Anda di halaman 1dari 19

TUTURAN RITUAL TUAK WUA PADA GUYUB BUDAYA LAMAHOLOT

DI KAMPUNG LAMAWOLO KECAMATAN ILE BOLENG


KABUPATEN FLORES TIMUR

Paskalis Inobertus Lae Tupen


Prof. Dr. Simon Sabon Ola, M. Hum, Drs. Samuel H. Nitbani, M. Pd

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusa Cendana
ABSTRAK
Fokus penelitian ini disesuaikan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian
yang meliputi (1) Bagaimanakah struktur tuturan ritual Tuak Wua pada guyub
budaya Lamaholot di Kampung Lamawolo Kecamatan Ile Boleng Kabupaten
Flores Timur? (2) Makna apa sajakah yang terkandung dalamtuturan ritual Tuak
Wua pada guyub budaya Lamaholot di Kampung Lamawolo Kecamatan Ile
Boleng Kabupaten Flores Timur? (3) Nilai-nilai budaya apa sajakah yang
terkandung dalam tuturan ritual Tuak Wua pada guyub budaya Lamaholot di
Kampung Lamawolo Kecamatan Ile Boleng Kabupaten Flores Timur? Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui struktur, makna dan nilai-nilai yang terkandung
dalam Tuturan Adat Tuak Wua pada Guyub Budaya Lamaholot di Kampung
Lamawolo Kecamatan Ile Boleng Kabupaten Flores Timur. Manfaat yang di
peroleh dari penelitian ini adalah secara teoritis (1) Untuk memperkaya ilmu
pengetahuan budaya perdamaian , terutama terkait dengan ritual sebagai suatu
elemen kebuudayaan masyarakat yang digunakan sebagai bagian dari adat untuk
menemukan keadilan untuk menjalani keharmonisan hidup bermasyarakat. (2)
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu sumbangan
pikiran bagi penelitian selanjutnya. Manfaat praktis (1) Memberikan pemahaman
tentang dinamika nilai budaya masyarakat adat pada dewasa ini, guna
pemertahanan tradisi, khusunya ritual Tuak Wua sebagai suatu system hokum adat
yang hidup di masyarakat adat. (2) Memberi pemahaman transformasi nilai
budaya ritual Tuak Wua kepada masyarakat. (3) Memberikan masukan kepada
pemerintah desa setempat sebagai tata nilai kebudayaan yang perlu di
lestarikan.Teori yang digunakan penelitian ini adalah teori Linguistik kebudayaan.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini
mengetahui struktur makna dan nilai . Makna Tuturan tuturanTuak Wua pada
guyub budaya Lamaholot di Kampung Lamawolo Kecamatan Ile Boleng
Kabupaten Flores Timur adalah: Makna religius, makna sosial, makna simbolik.
Sementra nilai yang tersirat di balik makna-makna tersebut, yakni: Nilai moral,
nilai kebersamaan dan nilai religius. Dalam tuturan adat Tuak Wua juga terdapat
beberapa tahap yaitu: tahap pertama proses awal Tuak Wua, tahap kedua
pelaksanaan ritual adat Tuak Wuadan tahap ketiga sewut lekat tuak wua (berbaur).
Kata Kunci : kebudayaan, tuturan ritual struktur, makna, nilai

THE RITUAL SPEECH OF TUAK WUA IN THE LAMAHOLOT


CULTURALIN LAMAWOLO VILLAGE, ILE BOLENG
DISTRICT, EAST FLORES REGENCY

Paskalis Inobertus Lae Tupen


Prof. Dr. Simon Sabon Ola, M. Hum, Drs. Samuel H. Nitbani, M. Pd

Indonesian Language and Literature Education Major


faculty of Teacer Training and Education, Nusa Cendana University

The focus of this research is related to the formulation of the problem and
research objectives which namely (1) What is the structure of the Tuak Wua ritual
speech in the Lamaholot culture in Lamawolo village, Ile Boleng District, East
Flores Regency? (2) What are the meanings contained in the speech of the Tuak
Wua ritual on the Lamaholot culture inLamawolo village, Ile Boleng District, East
Flores Regency? (3) What cultural values are contained in the speech of the
TuakWua ritual on the Lamaholot culture inLamawolo village, Ile Boleng District,
East Flores Regency? This study aims to determine the structure, meaning and
values contained in the Tuak Wua traditional speech at the Lamaholot Cultural
friendly in Lamawolo village, Ile Boleng District, East Flores Regency. The
benefits obtained from this research are theoretical (1) To enrich the knowledge of
the culture of peace, especially related to rituals as an element of community
culture that is used as part of custom to find justice to live harmony in social life.
(2) The results of the study are expected to be useful as a contribution of thought
for further research.Practical benefits (1) Providing an understanding of the
dynamics of the cultural values of indigenous peoples today, in order to maintain
tradition, especially the Tuak Wua ritual as a customary law system that lives in
indigenous peoples. (2) Providing an understanding of the transformation of the
cultural values of Tuak Wua rituals to the community. (3) Provide input to the
local village government as a cultural value system that needs to be preserved.
The theory used in this research is cultural linguistic theory. The method used is a
qualitative descriptive method. The results of this study determine the structure of
meaning and value. The meaning of Tuak Wua utterances on Lamaholot culture
in Lamawolo village, Ile Boleng District, East Flores Regency are: Religious
meaning, social meaning, symbolic meaning. Meanwhile, the implied values
behind these meanings are: moral values, togetherness values and religious values.
In the Tuak Wua traditional speech, there are also several stages, namely: the first
stage of the Tuak Wua initial process, the second stage of the implementation of
the Tuak Wua traditional ritualandthethird stagesewut lekat tuak wua (mingling).
Keywords: culture ritual speech ,structure, meaning, valuerituals.
I. PENDAHULUAN
Kebudayaan adalah Tana Ekan) yang terletak di
keseluruhan dari kelakuan dan setiap pusat kampung. Wato
hasil kelakuan manusia, yang Nubanara ini diletakkan dalam
teratur oleh tata kelakuan yang satu bangunan yang dinamai
harus, didapatkannya dengan koke.
belajar, dan yang semuanya Koke merupakan sebuah
tersusun dalam kehidupan bangunan tua yang mula-mula
masyarakat (cipta, rasa dan didirikan oleh nenek moyang
karsa). Mengacu kepada masa lampau dan dijadikan
pengertian di atas, maka sebagai pusat kebudayaan
kebudayaan Lamaholot kampung. Selain dijadikan
merupakan hasil cipta, rasa dan sebagai tempat untuk
karsa dari masyarakat setempat. bermusyawarah dan berkumpul,
Bagi orang Lamaholot, salah satu Koke juga merupakan tempat
inti kebudayaan adalah bagi masyarakat untuk memohon
Lewotana. Lewotana bagi orang petunjuk dari roh leluhur. Yang
Lamaholot termasuk dalam lebih penting adalah koke
sistem kemasyarakatan (sistem merupakan tempat untuk
kekerabatan, organisasi politik, mengadakan upacara
system hukum, sistem persembahan kepada Wujud
perkawinan) yang mana Tertinggi yang diyakini serta
menggambarkan bahwa dipercaya oleh masyarakat
Lewotana (kampung halaman) setempat. Wujud Tertinggi ini
berasal dari Atadiken (manusia), mereka kenal dengan sebutan
yang membentuk keluarga Rera Wulan Tana Ekan yang
menjadi lango (rumah tangga, berarti matahari, bulan dan bumi.
keluarga). Beberapa Lango Dalam masyarakat Adonara
bergabung menjadi satu yang terdapat berbagai ritual adat,
disebut suku dan beberapa suku yakni ritual tentang kelahiran,
bergabung menjadi lewo. Sampai perkawinan, kematian dan
pada tahun 1960-an terdapat  perdamaian yang masih
praktek hidup masyarakat dilestarikan keberadaannya
perkampungan di mana setiap sebagai warisan budaya. Dalam
kampung harus mempunyai wato upacara ritual perdamaian,
nubanara (tempat untuk terdapat beberapa fase ritual,
membangun hubungan imajiner salah satunya ritual adat Tuak
antara manusia dengan Tuhan Wua. Masyarakat Adonara ingin
atau manusia dengan Rela Wulan membangun kembali dunianya
yang penuh dengan kesejateraan II. KAJIAN PUSTAKA,
dan kedamaian lewat sebuah
ritual adat Tuak Wua. Tuak Wua KONSEP, LANDASAN TEORI
berasal dari dua kata tuak yang
II.1 Konsep
artinya minuman yang disadap
dari mayang pohon lontar 2.2.1 Struktur
sedangkan wua yang artinya
buah pinang. Menurut Sabon Ola (2005:
Bagi masyarakat Adonara, 54) Struktur secara leksikal
khususnya di Kampung mengandung makna
Lamawolo Kecamatan Ile susunan, urutan atau bangun.
Boleng Kabupaten Flores Timur Secara konseptual dan
proses perdamaian (rekonsiliasi) kontekstual, struktur
dalam ritual adat Tuak Wua dimaknai sebagai hubungan
merupakan salah satu bagian dari antar bagian yang bersifat
proses penyelesaian sengketa koheren. Struktur dibangun
yang sangat menentukan masa oleh sejumlah unsur yang
depan para pihak. Menyadari hal saling memberi makna.
ini, dalam berbagai kasus yang Makna suatu unsur
terjadi pada masyarakat ditentukan oleh kehadiran
Lamawolo menunjukkan bahwa unsur-unsur lainya. Struktur
perdamaian Tuak Wua itu merupakan suatu sistem
merupakan bagian proses hukum sehingga tidak ada unsur
yang dilakukan secara adat. yang tidak penting. Setiap
Bahkan, konsep perdamaian unsur yang ada dalam sistem
yang dipahami oleh masyarakat penting karena memiliki
Lamawolo Adonara tidak fungsi tertentu. Jika sebuah
sekedar perdamaian induvidu, unsur dalam sistem itu
melainkan juga perdamaian berubah, maka perubahan itu
dalam arti yang lebih luas harus diikuti oleh perubahan
meliputi antara lain berdamai unsur-unsur lainya. Dalam
dengan lingkungan social konteks ini, struktur
Lewotana, berdamai dengan mencakup urutan penuturan
Sang Rela Wulan Tana Ekan dan dan struktur bahasa yang
berdamai dengan leluhur Ina ditampilkan dalam TRKEL
Ama Koda Kewokot (roh (Tuturan Ritual Kelompok
keluarga yang sudah meninggal). Etnik Lamaholot ) dengan
Kekhasannya.
2.2.2 Makna
Poerwadarminta (dalam Tarigan masyarakat”. Sementara
1976;9) mendefinisikan yang Alisjahbana (1972)
dimaksud dengan maknanya, berpendapat
bermakna berarti mengandung Kebudayan/tradisi adalah
makna yang penting, cara berpikir yaitu hasil dari
memaknakan, menerangkan arti buah budi (gagasan) manusia
(maksud) suatu kata dan yang berupa cipta, rasa dan
sebagainya. Dari pendapat diatas karsa, baik yang kongkrit
dapat disimpulkan bahwa yang di maupun abstrak yang
maksud dengan makna adalah arti bertujuan untuk mancapai
atau maksud suatu kata. kesempurnaan hidup. Yang
2.2.3 Nilai dilakukan dengan pola-pola
perilaku, bahasa, organisasi
Menurut Kridalaksana sosial, religi, dan lainya yang
(2008:162), nilai (value) telah menjadi kebiasan
adalah posisi lambang secara turun-temurun dari
bahasa dalam sistem leluhur.
semantik suatu bahasa. Nilai 2.2.5 Tuturan Ritual
adalah sesuatu yang
berharga, bermutu, Sabon Ola, (2009: 302)
menunjukkan kualitas dan mengatakan bahwa
berguna bagi manusia. berdasarkan konteks
Sesuatu itu bernilai, berarti, pemakaian dan diksi (pilihan
berharga dan berguna bagi kata), serta berbagai
kehidupan manusia. Jadi, komponen perincian lainnya,
nilai dapat dijadikan rujukan tampak bahwa tuturan ritual
manusia untuk menjalankan (bahasa ritual; ritual
kehidupan ke arah yang languange menurut istilah
lebih baik. Fox) berbeda dengan tuturan
2.2.4 Kebudayaan biasa. Menurut Fox
(1986:102), bahasa ritual
Koentjaraningrat (1984:180- secara khas berbeda dengan
181) berpendapat bahwa bahasa sehari-hari (ordinary
“Kebudayan/ tradisi adalah language). Pada bagian lain
definisi adalah keseluruhan dari tulisannya itu, Fox
manusia dari kelakuan dan mengatakan bahwa bahasa
hasil kelakuan yang teratur ritual mendapatkan
oleh tata kelakuan yang sebagaian besar ciri
didapat dengan belajar dan puitiknya dari
yang semuanya tersusun penyimpangan-
dalam kehidupan
penyimpangan sistematis Penelitian ini dilaksanakan
terhadap bahasa sehari-hari. selama satu bulan terhitung
Bahasa ritual memiliki bobot sejak tanggal 22 Juni sampai
atau isi budaya (cultural 17 Juli.
content) yang mestinya
dijelaskan secara tekstual, 3.2 Teknik Pengumpulan Data
kontekstual, dan kultural.
II.2 Landasan Teori 3.2.1 Observasi
Linguistik Kebudayaan Peneliti akan mengadakan
Sabon Ola, (2009) Linguistik observasi atau pengamatan
kebudayaan merupakan langsung pada lokasi
bidang ilmu interdispliner penelitian. Dengan demikian
yang mempelajari hubungan menitikberatkan pada objek
antara bahasa dan yang berhubungan langsung
kebudayaan di dalam suatu dengan masalah yang diteliti.
masyarakat (bdk. Tobin, Dalam penelitian ini, peneliti
1990:4). Jika dikaji secara akan mengamati langsung
mendalam dan saksama, objek-objek atau bukti-bukti
setiap ujaran yang dihasilkan seperti yang diungkapkan
menggambarkan budaya dalam Tuturan Ritual Tuak
penuturnya. Sapir-Whorf Wua pada guyub budaya
berhipotesis bahwa bahasa Lamaholot di Kampung
tidak han ya menentukan Lamawolo Kecamatan Ile
budaya, tetapi juga Boleng Kabupaten Flores
menentukan cara dan jalan Timur.
pikiran penuturnya. 3.2.2 Wawancara
Hipotesis Sapir-Whorf Untuk memperoleh data
tersebut mengandung dalam penelitian ini, peneliti
pengertian bahwa jika suatu menanyakan langsung
bangsa berbeda bahasa dengan pertanyaan-
dengan bangsa lain, maka pertanyaan yang telah
berbeda pula jalan pikiranya. dirumuskan sebelumnya
III. Metode dengan baik dan biasanya
secara tertulis sehingga
3.1 Lokasi dan waktu pewawancara dapat
penelitian menggunakan daftar
Penelitian ini dilakukan di pertanyaan tersebut pada saat
Kampung Lamawolo melakukan wawancara
Kecamatann Ile Boleng 3.2.3 Merekam dan teknik
Kabupaten Flores Timur. catat
Untuk memperoleh data menyajikan temuan
dalam penelitian ini peneliti penelitian berupa
langsung merekam dengan kategori atau
menggunakan alat bantu pengelompokan.
(Handphone). Selama 3. Tahap penarikan
pengamatan dan wawancara, kesimpulan atau
peneliti menyimak dan verifikasi adalah suatu
mencatat data berupa catatan tahap penelitian
deskripstif dan catatan menginterpretasikan
reflektif. temuan. Setelah
3.3 Teknik Analisis Data kesimpulan diambil,
Analisis data adalah proses peneliti kemudian
mengatur urutan data, mengecek lagi ke
mengorganisasikannya ke sajian interpretasi
dalam satu pola, kategori, dan dengan cara mengecek
satu uraian dasar. Taylor ulang proses koding
( dalam Afifudin dan Saebeni, dan penyajian data
2012:145), mendefinisikan untuk memastikan
analisis data sebagai proses tidak ada kesalahan
yang memerinci usaha secara yang dilakukan.
formal untuk menemukan Setelah tahap ketiga
tema dan merumuskan dilakukan, maka
hipotesis seperti yang penelitian telah
disarankan dan sebagai usaha memiliki temuan
untuk memberikan bantuan penelitian bedasarkan
dan tema pada hipotesis. analisis data yang
1. Reduksi data diartikan telah dilakukan
sebagai proses terhadap suatu hasil
pemilihan, pemusatan wawancara mendalam
perhatian pada atau sebuah dokumen.
penyederhanaan,
pengabstrakan, dan IV. Hasil dan Pembahasan
transformasi data 4.1 Hasil
kasar yang muncul 4.1.1 Ritual Tuak Wua
dari catatan-catatan Upacara ritual Tuak Wua
tertulis dilapangan merupakan ritual perdamaian
2. Tahap penyajian data dalam budaya Lamaholot. Ritual
adalah sebuah tahap ini dilaksanakan karena adanya
lanjutan analisis kondisi ketidakharmonisan
dimana peneliti hubungan antara seseorang atau
sekelompok orang ( keluarga ) Ra’e tena peweli pai
dengan orang atau kelompok lain. mari selama ni ra’e ro
Ketidakharmonisan tersebut, wekika mela hala
3Jm pesan disana datang
ditampahkan melalui pembatasan, berkata selama ini 3Jm dengan badan
bahkan pemutusan dalam hal baik tidak
beriteraksi, saling mengunjungi Untuk memberitahukan
dan dalam soal makan atau bahwa selama ini mereka
tidak berhubungan dengan
minum. Situasi pemisahan ini
baik
dalam budaya Lamaholot di
Adonara termasuk di Kampung Jadi ra’e leta mari pi
(Lewo) Lamawolo di sebut rero ni ra’e melana
kenetun (kamatun). Istilah Jadi 3Jm minta berkata ini hari ni 3Jm
baik
Kenetun terdiri dari bentuk dasar Jadi mereka minta hari
getun (gatun) + prefiks ke- (ka-). ini/sekarang ingin mau berdamai
Kata getun artinya (me-) putus(-
kan) dari bentuk dasar geto (gato) P2 : jadi welinai mari-we
‘putus’. Prefiks ke- dalam bahasa Jadi kesana sampaikan
ke sana/pergi sampikan
Lamaholot dialek orang Adonara
kepada mreka
atau Nusa Tadon berarti dalam
keadaan kenetun atau terputus. Mari ana peweli ke koto
Jadi keluarga yang terlihat dalam mio pehe Sampaikan anak
upacara ritual Tuak Wua adalah di sana juga kepala 2Jm
pegang
mereka yang sedang dalam bahwa anak di sini
keadaan terputus komunikasi punya om kandung
akibat percecokan atua keluarga di sana.
perselisihan.
4.1.2 Ole Gewayo tahapan Tapi untuk mari opu rae
persiapan melana bisa hala
Tapi untuk berkata om
P1 merupakan pihak penengah mereka baik tidak bisa tidak
dari salah satu pihak yang Tetapi untuk ingin/mau
mengaku bersalah. berdamai tidak bisa
P2 merupakan pihak penengah
Jadi welinai mari-we
dari pihak pemberi damai
ana peweli gehi
(pihak benar). Jadi ke sana-pergi
P1 : kame ama rana pai pi sampikan anak di sana tidak
uma lango ni mau
3Jm-eks Bapak anak datang Jadi ke sana/pergi
di rumah ini sampaikan bahwa
Kami sekeluarga datang mereka tidak mau
ke rumah ini
P1 : welinai mari-we atau hanya sekedar
balik mari kame ingin /mau berdamai.
Kesana-pergi sampaikan
mereka kembali sampaikan P1 : welinai mari-we balik
1Jm
mari kame
Pergi dan sampaikan Kesana-pergi sampaikan
lagi/kembali kepada mereka kembali sampaikan
mereka bahwa 1Jm
Pergi dan sampaikan
Pi rero ni mau melanem lagi/kembali kepada
Pada hari ini ingin baik-kami mereka bahwa
Hari ini/sekarang kami
ingin/mau berdamai Pi rero ni mau melanem
Pada hari ini ingin baik-kami
P2 : Welinai mari-we orang Hari ini/sekarang kami
tua pi lango ingin/mau berdamai
Ke sana-pergi sampaikan
orang tua di rumah P2 : weli nai mari-we setelah
Pergi dan sampaikan- orang tua peweli
mereka bahwa orang tua Ke sana-pergi sampaikan-
di rumah mereka setelah di sana
Ke sana/pergi
Nae juga pete marin sampaikan/mereka
Nae koto peweli ana bahwa orang tua di
juga koto peweli rumah
Dia juga ingat sampaikan dia
kepala di sana anka juga koto
di sana
Pete balik rae gehika
Ingat kembali mereka tidak
Juga berpikir kalau mau
mereka di sana adalah Berpikir dan mengambil
saudara kandung keputusan untuk tidak
mau
Jadi nae na one sare-
sare rae mela-na P1 :welinai mari-we
Jadi dia dengan hati baik-baik
mereka bermaia
balik mari kame
Kesana-pergi sampaikan
Jadi dengan hati yang mereka kembali sampaikan
tulus iklas mau berdamai 1Jm
Pergi dan sampaikan
Tapi ata daharo marin lagi/kembali kepada
one Jangan sampe nae mereka bahwa
tora tapi weli one pai
hala Pi rero ni mau melanem
Tapi coba tanya sampaikan hati Pada hari ini ingin baik-kami
Jangan sampai dia mau tapi dalam hati
datang tidak
Hari ini/sekarang kami
Tetapi, apakah mereka ingin/mau berdamai
mau berdamai dari hati
P2 : kame sepakat kae untuk menyebabkan musibah
tite melanet dalam keluarga’
3JM-eks sepakat sudah untuk
kita bedamaia
Kami sekeluarga sudah sampe ait mat a gewete.
sepakat untuk ingin/mau Sampai ber-temu mati
berdamaia. hilang
Sampai meninggal
4.2.2 Kedua pihak ‘Yang menyebabkan
dipertemukan oleh ata tukan kematian
sebagai saksi. Kame maan olin-kewayun
Tuturan : sampe lewo no lewo
3JM-eks buat pergi-
Pi reron ni kame ama- kembali sampai kampung
rana kaka ari moon dengan kampung
bine-ana Kami pergi-pulang dari
ini hari ini 1JM-eks bapak- kampung ke kampung
anak kakak adik dengan ‘Kami menengahi/
saudari-anak memediasi secara
Hari ini kami bapak-anak menyeluruh’
kakak-adik dengan ipar
‘Saat ini kami sekeluarga’ nuku marin mi opu alap
mio mai
rae lewo lango tabe dore namun berkata 2JM om
rarane tuan 2JM pergi
di-utara kampung rumah 3JM-
ink-cara ikut jalan-3TG
Namun memberitahu om
di kampung dan rumah pergi
sana kita mengikuti cara ‘Memberitahukan
‘Di kampung halaman keluarga om agar ke sana’
kita mengikuti/ menuruti
tradisi/ kebiasaan’ seba matu bine ana mehe
pi ni,
cari jenguk sudari-anak baru ini
ana mio weli pai ini
narane koda kiri tou Menjenguk ipar baru kai
puke susah pi uma ini
lango ‘Mencari jalan untuk
anak 2JM di-sana ke-sini nama-
3TG bahasa perkataan satu
bertemu dengan ipar’
karena susah di-sini rumah
rumah jadi karna mungkin orang
anak-anak datang ke sini tua peweli pita uma lango
namanya urusan satu ini jadi karena mungkin orang tua
karena kesulitan di rumah di-sana pintu rumah rumah
‘Keluarga ipar ke sini Mungkin orang-orang tua
sebagaimana masalah ini di rumah sana
‘Mungkin keluarga di kami datang sebagai saksi
sana’ kami datang sebagai saksi
‘kami datang bagai saksi’
ra’e pete belaha hala
3JM pikir panjang tidak jadi pi rero ni mio opu
Mereka tidak berpikir rana mela sare
panjang jadi ini hari ini kamu om
semua baik-baik
‘Tidak berpikir panjang’
semua menjadi baik
‘untuk membuat semua
Sehingga akhirnya
keluarga kembali
kejadian ne nite,
sehingga akhirnya kejadian berdamai’
seperti ini
Sehingga terjadi anake hode ma uma
peristiawa seperti ini lango gere.
‘Mengakibatkan Anak menerima dengan satu
rumah naik
timbulnya masalah seperti
Menerima anak untuk
ini’
masuk dalam rumah
‘Menerima kembali anak-
jadi pi rero ni mio
anak untuk tinggal
peweli juga
jadi ini hari ini kamu disana bersama dalam satu
juga rumah’.
hari ini yang di sana juga
‘hari ini mereka semua 4.2.3 Sewut lekat tuak wua
yang dari sana juga (berbaur dan saling tukar tuak
datang’ dan wayak )
Setelah itu bahan-bahan yang
undang nimu namha telah disediakan oleh kedua pihak
opu alap bine ana berupa tuak (minuman) nawin
mengundang kandung saudara (tempat menyimpan minuman) 2
om tuan saudari anak bambu, koli kebako (rokok), wua
mengundang om, saudara malu (sirih pinang), ekot (tempat
dan saudari kandung sirih pinang). Sesudah itu ata
‘mengundang semua tukan mengambil ekot dan
keluarga untuk kebako dari pihak yang satu
menghadari acara’ diberikan kepada pihak pemberi
damai untuk dimakan dan
mio pai rae bineke merokok. Selanjutnya ata tukan
anake dite di hama mengambil ekot dan kebako dari
kamu datang mereka saudari pihak pemberi damai di berikan
anak disini juga sama
kepada pihak yang satu untuk di
datang untuk menjunguk
makan dan merokok, begitu juga
saudari
dengan tuak (minuman).
‘keluarga datang untuk
Kemudian ata tukan menjalankan
menjuguk saudari’
ritual (bao lolon) sebagai tanda
Rela Wulan Tanah Ekan (leluhur)
kame beto sebagai saksi
ikut menyaksikan bahwa kedua sengaja maupun tidak di sengaja.
pihak sudah berdamai. Proses Walapun apa yang kita lakukan
selanjutnya amalake dan inawae menurut kita merupakan hal yang
(laki-laki dan perempuan) dari paling benar, namun yang kita
kedua pihak saling berjabatan lakukan itu belum tentu benar di
tangan, itu artinya sare dame mata orang lain. Karena, setiap
(perdamaian) orang mempunyai pendapat atau
pemikiran yang berbeda-beda.
4.2 Pembahasan Oleh karena itu kita harus bisa
4.2.1 Struktur Ritual Tuak Wua menerima pendapat orang lain
baik keluarga, maupun orang lain
1. Arahan Ata Tukan yang berada di sekitar kita. Kita di
tersebut di atas mengandung tuntut untuk bisa saling
nasihat/pesan bahwa memaafkan terhadap kesalahan-
Sebelum melakukan kesalahan tersebut dan jangan
sesuatu sebaiknya kita berpikir pernah mengungkit kembali
terlebih dahulu, karena mungkin kesalahan yang lalu dan saling
saja apa yang kita lakukan atau menjaga satu sama lain dengan
kita ucapkan menyinggung bertutur kata yang sopan yang
perasaan orang lain, dan kita tidak meyinggung perasaan orang
harus bisa bersikap bijak dalam lain dan berperilaku yang baik
menghadapi masalah yang datang sehingga ke depannya tidak
kepada kita, jangan bertindak terjadi kesalahan yang sama.
semau kita tetapi sebaiknya kita
terlebih dahulu berdiskusi dengan 4.2.2 makna religius
keluarga dalam mengambil suatu Rera Wulan di
keputusan, sehinga tidak gerekem
menimbulkan masalah baru. Kita Matahari bulan pun
juga jangan pernah malu atau naik-1Jm-eks
pun takut untuk mengakui dan Ke Matahari dan
meminta maaf atas segala bulan pun kami bisa
kesalahan yang kita lakukan baik, naik
dengan tutur kata atau perbuatan, Tana ekan di
sekali pun kesalahan yang kita lodokem
tanah bumi pun turun-
lakukan merupakan hal yang 1Jm-eks
tidak baik, karena kesalahan yang ke dalam tanah
kita lakukan hari ini, akan di sekalipun kami bisa
tanggung resikonya oleh anak turun
cucu kita di masa yang akan ‘matahari dan bulan
datang. juga kami bisa naik, di
2. Pesan-pesan dari ata tukan bawa tanah juga kami
sebagaimana dikutip di atas, bisa turun’
antara lain : Pada kutipan di atas Rera wulan
Dalam kehidupan bermasyarakat di gerekem tana eka di lodokem
setiap manusia pasti pernah mempunyai makna bahwa
melakukan kesalahan, baik di kemampuan ata tukan (pemberi
damai) bisa mencapai sejauh Ile Boleng Kabupaten Flores
Rera Wulan (matahari dan bulan) Timur.
dan juga bisa turun sampai di
bawah tana (tana ekan). Gaya
simbolik Rera Wulan (matahari 4.2.5 Nilai Kebersamaan
dan bulan) yang jauh di atas Narane kodo kiri tou pi
sedangkan Tana Ekan (dibawah rero ni ti ta pana sampe tite
tempat kita berada, bumi tempat mupure
kita berpijak) Nama tuturan adat satu ini
hari ini jalan sampai kita
bersama
4.2.3 Makna Sosial
Kita bisa bersama hari ini
Makna sosial yang dapat
karna ada tuturan adat
dikutip dari tuturan di atas
‘kita bersama-sama
merupakan makna komunikasi
berkumpul di sini karena
yang perlu dijalin oleh kedua
ada suatu peristiwa adat’
pihak dengan baik sehingga tidak
menyebapkan masalah dalam
Kurang gelaut bera dela
keluarga Kurang sedikit cepat lalu
Yang lalu sedikit kurang
4.2.4 Nilai Moral ‘Yang terjadi di masa lalu’
Untuk olin kewayun
(pergi pulangnya pihak yang ‘Kita bersama-sama berkumpul
salah bersama ata tukan untuk di sini karena ada suatu peristiwa
memohon kepada pihak yang adat yang terjadi di masa lalu’
benar untuk berdamai). Dalam tuturan di atas
sirimoni ini Olin kewayun dari mengandung nilai ajakan yang
pihak yang bersalah sampai 4x. ditujukan kepada semua orang
Yang pertama Olin kewayun untuk berkumpul bersama kedua
datang meminta maaf kepada pihak dalam melaksanakan suatu
pihak yang benar, Rae gehika peristiwa adat yang terjadi pada
(tidak mau). Datang kedua rae masa lalu
tora(mereka mau). Datang yang
ketiga rae gehika (mereka tidak 4.2.5 Nilai Religius
mau) datang yang ke empat rae
tora (mereka mau) Inak Amak koda kewokot
Nilai moral yang di kutip pulo lema kae, lein lau
dalam tuturan di atas merupakan weran rae
gambaran suatu perbuatan baik mama bapa nene moyang
yang mencermikan perilaku sepuluh lima sudah k aki disana
sopan santun sebagai suatu ujung disini
tindakan permohonan maaf dari mama bapa para leluhur di
pihak yang satu kepada pihak ujung sana dan disini
yang lain dan bisa mengubah pola
hikun teti wanan lali uak
pikiran dan pandangan hidup
tukan wai matan tobo
seluruh masyarakat Lamaholot di
tuen pai paret
Kampung Lamawolo Kecamatan
sudut disitu kanan disini lembah untuk memanggil para leluhur
tengah air mata duduk yang sudah meninggal dan juga
menoleh datang melihat
sebagai tanda penghormatan
mulai dari sudut disini
manusia sekaligus memohon
sampai ke lembah, datang
restu para leluhur untuk hadir
duduk melihat
bersama dan menyelesaikan ritual
goe tutu koda marin kirin, adat Tuak Wua (perdamaian),
pi rero ni rae ata papa Sehingga ke depanya tidak ada
rua kae oneka to nado lagi dendam dan permusuhan.
hama
saya ucap kata cerita kalimat V. PENUTUP
ini hari ini dari orang sebelah 5.1 Simpulan
dua sudah hati setuju sama-sama
saya mengucapkan kata a. Upacara ritual Tuak Wua
untuk kedua pihak merupakan ritual perdamaian
dalam budaya Lamaholot. Ritual
ti go ka’aw e mela sareka, ini dilaksanakan karena adanya
melana sampe nuan tutu
supaya saya membuat baik-baik
kondisi ketidakharmonisan
sampai akhir zaman hubungan antara seseorang atau
supaya saya bisa membuat sekelompok orang ( keluarga )
mereka menjadi baik dengan orang atau kelompok lain.
sampai ahkir zaman b. Makna yang tersirat dalam
tuturan ada Tuak Wua yaitu,
hogo bauk ararua kenetere makna religius, Rera wulan di
di gete hala beahake di gerekem tanah eka di lodokem
ahak hala mempunyai makna bahwa
bagun besok lusa musuh kemampuan ata tukan (pemberi
tidak tanya tidak panggil tidak
panggil hala damai) bisa mencapai sejauh
besok atapun lusa, nanti Rera Wulan (matahari dan bulan)
tidak ada pertanyaan lagi dan juga bisa tutun sampai di
dan tidak di cari lagi tahu bawah tanah (tanah ekan). Gaya
lagi. simbolik Rera Wulan (matahari
Tuturan ritual adat pada
dan bulan) yang jauh di atas
kutipan di atas ditujukan kepada
arwah leluhur yang tak kelihata n sedangkan Tanah Ekan (dibawah
untuk hadir pada upacara ritual tempat kita berada, bumi tempat
Tuak Wua. Ibu bapak para leluhur kita berpijak). Makna sosial,
semua yang sudah mendahului Makna sosial yang dapat dikutip
(arwah) untuk ikut serta hadir dari tuturan di atas merupakan
dalam upacara Tuak Wua upaya makna komunikasi yang perlu
untuk membuat kedua pihak
dijalin oleh kedua pihak dengan
bersama kembali dan menjadi
lebih baik lagi. di maksud pada baik sehingga tidak
kutipan di atas merupakan simbol
menyebapkan masalah dalam kebudayaan sendiri saat ini, maka
keluarga. diharapkan kepada tua adat
c. Nilai yang tersirat dalam tuturan sebagai agen pewarisan budaya
adat Tuak Wua yaitu nilai moral, agar tidak berhenti memberikan
merupakan perilaku sopan santun pengertian dan pemahaman
sebagai suatu tindakan tentang Ritual Tuak Wua.
permohonan maaf dari pihak 3) Bagi pemerintah
yangsatu kepada pihak yang lain.
Nilai kebersamaan, mengandung Demi menunjang pelaksanaan
nilai ajakan yang ditujukan pelestarian budaya yang ada,
kepada semua orang untuk maka penulis mengharapkan
berkumpul bersama kedua pihak partisipasi dari pemerintah
dalam melaksanakan suatu kecamatan maupun desa. Penulis
peristiwa adat yang terjadi pada berharap agar sama-sama kita
masa lalu. Nilai religius, menumbuhkan rasa cinta
ditujukan kepada arwah leluhur terhadap kebudayaan yang
yang tak kelihatan untuk hadir diwarisi leluhur, dalam hal ini
pada upacara tersebut agar dalam ritual-ritual adat yang perlu
melaksanakan upacara adat Tuak untuk dijaga ataupun diperhatikan
Wua dapat berjalan dengan baik. serta diperbaiki Terutama ritual
Tuak Wua.
5.2 Saran 4) Kepada generasi muda
1) Bagi masyarakat Diharapkan agar dapat dan
Penulis menyarankan kepada mau menggali serta mengagkat
masyarakat untuk tetap nila-nilai budaya yang positif
mempertahankan dan yang terkandung dalam tuturan
melestarikan warisan leluhur. ritual Tuak Wua sebagai tata
Terkhususnya Ritual Tuak Wua norma dalam kehidupan
yang menjadi tradisi peninggalan masyarakat yang lebih baik.
nenek moyang. Selain itu
diharapkan agar masyarakat
hendaknya berpartisipasi dalam
rangkaian adat maupun upacara-
upacara penting lainnya, sehingga
warisan kebudayaan leluhur kita
pasti akan tetap terjaga sampai
generasi berikutnya.
2) Bagi tua adat
Mengingat respon dari kaum
muda yang tidak peka terhadap
DAFTAR PUSTAKA Koentjaraningrat. 1990
Sejarah Teori
Afizal. 2017. Metode Antropologi. Jakarta:
Penelitian Kualitatif Penerbit Universitas
(cetakan ke-4). Depok: Indonesia.
PT Raja Grafindo
Persada. Koentjaraningrat. 1984.
Afifuddin dan Beni Ahmad Kebudayaan, Metalitas
Saebani. 2012. dan Pembangunan.
Metodologi Peneltian Jakarta : PT
Kualitatif. Gramedia.
Bandung: Pustaka Setia.
Kridalaksana, Hari Murti.
Budiardjo, Meriam dkk. 2008. Kamus Linguistik.
1986. Pengantar Ilmu Jakarta. Gramedia
Politik. Jakarta . Karunia Medan, Karolus Kopong
2009. Peradilan
Departemen Pendidikan Nasional, Berbasis Harmoni dalam
(2008) Kamus Besar Guyub Budaya
Bahasa Indonesia Pusat Lamaholot-Flores
Bahasa Edisi, Jakarta: PT
Gramedia PustakaUtama,. Mbete, A. M 2004. “Linguistik
Kebudayaan: Rintisan Konsep
Dore, Yohanes Daton 2017.” dan Beberapa Aspek
Analisis Nilai Sosial yang Kajiannya, dalam Bawa, I.
Terkandung dalam Lian Wayang dan wayang Cika
padaMasayarakat (ed) Bahasa dalam
Lamaholot di Desa perspektif kebudayaan.
Bungalawan Kecamatan Ile Denpasar : Penerbit
Boleng Kabupaten Flores Universitas Udayana”.
Timur. Skripsi. Pendidikan
Bahasa dan Sastra Ola, Simon Sabon dan Theo Eban
Indonesia, Universitas Nusa Ola. 2005. “Struktur Tuturan
Cendan Kupang”. Ritual Kelompok Etnik
Lamaholot. Jurnal Ilmiah
Endraswara, Suwardi, 2006. Bahasa dan Sastra” Vol. 1:
Metode Teori Teknik 52-62. Universitas Nusa
Penelitian Budaya. PT. Cendana Kupang.
Agromedia Pustaka.
Ola, Simon Sabon. 2009.
Pustaka Widyatama “Makna dan Nilai
Tuturan Lewak Tapo
Iskandar . 2009. Metode pada Kelompok Etnik
Penelitian Kualitatif. Lamaholot di Pulau
Jakarta : Gaung Persada Adonara, Kabupaten
Pers Flores Timur”. Jurnal
Humaniora, Universitas Lamaholot, Kearifan
Gadja Mada”
Lokal Masyarakat Flores
Ola, Simon Sabon. 2009.
Pendekatan dalam Timur dan Lembata.
Penelitan Linguistik
kebudayaan. Jurnal: Sumber dari Internet :
Buletin Ilmia Program
Magister Linguistik HTTPS://
Universitas Udayana. TERMINALDUATIGA.BL
OGSPOT.COM/
Pehan, Samuel Suban. 2014/03/LERA-WULAN-
2016.”Analisis Makna TANAH- EKAN-DALAM-
Tuturan Ritual Pasca KEBUDAYAAN.
Panen pada Upacara Https://ganjurangan.
Perjamuan Suku Keluarga Wordpress.Com
Kelubagolit ( Bu’a Hira) /2010/11/28/seni-
Skripsi. Pendidikan Bahsa bahasa-ritual-flores-
dan Sastra Indonesia, timur
Universits Nusa Cendana
Kupang”.

Tukan, Johan Suban (ed)


1994  Keluarga Nusa
Tenggara Timur,
Jakarta: Panitia
Renovasi Gereja ST.
Theresia Paroki Kiwang
Ona, Adonara, Flores
Timur,
Panitia Pendukung di

Jakarta.

Verhaar, J. W. M, 1996.
Asas-Asas Linguistik
Umum. Yayasan Sanata
Dharma,
Yogyakarta. Gadjah
Mada University. Press

Warta Flobamora edisi 47


Desember 2016. Bijak
Memahami NTT:
Manusia

Anda mungkin juga menyukai