Anda di halaman 1dari 1

Linguistic 5.3.

1. Dalam bahasa Indonesia proses komposisi ini bersifat produktif, karena dalam
perkembangannya bahasa Indonesia banyak sekali memerlukan kosakata untuk
menampung konsep-konsep yang belum ada kosakatanya atau istilahnya dalam
bahasa Indonesia. Umpamanya, untuk konsep “sapi kecil” atau “sapi yang belum
dewasa” disebut anak sapi, yakni hasil penggabungan kata anak dan sapi; padahal
dalam bahasa lain ada peder (bahasa Jawa) dan ada bull (bahasa Inggris).
2. Proses komposisi bersifat derivasional, karena komposisi merupakan hasil
penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun
yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas
leksikal yang berbeda atau yang baru.
3. Sutan Takdir Alisjahbana (1953), yang berpendapat bahwa kata majemuk adalah
sebuah kata yang memiliki makna baru yang tidak merupakan gabungan makna
unsru-unsurnya. Sedangkan menurut menurut Verhaar (1996 : 154) kata
majemuk adalah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya atau salah
satunya merupakan pokok kata dan yang lain adalah kata. Kesimpulannya adalah
dari beberapa pendapat di atas diketahui bahwa istilah majemuk lebih banyak
digunakan untuk merujuk pada gabungan dua atau lebih kata, yang dimana
gabungan kedua kata itu membentuk atau menghasilkan makna yang baru.
4. Makna gramatikal yang terdapat pada komposisi :
a. Sate kambing  sate yang terbuat dari daging kambing atau berbahan dasar
daging kambing.
b. Sate padang  sate yang berasal dari padang.
c. Sate lontong  sate yang dimakan dengan lontong atau sate bercampur
lontong.
d. Sate Pak Kumis  sate buatan Pak Kumis.

Anda mungkin juga menyukai