Anda di halaman 1dari 6

RITUAL IRUNG-IRUNG

DI DESA CIHIDEUNG KEC.PARONGPONG KAB. BANDUNG BARAT

Farra Ainun Naida


193232016
PRODI ANTROPOLOGI BUDAYA – FAKULTAS BUDAYA DAN MEDIA
ISBI BANDUNG

Pendahuluan
Ritual merupakan suatu tata cara dalam upacara atau suatu perbuatan keramat yang
dilakukan oleh sekolompok umat beragama. Ritual ini ditandai dengan adanya beberapa macam
unsur diantara lain adalah waktu, tempat, perlengkapan/ alat-alat untuk melakukan upacara serta
orang-orang yang melaksanakannya. (Koentjaraningrat, 1985:56). Sebuah ritual merupakan
ekspresi dari masyarakat yang menjalankannya tentang bagaimana mereka memandang dunia.
Ritual sendiri tidak lepas dari keagamaan dan mitos yang dipercayai oleh masyarakatnya, oleh
sebab itu pada sebuah ritual, umum dijumpai/terdapat pemuka agama/tokoh masyarakat, do’a
atau mantra yang dipanjatkan, tempat sakral, dan alat yang menyimbolkan makna di dalamnya.

Ritual secara besar dibagi menjadi dua jenis, yakni

1. Ritual preskriptif dan situasional


Ritual wajib yang ditetapkan berdasarkan teks agama seperti shalat fardhu pada islam.
Dan ritual yang dilakukan karena kebutuhan tertentu dari individu atau kelompok
masyarakat tertentu, semisal ritual yang dilaksanakan ketika terjadi kemarau panjang.
2. Ritual berkala dan occassional
Ritual periodik yang dilakukan secara teratur dan terjadwal ada kalendernya, seperti ritual
peringatan Hari Raya Nyepi. Dan ritual yang dilakukan ketika kebutuhan tertentu untuk
pelaksanaan sesekali seperti ritual pernikahan.

Dalam lingkungan sekitar saya terdapat salah satu tradisi berupa ritual yang sering
dilakukan setiap tahun, atau dapat diklasifikasikan sebagai ritual berkala dan merupakan rutinitas
tahunan masyarakatnya (berkelanjutan). Ritual ini adalah Ritual Irung-Irung, yang memiliki
banyak sekali makna filosofis didalamnya, berikut merupakan pembahasannya.

Pembahasan
Pembahasan ini dilakukan dengan menggunakan prinsip 5W+1H yakni menganalisis
topik dengan rincian what, where, who, when, why, dan how.

1. What
Ritual Irung-Irung merupakan ritual berkala yang dilakukan dengan tujuan utama
sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan air
yang berlimpah kepada masyarakat desa Cihideung khususnya para petani bunga yang
merupakan mata pencaharinan mayoritas warga desa Cihideung (Ritual Teknologis).
Dahulu, tujuan pelaksanaan ritualnya adalah seperti yang sudah disebutkan. Namun
seiring berkembangnya zaman, ritual ini juga digunakan sebagai ajang revilatisasi
khususnya bagi para pemuda desa Cihideung untuk memperkuat keterlibatan mereka
dalam kearifan lokal dan melestarikan budaya di tengah arus globalisasi.
Karena menurut karuhun di desa Cihideung, generasi muda di sana sekarang lebih
berorientasi terhadap kegiatan yang bisa meningkatkan taraf hidupnya. Maka diperlukan
sebuah tradisi untuk melunturkan pandangan bahwa melestarikan budaya tradisional
bukan merupakan aktivitas yang kuno dan membosankan. Selain itu ritual ini pun
dilakukan untuk melihara asas-asas dan norma dalam bermasyarakat maupun beragama.

2. Where
Ritual ini dilaksanakan di sumber air yang dianggap sakral, nama tempat ini
adalah mata air Irung-Irung. Oleh sebab itu, nama dari ritual ini pun dinamakan sebagai
Ritual Irung-Irung. Mata air ini berada di kaki gunung Tangkuban Perahu di Desa
Cihideung, Kab. Bandung Barat, Prov. Jawa Barat. Mata air ini merupakan sumber air
yang digunakan oleh warga desa Cihideung untuk kebutuhan sehari-hari dan juga
kebutuhan perkebunan mereka.

3. Who
Ritual ini dilakukan disekitar mata air, yang dipimpin oleh seorang pemangku
adat desa Cihideung. Ritual ini diikuti oleh masyarakat desa Cihideung dari berbagai
kalangan, para sesepuh, orang tua, kaum muda/mudi, maupun anak kecil. Karena pada
hakikatnya di dalam ritual ini banyak sekali terdapat makna-makna tentang kehidupan
yang dapat diresapi dan diterapkan dalam hidup.

4. When
Ritual Irung-Irung ini telah dilaksanakan oleh masyarakat desa Cihideung dari
sejak dahulu, yakni sejak tahun 1932 dimana pada saat itu desa Cihideung belum berdiri.
Ritual ini rutin dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada bulan Muharram.

5. Why
Seperti yang telah disebutkan diatas, tujuan utama ritual ini dilaksanakan adalah
sebagai maksud ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa terhadap kesediaan
air yang berlimpah. Ritual ini merupakan ritual teknologis, yakni sebuah ritual yang
dilakukan terkait dengan kegiatan dan kesejahteraan manusia seperti berburu,
memancing, bertani, dan berkebun. Dalam hal ini selain merupakan ungkapan rasa
syukur, ritual irung-irung digunakan sebagai sarana penyampaian do’a kepada Tuhan
untuk perlindungan, pertolongan, dan karunianya dalam kelimpahan sumber air untuk
perkebunan mereka karena mayoritas mata pencaharian di desa Cihideung adalah para
petani bunga.
Selain itu, ritual ini memiliki makna-makna lain didalamnya yang berguna untuk
revilatisasi norma-norma dan adat istiadat para masyakatnya. Untuk lebih lanjut akan
dijelaskan di bagian selanjutnya.

6. How
Berikut in adalah tahapan/ prosesi ritual Irung-Irung:
1) Doa Bersama
Tahapan pertama dari prosesi ritual ini adalah doa bersama. Karena
mayoritas penduduk di desa Cihideung merupakan penganut agama Islam,
sehingga adab berdoanya pun sesuai dengan ajaran Islam. Berdoa ini menjadi
suatu bentuk bukti keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Y.M.E. Mereka
memanjatkan doa agar selalu berada dalam lindungan dan karunianya.
Pelaksanaan ritual Irung-Irung ni selalu diawali oleh kegiatan berdoa sehingga
kegiatan ini mampu menginternalisasikan nilai-nilai keislaman dan melatih untuk
menjadi individu yang bertakwa.
2) Arak-arakan/ pawai menuju sumber air
Selanjutnya dilakukan parade arak-arakan masyarakat desa Cihideung
yang berjalan dari desa menuju mata air. Seluruh warga menggunakan pakaian
tradisional dan membawa sesajen sejauh 2 km dari desa ke mata air dengan
diiringi oleh kesenian sasapian (kesenian tarian dimana penari masuk kedalam
sapi bohongan seperti pada kesenian barongsai, dinilai cukup mistis karna penari
dianggap kemasukan roh halus). Dalam proses ini terlihat semarak nilai
kebersamaan dan gotong royong pada masyarakat.
3) Ritual

Gambar 1. Warga Dusun Kancah, Kampung Panyairan, Desa Cihideung, Kabupaten Bandung Barat,
menggelar upacara adat Irung-irung yang bertujuan melestarikan lingkungan.
Sumber: liputan6.com

Selanjutnya dilakukan upacara irung-irungan yang merupakan inti pertama


dari ritual ini, dimana dilakukan batik solokan, yakni kegiatan membersihkan
kawasan mata air yang merupakan hulu sungai Cibeureum menuju anak sungai
yang menuju perkampungan. Selanjutnya dilakukan tradisi membasuh bagian
tubuh dengan air Irung-irung dan berakhir pada kegiatan siram-siraman air antar
sesama warga, kegiatan ini penuh kebahagiaan dimana para masyarakat terutama
anak-anak bermain dengan air. Siram-siraman ini bermakna bahwa makhluk
hidup yaitu manusia harus saling berbagi satu sama lain.
4) Penyembelihan Hewan Kurban
Penyembelihan hewan kurban ini merupakan inti kedua, yakni
menyembelih seekor kambing/domba di dekat mata air. Penyembelihan dilakukan
sebagai benruk syukur atas nikmat sumber daya air yang diberikan. Prosedur
pelaksanaan kurban pada tradisi irung-irungan ini tidak jauh berbeda dari
prosedur pelaksanaan kurban pada hari raya Idul Adha. Perbedaan yang mencolok
hanyalah waktu pelaksanaannya, yakni pada bulan Muharram. Selain itu,
penyembelihan ini bermakna filosofis untuk menghilangkan sifat-sifat hewani
sebagai sifat negatif dari manusia.
5) Makan Tumpeng bersama
Selanjutnya dilaksanakan kegiatan makan bersama atau papahare sebagai
bentuk syukur atas pangan yang berlimpah. Kegiatan ini mampu memupuk
kebersamaan dan menekan pola hidup konsumtif serta menjaga tali silaturahmmi
antar penduduk. Selanjutnya terkadang dibarengi oleh penampilan dari kesenian
ketuk tilu (seni tari cikal bakal jaipong).
6) Doa Penutup
Terakhir, dilakukan doa penutup yang menjadi tanda bahwa pelaksanaan
tradisi ini telah berakhir serta doa tersebut dilakukan agar tujuan dari ritual yang
dilaksanakan dapat tercapai.

Penutup
Kesimpulan
Bahwa ritual Irung-irung merupakan ritual yang digelar dengan tujuan utama sebagai rasa
syukur dan meminta karunia Tuhan atas kesediaan air yang melimpah. Dilaksanakan rutin setiap
tahun pada bulan Muharram di sumber mata air yang disakralkan yakni mata air Irung-irung.
Prosesi dipimpin oleh pemangku adat dan diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat Cihideung.
Dimulai dengan prosesi doa bersama, arak-arakan, ritual irung-irung, penyembelihan, makan
tumpeng, sampai pada doa penutup.
Referensi
Jurnal
Agil Nanggala, Elly Malihah. 2020. Peran Tradisi Irung-Irung dalam Memperkuat Civic
Engagement Generasi Muda di Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan. Vol. 5 No.1. Hal 1-16
Web
Retno Hariyanto. 2013. Tradisi Babakti Masyarakat Cihideung Selamatkan Mata Air Irung-
irung. Pikiran Rakyat (https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/pr-01320369/tradisi-
babakti-masyarakat-cihideung-selamatkan-mata-air-irung-irung ). Diakses 21/03/2021
Bagus F. 2019. Upacara Irung-Irung Cai: Menjaga Mata Air dari Kepentingan Bisnis. IDNtimes
(https://jabar.idntimes.com/news/jabar/bagus-f/upacara-irung-irung-cai-menjaga-mata-air-dari-
kepentingan-bisnis/4 ) Diakses 21/03/2021
Huyogo Simbolon. 2019. Upacara Irung-irung, Tradisi Warga Desa Cihideung Merawat
Sumber Air . Liputan6 (https://www.liputan6.com/regional/read/4079810/upacara-irung-irung-
tradisi-warga-desa-cihideung-merawat-sumber-air#:~:text=%22Tradisi%20Irung%2Dirung
%20ini%20bertujuan,air%20untuk%20kehidupan%20masyarakat%20sekitar.&text=Maksud
%20dari%20menyelamatkan%20ini%20adalah,mata%20air%20dan%20saluran%20air. )
Diakses 21/03/2021

Anda mungkin juga menyukai