Anda di halaman 1dari 6

Sar di Suku Marori Men Gey TA M A N N A S I O N A L

WA S U R , PA P U A
Ada beragam praktik konservasi berbasis kearifan
lokal. Sebut saja, Sasi di Sulawesi dan Maluku,
Lubuk Larangan Ngalau Agung di Sumatera Barat,
Tiyaitiki di Kabupaten Jayapura, dan Sasisen di
Kabupaten Biak Numfor. Praktik-praktik kearifan
lokal tersebut melarang anggota masyarakat
memasuki suatu wilayah dan memanfaatkan sumber
Sasi, Sar, daya di dalamnya dalam kurun waktu tertentu.
Sasisen Pengelolaan wilayah perairan berbasis kearifan lokal
menjadi salah satu metode menjaga keberlanjutan
sumber daya alam di Tanah Papua. Praktik tersebut
telah berlangsung lama dan diwariskan secara turun-
temurun kepada anggota masyarakat. Jauh sebelum
konsep konservasi dikenal luas dalam dunia
akademik, masyarakat adat telah merawat alam
sekitar mereka dengan bijaksana.
Sar di Suku Marori Men Gey
• Suku Marori Men Gey di Kampung Wasur, Distrik Merauke, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua.

• Berbeda dengan praktik kearifan lokal lainnya, Sar dilakukan sebagai simbol penghormatan kepada saudara atau
keluarga di Suku Marori Men Gey yang telah meninggal dunia. Dalam praktiknya, Sar merupakan pelarangan
pemanfaatan sumber daya perikanan di sungai atau rawa selama 1.000 hari.
• Konsep Sar yang bisa disamakan dengan pelaksanaan sasi adat untuk melestarikan sumber daya alam yang berada di
sekitar lingkungan alam mereka. Wilayah-wilayah yang menerapkan Sar akan menjaga lingkungannya dari pemanfaatan
yang mereka lakukan selama ini. Wilayah-wilayah Sar inilah yang tidak bisa diganggu gugat untuk pemanfaatannya.
• Sar di Suku Marori Men Gey memiliki prosesi yang dilakukan dalam beberapa tahapan. Ritual pertama dalam prosesi
Sar disebut wuyuw, ritual pantangan. Ritual berikutnya disebut dengan ureuw wogib, penetapan lokasi hutan sagu atau
rawa yang telah disepakati sebagai tempat Sar. Prosesi terakhir merupakan pesta adat yarauw onggi, pencabutan
larangan mengambil sumber daya perikanan selama 1.000 hari.
Ritual pertama dalam prosesi, Wuyuw.
• Ritual pertama dalam prosesi Sar disebut wuyuw. Pihak keluarga yang tengah berduka mengenakan gelang sebagai tanda memulai ritual pantang selama satu
pekan. Dalam bahasa lokal, masyarakat menyebut gelang tersebut dengan ureuw, Ritual pantang.

• Ritual ini dimulai dengan mengucapkan janji untuk melaksanakan pantang di makam keluarga yang telah berpulang. Pantang awal dilakukan setelah 40 hari masa
berkabung, dengan tidak memakan ikan atau daging yang terkait dengan totem anggota keluarga. Makanan yang ada di dalam ritual ini bervariasi, tergantung dari
apa yang dipantangkan. Misalnya terkait ikan-ikan asli dan ikan yang sering dimakan oleh orang yang meninggal atau makanan dan minuman yang disukai orang
tersebut semasa hidupnya.

• Dalam perjalanan pulang selepas mengucapkan janji, ritual lain yang harus dilaksanakan adalah terfenjeuw. Pihak keluarga menabur dedaunan untuk menutup
jejak anggota keluarga yang telah berpulang, tempat yang pernah dilalui anggota keluarga, seperti di hutan, rawa, atau tempat bekerja. Hal ini bertujuan agar
keluarga mengikhlaskan kepergian anggota keluarga yang telah meninggal dunia.

• Setelah seminggu berselang, gelang atau ureuw dilepaskan dengan menggelar ritual. Anggota keluarga yang masih hidup bertugas menyiapkan makanan dan
minuman yang dipantangkan sebelumnya. Ritual pelepasan gelang dilaksanakan di rumah keluarga yang berduka. Hasil kebun seperti pisang, tebu, pinang, sirih
dan lainnya, menjadi barang adat yang telah disepakati untuk disediakan dalam ritual pelepasan gelang. Sagu dan umbi-umbian lainnya diolah secara tradisional
dengan metode bakar batu. Prosesi ini dikenal dengan istilah sep. pihak keluarga yang mengenakan gelang duduk melingkar selama ritual sep berlangsung. Pihak
keluarga kembali melakukan tarfenjeuw.

• Sebelum melepaskan gelang, keluarga menyiapkan sebutir kelapa. Kemudian kelapa dibelah sebagai simbol berakhirnya masa pantang. Air kelapa lalu dipercikkan
ke sekitar anggota keluarga. Kemudian, setiap anggota keluarga mencicipi pantangan yang telah disepakati sebelumnya. Prosesi ini dilakukan secara bergantian.
Salah satu anggota keluarga bertugas memberi hidangan yang dipantang kepada anggota keluarga lainnya.
Prosesi berikutnya, Ureuw wogib.
• Pada hari yang sama prosesi Wuyuw, pihak keluarga akan memasang kayu larangan (yarauw)
untuk menangkap ikan di sungai atau rawa yang telah disepakati. Prosesi ini disebut yemu.
• Tali yang digunakan saat melaksanakan pantang disimpan di hutan sagu atau rawa yang telah
disepakati sebagai tempat Sar. Dalam prosesi ini, hanya anggota keluarga tertentu yang ditunjuk
untuk menyimpan tali dan tak melibatkan Suku Marori lainnya.
• Tak ada sanksi berat bagi seseorang yang melanggar Sar. Sanksi yang diberikan hanya berupa
teguran atau kewajiban untuk menanggung kebutuhan yang diperlukan saat pesta adat yarauw
onggi. Misalnya dengan menyumbang pisang, umbi-umbian, sagu, atau hewan buruan.
• Pelaksanaan Sar memberikan waktu bagi ikan untuk berkembang biak. Ikan dibiarkan tumbuh
berkembang di alam tanpa gangguan manusia. Alam akan melakukan seleksinya sendiri, karena
ada larangan mengambil sumber daya perikanan selama 1.000 hari.
Prosesi terakhir, pesta adat Yarauw onggi.
• Tali yang digunakan saat melaksanakan pantang disimpan di hutan sagu atau rawa yang telah
disepakati sebagai tempat Sar dicabut, kayu yang menjadi simbol larangan akan dicabut.
• Pesta ini menandai pencabutan larangan mengambil sumber daya perikanan selama 1.000 hari

• Bagi pelanggar Sar, ada kewajiban untuk menanggung kebutuhan yang diperlukan saat pesta
adat yarauw onggi. Misalnya dengan menyumbang pisang, umbi-umbian, sagu, atau hewan
buruan.

Anda mungkin juga menyukai