PENDAHULUAN
Bahasa adalah hasil budaya manusia yang paling utama dan pertama
dalam sejarah peradaban manusia. Dewasa ini, bahasa merupakan salah satu
warisan yang sangat melekat pada setiap manusia sehingga tak dapat
adalah sine qua non, sebuah kehausan bagi budaya manusia. Lewat bahasa
simbolik yang melewati sekat-sekat ruang dan waktu. Lewat bahasa, manusia
berelasi dengan orang lain dan memberi makna yang ditampilkan oleh alam
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat itu sendiri, karena bahasa
1
Hasil-hasil intervensi inilah yang menjadikan manusia sebagai mahkluk
Dalam kebudayaan terdapat salah satu unsur yaitu unsur adat istiadat.
Dalam perkembangan zaman sekarang ini kebudayaan dan adat istiadat tidak
bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Adat istiadat merupakan
berbeda dengan unsur kebudayaan yang lainnya. Kita sadari pula bahwa adat
istiadat itu ada sejak nenek moyang kita ada. Pulau Flores merupakan salah
satu pulau yang berada di Indonesia bagian tengah. Pulau Flores memiliki
kebudayaan di Flores itupun terasa semakin punah. Salah satu contoh objek
kebudayaan yang kini terancam punah adalah ritual adat Cikop Le’as pada
Manggarai ketika terjadi keguguran. Upacara ini merupakan suatu ritual adat
kehidupan bermasyarakat.
2
Generasi muda di zaman sekarang kurang memahami makna dari
upacara Cikop Le’as. Dampak dari upacara ini antara lain penghayatannya
masih merasa asing dengan makna dan pelaksanaan upacara adat ini yang
merupakan bagian dari kebudayaan daerahnya sendiri. Hal ini yang membuat
ritual ini terancam punah karena kurang adanya pemahaman generasi muda
mengenai apa makna sebenarnya yang terkandung dalam adat ini. Salah satu
ungkapan adat Cikop Le’as pada saat “kapu”. Kapu merupakan bentuk
penerimaan secara resmi pihak keluarga yang telah hadir oleh orang tua dari
bahan yang perlu disiapkan pada saat upacara kapu ini adalah sebotol tuak,
ayam jantan. Salah satu bentuk ungkapan yang digunakan dalam ritual Cikop
Le’as yang dituturkan pada saat kapu adalah “rekok lebo ro’eng ngoel” yang
berarti mati pada saat umur muda atau kecil. Kalimat rekok lebo ro’eng
mengalamai musibah tidak akan terjadi lagi hal yang serupa yakni anak atau
keguguran.
3
Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi bahan menarik penelitian
Le’as dalam upacara Ciang Tana di Desa Poco Likang kecamatan Ruteng
Kabupaten Manggarai.
4
1. Menemukan dan mendeskripsikan bentuk ungkapan adat Cikop Le’as
Tengah
5
Le’as yang nantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat khusunya
generasi muda.
6
BAB II
penelitian yang relevan dengan masalah yang sedang dikaji oleh peneliti
sekarang.
Manggarai Timur. Masalah yang diteliti adalah makna tuturan adat We’e
Mbaru. Adapun teori yang digunakan oleh Nahus adalah teori Sosiolinguistik
simbolis.
Kabupaten Ngada. Masalah yang ditelitinya adalah makna upacara adat Lawi
Ana (pemberian nama anak). Adapun teori yang digunakan oleh Sai adalah
menjelaskan bahwa supaya anak itu dapat diketahui oleh keluarga serta
dilindungi oleh roh-roh nenek moyang dan dapat dilindungi oleh Tuhan, dan
7
makna yang terkandung dalam seremonial adat ini adalah makna
permohonan.
Manggarai. Masalah yang diteliti adalah makna tuturan adat dalam upacara
Tuke Mbaru. Teori yang digunakan oleh Hastuti dalam penelitian ini adalah
penelitian ini.
1. Persamaan
2. Perbedaan
Manggarai Tengah.
8
2.2. Konsep
1. Ungkapan
saat berlangsungnya upacara adat yang diucapkan oleh tua golo atau tua
adat atau seseorang yang memiliki wewenang dalam suatu wilayah adat
dalam bentuk frasa, yang artinya tidak dapat dijelaskan secara logis dan
dramatikal.
secara turun temurun memiliki maksud dan makna tertentu di balik bentuk
2. Bentuk
Bentuk bahasa dapat dibedakan menjadi dua unsur yakni unsur segmental
dan supra segmental. Unsur segmental yakni unsur yang bisa dipisah-
9
pisahkan atau sekmentasikan. Yang termasuk dalam unsur segmental
bahasa adalah bunyi, suku kata, morfem, kata, klausa, kalimat dan wacana.
Dalam bahasa tulis unsur suprasegmental ini ditandai dengan tanda baca.
3. Makna
Makna yang tertulis dalam (KBBI, 2000: 624), merupakan arti atau
dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau tanggapan dari orang
lain, arti yang terkandung dalam suatu rangkaian bunyi bersifat arbiter
akan memiliki berbagai macam makna karena pengalaman setiap orang itu
4. Fungsi
10
5. Cikop Le’as
Bahwa ada janin yang ada dalam kandungan gugur (abortus spontaneous)
Cegong sebagai sebuah fakta yang tidak dapat dihindari dalam proses
kehamilan adalah sebuah masalah besar. Karena itu agar peristiwa yang
sama tidak terjadi kembali, dibuatlah ritus Cikop Le’as yang bertujuan
supaya ibunya kembali sehat, dapat memiliki keturunan lagi serta anak
6. Ciang Tana
bahwa Ciang tana pada masyarakat Manggarai disebut juga dengan istilah
Loas. Ciang Tana atau Loas merupakan melahirkan. Istilah ini dalam
binatang lain, dalam hal ini bagi ibu yang melahirkan anaknya.
2.3. Teori
menganalisis ungkapan adat Cikop Le’as dalam upacara Ciang Tana adalah
dengan masyarakat. Identitas sosial antara satu dengan yang lainnya dapat
11
Secara etimologi, Sosiolinguistik berbentuk dari kata bahasa latin
Socius yang berarti teman atau kawan dan Linguistik berarti bahasa Yunani
(dalam Pampe, 2011: 23). Sejalan dengan perkembangan zaman, maka Socius
antara lain, bahasa, dialek dan ragam bahasa, repertoar bahasa, masyarakat
sangat relevan dengan variasi bahasa yang dituturkan saat upacara adat
Setiap pembicaraan terjadi dalam ruang dan waktu, artinya tidak ada
12
2) Participan (pelibat)
3) End (tujuan)
Bentuk dan isi pesan mengacu pada bentuk-bentuk aktual dan isi
oleh p2.
secara tertulis
13
8) Genre (jenis)
Menurut (Pampe, 2011: 59), bahwa variasi bahasa adalah ragam bahasa
variasi bahasa antara konteks situasi yang satu dengan yang lain. Variasi
bunyi, kata, dan kalimat. Dalam bahasa inggris misalnya, ada orang yang
14
BAB III
METODE PENELITIAN
lapangan atas apa yang dialami oleh informan. Hakikat pendekatan kualitatif
dalam upacara Ciang Tana pada masyarakat Desa Poco Likang, Kecamatan
3.2.1 Data
Data yang dikemukakan dalam penelitian ini ada 2 yakni data primer dan
data sekunder.
1. Data primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data lisan berupa ungkapan adat
15
2. Data sekunder
Dalam upacara adat ini biasanya penutur asli dan tokoh-tokoh adat
merekalah yang lebih mengetahui proses dan prosedur dalam upacara ini.
2. Tokoh-tokoh adat
5. Penutur asli
adat tersebut metode yang digunakan adalah metode simak. Metode simak
adalah metode yang digunakan untuk ikut serta berpartisipasi dalam dalam
16
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik rekam
2.Teknik Catat
Manggarai Tengah.
3.Dokumentasi
17
Ciang Tana di desa Poco Likang Kecamatan Ruteng Kabupaten
Manggarai Tengah.
1) Pengumpulan Data
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya.
Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan
analisis sajian data. Data penelitian ini disajikan dalam bentuk uraian yang
18
4) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (conclusion drawing/ verifyin).
grafik atau tabel, sesuai dengan sifat datanya. Data yang disajikan berupa
ungkapan adat dalam bahasa Manggarai, terjemahan per kata, dan terjemahan
19
BAB IV
menurut bentuk, makna dan fungsi ungkapan adat Cikop Le’as dalam upacara
4.1 Temuan
A. Tongka (p1)Kepok Kapu agu Naka Anak Rona (disebut juga bapak-
ibu: Ende-Ema):
20
rekok lebo, ro’eng ngoel one mose dise cua
patah subur anak kecil dalam hidup mereka dua
kejadian keguguran dalam hidup mereka berdua
kudu ise kali petu kole sosor, kudu tiwu galang naang
supaya mereka sebab pegang lagi pancuran dengan sungai
supaya hidup mereka di berhaki berkat yang melimpah
tuak keta dami ngasang kesa agu koa one leso ho’o
tuak sangat kami nama ipar dengan menantu dalam hari ini
sebagai keluarga ipar ini tuak dari kami hari ini
21
ruku agu sake bao agu mede
adat dengan kebiasaan sekarang dengan dulu
adat dengan kebiasaan dari dulu sampai sekarang
Data II
B. Anak Rona (p2)
Wale De Anak Rona :
woko ho’o kali leson bog a, kudu adak Cikop Le’as ho’o kole
karena ini tiba saatnya sekarang akan ada adat Cikop Le’as ini juga
, maka dengan ini kita mau mengadakan adat Cikop Le’as.
22
ami ende ema weki neki ranga manga one leso ho’o
mesen
kami ibu bapak badan bersama wajah ada dalam hari ini
besar
. Kamipun sebagai keluarga dari anak kita hadir saat ini, besar
ami ngasang ende ema one leso ho’o, neho tae dami ite
kami nama ibu bapak dalam hari ini seperti perkataan kami anda
kami sebagai keluarga hari ini, seperti yang kami katakan kepadamu
ata mbate dise ame, serong dise empo, kudut hiang tau
yang warisan dari moyang warisan dari moyang untuk menjaga dari
dari nenek moyang yang kita percaya untuk menjaga kita semua
23
4.2 Pembahasan
kudu ise kali petu kole sosor, kudut tiwu galang naang
supaya mereka sebab pegang lagi pancuran dengan sungai
supaya hidup mereka di berhaki berkat yang melimpah
24
Dalam ungkapan adat tersebut di atas ditemukan unsur fonologi dan
unsur morfologi yaitu sebagai berikut:
1. Unsur Fonologi
persamaan bunyi pada kalimat di atas terletak pada kata ro’eng “anak kecil”
dan ngoel “bayi kecil”. Persamaan itu terletak pada vokal o pada kata
kudu ise kali petu kole sosor, kudut tiwu galang naang
supaya mereka sebab pegang lagi pancuran dengan sungai
supaya hidup mereka di berhaki berkat yang melimpah
persamaan bunyi pada tuturan di atas terdapat pada kata petu “pegang” dan
tiwu “sungai”. Persamaan itu terlihat pada bunyi vokal u pada kata petu dan
tiwu.
2. Morfologi
kata dari unsur morfologis. Morfologi pada ungkapan Cikop Le’as adalah
sebagai berikut:
1. Jenis-jenis kata
a. Nomina
sebagai berikut:
25
kudu kapu lobo pa’a,
supaya pangku bubung paha
diterima dengan hati yang tulus dan iklas
kata lobo pa’a “ bubung paha” merupakan unsur inti kata benda.
b. Verba
pembicaraan mereka.
26
c. Konjungsi
d. Numeralia
27
preposisi pada ungkapan di atas terletak pada kata one
“dalam”.
adverbia pada ungkapan di atas terletak pada kata bao “tadi” dan
mede “dulu”.
2. Gaya Bahasa
a. Repetisi
28
b. Simile
c. Simbolik
29
4.2.2 Makna Ungkapan Adat Cikop Le’as Dalam Upacara Ciang Tana
1. Makna Persaudaraan.
2.makna kekeluargaan
“kumpulan”
3. Makna permohonan
30
makna permohonan pada ungkapan-ungkapan di atas terletak pada
4. Makna Simbolik
4.2.3 Fungsi Ungkapan Adat Cikop Le’as Dalam Upacara Ciang Tana
1. Fungsi Informatif
31
Fungsi informatif pada ungkapan di atas terletak pada kata kudu
2. Fungsi Imajinatif
disahkan oleh semua yang hadir dan tidak dapat diubah lagi.
32
4. Fungsi Direktif
Fungsi direkti pada ungkapan adat di atas terletak pada kata “petu
memohon.
33
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan data yang diolah dan dianalisi pada bab IV, maka pada bab
5.1. Simpulan
sekitarnya.
Selain itu, ungkapan Cikop le’as diliputi oleh berbagai unsur yang
34
Ungkapan adat Cikop Le’as dalam upacara Ciang tana pada
ungkapan adat pada bagian sun bab IV, dimana pembicara adat
perempuan.
2. Makna ungkapan adat Cikop Le’as pada upacara Ciang Tana adalah
sebagai berikut:
a. Makna kebersamaan
b. Makna persaudaraan
c. Makna kekeluargaan
d. Makna permohonan
e. Makna simbolik
3. Fungsi ungkapan adat Cikop Le’as pada upacara Ciang Tang adalah
sebagai berikut:
a. Fungsi informatif
b. Fungsi imajinatif
c. Fungsi direktif
35
5.2. Saran
khusunya budaya atau adat Ciang Tang di era globalisasi saat ini,
zaman.
Ciang Tana.
36
Lampiran 1
DATA INFORMAN
Umur : 63
Pekerjaan : Petani
2. Nama :Genoveva
Status :warga
Umur :57
Pekerjaan :Petani
Status : Warga
Umur : 47
Pekerjaan : Petani
37
Lampiran 2
38
reweng dami ngasang kesa, ngasang koa
suara kami nama ipar nama menantu
permintaan kami sebagai ipar
tuak keta dami ngasang kesa agu koa one leso ho’o
tuak sangat kami nama ipar dengan menantu dalam hari ini
sebagai keluarga ipar ini tuak dari kami hari ini
39
ata ine watu ci’e, ame watu nare
orang ibu batu garam ayah batu pelihara
ibu dan ayah yang membesarkan
Data II
woko ho’o kali leson bog a, kudu adak Cikop Le’as ho’o kole
karena ini tiba saatnya sekarang akan ada adat Cikop Le’as ini juga
, maka dengan ini kita mau mengadakan adat Cikop Le’as.
kami ende ema weki neki ranga manga one leso ho’o
mesen
kami ibu bapak badan bersama wajah ada dalam hari ini
besar
. Kamipun sebagai keluarga dari anak kita hadir saat ini, besar
40
memberikan tuakmu sebagai keluarga
ata mbate dise ame, serong dise empo, kudut hiang tau
yang warisan dari moyang warisan dari moyang untuk menjaga dari
dari nenek moyang yang kita percaya untuk menjaga kita semua
41