Anda di halaman 1dari 4

1.

Judul : "Tanpa Judul"

Pelukis : Hans Hartung


Tahun : 1989
Jenis : Litografi
Ukuran : 55,5 x 76 cm

Dalam karya litografi ini Hartung


mengungkapkan perasaan puitisnya lewat
guratan-guratan gambar yang hitam pekat dengan tepi-tepi yang lembut dan
kabur. Dalam goresan garis-garis vertikal yang berirama itu, justru secara murni
dapat dirasakan impulsi perasaan lembutnya lewat jejak goresan pensil atau tinta
pada kertas. Rekaman jejak yang demikian tentu tidak dapat tampil semurni itu,
apabila pelukis menggunakan media yang canggih dan kompleks, seperti cat
minyak atau sejenisnya.
Di samping aspek-aspek teknis yang berdimensi spiritual, pasti ada konsep
dibalik karya Hartung, sehingga memperkuat ekspresi keseluruhannya. Dalam
karya litografi Hartung yang berupa goresan garis-garis vertikal yang
membentuk ritme puitis ini, juga memunculkan impulsi murni dunia spiritual
tersebut.

2. Judul : "Tamansari III"


Pelukis : G. Sidharta Soegijo
Tahun : 1975
Media,Bahan : Tinta cetak pada kertas
Ukuran : 55 x 50 cm

Karya grafis ini menampilkan abstraksi seni hias


bangunan Taman Sari Kraton Yogyakarta. Bentuk -
bentuk itu tidak lagi dimaknai sebagaimana nilai
simbolik aslinya, tetapi hanya diambil esensi dan
karakter keindahannya untuk ditampilkan dalam
semangat modern.
Ukiran seni hias yang diubah dalam susunan bebas, membuat citra relief menjadi
bidang datar, dan memakai warna-warna kontras cerah, memberikan citra
sebagai penggambaran visual seni modern. Karya G. Sidharta ini, juga
memberikan makna yang kuat tentang semangat pencarian kepribadian nasional
dalam seni lukis modern.

3. Judul : "Hutan"
Pelukis : Widayat
Tahun : 1973
Media,Bahan : Cat minyak pada kanvas
Ukuran : 100 x 70 cm

Karya ini cenderung menangkap ‘esensi hutan’ dari


pada mengggambarkan pemandangan alam atau
keindahannya.
Firstya Nur Ridha M.

XII IPS 3
4. Judul : "Upacara Bali"
Pelukis : Trisno Sumardjo
Tahun : 1959
Media,Bahan : Cat minyak pada kanvas
Ukuran : 59 x 48 cm

Karya “Upacara Bali” (1959) ini merupakan


ungkapan dalam gaya Impresionisme yang
cenderung dekoratif. Suasana yang dibangun
terkesan puitik dan sepi, dengan warna-warna yang kelam.

5. Judul : "Asti"
Pelukis : Soedibio
Tahun : 1980
Media,Bahan : Cat minyak pada kanvas
Ukuran : 100 x 80 cm

Karya yang berjudul “Asti” (1980) ini,


memperlihatkan paduan antara
kecenderungan gaya dekoratif dengan
realistik. Lukisannya bersifat naratif, dan pada
umumnya merupakan mitologi yang telah akrab dalam penghayatan (budaya)
masyarakat. Gaya Soedibio dalam berkarya menunjukkan spirit Persagi yang
ingin mencari identitas keindonesiaan dalam lukisan.

6. Judul : "Demit 2000"


Pelukis : Djoko Pekik
Tahun : 2001
Media,Bahan : Cat minyak pada kanvas
Ukuran : 65 x 75 cm

Karya “Demit 2000” (2001) ini


menggambarkan seorang penguasa sedang
mengungkapkan ekspresi murkanya. Dengan
mulut menganga, mata melotot, tokoh ini lebih
menyerupai setan yang berbicara. Pada latar
belakang berjajar para anak buah duduk dalam
kebekuan dan kepatuhan. Sebagai tokoh raksasa dalam wayang dan warna yang
kontras menyala, karya ini mewakili gaya personal Djoko Pekik sejak masa
pematangannya di Sanggar Bumi Tarung.
Pandangan ini menempatkan rakyat berhadapan dengan para imperialis dan
kapitalis-penindas, serta para kompradornya, hal itu selalu ada di sepanjang
sejarah republik ini, dari masa kemerdekaan sampai masa reformasi. Lukisan ini
secara simbolik menggambarkan sifat kekuasaan yang kasar dengan dukungan
jajaran kepatuhan. Kerasnya kekuasaan tersirat dari tokoh penguasa yang
berwajah sangar seperti demit (setan).
Firstya Nur Ridha M.

XII IPS 3
7. Judul : "Wanita Menanti"
Pelukis : Sudarso
Tahun : 1982
Media,Bahan : Cat minyak pada kanvas
Ukuran : 120 x 80 cm

Dalam lukisan “Wanita Menanti” (1982)


digambarkan dengan kuat suatu ekspresi
perempuan desa yang lugu pendukung ekspresi itu
adalah gestur tubuh yang duduk meliuk, dengan
penanda pakaian kebaya dan kain panjang, bekal
dalam pembungkusan kain, serta alam perdesaan
yang hijau dan sunyi.
Gaya realisme Sudarso yang halus, memang dikenal sangat piawai untuk
mewujudkan sosok-sosok tubuh perempuan. Pelukis ini bahkan identik dengan
objek-objek perempuan  desa yang lugu, namun selalu memiliki bentuk kaki
yang indah.
Penantian pada suatu ketidakjelasan bisa dilihat dari ekspresi wajah perempuan
yang kosong. Lewat penanda-penanda visual yang ada, semakin memberi
tekanan, bagaimanakah kegalauan penantian itu jika terjadi pada manusia-
manusia bersahaja dari desa. Lewat karya itu, Sudarso sebenarnya lebih
menggali sisi psikologis yang absurd daripada sekedar kecantikan sosok wanita
yang sedang menanti itu.

8. Judul : "Pertemuan"
Pelukis : Otto Djaja
Tahun : 1947
Media,Bahan : Cat plakat pada kertas
Ukuran : 88 x 65 cm

Karya lukisan berjudul “Pertemuan” (1947)


ini, disana terdapat laki-laki dan perempuan
duduk di tepi ranjang. Laki-lakinya masih
berpakain lengkap dengan jas dan peci,
sementara kebaya wanitanya terbuka, sehingga BH-nya terlihat.
Gestur tubuh kedua orang itu bisa mengisyaratkan komunikasi yang berisi
keintiman, bisa juga konflik, sekaligus humor. Setting ini bisa terjadi dalam
kehidupan rumah tangga, yang mengarah pada potret sebuah bordil di tahun
1940-an. Namun lebih dari itu, lukisan dengan pengolahan tokoh naif, warna
cerah, dan garisnya yang linier ini, dapat memberikan komentar kehidupan yang
tajam. Lukisannya menghadirkan suasana yang hangat.

Firstya Nur Ridha M.

XII IPS 3
9. Judul : "Anak Gembala"
Pelukis : Irsam
Tahun : 1981
Media,Bahan : Krilik pada kanvas
Ukuran : 100 x 150 cm

Dengan bentuk dan unsur hias pada semua


bagiannya, lukisan yang berjudul “Anak
Gembala” (1981) ini menunjukkan kecenderungan gaya dekoratif yang kuat.
Pohon-pohon berjajar dengan hiasan seperti bentuk kipas. Dataran dan jalan
setapak juga diisi dengan rincian hiasan, demikian juga pada langit dan matahari.
Semua rincian hiasan pada bentuk-bentuk itu menjadi lebih ekspresif karena
didukung oleh tekstur yang membuat irama pada lukisan.

10. Judul : "Ibuku Menjahit"


Pelukis : Sindu Sudjojono
Tahun : 1935
Media,Bahan : Cat minyak pada kanvas
Ukuran : 55,5 x 71 cm

Lukisan Sudjojono "Ibuku Menjahit" ( 1935 )


ini merupakan karya Sudjojono sebelum masa
kelahiran Persagi. Lukisan ini mempunyai
pandangan yang humanis dengan perhatian
besar pada orang-orang di dekat atau
disekitarnya.

Firstya Nur Ridha M.

XII IPS 3

Anda mungkin juga menyukai