Jenjang :
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Secara umum disebut padi bulu karena di bulir padi itu berbulu. Padi bulu
jenis lokal ini tingginya bisa sampai 150 cm dengan masa tanam hingga panen
sekitar 5-6 bulan. Cukup lama, tetapi padi ini lebih tangguh dibandingkan jenis
lain. Ia juga tak akan mati walau tidak dipupuk. Bahkan Gabah padi bulu ini bisa
bertahan hingga musim panen tahun berikutnya.
Sebagai salah satu produk budaya, proses penanaman padi bulu disertai
dengan ritual-ritual tertentu agar memiliki hasil yang bagus seperti yang
diharapkan. Ritual penanaman padi bulu dibagi menjadi tiga,yaitu ritual pratanam,
ritual tanam, dan ritual pasca tanam. Ritual pratanam terdiri dari ritual Selamet
Olor, ritual Tunak Binek, dan ritual Pengolahan Lahan. Ritual tanam terdiri dari
ritual Melong (penanaman), ritual Beliuh (penyiangan), dan pemupukan. Ritual
pasca tanam terdiri dari ritual Nyidekang, ritual Nyemperek, ritual Matak (panen),
ritual Mengandoq (pengeringan) , dan ritual Roah Sambi. Tidak semua
masyarakat dapat memimpin ritual tersebut, ritual tersebut hanya dapat dipimpin
oleh pemangku adat setempat.
1) Upacara adalah aktivitas atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat
atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan
berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi dalam masyarakat
yang bersangkutan (Koencaraningrat, 1980 : 140).
Komponen dan unsur dalam pelaksanaan upacara adat merupakan hal yang
penting dalam menunjang pelaksanaan upacara tersebut. Komponen dan 14 unsur
upacara adat menurut Koentjaraningrat (2002, hlm. 377) dibagi menjadi beberapa
bagian diantaranya adalah:
1. Lokasi Upacara
Lokasi upacara adalah letak atau tempat dilaksanakannya
upacara adat. Lokasi upacara adat biasanya merupakan lokasi yang
dianggap keramat, atau dianggap suci dan bertuah yang dapat
memberikan efek magis dan psikologis pada pihak lain.
2. Waktu Upacara
Tradisi upacara ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu.
Berkaitan dengan waktu-waktu ibadah, hari-hari keramat dan suci,
dan sebagainya. Penghitungan waktu didasarkan pada kesepakatan
secara turun temurun. Selain itu, upacara adat juga dapat dilakukan
pada masa-masa tertentu, seperti masa panen sebagai wujud rasa
syukur.
3. Benda dan Peralatan Upacara
Yaitu kelengkapan dan peralatan yang berupa barang-
barang yang dipakai dalam upacara, umumnya masyarakat harus
membawa benda-benda atau persyaratan seperti sesaji sebagai
bentuk seserahan terhadap kepercayaan yang dipegang.
4. Orang-orang yang Terlibat
Masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan tradisi upacara
meliputi pemimpin prosesi upacara dan dan beberapa orang yang
paham dalam ritual upacara adat.
1. Sesajen
2. Pengorbanan/kurban
3. Berdo’a
4. Makan makanan yang telah disucikan dengan do’a
5. Tari
6. Nyanyi
7. Pawai
8. Menampilkan seni drama suci
9. Puasa
10. Mengosongkan pikiran dengan memakan obat untuk
menghilangkan kesadaran diri
11. Tapa, dan
12. Semedi
Nilai adalah harga, kadar, mutu, sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau
berguna bagi kemanusiaan, dan sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai
dengan hakikatnya.
Menurut Fraenkel (1977) nilai adalah ide atau konsep tentang apa yang
dipikirkan seseorang atau dianggap penting oleh seseorang.
Nilai tradisi adalah hal perilaku dan tanggapan kita terhadap sesama,
seperti moralitas, agama, etika, adat istiadat, dan lain-lain.
Nilai tradisi merupakan jati diri bangsa yang membedakan bangsa
Indonesia dengan bangsa lain dan merupakan tinggalan para leluhur bangsa
semestinya harus dipertahankan dan diwariskan kepada generasi penerus.
Nilai-nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai
apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Suparto
mengungkapkan bahwa nilai sosial memiliki fungsi umum dalam masyarakat.
Diantaranya nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk
mengarahkan masyarakat dalam berfikir dan bertingkah laku.
3.4.2 Wawancara
3.4.3 Dokumentasi