Anda di halaman 1dari 4

Kritik Seni Lukis

“Potret Diri dan Topeng-Topeng Kehidupan”

Karya Affandi

Almalika Suha Ramdania (X IPS)

MAN Insan Cendekia Pasuruan

Pelukis : Affandi

Judul : Potret Diri dan Topeng-Topeng Kehidupan

Tahun : 1961

Ukuran : 110 cm x 135 cm

Media : Oil on canvas

Deskripsi Karya
Lukisan karya Affandi berjudul “Potret Diri dan Topeng-Topeng Kehidupan”
divisualisasikan dengan gaya ekspresionisme. Affandi menggoreskan cat secara langsung
di kanvas lantas menyapunya menggunakan jari. Hasil karyanya pun terkesan abstrak dan
kasar, namun terlihat natural. Dalam lukisan tersebut, nampak potret seorang pria tua
bertelanjang dada dengan kumis dan janggut yang dikelilingi oleh beberapa wajah
dengan dominasi warna gelap. Goresan garis berwarna putih di beberapa helai rambut
membuktikan bahwa pria tersebut telah berumur. Pria yang tak lain adalah Affandi
sendiri, digambarkan memiliki kumis dan janggut, lengkungan garis dominan warna
hitam dan putih menambah kesan dewasa pada diri Affandi. Di sekililingnya terdapat
beberapa wajah yang digambarkan seperti topeng-topeng yang bersifat jahat. Topeng kiri
bawah digambarkan memiliki mata yang melotot, lidah yang menjulur keluar, serta
rambut gimbal dominan warna hitam. Adapun topeng kanan bawah digambarkan
memiliki mata yang besar, mulut yang terbuka, lubang hidung yang besar, serta rambut
keriting dengan warna dominan hijau kebiruan. Topeng kiri atas memiliki ciri-ciri mata
yang sedikit melotot, alis yang terangkat, lubang hidung serta bibir yang abstrak. Adapun
topeng kanan atas digambarkan abstrak pada bagian wajahnya.
Lukisan ini dikerjakan di atas kanvas dengan ukuran 110cm x 135 cm
menggunakan cat minyak. Dengan visualisasi ekspresionisme, Affandi menuangkan
catnya di atas kanvas lantas mengguratkan jari yang dijadikan kuas serta melukis sesuai
dengan perasaan dan emosinya saat itu. Beliau menyapu kuasnya dengan bebas dan
sesuka hatinya, meski begitu beliau tetap memperhatikan komposisi, proporsi, warna, dan
bentuk dalam prosesnya.

Analisis

Lukisan “Potret diri dan Topeng-Topeng Kehidupan” memiliki beberapa detail


yang menambah ketegasan serta keabstrakan lukisan karya Affandi ini. Lukisan ini
menggunakan dominasi warna komplementer dan warna gelap, hal itu terlihat dari
background dan rambut. Pada beberapa tempat, Afffandi meletakkan warna primer
seperti merah dan kuning sebagai penguat objek. Guratan kasar garis serta penggunaan
warna primer merah pada bagian wajah pria membuat seolah-olah lukisan tersebut
bernyawa. Penggunaan warna panas pada wajah Sang pria tua menyiratkan gejolak
emosi. Adapun topeng yang mengelilingi Affandi menggunakan garis kasar dan bentuk
yang tidak beraturan. Penggunaan warna yang bertumpuk dan cenderung tidak teratur
menyebabkan topeng pada bagian atas kiri seolah-olah menyatu dengan background,
sehingga tidak terlalu tampak wajah topeng. Garis yang ekspresif memberikan kesan
hidup pada lukisan. Guratan garis tiap topeng pun dibuat berbeda. Irama garis
lengkungan yang kasar terlihat pada topeng bawah kanan dan kiri. Pada bagian topeng
kiri bawah, Affandi mengguratkan cat dengan warna dominan merah dan warna panas
yang dicampur. Sedangkan pada bagian topeng kanan bawah, Affandi mengguratkan
irama garis tak beraturan tipis, tidak sekasar topeng kiri dengan warna dominan hijau
kebiruan atau warna dingin.

Interpretasi

Lukisan “Potret Diri dan Topeng-Topeng Kehidupan” mengandung nilai falsafah


yang mendalam. Manusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna oleh Yang Maha
Kuasa dibanding makhluk lainnya. Kesempurnaan itu ada karena adanya kelemahan yang
besar, yakni hawa nafsu. Hawa nafsu yang selalu dibisikkan oleh setan dengan tujuan
manusia jatuh ke jurang maksiat. Setan tersebut digambarkan dengan topeng-topeng di
Jawa yang mengelilingi representasi Affandi. Setan yang membangkang Tuhan terkadang
membisikkan hal yang sesat kepada manusia. Wujud bisikan tersebut adalah topeng-
topeng yang bukan wajah asli manusia. Dia adalah perwujudan dari bisikan setan yang
berusaha menutup kebenaran di hati manusia, dan yang mampu bertahan ialah manusia
yang kuat imannya, sabar, dan mampu mengendalikan hawa nafsu dengan baik. Dalam
hidup, manusia akan berhadapan dengan hal yang manis dan pahit. Hanya manusia yang
bijak dan kuat imannya yang akan mengambil pilihan yang tepat dan tidak terjerumus
pada bisikan setan. Jika menuruti hawa nafsu disertai pikiran dan hati yang negatif, bukan
tidak mungkin manusia akan menghancurkan hidupnya sendiri.

Evaluasi

Suatu karya lahir karena adanya perasaan dan emosi yang ingin diluapkan oleh
pelukis dalam suatu maha karya. Dengan goresan cat serta irama lengkungan garis,
pelukis berusaha mengungkapkan pesan yang tersirat. Begitu pula dengan Affandi.
Pelukis dengan aliran ekspresionisme ini, selalu berhasil memikat penikmat seni lukis
melalui maha karya nya yang indah. Affandi cenderung menuangkan pikiran dan
emosinya saat itu dengan melukis, sehingga beliau jarang melakukan revisi atas lukisan-
lukisannya. Tanpa menggunakan palet dan kuas, jarinya dengan luwes menyapukan
tumpahan cat di atas kanvas.
Salah satu karyanya yang legendaris adalah “Potret Diri dan Topeng-Topeng
Kehidupan”. Penggunaan warna komplementer serta campuran warna dasar yang tegas
mampu memikat mata untuk dilihat dan diapresiasi. Irama lengkungan garis yang
ekspresif berhasil menonjolkan potret sang pria tua yang dilanda berbagai emosi.
Penggunaan warna gelap serta campuran warna primer mampu menyalurkan emosi yang
ditimbulkan dari topeng yang mengelilingi pria tua kepada penikmat lukis. Para penikmat
pun berpendapat bahwa lukisan “Potret Diri dan Topeng-Topeng Kehidupan” sangat unik
dan memiliki makna yang mendalam bagi manusia sehingga lukisan ini kerap dijadikan
sebagai sarana mengapresiasi seni lukis. Namun makna tersirat tersebut kurang begitu
dipahami sebagian orang karena lukisannya yang cenderung abstrak dengan warna yang
bertumbuk.

Anda mungkin juga menyukai