Anda di halaman 1dari 7

Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya Vol. 2 No.

1 Januari-Juni 2019: 33-39


Website: http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/lisani
ISSN 2622-4909 (online) ISSN 2613-9006 (print)

UPACARA POMALOANA MATE BAGI ORANG BUTON (STUDI DI KELURAHAN


KADOLOKATAPI KECAMATAN WOLIO KOTA BAU-BAU)

Siti Sahrani
Mahasiswa Jurusan Tradisi Lisan FIB UHO
La Ode Dirman
Staf Pengajar Tradisi Lisan FIB UHO
Ajeng Kusuma Wardani
Staf Pengajar Tradisi Lisan FIB UHO

ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana proses upacara pomaloana mate bagi orang Buton
khususnya di Kelurahan Kadolokatapi, (2) nilai- nilai apa yang terkandung dalam upacara pomaloana mate, (3) apa
makna simbolik yang terkandung dalam sesajen upacara pomaloana mate bagi orang Buton di Kelurahan
Kadolokatapi Kota Bau-Bau. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga
cara, yaitu melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Penentuan informan dilakukan melalui
purposive sampling. Informan penelitian ini terdiri dari tiga orang yaitu satu orang kepala adat sebagai informan
kunci, satu orang imam mesjid, satu orang tokoh masyarakat. Selanjutnya teknik analisis data dilakukan melalui
beberapa tahapan yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data, dan menarik kesimpulan/verifikasi. Hasil
penelitian ini menunjukkan beberapa hal. Pertama adalah proses upacara pomaloana mate bagi orang Buton
khususnya di Kelurahan Kadolokatapi. Upacara ini merupakan penghantar untuk seseorang yang masuk dalam
siklus hidup terakhir, yaitu kematian. Upacara ini meliputi dua tahap, yaitu persiapan dan pelaksanaan. Beberapa hal
yang harus disiapkan dalam pomaloa, yaitu dupa, Al-Quran, dan sesajian yang berupa waje, onde-onde,
sanggarana hole, sanggarana kauwi-uwi, baruasa, bolu yang dipersiapkan dalam talang. Sesajian ini
dipersembahkan sebagai syarat untuk melaksanakan sebuah hajat bagi keluarga yang berduka maupun kelompok
masyarakat Buton Wolio. Kedua adalah nilai yang terkandung dalam upacara ini yaitu nilai etika, yang meliputi
sikap dan tingkah laku dalam perbuatan seseorang dalam berkomunikasi, serta tokoh agama dan masyarakat dan
hubungan antar sesama manusia dalam lingkungan masyarakat sesuai dengan aturan adat dan budaya yang berlaku
dalam upacara pomaloana mate tersebut seperti menghargai orang tua, dan nilai religi mempercayai Al-Quran
karena mereka mengetahui adanya kepercayaan agama karena di Kelurahan Kadolokatapi dominan agama Islam,
tapi Islamnya beradat dalam artian dia masih mempertahankan adat . Hasil penelitian yang kedua adalah makna
ritual Pomaloana Mate yang disimbolkan dari sesajen dalam upacara Pomaloana. Seperti nasi simbolnya adalah
usus, onde-onde simbolnya adalah mata, waje simbolnya adalah alat vital, pisang simbolnya adalah lidah, dan ubi
simbolnya adalah bibir.

Kata Kunci:
Pomaloana Mate, Buton, Proses, Nilai, Makna

PENDAHULUAN arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam.


Budaya suatu suku diterapkan dalam Agama Hindu dan Islam yang berkembang
pola tingkah laku dan kehidupan sehari-hari di Buton sudah mengalami perpaduan
salah satunya pada ritual siklus hidup. Pada dengan kepercayaan animisme dan
masyarakat tradisional ritual siklus hidup dinamisme yang merupakan bagian dari
biasanya ditujukan untuk leluhur atau proses akulturasi, yang berarti perpaduan
upacara doa, dan percaya kepada adanya dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu.
nenek moyang serta ritual, religius, dan Seiring masuknya Islam di Buton, budaya
mempunyai tradisi yang masih kental Hindu mulai bergeser menjadi budaya yang
sampai saat ini. (Ihromi, 2016:179). islami.
Masuknya agama Hindu-Islam mendorong Upacara kematian banyak dilakukan
masyarakat Buton mulai menganut agama oleh suku di Indonesia. Salah satu ritual adat
Hindu-Islam walaupun tidak meninggalkan suku Buton Wolio yaitu upacara Pomaloana
kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap Mate ritual upacara Pomaloana adalah

Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya Vol.2, No. 1 Januari-Juni 2019: 33-39 33
Upacara Pomaloana Mate Bagi Orang Buton (Studi Di Siti Sahrani, La Ode Dirman, Ajeng Kusuma Wardani
Kelurahan Kadolokatapi Kecamatan Wolio Kota Bau-
Bau)

upacara malam kematian pada saat orang menghibur tetapi dalam kunjungan tersebut
yang telah meninggal/dikebumikan mengandung nilai-nilai yang dapat
diadakanlah malam kematian yaitu upacara mempengaruhi perilaku sebuah masyarakat.
Pomaloana Mate yang dilakukan pada Oleh karena itu, tradisi Pomaloana Mate di
rumah duka. Pomaloana Mate bertujuan Kelurahan Kadolokatapi masih perlu
untuk mengirimkan doa kepada arwah yang dikembangkan, dan dipelihara
telah pergi agar arwah yang telah pergi kelestariannya oleh masyarakat tersebut.
diampuni dosa-dosanya, dimudahkan Berdasarkan latar belakang di atas maka
jalannya, dan dijauhkan dari siksa kubur. dapat ditarik beberapa rumusan masalah
Sebelum melakukan ritual Pomaloana akan yaitu: 1) Bagaimana proses upacara
dilakukan upacara adat yang berupa Pomaloana mate bagi orang Buton
membaca Al-Quran, dan berzikir, setelah khususnya di Kelurahan Kadolokatapi? 2)
proses membaca Al-Quran dan berzikir Nilai- nilai apa yang terkandung dalam
selesai kemudian menyuguhkan sesajian upacara Pomaloana mate? 3) Apa makna
yang berisi antara lain waje, pisang, ubi, simbolik yang terkandung dalam bentuk
onde-onde, bolu, baruasa yang diletakkan sesajian pada upacara Pomaloana Mate bagi
diatas sebuah piring-piring kecil yang orang Buton Wolio di Kelurahan
kemudian disajikan diatas talang, serta Kadolokatapi Kota Bau-Bau ?
tambahan makanan yang berupa makanan Tujuan dalam penelitian ini yaitu: 1)
pokok ialah nasi, ayam, ikan, dan sayur Untuk mendeskripsikan proses upacara
selama proses Pomaloa itu dilaksanakan. Pomaloana mate pada orang Buton di
(Kariu, 2016:28). Kecamatan Wolio Kelurahan Kadolokatapi.
Ritual Pomaloana diselenggarakan oleh 2) Untuk mengetahui nilai-nilai upacara
para tetua Lakina Agama, Lebe sebagai Pomaloana mate pada masyarakat Etnik
pembawa adat dan memimpin jalannya Buton di Kecamatan Wolio Kelurahan
ritual. Masyarakat yang lain disyaratkan Kadolokatapi. 3) Untuk menguraikan makna
hadir dan mengikuti jalannya upacara simbolik yang terkandung dalam bentuk
Pomaloana Mate. Tugas mereka sesajian upacara Pomaloana Mate bagi
diantaranya, selain menghadiri upacara orang Buton Wolio di Kelurahan
tersebut, mereka turut juga memanjatkan Kadolokatapi Kota Bau-Bau.
doa. Ritual Pomaloana Mate juga
merupakan bentuk kepedulian orang yang Teori Semiotik
masih hidup kepada orang yang telah Ilmu yang mempelajari tentang tanda,
meninggal dan juga sebagai kewajiban bagi lambang, dan simbol-simbol adalah
muslim sebagai mahluk yang beragama dan semiotik. Semiotik adalah ilmu yang
berbudaya. Hal ini sesuai dengan ajaran mempelajari tentang “tanda” dan “penanda”
agama Islam bahwa bertakziah bertujuan yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa
untuk menghibur dan mengunjungi keluarga dalam suatu kebudayaan sebagai tanda yang
yang meninggal agar diberikan kesabaran diartikan oleh suatu individu atau kelompok
dalam menghadapi musibah. Dari ajaran masyarakat. Semiotik adalah ilmu yang
Islam yang dianut oleh masyarakat mengkaji tanda dalam kehidupan manusia.
berkembang menjadi tradisi, serta bertakziah Artinya semua yang hadir dalam kehidupan
tidak hanya sekedar mengunjungi atau kita dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu

34 Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya Vol.2, No. 1 Januari-Juni 2019: 33-39
Upacara Pomaloana Mate Bagi Orang Buton (Studi Di Siti Sahrani, La Ode Dirman, Ajeng Kusuma Wardani
Kelurahan Kadolokatapi Kecamatan Wolio Kota Bau-
Bau)

yang harus kita beri makna. Sampai di sini primer, dan teknik pengumpulan data lebih
mungkin kita semua sepakat. Namun, saat banyak pada observasi berperan serta,
kita harus menjawab apa yang dimaksud wawancara mendalam, dan dokumentasi. (
dengan tanda, mulai ada masalah, melihat Sugiyono, 2008: 225).
tanda sebagai pertemuan antara bentuk yang Observasi partisipatif dilakukan oleh
tergambar dalam kognisi seseorang dan peneliti untuk mengamati kegiatan informan
makna isi, yakni yang dipahami oleh dalam berlangsungnya proses upacara
manusia pemakai tanda. Semiotik bertujuan Pomaloa sejak masa persiapan upacara
untuk mengetahui makna-makna yang sampai akhir persiapan upacara Pomaloa.
terkandung dalam sebuah tanda atau Wawancara mendalam dilakukan untuk
menafsirkan makna tersebut sehingga memperoleh data informasi dari informan
diketahui bagaimana komunikator yang telah ditentukan melalui proses tanya
mengonstruksi pesan. Menurut Ferdinand de jawab seputar masalah dalam penelitian,
Saussure. (dalam Nazarudin, 2015:3) dalam hal ini peneliti membuat panduan
pertanyaan sederhana yang akan diajukan
Metode Penelitian kepada narasumber yaitu, kepala adat,
Penelitian ini bersifat deskriptif imam, khatib.
kualitatif yaitu data yang diperoleh dari Dokumentasi dilakukan untuk mencari
keterangan yang diberikan oleh informan data dengan memanfaatkan catatan
kunci dan informan tambahan yang transkrip, buku, jurnal, prasasti dan lain
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. sebagainya. Seperti rekaman, video,
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan wawancara, dan foto-foto.
Kadolokatapi yang berada pada Jl. Pahlawan Teknik penentuan informan dalam
KM. 5, Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau, penelitian ini menggunakan teknik
Sulawesi Tenggara, dengan waktu purposive sampling untuk meningkatkan
pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada kegunaan informasi yang diperoleh langsung
bulan Desember sampai Januari 2018. sesuai dengan keahliannya. (Satori dkk,
Data dari penelitian ini diperoleh dari 2011: 47-48) Dalam penelitian ini informan
data primer dan data sekunder. data primer yang dipilih terdiri dari beberapa orang yang
merupakan data yang diperoleh secara mengetahui atau paham dan dipercaya untuk
langsung dari lokasi penelitian yang mengetahui dan memahami objek yang akan
merupakan acuan utama dalam penelitian diteliti. Informan dalam penelitian ini
ini. Sedangkan sumber data sekunder berjumlah tiga orang yang merupakan
diperoleh melalui kepustakaan (library kepala adat yang di percayai dalam
research), yaitu pengumpulan data yang melaksanakan ritual Pomaloa. Dua orang
diperoleh dari berbagai sumber yang pelaku yang di percayai untuk melaksanakan
berhubungan dengan penelitian berupa ritual upacara Pomaloa.
buku- buku, skripsi, makalah, jurnal, dan Validitas data dilakukan sebagai
hasil penelitian yang berkaitan dengan pembuktian bahwa data yang diperoleh
masalah penelitian tersebut. peneliti sesuai dengan apa yang
Metode pengumpulan data dalam sesungguhnya ada dalam kenyataan di lokasi
penelitian ini yaitu dilakukan pada natural penelitian. Untuk menguji validitas data
setting (kondisi yang alamiah), sumber data menggunakan triangulasi data atau sumber

Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya Vol.2, No. 1 Januari-Juni 2019: 33-39 35
Upacara Pomaloana Mate Bagi Orang Buton (Studi Di Siti Sahrani, La Ode Dirman, Ajeng Kusuma Wardani
Kelurahan Kadolokatapi Kecamatan Wolio Kota Bau-
Bau)

dengan memanfaatkan jenis sumber data diorganisasikan dan mudah dipahami.


yang berbeda-beda untuk menggali data Data dalam penelitian ini disajikan
yang sejenis. Menurut Sutopo, (2002:39), 1) dalam bentuk kutipan wawancara
Triangulasi sumber berarti membandingkan dengan maksud untuk menjaga keaslian
dan mengecek balik derajat kepercayaan data.
suatu informasi yang diperoleh melalui 3) Kesimpulan yakni penarikan
waktu dan alat yang berbeda dalam kesimpulan yang disertai bukti-bukti
penelitian kualitatif. 2) Triangulasi metode yang ada sehingga kesimpulan yang
yaitu penggunaan metode untuk mengkaji dihasilkan dalam penelitian ini
masalah atau program tunggal seperti diarahkan untuk menjawab seluruh
wawancara, pengamatan, daftar wawancara permasalahan penelitian dan
terstruktur dan dokumen. 3) Triangulasi memberikan gambaran tentang bentuk
teori yaitu penggunaan sudut pandang ganda dan nilai upacara Pomaloa.
dalam menafsirkan seperangkat tunggal
data. Teknik analisis data yang digunakan HASIL PENELITIAN DAN
dalam penelitian ini adalah deskriptif PEMBAHASAN
kualitatif dengan menggambarkan hasil Salah satu ritual kematian masyarakat
penelitian secara deskriptif untuk menjawab Kadolokatapi adalah ritual “Pomaloana
permasalahan yang diteliti. Data yang Mate”. Pomaloana Mate adalah salah satu
diperoleh selanjutnya di interpretasikan ritual yang ada dalam tradisi masyarakat
dengan mengacu pada keterkaitan antara Buton Wolio sebagai sebuah ritual kecil
berbagai konsep dengan kenyataan yang ada yang dilakukan pada hari peringatan
di lapangan. Data yang dikumpulkan dengan kematian seseorang. Situasi sosial budaya
rinci secara deskriptif yang sifatnya masyarakat Kadolokatapi dapat dilihat dari
mendalam. Analisis data dalam penelitian kebiasaan (adat), baik yang berkaitan dengan
ini menggunakan analisis data yang ritual keagamaan maupun tradisi lokal
dijelaskan oleh Miles dan Hubermen masyarakat tersebut, di antaranya selamatan
(2009:16-20), yang disebut dengan model orang yang telah meninggal. Tradisi ini
interaktif analisis. Kegiatan analisis data dilakukan setiap ada orang yang meninggal
pada penelitian kualitatif terdiri dari tiga alur dunia dan dilaksanakan oleh keluarga yang
kegiatan yang terjadi secara bersamaan sedang berduka.
yaitu: Proses waktu pelaksanaan Pomaloa
terhitung sehari setelah jenazah yang
1) Reduksi data yakni merangkum dan meninggal. Sampai hari ke-1200. Peringatan
memilih hal-hal pokok dari data yang kematian pada setiap meninggalnya
telah ditetapkan selama proses observasi seseorang memiliki makna bahwa jenazah
dan wawancara dengan informan serta yang dikebumikan berarti perpindahan dari
memfokuskan pada hal-hal penting alam fana ke alam baka, asal manusia dari
yang berkaitan dengan masalah yang tanah selanjutnya kembali ke tanah.
diteliti dari sejumlah data yang ada di Selamatan ke tiga hari berfungsi untuk
lapangan. menyempurnakan empat perkara, menurut
2) Penyajian data yakni menampilkan data lakina agama/kepala adat yang disebut
yang telah direduksi yang sifatnya telah anasir hidup manusia, yaitu bumi, api, angin

36 Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya Vol.2, No. 1 Januari-Juni 2019: 33-39
Upacara Pomaloana Mate Bagi Orang Buton (Studi Di Siti Sahrani, La Ode Dirman, Ajeng Kusuma Wardani
Kelurahan Kadolokatapi Kecamatan Wolio Kota Bau-
Bau)

dan air. Selamatan ketujuh hari berfungsi khususnya pendidikan nonformal yang dapat
untuk menyempurnakan kulit dan kuku. kita petik di dalam pelaksanaan ritual
Selamatan empat puluh hari berfungsi untuk Pomaloana, adapun di antaranya yaitu: (1)
menyempurnakan pembawaan dari ayah dan nilai etika, yaitu yang berhubungan dengan
ibu berupa darah, daging, sum-sum, jeroan manusia, baik dan buruk berdasarkan adat
(isi perut), kuku, rambut, tulang dan otot. kebiasaan individu, (2) nilai religi, karena
Selamatan seratus hari berfungsi untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan
menyempurnakan semua hal yang bersifat kepercayaan bagi manusia serta dapat
badan dan semacamnya yang tinggal menjaga hubungan harmonis dengan nenek
hanyalah tulangnya saja. Menurut lakina moyang yang dapat menjamin ketentraman
agama/kepala adat Upacara selamatan tiga dan kesejahteraan keluarga Jadi dapat
hari memiliki arti memberi penghormatan dikatakan bahwa ritual merupakan media
pada ruh yang meninggal. Orang Buton pendidikan yang mengandung nilai-nilai
Wolio khususnya Kadolokatapi yang berguna bagi kehidupan untuk
berkeyakinan bahwa orang yang meninggal menambah ilmu tentang kebudayaan yang
itu masih berada di dalam rumah. Ia sudah nantinya bisa diteruskan ke generasi
mulai berkeliaran mencari jalan untuk berikutnya secara berkesinambungan
meninggalkan rumah. Upacara selamatan melalui pendidikan, khususnya pendidikan
hari ketujuh berarti melakukan nonformal. Begitu juga pendidikan non
penghormatan terhadap ruh yang mulai akan formal dilahirkan melalui ritual-ritual yang
ke luar rumah. Dalam selamatan selama dilaksanakan etnis Buton yang dimana salah
tujuh hari dibacakan tahlil/berzikir, yang satunya adalah ritual Pomaloana Mate.
berarti membaca kalimat la ilaha illa Allah, Antara ritual kematian dengan pendidikan
agar dosa-dosa orang yang telah meninggal non formal terdapat hubungan yang saling
diampuni oleh-Nya. Upacara selamatan mempengaruhi dan berkorelasi yang
empat puluh hari (Patapuluna), terbangun secara alamiah antar anggota
dimaksudkan untuk memberi penghormatan masyarakat sehingga akan tercipta
ruh yang sudah mulai ke luar dari kehidupan yang serasi, tenteram, serta
pekarangan. Ruh sudah mulai bergerak menimbulkan hubungan sosial yang semakin
menuju ke alam kubur. Upacara seratus hari erat dan tetap terpelihara dengan baik.
(Satunna), untuk memberikan penghormatan Pomaloana Mate memiliki ritual
terhadap ruh yang sudah berada di alam simbolisme yang sebenarnya mengandung
kubur. banyak makna, keluarga yang ditinggalkan
Adapun nilai-nilai yang terkandung melaksanakan ritual kecil yang disebut
dibalik upacara ritual Pomaloana Mate Pomaloa, sebagai bentuk peringatan dan
adalah untuk mengetahui dan memahami penghormatan terhadap anggota keluarga
betapa pentingnya upacara ritual kematian yang telah meninggal. Ritual tersebut sangat
bagi masyarakat Buton Wolio khususnya di sederhana, dalam pelaksanaannya dilengkapi
Kelurahan Kadolokatapi. Selain itu upacara dengan sesajen (sesaji) dan disertai dengan
ritual Pomaloa dapat memberikan pembakaran kemenyan atau dupa. Sesaji
pengetahuan tentang bagaimana cara dalam yang dipersembahkan juga sangat sederhana,
sarana upacara dan mengetahui prosesi dari berupa nasi, yikane yi dole, manu nasu
ritual itu sendiri. Banyak nilai–nilai wolio, waje, sanggara, kauwi-uwi hole,

Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya Vol.2, No. 1 Januari-Juni 2019: 33-39 37
Upacara Pomaloana Mate Bagi Orang Buton (Studi Di Siti Sahrani, La Ode Dirman, Ajeng Kusuma Wardani
Kelurahan Kadolokatapi Kecamatan Wolio Kota Bau-
Bau)

o’onde-o’onde, baruasa dan bolu. Tak lupa unsur pembentuknya serta akan tampak pada
uang sebagai syarat wajib/ucapan terima pola sikap dan perilaku dari masyarakat itu
kasih bagi keluarga yang berduka kepada sendiri seperti halnya pada masyarakat
pemimpin upacara Pomaloana Mate atau Kelurahan Kadolokatapi serta masyarakat
kepala adat. Setelah semua a’antona tala Buton Wolio pada umumnya. Nilai yang
yang diperlukan sudah siap, sesaji tersebut terkandung dalam ritual upacara Pomaloana
ditata di sebuah dilengkapi dengan panamba Mate yaitu nilai pendidikan, nilai etika dan
(penutup saji). Setelah segala sesuatunya nilai religi.
sudah siap, sesaji itu ditata Pada setiap makna yang terdapat pada
(dipersembahkan), dengan doa dan diakhiri sesajen ritual upacara Pomaloana Mate
dengan pembakaran kemenyan atau dupa. selalu memunculkan penggunaan simbol-
simbol yang memiliki makna tertentu.
KESIMPULAN DAN SARAN Sebagaimana penciptaan makna tidak
Berdasarkan hasil penelitian yang telah terlepas dari hasil pemikiran, pengalaman,
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa dan kepercayaan yang telah dilakukan oleh
ritual upacara Pomaloana Mate merupakan nenek moyang terdahulu. Makna yang
upacara malam kematian yang dipercayai terdapat dalam sesajen upacara Pomaloana
oleh masyarakat Kelurahan Kadolokatapi. Mate merupakan bentuk dalam anggota
Di mana setiap ritual kematian akan selalu tubuh kita sendiri. Namun, penggunaan akan
dilakukan dengan cara islami dan mengikuti simbol-simbol yang memiliki makna
budaya yang telah lama ada di tanah Buton ternyata tidak begitu diketahui oleh sebagian
Wolio. masyarakat khususnya para generasi muda.
Terdapat beberapa tahapan pada proses Selain itu kejadian kematian akan
pelaksanaan ritual upacara Pomaloana Mate memberikan nasehat berharga bagi para
yaitu: tahap awal persiapan, tahap keluarga yang masih hidup, karena
pelaksanaan, dan tahap akhir. Pada tahap sesungguhnya setiap manusia yang hidup
persiapan, baik keluarga yang sedang akan merasakan mati oleh karena itu dengan
berduka maupun masyarakat Kadolokatapi acara Pomaloana Mate ini, menjadikan
yang sedang membantu keluarga yang pembelajaran bagi setiap manusia untuk
sedang berduka menyiapkan segala selalu berbuat kebaikan sebanyak mungkin
kebutuhan yang akan dipakai dalam ritual agar jalan menuju kematian menjadi mulus
upacara Pomaloana Mate diantaranya: dupa, dan ringan dan menurut kepercayaan orang
Al-Quran, bantal, gelas yang berisi air putih. Buton siapa saja yang tahu akan ajal
Pada tahap pelaksanaan, dilakukanlah ritual kematiannya akan selalu diberikan waktu
malam pertama sampai ketujuh, kemudian untuk bertobat dan selalu mengevaluasi diri
akan dilanjutkan lagi dengan ritual malam sendiri tentang hal–hal yang telah dia
ketujuh sampai keempat puluh, sampai tahap lakukan sepanjang hidupnya.
terakhir. Saran yang diajukan oleh penulis
Nilai-nilai dalam ritual upacara berdasarkan hasil penelitian adalah bahwa
Pomaloana Mate yaitu budaya atau adat- sesungguhnya kita sebagai manusia sudah
istiadat yang ada dalam suatu masyarakat semestinya harus sering mengingat mati,
merupakan kebiasaan masyarakat yang karena dengan mengingat mati akan dapat
mengandung nilai tradisi sebagai unsur- memperbaiki hidup kita, dan akan

38 Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya Vol.2, No. 1 Januari-Juni 2019: 33-39
Upacara Pomaloana Mate Bagi Orang Buton (Studi Di Siti Sahrani, La Ode Dirman, Ajeng Kusuma Wardani
Kelurahan Kadolokatapi Kecamatan Wolio Kota Bau-
Bau)

memberikan kesempatan kepada diri kita


sendiri untuk selalu mengevaluasi diri, agar
tidak terlalu banyak berbuat dosa atau
kesalahan di muka bumi ini, karena telah
kita lihat bersama bahwa orang yang banyak
dosa akan kesulitan dalam menghadapi
kematian, sedangkan orang yang banyak
amal baiknya akan mudah mengalami
kematian. Selain itu juga saya berharap agar
regenerasi untuk calon moji sebagai salah
satu syarat untuk melestarikan budaya Buton
Wolio, agar segera dilakukan karena saat ini,
para imam masjid dan perangkat masjid di
Buton Wolio khususnya di Kelurahan
Kadolokatapi, sudah tidak banyak lagi dan
sudah pada duluan meninggalkan kita semua
menyelesaikan hidup di alam kubur.

Daftar Pustaka
Ihromi, T.O, (ed). 2016. Pokok-pokok
antropologi budaya. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia
Kariu. L.M. 2016. Tata Cara
Penyelenggaraan Jenazah Dalam Adat
Istiadat Masyarakat Buton.
Milles, M.B.and Huberman, M.A. 2009.
Qualitative Data Analiysis. London:
Sage Publication.
Nazarudin Kahfie, 2015 Pengantar
Semiotika. Yogyakarta: Graha Ilmu
Satori Djam’an, dkk. 2011. Metodologi
penelitian kualitatif. Bandung : Alfabeta
Bandung
Sugiyono.2008. Konsep Pengantar
Antropologi. Jakarta : PT Gramedia
Grasindo.
Sutopo H.B. 2002. Metodologi Penelitian
Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya
dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press

Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya Vol.2, No. 1 Januari-Juni 2019: 33-39 39

Anda mungkin juga menyukai