Anda di halaman 1dari 8

Nama : Farra Ainun Naida

NIM : 193232016
Kelas : 5A
Kajian Seni Pertunjukan

Seni Berdasarkan Waktu dan Fungsi


Pertunjukan Kontemporer: Tari Kontemporer

Secara sederhana, definisi seni merupakan hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia. Seni
dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelompok seperti seni musik, seni lukis, seni rupa, seni
pertunjukan, dan lainnya. Walaupun dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, pembagian
seni tidak sesederhana itu. Seperti seni pertunjukan, yang dapat dibagi lagi berdasarkan waktu
dan fungsinya yakni seni pertunjukan tradisi, seni pertunjukan modern, seni pertunjukan
kontemporer, seni pertunjukan kitch, dan seni pertunjukan pop.

Namun dalam tugas kali ini membahas seni pertunjukan kontemporer lebih mendalam.
Seni kontemporere merupakan seni yang ‘kekinian’. Seni ini dibuat oleh orang masa kini yang
masih hidup yang mencerminkan situasi/budaya masyarakat sekitar yang sedang ‘trend’. Definisi
dari ‘kekinian’ ini berbeda dengan seni modern, karena pandangan setiap orang tentang istilah
‘kekinian’ berbeda-beda. Seni kontemporer sering muncul karena disebabkan oleh respon
terhadap dunia global yang memiliki budaya beragam dan teknologi yang maju, ini berarti seni
kontemporer menjadi cerminan terhadap masalah-masalah di dunia modern yang kompleks.

TARI KONTEMPORER

Dalam seni pertunjukan kontemporer, seni tari kontemporer merupakan salah satunya.
Tari kontemporer merupakan gaya tari ekspresif yang menggabungkan unsur-unsur dari
beberapa genre tari dan aliran seni lainnya. Istilah kontemporer menggambarkan genre yang
berkembang selama pertengahan abad ke-20 dan masih populer saat ini. Seperti pertunjukan
kontemporer lainnya, tari kontemporer menekankan ekspresi batiniah dengan tubuh sebagai
medium untuk mengungkapkan dorongan-dorongan batiniah.
Selama abad ke-19, pertunjukan tari identik dengan ballet. Istilah tari kontemporer lahir
dan tercetuskan oleh seniman Isadora Duncan, Martha Graham, dan Merce Cunningham karena
merela melanggar aturan bentuk-bentuk ketat balet. Penari/koreografer tari kontemporer percaya
bahwa penari harus memiliki kebebasan bergerak, dan mengekspresikan perasan terdalam
mereka secara bebas. Selanjutnya Graham pindah ke apa yang sekarang dikenal sebagai tari
modern, dan gaya Duncan adalah miliknya sendiri, Cunningham sering dibicarakan sebagai
bapak tari kontemporer.

Seni tari kontemporer menggambarkan teknik tari modern yang berkembang dalam 60 tahun
pertama di abad ke-20 serta bentuk pengembangan dari filosofi pergerakan yang didasarkan pada
pembelajaran mengenai tubuh manusia atau hubungan yang terjadi di dalam pikiran manusia.

Berikut ini merupakan aliran-aliran seni yang sudah ada dan menjadi inspirasi awal terbentuknya
seni kontemporer, berdasarkan aliran waktunya:

1. Dadaisme
Dada atau Dadaisme merupakan gerakan budaya yang lahir di wilayah netral,
yaitu Zürich, Switzerland, selama masa Perang Dunia I (1916-1920). Gerakan ini
mencakup seni visual, sastra (puisi, pertunjukan seni, teori seni), teater dan desain grafis.
Dasaisme berfokus pada politik anti perangnya melalui penolakan pada aturan seni yang
berlangsung melalui karya budaya anti seni. Cara gerakan ini selang lain pertemuan
umum, demonstrasi dan publikasi jurnal seni/sastra. Seni, politik, dan budaya menjadi
topik utama dalam publikasi mereka. Gerakan ini memiliki peran yang penting bagi
pertumbuhan: Avant-garde, gerakan musik kota, serta golongan lain seperti Surrealisme,
Ekspresionisme Abstrak, Nouveau Réalisme, Pop Art dan Fluxus.
Secara etimologis, ‘Dada’ memiliki arti yang berlainan menurut bahasa yang
berbeda. bahasa Perancis istilah ‘Dada’ berarti kuda mainan atau kata pertama yang
diucapkan seorang bayi. Lalu dalam kamus Jerman-Perancis kata ini diambil sebagai
awal dan semangat baru dalam berkesenian.
Sikap protes terhadap perang mereka tunjukkan dalam bentuk karya seni yang
sinis, banal, nihilistik, intuitif dan emotif, parodistik, aneh, humoristik, anti-kaidah
tradisional, melepaskan diri dari otomatisme berkesenian, dan bahkan menjadi antiseni.
Contoh dadaisme antara lain bentuk karya seni yang berisi gambaran sindiran sosial,
politik, dan anti perang.

2. Faufisme
Faufisme merupakan versi aliran seni yang lebih radikal dari impresionisme.
Fauvisme menggunakan gaya yang hampir mirip dengan impresionisme, namun menolak
ide dasar peniruan alam tersebut. Fauvisme lebih memilih untuk menggunakan setiap
elemen karya menjadi hal yang mandiri tanpa dikaitkan dengan kemiripan atau
kerealistisan gambar. Contohnya, warna digunakan untuk simbolisme, bukan warna baju
atau warna pohon. Fauvisme memyampaikan gagasan atau pesan pribadi pelukisnya.

3. Ekspresionisme
Ekspresionisme sendiri bermula dari istilah seni lukis dan puisi sebelum
berkembang ke seni literatur, seni pertunjukan, seni bangunan hingga akhirnya seni film.
Ekspresionisme merupakan sebuah aliran yang mengekspresikan pikiran manusia secara
abstrak; aliran yang menekankan pada emosi serta reaksi personal seorang seniman;
berbeda dengan aliran realisme yang mengutamakan hasil karya persis seperti wujud
aslinya.
Contoh dalam seni pertunjukan adalah film bisu. Sejarahnya bermula dari awal
Perang Dunia I ketika industri film Jerman mulai disokong oleh pemerintah akibat
minimnya produksi film mereka. Hasilnya produktivitas meningkat tajam dan studio-
studio baru pun mulai bermunculanProduktivitas film pun semakin bertambah dan film-
film Jerman bahkan mulai dikenal di dunia internasional. Persaingan yang semakin hebat
terutama dari film-film Hollywood, memaksa industri film Jerman berpikir keras untuk
menghasilkan karya-karya baru yang mampu bersaing dengan produksi luar.
Pada tahun 1919, sebuah studio kecil bernama Decla membuat film gaya
ekspresionisme. Film ini berjudul, Cabinet of Dr. Caligary (1919) dan sukses di seluruh
Eropa bahkan hingga ke Amerika. Sukses Caligary membuat banyak para pelaku industri
film Jerman meniru gaya yang sama dalam produksi film-film mereka. Gaya
ekspresionisme lalu menjadi sebuah tren sinema yang bertahan hingga beberapa tahun.
Gaya ekspresionisme biasanya tampak pada film bertema fiksi, fantasi, dan horor.
Secara estetik, gaya ini tampak pada latar atau setting, perabot, kostum, pencahayaan
hingga karakternya yang wujudnya tidak realistik. Latar seringkali digambarkan tidak
lazim, bentuknya tidak beraturan serta surealistik.
Sebuah jendela rumah misalnya, bisa digambarkan berbentuk lingkaran, segitiga
atau bahkan tidak beraturan. Rumah, pepohonan, jalan, jembatan dan lainnya
digambarkan unik seolah latarnya menyerupai lukisan. Permainan gelap-terang sangat
dominan dan kerap kali menggunakan efek bayangan. Karakter utama seringkali
menggunakan kostum yang unik, ber-make up tebal, serta bergerak atau berjalan tidak
seperti manusia umumnya.

4. Impresionisme
Impresionisme ialah sebuah aliran yang berusaha menampilkan kesan-kesan
pencayaan yang kuat, dengan pementingan pada tampilan warna dan bukan bentuk.
Namun kalangan akademisi ada yang justru menampilkan kesan garis yang berpengaruh
dalam impresionisme ini. Aliran Impresionisme muncul dari masa 19 yang dimulai dari
Paris pada tahun 1860an. Nama ini awalnya dikutip dari lukisan Claude Monet,
“Impression, Sunrise” (Impression, soleil levant).
Dalam seni pertunjukan, dapat ditunjukan dengan musik impresionis yang
simpulan evolusi romantis dan musik rakyat. Menurut Debussy, musik impresionisme
sudah diperlihatkan oleh beberapa musisi seperti Frédéric François Chopin, Franz Liszt,
Edvard Grieg,dll . Chopin sepenuhnya menyadari nilai warna akan musik independen
adalah faktor yang penting. Rumit, kabur, dan harmoni warna seperti karya Grieg, namun
juga sanggup digambarkan dengan temperamen impresionisme tertentu.
Pada Impresionisme, musik piano mempunyai imbas penting. Beberapa karya
Liszt judulnya sendiri mengandung sifat impresionistik, mirip “api” kinerja dalam terang
gerakan cepat, opera Wagner sudah banyak kombinasi bunyi yang inovatif, “Rhine
Emas” overture dipamerkan oleh naik-turun, berkabut suasana hati.

5. Surealisme
Surealisme adalah aliran yang menghadirkan kontradiksi antara mimpi dan realita
menjadi nyata yang memperlihatkan objek-objek nyata dalam keadaan yang tidak
mungkin terjadi, seperti dalam mimpi atau alam bawah sadar manusia. Surealisme
menggunakan pendekatan teori psikologi Freud yang mengeksplorasi alam bawah sadar
dan citra mimpi manusia sebagai salah satu penggambaran dari hasrat manusia.
Seperti hampir semua aliran seni, Surealisme adalah produk yang muncul dari
periode sejarahnya. Aliran ini muncul dari reruntuhan aliran Dadaisme yang
memberontak terhadap zona nyaman yang dihasilkan oleh kaum kelas menengah, bahwa
sebenarnya kaum menengah adalah salah satu kaum yang paling dirugikan di tatanan
masyarakat modern.
Contoh surealisme juga diterapkan dalam seni pertunjukan seperti seni teater,
salah satunya teater surealis: ‘Tengul’ karya Arifin C.Noer. Naskah lakon Tengul karya
Arifin C. Noer ini merupakan naskahnya yang ia tulis pada tahun 1973 yang beraliran
surealisme. Naskah ini menceritakan tentang ketertekanan Korep akibat kenyataan yang
tidak selalu berpihak pada apa yang diinginkan. Ketertekanan tersebut akhirnya
melahirkan efek fantasi dan mimpi sebagai perwujudan atas apa yang ia inginkan. Arifin
C. Noer merupakan penulis yang mengangkat tema tentang apa yang terjadi pada masa
lalunya. Ia tak luput mengangkat kisah hidup golongan menengah ke bawah.

6. Postmodernisme
Postmodernisme, berasal dari bahasa Inggris yang artinya faham yang
berkembang setelah modern. Istilah ini muncul pertama kali pada tahun 1930 pada
bidang seni oleh Federico de Onis untuk menunjukkan reaksi dari modernisme.
Postmodernisme dalam seni pertunjukan bisa dilihat dalam bidang teater. Teater adalah
wujud penolakan postmodern terhadap modern yang paling jelas.
Kaum modern melihat jelas sebuah karya seni sebagai karya yang tidak terikat
waktu dan ide-ide yang tidak dibatasi waktu. Etos postmodern menyukai tragedi, dan
tragedi selalu ada dalam setiap karya seni. Kaum postmodern melihat hidup ini seperti
sebuah kumpulan cerita sandiwara yang terpotong-potong. Maka teater adalah sarana
terbaik untuk menggambarkan tragedi dan pertunjukan.
Kaum postmodernisme memprotes dan menghancurkan pemujaan kepada karya
seni klasik. Mereka sangat mendukung pergantian drama tradisional dengan 'teater
keberingasan. Juga penghapusan gaya kuno yang berpusat kepada naskah. Mereka
mengusulkan gaya baru yang berpusat kepada simbol- simbol teater termasuk di
dalamnya adalah: pencahayaan, susunan warna, pergerakan, gaya tubuh, dan lokasi.
Pada postmodernisme, naskah atau teks adalah otoritas yang menindas kebebasan.
Untuk memecahkan masalah ini, mereka mengurangi naskah atau teks sehingga setiap
penampilan menjadi spontan dan unik. Mereka menekankan improvisasi. Setelah
beberapa sekali ditampilkan, tidak ada lagi pengulangan. Penampilan itu sekali saja dan
akan hilang selama-lamanya setelah itu.

7. Realisme
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad 19, bersama
itu pula teknik tata lampu dan tata panggung maju pesat sehingga para seniman teater
berusaha dengan keras untuk mewujudkan gambaran kehidupan di atas pentas.
Perwujudan dari usaha ini melahirkan gaya yang disebut representasional atau biasa
disebut realisme. Gaya ini berusaha menampilkan kehidupan secara nyata di atas pentas
sehingga apa yang disaksikan oleh penonton seolah-olah bukanlah sebuah pentas teater
tetapi potongan cerita kehidupan yang sesungguhnya. Para pemain beraksi seolah-olah
tidak ada penonton yang menyaksikan.
Teater pada saat ini banyak menggunakan aliran realisme. Berikut merupakan
contoh teater terkenal dengan aliran realisme:
 Kebun Cherry, Burung Manyar, Penagih Hutang, Pinangan (Anton Chekov)
 Hedda Gabbler, Hantu-hantu, Musuh Masyarakat (Henrik Ibsen)
 Senja Dengan Dua Kelelawar, Penggali Intan, Penggali Kapur (Kirdjomuljo)
 Titik-titik Hitam (Nasjah Djamin)
 Tiang Debu, Malam Jahanam (Motinggo Boesje)

DAFTAR PUSTAKA

Afriani R. 2017. Penyutradaraan Pertunjukan Teater Surealis “Tengul Karya Arifin C. Noer”
Deskripsi Tugas Akhir Karya Seni. ISI Surakarta.

Sulastianto H. 2017. Dadaisme, Sebuah Revolusi Seni. Tersedia di


http://file.upi.edu/Direktori/FPSD/JUR._PEND._SENI_RUPA/196605251992021-
HARRY_SULASTIANTO/ARTIKEL/JURNAL_DADA_akhir.pdf [Diakses 15 Oktober 2021]

Repository Universitas Kristen Petra. Seni Tari Kontemporer. Tersedia di


https://dewey.petra.ac.id/repository/jiunkpe/jiunkpe/s1/ars4/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-22403123-
9197-tari_kontemporer-appendices.pdf [Diakses 15 Oktober 2021]

Pratista H. 2007. Sinema Ekspresionisme Jerman. Tersedia di


https://montase.blogspot.com/2007/06/sinema-ekspresionisme-jerman.html [Diakses 15 Oktober
2021]

Thabroni G. 2019. Fauvisme – Pengertian, Ciri, Tokoh, Contoh Karya & Analisis. Tersedia di
https://serupa.id/fauvisme-pengertian-ciri-tokoh-contoh-karya-analisis/ [Diakses 15 Oktober
2021]

Thabroni G. 2018. Surealisme – Pengertian, Ciri, Tokoh, Contoh Karya & Analisis. Tersedia di
https://serupa.id/surealisme-pengertian-ciri-tokoh-contoh-karya-analisis/ [Diakses 16 Oktober
2021]

Andaru, Prajodi Daris. 2017. Pengertian Seni Kontemporer, Sejarah dan Macamnya. Tersedia di
https://ilmuseni.com/dasar-seni/pengertian-seni-kontemporer [Diakses 15 Oktober 2021]

Murgiyanto S. 2021. Apa itu Tari Kontemporer?. Tersedia di https://id.lifehackk.com/96-what-


is-contemporary-dance-1007423-9306#menu-2 [Diakses 15 Oktober 2021]
Padjajaran Ensemble. Musik Zaman Impresionisme. Tersedia di
http://padjadjaranensemble.unpad.ac.id/musik-zaman-impresionisme/ [Diakses 16 Oktober 2021]

Pratiwi, Anggita Dewi. 2012. Postmoderinisme. Tersedia di


http://anggitadewipratiwi.blogspot.com/2012/10/postmodernisme.html [Diakses 16 Oktober
2021]

Bintang Makmur. 2021. Gaya Pementasan Representasional (Realisme). Tersedia di


https://bintangmakmur-id.com/portfolio/gaya-pementasan-representasional-realisme/ [Diakses
16 Oktober 2021]

Anda mungkin juga menyukai