BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hal ini terlihat dari masyarakat majemuk yang terdiri dari beberapa suku, agama
dan etnis serta budaya yang berbeda-beda dan tersebar dari Sabang sampai
Merauke. Dimana kebudayaan ini harus tetap dijaga sebagai salah satu cara untuk
menghargai leluhur kita yang telah membesarkan dan menjalankan budaya sampai
bisa dinikmati saat ini dan menjadi kewajiban bagi kita untuk tetap menjaga agar
terus lestari bagi generasi selanjutnya. Karena budaya akan menjadi cirri khas dan
melalui proses belajar, termasuk di dalamnya hasil-hasil dari upaya dan pemikiran
berlapis tiga. Lapisan teratas adalah hal-hal yang dapat dilihat dengan kasat mata
lain. Lapisan tengah adalah perilaku, gerik gerik dan adat istiadat yang juga
istiadat berbeda antara suku satu dan suku lainnya baik dari penamaan atau
merupakan tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi kegenerasi
Adapun salah satu adat istiadat yang menjadi salah satu warisan dan
kebiasaan itu adalah adat perkawinan yang unik yang dimiliki oleh masing-
terdapat di salah satu kabupaten dari Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu kabupaten
Muna. Kabupaten Muna merupakan salah satu daerah kecil di ujung tenggara
pulau Sulawesi dengan keajaiban alam, keindahan dan sumber-sumber alam yang
menakjubkan. Ditambah dengan budaya dan sejarah didaerah ini yang sangat
banyak. Dewasa ini Muna adalah tempat yang menarik. Muna adalah suku yang
jumlahnya paling besar diantara orang-orang Buton, dengan jumlah jiwa 300.000.
Orang Muna yang tinggal dalam Kabupaten Muna merasa bangga menjadi orang
muna dan mengidentifikasi diri dengan kota Raha, khususnya mereka yang tinggal
di utara pulau ini (Coppenger, 2012 dalam muhamad arzan 2013:1). Masyarakat
muna memiliki falsafah daerah yang bermakna sangat mendalam. falsafah ini
adhati kono hansuru (tangka) agama”. (Muharto 2012 dalam muhamad arzan
2013:1). Falsafah hidup orang Muna tersebut memiliki arti “Biar hancur badan
istiadat terjaga, Biar hancur adat istiadat asalkan agama (Islam) tetap
bahwa masyarakat muna masih menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat setelah
penghargaannya terhadap agama yang di anut. Dengan kata lain menomor satukan
agama kemudian mengutamakan adat yang diwariskan oleh nenek moyang yang
sudah menjadi kebiasaan dan di lakukan secara turun temurun dan menjadi tradisi
adat istiadat yang sudah menjadi tradisi dan ciri khas daerah Kabupaten Muna.
Salah satunya adalah polambu yaitu berumah tangga. Polambu berdasarkan arti
kata terdiri atas dua suku kata yaitu PO artinya saling,tetapi dalam pembentukan
kata menjadi awalan ber, sedangkan lambu artinya rumah, sehingga di artikan
masyarakat Muna pada dasarnya mempunyai suatu proses dan upacara tertentu
yang harus dan mutlak untuk dilaksanakan sebab telah menjadi ketentuan hukum
adat perkawinan dan telah menjadi tradisi masyarakat Muna. ( La Oba 2005:24).
Prosesi polambu pada etnik muna memiliki cara yang khas dan berbeda dengan
Dalam bukunya yang berjudul Muna Dalam Lintas Sejarah tahun 2005, La
Oba menjelaskan bahwa proses perkawinan dalam etnik muna ada 4 (empat)
yaitu 1.) proses perkawinan Angka Mata, yaitu Dalam proses pelaksanaannya
persetujuan orang tua kedua belah pihak untuk mengawinkan anak-anaknya, dan
atas restu keluarga kedua belah pihak akan tetapi mengaturnya tidak seperti
suatu pbentuk perkawinan yang terjadi dengan cara pemaksaan terhadap pihak
sang gadis. 4.) proses perkawinan pofileigho, yaitu suatu perkawinan yang terjadi
atas kesepakatan pria dan wanita tanpa sepengetahuan orang tua kedua belah
pihak.
Dalam adat Polambu terdapat beberapa proses tahap adat yang dilakukan
etnik muna sebelum mengucapkan ijab kabul. perkawinan pada masyarakat muna
terdapat falsafah hidup yang berbunyi “nomuda dogaa, maka nohali; nohali,
maka nomuda”. Yang artinya kalau kawin asal kawin memang tidak ada
kesulitan. Akan tetapi kalau kawin sebagai manusia yang harus dapat
makhluk yang lain, jelas adalah sulit karena harus mengikuti tata cara manusia itu
sendiri dalam kawin mawin atau berumah tangga. Dan selanjutnya ada falsafah
setelah kawin yang berbunyi “dorudua maka semie, semia maka dorudua”. Yang
5
artinya dua, tapi satu; satu,tapi dua”. Sebab kalau sudah kawin berarti segala
sesuatunya (lahir dan bathin khusus dalam urusan rumah tangga) telah
dipersatukan. Yang berartian bahwa dua berarti suami dan istri, satu berarti suami
dan istri telah menjadi satu, yaitu satu keluarga, satu rumah tangga, (La ode
sabora 1984:4-5).
komplit dalam artian bahwa proses pelaksanaannya telah di atur dari akhir sampai
awal, mulai dari pembukaan adat, isi adat, dan penutupan adat. Yang semuanya
itu memiliki maksud dan nilai-nilai yang sudah menjadi buah pikiran nenek
moyang masyarakat muna dan petuah-petuah adat yang hari ini masih
mengingatkan generasi muda atas tradisi yang sudah dijalankan sejak dulu ini.
Seperti salah satu tahap perkawinan pada proses perkawinan angka mata yang
penyelidikan pihak pria terhadap gadis sebagai calon istri yang bertujuan untuk
melakukan pendekatan social terhadap wanita. (la oba 2005:25). jangan melihat
harta dan nama, tetapi perangai yang elok menjadi utama, seperti bulan sedang
purnama begitulah kata setengah ulama, perempuan cantik tiada berguna jika
kelakuan tidak sempurna, menjadi ejekan orang disana sini pada akhirnya
tersebut mengandung makna dan nilai-nilai tersendiri pada tahap dekamata oleh
masyarakat muna. Dimana mengadakan kamata ini merupakan salah satu cara
pihak laki-laki untuk menilai dan mengenal sosok wanita idaman yang di
kehendaki untuk dijadikan istri. Adapun yang dijadikan bahan penilaian dalam
6
kamata atau pengamatan ini adalah sifat, tutur kata, tingkah laku, gerak-gerik, dan
bukan kecantikan paras dan kekayaan yang si gadis miliki. Karena menurut
masyarakat muna jika hanya menilai atau memilih pasangan hanya memandang
fisik dan kekayaan semata hanya akan membawa pada lembah kehinaan atau
kehancuran.
Kata nilai adalah kata benda abstrak yang berarti keberhargaan (worth).
Nilai adalah kemampuan yang dipercaya ada pada suatu obyek, Untuk
budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu
tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan
tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi (Fransiska Aprilia 2014).
local mulai acuh tak acuh terhadap budaya lokalnya. Khususnya masyarakat suku
muna yang mulai menyerap budaya asing masuk kedalam kebiasaan hidup sehari-
hari. Contohnya yaitu dalam proses polambu pada suku muna di kota raha yang
yang sangat berharga bagi dirinya dalam hidup bermasyarakat dan harus
selanjutnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam budaya itu antara lain adalah nilai
maka seseorang akan lebih mampu memaknai arti dari kebudayaan itu sendiri
tersebut.
Proses polambu terdiri dari tiga yaitu melalui proses angka mata,
pofeleigho atau angka wekundo, dan ghombuni. Namun disini penulis hanya akan
focus melakukan penelitian pada satu proses saja yaitu proses perkawinan angka
mata atau kawin pinang. Maka berdasarkan dari latar belakang di atas, penulis
Polambu Pada Etnik Muna Studi Kasus Masyarakat Kota Raha Kabupaten
Muna”. Karena budaya merupakan salah satu asset yang mampu memberii warna
bagi negara kita Indonesia sebagai kebanggaan yang diperlihatkan pada dunia,
namun jika kita tidak mampu memahami nilai-nilai yang terkandung didalamnya
maka akan terasa hampa kebudayaan itu. Oleh karena itu, penulis sebagai salah
satu etnik Muna merasa terpanggil untuk melakukan penelitian ini, untuk
yang masi ada dalam masyarakat supaya bisa dibaca oleh generasi berikutnya.
8
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu:
Muna?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
9
dan menggali potensi budaya yang bisa dijadikan daya tarik dan
rumah tangga dan lebih mampu memaknai arti dari polambu oleh etnik
langsung di masyarakat.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
Kata adat berasal dari bahasa Arab yaitu عادات, yang merupakan bentuk
jamak dari ( عادَةadah), yang berarti cara atau kebiasaan. Dalam Wikipedia bahasa
Indonesia di jelaskan bahwa Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari
lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi
empat unsure yaitu nilai-nilai budaya, system norma, system hukum, dan aturan-
yang bersifat mengikat karena akan terjadi masalah jika tidak dipatuhi atau
dilaksanakan karena nilai-nilai ini di anggap sebagai aturan yang sangat penting
dalam sebuah etnik atau masyarakat setempat yang disebut dengan hukum adat.
Seperti hukum adat yang terjadi dalam proses polambu atau perkawinan pada
etnik Muna yang selalu dilaksanakan pada saat upacara adat perkawinan.
11
menurut adat muna yaitu kaomu, walaka, maradika ,dan anangkolaki yang
perkawinan angkamata atau kawin pinang. Hukum adat dalam proses perkawinan
oleh etnik Muna di anggap sacral dan hal yang wajib di laksanakan pada saat
polambu
jamak dari buddhi yang berarti akal. Ratna (2005:5) dalam Anton (2015). Jadi,
kebudayaan berarti akal, yang kemudian menjadi buddhi (tunggal) atau budhaya
pemikiran atau akal manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan dalam
yang diperoleh dengan cara belajar. (Anton 2015). Kemudian dipertegas lagi oleh
perilaku manusia yang diwariskan secara turun – temurun dari satu generasi
Sementara itu, Ujud, at all 2009 dalam aswal (2017: 3) juga menjelaskan
bahwa ada 7 unsur dasar yang ada dalam kebudayaan yaitu: (1) bahasa, (2)
kepercayaan, (3) norma dan sanksi, (4) kesenian, (5) pengetahuan dan teknologi,
kebudayaan adalah suatu kebiasaan yang lahir dari ide dan pikiran manusia dan
didalamnya terkandung symbol dan nilai-nilai yang harus selalu di pelihara sebaik
Jika dikaitkan dengan etnik Muna, disana juga terdapat banyak budaya
seperti katoba, karia, kampua, dan polambu atau perkawinan. Polambu adalah
Salah satu kebudayaan yang masih di jaga dan dilaksanakan sampai saat ini oleh
masyarakat Muna. Polambu pada etnik muna memiliki proses yang berbeda
yang wajib di jaga dan di laksanakan pada saat melangsungkan upacara adat
perkawinan.
Salah satu unsure penting yang ada dalam budaya adalah nilai-nilai yang
dalam Djola. Menjelaskan bahwa nilai budaya terdiri dari konsepsi – konsepsi
yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga masyarakat mengenai
hal – hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu
13
masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai
dengan pengelompokan nilai kehidupan, Zahafudin 1996 dalam aswal ( 2017: 4).
menjelaskan bahwa “secara garis besarnya, nilai-nilai kehidupan yang ada dalam
karya sastra terdiri atas tiga golongan besar, yaitu (1) nilai keagamaan. (2) nilai
sosial dan(3) nilai moral. Selain itu masi banyak lagi nilai-nilai kehidupan, nilai
kebiasaan yang menjadi budaya dan adat-istiadat dalam upacara adat perkawinan
atau polambu terdapat nilai-nilai kehidupan seperti nilai agama, nilai social, nilai
moral, dan nilai ekonomi. Nilai agama terlihat pada proses akad nikah yang
berdasarkan hukum agama, kemudian nilai social terlihat pada adanya lapisan
social atau stratifikasi social pada masyarakat muna yang di pakai untuk
penentuan mahar dalam proses perkawinan angka mata, kemudian nilai ekonomi
yang tercermin pada proses penyerahan mahar dan pembayaran adat berupa
kafeena, paniwi, adhati balano, kalolini ghawi, kaokanuha, dan kafoatoha. Dan
perkawinan.
Nilai dalam bahasa Inggris disebut value yaitu berasal dari bahasa latin
“valere” berarti berguna, mampu, berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai adalah sifat-
sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan Kamus besar
14
bahasa Indonesia 2008 dalam La Ode Gusal (2015: 3). Pendapat lain menjelaskan
mempunyai ciri yang dapat membedakan satu dengan yang lainnya. Dalam
pengertian abstrak, bahwa nilai itu tidak dapat ditangkap oleh panca indra, yang
dapat dilihat adalah objek yang mempunyai nilai atau tingkah laku yang
mengandung nilai”. (La Ode Gusal 2015:3). Selanjutnya penjelasan tentang nilai
juga disampaikan oleh Zuriah, (2011:19) dalam Nila Susanti (2013) bahwa Nilai
adalah tentang hal baik buruk serta pengaturan perilaku. Nilai-nilai tertentu
perilaku dan segala sesuatu tentang yang baik dan buruk. Nilai juga berarti segala
sesuatu yang menarik bagi manusia sebagai subjek. Manusia yang berbudaya
adalah manusia yang responsif terhadap hal-hal yang luhur dalam hidup ini.
nilai merupakan sesuatu yang bersifat abstrak yang terkandung dalam suatu objek
atau tingkah laku yang di percaya memiliki nilai yang kemudian mampu
membentuk prilaku dan pola pikir dalam kehidupan masyarakat terkait kebiasaan
atau budaya, dan bisa digunakan sebagai landasan pengambilan keputusan dalam
hidup bermasyarakat.
15
dapat didefenisikan sebagai usaha sadar yang ditunjukan bagi pengembangan diri
hidup dan sejarahnya di dunia ini dalam kebersamaan dengan orang lain.(La Ode
Gusal 2015:4). Dan pengertian pendidikan di pertegas lagi oleh Erawati, (2010)
Dalam Priska Tias Deswari (2012: 64). Bahwa Pendidikan adalah daya upaya
untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran
kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya.
pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk
orang lain, usahanya sendiri maupun dari sebuah objek yang mengandung nilai
abstrak. Dimana dengan memahami nilai pada sebuah objek maka seseorang akan
unsure yang sangat penting dan erat kaitannya dengan kebudayaan itu sendiri,
karena nilai-nilai pendidikan hidup didalam pikiran manusia dan akan menjadi
nilai pendidikan agama, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan social, dan nilai
1. Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
4. Disiplin, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
5. Kerja Keras, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
7. Mandiri, yaitu Sikap perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
8. Demokratis Cara berfikir, yaitu bersikap dan bertindak yang menilai sama
9. Rasa Ingin Tahu, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
11. Cinta Tanah Air, yaitu Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
14. Cinta Damai, yaitu Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
16. Peduli Lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya
sudah terjadi.
17. Peduli Sosial, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberii
18. Tanggung Jawab, yaitu Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 pada pasal 1 tentang konsep perkawinan. Dalam Aris Nur
akibat hukum terhadap hukum adat yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan.
19
Menurut hukum adat pada umumnya di Indonesia perkawinan bukan saja sebagai
Sedangkan dalam hukum islam perkawinan dapat di artikan sebagai akad nikah
antara calon suami istri untuk memenuhi hajat jenisnya menurut yang telah di atur
yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan untuk membentuk rumah tangga dan
sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, serta terjadi beberapa hukum adat
bhe robine itu dopomasighoo, netaanemo polambu, artinya suami istri hendaknya
saling menyayangi agar rumah tangga tetap tenteram”. ( rene van den berg dan la
ode sidu maradaf 2000:362). Sebelum masuk dan berkembangnya ajaran islam,
kedua bela pihak (pihak orang tua laki-laki dan perempuan) dan melakukan
jelaskan oleh La Oba (2005: 24) bahwa “Terjadinya suatu perkawinan dalam
masyarakat muna pada dasarnya mempunyai suatu proses dan upacara tertentu
20
yang harus dan mutlak untuk dilaksanakan sebab telah menjadi ketentuan hukum
(kawin lari inisiatif bersama), bentuk perkawinan dofeliane ( kawin dibawa lari),
Tentang jalan yang di tempuh untuk menemukan jodoh atau ingin berumah tangga
oleh masyarakat Muna melalui proses angka mata yaitu Angka Neemata atau
tindak lanjut dari kamata apabila sudah menemukan satu orang gadis
untuk menanyakan apakah sigadis sudah ada yang punya atau belum,
sudah ada laki-laki lain yang ingin melamar atau belum. Jika belum ada
telur, ayam, gula, umbi-umbian dan lain-lain. Atau bisa juga diganti
dengan uang tunai dengan jumlah berdasarkan kata sepakat kedua bela
pihak.
yang diberikan secara adat kepada ibu sang gadis karena sudah
berpisah.
pengantin wanita.
22
Setelah itu di susul lagi dengan proses terakhir yaitu kafelesau dan
kafosulino katulu yang didalamnya ada fewanui (cuci kaki) dan kafosukogho beta
(pake sarung)
3. Akad nikah
Akad nikah merupakan syarat nikah secara hukum agama. Dengan melalui
berbagai macam proses yang telah dijelaskan padatahapan perkawinan adat etnik
Muna melalui proses angka mata yang paling ditunggu-tunggu adalah proses akad
nikah yaitu pengucapan ijab Kabul. Dan biasanya setelah akad nikah diadakan
perkawinan etnik Muna juga dijelaskan oleh Wa Kuasa (2011: 64-66). Tentang
perkawinan pada etnik Muna yaitu salah satunya “doangka nemata (kawin
pinang), yaitu pelaksanaan upacara adat pada masyarakat muna dengan proses: 1.
Kaomu (pemimpin).
23
dan budaya.
2005: 22-23).
Lebih lanjut dijelaskan oleh Aris Nur Qadar Ar Razak (2015: viii) tentang
mahar pada masyarakat muna yaitu “praktek mahar perkawinan adat Muna
(pertanian) dengan 7 boka dan 2 suku dan golongan maradika dengan mahar 3
boka dan 2 suku”. Kemudian lebih rinci di jelaskan lagi oleh La Ode Abdul Rauf
dalam La oba (2005: 29). Tentang penentuan mahar atau sara-sara sesuai dengan
kaomu sebanyak 20 boka ( 1 boka = 2 rupiah 40 sen uang perak), mahar sesame
golongan walaka sebanyak 10 boka 10 suku (1 suku = 60 sen uang perak), mahar
Pada umumnya perkawinan adat pada masyarakat Muna yang masih sering
terjadi adalah proses perkawinan angkamata, atau proses nikah pinang. Hal ini
karena proses perkawinan lain di anggap kurang sopan karena biasanya pada
proses perkawinan seperti angka wekundo atau pofeleigho dan ghombuni adalah
perkawinan yang di awalnya sudah terjadi konflik atau ketidak cocokam antara
24
keluarga pihak laki-laki dan perempuan. Namun tetap saja ketika proses
perkawinan angka wekundo atau pofeleigho Ini terjadi akan di selesaikan pula
berdasarkan adat Muna namun tidak akan sama seperti penyelesaian adat seperti
System adat istiadat pada masyarakat Muna yang masi kental di pelihara
baik sampai hari ini adalah proses perkawinan terutama pada penentuan mahar
yang dilakukan sejak nenek moyang kita sampai hari ini masih memberilakukan
bangsawan atau darah biru oleh masyarakat umum, kemudian ada golongan
walaka yang setingkat di bawah kaomu dan di atas golongan maradika dan
anagkolaki.
tersendiri yaitu mahar yang berlaku dalam perkawinan sesame golongan akan
berbeda lagi jika perkawinan yang terjadi antara calon suami istri yang berbeda
golongan. Bisa lebih tinggi atau lebih rendah tergantung dari golongan yang
Muna menyimpang dari ajaran islam, namun sampai hari ini aturan itu masih
dipake dan wajib dalam hukum adat bagi masyarakat Muna, apalagi perkawinan
yang terjadi pada seorang laki-laki atau perempuan yang menyandang nama La
ode.
25
atau penentuan mahar, keturunan sang gadis yang akan dilamar akan di usut
keturunan nenek moyangnya mulai dari ayah sang gadis, kakek dari bapak sang
gadis, atau bapa dari bapaknya sang gadis, sampai seterusnya. Begitupun pada
laki-laki di lakukan hal yang sama untuk dapat menentukan mahar perkawinan
B. Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Maizar Karim, Warni dan Irma Suryanti
Maha Esa yaitu melaksanakan perintah Tuhan Yang Maha Esa, berdo’a
lima nilai pendididikan yang meliputi dua belas kutipan seloko adat
perkawinan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh SURTINA dengan judul Nilai Budaya Dan
penelitian ini dilakukan Dengan teknik analisis isi, Analisis ini bisa juga di
sebut analisis documenter dari data observasi dilapangan serta peneliti juga
Melayu di desa Benan dalam adat perkawinan yaitu sangat kental sampai
saat sekarang dan adat perkawinan desa benan ditandai secara khas dengan
melaksanakan syariat Islam, jadi adat perkawinan ini dapat kita contoh
masa-masa saat sekarang dan masa depan. Adat perkawinan ini patut kita
lestarikan jangan sampai adat perkawinan ini punah atau hilang di makan
zaman.
27
ini membahas tentang nilai budaya dan nilai agama dalam perkawinan
3. Penelitian yang dilakukan oleh Idrus Sere dengan judul Kontribusi Nilai-
Buton terdiri atas empat jalur, yaitu jalur pohinada, jalur kapinunu, jalur
hende hulu alo, dan jalur lemba dolango. Proses pelaksanaan perkawinan
menurut adat istiadat komunitas Wabula Buton terdiri dari lima tahap,
yaitu tahap kabeka-beka, tahap bawaano ringgi atau tauano pulu, tahap
terdiri dari tiga wujud nilai yaitu nilai akidah, nilai syariat, dan nilai
adat istiadat maka akan semakin mantap nilai-nilai pendidikan Islam hidup
judul dan lokasi penelitia, penelitian ini juga hanya membahas tentang
C. Kerangka pikir
Tahapan Proses
Perkawinan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokus Penelitian
lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive) dengan alasan bahwa
Adapun waktu untuk melakukan penelitian yaitu selama kurang lebih 3 bulan
yang dimulai dari bulan Juli 2018 hingga bulan Oktober 2018.
B. Jenis Penelitian
melalui proses perkawinan adat angka mata oleh perkawinan etnik Muna dan
etnik Muna:
a) Dekamata
gadis yang menjadi idaman untuk mengetahui sifat, tutur kata, tingkah
laku, dan sifat keibuan karena akan mempengaruhi masa depan dalam
31
mendapatkan satu orang gadis yang memikat hati sang lelaki maka
selanjutnya.
Karena pada tahap ini adalah tahap pelamaran sang gadis melalui
d) Kafeena
pertanyaan. Tapi dalam makna ini artinya adalah mahar berupa uang
tunai yang jumlahnya menurut kata sepakat kedua bela pihak (pihak
dalam sebuah tempat yang tertutup yang sudah di bentuk dan dihias
e) Kantaburi
biasanya dengan nilai dua kali lipat dari uang kafeena. Proses ini di
f) Paniwi
dan lain-lain. Dan ketika dibawah kerumah sang gadis di atur sesuai
aturan adat yaitu pikulan berupa manisan seperti gula dan lain-lain
pikulan ini bisa diganti dalam bentuk uang yang jumlahnya sesuai
g) Adhati Bhalano
h) Kalolino Ghawi
kepada ibu dari gadis yang akan dinikahi karena sudah merawat,
i) Kaokanuha
adat yang biasanya dilakukan oleh seorang tua dan mekap wajah
j) Kafoatoha
terbuka serta walaupun ia hidup di air asin tidak ikut asin dan hidup
di air tawar tidak ikut tawar yang berarti isyarat penyatuan antara dua
l) Ijab Kabul
35
tokoh adat dan disaksikan oleh orang tua peserta adat dan seluruh
keluarga yang hadir dan di pandu oleh modhi atau imam kampung.
n) Kafelesao
kafelesao.
o) Kafosulino Katulu
putih dimana pada piring putih tersebut diletakkan uang perak muna
atau 100 ribu tetapi dalam adat sebaiknya menggunakan uang perak
kedua mempelai.
Polambu merupakan salah satu adat yang dibudayakan dimuna pada saat
tahapan yang dipercaya memiliki nilai bermakna dan penting. Tidak, terkecuali
1. Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
4. Disiplin, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
5. Kerja Keras, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
7. Mandiri, yaitu Sikap perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
8. Demokratis Cara berfikir, yaitu bersikap dan bertindak yang menilai sama
9. Rasa Ingin Tahu, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
11. Cinta Tanah Air, yaitu Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
14. Cinta Damai, yaitu Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
16. Peduli Lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya
sudah terjadi.
17. Peduli Sosial, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberii
18. Tanggung Jawab, yaitu Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
D. Informan Penelitian
dipilih dapat menunjuk responden lain yang lebih tahu, maka pilihan responden
2. Tokoh agama
1. Wawancara
40
yaitu melakukan tanya jawab dan diskusi langsung pada tokoh masyarakat
pokok-pokok wawancara adalah Proses perkawinan angka mata yang terdiri dari
proses tahapan adat dalam perkawinan angka mata oleh masyarakat muna dan
2. Observasi
sistematis terkait focus penelitian sampai data penelitian terpenuhi semua. Adapun
focus penelitian yang akan di observasi yaitu tentang proses pelaksanaan polambu
pada etnik Muna. Yaitu Proses perkawinan angka mata yang terdiri dari
Ijab Kabul, Bhasano Doa Bhe Posambu, Kafelesao, Kafosulino Katulu. Observasi
melalui proses perkawinan angka mata pada etnik Muna melalui upacara
3. Studi dokumen
dokumen dalam pelaksanaan polambu yaitu Proses perkawinan angka mata yang
Kenta, Ijab Kabul, Bhasano Doa Bhe Posambu, Kafelesao, Kafosulino Katulu.
menafsirkan makna dari setiap tahapan adat dalam tahapan polambu melalui
proses perkawinan angka mata dan naratif therem yaitu menceritakan proses
interprestasi makna. Kata hermeneutika itu sendiri berasal dari bahasa Yunani dari
kata kerja hermeneuin, yang berarti “menafsirkan”, dan kata benda hermenia,
yang punya otoritas, khususnya teks suci. Namun, dalam perjalanan sejarahnya,
melainkan meluas untuk semua bentuk teks, baik sastra, karya seni maupun tradisi
menafsirkan dan memaknai sesuatu, baik dalam bentuk sastra,karya seni, maupun
Setelah diketahui makna dari setiap tahapan adat dalam polambu melalui
selanjutnya data yang telah diperoleh akan diolah kedalam naratif therem agar
dapat menghasilkan karya ilmiah dalam bentuk deskripsi data atau cerita. seperti
yang dikemukakan oleh Assjari dan Permanarian (2010: 172), menyatakan bahwa
istilah naratif berasal dari kata kerja "menceritakan" atau "mengatakan" (sebagai
cerita) dalam detail atau rinci. Dalam desain penelitian naratif, peneliti
Sebagai bentuk yang jelas dari penelitian kualitatif, sebuah naratif biasanya fokus
teori, dan waktu yang berbeda, (1) pengecekan keterpercayaan data hasil
keterpercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. (2) peneliti
(3) adanya pengamat diluar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan
data; (4) peneliti menggunakan berbagai teori untuk memastikan bahwa data
yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat; (5) mengumpulkan data pada waktu
BAB IV
Kota Raha adalah kota yang terletak di pesisir Selat Buton yang
merupakan ibu kota Kabupa ten Muna. Pulau Muna merupakan sebuah pulau
yang terletak di jazirah ujung pulau Sulawesi bagian Tenggara atau biasa di sebut
Sulawesi Tenggara. Luas daratan Kabupaten Muna seluas 2.057,69 km² atau
205.769 ha. Pulau ini terletak pada selatan garis Khatulistiwa pada garis lintang
4º06 - 5.15° LS dan garis Bujur 120.00° – 123.24° BT. Daratan pulau umumnya
merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata kurang dari 100 meter di
atas permukaan laut. pada umumnya pulau Muna beriklim tropis dengan suhu
November dan awal Maret, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Mei
Untuk total area dari kota Raha sendiri adalah 47,11 km2 yang terdiri dari
2.Keadaan Demografis
Penduduk Kabupaten Muna sebanyak 218 680 jiwa yang terdiri atas 105
202 jiwa penduduk laki-laki dan 113 478 jiwa penduduk perempuan dengan
jumlah rumah tangga sebanyak 47.534 rumah tangga. Sementara itu besarnya
dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga adalah 5 orang. Kepadatan
46
jiwa/km2.
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Muna sebesar 1.899 pekerja yang terdiri dari
874 laki-laki dan 1.027 perempuan. Proporsi terbesar pencari kerja yang
Berikut adalah tabel jumlah penduduk dan rasio jenis kelamin menurut
Rasio
Laki-
No Kecamatan Perempuan Jumlah Jenis
Laki
Kelamin
aturan adat yang disepakati oleh lembaga adat di Muna. Terkhusus untuk
perkawinan adat yang di lakukan melalui proses angka mata (kawin pinang)
memiliki tahapan adat dan penentuan uang mahar yang hanya dimiliki oleh etnik
Muna. Penentuan uang mahar pada etnik Muna juga berdasarkan aturan adat tapi
berpedoman pada stratifikasi sosial yang berlaku pada etnik Muna, yaitu golongan
dan berhak untuk menjadi raja, misalnya kapitalau (semacam Adipati di Jawa)
berjumlah 20 boka Muna. Selanjutnya golongan walaka yaitu golongan yang yang
raja, memilih dan mengangkat raja bahkan berhak mencopot raja dari jabatannya
jika dianggap melanggar hukum negara dan adat serta agama. Jumlah uang adat
Muna. Dan golongan yang keempat adalah golongan maradika dengan status
sosial paling rendah. Dan uang adat perkawinannya berjumlah 3 boka Muna.
Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah masyarakat etnik
Muna yang melaksanakan perkawinan di Kota Raha pada tanggal 22 Juli 2018.
pinang) dengan tahapan adat dan penentuan uang mahar sesuai aturan adat dan
perkawinan adalah LD.Ali S.pi usia 26 tahun dengan Sarbina S.pd usia 24 tahun.
karena hubungan ini diawalai dengan proses pacara yaitu sejak tahun 2016 dan
menikah pada tahun 2018. Kurang lebih menjalin hubungan pacaran selama 2
adhati balano, matano kenta, kampanaha, ijab kabul, kafeleao dan kafosulino
katulu.
Dengan menggunakan aturan uang adat kaomu yaitu: uang adat kafeena 5
perkawinan. jumlah boka Muna dikali 120 karena jumlah 1 boka muna saat ini
adala Rp.120.000. kemudian uang nefumano ifi (uang yang dimakan api) pada
oleh kedua belah pihak mempelai pada proses defenagho tungguno karete.
Sehingga biaya yang dikeluarkan oleh LD. Ali S.pi pada perkawinan ini adalah
sejumlah Rp.21.600.000
mahar, karena mempelai laki-laki adalah kaomu dan menyandang La Ode, yang
bisa dilihat pada namanya yaitu LD. Ali S.pi yang diwarisi dari bapaknya yaitu
LD. Safa dan kakeknya yaitu LD. Pangara. Sementara gadis yang dilamar adalah
golongan walaka, dan kenapa tidak menggunakan adat walaka, itu karena di
anggap ia akan merendahkan adatnya sendiri jika ia dari golongan kaomu dan
sekarang diMuna sudah tidak ada sistem kerajaan seperti zaman nenek moyang
Walaupun telah banyak nilai-nilai yang bergeser dan tak dipahami oleh
masyarakat Muna sendiri, tapi yang terpenting adalah bagaimana adat ini masi
Polambu adalah salah satu budaya Muna yang masih dijaga dan
dilestarikan sampai saat ini. Polambu merupakan berumah tangga yang dimana
sebelum terbentuk sebuah rumah tangga atau terjadi perkawinan, ada yang
namanya proses perkawinan adat yang didalamnya ada beberapa tahapan dan
harus dilakukan dan di awali dengan musyawarah dalam keluarga. Hal ini seperti
orang Muna harus melakukann beberapa tahapan adat dan dibicarakan melalui
51
musyawarah. Karena proses perkawinan di Muna itu ada beberapa macam yaitu
angka mata, pofeleigho, dan ghombuni. Seperti yang dikatakan oleh informan
harus dilakukan pada saat upacara ada perkawinan adalah sebagai berikut:
merupakan proses perkawinan yang paling baik diantara proses perkawinan yang
lain oleh etnik Muna. Karena proses ini dilangsungkan dengan beberapa tahapan
adat yang diawali dengan musyawarah keluarga dengan baik dan sopan dengan
bahasa yang santun, kemudian tahapan adat yang dilakukan juga lengkap mulai
dari pelamaran sampe ijab Kabul. Beda dengan proses perkawinan pofeleigho atau
1) Dekamata (melihat/menilai)
52
Jadi, tahapan adat dalam perkawinan ada yang dilakukan sebelum hari H
perkawinan dan ada yang dilakukan pada saat hari H perkawinan. Tahapan
pertama sebelum terjadi perkawinan oleh etnik Muna, masyarakat mengenal yang
namanya proses dekamata. Biasanya proses ini dilaksanakan pada saat musim
menanam, panen, kupas ubi atau baca-baca nisif saban atau orang Muna
menyebutnya Isifu
gadis yang akan di lamar. Yang dilihat dalam pengamatan ini adalah sifat dan
tingkah laku yang dimiliki sang gadis bukan hanya pada kecantikannya. Hal ini
bisa dilihat pada gambar dan penjelasan oleh informan berikut bahwa:
“dekamata itu melihat atau mencari atau perkenalan, baku tau-tau, seperti
makan langsat, atau buahan sesuai musimnya atau pada saat menanam.
Biasanya kalau zaman dulu ada musim panen, mudamudi dikumpul di
kebun dibikinkan acara-acara untuk melakukan kamata tapi ada orang tua
yang awasi. Ini kamata bukan mau diliat cantiknya ini perempuan, tapi
mau diliat bagaimana sifatnya, tingkahlakunya, karna zaman dulu,
perempuan diliat saja cara jalannya, cara bicaranya sudah ditaumi
bagaimana sifatnya. Kalau ada yang di suka sama laki-laki perempuan itu
53
untuk melakukan perkenalan sambil mencari tau sifat dan karakter yang dimiliki
oleh sang gadis. Proses ini dilakukan pada saat musim panen atau pada saat
pertemuan ini masi dalam pengawasan orang tua, beda dengan sekarang dizaman
yang modern ini anak-anak banyak yang dihubungkan lewat handphone atau
telepon genggam dan melakukan pacaran jadi susah untuk diawasi oleh otang tua.
Dimana hal senada juga dikemukakan oleh informan lain yaitu La Hamidu
Tahapan Defoepe/ de owa too (membawa janji) ini adalah tindak lanjut
dari dekamata di atas. Dimana apabila sang laki-laki menemukan seorang gadis
yang ia sukai, maka selanjutnya akan dilakukan tahapan Defoepe/ de owa too ini
untuk menuju ketahapan yang lebih serius. Tahapan ini dilakukan oleh 2 orang
yang terdiri dari kaomu dan walaka untuk membawa janji atau menyampaikan
kabar bahwa beberapa hari kedepan atau biasanya 4 hari yang akan datang dari
hari ini pada saat Defoepe/ de owa too, akan datang rombongan adat dari pihak
laki-laki dengan tujuan untuk melakukan fenagho tungguno karete agar keluarga
dari pihak perempuan bersiap dan menunggu kehadiran keluarga dari pihak laki-
laki ini. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh informan sebagai berikut:
54
Agustus 2018.
halaman)
2018 dan gambar di atas bahwa setelah melakukan tahapan Defoepe/ de owa too
55
halaman). Kegiata ini dilangsungkan setelah 4 hari dari tahapan Defoepe/ de owa
too (membawa janji), yaitu sesuai janji yang mereka ucapkan pada saat defoepe.
Kegiatan ini dilakukan oleh beberapa orang tua yang di utus oleh pihak laki-laki,
terdiri dari kaomu dan walaka, dan beberapa orang lainnya. Keluarga laki-laki
disambut dengan ramah oleh pihak perempuan yang juga terdiri dari beberapa
orang yang disiapkan oleh orang tua perempuan untuk menunggu kedatangan
pihak keluarga laki-laki seperti yang dibicarakan pada saat defoepe. Saling
dan tertawa kecil, sampai pada akhirnya melakukan musyawarah tentang tujuan
dari kedatangan keluarga dari pihak laki-laki kerumah perempuan ini. jadi 2 orang
tua maju menghadap orang tua dari pihak perempuan dan menanyakan apakah
masi ada yang ditunggu dalam pertemuan ini, dan dijawab oleh pihak perempuan
bahwa sudah tidak ada yang ditunggu karna semua yang pihak perrempuan
undang untuk menunggu kedatangan keluarga dari pihak laki-laki hari itu sudah
penunggu halaman. Maksudnya adalah apakah sang gadis sudah ada yang jaga
atau belum. Dalam proses menanyakan apakah sang gadis sudah ada yang jaga
atau belum, sang gadis di simbolkan dengan bunga yang ada dihalaman, makanya
56
tahap ini disebut fenagho tungguno karete. Jadi pada saat bertanya kepada
berikut:
Setelah itu dijawab lagi oleh pihak laki-laki dengan menggunakan bahasa
Jadi percakapan yang terjadi antara pihak laki-laki dan perempuan ini
membahas bunga dan cirinya seperti warna dan tinggi atau pendek, karena
didalam rumah yang akan dilakukan fenagho tungguno karete terdapat banyak
gadis. Dan supaya tidak terjadi kesalahan makanya ditanya untuk diperjelas gadis
mana yang menjadi tujuan. Dari ungkapan diatas, pihak laki-laki menyebutkan
dan berkulit putih. Kemudian, setelah itu pihak perempuan mengatakan untuk
57
menanyakan kembali hal ini kepada sang gadis yang dimaksud karena jangan
sampai sang gadis mempunyai teman laki-laki yang lain atau tidak berkenan untuk
dipinang oleh laki-laki yang mengutus keluarganya pada hari itu. Maka masuklah
2 orang dari pihak perempuan untuk menemui sang gadis yang dimaksud, dan
keluarganya hari itu. Setelah mendapatkan jawaban dari sang gadis, maka pihak
dipinang oleh laki-laki yang mengutus keluarganya hari itu, dan pihak laki-laki
secara tidak langsung sudah mengikat sang gadis yang sudah mengatakan
kesediaanya itu, dan selesailah tahapan fenagho tungguno karete. Hal ini juga
Artinya: “setelah itu orang tua dua orang ini minta izin kepada yang
dituakan dipihak laki-laki. “sekarang ini kami mau bertanya lagi. Kami
mau maju lagi kedepan untuk menanyakan penunggu halaman. Setelah
sampai didepan pihaknya perempuan, mereka berbicara lagi, sekarang
saya maju kedepan ini untuk menyampaikan maksud dan tujuan kami
datang disini. Kami mau menyampaikan bahwa kami datang disini karena
ada yang menyilaukan mata kami. Kami melihat ada bunga-bunga
dihalaman.siapatau bunga-bunga itu belum ada yang jaga, belum ada yang
siram. Adapun yang siap menjaga ini adalah si A ( disebut nama lengkap,
title kalau ada). Setelah itu dijawab juga oleh pihak perempuan, “itu kami
sudah tau, tapi kami akan bertanya juga sama anak perempuan kami.
Karna kami orang tua tidak tau apa-apa, jangan sampai kami orang tua
mengiyakan ternyata dia tidak setuju karena sudah ada orang lain selain
yang datang ini. setelah itu ada satu orang dari pihak perempuan bertanya
kepada sang gadis “ kami mau bertanya padamu nak, karena ada ini orang
tua yang datang di depan itu, mereka datang karena ada yang menyilaukan
matanya mereka, yang silau matanya itu namanya (disebut nama lengkap
dan titelnya kalau ada). Disebut juga nama orang tuanya. Apakah kamu
juga tau dan setuju dengan kedatangannya mereka ini?. setelah itu sang
gadis menjawab iyah jika ia terima dan tidak jika ia menolak”.
Ungkapan yang sama juga disampaikan oleh informan lain yaitu Kadir
dilakukan pada hari yang sama dengan tahapan fenagho tungguno karete. Tahapan
ini dilaksanakan setelah proses defenagho tungguno karete selesai dan mendapat
hasil musyawarah bahwa sang gadis bersedia untuk dipinang oleh laki-laki yang
mengutus keluarganya pada saat itu. Dalam kegiatan ini, yang menjadi bahasan
lapangan yang dilakukan pada tanggal 9 Juli 2018, dalam kegiatan ini kedua belah
pihak membahas tentang uang adat yang harus dibayar oleh pihak laki-laki kepada
59
adhati balano (adat besar), dan matano kenta (mata ikan). Tapi yang dibahas
secara mendalam pada saat itu adalah kafeena dan adhati balano, karna poin yang
lain akan mengikut dari jumlah kafeena dan adhati balano. Ada diskusi yang
terjadi antara pihak laki-laki dan perempuan untuk membahas uang adat yaitu adat
besar dan kafeena ini. sempat terjadi penelusuran silsilah keluarga antara laki-laki
yang melamar dan perempuan yang dilamar.apakah yang dilamar masi turunan
penelusuran silsilah maka dibuatlah satu kesepakatan tentang jumlah uang adat
besar dan kafeena. Terjadi diskusi yang sangat panjang antara kedua pihak ini
namun tetap menggunakan bahasa muna yang sopan dan santun. Setelah
katandugho. Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh informan LD. Fara pada
“kemudian setelah itu di bicarakan lagi uang adatnya. Berapa yang harus
mau dibayarkan nanti. Uang kafeenanya berapa, adhati balano berapa. Itu
semua ada aturan adatnya, kalau kaomu melamar walaka, beda jumlahnya
dengan kaomu melamar kaomu. Makanya dalam katandugho itu
dimusyawarahkan lagi bagaimana turunannya ini yang dilamar dan yang
melamar. Ditanyakan silsilah keluarganya, apakah dia menyandang WA
ODE, atau yang melamar ini apakah menyandang LA ODE atau tidak,
sampe ditemukan satu kesepakatan”.
Ungkapan di atas juga sama dengan apa yang disampaikan oleh informan
mahar berdasarkan dasar nilai boka di Kabupaten Muna terbaru yang di atur pada
tahun 2016 dan akan berlaku hingga 2021 nanti dimana nilai 1 boka adalah Rp.
120.000. hal ini di atur dalam adat Muna dan disepakati oleh lembaga adat
yang juga dilakukan pada hari yang sama pada saat fenagho tungguno karete.
Berdasarkan observasi yang dilakukan, Nefumano ifi ini adalah sejumlah uang
yang diminta oleh pihak perempuan kepada pihak laki-laki yang akan digunakan
makanan yang akan dihidangkan pada saat hari H. ada musyawarah antara pihak
perempuan dan laki-laki untuk membicarakan jumlah yang harus pihak laki-laki
serahkan. Sempat ada tawar menawar antara pihak laki-laki dan perempuan,
terkait jumlah dari nefumano ifi ini. sampai pada akhirnya ketemu kata sepakat
mengenai jumlah dari nefumano ifi antara pihak laki-laki dan perempuan.
Kemudian setelah ada kata sepakat tentang jumlahnya maka pihak perempuan
menanyakan kapan nefumano ifi ini akan diserahkan atau dibawa. Dan pihak laki-
laki memutuskan untuk dibawa sebelum hari perkawinan tepatnya 5 hari atau
paling lama satu minggu setelah hari musyawarah itu berlangsung. Hal ini juga
sama seperti apa yang disampaikan oleh informan, yaitu sebagai berikut:
selesai, yaitu fenagho tungguno karete, katandugho, dan nefumano ifi, maka
selanjutnya adalah penentuan hari bae untuk perkawinan. Penentuan hari bae juga
harus berdasarkan hitungan orang pande kutika (yang pandai dalam menghitung
hari baik). Hal ini seperti yang diuangkapkan oleh informan sebagai berikut:
Agustus 2018 dan LD.Fara wawancara 2 Agustus 2018. Adapun tujuan dari
perhitungan hari bae untuk hari H perkawinan ini adalah untuk menghindari hari
NAAS dan hal buruk lainnya seperti yang di ungkapkan oleh informan berikut:
64
“iyah hari bae itu tujuannya untuk supaya perkawinan yang akan
dilaksanakan nanti bisa berjalan baik-baik saja seperti yang diharapkan.
Tidak ada gangguan, tidak ada halangan, pokonya semua lancar-lancar
saja. Kalau penentuan hari baenya, itu dibicarakan juga pada saat
musyawarah itu, yang tentukan ditanya sama orang yang punya
kemampuan untuk menghitung hari bae. Cara hitungnya juga ada yang
berdasarkan kalender islam, ada yang hitung berapa bulan
dilangit,pokonya macam-macam tergantung kemampuan dari yang hitung
hari bae, yang penting hindari hari NAAS”. ( LD.Fara, wawancara 2
Agustus 2018).
Hal ini juga didukung dengan gambar berikut, yaitu tentang bagaimana
cara masyarakat Muna menentuka waktu dan hari Bae untuk melakukan
aktivitasnya baik hendak keluar daerah maupun upacara adat seperti perkawinan.
Gambar 5. Penentuan hari dan waktu yang baik oleh masyarakat Muna
hari H perkawinan. Hari H perkawinan adalah keadaan yang sangat ramai dari
semua proses yang ada karena hari inilah pengucapan ijab Kabul akan
dilaksanakan. dan hampir semua orang berpakaian rapi dan berdandan cantik.
Para tokoh adat mulai berdatangan lengkap dengan pakayan adat masing-masing
yaitu sarung muna atau kabantapi dan baju khas muna untuk ibu-ibu dan bapak-
apak menggunakan sarung muna dan jas, ada yang memakai baju batik dan
kokoh. Tokoh adat laki-laki berkumpul sesame laki-laki sedangkan ibu-ibu adat
juga berkumpul sesame ibu-ibu adat juga. Ibu-ibu didalam dan laki-laki didepan.
Setelah membagi tugas, untuk para tokoh adat, berikutnya pemegang pinangan
atau puro-puro. Dibagi kepada anak-anak gadis yang sudah didandan dengan
Ketika semua sudah siap, dan pukul 9.10 keluarga besar dari pihak laki-
tidak kalah ramai dan meriah. Terdengar suara music yang kemudian berhenti saat
alih acara dan memandu kegiatan acara. MC mengucapkan selamat datang kepada
rombongan dari pihak laki-laki. Barisan rombongan adat dari pihak laki-laki
disusun, yaitu tokoh adat laki-laki didepan, kemudian tokoh adat ibu-ibu, dan
baki kafeena yaitu sebuah cincin atau kabentano pongke dan amplop berisikan
mahar didalamnya. Tokoh adat dari pihak laki-laki dan perempuan saling
66
Pada saat hari H perkawinan adalah hari penyerahan semua uang adat
balano, dan matano kenta. Jadi setelah proses penyerahan kafeena selesai, dan
cincin emas sudah dipakaikan kejari manis pengantin perempuan maka diruang
adat laki-laki yang terdiri dari delegasi laki-laki dan perempuan akan
pihak perempuan oleh pihak laki-laki. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaika
“iyah begitu. Setelah tokoh adat laki-laki dari kedua belah pihak
melakukan kafeena, mulaimi lagi hendegho kantaburi, paniwi, kaokanuha,
kafoatoha, matano kenta, adhati balano, sampe ijab Kabul. Jadi diruang
adat laki-laki jalankan tugas, diruang adat perempuan juga jalankan
tugas”.(Kadir, wawancara 15 Agustus 2018)
Dimana ungakapan yang sama juga disampaikan oleh informan lain yaitu
2018.
Jadi semua uang adat yang berjumlah 7 amplop ini akan disimpan didalam
piring dan ditumpuk. Paling bawah adalah matano kenta, kemudian adhati balano,
kalolino ghawi, kafoatoha, kaokanuhaa, paniwi dan paling atas adalah kantaburi.
paniwi dan begitu seterusnya. Amplop ini ditumpuk pada satu piring yang sama
namun tidak diberikan satu kali begitu saja. Tapi diberikan satu-satu.
67
Jadi tokoh adat dari pihak laki-laki maju kedepan satu memegang piring
dan satunya yang akan menyampaikan bahasanya. Didepan tokoh adat perempuan
yang juga bertugas untuk menerima uang adat ini ditemani oleh seorang tokoh
Jadi dari pihak laki-laki dua orang, pihak perempuan dua orang. Setelah
saat memberii amplop kantaburi, tokoh adat dari pihak laki-laki berkata“aitu ini
piring berisikan amplop ini akan memberiikan amplop kepada yang berbahasa dan
yang berbahasa akan memberiikan amplop kepada pihak perempuan dan tokoh
adat dari pihak perempuan ini akan memberiikan amplop ini kepada seseorang
Setelah itu menyerahkan amplop paniwi, tokoh adat dari pihak laki-laki
berkata “aitu ini ahumendegho opaniwi”, (ini kami maju untuk menyerahkan
Setelah itu memberiikan amplop kafoatoha, tokoh adat bertakata “aitu ini
Selanjutnya memberiikan amplop kalolino ghawi, tokoh adat bertakata “aitu ini
ghawi). Dan kemudian memberiikan amplop adhati balano, tokoh adat bertakata
“aitu ini ahumendeghomo adhati balano”. (ini kami maju untuk menyerahkan
68
afhati balao). Selanjutnya terakhir memberiikan amplop matano kenta, tokoh adat
bertakata “aitu ini ahumendeghomo matano kenta”. (ini kami maju untuk
Setelah semua amplop dalam piring habis, maka kembalilah para tokoh
adat dari pihak laki-laki ketempat duduknya semula. Namun saling berjabat
tangan dan berucap salam terlebih dahulu. Penjelasan diatas adalah berdasarkan
observasi yang dilakukan pada tanggal 22 Juli 2018, juga didukung dengan hasil
“iyah, semua uang adat dikasi di hari H, uang kafeena dikasi dengan
kabentano pongke, kantaburi, paniwi,kafoatoha,kaokanuha,adhati balano,
itu semua dikasi pada saat hari H di isi dalam amplop, tapi dikasi satu-
satu. Namanya itu langku-langkuno adhati, maksudnya langkah-langkah
adat. Itu dikasi dengan tatacara adat disampaikan dengan bahasa adat yang
sopan”. (LD.Fara, wawancara 2 Agustus 2018).
Juga berdasarkan wawancara dengan informan La Hamidu, wawancara 20
“dia itu disimpan dalam amplop. Masing masing beneano, ane kaokanuha
doburie kaokanuha, kafoatoha doburie kafoatoha, doteia sepaku nepiri
tamaka dofoampee seseise. Kalau mau sera’hkan kaokanuha, bilang,
amoampemo kaokanuha ini, kalau kasi naik kafoatoha, amoampemo
kafoatoha ini. Begitu seterusnya. Satu-satu supaya ditau namanya yang
maudikasi naik uang adat apa, supaya ditau juga jumlahnya benar atau
tidak. Karna kalau dikasi naik satu kali bagaimana mau ditau jumlahnya,
jangan sampe salah.
Artinya: dia itu disimpan dalam amplop. Masing masing ada namanya,
kalau kaokanuha ditulis kaokanuha, kafoatoha ditulis kafoatoha, disimpan
satukali dalam piring. Tapi dikasi satu persatu. Kalau mau serahkan
kaokanuha, bilang, mau kasi naik kaokanuha ini, kalau kasi naik
kafoatoha, mau kasi naik kafoatoha ini. Begitu seterusnya. Satu-satu
supaya ditau namanya yang mau dikasi naik uang adat apa, supaya ditau
juga jumlahnya benar atau tidak. Karna kalau dikasi naik satu kali
bagaimana mau ditau jumlahnya, jangan sampe salah”.
Penjelasan berikutnya tentang hal yang sama masi dijelaskan oleh La
Hamidu, yaitu:
sudah disediakan kursi yang sudah tersusun rapi, bersama dengan 11 orang
cincin, akan mengikut kepada tokoh adat didalam rumah untuk melakukan
adalah tahapan pertama yang dilakukan dan diserahkan pihak laki-laki kepada
71
perempuan pada saat hari H perkawinan sebelum ijab Kabul. Jadi sesampainya
masuk kedalam rumah dimana didalam rumah sudah ditunggu oleh tokoh adat
yang sudah disiapkan dari pihak perempuan. Dalam duduk adat ini terdiri dari
walaka dan kaomu dan beberapa orang lainnya. Jadi, dalam setiap proses atau
tahapan perkawinan, dalam pelaksanaannya akan dilakukan oleh tokoh adat yang
melibatkan golongan kaomu dan walaka. Hal ini karena merupakan ketentuan adat
dan kaomu walaka ini memang harus saling memberii masukan satu sama lain.
“ Terdiri dari walaka dan kaomu. Kenapa harus walaka dan kaomu?
Karena walaka dan kaomu ini harus sama-sama, orang muna menyebut
dengan menuakan dan menganakan ( kaomu menganggap walaka anak,
walaka menggap kaomu orang tua). Mereka ini harus saling memberii
masukan”. (LD.Fara wawancara 2 Agustus 2018).
Dimana ungkpan diatas juga disampaikan oleh informan lain yaitu La
Kafeena ini adalah uang mahar yang merupakan uang adat dari
sebelumnya jauh sebelum hari perkawinan yaitu pada saat defenagho tungguno
karete. Setelah semua sudah siap, sudah lengkap, tidak ada yang ditunggu lagi,
maka mulailah delegasi adat dari pihak laki-laki melakukan tugasnya, meminta
izin dan meminta kafeena yang dipegang oleh gadis pemegang pinangan untuk
disaksikan terlebih dahulu sebelum dibawah keruang utama. Maka baki kafeena di
berikan kepada delegasi adat pihak perempuan untuk diperiksa oleh semua tokoh
72
adat yang duduk diruangan itu. Setelah semua mendaapat giliran untuk melihat
maka baki kafeena itu dikembalikan lagi dan selanjutnya diantar keruangan adat
ibu-ibu. Di ruangan adat ibu-ibu, ada 2 orang ibu-ibu adat dari pihak laki-laki
untuk meminta izin dan minta disaksikan dahulu baki kafeena yang dibawa ini
sebelum dimasukan didalam ruangan utama atau welo songi. Maka hal yang sama
seperti yang terjadi diruangan adat laki-laki kembali saya amati bahwa semua
yang duduk disitu memeriksa isi dari baki kafeena. Setelah itu baki dikembalikan
lagi dan kemudian di antar kedalam ruangan utama oleh seorang dari tokoh adat
perempuan dari pihak perempuan. Hal ini seperti yang disampaikan oleh informan
sebagai berikut:
“iyah kalau sudah selesai yang dua itu selanjutnya adalah kasi naik
kafeena. Ini mau bawa cincin di dalam songi atau ruang utama tempatnya
pengantin perempuan duduk”. ( Wa Heto, wawancara 19 Agustus 2018).
Kemudian sampe didalam ruangan utama tokoh adat dan pemegang
pinangan kafeena ini, masi harus melewati ibu-ibu adat yang ada didalam kamar
baki kafeena kembali terulang. Kemudian semuanya selesai akhirnya naik di atas
tempat tidur, ibu adat yang berada didepan gadis pemegang kafeena, bersalam
kepada tokoh adat ibu-ibu dari pihak perempuan yang duduk disamping kiri dan
kanan pengantin peerempuan. Bersalam kepada mereka dan meminta izin untuk
memberii kafeena (uang mahar) dan kabentano pongke yaitu sebuah cincin emas.
Setelah diberi izin, maka pemegang pinangan atau kafeena menyerahkan baki
kafeena kepada ibu adat. Kemudian ibu adat dari pihak laki-laki membuka cincin
dan meminta tangan pengantin perempuan untuk dipakaikan cincin. Namun sang
pengantin terlihat belum ikhlas memberii tangannya untuk dimasukan cincin dan
73
melihat lihat diluar dekat pintu. Maka ibu adat memberiitahu bahwa anak ini
belum ikhlas mungkin mau disaksikan oleh orang tuanya dan semua saudara-
kemudian dengan cepat cincin emas itu dimasukan kedalam jari manis sang
pengantin perempuan.
adalah sebuah cincin. Kenapa disebut pelubang telinga dan yang dikasi adalah
sebuah cincin, itu karena anak gadis yang dipinang ini adalah pertama kalinya ia
akan mendengar bahasa perkawinan atau ijab Kabul untuk dirinya sendiri bukan
ijab Kabul orang lain yang ia dengarkan. Dan pemberian cincin sebagai tanda
bahwa dia sudah menikah dan tidak boleh diganggu orang. Hal ini seperti apa
tahap pemberian kafeena selesai. Selanjutnya ibu adat dari pihak laki-laki dan
ditempat duduk semuala, dan pemegang cincin diamanahkan untuk memberii tau
masing-masing dengan barisan seperti semula, tertib, rapi dan tidak rebut.
76
perempuan mulai dari keperluan untuk mandi sampai selesai mandi, ada sabun,
odol, sampo, handuk, handbody, parfum, pakayan, mekap, dan perlengkapan alat
sholat. Jumlahnya 12 dan dikemas didalam sebuah baki yang sama dengan baki
kafeena dan dipegang oleh anak-anak perempuan atau gadis yang didandan cantik
dengan menggunakan baju adat Muna, dan satu orang memegang satu baki. Hal
melalui proses angka mata atau kawin pinang, maka pihak laki-laki harus
perempuan dalam kehidupan sehari-hari yang dimana setiap benda pinangan ini
Dan pinangan atau puro-puro ini dikemas dengan baik, ditutup rapat-rapat
karena bertujuan agar supaya besok-besok ketika sudah menjadi sebuah rumah
tangga, dan terjadi masalah dalam rumah tangga, supaya tidak keluar dan
terdengar orang lain. Cukup orang dalam rumah saja yang tau, masalahnya ditutup
rapat-rapat. Hal ini seperti apa yang di ungkapkan oleh informan sebagai berikut:
“itu ada mananya juga, maksudnya nanti setelah sudah jadi sepasang
suami istri, kalau ada masalah cukup mereka yang tau, semua
kekurangannya ditutup rapat-rapat supaya tidak sampe turun ditetangga
atau diluar”. (LD.Fara, wawancara 2 Agustus 2018).
2) Kantaburi (penindis)
penjelasan diatas bahwa kantaburi adalah tahapan yang dilakukan pada saat hari
selesai. Pemberian atau penyerahan kantaburi ini menggunakan bahasa adat Muna
yang dilakukan oleh 2 orang tua laki-laki dari delegasi adat laki-laki dan diterima
oleh 2 orang tua dari delegasi adat perempuan yang masing-masing terdiri dari
kaomu dan walaka, dimana kaomu akan duduk disebelah kanan, dan walaka akan
duduk disebelah kiri. Jadi pada saat penyerahan amplop kantaburi, delegasi adat
78
“umbe”. artinya: “iyah”. sambil diterima dan diperiksa jumlahnya oleh delegasi
Adapun jumlah dari kantaburi itu sendiri adalah 2 x lipat dari jumlah uang
kafeena. Jadi kalau yang menikah adalah kaomu, dan kafeenanya adalah 5 boka
Muna, maka kantaburinya adalah 10 boka Muna. Hal ini dijelaskan oleh informan
sebagai berikut:
“iyah, selanjutnya Kataburi, jadi ada lagi tokoh adat yang bertugas, bilang
Amoampemo kataburi dan sampai selesai. Jadi kantaburi itu sebenarnya
ikatan kasih sayang kepada kedua orang tua, paman dan bibi dari
pengantin perempuan. Jadi filosofi dari kantaburi ini adalah pinangan
kepada kedua orang tua, paman dan bibi dan saudara dari pengantin
perempuan. Maksudnya bahwa kalau ini kantaburi sudah diterima berarti
79
sinyal adanya restu dari wali nasab atas perkawinan ini”. (Kadir,
wawancara 15 Agustus 2018).
paniwi adalah tahapan yang dilakukan pada saat hari H perkawinan tepatnya
setelah tahap penyerahan kantaburi selesai. Pemberian atau penyerahan paniwi ini
juga menggunakan bahasa adat Muna yang dilakukan oleh 2 orang tua laki-laki
dari delegasi adat laki-laki dan diterima oleh 2 orang tua dari delegasi adat
perempuan yang masing-masing terdiri dari kaomu dan walaka, dimana kaomu
akan duduk disebelah kanan, dan walaka akan duduk disebelah kiri. Jadi pada saat
hendak menyerahkan lagi paniwi”. Dan dijawab “umbe”. artinya: “iyah”. sambil
diterima dan diperiksa jumlahnya oleh delegasi adat dari pihak perempuan.
setelah kantaburi selesai. Tahapan ini juga dilakukan pada saat hari H, dan
jumlahnya adalah 5 boka Muna untuk golongan kaomu dan 2 boka Muna untuk
golongan walaka. Pada zaman dulu, paniwi ini diberikan dalam bentuk pikulan
berupa bahan pangan yang ada dikebun, seperti tebu beras, pisang dan lain-lain.
Cara penyerahan pikulan ini dibaris seperti pemegan puro-puro atau pinangan, dan
dimulai dari yang manis, yang tidak berasa atau hambar dab diakhiri dengan yang
manis lagi. Hal ini seperti apa yang di ungkapkan oleh informan sebagai berikut:
“paniwi itu dia uang adat yang gantikan kasughu atau pikulan yang
jumlahnya 44 pikulan itu. Karna zaman dulu itu sebenarnya paniwi dikasi
dalam bentuk pikulan dengan jumlah 44 pikulan. Yang dibawakan
80
dirumahnya perempuan, pikulannya itu berupa isi yang ada dalam kebun,
pisang, ubi, kelapa, buah-buahan, tebu, pokoya semua ada 44 pikulan, dari
yang manis, yang hambar, atau yang pahit juga ada. Jadi itu dikasi ada
urutannya, mulai dari yang manis, yang hambar, kalo yang pahit ada yang
pahit juga, kemudian ditutup dengan yang manis. Maksudnya supaya
niatnya ini rumah tangga yang mau dibangun manis diawal, manis juga di
akhir. (WD. Raona, wawancara 3 Agustus 2018).
Ungkapan senada juga disampaikan oleh informan lain yaitu La Hamidu,
narasumber berikut:
kaokanuha adalah tahapan yang dilakukan pada saat hari H perkawinan tepatnya
ini juga masih menggunakan bahasa adat Muna yang dilakukan oleh 2 orang tua
laki-laki dari delegasi adat laki-laki dan diterima oleh 2 orang tua dari delegasi
adat perempuan yang masing-masing terdiri dari kaomu dan walaka, dimana
kaomu akan duduk disebelah kanan, dan walaka akan duduk disebelah kiri. Jadi
pada saat penyerahan amplop kaokanuha, delegasi adat dari pihak perempuan
artinya: “iyah”. sambil diterima dan diperiksa jumlahnya oleh delegasi adat dari
pihak perempuan.
Jadi kaokanuha adalah uang adat yang harus dibayarkan oleh laki-laki
kepada pihak perempuan yang diperuntukan untuk tokoh adat yang mengenakan
atau memakaikan pakayan adat Muna kepada pengantin perempuan untuk dipakai
pada saat ijab Kabul nanti. Karena baju yang dikenakan pada saat perjamuan akan
dipakikan oleh pihak salon termasuk dengan mekap pengntin juga dilakukan oleh
salon. Kaokanuha ini jumlahnya 5 boka Muna untuk golongan kaomu dan 2 boka
Muna untuk yang bukan kaomu. Hal ini seperti apa yang disampaikan oleh
“kaokanuha itu yang memakaikan. Artinya bahwa itu uang yang dikasi
sama orang tua adat laki-laki akan diberikan sama orang tua yang
memakaikan baju adat sama pengantin. Memang ada salon yang kasi pake
tapi ada khusus yang kasi pake juga dari orang tua adat. ( WD.Raona,
wawancara 3 agustus 2018).
Ungkapan senada juga disampaikan oleh informan lain yaitu La Hamidu
dijelaskan lagi oleh informan lain mengenai kaokanuha ini yaitu sebagai berikut:
kafoatoha adalah tahapan yang dilakukan pada saat hari H perkawinan tepatnya
kafoatoha ini juga masih menggunakan bahasa adat Muna yang dilakukan oleh 2
orang tua laki-laki dari delegasi adat laki-laki dan diterima oleh 2 orang tua dari
delegasi adat perempuan yang masing-masing terdiri dari kaomu dan walaka,
dimana kaomu akan duduk disebelah kanan, dan walaka akan duduk disebelah
kiri. Jadi pada saat penyerahan amplop kafoatoha, delegasi adat dari pihak
“umbe”. artinya: “iyah”. sambil diterima dan diperiksa jumlahnya oleh delegasi
Kafoatoha ini merupakan uang adat yang diberikan laki-laki kepada pihak
perempuan yang akan diperuntukan oleh orang tua adat yang melakukan
kafelesao dan kafosulino katulu setelah ijab Kabul nanti yang dilaksanakan pada
sore hari setelah pengantin selesai menerima undangan atau perjamuan. Adapun
jumlahnya yaitu masi sama seperti yang lain yaitu 5 boka Muna untuk kaomu dan
2 boka muna yang bukan kaomu atau walaka. Hal ini seperti apa yang
“oh tidak untuk orang tua bawa adat pada saat hari H sebelum ijab itu
kafoatoha, tapi untuk yang antar pada saat kafelesao, berapa orang saja,
terserah yang diutus oleh pihak perempuan. Yang penting bukan orang tua
kandungnya. Kemudian jumlahnya dia ada aturan adatnya juga. Kalau
kaomu yah 5 boka, selain kaomu yah 2 boka.( La Hamidu, wawancara 20
Agustus 2018).
83
wawancara 3 Agustus 2018. Dan kenapa pada saat kafoatoha tidak boleh
kalolino ghawi adalah tahapan yang dilakukan pada saat hari H perkawinan
kalolino ghawi ini juga masih menggunakan bahasa adat Muna yang dilakukan
oleh 2 orang tua laki-laki dari delegasi adat laki-laki dan diterima oleh 2 orang tua
dari delegasi adat perempuan yang masing-masing terdiri dari kaomu dan walaka,
dimana kaomu akan duduk disebelah kanan, dan walaka akan duduk disebelah
kiri. Jadi pada saat penyerahan amplop kalolino ghawi, delegasi adat dari pihak
dijawab “umbe”. artinya: “iyah”. sambil diterima dan diperiksa jumlahnya oleh
Kalolino ghawi juga merupakan uang adat yang harus dibayarkan oleh
laki-laki kepada pihak perempuan yang dipinang. Kalilino ghawi ini adalah
symbol dari pengganti gendongan ibu sang gadis yang sudah merawat sang gadis
sejak ia lahir sampai ia dewasa. Jumlahnya juga sama yaitu 5 boka Muna untuk
kaomu dan 2 boka Muna untuk walaka. Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh
juga senada dengan yang disampaikan oleh informan lain yaitu La Hamidu
penjelasan tentang kalolino ghawi lebih lanjut dijelaskan oleh informan lain, yaitu
sebagai berikut:
adhati balano adalah tahapan yang dilakukan pada saat hari H perkawinan
penyerahan adhati balano ini juga masih menggunakan bahasa adat Muna yang
dilakukan oleh 2 orang tua laki-laki dari delegasi adat laki-laki dan diterima oleh 2
orang tua dari delegasi adat perempuan yang masing-masing terdiri dari kaomu
dan walaka, dimana kaomu akan duduk disebelah kanan, dan walaka akan duduk
disebelah kiri. Jadi pada saat penyerahan amplop adhati balano, delegasi adat dari
pihak perempuan mengatakan “tabea, aini inia tamoampemo tora oadhati balano”.
dijawab “umbe”. artinya: “iyah”. sambil diterima dan diperiksa jumlahnya oleh
Adhati balano adalah uang adat yang juga harus dibayarkan laki-laki
peminang kepada pihak perempuan yang dipinang. Dengan jumlah sesuai aturan
adat Muna dan disesuaikan dengan golongan yang disandang oleh yang
meminang dan dipinang. Apakah dari golongan kaomu atau walaka. Adhati
balano ini diperuntukan kepada keluarga besar gadis yang dipinang sesuai
namanya yaitu adhati balano artinya adat besar. Hal ini seperti apa yang
“kalau adhati balano ini itu untuk orang tua sendiri itu. Dia ini jumlahnya
berdasarkan aturan adat. Jadi ini dia bentuk penghargaan pihak laki-laki
kepada orang tua sang gadis yang dipinang. ( La Hamidu, wawancara 20
Agustus 2018).
86
Ungkapan yang sama juga disampaikan oleh informan lain yaitu LD.Fara
kafosowono matano kenta adalah tahapan yang dilakukan pada saat hari H
perkawinan tepatnya setelah semua tahapan adat yang lain selesai. Pemberian atau
penyerahan kafosowono matano kenta ini juga masih menggunakan bahasa adat
Muna yang dilakukan oleh 2 orang tua laki-laki dari delegasi adat laki-laki dan
diterima oleh 2 orang tua dari delegasi adat perempuan yang masing-masing
terdiri dari kaomu dan walaka, dimana kaomu akan duduk disebelah kanan, dan
walaka akan duduk disebelah kiri. Jadi pada saat penyerahan amplop kafosowono
matano kenta, delegasi adat dari pihak perempuan mengatakan “tabea, aini inia
artinya: “iyah”. sambil diterima dan diperiksa jumlahnya oleh delegasi adat dari
pihak perempuan.
duduk adat pada saat hari sebelum ijab Kabul. Yang datang membawa uang adat.
Yang menyaksikan tahapan adat, dan penerimaan adat antara pihak laki-laki dan
perempuan. Disebut matano kenta atau mata ikan karena mata ikan itu sebagai
symbol bahwa ikan walaupun sudah mati tetap terbuka matanya. Maksudnya
adalah yang menjadi saksi perkawinan hari ini, akan tetap tertulis namanya
87
menjadi saksi walaupun sudah tiada didunia dan menjadi tanggung jawab dunia
akhirat. Hal ini seperti apa yang disampaikan oleh informan sebagai berikut:
berikut:
perkawinan tepatnya setelah semua tahapan adat yang lain selesai termasuk
tahapan adhati balano. Kampanaha ini di lakukan sebagai penutup adat yang
dilaksanakan oleh ibu-ibu adat dari delegasi adat laki-laki sebelum ijab Kabul
dilakukan. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh informan sebagai berikut:
adalah empat sudut. Memang kampanaha ini berbentuk segi empat semacam baki
kampanaha dibungkus dengan kain putih. Kemudian rasa manis dan asin yang
dimaksud adalah isi dari kampanaha itu sendiri yaitu kapur sirih, rokok, pinang,
sirih, gula-gula, rook Muna, dan piso untuk memotong pinang atau sirih. Adapun
89
kenapa empat sudut karena di Muna terdapat strata social atau golongan yang
kapur sirih mengambil sirih kemudian makan sirih, setelah itu barulah
memberii kapur sirih kepada kaomu yang dituakan dipihak perempuan dan
akhirnya seluruh peserta duduk adat perempuan makan sirih. Setelah itu,
yang mengantar kapur sirih meminta untuk diantar dikamar pengentin
perempuan dan meminta ibu yang bertugas dari pihak perempuan sebagai
pengantar untuk mengantarnya dikamar utama”.
Setelah sampai dikamar utama lebih lanjut lagi dijelaskan oleh informan
“iyah, jadi ini yang bawa kampanaha di antar di dalam ruang utama lagi,
di ruang pengantin, sama kaya waktu bawa kafeena tadi. Jadi pas tiba
dipintu kamar memberii salam ini ibu yang antar dan dijawab oleh pihak
perempuan “alaikum salam. Kemudian ibu pengantar mulai mengatakan
“inodi ini afoato, koanaghoono moghane rampano mina
damandehaoghoo kangkaha, kemudian dijawab oleh pihak perempuan
“umbe. Kemudian lanjut lagi ibu pengantar bilang Aitu idia asumowomo
te kaengkorahaku, dan dijawab lagi umbe oleh Pihak perempuan. Setelah
itu humendeghoono kampanaha maju lalu memberii salam ke depan
kamar tidur yang dituakan yaitu walaka bhe kaomu. Dan humendeghoono
kampanaha mulai bersalam “assalamualaikum dan pihak perempuan
menjawab “alaikum salam. Setelah itu, humendeghoono kampanaha
melanjutkan lagi bahasanya “Tabea newisentoomu,aini okakara
okamekomo rara watae,inodi ini ahendheghoomo kampanaha taaka
paehodeki tae panaa intaidimua, aepanaghoodeki wutoku dan di iyahkan
oleh pihak perempuan. Kemudian humendeghoono kampanaha mengambil
isi kampanha yaitu sirih laalu makan sirih (kampana), kemudian memberii
kampanaha kepeda kaomu yang dituakan dari pihak perimpuan. Seluruh
peserta duduk adat perempuan makan sirih (depana). Humendegono
kampanaha mengambil sirih lalu makan sirih (nepana), kemudian
memberiikan kampanaha kepada kaomu yang dituakan dipihak
perempuan. Kaomu dari pihak perempuan mengambil isi kampanaha,
kemudian walaka dan seluruh peserta dudu adat dari pihak perempuan
yang duduk didepan tempat tidur mengambil isi kampanaha.. setelah itu
humendeghono kampanaha meminta izin untuk naik di atas tempat tidur “
amopansurumo deki tugasiku tewawono kaodoha. Dan diiyahkan oleh
pihak perempuan. Kemudian humendeghono kampanaha naik di atas
tempat tidur pengantin perempuan, disitu ada pendamping pengantin
perempuan yaitu kaomu dan walaka. Humendeghoono kampanaha
memberi salam “assalamualaikum dan Kaomu dari pihak perempuan
menjawab ”alaikum salam. Setelah itu humendeghono kampanaha
meminta izin lagi “ tabe newisentoomu, aini okakara okamekomo
rarawetae, inodi ini ahendeghoomo kampanaha maka paeho deki tae
panaa intaidimua, aepanaghoodeki wutoku. Dan dijawan umbe oleh
kaomu dari pihak perempuan setelah itu humendeghoono kampanaha
91
mengambil isi kampana yaitu sirih lalau makan serih (depana) kemudian
memberiiakan kampana kepada kaomu yang dituakan dari pihak
perempuan. Kaomu dari pihak perempuan mengambil isi kampanaha,
kemudian walaka dan seluruh peserta adat dari pihak perempuan yang
duduk diatas tempat tidur mangambil isi kampanaha. Humendeghoono
kampanaha meminta izin dan berjabatangan dengan seluruh peserta adat
yang bereada dalam kamar pengantin perempuan kemudian kembali
ketempat semula untuk melapor kepada yang dituakan dari pihak laki-laki
bahwa tugasnya telah selesai. Petama,humendeghoono kampanaha
bersalam dan dijawab salamnya oleh yang dituakan dipihak laki-laki,
kemudian humendeghoono kampanaha melapor “tugasi okampanaha
nehendeghooku no selesaimo.. dan yang dituakan dari pihak laki-laki
menjawab “Umbe. Kemudian humendeghoono kampanaha minta izin
kembali ketempat duduknya. “Aitu idia asumowomo te kangkorahaku dan
di iyahkan oleh yang dituakan dari pihak laki-laki. Terakhir
humendeghoono kampanaha dan yang di tuakan dari pihak laki-laki
saling berjabatangan.
Artinya : iyah, jadi ini yang bawa kapur sirih di antar di dalam ruang
utama lagi, di ruang pengantin, sama kaya waktu bawa mahar tadi. Jadi
pas tiba dipintu kamar memberii salam ini ibu yang antar dan dijawab oleh
pihak perempuan “alaikum salam. Kemudian ibu pengantar mulai
mengatakan “saya ini mengantar orang tua dari pihak laki-laki karena
tidak tau jalanan. kemudian dijawab oleh pihak perempuan “iyah.
Kemudian lanjut lagi ibu pengantar bilang sekarang saya mau kembali
ketempat dudukku, dan dijawab lagi “iyah oleh pihak perempuan. Setelah
itu yang membawa kapur siri mulai bersalam “assalamualaikum dan pihak
perempuan menjawab “alaikum salam. Setelah itu, yang membawa kapur
sirih melanjutkan lagi bahasanya “Tabe didepanya kita semua, ada yang
asin dan manis. Saya ini membawa kapur sirih, tapi saya belum
persilahkan ibu-ibu untuk memakai kapur sirih, karena saya sendri dulu
yang akan memakai kapur sirih ini. dan di iyahkan oleh pihak perempuan.
Kemudian yang membawa kapur sirih mengambil sirih laalu makan sirih,
kemudian memberii kapur sirih kepada kaomu yang dituakan dari pihak
perempuan dan seluruh peserta duduk adat perempuan makan sirih.
Kaomu dari pihak perempuan mengambil isi kampanaha, kemudian
walaka dan seluruh peserta dudu adat dari pihak perempuan yang duduk
didepan tempat tidur mengambil kapur sirih. setelah itu yang membawa
kapur sirih meminta izin untuk naik di atas tempat tidur “ saya mau
lanjutkan tugasky di atas tempat tidur. Dan diiyahkan oleh pihak
perempuan. Kemudian yang membawa kampanaha naik di atas tempat
tidur pengantin perempuan, disitu ada pendamping pengantin perempuan
yaitu kaomu dan walaka. Yang membawa kapur sirih memberii salam
“assalamualaikum dan Kaomu dari pihak perempuan menjawab ”alaikum
salam. Setelah itu yang membawa kapur sirih meminta izin lagi “tabe,
didepannya kita semua, ini ada rasa asin dan manis, saya ini membawa
kapur sirih tetapi saya belum mempersilahkan ibu-ibu untuk memakai
92
kapur sirih karena diri saya sendiri dulu yang akan memakai kapur sirih
ini. Dan dijawab iyah oleh kaomu dari pihak perempuan setelah itu yang
membawa kapur sirih mengambil sirih lalau makan serih kemudian setelah
itu memberiiakan kapur sirih kepada kaomu yang dituakan dari pihak
perempuan. Kaomu dari pihak perempuan mengambil isi kampanaha,
kemudian walaka dan seluruh peserta adat dari pihak perempuan yang
duduk diatas tempat tidur mangambil isi kapur sirih. Yamg membawa
kapur sirih meminta izin dan berjabatangan dengan seluruh peserta adat
yang bereada dalam kamar pengantin perempuan kemudian kembali
ketempat semula untuk melapor kepada yang dituakan dari pihak laki-laki
bahwa tugasnya telah selesai. Petama, yang membawa kapur sirih
bersalam dan dijawab salamnya oleh yang dituakan dipihak laki-laki,
kemudian yang membawa kapur sirih melapor “tugas kapur sirih yang
saya bawa sudah selesai. dan yang dituakan dari pihak laki-laki menjawab
“iyah. Kemudian yang membawa kapur sirih minta izin kembali ketempat
duduknya. “ sekarang saya mau pamit duduk kembali ditempat duduku.
dan di iyahkan oleh yang dituakan dari pihak laki-laki. Terakhir yang
membawa kapur sirih dan yang di tuakan dari pihak laki-laki saling
berjabatangan.
Gambar 11. Membawa kampanaha atau kapur sirih
Isi dari kampanaha adalah kapur sirih, pinang, rokok muna, dan gula-gula
karena pada zaman dulu orang tua di Muna suka memakan kapur sirih. Makanya
sebagai rasa sukur dan gembiranya sudah saling terima maka adalah kampanaha.
“kampanaha itu hanya bentuk saling menghargai antara kedua belah pihak
tokoh adat masing-masing. Simbolnya sudah baku terima-terima,
maksudnya yang tadi orang lain skarang sudah jadi keluarga. kampanaha
itu isinya kapur, sirih, pinang, roko, dan gula-gula, itu karna orang tua
zaman dulu kan suka makan sirih, jadi itumi yang dibawah. Sekarang
gula-gulami yang banyak diisi karna itu yang banyak dimakan”. (Wa Heto,
wawancara 19 Agustus 2018).
Ungkapan senada juga disampaikan oleh informan lain yaitu La Hamidu
disampaikan oleh informan terkait kenapa pada saat penyerahannya harus diawali
terlebih dahulu oleh yang bawa kampanaha itu sendiri. Berikut penjelasannya:
“itu kampanaha dia pake dulu sendiri ini ibu yang bertugas bawa
kampanaha karena untuk menghindari prasangka buruk dari pihak
perempuan. Zaman dulu itu kalo orang duduk adat, baku tes-tes ilmu.
Jangan samapai di kampanaha ini ada isinya, ada coba-cobaanya. Siapa
yang tau kalau ada racunnya? Kalau sudah yang punya yang makan
deluan kan, berarti itu bagus. Tidak ada apa-apanya, karna tidak mungkin
kamu mau makan racun. Kamu yang punya, kamu yang mau makan, tidak
mungkin kamu makan yang tidak bae. Begitu maksudnya”. (WD.Raona,
wawancara 3 Agustus 2018).
Dari paparan informan di atas dapat diketahui bahwa alasan mengapa
sebelum isi dari kampanaha ini disuguhkan kepada keluarga mempelai wanita,
adalah karena pada zaman dulu banyak orang yang saling tes ilmu gaib yang bisa
merugikan orang lain misalnya sakit perut dan lain-lain. Makanya dilakukan hal
tersebut untuk menjamin bahwa apa yang disuguhkan akan aman jika dikonsumsi
yang paling ditunggu-tungu adalah acara terakhir yaitu ijab kabul. Dimana dalam
pengantin laki-laki yang sebelumnya masih duduk diluar yaitu dibangsal bersama
dijemput oleh tokoh adat dibawa kedalam rumah dan duduk dalam ruangan tokoh
adat laki-laki, duduk ditenga dan menghadap pak imam yang akan menikahkan.
dan kemudian pengantin dipersilahkan untuk mengisi Blangko nikah. Setelah itu
Pembacaan ayat-ayat suci Alquran oleh qoriah yang sengaja dipanggil untuk
mengisi pembacaan ayat suci Al-Qur’an, dan seketika suasana menjadi hening dan
95
sejuk dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an dari Qoriah itu. Setelah itu langkah
pengucapan sahadat, dan pengucapan ijab kabul dimulai. Dengan fasih pengantin
laki-laki mengucapkan ijabnya dengan satu kali ucap saja dan serentak saksi dan
para rombongan serta keluarga besar yang ada pada saat itu berteriak SAH…..,
kemudian pengantin laki-laki di antar kedalam kamar atau welo songi (ruang
utama) untuk menjemput pengantin perempuan yang sudah sah menjadi istrinya.
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh informan sebagai berikut:
“iyah… dikasi nikah, ijab Kabul. Dikasi ketemu perempuan dengan laki-
laki. Laki-laki di suru jemput istrinya di songi, pembatalan wudhu, isi
blanko surat nikah, habis itu baca-baca baru doposambu itu pengantinnya.
Di suap juga sama orang tua dulu”. ( WD.Raona, wawancara 3 Agustus
2018).
Dimana ungkapan diatas senada dengan apa yang disampaikan oleh
berumah tangga nanti kepada pengantin oleh salah satu orang tua yang pada saat
itu duduk adat juga. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan sebagai
berikut:
“iyah. Setelah itu ijab Kabul. Tapi sebelumnya ada dulu pengisian blangko
nikah pembacaan ayat-ayat suci Alquran, permintaan restu,permintaan
restu akan menikahkan,kursus kilat,pengucapansahadat,pengucapanijab
kabul, penjemputan, jadi setelah ijab Kabul, ini pengantin laki-laki dia
pergi jemput istrinya di ruang utama, kemudian pembatalan wudhu.
96
Setelah itu dia bawa istrinya di ruangan adat laki-laki dan duduk
berdampingan. Setelah itu pembacaan sighat ta’liq, pembacaan
doa,nasehat perkawinan, penyerahan buku nikah, setelah itu istrahat, tokoh
adat dipersilahkan makan, pengantin juga makan, setelah itu ganti baju dan
siap-siap untuk tunggu tamu atau perjamuan”. ( Kadir, wawancara 15
Agustus 2018).
kawin ini lebih jelas dipaparkan lagi oleh informan Kadir wawancara 15 Juli 2018
sebagai berikut:
11) Basano dhoa bhe posambu (baca doa dan saling suap)
setelah ijab Kabul adalah Basano dhoa bhe posambu (baca doa dan saling suap).
Karena Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Muna bahwa setiap ada
pelaksanaan upacara adat, maka wajib ada yang namanya debasa atau baca-baca.
maka setelah semua tahapan dan prosesi adat selesai maka yang dilakukan
terakhir adalah basano dhoa bhe posambu. Semua yang ada didalam rumah duduk
97
dan suara mulai kurang karna mulai focus pada pak imam yang sedang membbaca
doa untuk perkawinan hari ini. tak lupa ada dulang atau haroa yang ditutup
dengan bosara didalam tersusun rapi makanan khas muna yang selalu wajib ada
dalam dulang pada saat baca-baca yaitu waje,cucur,pisang raja, ayam kampuang,
onde-onde dan makanan pelengkap lainnya. Hal ini juga disampaikan oleh
lain yaitu La Hamidu wawancara 20 Agustus 2018. Namun tidak sampai disitu,
beliau juga menjelaskan lebih jauh tentang haroa ini yaitu sebagai berikut:
Artinya: “begini, itu isinya dulang kecuali ada gulanya. Karna gula itu dia
manis. Bagus. Itu bikin cucur dia berarti darah merahnya. Itu waje dia
sebenarnya orang tua zaman dulu sebagai pelengkap. Itu dikasi duduk
pisang karna pangkatnya. Pangkatnya haroa. Karna dalam niat dan tujuan
supaya punya kedudukan, punya pangkat. Kan zaman dulu tidak
sembarang orang yang baca-baca ada pisangnya kecuali yang punya
pangkat karna pisang itu maksudnya jabatan. Jadi kecuali dia sudah punya
jabatan, baru pake pisang baca-baca haroanya. Kalau orang biasa, dia
simpan saja dipiring biasa. Tidak ada pisang. Tapi sekarang mau ada
pangkat atau tidak, tetap pake karena pisang itu bagus. Tidak bae juga
kalau baca-baca tidak ada pisangnya. Sekarang yang baca-baca hanya ikut-
ikut saja. Dia pergi baca-baca dirumahnya yang ada pangkatnya, apa yang
dia lihat, dia pulang baca-baca dirumahnya itu juga yang dia bikin. Sampe
seterusnya begitu sekarang. Padahal sebenarnya yang pake pisang itu
kecuali yang berpangkat”.
Dan lebih lanjut lagi La Hamidu menjelaskan tentang haroa
sebagai berikut:
pisang, dan harus pisang raja. Tidak bisa digantikan oleh pisang lain. Seperti yang
“iyah memang harus pake pisang raja. Jadi asal namanya mau baca-baca,
pasti itu yang dipake pisang raja. Mau acara hidup, atau acara mati itu
memang pasti dipake pisang raja. Cuman peletakannya beda, kalau acara
hidup pisangnya dikasi baring atau menengadah, sedangkan kalau acara
mati dikasi telungkup. Kalau penggunaan pisang raja karna dari namanya
dia pisang raja, juga rasanya manis. Makanya itu yang dipake”. (Wa Heto
wawancara 19 Agustus 2018).
Ungkapan senada juga disampaikan oleh informan lain yaitu La Hamidu
pembacaan haroa pada saat perkawinan atau upacara adat dimuna bukan tanpa
makna, tapi semua apa yang ada dalam haroa itu sendiri memiliki makna yang
baca-baca haroa pada saat pembacaan doa adalah cucur, waje, ngkea-ngkea,
srikaya, pisang goreng utuh satu buah pisang tanpa tepung, nasi satu piring ditutup
telur dadar diatasnya, dan pisang raja 1 sisir. Sedangkan yang lain hanya sebagai
pelengkap saja.
srikaya,dan pisang goring adalah karena ini merupakan makanan khas Muna dan
100
berbahan dasar gula, dimana gula itu manis dan bagus. Penggunaan nasi satu
piring dan ditutup oleh telur dadar, maknanya adalah butiran nasi adalah umat
manusia dan telur itu adalah Allah SWT, yang diletakan diatas karna dia yang
orang pada zaman dulu kecuali orang yang punya jabatan atau kedudukan atau
disebut dengan sandi. Sesuai dengan pisang yang dipake yaitu pisang raja. Namun
sekarang semua orang sudah menggunakan karena apa yang dilihat dari oarng tua
mereka itulah yang dilakukan sampai saat ini tanpa mengetahui arti dan
maknanya.
menjabatangani semua yang hadir dan duduk dalam ruangan itu. Setelah itu saling
suap atau doposambu, jadi pengantin akan disuap oleh beberapa orang tua yang
sebelumnya diniatkan dulu sebelum makanan itu disuapkan, setelah itu sang
101
pengantin saling suap, dan acara selesai.Hal ini seperti yang disampaikan oleh
informan berikut:
“iyah, diniatkan dulu. tidak bisa dimakan biasa itu. Karena ada niatnya
itu dari orang tua. neatino somokesahano. Sio-siomo dako umuru, dako
radhaki, datumuru, ghuluhano bari-barihae anggano dowolo doneatiane.
Nasukses anggano welo rumah tanggano, dako rahasia, pokono
dopadae”.
Artinya: “iyah, diniatkan dulu. tidak bisa dimakan biasa itu. Karena ada
niatnya itu dari orang tua. Niatnya yang baik-baik, semoga perkawinannya
mereka umur panjang, berrezeki, bae-bae tanpa masalah, artinya semua
yang bae-bae diniatkan. Akan sukses rumah tangganya, rahasianya terjaga,
pokonya semuanya”. (La Hamidu, wawancara 20 Juli 2018).
Kemudian informan lain menjelaskan tentang posambu ini yaitu tentang
“baku suap disitu maksudnya diliatmi cintanya pasangan suami istri yang
menikah, kemudian yang suap juga dari orang-orang tua terdekat dari
mereka, di doakan juga yang bagus-bagus supaya jadi keluarga yang
bahagia, sakina mawadah warahmah”. (LD.Fara wawancara 2 Agustus
2018).
Ungkapan informan diatas menjelaskan bahwa arti dari posambu ini
adalah sebagai tanda cinta dan kasih sayang antara pengantin laki-laki dan
perempuan. Selain itu juga untuk meniatkan yang baik-baik pada rumah tangga
yang akan mereka jalani kelak. Hal ini diniatkan pada makanan yang disuapkan
oleh orang tua yang dipercayakan untuk menyuap pengantin. Dimana hal ini juga
disampaikan oleh informan lain yaitu WD.Raona wawancara 3 Agustus 2018 dan
12) Perjamuan
dari pengantin. Proses ini bukan merupakan tahapan adat, hanya sebagai
pelengkap dalam kemeriahan dan rasa sukur atas terjadinya perkawinan ini juga
untuk menjalin silaturahim antara keluarga. Jadi setelah tahapan bhasano dhoa
bhe posambu selesai, maka pengantin akan makan terlebih dahulu, dan mengganti
pakayan yang disediakan oleh salon. Perjamuan ini berlangsung hingga sore hari
biasanya pukul 5 sore atau sebelum jam 6 sore. Kemudian selanjutnya akan
Hal ini berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 22 Juli 2018, juga
laki yang diantar oleh beberapa took adat. Tahapan ini dilaksanakan pada saat sore
hari ketika perjamuan selesai. Hal ini seperti yang disampaikan oleh informan
berikut:
“kalo kafelesao itu tahapan adat yang dilakukan pada saat setelah
permikahan atau perjamuan. Jadi kalo sudah selesaimi mereka tunggu
tamu, di antarmi ini pengantin dirumahnya pengantin laki-laki. Di antar
sama 2 pasang, yaitu dari golongan kaomu dan walaka”. (WD.Raona
wawancara 3 Agustus 2018).
Kemudian pendapat yang hampir sama tentang kafelesao ini disampaikan
“kafelesao itu ini pasangan pengantin, di antar sama tokoh adat untuk
pergi dirumahnya pengantin laki-laki. Di antar sama 2 pasang tokoh adat
yang terdiri dari walaka dan kaomu. Kenapa harus walaka dan kaomu?
Karena walaka dan kaomu ini harus sama-sama, orang muna menyebut
dengan menuakan dan menganakan ( kaomu menganggap walaka anak,
walaka menggap kaomu orang tua). Mereka ini harus saling memberii
masukan” (LD.Fara wawancara 2 Agustus 2018).
Pada saat kafelesao, pengantin perempuan di cuci kakinya dan dipakekan
sarung oleh keluarga pengantin laki-laki, hal ini bermakud bahwa cuci kaki untuk
mensucikan dan pake sarung sebagai symbol dia buka seorang anak gadis tapi
sudah menjadi orang tua dan istri orang. Setelah itu duduk baca-baca haroa
bersama keluarga besar dari keluarga laki-laki. Hal ini dipaparkan oleh informan
berikut ini:
itu identik dengan sarung muna. Atau namanya kabantapi. Dia dua lembar
sarungnya. Satu untuk dalaman satu untuk diluar”. (WD.Raona wawancara
3 Agustus 2018).
Ungkapan yang sama disampaikan oleh infoman lain yaitu LD.Fara
Kemudian penjelasan lebih lanjut disampaikan lagi oleh informan lain tentang
kafelesao ini terkait pelaksanaan kafelesao ini yaitu pengantin di antar kerumah
pengantin laki-laki, dan diantar oleh tokoh adat dan bukan oleh orang tua
kerumahnya perempuan)
perkawinan oleh etnik Muna. Kafosulino katulu adalah proses dimana pengantin
konon katanya hal ini bertujuan untuk mempertemukan kembali jejak kaki kedua
pengan tin jalanan agar seimbang kiri kanan, dan menghindar hal-hal buruk.
Karena terbukti pada zaman dulu, ada pengantin yang tidak melangsungkan
tahapan Kafosulino katulu ini dan pengantin mendapat penyakit gatal-gatal dikulit
dan menurut informan hal ini karena memang pada saat itu masih sangat diyakini.
Beda dengan saat ini, kalaupun tidak dilaksanakan mungkin tidak akan dikenai
penyakit namun karena merupakan tradisi bagi orang Muna, makanya harus tetap
dilakukan. Hal ini seperti apa yang disampaikan oleh iinforman berikut:
Muna
Polambu bagi masyarakat muna adalah tradisi atau budaya yang tetap
tahapan yang ada dalam polambu ini menjadi cirri khas bagi orang Muna ketika
melangsungkan perkawinan dan dilangsungkan samapi hari ini adalah bentuk rasa
penghormatan orang Muna kepada nenek moyang. Hal ini seperti apa yang
“iyah, jadi tahapan-tahapan tadi itu kan proses sebelum menikah yang
harus dilakukan oleh masyarakat muna, yang sudah menjadi kesepakatan
nenek moyang kita dimuna ini yang dituangkan dalam peraturan adat.
Dimana kalau kita tidak lakukan maka sama halnya kita tidak menghargai
tradisi yang sudah ada didaerah kita. Selain itu, langkah-lamgkah dalam
adat perkawinan tadi itu kan cirri khasnya kita sebagai orang muna.
Dimana tahapan-tahapan ini tidak ada disuku lain, tidak ada diaerah lain,
makanya harus dilestarikan.Supaya sampe sama anak cucunya kita itu.
jelas…Memang harus dilestarikan ini.karna inikan memang sudah menjadi
kebiasaan orang tua kita dulu dimuna ini yang pasti harapannya supaya
bisa sampe sama ana cucunya. Kita-kitami ini harus ini yang harus
berperan untuk melestarikan”. (Kadir, wawancara 15 Agustus 2018).
Ungkapan informan diatas juga sama dengan apa yang disampaikan oleh
informan lain yaitu La Ane wawancara 29 Agustus 2018. Kemudian lebih lanjut
“iyah begitu, jadi kan dalam tahapan-tahapan polambu tadi tetap ada nilai-
nilai didalamnya. ada pendidikan karakter.Orang muna juga lakukan itu
kan juga ada maksudnya, jadi bukan tanpa alasan. Makanya anak didik
diajarkan supaya paham, dan mengerti terutama mereka yang hendak akan
menikah”.
Dari ungkapan di atas menjelaskan bahwa tahapan-tahapan adat
perkawinan ini dilakukan bukan tanpa maksud dan tujuan karena sesungguhnya
pendidikan karakter. Dan makanya di ajarkan disekolah. Hal ini didukung oleh
“iyah kan itu budaya muna, adat istiadat muna, jadi ana-ana di ajarkan,
sejalan dengan kurikulum baru. Untuk diajarkan budaya lokal. Jadi itu
ana-ana setiap semester ganjil, di ajarkan pertamanan. Kalau genap,
tentang kebudayaanmi itu. Mulai dari sunat, katoba, karia, sampe itu
perkawinan. itukan ada yang pendidikan karakter melalui budaya lokal,
makanya kami masukan pendidikan karakter melalui budaya-budaya muna
tadi itu.Itu kan semua pasti ada makna dan tujuannya. Kenapa dilakukan
ini dan itu pastti ada maksudnya, ada nilainya didalam”. (Muhidin,
wawancara 15 Agustus 2018).
Ungkapan di atas juga sama seperti apa yang disampaikan oleh informan
dimasukanlah polambu atau adat perkawinan ini dalam bahan ajar dan diajarkan
pada siswa semester genap kelas XII. Hal ini seperti yang diuangkapkan oleh
“iyah sudah diajarkan ini polambu, itu ada dikelas 12 semester genap.
Kenapa di ajarkan dikelas XII, karna mereka inikan calon-calon yang akan
menikah, usianya sudah cukup dewasa untuk dikasi pemahaman, dikasi
bekal istilahnya supaya mereka bisa mengerti bagaimana tahapan-tahapan
adat perkawinan. Kemudian untuk mendidik karakter melalui nilai-nilai
yang terkandung dalam tahapan-tahapan polambu tadi”. (Kadir,
wawancara 15 Agustus 2018).
Hal ini didukung juga dengan hasil wawancara dengan informan yang
“oh iyah, kita di SMA 1 RAHA itu di ajarkan pas kelas 12 semester genap
yang dekat ujian, dan itu di jadikan ujian praktek. itu prosesnya kita
lakukan semua seperti yang orang muna lakukan pada saat mau nikah. ada
yang jadi pengantin, ada yang duduk adat, ada tokoh adat dari pihak laki-
110
laki, ada tokoh adat dari pihak perempuan. Kostum yang kita pake
juga,sesuai. Jadi pas praktek kita pake baju adat muna yang bertugas
duduk adat, pake sarung muna juga. Kalau orang tua pengantin pake jas
dan kebaya, kalau pengantar pake kebaya juga. kita dibagi dalam
kelompok. Tapi satu kelompok satu kelas. Karna jumlah siswa tidak
banyak kalau satu kelas mau dibagi dalam beberapa kelompok. Satu kelas
satu pengantin. Jadi dalam satu kelas itu dapat peran semua. Satu kelas itu
satu paket. Ada yang jadi orang tua laki-laki dan orang tua perempuan.
Ada yang jadi tokoh adat laki-laki dan perempuan, ada yang mengantar
dari pihak laki-laki dan yang menunggu di rumah perempuan”. (Ferni,
wawancara 3 September 2018).
Hal ini didukung dengan gambar dokumentasi padaa saat informan
Pendapat yang hampir sama juga disampaikan oleh informan lain yaitu
sebagai berikut:
“oh iyah, di ajarkan pas kelas 12 semester genap, pas mau tamatmi dekat
ujian praktek. Ini kita pake untuk ujian prakteknya kita. Jadi kita di ajarkan
semua adat istiadat muna. Mulai dari yang datang melamar, tapi sebelum
melamar ada dulu dua orang tua yang datang di kediamannya perempuan.
Kamudian pelamaran, dan duduk adat. Itu kita di suru pake baju adat yang
jadi orang tua atau tokoh adat, pake sarung muna. karna dalam prakteknya
kita, dibagi-bagi ada yang jadi tokoh adat, ada yang jadi pengantin, ada
yang jadi orang tua pihak laki-laki dan yang jadi orang tua pihak
111
polambu didalamnya memang diajarkan disekolah pada kelas XII dengan tujuan
didalamnya, dan ini berdasarkan kurikulim dan aturan pendidikan. Sebagai mana
Pengertian polambu adalah berumah tangga. Jadi polambu terdiri dari kata
po yaitu imbuhan yang berarti ber dalam bahasa Indonesia dan lambu yaitu
rumah. Jadi jika digambungkan menjadi polambu berarti menjadi berumah tangga.
adat yang terdiri dari proses perkawinan angka mata atau kawin pinang,
pofeleigho atau kawin lari, dan ghombuni atau kawin paksa yang dilakukan
dengan musyawarah oleh kedua bela pihak yaitu keluarga dari pihak laki-laki dan
pihak perempuan dan menggunakan bahasa adat Muna yang sopan dan santun
untuk mencegah adanya ketersinggungan bahasa atau salah paham antara kedua
bela pihak.
dengan penentuan uang adat sebagai mahar, dan tahapan-tahapan adat yang tidak
113
1. Ta’aruf
bercerita tentang prinsip hidup masing-masing, saling bertukar biodata, dan semua
tentang diri masing-masing dengan tujuan perkenalan antara kedua belah pihak.
Dimana dalam proses ini juga terdapat beberapa kaidah yang harus dipatuhi
seperti saling menghormati dan menghargai tentag apa yang disampaikan oleh
lawan bicara, mengikuti aaturan pergaulan dalam ajaran Islam, tidak berkhalwat
tahapan perkawinan adat Muna maka sama dengan tahapan perkenalan oleh etnik
laki-laki dan perempuan untuk saling menegtahui difat, prilaku, dan karakter sau
samalain sebelum menjadi pasangan suami istri yang diawasi penuh oleh orang
tua. Hanya saja nilai-nilai dalam dekamata ini mulai terkikis dengan adanya
Muna saat ini sudah jarang yang melakukan dekamata dan melakukan pacaran.
2. Khitbah
Dalam tahapan ini kedua belah pihak sudah membuat kesepakatan untuk
menentukan hari dan tanggal perkawinan. Pada proses khitbah sendiri memiliki
aturan, yaitu dilakukan oleh pria peminang kepada orang tua atau ayah dari gadis
yang akan dipinang. Dan supaya tidak terlalu lama untuk melakukan ijab kabul
atau perkawinan.
Muna maka sama halnya dengan proses defenagho tungguno karete. Dimana
proses tahapan defenango tungguno karete juga dilakukan setelah tahap dekamata
yang pada ajaran islam disebut ta’aruf. Pada etnik Muna defenagho tungguno
karete adalah proses pelamaran sang gadis yang disukai, yang dikenal lewat tahap
dekamata tadi. Pada tahapan ini juga belum melangsungkan perkawinan masi
sebatas menentukan hari dan tanggal perkawinan. Yang membedakan adalah pada
tahapan defenagho tungguno karete oleh etnik Muna juga dirangkaikan dengan
penentuang uang adat karena etnik Muna memiliki ketetapan uang adat
3. Akad Nikah
resmi dimata agama dan hukum untuk melamar dan memperistri gadis yang
dipinang. Atau bisa dikatakan bahwa pasangan ini sudah sah dan halal untuk
menjadi sepasang suami istri. Dan pada saat melakukan akad nikah laki-laki
peminang wajib memberii mahar kepada gadis yang dipinang. Sebagaimana yang
maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan
penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari
maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu
Akad nikah pada tahapan perkawinan adat oleh etnik Muna juga dilakukan
setelah proses pelamaran atau disebut khitbah dalam perkawinan secara islam atau
secara umum. Akad nikah juga menjadi syarat untuk menjadikan laki-laki
peminang dan gadis terpinang sah menjadi suami istri dimata hukum dan agama.
4. Walimah
Walimah adalah acara resepsi atau perjamuan. Dimana tahapan ini proses
dimana kedua belah pihak mengundang kerabat, sanak saudara, dan tetangga
juga dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan perayaan atas perkawinan yang
tahapan adat sebelum ijab Kabul dilakukan. Banyak kewajiban yang harus
dibayarkan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan sebagai mana yang
tahapan adat ini ada yang dilakukan sebelum hari H perkawinan dan pada saat hari
pelamaran, dan penentuan uang adat, sedangkan pada hari H perkawinan adalah
116
tahapan untuk menyerahkan uang adat, ijab Kabul, perjamuan, dan tahapan
a. Dekamata (melihat/menilai)
pada proses pencarian pasangan. Sesuai dengan artinya dekamata yaitu melihat.
Melihat disini dalam artian menilai atau mencari tau karakter calon pasangan atau
seorang gadis. Pada zaman dulu, masyarakat Muna mengadakan proses dekamata
ini dengan sengaja untuk mengumpulkan muda-mudi dalam sebuah acara seperti
musim menana, musim panen, kupas ubi, atau baca-baca nisif. Dimana acara ini
tua, dengan niat orang tua untuk mendapatkan calon terbaik untuk anaknya.
Dekamata ini dilakukan untuk melihat perempuan yang disukai terkait wataknya,
kala orang tua pada masyarakat Muna sering memilihkan jodoh untuk anaknya,
Pada hakekatnya pemilihan jodoh ini, orang tua bercita-cita agar anaknya dapat
kawin dengan seorang yang cocok dan disenanginya. Oleh karena itu, sebelum
orang tua mengambil keputusan terhadap jodoh anaknya, terlebih dahulu mereka
mengadakan penilaian kepada perempuan yang akan dilamar. Penilaian ini tidak
hanya dilakukan oleh orang tua, tetapi peranan kaum kerabat sangat menentukan
117
Ini juga sesuai dengan ajaran agama islam, bahwa pada saat seorang laki-
laki mencari pasangan dan mencari seorang istri maka nikahilah dia dengan 4
akan pudar dihari tua, harta akan habis, dan keturunan tiada artinya jika akhlaknya
buruk. Maka nikahilah seorang gadis karna akhlaknya dan sikapnya yang baik,
karena itu akan menajdi harta untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat.
Namun sangat disayangkan karena tahapan ini mulai pudar seiring dengan
perkebangan zaman dan efek dari modernisasi dan kemajuan teknologi. Dimana
anak muda pada etnik Muna sudah jarang melakukan proses dekamata dalam
mencari pasangan dan mulai melakukan pacaran dan berkomunikasi lewat telepon
genggam atau handphone yang sudah lepas dari pengawasan orang tua. Dimana
hal ini sudah menyimpang dari ajaran masyarakat Muna sendiri dan ajaran agama
Tahapan Defoepe/ de owa too (membawa janji) ini adalah tindak lanjut
dari dekamata, Dimana apabila sang laki-laki menemukan seorang gadis yang ia
sukai, maka selanjutnya akan dilakukan tahapan Defoepe/ de owa too ini untuk
menuju ketahapan yang lebih serius. Tahapan ini dilakukan oleh 2 orang yang
terdiri dari kaomu dan walaka untuk membawa janji atau menyampaikan kabar
bahwa beberapa hari kedepan atau biasanya 4 hari yang akan datang dari hari ini
pada saat Defoepe/ de owa too, akan datang rombongan adat dari pihak laki-laki
118
yang mengutus orang tua untuk defoepe ini. sebagaimana yang disampaikan oleh
La Muhammad Ramadhan (2018), bahwa Pada proses deowa to ini, utusan adat
calon mempelai perempuan menyampaikan bahwa akan ada utusan adat yang
akan berkunjung untuk tujuan kafeenano tungguno karete. Dalam proses ini pula
disampaikan jadwal waktu berkunjung dari utusan adat calon mempelai laki-laki.
Hal ini menunjukan bahwa pada zaman dulu masyarakat Muna masi
menjunjung yang namanya saling menghargai dan ada rasa malu. Dapat tercermin
pada tahap defoepe ini ketika laki-laki ada hati kepada seorang perempuan, maka
ia akan mengutus orang tua untuk menemui orang tua sang gadis untuk
melakukan musyawarah terkait sang gadis, dan perasaannya kepada sang gadis,
tidak seperti saat ini anak-anak muda kalau sudah saling suka, hanya melakukan
hubungan antara keduanya melalui proses pacaran tanpa pantauan dari orang tua.
Kemudian rasa saling menghargai juga tercermin pada defoepe ini yaitu membuat
janji dan meminta kesedian terlebih dahulu kepada orang tua perempuan sebelum
orang tua dari pihak laki-laki kerumah perempuan. Tidak serta merta langsung
penunggu halaman. Maksudnya adalah apakah sang gadis sudah ada yang jaga
atau belum. Sebagai mana yang diungkapkan oleh La Ode Muhammad Ramadhan
(2018) yang mengatakan bahwa Proses defenagho tungguno karete ini merupakan
rangkaian proses adat perkawinan orang Muna yang mempertanyakan ikhwal ada
119
atau tidaknya pihak lain yang telah melamar calon mempelai perempuan. Dalam
proses ini, utusan adat dari pihak calon mempelai laki-laki bersama utusan adat
atau pihak keluarga atau orang tua dari calon mempelai perempuan
mempertanyakan ke anak gadis yang dilamar, apakah ada atau tidak pihak lain
Dalam proses menanyakan apakah sang gadis sudah ada yang jaga atau
belum, sang gadis di simbolkan dengan bunga yang ada dihalaman, makanya
tahap ini disebut defenagho tungguno karete atau menanyakan penjaga halaman.
Dalam tahapan ini digunakan kata bunga untuk menyimbolkan sang gadis, karena
perempuan itu pada umumnya memang identik dengan bunga yaitu indah,
wangi,dan kalem. Kemudian maksud lain dari penggunaan kata bunga ini adalah
sebagai kata khiasan untuk seorang perempuan agar dalam musyawarah ini tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan misalnya salah paham. Karna pada dasarnya
terdiri dari kaomu dan walaka, hal ini karena pada masyarakat Muna walaka dan
Walaka dianggap anak oleh kaomu dan kaomu dianggap orang tua oleh walaka.
musyawarah antara keluarga laki-laki dan perempuan serta sang gadis yang akan
menggunakan bahasa yang sopan dan santun kepada keluarga perempuan yang
akan dipinang ini lalu dalam prosesnya orang tua sang gadis yang akan dipinang
Lamaran ini akan diterima ketika sang gadis menerima dan mengiyakan
lamaran tersebut. Hal ini menganadung maksud bahwa dalam tahapan defenagho
tungguno karete mengandung nilai sopan santun yang terlihat pada saat pihak
menghargai pendapat kepada sang gadis yang akan dipinang, dimana lamaran
ada dari ridho orang tua, pilihan jodoh dari orang tua adalah jodoh terbaik, tetapi
alangkah lebih baiknya jodoh yang baik itu juga disetujui oleh anak. Karena yang
akan menjalani polambu atau rumah tangga kelak adalah sang anak bukan orang
tua.
pada hari yang sama dengan tahapan fenagho tungguno karete. Sebagai tindak
lanjut dari pelamaran dimana tahapan ini dilaksanakan setelah proses defenagho
tungguno karete selesai dan mendapat hasil musyawarah bahwa sang gadis
bersedia untuk dipinang atau dilamar oleh laki-laki yang mengutus keluarganya
pada saat itu. Dalam kegiatan ini, yang menjadi bahasan pokok dalam
Proses pelaksanaannya juga masi dilakukan oleh orang yang sama pada
saat proses defenagho tungguno karete. Hanya pada proses ini terjadi diskusi yang
lebih mendalam antara keluarga laki-laki dan perempuan. Dalam prosesnya terjadi
penelusuran silsilah keluarga untuk mengetahui golongan apa gadis yang dipinang
dan golongan apa laki-laki yang meminang sebagai acuan dasar dalam penentuan
uang adat yaitu kafeena ( mahar) kantaburi (penindis atau pengikut), paniwi
dan matano kenta (mata ikan). Karena masyarakat Muna mengenal stratifikasi
social yang terdiri dari 4 golongan yaitu kaomu, walaka, anangkolaki, dan
berawal pada masa pemerintahan Sugi Manuru (1479-1538 M), terjadi perubahan
Walaka tidak berhak menjadi Raja. Selain kedua golongan yang disebutkan, Sugi
Manuru juga memiliki putra dari selirnya yang berasal dari tawanan putranya La
Kila Ponto yang berasal dari banggai saat menumpas pasukan La Bolontio ke
Banggai Sulawesi Tengah. Perkawinan dari selirnya ini terdirinya 7 (tujuh) orang
122
adalah golongan ketiga dalam stratifikasi sosial yang dikenal oleh masyarakat
Muna, kemudian ada golongan lain yang disebut Maradika. Golongan Maradika
ini adalah bukan keturunan Bheteno ne Tombula dan bukan pula keturunan dari
Mieno Wamelai atau kerajaan Muna. Kemungkinan mereka inilah keturunan dari
prajurit dari kerajaan. Jadi pada masa pemerintahan Sugi Manuru masyarakat
penamaan La Ode
misalnya Moji dan bisa menjadi pemimpin kampung dalam golongan yang
menyebutkan bahwa pada saat itu Kerajaan Muna mendapat pengaruh kebudayaan
Hindu dimana dalam agama Hindu juga dikenal 4 (empat) kasta yakni, Kasta
123
Brahmana, Kasta Ksatria, Kasta Waisya dan Kasta Sudra. Karena penentuan boka
Muna pada uang perkawinan adat di sebabkan karena sebagai simbol dan
berdsarakan jumlah pemerintah daerah. Karena pada zaman dulu ketika kerajaan
Muna masi berdiri, sebahagian kehidupan kerajaan bersumber dari uang atau
jabatan Kino (Kepala kampung) dari empat ghoera (wilayah) yang masing-masing
wilayah ada lima Kino yang dijabat oleh golongan kaomu. Kemudian Golongan
walaka dengan mas kawin 10 bhoka 10 suku yang menyimbolkan 10 jabatan yang
dijabat oleh golongan walaka. Jabatan tersebut adalah dua orang hatibi (habib),
yakni hatibino Tongkuno dan Lawa, empat orang modhi kamokula (imam orang
Tua), yakni modhi kamokulano Tongkuno, Lawa, Kabawo dan Katobu dan
empat modhi anahi (imam muda), yakni modhi anahi Tongkuno, Lawa, Kabawo,
dan Katobu. Tapi saat ini yang berlaku dan banyak digunakan untuk golongan
menyimbolkan tujuh dari jumlah bersaudara dari keturunan Sugi Manuru dengan
istri selirnya yang bernama Wa Sarone, yaitu nama anak-anaknya adalah La Pana
dan selanjutnya La Kakolo sebagai Kino Lohia dan Wa Sidakari yang menjabat
merupakan simbol dari tiga jabatan yang dijabat golongan maradika yaitu sebagai
jabatan Kapitalao yaitu, dimana terdiri dari dua kapitalau yaitu Kapitalao
Adapun system yang berlaku sampai saat ini tentang stratifikasi social
pada masyarakat Muna yaitu apabila bapaknya adalah seorang kaomu atau
ditandai dengan nama yang diawali dengan La Ode, maka anaknya baik laki-laki
perempuan dan berarti anak ini berstatus kaomu dalam masyarakat Muna. Tetapi
apabila bapaknya adalah walaka dan ibunya adalah seorang kaomu atau ditandai
dengan namanya yang diawali dengan Wa Ode, maka anaknya boleh menyandang
Wa Ode untuk anak perempuan dan La Ode untuk anak laki-laki tetapi tidak akan
terhitung sebagai kaomu pada saat penetapan uang mahar perkawinan, karena
penetapan uang mahar di Kab.Muna saat ini nilai 1 boka Muna adalah Rp.
120.000. hal ini berlaku sejak tahun 2016 hingga 2021 berdasarkan kesepakatan
Makanya jumlahnya akan terus diperbarui, karena harga dipasar juga semakin
tahun semakin naik. Adapun penentuan uang adat jika melalui proses perkawinan
125
angka mata atau kawin pinang, maka sebagai berikut penentuan uang mahar dan
uang adatnya:
adat yaitu kafeena, kantaburi, paniwi, adat besar, lolino ghawi, kaokanuha,
kafoatoha, dan matano kenta. Namun pada penjelasan di atas tidak disebutkan
informan dan studi dokumen bahwa jumlah matano kenta adalah 10% dari uang
kaomu, walaka, anangkolaki, dan maradika. Tapi pada penentuan adat yang
hasil wawancara, anangkolaki dan maradika itu penentuan adatnya sama saja. Dan
129
adalah bukan golongan yang ada pada masyarakat Muna, Rampe ini adalah orang
asing, maksudnya adalah orang yang bukan suku Muna dan menikahi wanita asli
suku Muna atau biasa disebut dengan fetegho Rumampe. Sebagaimana yang
antara orang asing dengan wanita Suku Muna. Orang asing yang dimaksud adalah
suku-suku lain di Indonesia atau negara asing, kecuali Suku Buton. Untuk Suku
Buton tidak disebut orang asing karena sistem adatnya sama dengan sistem adat
Suku Muna. Dalam fetegho rumampe ini juga terdapat ketentuan adat,
rumampe meliputi :
1. Jika orang asing menikahi wanita Suku Muna dari golongan Kaomu, maka
nilai adatnya adalah 110 boka Muna. Dan keturunan dari pasangan ini
2. Jika orang asing menikahi wanita Suku Muna dari golongan Walaka/Sara,
maka nilai adatnya adalah 80 boka Muna. Dan keturunan dari pasangan ini
3. Jika orang asing menikahi wanita Suku Muna dari golongan Fitu
boka Muna. Dan keturunan dari pasangan ini nantinya termasuk golongan
Fitu Bengkauno.
130
Muna asli yang menikahi gadis Muna, dimana kalau laki-laki asli Muna
bergolongan walaka dan menikahi wanita asli Muna dan bergolongan kaomu,
anaknya tidak akan serta merta menyandang golongan kaomu juga. Hal ini yang
menyebabkan kenapa uang adat yang dibayarka oleh orang asing jika menikahi
wanita Muna lebih mahal dari pada laki-laki asli Muna yang menikahi wanita asli
suku Muna. Selain itu, alasan kenapa orang asing uang adatnya lebih mahal
tidak hilang. Karena pada zaman dulu, penentuan uang adat perkawinan oleh
masyarakat Muna sangat kental. Dimana kalau golongan lain seperti turunan
walaka berkeluarga atau meminang dari golongan kaomu sebanyak 3 kali maka
secara otomatis generasi selanjutnya juga akan menyandang gelar kaomu. Seperti
yang dijelaskan oleh La Ode Abdul muksin dalam La Ode Muhammad Ramadhan
(2017), dimana beliau mengatakan disisi lain, laki-laki dari suku Muna asli yang
bukan golongan Kaomu, jika menikahi wanita golongan Kaomu, keturunan dari
pasangan ini tidak serta merta langsung termasuk golongan Kaomu, namun ada
ketiga, keempat, dan kelima menikah dengan wanita dari golongan Kaomu
Dan alasan mengapa status golongan pada masyarakat Muna sangat kental
dan dipertahankan, alasannya karena pada zaman dulu orang yang memiliki gelar
dan jabatan tinggi tidak mau menyamakan dirinya dengan golongan rendah.
Sehingga pada zaman dulu banyak orang tua yang memiliki anak perempuan
Secara singkat, penetapan uang mahar pada perkawinan adat Muna yang
berpedoman pada stratifikasi sosial merupakan simbolik dari jumlah sara-sara atau
pemerintahan pada saat itu yaitu pada masa kerajaan Muna masi berdiri, untuk
Jika kita mengkaji dari sudut pandang budaya, maka penetapan uang
mahar pada etnik Muna yang berpedoman pada ketentuan adat Muna dan
stratifiksi yang ada dalam Etnik Muna, maka ini masih singkron dengan
kehidupan sekarang dan sah-sah saja karena ini merupkan salah satu bentuk
kesepakatan dan ketentuan adat yang sudah pasti bukan tanpa maksud dan tujuan.
132
Dan pada faktanya sampai hari ini, hal ini masi diberlakukan oleh masyarakat
Muna, jadi artinya hal ini masih wajar dan mampu untuk dijalankan.
selanjutnya. Dimana ini sejalan dengan teori kedudukan sosial yang menjelaskan
tentang status sosial, yaitu ascribed status, dimana status ini merupakan tipe status
yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan,
suku, usia, dll. Dimana golongan kaomu yang didapat dari orang tuanya akan
ketentuannya.
Namun, jika dilihat dari sudut pandang lain, maka terdapat nilai ketidak
adilan bagi golongan-golongan yang ada dalam stratifikasi sosial yang ada pada
etnik Muna. Dimana bagi golongan kaomu berlaku uang adat besarnya 20 boka
Muna, bagi golongan walaka 15 boka Muna, anangkolaki 7 boka Muna, dan
golongan maradika hanya di hargai dengan uang adat sejumlah 3 boka Muna.
Dimana ini berlaku pada zaman kerajaan dizaman dulu, dan jika diberlakukan saat
ini rasanya kurang pas, karena pada hakikatnya manusia diciptakan sama dari
Semuanya harus melalui usaha dan kerja keras untuk mendapat kedudukan
golongan paling rendah dengan uang adat besar yaitu 3 boka Muna, lebih baik
dari pada golongan kaomu yang jumlah adat besarnya adalah 20 boka Muna. Bisa
133
jadi wanita dari golongan maradika ini lebih berkualitas dari segi akhlak dan
Kemudian jika kita lihat dari sisi kebutuhan ekonomi, gadis dari golongan
paling atas atau kaomu dan golongan dibawahnya yaitu walaka, anangkolaki dan
status yang disandang dari ayahnya. Dimana 20 boka bagi kaomu yaitu senilai
Rp. 2.400.000, 15 boka Muna untuk walaka yaitu senilai Rp.1.800.000, kemudian
7 boka untuk anangkolaki seniali Rp.840.000, dan 3 boka untuk maradika senilai
Rp.360.000. nilai Rp. 2.400.000 dengan Rp. 360.000 sangat jauh, dan disini
terkesan tidak adail bagi gadis dari golongan maradika. Jika melihat dari segi
jumlah, uang Rp. 360.000 bagi gadis dari golongan maradika, dia hanya di hargai
dengan jumlah seperti itu, pertanyaannya adalah bagaimana jika ia lebih baik
pendidikannya, yang mampu memberii keturunan yang soleh dan soleha yang
dihargai mahal, tidak hanya terpaku pada golongan yang diperoleh sejak lahir.
Karena status dan golongan yang sebetulnya adalah status yang dicapai melalui
usaha dan kerja keras. Hal ini seperti teori status sosial yang menjelaskan bahwa
status sosial yang didapat seseorang itu merupakan dari kerja keras dan usaha
pekerjaan, dll. Yang disebut dengan Achieved status. Yaitu status yang diperoleh
yang juga dilakukan pada hari yang sama pada saat fenagho tungguno karete dan
Nefumano ifi adalah uang yang diserahkan oleh pihak laki-laki kepada pihak
biaya dekor, dan bahan makanan yang dihidangkan pada saat perjamuan makanya
disebut nefumano ifi atau yang dimakan api. Karna uangnya dipakai untuk
berdasarkan janji yang dibuat oleh pihak laki-laki pada hari ditentukannya jumlah
kafumano ifi, biasanya paling tinggi 5 hari setelah musyawarah ini, yang pastinya
Pelaksanaan tahap defoampe nefumano ifi dilakukan oleh tokoh adat yang
dari jumlah nefumano ifi ini adalah berdasarkan kata sepakat dari kedua belah
pihak yaitu pihak perempuan dan pihak laki-laki, yang diawali dengan pihak
dan sekata mengenai jumlah dari nefumano ifi ini. sebagaimana yang disampaikan
saat perta perkawinan berlangsung sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Dalam
hal ini adalah defoampe nefumano ifi. Dalam tahapan ini mengandung nilai
tanggung jawab dari pihak laki-laki kepada perempuan, dimana ketika sang laki-
laki yang akan meminang ada maksud dan berniat seorang perempuan yaitu gadis
proses fenagho tungguno karete selesai dan sudah mendapat kata sepakat
mengenai jumlah uang adat pada saat katandugho dan kata sepakat mengenai
jumlah kafumani ifi, maka selanjutnya adalah penentuan hari H perkawinan yang
harus dihitung terlebih dahulu untuk mendapatkan hari bae dan menghindari hari
Naas dengan tujuan untuk menghindari hal-hal buruk yang akan terjadi pada
Hari bae ini dihitung oleh pande kutika atau yang pandai menghitung hari
bae yang diyakini oleh orang Muna. Ada beberapa cara untuk menentukan waktu
dan hari bae yang dilakukan oleh orang Muna, yaitu berdasarkan kutika yang
tujuh, kutika masuara, dan menunjuk pada nama-nama nabi. Namun berdasarkan
dari ungkapan informan, yang sering digunakan untuk menghitung hari bae
J.Couvreur dalam tulisannya bahasa belanda pada tahun 1935 yang kemudian
136
diterjemahkan oleh Dr. Rene van den Berg dan diterbitkan dengan buku yang
berjudul Sejarah Dan Kebudayaan Muna dari judul aslinya yaitu Ethnografisch
dimulai dari telapak tangan dengan angka 1 dan seterusnya menggunakan jari-jari
tangan. Bisa mulai dari jari jempol maupun jari kelingking. Apabila mulai dari
Jadi telapak tangan adalah hari pertama dari bulan muda, jempol hari
kedua, jari telunjuk hari ketiga, jari tengah hari keempat. Dan hari pertama bulan
muda adalah hari baik untuk melakukan perkawinan. Bila hitungan ini diteruskan
maka angka 7 akan jatuh lagi pada telapak tangan. Ini juga merupakan hari yang
baik. Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa semua hari yang kena hitungan pada
telapak tangan dan jari tengah, adalah hari baik untuk melaksanakan perkawinan.
Jadi, hari-hari itu adalah hari ke 1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 22, 25, dan 28 sesudah hari
Dengan ketentuan bahwa awal hari baik yang mau ditentukan tidak seperti
biasanya, yaitu jam 6 sore, tetapi jam 1 siang pada hari sebelumnya. Maksudnya
bahwa jika hari baik adalah hari keempat pada bulan muda, maka hari ini mulai
pada hari yang ketiga jam 1 siang dan bersangsung sampai hari keempat jam 1
siang. Dalam waktu 24 jam inilah akad perkawinan itu harus dilaksanakan.
diadakan pada hari-hari ini, maka sudah pasti perkawinan itu akan membawa
musibah. Dimana bulan-bulan yang kurang baik adalah Muharam, Safar, Rajab,
dan Zulkaidah. Bulan ramadhan atau bulan puasa adalah sebenarnya bulan baik
tetapi leluhur melarang untuk melakukan perkawinan dibulan ini. kemudian dalam
bulan Rabiulawal dan Jumadilakhhir harus dihitung posisi bulan dilangit. Dimana
apabila dalam bulan Rabiulawal bulan berada dibagian barat pada saat matahari
terbenam maka ini bukan saat yang baik. Apabila bulan berada pada posisi yang
bulan terbit dibagian barat, maka itu adalah posisi yang baik, sementara untuk
Hari H perkawinan adalah keadaan yang sangat ramai dari semua proses
yang ada karena hari inilah pengucapan ijab Kabul akan dilaksanakan serta
penyerahan uang adat juga diberikan semua pada hari ini tapi diberikan secara
oleh delegasi adat laki-laki dan perempuan dari kedua belah pihak. Delegasi adat
menggunakan pakayan adat muna dan sarung Muna. Terdiri dari golongan kaomu
dan walaka karena ketetapan yang dipercayai orang Muna bahwa kaomu dan
selalu sama-sama tidak boleh jalan sendiri, karena walaka akan meminta pendapat
kepada kaomu dan kaomu akan meminta masukan pada walaka. Dopowagho
Uang adat yang akan diserahkan yaitu kefeena atau mahar untuk gadis
terpinang yang dilengkapi dengan sebuah cincin emas sebagai pengikat, kemudian
gendongan), adhati balano (adat besar), dan matano kenta (mata ikan), dimana
adat.
sang gadis terpinang dilamar oleh seoarang lelaki yang diawali dengan pemberian
uang mahar dengab jumlah berdasarkan aturan adat Muna dan dilengkapi dengan
139
sebuah cincin emas atau disebut dengan kabentano pongke sebagai pengikat.
selanjutnya adalah keluarganya. Karena dalam rumah tangga tidak boleh hanya
ada kasiih sayang antara sepasang kekasih saja tapi harus ada kasih sayang untuk
keluarga kedua belah pihak, dimana jika diterima kantaburi ini maka menandakan
bahwa laki-laki terpinang juga sudah diterima oleh keluarga gadis terpinang.
Kemudian menyusul paniwi yaitu seserahan laki-laki untuk perempuan, yang pada
zaman dulu diberikan dalam bentuk kebutuhan pangan dan sekarang diganti
dengan uang yang sudah diatur jumlahnya dalam ketentuan adat Muna, ini
berarti ia mampu bertanggung jawab dan mencukupi kebutuhan dari sigadis ketika
Setelah itu kaokanuha atau yang memakaikan baju adat, disini maksudnya
adalah setelah anak atau sang gadis dipinang maka ia dipakaikan baju atau
terpinang dan dijadikan istri, maka digantilah gendongan ibu sang gadis terpinang
dalam artian kecapean sang ibu saat merawat gadis terpinang sejak kecil sampai
terbalas namun ini hanyalah symbol, dan setelah kalolino ghawi tahap selanjutnya
adalah adhati balano atau adat besar. Sesuai namanya adat besar, yaitu ini
diperuntukan untuk keluarga besar dan kerabat gadis terpinang, jadi sudah pada
ibunya maka selanjutnya adalah sama keluarga besarnya. Kemudian yang terakhir
ada matano kenta atau mata ikan yang diperuntukan untuk saksi adat. Ini
sudah selesai dan diterima oleh keluarga besar yang disimbolkan oleh diterimanya
adhati balano atau adat besar maka selanjutnya adalah pemberian penghargaan
kepada saksi adat atas waktu dan tenaga yang dia luangkan pada perkawinan ini.
Semua uang adat yang akan diserahkan berjumlah 8 tahapan, semua diisi
dalam amplop serta dituliskan sesuai nama. Jika amplop kafeena maka dituliskan
kafeena dan seterusnya dengan maksud pada penyerahan nanti aka diperiksa, jika
ditulis namanya maka jumlahnya juga akan ketahuan. Intinya penulisan nama ini
jumlah uang adat yang diisi dalam amplop. Amplopnya berjumlah 8 namun yang
diserahkan oleh delegasi adat laki-laki dari pihak keluarga laki-laki hanya
berjumlah 7 amplop, karena amplop kafeena akan disampaikan oleh delegasi adat
ibu-ibu dari pihak laki-laki kedalam ruang utama atau welo soongi sekaligus
pemakaian cincin atau kabentano pongke kepada pengantin perempuan oleh ibu
pinangan atau puro-puro yang dipegang oleh gadis-gadis cantik lengkap dengan
baju adat Munanya. Jadi delegasi adat laki-laki mengerjakan tugasnya diruangan
tugasnya di ruang delegasi adat ibu-ibu sampai pada tahapan terakhit penutup adat
yaitu kampanaha atau kapur sirih. Kemudian ijab Kabul dan pembacaan doa.
laki-laki kepada perempuan pada saat hari H perkawinan sebelum ijab Kabul. Jadi
dipersilahkan masuk kedalam rumah dimana didalam rumah sudah ditunggu oleh
tokoh adat yang sudah disiapkan dari pihak perempuan. Dalam duduk adat ini
laki-laki yaitu 2 orang bapak tokoh adat dari pihak laki-laki dan gadis pemegang
baki kafeena mengikut dibelakang tokoh adat tersebut. Pertama diawali dengan 2
tokoh adat dari pihak laki-laki maju kedepan dan saling mengucap salam dengan
tokoh adat dari pihak perempuan. Selanjutnya tokoh adat dari pihak laki-laki
meminta untuk baki kafeena yang dibawa oleh mereka untuk disaksikan dan
diperiksa bahwa betul kafeena yang mereka bawa ini adalah sebuah cincin emas
dan sebuah amplop yang berisikan mahar sesuai ketentuan adat yang telah
Setelah baki kafeena diperiksa oleh delegasi adat laki-laki dari pihak
pinangan lalu di antar keruangan kedua yaitu tempat duduknya delegasi adat ibu-
ibu yang terdiri dari pihak laki-laki dan perempuan. Sampai diruangan kedua
gadis pemegang pinangan akan mengikut lagi pada 2 orang ibu tokoh adat dari
pihak laki-laki untuk menghadap kepada tokoh adat ibu-ibu dari pihak perempuan.
Selanjutnya peristiwa yang sama diruang pertama yaitu tempat tokoh adat laki-
laki, yaitu baki kafeena minta disaksikan dan diperiksa oleh ibu-ibu adat dari
pihak perempuan sebelum baki kafeena ini dibawah kedalam ruang utama untuk
Setelah kafeena di periksa dan disaksikan oleh delegasi adat ibu-ibu dari
pihak perempuan, maka ibu adat dari pihak laki-laki meminta izin untuk
membawa kafeena ini keruang utama atau biasa disebut welo songi, dan minta di
antar oleh pihak perempuan atau desalo defeato. Maka pemegang pinangan
kafeena dan ibu adat dari pihak laki-laki di antar kedalam ruang utama yang
didalam duduk pengantin perempuan dan didampingi oleh tokoh adat perempuan
duduk di atas tempat tidur, dan delegasi adat dari pihak perempuan di dalam songi
ini ada yang duduk di bawah tempat tidur dan di atas tempat tidur. Maka ibu adat
dari pihak laki-laki akan meminta disaksikan terlebih dahulu kafeena ini kepada
Setelah itu pemegang pinangan kafeena dan ibu adat dari pihak laki-laki
naik ke atas tempat tidur dan duduk bersimpuh atau dopaseba berhadapan dengan
pengantin perempuan yang di dampingi juga oleh tokoh adat di samping kiri
143
kanannya. Yaitu seblah kanan adalah seorang kaomu dan seblah kiri adalah
walaka. Maka ibu adat dari pihak laki-laki bersalam dan meminta izin untuk
menyerahkan kafeena ini yaitu sebuah cincin emas atau disebut dengan kabentano
Dan setelah mendapat izin dari tokoh adat yang mendampingi pengantin
perempuan tersebut, maka tokoh adat dari pihak laki-laki meminta tangan sang
gadis untuk dimasukan cincin dijari manisnya sebagai tanda pengikat. Setelah
memasukan cincin, tokoh adat dari pihak laki-laki mengambil amplop yang ada
berjabatangan. Setelah itu, gadis pemegang pinangan atau baki kafeena dan ibu
adat dari pihak laki-laki berpamitan sambil berjabattangan dengan ibu-ibu adat
Mahar yang diserahkan oleh laki-laki adalah sejumlah uang yang di atur
oleh adat dan sebuah cincin emas yang disebut sebagai kabentano pongke jika di
artikan adalah pelubang telinga. Hal ini mengandung maksud bahwa kabentano
pongke atau pelubang telinga artinya adalah bahwa hari ini perdana atau pertama
kali sang gadis terpinang untuk mendengar ucapan perkawinan dan ucapan ijab
Kabul untuk dirinya sendiri. Dan di beri sebuah cincin emas sebagai symbol
pengikat dari laki-laki peminang. Bahwa mulai hari itu sang gadis terpinang sudah
harta, yang suatu saat bisa digunakan untuk mencukupi kehidupan rumah tangga
yang akan dibangun kelak. Yang pada intinya, ini merupakan bukti tanggung
144
jawab dari laki-laki peminang bahwa ia sudah mampu untuk menjaga dan
membahagiakan sang gadis terpinang secara lahir dan batin. Kemudian setelah
pemberian cincin, maka kafeena ini di lengkapi lagi dengan puro-puro yang
Puro-puro ini adalah kebutuhan sang gadis dari ujung kaki sampai ujung
kepala dalam kehidupan sehari-hari. Yaitu ada pakayan, sandal atau sepatu, alat
mandi, mekap, Al-Qur’an, dan alat solat, semua dikemas dan dijadikan menjadi
12 baki yang cantik dan tertutup rapat. Maksud yang terkandung dalam
pengemasan baki puro-puro ini dengan tertutup rapat adalah supaya masalah yang
terjadi dalam rumah tangganya kelak akan tertutup rapat-rapat dan tidak sampai
ketelinga orang lain. Cukup orang dalam rumah saja yang tau. Yaitu pasangan
maksud. Sebagai mana yang disampaikan oleh Erwin (2016 : 2) tentang makna
Cincin Pinangan
Benda adat cincin tersebut diatas mempunyai makna sebagai benda yang
dipakai pada jari yang terbuat dari emas atau sejenisnya sebagai ikatan keabadian
kedua calon mempelai dan merupakan wujud dasar fondasi adat perkawinan yang
Al-Quran
sebuah kitab suci yang menjadi pedoman hidup bagi yang memeluk agama islam
dan sebagai pedoman hidup mempelai wanita dalam mengarungi bahtera rumah
tangganya.
yang digunakan dalam beribadah atau shalat bagi kaum wanita dan sebagai
pemberian mempelai laki-laki agar senantiasa beribadah kepada Allah SWT yaitu
Sajadah
Benda adat sajadah tersebut mempunyai makna sebagai benda atau alat
yang sering digunakan untuk alas beribadah bagi umat islam dan seruan kepada
Baju Kebaya
sebagai benda atau alat untuk menutupi tubuh yang disebut dengan pakain dan
wanita.
Cermin
benda atau alat yang digunakan untuk berhias diri dan sebagai gambaran
146
kesungguhan hati mempelai pria untuk melamar si mempelai wanita. Dimana jika
wanita terpinang memakai cermin dan melihat wajah dan melihat dirinya, maka
Pisau
atau alat yang sering digunakan untuk memotong atau mengupas sesuatu yang
sesuai dengan fungsinya dan gambaran ketajaman hati mempelai pria dan bagi
laki-laki sebagai bentuk keperkasaan, keberanian dan jati diri seorang pemimpin.
Sisir
benda atau alat yang sering digunakan untuk merapikan rambut dan segalah
permasalahan yang ada dalam rumah tangga agar diselesaikan dengan hati yang
Sandal
benda atau alat yang digunakan untuk alas kaki sesui dengan fungsinya dan
sebagai seruan kepada mempelai wanita agar membantu suaminya dalam mencari
Kosmetik
sebagai benda yang digunakan untuk berhias dan seruan mempelai pria kepada
mempelai wanita agar senantiasa menghias dan mempercantik diri agar hubungan
Sabun Mandi
benda yang digunakan untuk memberisihan badan dari kotoran dan sesuai dengan
fungsinya dan agar selalu mensucikan diri dalam berumah tangga serta menjaga
Pakaian Dalam
sebagai benda yang digunakan untuk menutup alat fital seorang perempuan dan
Benda adat sikat gigi dan odol tersebut mempunyai makna yang
menunjukan sebagai alat atau benda yang digunakan untuk memberisihkan mulut
yang sesuai dengan fungsinya. Serta untuk sebagai kosopanan dan bertutur kata
Kain Baju
sebagai benda yang digunakan untuk mebuat pakain berupa baju dan celana dan
b. Kantaburi (penindis)
Pemberian atau penyerahan kantaburi ini menggunakan bahasa adat Muna yang
148
sopan dan santun yang dilakukan oleh 2 orang tua laki-laki dari delegasi adat laki-
laki dan diterima oleh 2 orang tua dari delegasi adat perempuan yang masing-
masing terdiri dari kaomu dan walaka, dimana kaomu akan duduk disebelah
kanan, dan walaka akan duduk disebelah kiri. Jadi pada saat penyerahan amplop
kantaburi, delegasi adat dari pihak perempuan mengatakan “tabea, aini inia
kantaburi”. Dan dijawab “umbe”. artinya: “iyah”. sambil diterima dan diperiksa
Kantaburi ini adalah penindis atau pengikut dari kafeena yang sebelumnya
dari kantaburi itu sendiri adalah 2 x lipat dari jumlah uang kafeena. Jadi kalau
yang menikah adalah kaomu, dan kafeenanya adalah 5 boka Muna, maka
adalah sebenarnya pinangan kedua yang diberikan kepada laki-laki untuk orang
tua gadis terpinang, dengan maksud bahwa apabila kantaburi yang diserahkan
sudah diterima oleh keluarga mempelai perempuan, maka artinya adalah laki-laki
peminang sudah diterima dan direstui oleh wali nasab sigadis terpinang.
mengatakan bahwa Kantaburi berasal dari kata taburi artinya tindis, namun
sebenarnya kantaburi adalah kafeena kedua namun tidak ada cincin emas lagi.
Pendapat di atas mengatakan bahwa pada tahapan kantaburi tidak terdapat cincin
lagi, dimana hal ini karena pemberian cincin hanya dilakukan satu kali saja yaitu
kedua yang ditujukan untuk wali nasab gadis terpinang, makanya tidak perlu
cincin lagi.
paniwi ini juga menggunakan bahasa adat Muna yang sopan dan santun dan
dilakukan oleh 2 orang tua laki-laki dari delegasi adat laki-laki dan diterima oleh 2
orang tua dari delegasi adat perempuan yang masing-masing terdiri dari kaomu
dan walaka, dimana kaomu akan duduk disebelah kanan, dan walaka akan duduk
disebelah kiri. Jadi pada saat penyerahan amplop paniwi, delegasi adat dari pihak
“umbe”. artinya: “iyah”. sambil diterima dan diperiksa jumlahnya oleh delegasi
Pada zaman dulu, paniwi ini diberikan dalam bentuk pikulan berupa bahan
pangan yang ada dikebun, seperti pinang, tebu beras, pisang dan lain-lain. Cara
penyerahan pikulan ini dibaris seperti pemegan puro-puro atau pinangan, dan
dimulai dari pinang, yang tidak berasa atau hambar dan diakhiri dengan yang
manis lagi. Hal ini mengandung makna bahwa harapannya dalam rumah tangga
yang akan dibangun kelak atau dalam polambu dari sepasang kekasih ini dimulai
dengan kebahagiaan dari awal sampai ujung, soal rasa hambar atau pahit yang
berada dibarisan tengah, itu menyimbolkan masalah yang mungkin akan terjadi
dalam rumah tangga yang tidak bisa dipungkiri bahwa masalah pasti tetap ada dan
150
diujuang adalah barisan yang memiliki rasa manis adalah semoga walaupun ada
dimana saat ini hidup serba praktis, maka paniwi bisa diganti menggunakan uang
dengan jumlah 5 boka Muna untuk golongan kaomu dan 2 boka Muna untuk
golongan walaka, dimana hal ini sudah disepakati oleh lembaga adat di Kabupaten
Muna. Sebagaimana yang disampaikan oleh Andi sapri (2014), yang mengatakan
bahwa Pelaksaanaan paniwi dapat melalui dua jalan sifat pengadaanya, yaitu
berupa barang atau hasil bumi atau hasil kebun yang dapat pula dibayar dengan
Urutan dalam memikul paniwi adalah buah pinang berjalan lebih awal
dari pikulan lainnya dan terakhir adalah tebu. Dimana menurut para orang tua, hal
lain, sehingga dari makna filosofi itu diharapkan agar kedua calon mempelai akan
Ada pribahasa di Muna yang mengatakan “nobari pande gaa taaka soano
pogaa gaa” yang artinya semua orang bisa menikah, namun menikah bukan
tangga atau dopolambu akan banyak cobaan yang terjadi, banyak proses, makanya
harus orang yang benar-benar jujur, yang siap mental untuk melakukan
terjadi dalam rumah tangga. Selain itu, pinang memiliki rasa yang pekat-pekat
yang mengandung makna bahwa membangun rumah tangga harus siap bersusah-
susah dahulu. Kemudian terakhir adalah tebu sebagai doa yang pada akhirnya
akan menjadi keluarga yang manis yang dapat dibanggakan bagi keluarga dan
keterunannya.
kaokanuha ini juga masih menggunakan bahasa adat Muna yang dilakukan oleh 2
orang tua laki-laki dari delegasi adat laki-laki dan diterima oleh 2 orang tua dari
delegasi adat perempuan yang masing-masing terdiri dari kaomu dan walaka,
dimana kaomu akan duduk disebelah kanan, dan walaka akan duduk disebelah
kiri.
Jadi pada saat penyerahan amplop kaokanuha, delegasi adat dari pihak
“umbe”. artinya: “iyah”. sambil diterima dan diperiksa jumlahnya oleh delegasi
Kaokanuha ini jumlahnya 5 boka Muna untuk golongan kaomu dan 2 boka
Muna untuk yang bukan kaomu. Kaokanuha adalah uang adat yang harus
dibayarkan oleh laki-laki kepada pihak perempuan yang diperuntukan untuk tokoh
adat yang mengenakan atau memakaikan pakayan adat Muna kepada pengantin
perempuan untuk dipakai pada saat ijab Kabul nanti. Dimana sebenarnya hal ini
152
merupakan tugas dari pihak salon yang sudah disewa terlebih dahulu, namun ada
khusu dari tokoh adat yang akan memakaikan, biasanya merupakan keluarga
dekat dari mempelai pengantin perempuan juga, dimana pada saat dipakaikan baju
adat ini akan dinasehati oleh tokoh adat yang memakaikan ia baju. Diajarkan
tentang hak dan kewajiban anatara suami istri dalam rumah tangga, dan diajarkan
bagaimana menjadi seorang ibu. Nanti diperjelas lagi pada saat khotbah nikah.
membayar jasa orang yang mengenakan pakaian pengantin dan orang yang
dikenakan pada saat perjamuan nanti akan dipakaikan oleh pihak salon termasuk
kafoatoha ini juga masih menggunakan bahasa adat Muna yang sopan dan santun
dan dilakukan oleh 2 orang tua laki-laki dari delegasi adat laki-laki dan diterima
oleh 2 orang tua dari delegasi adat perempuan yang masing-masing terdiri dari
kaomu dan walaka, dimana kaomu akan duduk disebelah kanan, dan walaka akan
Jadi pada saat penyerahan amplop kafoatoha, delegasi adat dari pihak
“umbe”. artinya: “iyah”. sambil diterima dan diperiksa jumlahnya oleh delegasi
Kafoatoha ini merupakan uang adat yang diberikan laki-laki kepada pihak
perempuan yang akan diperuntukan oleh orang tua adat yang melakukan
kafelesao dan kafosulino katulu setelah ijab Kabul nanti yang dilaksanakan pada
sore hari setelah pengantin selesai menerima undangan atau perjamuan. Adapun
jumlahnya yaitu masi sama seperti yang lain yaitu 5 boka Muna untuk kaomu dan
Jika dilihat dari segi jumlah, memang tidak seberapa. Namun hal ini
bertujuan untuk menghargai delegasi adat yang sudah berkenan untuk mengantar
penyerahan kalolino ghawi ini juga masih menggunakan bahasa adat Muna yang
sopan santun dan dilakukan oleh 2 orang tua laki-laki dari delegasi adat laki-laki
dan diterima oleh 2 orang tua dari delegasi adat perempuan yang masing-masing
terdiri dari kaomu dan walaka, dimana kaomu akan duduk disebelah kanan, dan
walaka akan duduk disebelah kiri. Jadi pada saat penyerahan amplop kalolino
ghawi, delegasi adat dari pihak perempuan mengatakan “tabea, aini inia
154
menyerahkan lagi kalolino ghawi”. Dan dijawab “umbe”. artinya: “iyah”. sambil
diterima dan diperiksa jumlahnya oleh delegasi adat dari pihak perempuan.
Kalolino ghawi juga merupakan uang adat yang harus dibayarkan oleh
laki-laki kepada pihak perempuan yang dipinang. Kalilino ghawi ini adalah
symbol dari pengganti gendongan ibu sang gadis yang sudah merawat sang gadis
sejak ia lahir sampai ia dewasa, mulai dari ia merawat, menjaga, mendidik, dan
membalas jasa-jasa ibu kita, sebanyak bagaimanapun uang yang kita berikan, dan
sejauh manapun kita menggendong keliling ibu kita, tetap saja tidak akan
terbalaskan jasa-jasanya pada kita. Kalolino ghawi ini hanya sebagai seimbol
penghargaan dan ucapan terimakasih laki-laki peminang kepada ibu sang gadis
terpinang karena sudah merawat dan mendidik seorang gadis yang hari ini akan
menjadi istrinya.
berupa uang yang ditujukan sebagai simbol pengganti jerih payah ibu selama
memelihara anaknya dari kecil hingga dewasa dan sekarang sudah akan berpisah.
Jumlahnya juga sama yaitu 5 boka Muna untuk kaomu dan 2 boka Muna untuk
walaka.
Dalam artian lain, lolino ghawi juga di artikan sebagai etika berbesan dan
bermantu. Jadi maksudnya adalah kedua orang tua pengantin laki-laki yang
155
seperti anaknya sendiri setelah menukarnya dengan uang adat kalolino ghawi.
Kemudian hal yang sama juga berlaku pada orang tua perempuan yang dipinang
Adhati balano adalah tahapan yang dilakukan pada saat hari H perkawinan
penyerahan adhati balano ini juga masih menggunakan bahasa adat Muna yang
sopan dan santun dan dilakukan oleh 2 orang tua laki-laki dari delegasi adat laki-
laki dan diterima oleh 2 orang tua dari delegasi adat perempuan yang masing-
masing terdiri dari kaomu dan walaka, dimana kaomu akan duduk disebelah
Jadi pada saat penyerahan amplop adhati balano, delegasi adat dari pihak
dijawab “umbe”. artinya: “iyah”. sambil diterima dan diperiksa jumlahnya oleh
kepada pihak perempuan yang dipinang. Dengan jumlah sesuai aturan adat Muna
dan disesuaikan dengan golongan yang disandang oleh yang meminang dan
dipinang. Apakah dari golongan kaomu atau walaka yang memiliki nilai berbeda-
Adhati balano ini diperuntukan kepada keluarga besar gadis yang dipinang
sesuai namanya yaitu adhati balano artinya adat besar. Hal ini mengandung
kepada keluarga gadis terpinang, dimana pada saat diterimannya adat besar atau
adhati balano tersebut, maka artinya adalah laki-laki peminang ini sudah diterima
Kafosowono matano kenta adalah tahapan yang dilakukan pada saat hari H
perkawinan tepatnya setelah semua tahapan adat yang lain selesai. Pemberian atau
penyerahan kafosowono matano kenta ini juga masih menggunakan bahasa adat
Muna yang sopan dan santun dan dilakukan oleh 2 orang tua laki-laki dari
delegasi adat laki-laki dan diterima oleh 2 orang tua dari delegasi adat perempuan
yang masing-masing terdiri dari kaomu dan walaka, dimana kaomu akan duduk
Jadi pada saat penyerahan amplop kafosowono matano kenta, delegasi adat
lagi kafosowono matano kenta”. Dan dijawab “umbe”. artinya: “iyah”. sambil
diterima dan diperiksa jumlahnya oleh delegasi adat dari pihak perempuan.
duduk adat pada saat hari H perkawinan sebelum ijab Kabul. Yang datang
membawa uang adat. Yang menyaksikan tahapan adat, dan penerimaan adat
157
antara pihak laki-laki dan perempuan, dengan jumlah 10 % dari uang adhati
Disebut matano kenta atau mata ikan karena mata ikan itu sebagai
symbol bahwa ikan walaupun sudah mati tetap terbuka matanya, dan walaupun
ikan yang hidup di air laut yaitu air asin, tetapi dagingnya tidak ikut asin juga.
Maknanya adalah yang menjadi saksi perkawinan hari ini, akan tetap tertulis
namanya menjadi saksi walaupun sudah tidak ada lagi didunia dan menjadi
tanggung jawab dunia akhirat. Dan ikan tidak asin walapun hidup di air asin
maknanya adalah ikan ini tidak terkontaminasi dehingga diharapkan dalam rumah
tangga yang akan dibangun nanti tidak akan terpengaruh oleh hal-hal yang buruk.
bahwa Para leluhur menyebutkan uang matano kenta sebagai penghormatan bagi
para delegasi adat yang bersedia untuk menjadi saksi, dan menggunakan istilah
matano kenta (mata ikan), sebagai symbol dari ikan yang memiliki kelebihan
dimana ikan tidak pernah tidur, tidak penah berkedip selalu terbuka matanya
sampai kapanpun selagi masih berwujud. Kemudian matano kenta sebagai salah
satu istilah dalam adat perkawinan masyarakat muna dengan mengadopsi makna
kehidupan ikan yang tidak pernah terkontaminasi dengan asinnya air laut.
mampu menyesuaikan diri dan tidak terkontaminasi dengan kondisi dan dinamika
rumah tangga
158
perkawinan tepatnya setelah semua tahapan adat yang lain selesai termasuk
tahapan adhati balano. Kampanaha ini di lakukan sebagai penutup adat yang
dilaksanakan oleh ibu-ibu adat dari delegasi adat laki-laki sebelum ijab Kabul
masyarakat Muna terdiri dari 4 golongan yaitu kaomu, walaka, anangkolaki, dan
maradika.
Maksudnya adalah dalam duduk adat perkawinan itu dihadiri oleh semua
golongan yang ada pada masyarakat Muna, dan kampanaha sebagai tahapan
penutup adat yaitu sebagai symbol bahwa semua keluarga besar dari kedua
mempelai baik dari golongan kaomu, walaka, anangkolaki, dan maradika sudah
rokok, rokok muna, dan pisau untuk memotong pinang. Dengan maksud bahwa
pada zaman dahulu, orang tua di Muna suka mengonsumsi kapur sirih atau
depana. Makanya saling terimanya adat antara kedua belah pihak adalah suatu
Proses pelaksanaannya dilakukan oleh ibu-ibu adat dari pihak laki-laki diruangan
kedua yaitu tempat dimana delegasi adat ibu-ibu dari pihak laki-laki dan
tidak minta untuk disaksikan dan diperiksa namun di persilahkan untuk menikmati
isi dari kampanaha itu sendiri. Jadi ibu adat petugas pembawa kampanaha akan
maju dan menghadap kepada ibu adat dari pihak perempuan yang diawali dengan
saling mengucap salam, dan ibu adat pembawa kampanaha akan menyampaikan
tujuannya menghadap kepada ibu adat dari pihak perempuan yaitu untuk
adat petugas kampanaha ini akan mencoba terlebih dahulu kampanaha yang ia
bawa. Dengan maksud bahwa agar tidak terjadi kesalah pahaman antara kedua
belah pihak.
pada zaman dulu, ketika duduk adat seperti ini banyak yang melakukan
hal-hal buruk untuk mencelakai orang lain melalui ilmu-ilmu yang mereka miliki.
Makanya untuk mencegah hal itu, maka petugas kampanaha akan mencoba
sendiri isi kampanaha yang ia bawa sebagai bukti bahwa kampanaha yang ia
bawa aman untuk dikonsumsi karena dia sendiri juga mengonsumsi, dalam artian
tidak ada orang yang mau meracuni dirinya sendiri secara sadar.
petugas kampanaha akan di antar kedalam ruang utama atau welo songi untuk
melakukan hal yang sama seperti pada ruangan kedua yang sudah dijelaskan
160
diatas. Dan setelah semua selesai maka petugas kampanaha akan berpamitan
dengan tokoh adat dari pihak perempuan, kemudian petugas adat kembali
keruangan kedua untuk melapor kepada tokoh adat ibu-ibu yang dituakan dipihak
laki-laki bahwa tugas kampanaha yang ia bawa sudah selesai, dan setelah itu
j. Ijab Kabul
Tahapan yang paling ditunggu-tungu adalah ijab kabul. Tahapan ini adalah
proses penyatuan dua anak manusia yaitu sepasang kekasih laki-laki peminang
dan gadis terpinang atau pengantin laki-laki dan pengantin perempuan untuk
menjadi sebuah rumah tangga yang disatukan dalam perkawinan dan ijab Kabul.
Orang Muna menyebut ijab Kabul sebagai katangka atau kekuatan. Maksudnya
adalah cinta antara sepasang kekasih ini akan disatukan dalam sebuah ikatan ijab
Kabul. Laki-laki peminang akan mengucapkan ijabnya dan gadis terpinang akan
mengijabkannya.
kekuatan hukum suatu hubungan suami istri dalam membentuk keluarga baru.
Dengan selesainya akad nikah, maka pembentukan keluarga baru antara seorang
laki-laki dan perempuan telah resmi dan sah sebagai suami istri secara hukum.
untuk selama-lamanya. Dalam katangka ini jug terdapat nilai nilai religius, karena
161
sebelum dilakukan ijab qabul kepada mempelai terlebih dahulu membacakan ayat-
Proses pelaksanaan ijab Kabul pada saat upacara adat oleh etnik Muna,
pertama pengantin laki-laki yang duduk diluar bersama orang tua atau walinya
akan dijemput masuk oleh tokoh adat, kemudian duduk diruang pertama yaitu
tempat bapak-bapak adat duduk yang terdiri dari delegasi adat laki-laki dan
mengisi Blangko nikah. Setelah itu Pembacaan ayat-ayat suci Alquran oleh qoriah
yang biasanya sengaja dipanggil untuk mengisi pembacaan ayat suci Al-Qur’an,
laki-laki dan perempuan menjadi sepasang suami istri di mata Negara dan agama.
Setelah itu, pengantin laki-laki di antar kedalam kamar atau welo songi (ruang
utama) untuk menjemput pengantin perempuan yang sudah sah menjadi istrinya
pengantin oleh salah satu orang tua yang pada saat itu duduk adat juga.
keluarga besar. Maksudnya bahwa perkawinan ini bukan hanya terjadi antara
pengantin perempuan dan pengantin laki-laki tapi juga terjadi kepada 2 keluarga
besar.. setelah itu di jelaskan sumber-sumber perpecahan yang biasa terjadi dalam
dan tempat tugas kerja, keduanya tertutup/tidak ada keterbukaan, dan komunikasi
rumah tangga harus sabar, ibadah, buka komunikasi, ada pendirian tapi fleksibel
tidak kaku, dan saling menghargai diantara keduanya dan kedua keluarga besar.
Tahapan setelah ijab Kabul adalah Basano dhoa bhe posambu (baca doa
dan saling suap). Karena Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Muna bahwa
setiap ada pelaksanaan upacara adat, maka wajib ada yang namanya debasa atau
baca-baca. Jadi setelah semua tahapan dan prosesi adat selesai maka yang
dilakukan terakhir adalah basano dhoa bhe posambu. Dalam proses basano dhoa
ini ada yang namanya haroa, haroa inilah yang akan diletakan ditengah peserta
baca-baca yaitu delegasi adat, orang tua pengantin dan pengantin serta imam atau
haroa ini adalah dulang atau bosara besar yang ditutup dan dilapisi oleh
berwarna putih. Dimana dalam haroa ini, terdapat beberapa jenis makanan yang
163
merupakan makanan cirri khas Muna dan wajib ada pada haroa perkawinan adat
Muna yaitu cucur, waje, ngkea-ngkea, pisang goreng, sepiring nasi dan diatas
ditutupi oleh telur dadar, ayam, srikaeya, dan pisang raja 1 sisir utuh, dan
selebihnya seperti kue tolban, dan makanan lain hanya sebagai pelengkap.
Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT untuk memberii wayu dan menjadi
panutan atau teladan umat manusia. Yang disimbolkan dengan sepiring nasi dan
ditutupi dengan telur dadar diatasnya yang bermakna bahwa nasi dipiring adalah
umat manusia dan telur adalah Allah SWT. Makanya telur diletakan di atas nasi
karna pada dasarnya Allah SWT adalah tuhan umat manusia yang dijunjung tinggi
dan berada diatas sedangkan umat manusia ada dibawah kekuasaan dan
naungannya.
Adapun makna dari isi haroa ini adalah pertama dari jumlahnya yaitu.
Jumlah potongan makanan yang diletakan dalam haroa berjumlah ganjil dan ini
berlaku untuk semua baca-baca haroa untuk acara hidup atau angka dhadi, dan
berjumlah genap untuk baca-baca haroa kematian atau angka mate. Maknanya
adalah, jumlah ganjil pada acara hidup karena ganjil itu berarti masi ada
selanjutnya, masi mau dikasi cukup. Niatnya adalah acara hidup adalah
kebahagiaan bagi keluarga, maka supaya acara kebahagiaan seperti ini akan
terulang lagi dikesempatan berikutnya dan jumlah genap pada acara mati berarti
cukup. Artinya bahwa acara kematian adalah duka dan membawa kesediahan,
164
maka niatnya semoga tidak terulang lagi hal yang seperti ini walaupun pada
Hal ini juga sama dengan peletakan pisang raja pada haroa, dimana
menengadah keatas untuk acara hidup dan akan di telungkupkan atau dofolongkoe
dalam bahasa Muna. Hal ini mengandung maksud bahwa pisang di baringkan
Kemudian makna dari isi haroa yang wajib ada pada haroa perkawinan
adat Muna yaitu cucur, waje, ngkea-ngkea, pisang goreng, sepiring nasi dan diatas
ditutupi oleh telur dadar, ayam, srikaeya, dan pisang raja 1 sisir utuh, adalah
bahwa semua ini adalah makanan yang memiliki rasa yang enak dan manis. Dapat
dilihat dari bahan utama dari cucur, waje, ngkea-ngkea, dan srikaeya adalah gula
merah dan bersifat manis, kemudian pisang goreng juga bersifat manis, dan ayam
adalah makanan yang lezat dan nikmat. Hal ini mengandung maksud bahwa
diharapkan perkawinan yang dilakukan pada hari ini supaya berjalan baik-baik
saja dan manis, harmonis rumah tangganya, dan dijauhkan dari permasalahan
sandi, sesuai namanya pisang raja. Dimana pisang raja ini tidak bisa digantikan
oleh pisang lain untuk baca-baca haroa. Dimana pada zaman dulu, sebenarnya
tidak semua orang menggunakan pisang dalam isi haroanya, karena hal ini hanya
dilakukan oleh orang yang memiliki jabatan saja. Namun karena tradisi, dan tanpa
165
pisang karna apa yang dilihat itulah yang diterapkan walaupun tidak memiliki
jabatan dengan harapan agar perkawinan yang dilakukan akan sukses maksudnya
menjabatangani semua yang hadir dan duduk dalam ruangan itu. Setelah itu saling
suap atau doposambu, jadi pengantin akan disuap oleh beberapa orang tua
sebagai tanda kasih sayang dan diterimanya mereka kedalam keluarga baru dan
makanannya diniatkan dulu sebelum makanan itu disuapkan, dengan niat dan
harapan agar rumah tangga yang akan dijalani nanti akan baik-baik saja dan
Setelah sang pengantin disuap oleh orang tua, maka selanjutnya pengantin
laki-laki dan pengantin perempuan akan saling suap. Tindakan ini mengandung
maksud sebagai tanda cinta dan kasih sayang antara pengantin laki-laki dan
perempuan, serta bisa untuk saling menerima kekurangan satu sama lain. Karena
ujuang makanan yang digigit oleh pengantin laki-laki akan di makan juga oleh
l. Perjamuan
dari pengantin. Proses ini bukan merupakan tahapan adat, hanya sebagai
pelengkap dalam kemeriahan dan rasa sukur atas terjadinya perkawinan ini juga
Jadi setelah tahapan bhasano dhoa bhe posambu selesai, maka pengantin
akan makan terlebih dahulu, dan mengganti pakayan yang disediakan oleh salon.
Perjamuan ini berlangsung hingga sore hari biasanya pukul 5 sore atau sebelum
laki yang diantar oleh beberapa toko adat. Tahapan ini dilaksanakan pada saat sore
hari ketika perjamuan selesai. Seperti yang disampaikan oleh Andi sapri (2014)
yang mengatakan bahwam pihak keluarga mempelai perempuan dua atau tiga
dari pihak keluarga perempuan kepada pihak keluarga laki-laki atas hak dan
proses kafewanui yaitu pencucian kedua kaki mempelai perempuan diatas piring
putih, hal ini dilakukan sebagai simbol penghormatan keluarga laki-laki kepada
yang bersih dan tulus. Juga mengandung maksud bahwa sang mempelai wanita
dibersihkan dari hal-hal buruk semasa ia masi gadis, karena para leluhur
mengatakan belum bersih apabila kakinya belum dicuci dengan air yang terlebih
mempelai laki-laki. Biasanya diberikan pakaian adat atau sarung muna yang
sudah mengganti pakaian. Kasukogho (pengenaan) pakaian adat atau sarung muna
ini menyimbolkan penerimaan resmi atas hak dan tanggung jawab sang gadis dari
menandakan bahwa sigadis juga menjadi seorang tua, maksudnya bukan gadis
lagi. Karena orang tua di Muna sangat identik dengan sarung Munanya atau
kabantapi.
baca haroa, kemudian istrahat sebentar sambil menunggu tamu dari keluarga laki-
laki yang datang untuk memberii hadiah berupa uang dan kado kepada pengantin.
Hal ini bersifat sama dengan perjamuan dirumah pengantin perempuan. Hanya
dibedakan dengan jika dirumah perempuan tamu ditunggu ditenda kalau ini
didalam rumah saja. Dan setelah itu akan kembali lagi kerumah pengantin
kerumahnya perempuan)
perkawinan oleh etnik Muna. Kafosulino katulu adalah proses dimana pengantin
orang tua di Muna katanya hal ini bertujuan untuk mempertemukan kembali jejak
Seperti yang disampaikan oleh Andi sapri (2014) bahwa Kafosulino katulu
berarti kembali menapaki jejak semula, yang dimaksudkan disini adalah pengantin
baru ditemani oleh pelaku adat dari pihak perempuan yang mengantar dan pihak
Hal ini juga bertujuan untuk menghindari hal buruk yaitu tuturai, Karena
terbukti pada zaman dulu, ada pengantin yang tidak melangsungkan tahapan
Kafosulino katulu ini dan pengantin mendapat penyakit gatal-gatal dikulit dan
menurut informan hal ini karena memang pada saat itu masih sangat kental dan
sangat diyakini budaya ini. Beda dengan zaman moderen seperti sekarang ini,
kalaupun tidak dilaksanakan mungkin tidak akan dikenai penyakit namun karena
Jadi dalam proses kafosulino katulu, akan ada kafosukogho dan kafewanui
kepada pengantin laki-laki oleh keluarga perempuan dengan makna yang sama
pada tahapan kafelesao yaitu sebagai tanda bahwa pengantin ini sudah diterima
dalam keluarga besar perempuan dan diberi tanggung jawab supaya mampu
masa mudanya yang buruk. Sarung yang diberikan kepada laki-laki hanya 1
mengandung maksud bahwa aurat yang harus dijaga oleh laki-laki kebih sedikit
daripada perempuan.
Muna
Polambu bagi masyarakat muna adalah tradisi atau budaya yang tetap
tahapan yang ada dalam polambu ini menjadi cirri khas bagi orang Muna ketika
yang bisa dipetik dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai –nilai yang
bisa ambil berupa nilai pendidikan karakter. Oleh karena itu, polambu dijadikan
sebagai bahan ajar disekolah yaitu pada tingkat SMA pada kelas XII semester
genap dengan tujuan untuk mempersiapkan masa dewasa yang matang, baik
dalam berumah tangga maupun dalam kehidupan sehari-hari kepada peserta didik,
dimana usia anak SMA kelas XII dianggap sudah dewasa dan harus memahami
apa itu perkawinan, karna suatu saat mereka akan melaksanakan proses ini.
Disamping itu, dimasukannya polambu dalam bahan ajar kelas XII juga
berdasarkan:
170
tingkat tingkat satuan pendidikan SD, MI, SDLB, SMP, MTS, SMPLB,
SMA, SMALB, SMK, MAK, serta bentuk pendidikan lain yang sederajat
2011.
Yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain. Dimana nilai ini tercermin pada tindakan-tindakan
dalam tahapan adat polambu oleh masyarakat Muna yaitu pada tahapan sebagai
berikut:
religious pada tahap dekamat yaitu dapat dilihat pada tindakan seorang
budi pekerti dan akhlaknya bukan karena cantik parasnya. Dimana hal ini
pada tahapan ini yaitu dapat dilihat pada penyerahan puro-puro atau
pinangan sebagai pengikut dari kafeena ini yang terdiri dari berbagai
kerudung atau mukenah dan sejadah sebagai alat untuk untuk menjalankan
ibadah yaitu solat 5 waktu sehari semalam. Dimana hal ini juga sejalan
pedoman hidup dan ibadah solat 5 waktu yang wajib dilaksanakan oleh
umat islam.
172
tahapan ini yaitu dapat dilihat pada rangkaian proses sebelum mempelai
ijab Kabul.
Tahapan Basano dhoa be posambu (baca doa / saling suap), tindakan yang
mencerminkan nilai religious pada tahap ini yaitu dapat dilihat pada niat
yang dibacakan pada saat modhi (imam) membaca doa, yaitu membaca
dipanjatkan untuk mempelai. Selain itu, nilai religi juga tercerminkan pada
haroa yang menjadi syarat pelengkap dalam tahap bhasano dhoa ini, yaitu
didalam haroa terdapat sepiring nasi yang ditutupi telur dadar yang
bermakna bahwa telur adalah symbol dari tuhan dan nasi adalah umat.
Telur diatas dan nasi dibawah karena pada hakikatnya manusia berada
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Dimana nilai ini tercermin pada tindakan-tindakan dalam tahapan adat polambu
Defoepe / deowa too ( membawa janji), nilai jujur yang tercermin dalam
tahapan ini yaitu dapat dilihat dari tindakan 2 orang tua adat yang diutu
173
menanyakan sang gadis. Dimana hal ini dilakukan secara terbuka tanpa
nilai jujur dari tahapan ini terlihat dalam tindakan pihak laki-laki yang
Katandugho (Penentuan uang adat), nilai jujur dalam tahapan ini dapat
Defoampe nefumano ifi (yang dimakan api), nilai jujur dalam tahapan ini
ghawi, adhati balano, dan matano kenta. Adapun nilai jujur dalam
tahapan ini yaitu tercermin pada proses penyerahannya dari pihak laki-laki
disaksikan oleh pihak perempuan apakah jumlah uang adat yang dibawa
174
Kampanaha, nilai jujur dalam tahapan ini terlihat pada tindakan petugas
kepada pihak perempuan maka terlebih dahulu ia coba sendiri isi dari
bahwa memang benar tidak ada yang berbahaya dalam kampanah yang ia
bawa dan aman untuk dikonsumsi oleh semua delegasi adat. Dimana
Yaitu Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Dimana nilai
dalam tindakan pihak laki-laki yang membuat janji terlebih dahulu kepada
Katandugho (penentuan uang adat), dalam tahap ini nilai toleransi terlihat
pada penentuan jumlah uang adat pada perkawinan adat masyarakat muna.
dalam tahapan ini terlihat dalam tindakan ketika pihak perempuan tidak
Yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
Defoepe / deowa too (membawa janji), nilai disiplin yang tercermin dalam
tahapan ini yaitu dapat dilihat pada tindakan laki-laki yang patuh pada
nilai disiplin waktu pada tahapan ini terlihat pada kedatangan pihak laki-
Yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
keras tercermin pada tahapan ini dan dapat dilihat pada tindakan-tindakan
kerja keras pihak laki-laki uuntuk mendapat sang gadis untuk dijadikan
Perhitungan hari bae, cerminan nilai kerja keras pada saat perhitungan hari
bae adalah terlihat dari bagaimana usaha dari kedua belah pihak keluarga
untuk menemukan waktu dan hari yang baik untuk melangsungkan akad
harapan dan hal ini juga dilakukan masi berdasarkan ketentuan yang ada di
Muna.
Yaitu melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki. Dimana nilai pendidikan karakter tersebut dapat
Dekamata (melihat / menilai), nilai berfikir kreatif pada tahapan ini terlihat
berpikir kreatif pada tahapan ini juga terlihat pada usaha sang pria yang
yaitu bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain. Dimana nilai pendidikan karakter tersebut tercermin pada
tungguno karete adalah pada saat tindakan keluarga laki-laki dan keluarga
kepada sang gadis terkalit lamaran yang ada, karena kesediaan sang gadis
juga di hargai dan di anggap perlu untuk diterima atau tidaknya laporan
ini.
yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
didengar. Dimana nilai pendidikan karakter tersebut dapat dilihat pada tindakan-
Dekamata (menilai / melihat), adapun nilai rasa ingin tahu pada tahapan ini
yaitu dapat dilihat dari tindakan sang laki-laki yang menyelidiki, melihat
dan menilai terlebih dahulu seorang gadis, mencari tau tentang bagaimana
ingin tahu pada tahapan ini tercermin pada tindakan sang laki-laki yang
ketika menyukai atau telah menemukan seorang gadis idaman hati, maka
terlebih dahulu ia mencari tau status sang gadis apakah belum ada yang
jaga atau sudah ada, apakah sudah ada yang lamar atau belum, sebelum
keberhasilan orang lain. Dimana nilai pendidikan karakter ini tercermin pada
tahapan ini dapat tercermin kepada tindakan pihak laki-laki yang terlebih
pihak, dan komunikasi yang dilakukan dengan sang gadis terkait lamaran
jumlah uang adat yang harus dibayarkan pihak laki-laki kepada pihak
jumlah yang diminta oleh pihak perempuan dan berapa jumlah yang
yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberii bantuan pada orang
pada proses pelaksanannya yaitu dimana ramai orang yang akan datang
polambu ini yaitu dapat dilihat dari pihak keluarga besar yang datang
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Dimana
tanggung jawab dalam tahapan ini dapat terlihat dari tanggung jawab laki-
kepada pihak perempuan walaupun acara ini adalah acara kedua bela
pihak, namun karena dia yang melamar maka ia bertanggung jawab untuk
Matano kenta (mata ikan), nilai tanggung jawab pada tahap ini yaitu
tahapan ini tercermin nilai tanggung jawab pada sang gadis terpinang yaitu
pada saat kafewanui dan kafosukogho beta sebagai symbol bahwa mulai
perempuan), dalam tahapan ini, nilai tanggung jawab juga dapat dilihat
pada saat pengantin laki-laki diipakaikan sarung dan dicuci kakinya oleh
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
proses perkawinan angka mata (kawin pinang) pada etnik Muna terbagi
besar), matano kenta (mata ikan), kampanaha (kapur sirih), ijab Kabul,
genap karena usia peserta didik pada masa ini di anggap sudah harus
183
adalah nilai religius, nilai religius, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan ini yaitu
sebagai berikut:
tahapan adat polambu ini supaya terus berkembang dan mampu untuk
peserta didik.