Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TRADISI LOMPAT BATU DI PULAU NIAS

Disusun untuk memenuhi tugas :

Mata Kuliah : Etika dan Budaya Sumatera Utara

Dosen : Annalisa Sonaria, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH :

Muhammad Ridho Pratama

2105082037

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2021/2022

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah mencurahkan
rahmat dan karunianya kepada kita semua. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
jualah saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata kuliah Etika dan
Budaya Sumatera Utara, yang berjudul “Tradisi Lompat Batu di Pulau Nias”.

Dengan selesainya makalah ini, saya mengucapkan terimakasih kepada ibu


Annalisa Sonaria Hasibuan, S.Pd., M.Pd. selaku dosen yang telah memberikan
materi sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.

Akhir kata saya meminta maaf bila terdapat banyak kekurangan. Saya pun
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat menjadi acuan untuk
dapat membuat makalah selanjutnya yang jauh lebih baik dari sekarang.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Medan, 26 September 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II ISI

A. Pengertian dan Unsur-Unsur kebudayaan .......................................... 3


B. Sejarah lompat Batu Nias .................................................................... 5
C. Filosopi Lompat Batu Nias .................................................................. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 9
B. Saran .................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 11

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan Indonesia bisa diartikan seluruh ciri khas suatu daerah yang
ada sebelum terbentuknya nasional Indonesia, yang termasuk kebudayaan
Indonesia itu adalah seluruh kebudayaan lokal dari seluruh ragam suku-suku di
Indonesia. Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya
terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan
Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Dalam hal ini Penulis
membahas mengenai budaya Nias yang lebih spesifiknya pada Tradisi Lompat
Batu (hombo Batu) Nias.

Nias terletak ± 85 mil laut dari Sibolga (daerah Provinsi Sumatera Utara).
Nias merupakan daerah kepulauan yang memiliki pulau-pulau kecil sebanyak 27
buah. Banyaknya pulau-pulau kecil yang dihuni oleh penduduk adalah sebanyak
11 buah, dan yang tidak dihuni ada sebanyak 16 buah. Luas Pulau Nias adalah
sebesar 3.495,40 km2 (4,88 % dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara), sejajar
dan berada di sebelah barat Pulau Sumatera serta dikeliling oleh Samudera
Hindia.

Pulau ini terbagi atas empat kabupaten dan satu kota, Terdiri atas
kabupaten Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat dan kotamadya
Gunungsitoli. Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias.
Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka “Ono Niha” (Ono =
anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai “Tanö Niha” (Tanö =
tanah).

Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan
kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö
yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian.
Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan
sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah

v
pedalaman pulau ini sampai sekarang. Kasta : Suku Nias mengenal sistem
kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah
“Balugu”. Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta
besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi
selama berhari-hari.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Kebudayaan ?

2. Bagaimana sejarah Lompat Batu Nias?

3. Apa Filosofi yang terdapat dalam Tradisi Lompat Batu Nias?

C. Tujuan

1. Agar memahami pengertian Kebudayaan.

2. Agar mengetahui sejarah munculnya Tradisi Lompat Batu di Pulau


Nias.

3. Untuk mengetahui filosofi yang terkandung pada Tradisi Lompat


Batu Nias.

vi
BAB II

ISI

A. Definisi dan Unsur-Unsur Kebudayaan

Dalam bahasa Inggris, budaya dan kebudayaan disebut culture, yang secara
etimologi berasal dari kata Latin Colere, yang artinya mengolah atau
mengerjakan. Kata 'culture' juga kadang diterjemahkan sebagai 'kultur' dalam
bahasa Indonesia, yang memiliki arti sama dengan kebudayaan. Budaya
merupakan cara hidup yang berkembang serta dimiliki bersama oleh kelompok
orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya memengaruhi banyak
aspek dalam kehidupan manusia. Seiring berjalannya waktu, budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas dalam peradaban manusia.

Definisi budaya menurut beberapa ahli, yaitu :

1. Ralph Linton, mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan dari


pengetahuan dan sikap serta pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang
dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu.

2. Parsuadi Suparian, Budaya adalah seluruh pengetahuan manusia yang


dimanfaatkan untuk mengetahui serta memahami pengalaman dan lingkungan
yang mereka alami.

3. Edward B. Taylor, melihat kebudayaan sebagai hal yang kompleks yang


mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
kemampuan kemampuan, kebiasaan-kebiasaan, atau semua hal yang dimiliki
manusia sebagai anggota masyarakat.

4. Koentjaraningrat, merumuskan kebudayaan sebagai keseluruhan system


gagasan,tindakan,hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri dengan belajar.

vii
Untuk memahami tentang kebudayaan maka kita juga harus mempelajari
unsur-unsur kebudayaan. Unsur kebudayaan berarti bagian dari suatu kebudayaan
yang dapat digunakan sebagai suatu analisis tertentu. Dengan adanya unsur
tersebut, kebudayaan lebih mengandung makna totalitas daripada sekedar
perjumlahan unsur-unsur yang terdapat didalamnya. Berikut unsur-unsur
kebudayaan yaitu :

1. Sistem Religi dan Upacara Keagamaan, merupakan produk manusia


sebagai homoriligius. manusia yang mempunyai kecerdasan ,pikiran ,dan perasaan
luhur ,tangapan bahwa kekuatan lain mahabesar yang dapat “menghitam-putikan”
kehidupannya.

2. Sistem Organisasi Kemasyarakatan, merupakan produk manusia sebagai


homosocius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah, namun dengan akalnya
manusia membuat kekuatan dengan menyusun organisasi kemasyarakatan yang
merupakan tempat bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu
meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

3. Sistem Mata Pencarian, yang merupakan produk dari manusia sebagai


homoeconomicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus
meningkat. Contoh bercocok tanam, kemudian beternak, berdagang, dan lainnya.

4. Sistem Bahasa, merupakan lambang atau ciri-ciri dari suatu suku atau adat
tertentu. Tradisi yang diberikan secara turun temurun adalah bahasa. Sehingga
bahasa dijadikan suatu unsur didalam kebudayaan, untuk menentukan asal budaya
dan adat seseorang.

5. Sistem Pendidikan, pendidikan sama saja dengan pengetahuan yang


dijalankan oleh masyarakat, dan diwarSelain pendidikan yang dilakukan di dunia
sekolah, masyarakat juga memiliki pendidikan tersendiri, yang hanya dipelajari
oleh masyarakat adat tersebut, seperti pendidikan atau ilmu pengetahuan tentang
kalender pertanian.iskan secara turun temurun terhadap generasinya.

viii
Adapun menurut beberapa para ahli yang mengemukakan unsur
kebudayaan, diantaranya yaitu:

1. Melville J. Herkovits, menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok,


yaitu:
 Alat-alat teknologi
 Sistem ekonomi
 Keluarga
 Kekuasaan politik
2. Kluckhohn, mengemukakan terdapat 7 unsur budaya atau kebudayaan
yang sifatnya secara universal, yaitu:
 Bahasa
 Sistem pengetahuan
 Sistem teknologi dan peralatan
 Sistem kesenian
 Sistem mata pencaharian hidup
 Sistem religi
3. Bronislaw Malinowski, mengatakan ada 4 unsur pokok, yaitu :
 Sistem norma sosial
 Organisasi ekonomi
 Alat-alat dan lembaga/petugas untuk pendidikan
 Organisasi kekuatan

B. Sejarah Lompat Batu di Pulau Nias

Lompat Batu merupakan tradisi yang sangat populer pada masyarakat Nias
di Kabupaten Nias Selatan. Tradisi ini dilakukan sejak lama diwariskan turun-
temurun oleh masyakarat di Desa Bawo Mataluo (Bukit Matahari). Tradisi ini
konon katanya, pada saat masa kerajaan masih berdiri, sering terjadi peperangan
antar wilayah. Dulu ketika masih ada peperangan wilayah, mereka diharuskan
untuk memanjat pagar yang tinggi agar dapat mencapai benteng lawan. Maka dari

ix
itu, syarat bagi masyarakat yang akan ikut berperang sebagai prajurit adalah harus
bisa melewati tumpukan batu setinggi 2 meter. Jika bisa melewati tumpukan batu
tersebut, maka dianggap dewasa dan matang secara fisik.

Atraksi Lompat Batu Nias merupakan budaya Nias yang sangat terkenal
dan hanya satu-satunya di dunia. Kekaguman masyarakat dunia memang tidak
dapat dipungkiri, namun banyak juga anggapan yang salah mengenai lompat batu
ini. Pasti pernah mendengar gurauan saudara-saudara kita non Nias yang
mengatakan bahwa lompat batu adalah syarat bagi lelaki untuk bisa menikah.
Memang hal itu tidak sepenuhnya salah.

Dahulu kala sebelum agama Kristen dan Islam masuk di kepulauan Nias,
sering terjadi perang antar desa terutama di Nias Selatan. Perang ini memiliki
banyak pemicu seperti untuk memperluas wilayah pemerintahan desa ataupun
disebabkan karena pelanggaran norma-norma adat yang merusak hubungan antar
kampung. Mengingat situasi geografis yang masih alami pada waktu itu, maka
setiap orang yang akan pergi berperang harus dilatih terlebih dahulu tentang
bagaimana strategi perang, dalam arti lompat batu pada awalnya adalah latihan
untuk berperang .

Zaman sekarang, tradisi melompati batu tidak lagi dijadikan untuk syarat
sebagai prajurit. Tradisi ini digunakan sebagai media para pemuda di Nias untuk
menunjukkan kedewasaan secara fisik. Tradisi ini juga digunakan untuk menguji
ketangkasan pemuda. Masyarakat memaknai tradisi ini sebagai proses
pendewasaan bagi pemuda dan pembentukan karakter yang kuat untuk menjalani
kehidupan. Untuk melakukan ritual ini, dibutuhkan latihan yang keras dan cukup
waktu untuk melakukannya. Sehingga akan sangat membanggakan apabila ada
pemuda yang berhasil melewati batu dengan sempurna. Bahkan bagi mereka yang
berhasil melakukan tradisi tersebut akan merayakan keberhasilannya dengan
syukuran adat.

x
Dalam perkembangannya sampai sekarang, lompat batu masih dilestarikan
dan juga menjadi simbol budaya masyarakat Nias. Tradisi ini juga masih sering
dilakukan oleh beberapa kampung di Nias. Selain sebagai ritual adat, Tradisi ini
juga menjadi daya tarik para wisatawan yang sedang berkunjung ke Nias.

C. Filosofi Lompat Batu di pulau Nias

Filosofi perang

Orang Nias secara tradisional suka berperang meskipun pertanian telah


berkembang. Masyarakat lebih mementingkan budaya perang dan membuat
perlengkapan senjata seperti tombak, pedang, perisai, baju besi daripada bertani
dan membuat peralatan pertanian. Mereka melindungi banua dengan membangun
rumah-rumah mereka di atas bukit dan menanam semak-semak beracun di
sekeliling atau di parit. Gerbang banua biasanya ditutup pada malam hari dan rutin
diadakan pengawasan karena kekhawatiran akan serangan musuh. Lingkungan
yang penuh bahaya ini meresap ke seluruh struktur sosial dan politik orang Nias.

Salah satu alasan untuk berperang melawan banua lain adalah untuk
mendapatkan budak dan menjarah harta mereka, terlebih perhiasan emas.
Seseorang yang memiliki emas (so'aya) dianggap berstatus tinggi sampai-sampai
mereka dianggap setara dengan Tuhan (So'aya). Prajurit musuh yang kalah akan
dipenggal kepalanya atau dijadikan budak. Para penjelajah yang datang ke Nias
selalu menceritakan keadaan perang abadi di sana.

Untuk melatih para prajurit melompati pagar banua musuh, mereka dilatih
melompati batu sejak kecil. Dimulai dari batu yang ukurannya beberapa senti lalu
meningkat hingga setinggi dua meter atau lebih. Entah sejak kapan batu hombo
mulai dibangun, tidak ada hoho (syair) yang berkisah tentangnya. Kepopuleran
fahombo meningkat setelah para misionaris zending membujuk masyarakat untuk
mengalihkan uji kedewasaan seorang laki-laki dari mangai binu menjadi
melompat batu.

xi
Ritual lompat batu berasal dan hanya ada di Nias bagian selatan, terlihat
dari istilah 'batu' yang hanya dipakai di sana. Bahkan di daerah Gomo, daerah
awal kemunculan budaya Nias, tradisi ini tidak ada.

xii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejarah Lompat Batu Nias (Hombo Batu Nias) sudah ada sejak dahulu
sebelum agama Kristen dan Islam masuk di kepulauan Nias. Pada saat itu
sering terjadi perang antar desa terutama di Nias Selatan. Perang ini
memiliki banyak pemicu seperti untuk memperluas wilayah pemerintahan
desa ataupun disebabkan karena pelanggaran norma-norma adat yang
merusak hubungan antar kampung. Mengingat situasi geografis yang
masih alami pada waktu itu, maka setiap orang yang akan pergi berperang
harus dilatih terlebih dahulu tentang bagaimana strategi perang, dalam arti
lompat batu pada awalnya adalah latihan untuk berperang. Salah satu
pelatihan perang yang dilakukan adalah latihan melompat batu, latihan ini
bertujuan agar para prajurit itu dapat melompati rintangan apapun di desa
musuh, seperti pagar bambu, belukar dan rintangan lainnya.

Tradisi ini berasal dari Pulau Nias, yang terletak di sebelah barat
Sumatera, tepatnya di Desa Bawomataluo, di puncak bukit yang ada di
Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan. Acara ini merupakan
ritual budaya sebagai simbol kedewasaan pemuda Nias. Jika seorang
pemuda yang mampu melakukan lompatan dengan sempurna dianggap
telah dewasa dan matang secara fisik. Manfaat bagi yang kalah adalah
untuk menyelamatkan diri dengan melompati rintangan-rintangan tersebut
dan manfaat bagi yang menang yakni bisa dengan mudah mengejar musuh
untuk dimusnahkan. Itulah sebenarnya fungsi lompat batu pada awalnya.
Karena untuk berperang seorang lelaki harus sudah dewasa, maka lompat
batu sekaligus menjadi ajang pelatihan bagi seorang anak Nias untuk
mencapai kedewasaan. Karena itu hak dan kewajiban sosialnya sebagai
orang dewasa sudah bisa dijalankan. Misalnya, memasuki pernikahan dan
untuk menjadi prajurit desa jika ada perang antar desa atau konflik dengan

xiii
warga desa lain. Karena sekarang sudah tidak ada perang, maka lompat
batu hanya dipertunjukkan untuk menyambut tamu, dan sebagai wisata
andalan Pulau Nias.

B. Saran
Adapun beberapa saran yang di berikan oeh penulis diantaranya yaitu :
1. Tradisi lompat Batu Nias harus terus dilestarikan karena merupakan aset
kebudayaan Bangsa Indonesia yang dapat menambah devisa negara dan
pendapatan daerah pada khususnya.
2. Tradisi lompat Batu di Pulau Nias juga harus tetap dipelihara guna
menjaga ketuhanan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, yaitu nilai-
nilai perjuangan dalam mempertahankan daerahnya sendiri.
3. Diharapkan kepada pemrintah dan masyarakat setempat agar lebih giat
dalam melestarikan tradisi Lompat Batu ini supaya tidak terhapus oleh
globalisasi dan perkembangan zaman yang sangat pesat.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

1. http://adubook.blogspot.com/2012/11/eksotisme-kepulauan-nias.html
diakses pada 26 September 2021
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
diakses pada 26 September 2021
3. https://id.quora.com/Apa-filosofi-di-balik-ritual-Lompat-Batu-di-Nias
diakses pada 26 September 2021
4. https://museumnusantara.com/lompat-batu-nias/
diakses pada 26 September 2021

xv
xvi

Anda mungkin juga menyukai