PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dilakukan secara berulang umumnya dikenal sebagai suatu tradisi karena dipraktekan
oleh para pemangkunya dan dipertahankan karena dianggap memiliki nilai lebih
masih tetap dipertahankan oleh masyarakat sampai saat ini karena memiliki nilai
lebih adalah tradisi cuci negeri di pulau ambon khususnya di negeri Soya. Menurut
Bety D.S. Hetarion, dkk (2020:3) bahwa tradisi cuci negeri berisi nilai-nilai
heterogen karena corak masyarakat yang multi etnis, agama, kepercayaan, dan lain
sebagainya. Dengan demikian, negara ini memiliki keberagaman budaya yang sangat
kaya. Oleh karena keragaman budaya yang ada di Indonesia maka berbagai produk
1
budaya yang dihasilkan oleh masyarakatnya secara tidak langsung menjadi identitas
yang dilakukan oleh masyarakat ini secara umum dikenal sebagai tradisi. Tradisi
yang dilahirkan oleh manusia merupakan adat istiadat, yakni kebiasaan namun lebih
Tradisi yang dilakukan oleh suatu komunitas merupakan hasil turun temurun
dari leluhur atau dari nenek moyang. Sehingga dapat dikatakan bahwa Manusia dan
budaya memang saling mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung.
besar dan menakutkan bagi pelakunya juga lingkungannya, bahkan tidak hanya
individu, kelompok juga bagi bangsanya ( Robi Darwis, 2017). Untuk itu peran
penting dari individu, komunitas juga semua lapisan masyarakat perlu untuk
dinanisme. Animisme berarti percaya kepada roh-roh halus atau roh leluhur yang
2
ritualnya terekspresikan dalam persembahan tertentu di tempat-tempat yang dianggap
keramat. Kepercayaan seperti itu adalah agama mereka yang pertama, semua yang
bergerak dianggap hidup dan mempunyai kekuatan gaib atau memiliki roh yang
bahwa di samping semua roh yang ada, terdapat roh yang paling berkuasa dan lebih
kuat dari manusia agar terhindar dari roh tersebut mereka menyembahnya dengan
senantiasa melakukan berbagai upaya sebagai bagian dari praktek para leluhur dalam
kebudayaannya. Salah satu kelompok masyarakat yang menjadi fokus dalam kajian
ini adalah masyarakat Desa Adodo Molu di pulau Molu Kecamatan Molu Maru
budayanya masih menerapkan berbagai aturan adat salah satu di antaranya yaitu
tradisi sobak. Sobak adalah suatu tradisi yang diterapkan dalam memperlakukan
orang-orang yang pertama datang di desa adodo Molu. Tradisi ini dilakukan kepada
para pendatang dari luar desa Adodo Molu yang datang mendiami desa tersebut baik
Dalam pandangan masyarakat Desa Adodo Molu tradisi sobak harus dilakukan
kepada semua orang yang baru pertama kali menginjakkkan kakinya di desa Adodo
Molu baik pendatang maupun anak negeri desa Adodo Molu yang tinggal di
perantauan. Mereka meyakini, apabila tidak dilaksanakan maka akan terjadi hal-hal
buruk yang menimpa orang-orang yang baru pertama kali datang ke desa Adodo
3
Molu. Tradisi ini dilaksanakan dengan keyakinan agar setiap pendatang yang datang
di desa Adodo Molu tidak mengalami gangguan hal-hal gaib, karena masyarakat
Adodo Molu masih menyakini adanya roh-roh nenek moyang yang masih mendiami
desa mereka dan tradisi tersebut dilakukan sebagai bagian dari tindakan untuk
melaksanakan upacara dengan material Tuat (sopi) yang didoakan oleh tua-tua adat
dari marga tertentu di dalam desa Adodo Molu. Berdasarkan fenomena tersebut maka
sebagai anak negeri Adodo Molu terdorong untuk melakukan kajian dengan judul:
“Tradisi Sobak Pada Masyarakat Adodo Molu Kecamatan Molu Maru Kabupaten
Kepulauan Tanimbar”
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, yang menjadi
3. Apa saja makna dan nilai yang trerkandung dalam tradisi Sobak ?
C. Tujuan Penelitian
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih cermat dan kemudian
menjelaskan beberapa hal yang terkait langsung dengan tujuan penelitian ini yang
4
2. Mendiskripsikan tata cara pelaksanaan tradisi doa adat Sobak
3. Menguraikan makna dan nilai yang trerkandung dalam tradsis doa adat
Sobak
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Ritual doa adat Sobak dan bagaimana tata cara pelaksanaan tradisi doa adat
Sobak.
2. Manfaat Praktis
Molu agar masyarakat terutama generasi muda dapat mengetahui apa saja
makna dan nilai yang terkandung dalam doa adat “Sobak”, untuk kemudian
E. Penjelasan Istilah
penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan beberapa hal terkait masalah
dalam penulisan ini yaitu: Kata Sobak: berasal dari bahasa Fordata yang
artinya doa adat sedangkan Tnabar Ila’a: dalam bahasa Fordata kata Tnabar
adalah Tarian dan Ila’a adalah besar maka Tnabar Ila’a mengandung
pengertian tarian besar yang terdiri dari banyak anggota penari, contohnya
5
Tarian Kidabela. sedangkan kata Mela dalam bahasa Pordata artinya para
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Budaya
1. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata “budaya”. Budaya diserap dari kata bahasa
Sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari “buddhi” yang berarti budi atau
akal. Kebudayaan dapat diartikan “Segala hal yang bersangkutan dengan akal budi
perkembangan dari bentuk jamak “budi daya”, artinya daya dari budi, kekuatan dari
gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta
keseluruhan dari hasil budi dan karya itu”. Menurut Kusdi (2011: 12) budaya atau
jamak dari buddhi (budi dan akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia. Disini tampaknya menekankan kepada aspek kolektif, bahwa
budaya adalah hasil kerja dari sejumlah akal dan bukanhanya satu akal individu saja.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan berasal dari kata culture, yang berasal dari
kata latin colere, yaitu mengelola dan mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengelola tanah dan atau bertani. Kata culture kadang juga diterjemahkan sebagai
budaya adalah keseluruhan kehidupan manusia yang terdiri dari berbagai peralatan
7
dan barang-barang konsumen, berbagai peraturan untuk kehidupan masyarakat, ide-
ide dan hasil karya manusia, keyakinan dan kebiasaan manusia. Menurut Edwar
dalam Cica Nayati (2012: 10) budaya adalahgabungan kompleks menyeluruh yang
terdiri dari pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat kebiasaan dan berbagai
kapabilitas lainnya serta kebiasaan apa saja yang diperoleh seorang manusia sebagai
untuk menciptakan cara hidup tertentu yang paling sesuai dengan lingkungan tempat
keilmuan, hukum adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang dapat
kebudayaan adalah suatu corak hidup dari suatu lingkungan masyarakat yang tumbuh
dan berkembang berdasarkan spiritualitas dan tata nilai yang disepakati oleh suatu
masyarakat tersebut.
2. Unsur–Unsur Kebudayaan
bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut
8
a. Sistem Bahasa
demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.
b. Sistem Pengetahuan
hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di
dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak
mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu
sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui
dengan teliti ciri ciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat
c. Sistem Sosial
9
melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok
berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari
hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu
keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan
akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para
dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup
dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan
tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi
mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem
10
f. Sistem Religi
pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau
supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu
pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para
ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa
dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman
g. Kesenian
yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal
tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknik-teknik dan
proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut
juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu
masyarakat.
B. Pengertian Tradisi
tradisi menurut para ahli, maka akan dikemukakan beberapa pengertian tradisi untuk
11
kemudian disimpulkan tradisi Sobak masuk pada unsur yang mana atau sesuai dengan
pengertian tradisi yang lebih condong dengan Sobak. Secara etimologis tradisi berasal
dari bahasa latin: tradition yang artinya diteruskan atau pola kebiasaan yang
bahasa Latin traditio, artinya diteruskan dalam bahasa adalah sesuatu kebiasaan yang
ritual adat dan agama. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan, Nasional, tradisi adalah
adat kebiasaan turuntermurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam
dalam suatu kelompok masyarakat. Tradisi bukan suatu hal yang tertulis dan terjalin
melalui proses kesepakatan, namun tradisi ada karena diwariskan oleh nenek moyang
adat dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1990 :959) dapat diartikan sebagai adat
atau kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam
masyarakat. Menurut Hasan Hanafi, tradisi (turats) segala warisan masa lampau yang
masuk pada kita dan masuk kedalam kebudayaan yang sekarang berlaku. Penilaian
apapun anggapan bahwa cara-cara yang masih ada merupakan yang paling baik dan
benar.
Menurut Van Reusen, tradisi merupakan suatu norma adat istiadat, kaidah-
kaidah, harta-harta. Akan tetapi tradisi bukan sesuatu yang tidak dapat diganti.
Tradisi justru berpadu dengan beberapa perbuatan masyarakat dan diangkat dalam
12
keseluruhannya (Van Reusen, 1992: 115). Selanjutnya menurut Poerwadaminto,
tradisi ialah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan dalam masyarakat yang
dilakukan secara terus-menerus, seperti adat, budaya, kebiasaan dan juga kepercayaan
disimpulkan bahwa tradisi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia
yang tetap dipertahankan secara terus-menerus baik adat, budaya dan tidak dapat
kehidupan, namun hal itu dapat terwujud apabila manusia saling menghargai,
Kepercayaan terhadap dunia gaib dan praktek ilmu magis sepertinya bisa
ditemukan di banyak wilayah di Indonesia seperti Jawa. Dalam hal ini, O’Keefe
pada zaman batu dan pada masyarakat primitif saja, tapi juga bisa ditemui di hampir
setiap masa. Dalam semua konteks budaya lintas dunia, agama adalah bagian integral
dalam aspek-aspek aktifitas budaya yang lain. Agama adalah apa yang orangorang
lakukan dari hari ke hari. Dengan kata lain, agama menjadi seperangkat ide gagasan
dan kepercayaan dimana setiap orang bisa terlibat, dan juga sebagai kerangka bagi
pengalaman hidup dan aktifitas keseharian mereka. Mengkaji agama dan budaya
agama bersifat komparatif, atau lebih tepatnya mengkaji agama adalah lintas budaya,
13
melihat agama-agama melintasi daerah dari budaya yang berbeda-beda (Nye, 1992:
3).
antropologi menyelidiki religi secara empiris dan komparatif untuk memahami asal-
usul religi, fungsi religi, dan sistematika religi. Antropologi tidak menyelidiki
kebenaran dalam religi, melainkan menyelidiki pengaruh agama itu pada manusia dan
bagian dari kebudayaan manusia, oleh karenanya kedua pendekatan itu (teologi dan
Menurut Leslie A. White, religi atau salah satu unsur yang membentuk religi
yakni keyakinan (belief), adalah salah satu bagian dari sistem ideologis. Sistem ini
sendiri adalah salah satu wujud inti kebudayaan. Dengan demikian religi adalah
bagian dari dan terbentuk dalam ruang lingkup kebudayaan manusia (Radam, 2001:
2). Dalam kajian ini, penulis memahami religi bukan semata-mata sebagai agama,
melainkan sebagai fenomena kultural. Religi adalah wajah kultural suatu bangsa yang
unik. Religi adalah dasar keyakinan, sehingga aspek kulturalnya sering mengapung di
atasnya. Hal ini merepresentasikan religi sebagai fenomena budaya universal. Religi
Menurut Malinowski (1954: 17), tidak ada seorang pun di dunia ini, seprimitif
apa pun orang tersebut, yang tidak beragama dan tidak mempercayai magis.
14
Pernyataan ini dikemukakan berdasarkan data dan fakta bahwa sudah banyak
masyarakat primitif di berbagai belahan dunia. Dalam alam pikiran mereka, ada suatu
kepercayaan terhadap sesuatu yang suci (the sacred), di samping sesuatu yang
dianggap biasa (the profane). Dua domain ini tidak pernah bisa lepas dari alam
pikiran manusia. Domain the sacred muncul dan hadir dalam bentuk kepercayaan
terhadap magis dan agama, dan domain the profane menampakkan diri dan
selalu dalam gagasannya tidak terlepas dari dua domain tersebut. Konsep religi
mengandung berbagai unsur seperti keyakinan, ritual, upacara, sikap dan pola tingkah
makan bersama, menari dan menyanyi, berprosesi, berseni drama suci, berpuasa,
bagian dari aktifitas religi (Koentjaraningrat, 1980 : 81). Aktifitas inilah yang
membuat sebuah kepercayaan menjadi suatu religi. Menurut Victor Turner (1966 : 3)
mengatakan bahwa ritual kewajiban yang harus dilalui seseorang dengan melakukan
serangkaian kegiatan yang menunjukan suatu proses dengan tata karakter tertentu
untuk masuk kedalam kondisi atau kehidupan yang belum pernah dialaminya, pada
saat itu seseorang atau sekelompok wajib menjalani ritual. Mereka diatur oleh aturan-
aturan, trandisi, kaidah-kaidah dan upacara yang berlaku selama peristiwa itu
15
berlangsung. Ia berpendapat bahwa ritual merupakan transformasi simbolis dari
yang spontan, tanpa rancangan dan kegiatan yang kadangkala tanpa disadari, namun
kehidupan bersama, yang warga-warganya hidup bersama untuk jangka waktu yang
sebagai “Sebuah kesatuan hukum, kesatuan penguasa dan kesatuan lingkungan hidup
berdasarkan hak bersama atas tanah dan air bagi semua warganya” (Hazairin,
1970:44). Dari dua definisi mengenai “masyarakat” dan “masyarakat adat” terdapat
sejumlah unsur yang harus dijustifikasi di lapangan (di antara masyarakat adat sendiri
penguasa, lingkungan hidup, tanah dan air. Secara de facto kenyataan fisik ini
dimiliki oleh setiap masyarakat (adat), tetapi pengakuan resmi terhadap keberadaan
dan hak-hak mereka harus disahkan oleh Perda (aspek yuridis formil) tersendiri.
Pasal 18B ayat 2 dan Pasal 28I ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945. Pengaturan
tentang masyarakat adat juga telah terdapat di undang-undang sektoral yaitu Undang-
16
Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU Pemerintah Daerah, dan UU Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta UU tentang Desa yang lahir pada akhir
2013 dimana terdapat pengaturan khusus terhadap desa adat. Dengan adanya
pengakuan oleh negara, sudah seharusnya pemerintah sebagai refresentasi dari negara
adat sesuai dengan cita-cita kemerdekaan yaitu negara lahir untuk melindungi warga
negaranya namun pelanggaran hak-hak masyarakat hukum adat terhadap tanah dan
sumber daya alamnya masih saja terjadi, justru didalam perkembangan negara ini
berupa tanah dan kekayaan alam di dalamnya. Dampak dari perampasan tanah itu
seluruh nusantara. Menurut uraian Hazairin (Hazairin 1970: 44) sebagai berikut
“Masyarakat- masyarakat hukum adat seperti desa di jawa, marga di Sumatra Selatan,
sanggup berdiri sendiri yang mempunyai kesatuan hukum, kesatuan penguasa dan
kesatuan lingkungan hidup berdasarkan hak bersama atas tanah dan air bagi semua
17
peternakan, perikanan dan pemungutan hasil hutan dan hasil air, di tambah sedikit
serasa dan selalu mempunyai peranan yang besar.” Dalam perkembangan istilah
masyarakat hukum adat lahir pula istilah masyarakat adat yang dirumuskan dan
dipertegas oleh kongres masyarakat adat nusantara pada maret 1999. (Yance
leluhur secara turun-temurun di atas suatu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan
atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya, yang di atur oleh hukum
adat. Istilah tersebut dimulai dari komunitas adat terpencil, masyarakat adat,
18
E. Konsep Makna dan Nilai Budaya Dalam Masyarakat
a. Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan
dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat, karena itu
sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga nila kebenaran, nilai
estetika, baik nilai moral, religius dan nilai agama (Elly Setiadi, 2006:31). Nilai
masyarakat, bangsa, dan negara. Kehadiran nilai dalam kehidupan manusia dapat
menimbulkan aksi dan reaksi, sehingga manusia akan menerima atau menolak
kehadirannya. Sebagai konsekuensinya, nilai akan menjadi tujuan hidup yang ingin
keadilan dan kejujuran, merupakan nilai- nilai yang selalu menjadi kepedulian
Dan sebaliknya pula kebohongan merupakan nilai yang selalu ditentang atau
ditolak oleh manusia (Joko Tripasetyo,2008: 18). Menurut Rusmin Tumangor dkk
(2010:25) menjelaskan bahwa: “Nilai adalah sesuatu yang abstrak (tidak terlihat
wujudnya) dan tidak dapat disentuh oleh panca indra manusia. Namun dapat di
identifikasi apabila manusia sebagai objek nilai tersebut melalukan tindakan atau
19
perbuatan mengenai nilai-nilai tersebut. Bagi manusia nilai dijadikan sebagai
landasan, alasan, ataupun motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya.
kaidah atau norma sehingga merupakan suatu larangan, tidak diinginkan, celaan, dan
lain sebagainya”. Relevan dengan teori tersebut, penulis menegaskan bahwa nilai bisa
dikatakan juga sebagai ukuran sikap dan perasaan seseorang atau kelompok yang
berhubungan dengan keadaan baik, buruk, benar salah atau suka tidak suka terhadap
suatu objek. Menjadi sebuah ukuran tentang baik-buruknya, tentang tingkah laku
sebuah tolak ukur seseorang dalam menanggapi sikap orang lain dilihat dari
lainya, ataupun dikaitkan dengan sebuah statement. Konsep nilai ketika dihubungkan
dan ketika dihubungkan dengan etika menjadi baik-buruk. Tapi yang pasti bahwa
pengembangan nilai pada diri seseorang atau sebagai bantuan terhaap pesertadidik
agar menyadari dan mengalami nilai serta menempatkanya secara integral dalam
yang ada di lingkungan, masyarakat serta sekolah dimana diberikan pendidikan untuk
20
masyarakat yang sering berkembang secara tidak terduga. Maka munculah masalah
mengenai suatu hal dan terkadang kebudayaan dan masayarakat itu sendiri
merupakan nilai yang tiada terhingga bagi orang yang memilikinya. Menurut
pendapat seorang ahli menjelaskan bahwa suatu sistem nila budaya berfungsi sebagai
pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia membagi nilai menjadi tiga bagian yaitu
nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian. Berikut penjabaranya: yang yang
1. Nilai Material, Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi
unsur manusia.
2. Nilai Vital, Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia
21
atau kemauan (etika dan karsa) d) Nilai religius (nilai ke-tuhanan) yang
masyarakat desa yang harus dipatuhi oleh setiap individu agar moralnya
menjadi terarah lebih kepada positif dan tidak menyimpang dari nilai-nilai
budaya yang berkembang saat ini. Nilai budaya sangat banyak sekali
individu
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang ingin di capai, maka tipe
Nana. (2011) mengatakan bahwa penelitian deskritif kualitatif yaitu ditunjukan untuk
memahami fenomena soial dari sudut atau prespektif partisipan. Partisipan adalah
keterkaitan dari partisipan, dan diperoleh melalui analisis berbagai keterkaitan dari
C. Sumber Data
1. Para informan atau narasumber yang terdiri tua adat, tokoh masyarakat dan
yang diteliti.
23
D. Teknik Pengambilan Sampel
digunakan adalah purposive sampling (H.B Sutopo 88:22) menyatakan para sumber/
informan akan dipilih dan ditetapkan yang artinya penelitian akan memilih informasi
yang dianggap tahu dan dapat dipercaya serta mengerti terhadap maksud yang sedang
diteliti untuk menjadi sumber data. Oleh karena itu informasinya yang dipilih adalah
1. Observasi
2014:38).
2. Wawancara
“interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan
salah seorang, yaitu yang melakuakan wawancara meminta informasi atau ungkapan
24
kepada orang yang diteliti yang berputar di sekitar pendapat dan keyakinannya”
dapat menarik sebanyak mungkin keterangan dari informan dan dapat menumbuhkan
3. Studi Kepustakaan
memperdalam kajian teoritis (Khatibah, 2011:38). Adapun metode studi pustaka yang
dipakai dalam skripsi ini adalah dengan cara menelaah dan membandingkan sumber
kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis. Selain itu, karya tulis
ilmiah ini menggunakan metode studi pustaka dengan teknik simak merupakan teknik
pustaka, kemudian mencatat atau mengutip pendapat para ahli yang ada di dalam
buku tersebut untuk memperkuat landasan teori dalam karya tulis ilmiah in
F. Validitas Data
Adapun validitas data diambil adalah sesuai dengan pengalaman individu yang
diteliti. Pengalaman itu dapat membawah perubahan baik bagi peneliti maupun para
1990:178) bahwa tringulasi adalah Teknik pemeriksaan keabsahan dara sesuai yang
25
lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembandingan dari data
itu. Teknik trngulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui
sumber data. Sebagai salah satu teknik pengolahan data kualitatif, triangulasi menurut
Sugiyono (2011) diartikan sebagai teknik yang bersifat menggabungkan dari berbagai
dilakukan. Selain peneliti mengumpulkan data yang akan digunakan dalam penelitian,
juga sekaligus menguji kredibilitas suatu data melalui berbagai teknik pengumpulan
data dan berbagai sumber data. Kegunaan triangulasi adalah untuk mentracking
ketidaksamaan antara data yang diperoleh dari satu informan (sang pemberi
informasi) dengan informan lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu teknik yang
dapat menyatukan perbedaan data agar ditarik kesimpulan yang akurat dan tepat.
Penggunaan teknik triangulasi meliputi tiga hal yaitu triangulasi metode, triangulasi
kebenaran data yang diperoleh dari berbagai sumber di lapangan untuk memeperoleh
berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan
dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi
dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau
26
data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang
berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan
triangulasi sumber data ini adalah untuk menguji kredibilitas data dengan cara
2. Tringulasi teori.
Yang dimaksud triangulasi teori adalah dimana hasil akhir penelitian kualitatif
dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias individual
peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori
pengetahuan teoritik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh.
Diakui tahap ini paling sulit sebab peneliti dituntut memiliki kemampuan khusus
perbandingannya menunjukkan hasil yang jauh berbeda. Dalam penulisan skripsi ini
peneliti telah melihat berbagai korelasi dari setiap teori yanhg dipakai untuk
informan mengenai tradisi Sobak yang dilakukan oleh masyarakat di desa Adodo
27
3. Triangulasi peneliti
kemampuan merekam data oleh peneliti di lapangan. Perlu diketahui bahwa sebagai
manusia, peneliti sering kali sadar atau tanpa sadar melakukan tindakan-tindakan
kemungkinan ini, maka perlu dilakukan triangulasi terhadap peneliti. Yaitu dengan
serta merekam data yang sama di lapangan. Hal ini adalah sama dengan proses
verifikasi terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan oleh seorang peneliti.
Langkah lain yang harus dilakukan adalah penulis membaca dan menelusuri karya-
karya tulis dari beberapa peneliti, yang dianggap relevan dengan tema yang penulis
teliti guna melengkapi dan memperkuat data peneliti dengan wawncara observasi atau
Teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda, dan dilakukan berulang-ulang
menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil
observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap
memiliki sudut pandang yang berbeda. Tentu masing-masing cara itu akan
28
menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan
pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai
yang autentik. Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan mengenai tradisi Sobak,
umum.
Teknik analisis data digunakan untuk mengelolah data dan informasi adalah
literatur sebagai metode analisi perbandingan tetap Glaser & Strasuss. (Bungin
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data
ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru. Aktivitas analisis
data kualitiatif dilakukan secara interaktif dan terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya jenuh. Analisis ini terdiri dari 3 hal utama: Reduksi Data, Penyajian Data dan
kegiatan yang saling terkait pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan
29
data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum. Adapun prosedur
30
BAB IV
1. Letak Geografis
Desa Adodo Molu adalah salah satu desa yang terletak di pulau Molu dan
Tanimbar. Iklim dari Desa Adodo Molu adalah iklim tropis pada musim barat angina
bertiup dari arah barat laut hingga secara khusus mengalami musim kemarau
(September- Januari). Sedangkan pada musim timur dan tenggara yang merupakan
musim hujan ( April-Agustus). Musim peralihan terjadi pada bulan Februari sampai
bulan Mei. Secara geografis desa Adodo Molu dengan batas wilayah sebagai berikut:
Desa Adodo Molu dipimpin oleh seorang kepala desa yang bertindak sebagai
2. Keadaan Demografi
31
Tabel 4. 1
Perempuan 432
Jumlah 843
Berdasarkan data penduduk yang diperlukan dari Kantor desa Adodo Molu
Tahun 2022 maka diketahui jumlah penduduk desa Adodo Molu pada tahun 2021
sebanyak 843 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga 202 KK, jika diklasifikasikan
menurut jenis kelamin, laki laki 411 jiwa dan perempuan 432 jiwa.
32
Tabel 4. 2.
1 0 – 12 bulan 9
6 > 56 Tahun 80
Jumlah 843
bulan berjumlah 9 jiwa, > 1 - < 5 Tahun berjumlah 175 jiwa, > 5 - < 7 Tahun
berjumlah 60 jiwa, > 7 - < 15 Tahun berjumlah 139 jiwa, > 15 - 56 Tahun berjumlah
380 jiwa, > 56 Tahun berjumlah 80 jiwa, sehingga total keseluruhan 843 jiwa.
33
Tabel 4. 3
1 Pedagang Lokal 59
2 Pengrajin 68
3 PNS 30
4 TNI/POLRI 3
5 Penjahit 5
6 Kontraktor 1
7 Tukang Kayu 24
8 Tukang Batu 16
9 Petani 599
9 Guru 14
Jumlah 843
34
jiwa, TNI/POLRI berjumlah 3 jiwa, Penjahit berjumlah 6, Kontraktor berjumlah 1
jiwa, Tukang Kayu berjumlah 24 jiwa, Tukang Batu berjumlah 16 jiwa, Petani
berjumlah 599 jiwa, Guru berjumlah 14 jiwa, dan yang belum bekerja 244 jiwa,
Tabel 4. 5
No Agama Jumlah
2 Kristen Katolik -
3 Islam -
4 Hindu -
5 Budha -
6 Kong Hu Chu -
Agama adalah salah satu bentuk kepercayaan yang dianut oleh masing – masing
orang dengan tingkat kepercayaan yang berbeda-beda kepada Tuhan Yang Maha Esa.
naungan Gereja Protestan Maluku (GPM). Keadaan masyarakat desa Adodo Molu
35
berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel di atas. Masyarakat desa Adodo Molu
dalam kehudpan sesehari sangat mengutamakan prinsip “gotong royong” hal ini
sangat terlihat dari beberapa tradisi yang telah dilakukan oleh para leluhur dan masih
dilestarikan hingga saat ini seperti : mendirikan rumah baru, perkawinan, kematian
dan kegiatan-kegiatan lainya. Hal ini tentu menggambarkan sifat gotong royong yang
sangat kuat, dan memerlukan suatu komitmen yang teguh agar nilai-nilai yang
terkandung didalamnya tetap dilestarikan dari generasi kegenerasi yang dalam bahasa
Molu disebut dengan istilah “ tuwu na’wawa harandata n’kati”. Selain itu
masyarakat Desa Adodo Molu dikenal juga dengan sifatnya yang masih tetap di
lestarikan hingga saat ini ialah budaya malu, dimana setiap kali bertemu atau
berpapasan dengan orang lain mereka selalu menundukan badan sebagai rasa hormat
mereka kepada orang tersebut, hal ini menjadi ciri tersendiri yang membuat
sumber-sumber tertulis. Oleh karena itu dalam penjelasan ini penulis menggunakan
data-data wawancara yang melibatkan tua-tua adat yang dianggap oleh masyarakat
desa Adodo Molu sebagai orang-orang yang paham dan tahu tentang sejarah desa
Adodo Molu. Menurut bapak Yosua Lanit, terbentuknya Desa Adodo Molu dimulai
dari kisah tentang masa lalu penduduk setempat yang terdiri atas beberapa marga
yang hidup dan menetap di sebuah pulau kosong. Mereka hidup terpisah pada tempat
36
masing-masing dan memiliki wilayah tempat tinggal masing-masing. Ketiga marga
Asal usul mereka mereka bergabung dan membentuk sebuah desa adalah
perkawinan. Dimana laki-laki dari marga Isikiwar menikahi perempuan dari marga
Laulu. Setelah menikah maka marga Isikiwar meminta agar semua anggota keluarga
dari marga Laulu turun dan bergabung bersama mereka. Setelah itu mereka meminta
marga Lanit yang bertempat tinggal di Karaka untuk turun dan bergabung bersama
mereka, dari situ lalu mereka membentuk satu kampong yang mereka beri nama
Adodo Molu. Secara harafiah Adodo Molu berasal dari bahasa Fordata, adodo yang
artinya setengah mati dan Molu yang artinya ilang-ilang (jauh). Dalam bahasa yang
lain disebut juga “kamalmolu” yang artinya Kampung yang ilang-ilang atau
kampong yang jauh. Alasan pemberian nama Desa Adodo Molu karena, pada zaman
menebang pohon besar dengan menggunakan kapak dan parang saat mereka
37
No Kode Data Kode Informan Jawaban
38
0 2. W Adat atau biasa disebut Mela.
03.A
39
mencelakai Anak Cucu mereka yang ada
02. W
03. A
D. Pembahasan
40
Desa Adodo Molu adalah salah satu desa yang mempunyai keberagaman adat
istiadat dan kebiasaan yang masih dijalankan atau dilaksanakan oleh masyarakat
sebagai warisan budaya dari para leluhur yang sampai saat ini masih dilestarikan.
Salah satu tradisi yang masih dilestarikan di desa Adodo Molu sampai saat ini adalah
ritual adat Sobak. Secara etimologi Sobak berasal dari bahasa Adodo Molu: Sobak
yang artinya doa adat. Upacara ritual adat Sobak merupakan ritual adat yang wajib
dilakukan kepada orang luar yang belum pernah mengunjungi Desa Adodo Molu.
(Wawancara dengan bapak Yosua Lannith pada 15 Agustus 2022). Ritual dimaksud
menandai bahwa para tamu atau pendatang telah dianggap sebagai bagian dari warga
Desa Adodo Molu. Bagi siapa yang tidak melakukan ritual adat Sobak maka dia akan
mendapat gangguan dari para leluhur. Ritual adat Sobak ini sudah ada sejak zaman
dahulu dan masih lestarikan hingga saat ini dari generasi ke generasi. (Wawacara
adat Sobak dilakukan oleh para leluhur sejak Desa Adodo Molu dibentuk sebagai
suatu desa, Karena pada waktu itu mereka belum mengenal agama sehingga tradisi
41
dari para leluhur masih dilakukan. Bahkan tradisi tersebut masih dilakukan hingga
a. Persiapan
adalah pertama, para Mela atau pemangku adat berkumpul di pusat negeri untuk
membahas mengenai ritual adat Sobak yang akan dilaksanakan pada esok harinya.
Kedua, persiapan sopi sebagai bahan utama yang dipakai sebagai natzar untuk proses
b. Pelaksanaan
Seseorang yang memerlukan doa adat atau ritual Sobak harus menuju tempat
yang ditentukan dalam hal ini pusat sebagai tempat dilakukannya ritual dengan
membawa sopi dan diserahkan kepada pemangku adat Mela untuk melakukan doa
adat atau Sobak sesuai kebutuhan dari yang bersangkutan. Pada saat proses
pelaksanaan ritual adat Sobak para Mela semuanya harus menggunakan pakaian adat
dan mempersiapkan bahan utama yakni sopi dan ketika doa adat itu dilakukan bagi
para pendatang, maka harus juga dipersiapkan sirih, pinang, kapur, dan juga
Proses pelaksaan ritual Sobak dilakukan di rumah adat, ritual harus dilakukan
oleh salah satu tua adat yang memimpin Sobak (doa adat) dengan menggunkan
bahasa daerah dari Desa Adodo Molu. Sambil melakukan ritual Sobak di tangan tua
42
adat tersebut memegang gelas yang berisi sopi. Setelah ritual ini selesai dilakukan,
tua adat yang menumpahkan sedikit sopi ke tanah sebagai tanda perkenalan orang
pendatang dan para leluhur di Desa Adodo Molu, kemudian sopi tersebut diberikan
Adapun doa yang diucapkan oleh tua adat adalah sebagai berikut:
Tabel. 4. 6
hamae eja ala rdawa rir fanenu tinggal untuk beristirahat karena
fanaan hamar isa ini. Wali duan perjalanan satu hari untuk mencari
yanam ami ini, fudoku ami naia lanit makan minum. Dan juga kami
mam wai yab ralan ra, ma am yari tempatkan di bawa kolang langit
ihimami naia mam karya hamar isa ini. Kami kembali dari kebun dan
rala mami marmerat rat werin owa bekerja satu hari ini Tuhan dalam
43
howu amfalak werin owa fera persekutuan ini dengan hati yang
werin ami tali lera beta kuriak nata dan terima kasih kepada Tuhan
44
tranan, rma ma mataung ami na,a ya Tuhan.
45
ntuan ntaku tenar lanun ma dengan mereka jangan lah terkejut
rfabana dis leal bendar molu maru dengan alat tajam seperti parang,
ini, ma hamar bai mela lanit nfalak tombak, dan busur pana. Namun
ma rfaban wali dis na,a bendar baku sama- sama kita memohon
hewal rat wen mela lanit fera we mereka sakit penyakit yang bisa
46
syukur dan terima kasih.
c. Penutup
Setelah mereka melakukan ritual doa adat atau Sobak di pusat negeri, proses
jabat tangan antara para tua-tua adat dengan pendatang adalah proses akhir dari ritual
doa adat tersebut. Proses jabat sebagai tanda orang tersebut sudah selesai mengikuti
ritual doa adat. Dengan berakhirnya ritual doa adat maka pendatang tersebut sudah
bisa berjalan di dalam kampung dan di hutan Desa Adodo Molu, karena para leluhur
sudah mengenal mereka lewat ritual yang dilakukan sehingga tidak akan ada
gangguan atau hal-hal aneh yang dirasakan oleh orang baru tersebut.
d. Perlengkapan-perlengkapan Ritual
Tabel 4. 7
Alat Bahan
47
Piring Kapur
Meja Pinang
Sopi
Penggunaan pakaian adat sebagai alat dalam ritual doa adat atau Sobak adalah
sebagai tanda bahwa sedang diadakan ritual adat di Desa Adodo Molu. Penggunaan
pakaian adat juga sebagai ciri khas dari masyarakat setempat ketika melakukan
sebuah ritual adat. Sedangakan pengunaan sirih, kapur, pinang, dan tembakau iris
sebagai bahan yang sakral digunakan dalam proses ritual adat adalah karena pada saat
kita melakukan ritual adat atau Sobak kita bukan saja berdoa pada melainkan kita
juga berdoa pada nenek moyang kita untuk itu sirih, kapur, pinang, dan tembakau iris
sebagai bahan-bahan budaya dan juga sebagai bukti dan informasi bagi mereka agar
supaya orang baru datang ke Desa Adodo Molu tidak mendapatkan gangguan dari
Peran masyarakat dalam pelaksanaan doa adat atau Sobak ketika dilakukan
bagi orang-orang yang baru pertama kali datang di desa Adodo Molu untuk
48
melaksanakan tugas seperti, guru, pegawai ASN, Tenaga medis, Bupati, maupun
pendeta. Ketika ritual ini dilaksanakan maka masyarakat Desa Adodo Molu diminta
semua untuk hadir di pusat negeri untuk menyaksikan ritual doa adat atau tradisi
Sobak tersebut.
Perkembangan sekarang dalam proses ritual doa adat atau Sobak dimana ada
perubahan yang terjadi pada ritual doa adat atau Sobak pada masa saat ini jika
dibandingkan pada zaman dahulu ialah pada zaman dahulu pelaksanaan doa adat
hanya memerlukan satu botol sopi saja tetapi untuk sekarang ini telah terjadi
perubahan ditandai dengan bertambahnya jumlah botol sopi yang awalnya hanya 1
menjadi beberapa. Hal ini berkaitan juga dengan banyaknya jumlah orang yang
g. Makna dan Nilai Yang Terdapat Dalam Ritual Doa Adat Atau Sobak
Menyangkut dengan makna dan Nilai yang terkandung dalam ritual Sobak
tentunya tidak lepas dari unsur historis dan budaya kerena keduanya sangat berkaitan
dengan ritul tersebut di atas. Untuk lebih jelas mengenai kedua nilai yang
1. Nilai historis, contohnya, dalam konteks historis dari sejarah ritual doa
adat atau Sobak dia tetap ada sampai saat ini. Ritual ini dipercaya sudah
ada dari zaman nenek moyang dan masih tetap dilaksanakan dari tahun
49
ketahun hingga pada generasi saat ini mereka masih menjalankan proses
2. Nilai budaya dalam proses ritual doa adat atau Sobak tetap dipertahankan
dan tetap dilestarikan yang dimana harus menggunkan atribut adat dan
tidak bisa menggunakan atribut yang lain. Contohnya sopi, karena sopi
Sobak. Pewarisan ritual doa adat atau Sobak bagi generasi muda sampai
saat ini. Pewarisan yang dilakukan oleh nenek moyang dahulu bertujuan
agar para generasi muda melestarikan budaya ritual doa adat atau Sobak
sehingga budaya ini harus tetap dijaga eksistensinya dalam tatanan hidup
masyarakat desa Adodo Molu, dengan cara tetap dilaksanakan tradisi ini
jikalau setiap ada orang baru atau pendatang baru yang masuk di desa
Makna dari ritual doa adat ialah bagaimana masyarakat Adodo Molu
menjalankan atau melestarikan tradisi yang sudah diwariskan oleh para leluhur
orang baru atau pendatang yang baru menginjakan kaki di desa Adodo Molu, agar
50
pendatang juga bisa mengatahui dan menghargai setiap tradisi di desa Adodo
Molu salah satunya ialah tradisi doa adat.(wawancara bapak Benjamin Isikiwar
BAB V
A. Kesimpulan
51
Berdasarkan uraian dan penjelasan yang telah diuraikan maka, penulis
berkesimpulan bahwa:
Dari sisi sejarah Tradisi Snobak memiliki nilai historis karena merupakan sesuatu
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat adat Adodo dan dipertahankan
sampai saat ini karna merupakan bagian dari karya leluhur dan perlu adanya
penciptaan doa-doa adat yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
masyarakat desa Adodo Molu yakni tentang sejarah pembentukan desa yang
senantiasa diingat oleh anak cucu desa Adodo Molu. Selain itu tradisi Sobak memiliki
makna religious yakni penghargaan terhadap leluhur pembentuk desa Adodo Molu
Makna dan nilai yang bisa dilihat pada upacara tradi Sobak mengandung
beberapa nilai terutama niliai kerohanian yaitu menyangkut segala sesuatu yanng
berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian dapat dibedakan atas 4 macam antara
lain :
3. Nilai moral (kebaikan) yang bersumber dari unsur kehendak atau kemauan
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa banyak sekali nilai budaya yang
52
berkembang di keluarga maupun di masyarakat desa yang harus dipatuhi
oleh setiap individu agar moralnya menjadi terarah lebih kepada positif
dan tidak menyimpang dari nilai-nilai budaya yang berkembang saat ini.
diatas seperti nilai moral, nilai religius, nilai kerohanian dan lain-lain yang
Adodo.
dilestarikan dan dijaga, agar budaya ini tidak tergerus dengan perkembangan zaman
digital yang kian maju dan canggih. Hal ini disebabkan snobak merupakan suatu
hubungan antara manusia dengan Tuhan dan leluhur yang menggunakan bahasa
daerah sebagai alat komonikasinya, dalam hal sebagai wadah komunikasi dengan
Tuhan dan para leluhur, untuk memohon perlindungan kepada masyarakat setempat
maupun memohon perlindungan dari Tuhan dan leluhur terhadap setiap pengabdi
maupun mereka yang datang dan berkunjung untuk sementara waktu di Desa Adodo
Molu.
B. Saran
perlu dipertahankan dijaga dan dilestarikan oleh para generasi muda agar tidak hilang
positif yang senantiasa dihidupkan dalam aktifitas budaya masyarakat Adodo Molu.
53
54
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmad. 1997. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jalarta. PT Rineka. Gnggota IKAPI
lokal cuci
negeri dlam pendidikan IPS. Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 22 No. 1. April
2022.
Bungin, Burhan. 2014. Analisis Data penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Cici Nayati. 2002. Peran Budaya Organisasi Terhadap Strategi Pemasaran Dalam
Upaya
Dewi Ratna Susi Dasmasela. 2020. Tradisi Pata Pena dalam Masyarakat Desa
Latdalam
Kabupaten Kepulauan tanimbar. Nyiur Jurnal Humaniora dan ilmu Sosial Vol 1.
No: 1.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kwaliutatif. Jakarta. PT. Raja Grafindo Pres.
55
Jhon Haba. 2010. realitas Masyarakat Adat Di Indonesia. Sebuah repleksi. Jurnal
Masyarakat
Khatibah. 2011. Penelitian Kepustakaan. Jurnal Iqra’ Volume 05 No.01 Mei, 2011
Sumber
Press.
Indonesia
Robi darwis 2007. Tradisi Ngaruat Bumi Dalam dalam Kehidupan Masyarakat. Studi
Vol.2.no: 1.
56
Setiadi, 2006. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta Kencana Prenada Media Grup
Soekanto, Soerjono. 2001. Hukum Adat Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Bandung
Pustaka,
Turner, Victor, 1967. The Forest of Symbols, Aspects of Ndembu Ritual Ithaca:
Cornell,
University Press.
Yance Arizona, Dkk, 2015. Banyak Perubahan Tetapi Belum Banyak Yang Berubah,
Pulau-Pulau Kecil
57
PEDONAN WAWANCARA
A. IDENTITAS INFORMAN
Nama :
Umur :
Status :
Pendidikan Terakhir :
B. PETUNJUK
Pertanyaan pertanyaan ini hanya untuk memperoleh data atau informasi bagi
C. PERNYATAAN
58
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Tokoh Adat yang pengatahui proses pelaksanaan Ritual Adat Sobak [Josua
Lanit]
LAMPIRAN 2
Tokoh pemerintah yang ikut beserta dalam proses Ritual Adat Sobak [Amram
Isikiwar]
59
LAMPIRAN 3
Tokoh masyarakat yang ikut serta dalam proses Ritual Adat Sobak
[Wempi Lekyy]
Lampiran 4
60
Bahan-bahan yang disiapkan dalam proses ritual Adat Sobak
61