Anda di halaman 1dari 2

Hari Santri Nasional; Manifesto Nasionalisme Kaum Sarungan

. Menarik sekali ketika berbicara tentang santri, menurut seorang antropolog asal
Amerika, Clifford Geertz dalam bukunya Religion of Java bahkan menuliskan tiga pembagian
penduduk Indonesia, khususnya di Jawa. Terdapat tiga kaum yang menonjol dalam masyarakat
Jawa, yakni kaum abangan, kaum priyayi, dan kaum santri. Kaum santri adalah segolongan
masyarakat yang menuntut ilmu di pesantren dan berfokus pada pembelajaran keagamaan.
Santri identik dengan seseorang yang tinggal di Pondok Pesantren yang kesehariannya
mengkaji kitab salaf atau kitab kuning, dengan tubuh dibalut sarung, peci, serta pakaian ala
santri menjadi pelengkap dan menambah ciri khas tersendiri bagi mereka
Berbicara hubungan santri dan Indonesia sangatlah kompleks sebenarnya, bagaimana
tidak, jauh sebelum Indonesia merdeka santri sudah sejak lama ada. Namun setidaknya untuk
memudahkan penganalisaan hubungan santri dan indonesia ini bisa dilihat lewat pendekatan
historis. Bisa dikatakan hubunganantara santri dan Indonesia sangat erat melihat fakta sejarah
bahwa kaum pesantren; santri, kyai dan ulama memiliki porsi perjuangan yang luar bisa dalam
sejarah keterlibatan dalam perjuangan meraih dan mempertahankan kemerdekaan. Manifesto
dari itu semua adalah adalah adanya Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim
Asyari. Banyak dari kalangan NU khususnya santri ikut terlibat aktif dalam dalam perjuangan
ini dengan fatwa yang sangat terkenal yaitu Resolusi Jihad NU . Pada tanggal 21-22 Oktober
1945 wakil-wakil cabang NU dari seluruh Jawa dan Madura berkumpul di Surabaya dan
menyatakan perjuangan kemerdekaan sebagai jihad. Resolusi jihad ini sangat berpengaruh
terhadap perjuangan kaum sarungan khususnya santri dan masyrakat pada umumnya untuk
terlibat pertempuran hebat denganm para penjajah bahkan pada tanggal 10 November 1945
para santri yang berjuang berhasil membunuh dua orang jedral besar Inggris; yaitu WS.
Mallaby dan Eric Carden Robert Manseg. Keberhasilan memukul tentara Inggris di Surabaya
itu memastikan bahwa resolusi jihad NU telah menjadi raison detre bagi bangkitnya
perlawanan rakyat Indonesia di seluruh penjuru tanah air, dan kaum santri mampu tampil
mengejawantahkan rasa cinta tanah air yang sebagian dari iman itu. Atas peristiwa itulah,
Presiden Jokowi pada tanggal 22 oktober 2015 mengeluarkan Kepres No. 22 Tahun 2015
tentang Perayaan Hari Santri Nasional.
Keterlibatan santri dalam pergerakan untuk mewujudkan Indonesia merdeka
keberadaanya tidak bisa dipungkiri, secara doktriner; para santri yang banyak secara manhaj
pemikiran menganut Nahdhotul Ulama (NU) menganggap bahwa kewajiban berbangsa dan
bernegara merupakan sesuatu yang final. Gus Dur yang menggambarkan eksistensi negara
mengharuskan adanya ketaatan terhadap pemerintah sebagai mekanisme pengaturan hidup,

1
yang dilepaskan dari perilaku pemegang kekuasaan dalam kapasitas pribadi. Kesalahan
tindakan atau keputusan pemegang kekuasaan tidaklah mengharuskan adanya perubahan dari
sistem pemerintahan. Bahkan doktrin ini telah terlebih dulu diejawantahkan oleh KH. Hasyim
Asyari ketika masih Mekkah Almukarromah ; dari itulah ke mudian muncul adagium
Hubbulwathon minal iman. Manifesto adagium Hubbul wathan minal iman adalah bahwa
santri diajarkan untuk memiliki sikap nasionalisme. Doktrin tentang pengertian nasionalisme
yang digunakan biasanya adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi
inividu harus diserahkan kepada negara kebangsaan.
. Etos perjuangan santri untuk NKRI sudah harga mati. Apapun yang dimiliki,
sepenuhnya digunakan untuk membela NKRI. Ini sudah ajaran dalam Islam, karena cinta tanah
air adalah bagian dari iman. Dengan tanah air yang damai dan nyaman untuk menjalankan
syariat, maka santri mempunyai etos tinggi dalam perjuangannya demi tegaknya NKRI. Bagi
santri, NKRI ini adalah darussalam, negara yang damai dan nyaman untuk menjalankan
ibadah. NKRI bukanlah darul islam, negara yang mengasaskan dirinya dengan ideologi Islam.
Kalau umat Islam sudah merasa damai dan nyaman untuk beribadah, maka disitulah umat Islam
wajib menjaga negara-bangsanya. Tidak ada alasan sedikitpun bagi umat Islam untuk tidak
menjaga NKRI. Bagi santri, Pancasila itu sudah sangat islami, karena wujud dari iman (sila 1)
dan amal sholih (sila 2-5). KH Ahmad Siddiq, Rais Aam NU 1984-1991, sudah menegaskan
itu semua, sehingga Pancasila adalah final bagi umat Islam Indonesia. Umat Islam Indonesia
sudah hidup dengan Pancasila ratusan tahun, sudah merasakan nikmatnya berpancasila untuk
mengamalkan syariat Islam.
Hari Santri Nasional sejatinya harus dimaknai besar oleh seluruh kalangan terlebih
kaum santri, etos mencintai tanah air, terlebih hari ini ketiak lebih jauh membicarakan
ektrimnya pertarungan ideologi global. Kaum santri harus tampil di garda terdepan mengawal
NKRI, dan sampai kapanpun santri harus menjadi katalisator pergerakan demi kemajuan
Indonesia yang lebih hebat, berkarya dan menjadi uswatun hasanah bagi semua golongan. Oleh
karena itu para santri haruslah sejak dini menyadari perannya sebagai masyarakat Indonesia.
Hal ini penting karena santri menjadi contoh bagi lingkungan sekitar dengan sikap moral yang
baik dan juga pemerintah harus membantu dan menyokong pendidikan santri yang selama ini
sudah ada di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai