Anda di halaman 1dari 5

Konsep, Unsur, Prinsip, Bahan, Dan Teknik Dalam

Berkarya Seni Rupa

1. Konsep Berkarya Seni Rupa

Aspek artistik karya memang lebih di utamakan dibandingkan aspek fungsionalnya


dalam hal ini. Karya seni rupa sebagai bentuk ekspresi pribadi tentu saja memiliki faktor
subjektivitas dari pada objektivitasnya. Hal ini berkebalikan dengan desain yang
mengutamakan fungsi dibandingkan nilai estetiknya.

Ide atau gagasan berkarya bisa hadir dari dalam (internal) dan/atau dari luar
(eksternal) perupa. Ide internal bisa berupa dorongan untuk berkarya berdasarkan cita-
cita, keinginan, mimpi, dan pengalaman pribadi. Faktor eksternal dating dari situasi atau
kondisi di lingkungannya seperti melihat korban bencana alam, sahabat yang sukses
prestasinya, dan sebagainya. Hadirnya rasa simpati dan empati terhadap orang lain atau
berupa peristiwa seperti itulah yang menjadi faktor pendorong eksternal. Terkadang
dorongan dari dalam dan luar bisa muncul nersamaan sabagai sumber inspirasi
berkarya.

Proses pematangan ide tersebut bisa berlangsung dengan berbagai langkah. Ada
yang berlangsung seketika bagi kalangan perupa yang bertipe ekspresif, dan sebaliknya,
berjalan lama dan pelan-pelan bagi perupa bertipe meditatif. Contoh pelukis bertipe
ekspresif yang menunagkan gagasannya berkaryanya secara spontan, terlebih corak
lukisannya ekspresionistik (mencurahkan ekspresi). Tipe meditatif yaitu lukisannya
cenderung surealistik yang mengangkat gagasannya melalui perenungan yang
mendalam.

Bagian awal dari proses kreatif dan menjadi acuan dalam berkarya disebut konsep. Di
dalam konsep terkandung berbagai hal yang menjadi dasar apa, kapan, dan bagaimana
sebuah karya seni rupa diciptakan. Sebagai contoh, perupa yang menjadikan seekor
kucing sebagai ide berkaryannya akan mempelajari fisik dan perilaku satwa tersebut.
Hasil karyanya tentu saja tergantung gaya yang dipilihnya, bisa realistis, abstraksi, atau
gaya lainnya tetapi tetap menampilkan esensi kucing sebagai pokok masalah karya
(subject matter).

Dalam proses kreatif ada perupa yang mematangkan konsepnya pada sketsa
sehingga saat dikerjakan pada kerya akhirnya tidak terlalu banyak perubahan. Ada juga
yang memperkaya unsur visual karyannya berdasarkan studi sketsanya yang sederhana.
Konsep sebagai landasanberkarya juga bisa berisi catatan berbagai hal yang akan
dilakukan saat berkarya. Ada yang membuat deskripsi cukup panjang akan pokok
masalah kekaryaan (subject matter), tema, dan juga makna karyanya. Ada yang
memasukkan rencana memanfaatkan warna, bentuk, atau hal yang kemungkinan lain
yang di anggap perlu. Intinya konsep berupa catatan atau studi gambar itulah yang
menjadi pedoman dalam berkarya.

2. Unsur Berkarya seni Rupa

Kemampuan memahami dan menguasai unsur (fisik) dan prinsip seni rupa (nonfisik)
amatlah penting bagi perupa sebagai kreator dan kalangan apresiator. Wawasan
tersebut juga akan memudahkan seseorang mengalami apa yang disebut pengalaman
estetik. Berikut ini teori unsur dan prinsip seni rupa yang dikemukakan Edmund Bruke
Feldman.

a. Titik
Unsur yang paling sederhana dalam seni rupa adalah titik (dot). Sebuah gambar atau
lukisan dapat dimulai dari sebuah titik. Kumpulan titik-titik yang disusun sedemikian
rupa bisa membentuk garis, bidang, bentuk, dan unsur lainnya. Pengolahan unsur
titik secara dominan dan intensif bisa menghasilkan karya yang unuk seperti modern
Georges Seurat (prancis) melalu titik melukis pointilisme. Dalam menggambar, teknik
menggunakan tumpukan titik disebut dengan stippling.

b. Garis
Unsur visual yang juga sederhana adalah garis. Unsur ini berdasarkan teknik
membuat dan wujudnya, dibedakan atas garis nyata atau kaligrafi (calligraphic
marks) dan maya (structural lines). Garis kaligrafi dibuat dengan cara menggores
langsung,sedangkan garis maya merupakan kesan garis yang timbul seperti pada sisi
atau tepi sebuah bidang. Contoh garis maya terlihat pada tepinya tampak kesan
garis lurus.

Garis yang berwujud lurus,lengkung, bergelombang, minyiku, zigzag, atau tidak


beraturan. Setiap jenis garis dan ketebalan yang berbeda memiliki karakter
tersendiri. Garis bergelombang menampilkan kesan dinamis, sementara garis zigzag
berkesan kaku/ statis.

c. Bidang
Bidang terbentuk dari pertemuan berbagai garis atau pulasan warna. Bidang
memiliki sisi panjang dan lebar. Wujudnya bisa berupa bidang geometris seperti
segitiga, segi empat, trapesium, lingkaran, atau juga tidak beraturan. Pengolaha dan
penyusunan bidang yang baik akan menghasilkan komposisi yang artistic pula.
d. Bentuk
Semua objek jika disederhanakan memiliki bentuk dasar berupa bangun geometri
(shape). Misalnya meja, memiliki bangun dasar sebuah kotak, helm bangun dasarnya
bola, dan ember bangun dasarnya berupa silinder. Pada wujud nyata benda, bangun
dasar berada di balik bentuk plastis (from) yang memiliki volume, tekstur, dan unsur
gelap terang. Pemahaman terhadap bentuk dasar sebuah benda akan membantu
dalam penciptaan karya seni lukis dengan objek alam benda atau model.

e. Warna
Warna adalah kesan yang timbul dari permukaan benda saat terkena cahaya (alami
maupun buatan). Matahari memancarkan cahaya yang memiliki spectrum warna
yang tidak semuanya dapat ditangkap mata manusia. Artinya warna memiliki
rentang yang tidak terbatas dan manusia hanya memiliki kemampuan terbatang
untuk mencerapnya. Menurut Sir David Brewster, warna dikelompokkan atas warna
primer, sekunder, dan tersier. Warna kuning, merah, dan biru adalah warna primer
yang jika diantara kedua warna tersebut dicampurkan akan menghasilkan warna
sekunder berupa oranye, hijau, dan ungu. Paduan warna primer dan sekunder akan
menghasilkan warna tersier (intermediate) seperti merah keunguan atau hijau
kekuningan.

Penggunaan warna dalam seni rupa ada tiga yaitu, naturalis atau harmonis adalah
warna yang dipergunakan sesuai dengan warna asli objeknya, contohnya gunung
yang biru padi yang menguning. Heraldis atau simbolis adalah warna yang
mengandung makna tertentu,warna merah sebagai simbol keberanian. Murni
adalah warna yang digunakan sebagai media ekspresi yang murni untuk mengejak
nilai artistic, contohnya kuning atau warna lain hanya dipergunakan sebagai warna
saja.

f. Tekstur
Kesan pada raut atau permukaan benda disebut tekstur, barik, atau disebut pula
rasa bahan. Ada tekstur buatan berupa kasan yang hanya terlihat secara visual dan
tekstur asli berupa raut yang terkandung pada bahan. Contoh tekstur buatan
misalnya lukisan gelas dan sehelai kain yang kesan teksturnya dibuat semirip bahan
aslinya dengan sapuan cat minyak. Tekstur asli misanya serat alami atau batu pada
sebuah lukisan kolase. Rabaan tangan langsung akan menudahkan mencerap tekstur
asli sebuah karya seni.

g. Volume
Sebuah benda memiliki dimensi dan kepejalan/kepadatan yang disebut volume.
Volume pada sebuah lukisan dibuat dengan mengolah unsur-unsur bidang, bentuk,
warna dan nada gelap terang. Pada karya seni rupa tiga dimensi seperti patung
volume hadir secara nyata karena ada dimensi, kepejalan, permukaan, dan
menempati ruang nyata pula.

h. Gelap Terang
Perbedaan intensitas (kekuatan) garis dan warna pada sebuah lukisan akan
mengesankan gelap terang. Arsir yang padat brtumpuk akan berkesan
gelap,demikian juga sebaliknya. Sapuan warna yang lebih terang (tint dicampur
putih) biasanya untuk permukaan benda yang terkena cahaya lebih banyak. Pada sisi
yang kurang terkena cahaya, warna cenderung kearah gelap (shade, ke arah hitam).
TUGAS SENI BUDAYA

KARYA SENI RUPA DUA DAN TIGA DIMENSI

KELOMPOK 1 : ALVIN
WA LUNI
WIDYA PEKERTI
SAFRIYANTO JULIS
MUH. ABDUL RAJAB
HARLINA LAMBUSANGO
WA ODE SITI SAHARA ASIS

Anda mungkin juga menyukai