin.
Oleh beberapa pengamat dan peninjau sastra, Muhammad Yamin dianggap sebagai
pemula penyair dalam khasanah sastra Indonesia modern. Setelah dewasa dan matang,
dia terjun ke gelanggan politik dan tidak mencipta karya sastra lagi.
5. USMAR ISMAIL
Lahir 20 Maret 1921 di Bukittinggi, Sumatera Barat, meninggal tahun 1971 di Jakarta.
Pendidikannya: AMS-A II Yogyakarta dan Sekolah Menengah Tinggi Jakarta sampai
tamat (1943).
Dia muncul pada zaman pendudukan Jepang. Menulis puisi, cerita pendek, esei, dan
drama. Kemudian kegiatannya mengarah pada dunia film: dia menjadi sutradara dan
menulis skenario film, terkadang juga menjdai juri festival film.
Pada masa pendudukan Jepang, dia mendirikan sandiwara Maya (awal tahun 1944)
sebagai imbangan terhadap badan propaganda Pusat Kebudayaan. Sesudah Indonesia
merdeka, dia pindah dari Jakarta ke Yogya dan mendirikan majalah Tentara dan Patriot.
Majalah-majalah ini berubah menjadi surat kabar harian dan majalah kebudayaan dan
kesusastraan Arena. Sesudah Aksi Militer II Desember 1948, dia sebagai wartawanpolitik Antara datang ke Jakarta, ditahan Belanda empat bulan atas tuduhan ambil bagian
dalam aksi subversif.
Keluar dari tahanan dia memperdalam pengetahuannya dalam dunia film, dengan masuk
South Pacific Film Corporation. Dia pun mendirikan Perusahaan Film Nasional
Indonesia (Perfini, 1950). Dia mengikuti kuliah di fakultet Theatre Arts pada university
of California di Los Angeles atas biaya Rockefeller Foundation (awal tahun 1952)
selama delapan bulan. Kemudian meninjau Eropa Barat, terutama Italia.
Karyanya yang sudah terbit: Tempat yang Kosong, Mutiara dari Nusa Laut (1944), Sedih
dan Gembira (1948), Puntung Berasap (1950), danMengupas Film (1983, editor J.E.
Siahaan). Sejumlah karyanya ada dalam antologi Gema Tanah Air (1949) susunan H.B.
Jassin dan Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang(1948) susunan H.B. Jassin pula.