Anda di halaman 1dari 14

UPACARA KEMATIAN MANYARATUIH HARI DALAM PERSPEKTIF

DAKWAH KULTURAL

(Studi Kasus di Nagari Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung)

Proposal

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dalam Mata Kuliah Metodologi Penelitian


Semester V Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Tahun Akademik 2021/2022

Oleh:

FIRA KHAIRATUL UMMAH

NIM: 1912030048

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1443 H / 2021 M
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia memiliki banyak suku, budaya dan keragaman yang dikenal di
luar negeri. Keanekaragaman ini merupakan kekayaan budaya yang harus
dilestarikan. Berbagai ritual adat dipengaruhi tidak hanya oleh faktor
lingkungan, tetapi juga oleh nilai-nilai, adat-istiadat berbasis aturan dan
keunikan yang ada di masyarakat.
Kematian adalah peristiwa yang mengakhiri hubungan. Kejadian ini
menyebabkan ritual kematian yang dilakukan berbeda di setiap daerah.
Misalnya, ritual Rambusoro yang terlihat pada suku Traja di Sulawesi Selatan,
ritual Gaven di Bali, pemakaman dan amputasi kutu jari. Suku Papua. , Upacara
Tiwa yang diadakan oleh masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah. Orang
Minangkabau juga melakukan ritual kematian. Ritual kematian disebut hari
manyaratuih, seperti yang dilakukan di Nagura Ampal di Kabupaten Sijunjung.
Acara manyaratuih hari itu adalah upacara yang dilakukan pada hari
keseratus dari meninggal seseorang, acara ini dilaksanakan dirumah almarhum
dimana bentuk upacara ini diawali dengan pembacaan doa setelah diadakan
makan bersama. Tujuan dilaksanakannya tradisi manyaratuih hari ini untuk
mendoakan alamarhum dari siksaan kubur, dan memperteguh iman keluarga
yang ditinggalkan dan mempererat tali kekerabatan.
Dalam pelaksanaan tradisi manyaratuih hari ini, diselenggarakan oleh
kerabat dan masyarakat yang diundang oleh pemiliknya. Tuan rumah biasanya
menyediakan beberapa makanan tradisional untuk para tamu undangan.
Makanan tradisional yang muncul dalam setiap upacara adat harus dilestarikan
untuk menjaga warisan leluhur. Makanan tradisional tetap ada dalam masyarakat
yang beradab, meskipun dalam ruang dan rentang waktu ruang dan waktu,
makanan tradisional harus selalu tersedia karena merupakan unsur budaya yang
harus dilestarikan dan dilindungi. Makanan tradisional adalah makanan khas
daerah yang diolah dan dihidangkan dalam upacara adat tertentu, dan makanan
yang diolah atau dihidangkan tersebut mengalami berbagai perubahan atau jenis.
Adapun upacara kematian yang dilakukan yaitu upacara kematian 3, 7,
40 dan 100 hari setelah kematian, dan pelaksanaan upacara kematian tersebut
keluarga yang meninggal juga membutuhkan biaya yang banyak untuk
menyelenggarakannya.
Berdasarkan hasil pra penelitian kepada orang tua-tua setempat
wawancara pada tanggal 17 September 2021, bahwa pada saat sekarang ini
kurangnya pengetahuan generasi muda mengenai tahap-tahap pelaksanaan
tradisi manyaratuih hari untuk makanan adat pada acara manyaratuih hari tuan
rumah menghidangkan makanan parabuang karena makanan adat ini tidak hanya
dibuat oleh orang yang punya hajat saja tetapi juga dibawa oleh kelompok lain
yang terikat dengan sistem kekerabatan, disamping mengikat hubungan
silaturahmi dan juga tidak memberatkan keluarga yang meninggal, untuk itu
urang sumando, besan, mintuo untuk membawa jamba yang dihidangkan untuk
urang siak pada saat acara mandoa. Pada zaman sekarang terjadi perubahan
untuk makanan adat dan untuk pengolahan makanan adat ini hanya orang tua-tua
saja karena orang tua lebih memegang peranan penting dalam pengolahan kue-
kue yang akan dihidangkan, sedangkan para remaja dan ibu-ibu muda terlibat
pada penyajian makanan saja. Serta kurangnya pengetahuan tentang makna
makanan adat pada acara manyaratuih hari.
Dalam tulisan ini, penulis tertarik untuk melihat bagaimana Perspektif
Hukum Islam Memandang Pelaksanaan Upacara Kematian (Studi Kasus di
Nagari Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung)? Serta ingin mengatahui
bagaimana hukum Islam memandang pelaksanaan makan bajamba pada acara
upacara kematian di Nagari Tanjung Ampalu, Kabupaten sijunjung.

B. Rumusan Masalah
Penjelasan di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perspektif hukum Islam memandang pelaksanaan upacara
kematian pada masyarakat di Nagari Tanjung Ampalu, Kabupaten
Sijunjung?
2. Bagaimana bentuk pelaksanaan tradisi manyaratuih hari yang diadakan
dalam prosesi kematian pada masyarakat Nagari Tanjung Ampalu
Kabupeten Sijunjung?
C. Batasan Masalah
Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ruang lingkup seputar upacara kematian
2. Informasi yang disajikan yaitu : hukum tradisi manyaratuih hari dan
menjamu makanan berdasarkan perspektif hukum Islam
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah :
1. Mendeskripsikan bentuk pelaksanaan tradisi manyaratuih hari dari awal
sampai berakhirnya ritual dalam upacara kematian yang diadakan oleh
masyarakat Nagari Tanjung Ampalu Kabupaten Sijunjung
2. Menjelaskan fungsi sosial yang tekandung dalam tradisi manyaratuih
hari pada upacara kematian pada masyarakat Nagari Tanjung Ampalu
Kabupaten Sijunjung dalam prespektif hukum Islam.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini tidak hanya ditujukan bagi penulis sendiri, namun juga
bagi masyarakat yang terkait secara keseluruhan. Oleh karena itu manfaat
penelitian ini dikelompokan menjadi dua, yaitu :
1. Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, mengenai kajian ilmu sosial,
khususnya bagi budaya keagamaan dan ilmu pengetahuan lain pada
umumnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan
informasi kepada pembaca, masyarakat, terutama mengenai upacara adat
kematian di Nagari Tanjung Ampalu Kabupaten Sijunjung.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibuat untuk mempermudah dalam penyusunan proposal
ini maka perlu ditentukan sistematika penulisan yang baik. Sistematika
penulisannya adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,


tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penulisan.

Bab II : Landasan teori yang terdiri dari upacara kematian, upacara


kematian dalam perspektif Islam.

Bab III : Metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, lokasi
penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan analisi
data.

Bab IV : Terdapat hasil-hasil tahapan penelitian, mulai dari analisis, hasil


testing dan implementasinya.

Bab V : Kesimpulan dan Saran


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Upacara Kematian


Ritual kematian merupakan salah satu tradisi adat yang wajib dilakukan
oleh masyarakat Nagari Tanjung Ampalu di Kabupaten Sijunjung. Kewajiban
melakukan ritual kematian karena merupakan bagian dari adat adat desa Tanjung
Ampalu Kabupaten Sijunjung. Adat adalah peraturan hidup yang tidak
diundangkan oleh pengusaha tetapi dihormati dan ditaati oleh masyarakat
dengan keyakinan bahwa peraturan tersebut berlaku sebagai undang-undang (C.
Dewi Wulansari, 2016). Hal ini merupakan salah satu kebiasaan Nagari Tanjung
Ampalu Kabupaten Sijunjung, dimana masyarakat wajib menjalankan tradisi
tersebut sebagai aturan yang harus dihormati dan dipatuhi oleh masyarakat
sebagai tindakan dan pedoman dalam bertindak.
Di Nagari Tanjung Ampalu, ritual kematian wajib dilakukan jika ada
anggota masyarakat yang meninggal. Tidak ada perbedaan dalam melakukan
ritual kematian di sini. Orang kaya atau miskin harus melakukan ritual ini ketika
salah satu keluarga mereka meninggal. Ketika salah satu anggota masyarakat
Nagari Tanjung Ampalu mengalami kematian, kewajiban menurut Islam dimulai
dengan mandi, mengkafani, berdoa, dan menguburkan mayat. Ketika
pemakaman selesai, mereka melakukan ritual kematian.
a) Manigo Hari
Upacara Manigo Hari adalah ritual kematian yang dilakukan
setelah penguburan selama tiga hari. Acara Manigo hari itu diadakan
setelah Maghrib. Acara yang akan diadakan di Manigo hari ini adalah
baca Quran atau Tadarus. Mengaji tersebut dihadiri oleh Ninik Mamak,
Tuangku, masyarakat sekitar, dan anak-anak surau. Acara diakhiri
dengan doa bersama yang dipimpin oleh Tuangku untuk meminta
ketabahan dan kekuatan iman dari mereka yang ditiinggalkan dan orang
yang meninggal menghindari hukuman kuburan dan neraka.
b) Manujuah Hari
Manujuah hari adalah salah satu ritual yang dilakukan oleh
keluarga almarhum pada hari ketujuh setelah seseorang dimakamkan. Di
Manujuah hari ini, niniak mamak menunjuk salah satu orang yang
datang setiap hari untuk berdoa di rumah duka. Pada upacara ini,
keluarga makan bersama dan berbicara kepada orang-orang yang datang.
Setelah salah satu Tuangku ditunjuk, kami makan bersama dan acara
ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Tuangku tadi.
c) 2x7 (Duo Kali Tujuh
Upacara di 2X7 adalah studi mengkhatamkan ngaji anak-anak
suarau. Seorang anak surau datang dari malam pertama saat jenazah
dikubur akan selesai membaca Al-Qur'an sewaktu 2X7. Orang-orang
yang datang untuk memberi penghormatan juga akan datang selama 2X7
ini. Harap membawa nasi dalam mangkuk dan dibungkus dengan sapu
tangan. Pada upacara ini, keluarga menyiapkan hidangan yang disajikan
kepada mereka yang datang untuk memberi penghormatan. Setelah
anak-anak surau menyelesaikan Al Quran, mereka diberikan amplop
berisi sebungkus nasi dan bantuan fungsional dari keluarga yang
ditinggalkan. Acara dilanjutkan sambil makan bersama. Setelah makan
selesai, tuangku memandu doa dan mengakhiri upacara.
d) Delapan Puluh Hari
Upacara Delapan Puluh Hari dapat dikategorikan sebagai upacara
yang relatif besar dengan partisipasi dari Niniak Mamak, Bundo
kanduang, tuangku dan keluarga suku. Musyawarah ini membahas hal-
hal yang terkait dan mendukung pelaksanaan ritual manyaratuih hari,
seperti menentukan acara selanjutnya yang akan dipagadang atau
dipaketek, diundang atau dipanggil, dan membahas alat dan
perlengkapan yang diperlukan.
Alek dipagadang atau paketek artinya upacara manyaratuih hari
ini akan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan keuangan keluarga
almarhum. Jika keluarga almarhum berada di kelas ekonomi menengah
ke atas, maka upacara manyaratuih hari akan menjadi besar. Jika
keluarga tidak memiliki cukup uang atau berada di kelas ekonomi
menengah ke bawah, maka upacara manyaratuih akan diadakan kecil.
Skala upacara dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu jenis hewan yang
disembelih, makanan yang disediakan, dan orang yang dipanggil. Untuk
hari alek manyaratuih hari besar, hewan yang disembelih biasanya sapi
atau kerbau, sedangkan untuk hari alek manyaratuih hari sedang dan
kecil, keluarga yang ditinggalkan akan menyembelih kambing atau
membeli beberapa kilogram daging saja (Jusmaini, Desember 2019).
Dipanggia mengacu pada metode yang digunakan untuk
menginformasikan kepada masyarakat bahwa mereka dapat
berpartisipasi dalam ritual manyaratuih hari, baik secara lisan maupun
dari mulut ke mulut. Orang yang akan dipanggil akan disesuaikan
dengan jenis alek manyaratuih pada hari acara. Jika hari-hari alek
manyaratuih besar, akan lebih banyak orang yang diundang untuk
berpartisipasi, tidak hanya dari nagari, tetapi juga kerabat kerabat
almarhum yang diundang untuk berpartisipasi. Dibandingkan dengan
upacara Hari Manyaratuih yang kecil dan sedang, yang diundang untuk
mengikuti Hari Manyaratuih hanyalah orang-orang terdekat saja.
e) Manyaratuih Hari
Manyaratuih Hari adalah puncak dari upacara kematian di Nagari
Tanjung Ampalu. Pada hari upacara manyaratuih hari ini, keluarga
mengadakan jamuan makan kepada masyarakat. Undangan yang
sebelumnya dipanggil untuk menghadiri upacara manyaratuih hari akan
datang mulai pukul 14.00WIB hingga pukul 22.00 WIB. Seluruh
masyarakat yang terdiri dari niniak mamak, tuangku, bundo kanduang,
sumando dan masyarakat yang hadir dalam acara tersebut.
Upacara manyaratuih hari dapat dibagi menjadi dua kategori:
acara siang dan aacara malam. Pada siang hari berarti untuk ibu-ibu
yang datang, dan acara pada malam hari adalah untuk pria atau bapak-
bapak. Ibu-ibu datang mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan selesainya
Ibadah Magrib, dan bapak-bapak tiba pada pukul 20.00WIB.
Acara malam dimulai pukul 21.00 WIB. Acara tersebut dihadiri
oleh niniak mamak, Tuanku, Sumando, dan warga laki-laki. Acara
dimulai dengan berkumpul dan membaca ayat-ayat Alquran bersama,
dilanjutkan dengan jamuan makan oleh sumando. Setelah semua
makanan disajikan, semuanya akan makan bersama.

B. Upacara Kematian dalam Perspektif Islam


Pemakaman Manigo Hari, Manujuah Hari, 2x7 hari, Salapan Puluah
Hari, Manyaratuih Hari adalah bagian dari adat Minangkabau, dan tradisinya
adalah berdoa bersama untuk jenazah dan makanan jamuan untuk para tamu
yang berdoa. Dalam hal ini, penting untuk mengetahui tata cara salat jenazah
dan bagaimana hukumnya memberikan jamuan makan kepada para tamu yang
melayat.
a. Hukum mendoakan jenazah
Setelah jenazah ditutup, dianjurkan kepada orang yang
menguburnya untuk mendoakan jenazah dan orang yang
mengantarkannya, Rasulullah bersabda:
“Hendaklah kalian memohon ampun untuk saudara kalian mintalah
untuknya ketetapan hati karena sesungguhnya dia sekarang sedang
ditanya.”
b. Menjamu tamu yang mendoakan
Hukum menjamu tamu atau keluarga jenazah untuk memasak
makanan dan menyiapkan makanan bagi tamu yang mendoakan
jenazah. Pada dasarnya dari berbagai sunnah yang diajarkan Nabi
kepada umatnya, tetangga atau kerabat terdekatnya membuat
makanan untuk keluarga jenazah yang terkena musibah.
1) Hadis ‘Abdulllah ibn Ja’far:
‫ال النَّبِ ُّى‬S
َ Sَ‫ل ق‬S َ Sِ‫ر ِح ْينَ قُت‬S ٍ Sَ‫ى َج ْعف‬ُ ‫ ا َء نَ ْع‬S‫ لَ َّما َج‬:‫ا َل‬SSَ‫ر ق‬S
ٍ Sَ‫ ِد هللاِ ب ِْن َج ْعف‬S‫ع َْن َع ْب‬
‫ ٌر‬S‫ا هُ ْم أَ ْم‬SSَ‫ اصنعوا آِل ِل َج ْعفَ ٍر طَ َعا ًما طَ َعا ًما فَقَ ْد أَت‬:‫صلى هللا عليه و سلم‬
‫يَ ْش َغلَهُ ْم (رواه الخمسة‬
Artinya: Diriwayatkan dari ‘Abdullah ibn Ja’far ia berkata:
tatkala datang berita terbunuhnya Ja’far

Nabi bersabda: “Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja’far,


karena mereka sedang tertimpa masalah yang menyibukkan.”

Imam Syafa’i berkata: “Dianjurkan bagi tetangga atau kerabat


dekat untuk membuat makanan bagi keluarga si mayat, karena hal
tersebut adalah sunah dan merupakan perbuatan baik umat sebelum dan
setelah kami (Muhammad bin Ahmad al Khatib al Syafi’i, 1994).

Bagaimana jika keluarga dari jenazah itu membuat makanan, dan


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengajarkannya melalui lisan
Nabi tentang hal itu, keempat imam sepakat bahwa itu makruh, dan hal yang
sama adalah pendapat para ulama. Di antara ucapan para ulama adalah sebagai
berikut:

1. Dia membenci tamu yang memakan makanan keluarga jenazah,


karena wajib menyenangkan mereka agar tidak menderita karenanya,
yang merupakan perbuatan buruk.
2. Keluarga di dalam jenazah menyiapkan makanan dan mengumpulkan
orang untuk makan, bagi ulama sudah dilarang, dan ini adalah
sesuatu yang baru, karena tidak ada riwayat di dalamnya, tetapi itu
adalah hal yang buruk (Yahya bin Serf al-Nawawi, singkatan dari
yang kedua)
3. Adapun orang-orang dari mayat yang membuat makanan untuk
orang-orang, ini adalah perbuatan yang tidak disukai. Karena itu
menambah kemalangan mereka, menyibukkan mereka, dan serupa
dengan perbuatan jahiliyah (Abdullah bin Ahmed bin Muhammad
bin. Al-Qadamah, 1968).

C. Konsep Budaya dan Budaya Islam


Kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddhaya, yang merupakan
bentuk jamak dari kata “buddih”, yang berarti pikiran dan akal. Kebudayaan
diartikan sebagai “hal-hal yang berhubungan dengan pikiran atau akal”.
Beberapa pengertian budaya yang diungkapkan oleh para ahli adalah sebagai
berikut
1. Williams menggunakan metode universal untuk mendefinisikan
konsep budaya, yaitu konsep budaya mengacu pada makna bersama,
yang berpusat pada makna, nilai, objek, dan norma sehari-hari.
2. Budaya Robert H. Lowie adalah segala sesuatu yang diperoleh
individu dari masyarakat, termasuk kepercayaan, adat istiadat, norma
seni, kebiasaan makan, keterampilan yang tidak diperoleh melalui
kreativitas sendiri tetapi diwariskan dari masa lalu melalui
pendidikan formal dan nonformal.
3. Menurut Van Persson, budaya didefinisikan sebagai ekspresi
kehidupan orang dan kelompok. Kebudayaan dipandang sebagai
sesuatu yang lebih dinamis, bukan sesuatu yang tetap atau statis.

Dari beberapa definisi budaya tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu


budaya diwakili oleh berbagai kebutuhan inovasi dan kreativitas dan merupakan
hasil olah otak manusia, yang dijadikan karakteristik pemilik budaya tersebut.

Kebudayaan merupakan masalah yang sangat kompleks dan tersebar


luas. Misalnya, budaya berkaitan dengan gaya hidup, adat istiadat, dan tata
krama manusia. Kebudayaan sebagai bagian dari kehidupan ada antara suku
yang satu dengan suku yang lain. Khususnya di Indonesia, berbagai budaya, adat
dan kebiasaan seperti ritual kematian tetap dipertahankan hingga saat ini.

Pelaksanaan ritual kematian ini berbeda-beda di setiap daerah. Misalnya,


upacara Rambu Solo pada suku Toraja di Sulawesi Selatan, upacara Ngaben di
Bali, dan potong jari pada masyarakat Dani di Papua, upacara Tiwa pada
masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah, dan masih banyak lagi upacara
lainnya. Orang Minangkabau juga melakukan ritual kematian. Ritual kematian
disebut manyaratuih hari. Seperti yang dilaksanakan di Nagari Tanjung Ampalu.

Secara umum, budaya Islam dapat dipahami sebagai akal, budi, cipta,
dan rasa, serta karya manusia, yang tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai
ketuhanan. Kebudayaan adalah hasil karya manusia. Kebudayaan yang
diciptakan oleh manusia beriman tidak lepas dari keyakinan kepada Allah SWT.
Oleh karena itu, Islam adalah sumber kebudayaan. Islam menciptakan budaya
yang murni berdasarkan ajaran tauhid.

Kebudayaan yang dijalankan atas dasar ketaatan serta kepatuhan Allah


swt. sesuai dengan perintahnya, berdasarkan nilai-nilai ketuhanan, dan bersifat
islami Islami adalah budaya Islam. Budaya yang hidup dalam masyarakat pada
dasarnya merupakan realitas gagasan, tindakan dan nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat yang terlibat.

Kebudayaan yang diciptakan oleh manusia mukmin tidak terlepas dari


pada keyakinan terhadap Allah swt. oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa Islam
adalah sumber kebudayaan. Islam menciptakan dan melahirkan kebudayaan
yang murni yakni kebudayaan yang berdasarkan syariat Islam.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif
kualitatif yaitu wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Hal ini
merujuk pendapat Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan
maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang
diteliti. Metode deskriptif digunakan sebagai cara yang praktis untuk
menjelaskan dan menjabarkan pelaksanaan upacara kematian di Minangkabau.
B. Lokasi Penelitian
Adapun penelitian ini akan dilakukan di Nagari Tanjung Ampalu,
Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.
C. Sumber Data
Sumber data ini merupakan sesuatu yang sangat penting untuk digunakan
dalam penelitian guna menjelaskan valid atau tidaknya suatu penlitian. Dalam
hal ini penulis menggunakan:
a. Data Primer, yaitu sumber data utama yang diperoleh melalui kata-
kata atau tindakan orang-orang yang diamati dan diwawancarai yang
menjadi subyek penelitian.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen, publikasi
yang sudah dalam bentuk jadi. Penelitian ini mengambil data dari
berbagai sumber, seperti sumber secara langsung, dokumen-dokumen
maupun karya tulis yang relevan dengan penelitian yaitu berkaitan
dengan upacara kematian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data yang paling umum
digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi, kadang-kadang
dipergunakan secara bersama-sama dan terkadang secara individual. Penulis
akan melakukan penelitian di Nagari Tanjung Ampalu untuk memperoleh data-
data yang diperlukan, penulis menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Metode Wawancara
Interview adalah pengumpulan data dengan prosesnya jawab secara
lisan antara dua orang atau lebih yang berhadapan secara fisik, yang
satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga
sendiri dari suaranya.
b. Metode Observasi
Observasi adalah langkah awal menuju fokus perhatian lebih luas
yaitu observasi partisipan, hingga observasi hasil praktis sebagai
usaha metode dalam kapasitasnya sendiri-sendiri.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan
arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori,
dalil-dalil atau hukum-hukum yang berhubungan dengan masalah
penelitian.

Anda mungkin juga menyukai