Anda di halaman 1dari 181

ANALISIS PROSEDUR PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS

TANAH DAN BANGUNAN PADA BADAN PENDAPATAN DAERAH


KABUPATEN ENDE

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi Universitas Flores

OLEH

AGUS PURWANTO
NIM: 2014 441 030

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS FLORES
ENDE
2018
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Agus Purwanto

NIM : 2014 441 030

Judul : Analisis Prosedur Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah

Dan Bangunan Pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende

Ende, 24 Juli 2018

“Telah Diterima Dan Disetujui Depan Dewan Penguji”

Pembimbing I Pembimbing II

Falentina Lucia Banda, SE.,M.Sc Sesilianus Kapa, SE.,M.M

NIDN: 08 0605 7203 NIDN: 08 1604 6701

Mengetahui :
Ketua Program Studi Akuntansi

Iriany Dewi Soleiman, SE.,M.Sc


NIDN: 08 2603 7001

ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Telah Diterima dan Disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Flores untuk dipertahankan guna
memperoleh gelar Sarjana Akuntansi.

Hari : Senin
Tanggal : 24 Juli 2018

Dewan Penguji:
1. Sabra B. Wahab Thalib, SE.,M.Acc ( ………………………….)
NIDN: 08 1708 6602

2. Iriany Dewi Soleiman, SE.,M.Sc ( ………………..…………)


NIDN: 08 26037001

3. Yulita Londa, SE, M.Si,Akt,CA ( ……………….…………)


NIDN: 08 3107 6301

4. Falentina Lucia Banda, SE.,M.Sc ( ………………………….)


NIDN: 08 0605 7203

5. Sesilianus Kapa, SE.,M.M ( …………………………..)


NIDN: 08 1604 6701

Mengetahui Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Flores

Iriany Dewi Soleiman, SE.,M.Sc Falentina Lucia Banda, SE.,M.Sc


NIDN: 08 26037001 NIDN: 08 0605 7203

iii
UNIVERSITAS FLORES

FAKULTAS EKONOMI, PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi saya dengan
judul: “Analisis Prosedur Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Bangunan Pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende”.

Dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 24 Juli 2018, adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi


ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagain tulisan orang lain yang saya ambil
dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau symbol
yang menunjukkan bahwa gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain,
yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat
bagian atau keseluruhan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan
orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak,
dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil
tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan
tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya
sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh Universitas batal saya
terima.

Ende, 03 Agustus 2018

Yang Memberi Pernyataan

Agus Purwanto

MOTTO:

iv
“Do what you love and love what you do”

Anggun Cipta Sasmi

HALAMAN PERSEMBAHAN

v
Teriring doa dan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Bijaksana,

kupersembahkan skripsi ini untuk:

1. Sang pencipta segalanya ALLAH SWT

2. Bapak dan Mama, kakak ku, kepononakan ku Queen, Quena, Fandy.

3. Sahabatku Selviana Tea, Putri Raya, Ita Julita, Lidya, Lia Betan, Melky Djami

Lata, Aji Sudrajad, Nita Tanggang, Etna Kasing, Cia, Ruth, Astuti Wahab.

4. Teman-teman angkatan 2014 kelas Akuntansi C Ria Ta, Tere Sei, Albertus

Loda, Ella Da Costa, Linda Lifa, Kristina Ie, Alan, Karlin Kune, Helena Meo,

Ona, Delfin Tori, Astin Unde, Anjel Owa, Dedy, Titin Rima, Dewi Sri, Dan

Jonter, Echy Moi, Efra, Elin,

5. BEM Universitas Flores periode 2014/2015, 2015/2016, dan 2016/2017

6. BEM Fakultas Ekonomi periode 2017/2018 dan 2018/2019

7. Teman KKN 2017 di lokasi KKN Kecamatan Inerie Icha, Iche, Lin, Lendro,

Tus, Elsin, Yuli.

8. Almamaterku tercinta Universitas Flores

9. Nusa dan Bangsa

KATA PENGANTAR

vi
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga

bisa menyelsaikan skripsi dengan judul “Analisis Prosedur Pengenaan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Pada Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Ende” sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada

Program Sarjana Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Flores Ende.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta rintangan yang penulis

hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Flores beserta Wakil Rektor

2. Ibu Falentina Lucia Banda, SE.,M.Sc selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Flores, Pembimbing Akademik, dan Pembimbing I yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan selama penyusunan

skripsi.

3. Ibu Iriany Dewi Soleiman, SE.,M.Sc selaku ketua Program Studi Akuntasi

Universitas Flores Ende dan Ibu Nuraini Ismail SE., M.Aks selaku sekretaris

Program Studi Akuntansi Universitas Flores

4. Bapak Sesilianus Kapa SE., M.M selaku Dosen Pembimbing II yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan selama penyusunan

skripsi.

5. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Flores.

vii
6. Bapak Nyo Kosmas SE selaku Kepala Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Ende

7. Ibu Matildis Mensi Tiwe SE., M.Si., Akt. Selaku Sekretaris Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Ende

8. Bapak Anisetus Jata, SE Selaku Kepala Bidang PBB-P2 dan Bea Perolehan

Hak Atas Tanah dan Bangunan.

9. Ibu Durian SE selaku Bendahara Penerimaan BPKAD Kabupaten Ende yang

telah memberikan data data penelitian.

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya

membangun demi kesempurnaannya.

Ende, 24 Juli 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii

PERNYATAAN.....................................................................................................iv

MOTTO..................................................................................................................v

PERSEMBAHAN..................................................................................................vi

KATA PENGANTAR..........................................................................................vii

DAFTAR ISI..........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiv

DAFTAR BAGAN................................................................................................xv

ABSTAK..............................................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar belakang............................................................................................1
1.2 Perumusan masalah....................................................................................6
1.3 Tujuan penelitian .......................................................................................6
1.4 Manfaat penelitian......................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8
2.1 Peneltian Terdahulu...................................................................................8
2.2 Dasar Hukum dan Pengertian Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB)...............................................................11
2.2.1. Prosedur pembayaran BPHTB......................................................14

ix
2.2.2. Prosedur pelaporan BPHTB..........................................................19
2.2.3. Prosedur penagihan BPHTB...........................................................26
2.3 Jenis- jenis hak atas tanah.......................................................................36
2.4 Objek dan Subjek Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan.........36
2.4.1. Objek bea perolehan atas tanah dan bangunan (BPHTB)..............36
2.4.2. Objek pajak yang tidak di kenakan (BPHTB)...............................37
2.4.3. Subjek dan wajib (BPHTB )...........................................................38
2.5 Dasar pengenaan pajak, nilai peroleh objek pajak tidak kena
pajak (NJOPTKP) dan tarif bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan (BPHTB)..................................................................................39
2.6 Hak-hak wajib pajak pada bea perolehan hak kata tanah
Bangunan (BPHTB).................................................................................42
2.7 Pengembalian kelebihan pembangunan (BPHTB).................................46
2.8 Kerangka penelitian.................................................................................47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN51


3.1 Lokasi.......................................................................................................51
3.2 Jenis Penelitian.........................................................................................51
3.3 Jenis Data.................................................................................................51
3.4 Sumber Data.............................................................................................51
3.5 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................51
3.6 Teknik Analisa Data................................................................................52

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................53


4.1 Hasil penelitian...........................................................................................53
4.1.1 Sejarah Umum Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende ........53
4.1.2 Struktur Organisasi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende. .54
4.1.3 Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Pendapatan Daerah
Kabupaten Ende..............................................................................56
4.1.3.1 Dinas...................................................................................56
4.1.3.2 Kepala badan......................................................................56

x
4.1.3.3 Sekretaris............................................................................57
4.1.3.4 Kepala Bidang Pendaftaran Dan Penetapan.......................61
4.1.3.5 Kepala Bidang Penagihan Dan Penyuluhan.......................64
4.1.3.6 Kepala Bidang PBB P2 dan BPHTB..................................68
4.1.3.7 Kepala Bidang Pengendalian, Pengawasan dan Pelaporan 72
4.1.3.8 Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB.................................78
4.2 Pembahasan................................................................................................77
4.2.1 Pokok-pokok Aturan Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Bangunan (BPHTB)............................................................................77
4.2.2 Sistem dan Prosedur Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) ............................................................................................79
4.2.2.1 Prosedur Pengurusan Akta Pemindahan Hak Atas Tanah
dan/atau Bangunan..................................................................81
4.2.2.2 Prosedur Pembayaran BPHTB Oleh Penerima Hak Atas
Tanah dan/atau Bangunan ......................................................89
4.2.2.3 Prosedur Penelitian Surat Setoran Pajak Daerah
BPHTB (SSPD-BPHTB).........................................................94
4.2.2.4 Prosedur Pelaporan BPHTB..................................................100
4.2.2.5 Prosedur Penagihan BPHTB.................................................108
4.2.2.6 Prosedur Pengurangan BPHTB.............................................118
4.2.3 Cara menghitung dan contoh kasus BPHTB.....................................124
4.2.4 Pembagian hasil.................................................................................125
4.2.5 Dasar pengenaan pajak......................................................................126
4.2.6 Ruang Lingkup dan Tahun Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan di Wilayah Kerja Badan Pendapatan
Daerah Kabupaten Ende....................................................................123
4.2.6.1 Hambatan-Hambatan Yang Terjadi Dalam Pelaksanaan
Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan
Dan Upaya-Upaya Yang Dilakukan Oleh Badan Pendapatan
Daerah Kabupaten Ende Untuk Meningkatkan Penerimaan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah

xi
Dan Bangunan ......................................................................127
4.2.7 Realisasi Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan
Di Kabupaten Ende Dalam Wilayah Kerja Badanpendapatan Daerah
Kabupaten Ende Dari Tahun 2013 Sampai Dengan Tahun 2014...131
BAB V PENUTUP..............................................................................................129
5.1 Simpulan........................................................................................................133
5.2 Saran...............................................................................................................134
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

1.1 Realisasi Penerimaan BPHTB Tahun 2013-2016..............................................5

2.1 Penelitian Terdahulu..........................................................................................8

4.3 Pengenaan Nilai Perolehan Objek Pajak (NJOP)...........................................126

4.4 Realisasi Penerimaan BPHTB Tahun 2013-2016..........................................131

xiii
DAFTAR GAMBAR

2.1. Rerangka Pemikiran .......................................................................................50

4.1. Gambar Struktur organisasi Pendapatan daerah.............................................54

xiv
DAFTAR BAGAN

Bagan Alur 2.1 Prosedur Pembayaran...................................................................18


Bagan Alur 2.2 Prosedur Pelaporan BPHTB.........................................................26
Bagan Alur 2.3 Prosedur Penetapan STPD BPHTB..............................................34
Bagan Alur 2.4 Prosedur Penetapan SKPD Kurang Bayar....................................35
Bagan Alur 2.5 Prosedur Penetapan Surat Teguran...............................................36
Bagan Alur 4.1 Prosedur Pengurusan Akta Pemindahan Hak Atas Tanah
dan/atau Bangunan.......................................................................89
Bagan Alur 4.2 Prosedur Pembayaran BPHTB oleh Penerima Hak Atas
Tanah dan/atau Bangunan............................................................92
Bagan Alur 4.3 Prosedur Penelitian SSPD BPHTB ............................................100
Bagan Alur 4.4 Prosedur Pelaporan BPHTB.......................................................101
Bagan Alur 4.5 Prosedur Penagihan....................................................................118
Bagan Alur 4.4 Prosedur Pengurangan BPHTB .................................................123

xv
ABSTRAK

Agus Purwanto. 2018. Analisis Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah
Dan Bangunan Pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende . Sarjana Ekonomi.
Universitas Flores. Falentina Lucia Banda, SE.,M.Sc, Sesilianus Kapa SE., MM
Kata Kunci: Keuangan, Pajak Daerah, BPHTB
Pajak BPHTB telah resmi sepenuhnya menjadi pajak daerah yang berlaku
mulai tanggal 1 Januari 2011. Dengan demikian, per tanggal 1 Januari 2011
Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama) sudah tidak lagi melayani
pengelolaan pelayanan BPHTB, sehingga wajib pajak yang akan melaporkan
pembayaran BPHTB sehubungan dengan proses transaksi properti yang
dilakukannya akan langsung ditangani oleh Pemerintah Kabupaten/Kota setempat.
Dalam pelaksanaan pengenaan, pembayaran, pemungutan dan prosedur pelaporan
pembayaran pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) belum
berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku baik dalam prosedur maupun
penggunaan sistem dalam pelaksanaan pemungutan pajak Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB) sehingga pencapaian dalam penerimaan pajak Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) belum maksimal

Lokasi penelitian ini adalah di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende.


Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui teknik dokumentasi tentang
Peraturan Daerah Kabupaten Ende Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah,
Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2011 tentang Sistem dan Prosedur Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, terdapat hambatan yang terjadi dalam


pelaksanaan prosedur BPHTB antara lain terdapat wajib pajak yang melaporkan
kegiatan perpajakannya secara tidak jujur. Misalnya adanya pemalsuan kwintansi
yang memungkinkan BPHTB yang dibayar menjadi lebih kecil dari yang
seharusnya dan Tingkat Kesadaran Wajib Pajak adalah masih banyak wajib pajak
yang tidak jujur atau tidak tau dengan aturan baru yang berlaku sejak BPHTB
dilimpahkan menjadi pajak daerah. Seperti pada pembayaran pajak. Wajib Pajak
membayar pajak berdasarkan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) yang seharusnya
berdasarkan berapa harga transaksi yang disepakati atau berdasarkan Nilai
Perolehan Obkjek Pajak (NPOP).

Sehingga upaya yang harus dilakukan oleh Badan Pendapatan Daerah


Kabupaten Ende yaitu meningkatkan kinerja para pegawai di Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten Ende tersebut agar pelaksanaan penerimaan pajak dan data-
data pajak dapat terarah sesuai ketentuan yang berlaku

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini kehidupan ekonomi masyarakat telah membuat tanah menjadi

komoditas dan faktor produksi yang dicari oleh manusia. Selain sebagai salah satu

sumber produksi, tanah bagi kebanyakan orang merupakan simbol status yang

penting untuk menunjukkan "keberadaan" seseorang. Semakin banyak bidang

tanah yang dimiliki dan semakin luas tanah yang dimiliki seseorang maka

menunjukkan bahwa orang tersebut semakin "berada" dan dihormati orang lain.

(Thosal:2017).

Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika pembangunan, maka

didalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (3) disebutkan bahwa bumi,

air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Ketentuan mengenai tanah

juga dapat kita lihat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun

1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau yang biasa kita sebut

dengan UUPA (Undang-Undang Pokok Agrian). Selain tanah, bangunan juga

merupakan benda yang penting bagi manusia. Bangunan yang berbentuk rumah

tinggal memberikan manfaat bagi pemiliknya dengan melindunginya dari panas

dan hujan, serta tempat beraktifitas. Bangunan juga memberikan status sosial bagi

pemiliknya sehingga pemilik bangunan selalu berupaya membangun bangunan

dengan bentuk, material, dan konstruksi yang unik sehingga membedakannya

dengan bangunan milik orang lain.

1
Sebagai properti yang penting bagi manusia, tanah dan bangunan dapat

dialihkan oleh pihak yang memiliki atau menguasai tanah dan bangunan kepada

pihak lain yang menginginkannya. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk

mengalihkan pemilikan tanah dan bangunan, antara lain dengan jual beli, hibah,

warisan, tukar-menukar, dan membeli dalam lelang. Apapun cara yang dilakukan,

setiap peralihan tanah dan bangunan tersebut akan dikenakan Pajak Bea Perolehan

Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan

atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan hak atas tanah dan

bangunan adalah perbuatan hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas

tanah dan bangunan oleh orang pribadi atau badan (Diana dan Setiawati,

2010:715). Perolehan hak atas tanah dan bangunan dapat berupa pemindahan hak

dan pemberian hakbaru.

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, Pajak BPHTB resmi dan sah dijadikan sebagai pajak daerah dan

akan dikelola langsung oleh daerah. Seiring dengan adanya otonomi daerah

melalui pola desentralisasi fiskal, pajak BPHTB telah resmi sepenuhnya menjadi

pajak daerah yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 2011. Dengan demikian, per

tanggal 1 Januari 2011 Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama) sudah

tidak lagi melayani pengelolaan pelayanan BPHTB, sehingga wajib pajak yang

akan melaporkan pembayaran BPHTB sehubungan dengan proses transaksi

properti yang dilakukannya akan langsung ditangani oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota setempat.

2
Dialihkannya BPHTB menjadi pajak daerah tingkat Kabupaten/kota,

tentunya dapat meningkatkan realisasi penerimaan pajak daerah. Pendapatan yang

meningkat dapat mendorong pembangunan perekonomian yang lebih baik dan

dapat menurunkan tingkat kemiskinan daerah. Hal ini dikarenakan pemungutan

pajak tersebut dinilai lebih efektif jika diserahkan pada pemerintah daerah, sebab

mereka tahu apa yang terbaik untuk daerahnya dan juga didukung dengan adanya

hubungan antara pembayar pajak dengan penikmat pajak. Pajak yang dibayar

dapat langsung dinikmati oleh masyarakat daerah karena digunakan untuk

pembangunan daerah (Thosal:2017).

Sesuai dengan pasal 33 ayat (3) UUD 1945 tersebut maka sudah sewajarnya

jika pemilik atau yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan (yang

merupakan bagian dari bumi) menyerahkan sebagian nilai ekonomis kepada

pemerintah. Penyerahan sebagian nilai ekonomis dari perolehan tanah dan

bangunan diwujudkan dengan membayar pajak yang dalam hal ini adalah Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Pemungutan Bea Perolehan

Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) tetap memperhatikan asas keadilan

bagi masyarakat dengan golongan ekonomi lemah dan berpenghasilan melalui

nilai perolehan hak atas tanah dan bangunan yang tidak dikenakan pajak.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh

Erliza Rifani Rizki Nasution (2014) yang berjudul Analisis Prosedur Pengenaan

Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Pada Dinas Pendapatan Daerah

Kota Medan. Metode analisa data yang digunakan dengan menggunakan metode

deskriptif, yaitu metode yang dilakukan dengan terlebih dahulu mengumpulkan

3
data yang ada kemudian diklasifikasikan, dianalisis, selanjutnya diinterprestasikan

sehingga dapat memberikan pemecahan terhadap permasalahan.

Persamaan penelitian dengan penelitian Erliza Rifani Rizki Nasution adalah

menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Perbedaan penelitian ini

dengan sebelumnya adalah terletak pada objek penelitiannya. Penelitian

sebelumnya dilakukan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, dengan

menggunakan data Realisasi Penerimaan BPHTB Tahun 2012-2014, sedangkan

penelitian ini dilakukan pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende dengan

menggunakan sumber data realisasi penerimaan BPHTB tahun 2013-2016,

Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pendapatan Asli Daerah, dan

Peraturan Bupati Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Sistem dan Prosedur Bea

Perolehan hak atas tanah dan bangunan.

Badan pendapatan daerah Kabupaten Ende beralamat di Jalan Yos Sudarso

Nomor 5, kelurahan Kotaratu Kabupaten Ende mempunyai tugas yaitu membantu

Kepala Daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan urusan pemerintah daerah

dibidang pendapatan daerah dalam rangka merumuskan dan menetapkan

kebijakan pemerintah daerah; memimpin dan mengkoordinasikan seluruh

kegiatan aparat pelaksana dan staf badan.

Berikut adalah Realisasi Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Ende dari tahun 2013 sampai dengan tahun

2016.

4
Tabel 1.1

Realisasi Penerimaan BPHTB Tahun 2013 – 2016

No Tahun Target Realisasi %

1 2013 Rp 500.000.000 Rp 637.897.750 127.58

2 2014 Rp 650.000.000 Rp 540.686.050 83.18

3 2015 Rp 650.000.000 Rp 537.599.300 82.71

4 2016 Rp 650.000.000 Rp 926.790.480 142.58

Sumber data: BPKAD Kabupaten Ende.

Realisasi penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) di wilayah Kerja Badan Pendapatan Kabupaten Ende dari tahun ke

tahun berbeda-beda, yang diperoleh dari tahun 2015 adalah sebesar Rp

537.599.300 tersebut melewati target di tahun 2015 yang sebesar Rp 650.000.000.

Sedangkan di Tahun 2016 penerimaan BPHTB naik menjadi Rp. 926.790.480 dari

target yang direncanakan sebesar Rp 650.000.000.

Realisasi penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) di Badan Pendapatan Kabupaten Ende pada tahun 2013 sampai dengan

tahun 2016 dalam Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB) sampai saat ini mengalami fluktuasi dari Tahun ke

Tahunnya. Kenaikan yang terjadi ditentukan dari jumlah transanksi Bea Perolehan

hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Ende.

5
Dalam pelaksanaan pembayaran, pemungutan dan prosedur pelaporan

pembayaran pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) belum

berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku baik dalam prosedur maupun

penggunaan sistem dalam pelaksanaan pemungutan pajak Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB) sehingga pencapaian dalam penerimaan pajak Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) belum maksimal.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil penelitian

dengan Judul: “Analisis Prosedur Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas

Tanah Dan Bangunan Pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka masalahnya adalah sebagai berikut:

Bagaimana Prosedur Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan

Bangunan (BPHTB) pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende?”

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui mengenai Prosedur Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas

Tanah Dan Bangunan ( BPHTB) di Badan Pendapatan Kabupaten Ende

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan, pengalaman serta melatih diri untuk aplikasi

langsung pada objek penelitian dengan harapan memperluas wawasan.

2. Bagi Pemerintahan Kabupaten Ende

6
Dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dan memberikan manfaat

dalam menentukan kebijakan khususnya yang berhubungan dengan

prosedur pemungutan BPHTB .

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Untuk menunjang analisis dan landasan teori yang ada, maka diperlukan

penelitian terdahulu sebagai pendukung bagi penelitian ini. Berikut beberapa

penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Judul dan Variabel Alat

Penulis Penelitian Penelitian Hasil Penelitian

Analisis Potensi BPHTB, analisis data 1. Pertumbuhan penerimaan BPHTB

Efektivitas Bea Target BPHTB, kuantitatif di Kota Makassar tahun 2015

Perolehan Hak Efektivitas dan kualitatif mengalami penurunan dengan

Atas Tanah BPHTB, dan persentase sebesar -1,69% .

Dan Bangunan Efektivitas BPHTB Sedangkan untuk tahun 2016

Berbasis mengalami peningkatan dengan

Potensi Dan persentase sebesar 25,16%.

Target Di Kota 2. Potensi penerimaan BPHTB di

Makassar Kota Makassar tahun 2015 dan

Tahun 2015- 2016 masing-masing sebesar

2016 Rp182.883.714.315 dan

Rp214.000.114.881. Sedangkan
Meigy Thosal
target penerimaan BPHTB tahun
(2017)
2015 dan 2016 masing- masing

sebesar Rp228.371.436.037 dan

8
Rp288.766.718.687. Dengan

melihat proporsi potensi dan

target penerimaan BPHTB yang

ditetapkan, menunjukkan bahwa

Pemerintah Daerah keliru dalam

memperhitungkan potensi yang

ada dalam penetapan target

penerimaan BPHTB

3. Tingkat efektivitas pemungutan

BPHTB berbasis potensi di Kota

Makassar tahun 2015 dan 2016

dikategorikan cukup efektif

dengan persentase masing-masing

sebesar 82,23% dan 87,96%

4. Tingkat efektivitas pemungutan

BPHTB berbasis target di Kota

Makassar tahun 2015 dan 2016

dikategorikan kurang efektif

dengan persentase masing-masing

sebesar 65,85% dan 65,18%.

9
Judul dan Variabel Alat

Penulis Penelitian Penelitian Hasil Penelitian

10
Analisis Prosedur Potensi BPHTB Analisis Prosedur Bea Perolehan Hak atas

Pengenaan Bea deskriptif Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Perolehan Hak merupakan tata cara perhitungan dan

Atas Tanah Dan pembayaran Bea Perolehan Hak atas

Bangunan Pada Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang

Dinas Pendapatan terutang berdasarkan pokok-pokok

Daerah Kota aturan yang telah ditetapkan seperti

Medan. Erliza Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah

Rifani Rizki dan Bangunan (BPHTB) sebesar 5%,

Nasution Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak

Kena Pajak (NPOPTKP) adalah


(2014)
sebesar Rp. 60.000.000,00 (Enam

Puluh Juta Rupiah) dan Rp.

300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta

Rupiah) dalam hal Perolehan hak

harena Waris dan atau Hibah Wasiat

yang masih dalam Hubungan

Keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat keatas

atau satu derajat ke bawah dengan

pemberi Wasiat dan atau Hibah

Wasiat termasuk Suami dan atau Istri.

Analisis Efektifitas BPHTB yuridis pertama, Pemerintah Daerah

Pengenaan Bea dan Potensi BPHTB empiris seharusnya memperhatikan beberapa

Perolehan Hak aspek dalam menerbitkan peraturan-

11
Atas Tanah peraturan atau kebijakan-kebijakan

Dan Bangunan tentang Bea Perolehan Hak atas

Dalam Proses Tanah dan Bangunan, aspek-aspek

Jual Beli Tanah tersebut diantaranya kondisi objek

Dan Bangunan pajak dan kondisi masyarakat agar

Di Kabupaten aturan-aturan atau kebijakan-

Kebumen kebijakan tersebut bermanfaat dan

tidak memberatkan kepada

masyarakat. Kedua, Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah (DPPKAD) Kabupaten

Kebumen dalam penentuan kebijakan

pemungutan Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan harus bekerja

sama dengan Notaris/PPAT maupun

Kantor Pertanahan setempat.

2.2 Dasar Hukum Dan Pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan

Bangunan (BPHTB).

Menurut Peraturan daerah Kabupaten Ende Nomor 2 Tahun 2011, Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang dikenakan

atas perolehan hak atas tanah dan bangunan, sedangkan perolehan hak atas tanah

12
dan bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan

diperolehnya atau dimlikinya hak atas tanah dan bangunan oleh orang pribadi atau

badan .

Hak atas Tanah adalah hak atas tanah termasuk pengelolaan, beserta

bangunan diatasnya sebagaimana dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960

tentang peraturan dasar pokok-pokok Agraria dan peraturan Perundang-undangan

yang berlaku.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang perubahan

kedua dari Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 yang sebelumnya telah terjadi

perubahan pertama pada Undang-undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak

Daerah. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah Kontribusi Wajib

kepada daerah yang terutang oleh Objek Pajak (OP) atau Badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan dapat digunakan untuk keperluan daerah, sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Dalam Peraturan daerah Kabupaten Ende Nomor 2 Tahun 2011 mengatur

tentang pemungutan pajak dan retribusi daerah oleh pemerintah daerah

diwilayahnya. Hal yang paling terlihat pada perubahan Undang-Undang ini

adanya 2 ( dua ) jenis pajak pusat yang dialihkan ke pemerintah daerah yaitu Pajak

Bumi Bangunan (PBB) Sektor Pedesaan dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah atau

Bangunan (BPHTB).

13
Sebelumnya Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di

kelola oleh pemerintah pusat melalui kantor pelayanan pajak sebelum diserahkan

untuk dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) diatur oleh

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2000 tentang perubahan

atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang di sebut juga dengan nama “Undang-undang

perubahan atas Undang-undang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB)”. Undang-undang Ini berlaku pada tanggal 1 januari 2001.

Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Nomor 28 Tahun 2009, Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), maka Undang-undang nomor

21 tahun 1997 masih berlaku sampai dengan 1(satu) tahun sejak berlakunya

Undang-undang pajak daerah dan retribusi daerah . sehingga mulai 1 januari 2011

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) bukan merupakan pajak

pusat melainkan menjadi pajak daerah . proses pengalihan diatur lebih lanjut oleh

Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negri.

Dasar Hukum Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

adalah:

1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan

Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

14
2) Peraturan Pemerintah No.111 Tahun 2000 tentang Pengenaan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) karena waris dan

hibah.

3) Peraturan Pemerintah No. 112 Tahun 2000 tentang pengenaan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) karena pemberian

hak pengelolaan.

4) Peraturan Pemerintah No. 113 Tahun 2000 tentang penentuan besarnya

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) Bea

Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan ( BPHTB)

Menurut peraturan Bupati Ende nomor 20 tahun 2011 tentang system

dan prosedur pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan di

Kabupaten Ende Bab II Ruang Lingkup Pasal 2. System dan prosedur

pemungutan bphtb mencakup seluruh rangkaian proses yang harus dilakukan

dalam menerima, mentatausahakan dan melaporkan Bea Perolehan Hak atas tanah

dan banguan. Prosedur sebagaimana dimaksud meliputi 1) prosedur pengurusan

akta pemindahan hak atas tanah dan atau bangunan. 2) prosedur pembayaran

BPHTB. 3) prosedur penelitian surat setoran daerah BPHTB. 4) prosedur

pelaporan BPHTB. 5) posedur Penagihan. 6) prosedur pengurangan.

2.2.1 Prosedur Pembayaran BPTHB

15
Berdasarkan lampiran III peraturan bupati nomor 20 tahun 2011 tentang

prosedur pembayaran BPHTB oleh penerima hak tanah dan atau bangunan.

Prosedur pembayaran BPHTB oleh penerima hak tanah dan atau bangunan

merupakan proses pembayaran yang dilakukan Wjib Pajak atas BPHTB terutang

melalui Bank Yang ditunjuk bendahara penerimaan, bank yang di maksud yakni

Bank BRI. Pihak terkait prosedur pembayaran BPHTB oleh Peneriman Hak

Tanah Dan Atau Bangunan meliputi:

1. Wajib pajak selaku penerima Hak.

Merupakan pihak yang memiliki kewajiban membayar BPhtb terutang atas

perolehan ha katas tanah dan atau bangunan

2. Pejabat pembuat akta tanah (PPAT)

Merupakan pihak yang menyiapkan surat setoran pajak daerah BPTHB

sebagai dasar bagi Wajib Pajak dalam membayar BPHTB terutang dan

membangun melakukan perhitungannya.

3. Bank yang ditunjuk atau bendahara penerimaan.

Merupakan pihak yang menerima pembayaran BPHTB terutang dari wajib

pajak. Dalam prosedur ini Bank yang di tunjuk atau bendahara penerimaan

berwenang untuk;

a. Menerima pembayaran BPHTB terutang dari wajib Pajak

b. Memeriksa kelengkapan pengisian SSPD BPHTB

c. Mengembalikan SSPD BPHTB yang pengisiannya tidak Lengkap

atau kurang

16
d. Menandatangani SSPD BPHTB yang telah lengkap pengisisannya.

e. Mengarsip SSPD BPHTB lembar 5 dan SSPd BPHTB lembar 6

Berikut langkah-langkah teknis dalam Prosedur pembayaran BPHTB oleh

penerima hak tanah dan atau bangunan.

LANGKAH-LANGKAH TEKNIS

Langkah 1

Berdasarkan prosedur sebelumnya, Wajib Pajak akan menerima SSPD

BPHTB yang telah diisi. SSPD BPHTB merupakan urat yang oleh Wajib Pajak

digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang

ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati dan sekaligus

untuk melaporkan data perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Surat

Setoran BPHTB terdiri atas 6 lembar, dengan perincian sebagai berikut:

a) Lembar 1:

Untuk Wajib Pajak.

b) Lembar 2:

Untuk PPAT sebagai arsip.

c) Lembar 3:

Untuk Kantor Pertanahan sebagai lampiran permohonan

pendaftaran.

17
d) Lembar 4:

Untuk Seksi Pelayanan Umum sebagai lampiran permohonan

penelitian SSPD BPHTB.

e) Lembar 5:

Untuk Bank yang ditunjuk/Bendahara Penerima sebagai arsip.

f) Lembar 6:

Untuk Bank yang ditunjuk/Bendahara Penerima sebagai laporan

kepada Bendahara Penerimaan DPPKAD.

Sebelum digunakan dalam proses pembayaran, Wajib Pajakdan PPAT

atau Notaris menandatangani SSPD BPHTB tersebut.

Langkah 2

Wajib Pajak menyerahkan SSPD BPHTB kepada Bank yang

ditunjuk/Bendahara Penerima. Pada saat yang bersamaan, Wajib Pajak kemudian

membayarkan BPHTB terutang melalui Bank yang ditunjuk/Bendahara

Penerima.

Langkah 3

Bank yang ditunjuk/Bendahara Penerima menerima SSPD BPHTB dan

uang pembayaran BPHTB terutang dari Wajib Pajak. Bank yang

ditunjuk/Bendahara Penerima kemudian memeriksa kelengkapan pengisian

SSPD BPHTB dan kesesuaian besaran nilai BPHTB terutang dengan uang

pembayaran yang diterima dari Wajib Pajak.

18
Langkah 4

Bank yang ditunjuk/Bendahara Penerima menandatangani SSPD BPHTB.

Lembar 5 dan 6 disimpan sedangkan lembar 1-4 dikembalikan ke Wajib Pajak.

Langkah 6

Wajib Pajak menerima SSPD BPHTB lembar 1, 2, 3, dan 4 dari Bank yang

ditunjuk/Bendahara Penerima. Wajib Pajak kemudian melakukan proses

berikutnya, yaitu permohonan penelitian SSPD BPHTB ke Seksi Pelayanan

Umum DPP

Berikut adalah prosedur pembayaran BPHTB oleh penerima hak tanah dan

atau bangunan :

19
Bagan alur 2.1
Prosedur Pembayaran BPHTB Oleh Penerima Hak dan/atau Bangunan

Sumber : BPKAD Kabupaten Ende

20
2.2.2 Prosedur Pelaporan BPHTB

a. Gambaran Umum

Prosedur pelaporan BPHTB merupakan proses yang

dilakukan oleh Bank yang ditunjuk/ Bendahara Penerimaan dalam

melaporkan penerimaan pembayaran BPHTB dari Wajib Pajak.

Prosedur ini juga meliputi proses pelaporan yang dilakukan Pejabat

Pembuat Akta Tanah atas setiap akta pemindahan hak yang telah

diterbitkan.

Prosedur ini melibatkan Bank yang ditunjuk atas

penerimaan pembayaran BPHTB dari Wajib Pajak yang melalui

mekanisme penyetoran ke rekening penerimaan kas daerah.

b. Pihak Terkait

1. Bank yang ditunjuk

Merupakan pihak yang menerima pembayaran BPHTB dari Wajib

Pajak melalui mekanisme penyetoran ke rekening penerimaan

kas daerah. Bank yang ditunjuk berwenang dan bertugas untuk:

a) Menerima pembayaran BPHTB dari Wajib Pajak;

b) Menerbitkan dan menyampaikan Nota Kredit kepada

Bendahara Penerimaan atas setiap pembayaran BPHTB melalui

rekening penerimaan kas daerah;

c) Menyiapkan Register SSPD BPHTB.

21
2. Bendahara Penerimaan

Merupakan pejabat fungsional yang ditunjuk untuk

menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan

mempertanggung jawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka

pelaksanaan APBD pada unit kerja SKPD. Dalam prosedur ini

Bendahara Penerimaan berwenang dan bertugas untuk:

a) Menerima Nota Kredit dari Bank yang ditunjuk atas setiap

pembayaran BPHTB dari Wajib Pajak melalui mekanisme

penyetoran ke rekening penerimaan kas daerah.

b) Menerima Register SSPD BPHTB dari Bank yang

ditunjuk atas pembayaran BPHTB dari Wajib Pajak melalui

mekanisme penyetoran ke rekening penerimaan kas daerah.

c) Menyiapkan Register SSPD BPHTB atas pembayaran BPHTB

dari Wajib Pajak yang melalui mekanisme tunai ke Bendahara

Penerimaan.

d) Mencatat penerimaan BPHTB dalam Buku Penerimaan &

Penyetoran.

e) Menyiapkan Register STS.

f) Mendapatkan SSPD BPHTB lembar 5 dari Bank yang

ditunjuk/Wajib Pajak.

3. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

22
Merupakan pihak yang menyiapkan dan menandatangani

Akta Pemindahan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. Dalam

prosedur ini PPAT berwenang dan bertugas untuk membuat

Laporan Penerbitan Akta Pemindahan Hak atas Tanah dan/atau

Bangunan.

4. Fungsi Pembukuan & Pelaporan

Merupakan pihak yang bertugas untuk menyiapkan Laporan

Realisasi PAD berdasarkan dokumen-dokumen yang diterima dari

Bank yang ditunjuk/ Bendahara Penerimaan dan Pejabat Pembuat

Akta Tanah. Dalam prosedur ini Fungsi Pembukuan & Pelaporan

berwenang dan bertugas untuk:

a. Menerima SSPD BPHTB lembar 6 dari Bendahara

Penerimaan.

b. Menerima Register SSPD BPHTB dari Bendahara

Penerimaan.

c. Menerima Register STS dari Bendahara Penerimaan.

d. Menerima Buku Penerimaan & Penyetoran dari Bendahara

Penerimaan.

e. Menerima Laporan Penerbitan Akta Pemindahan Hak atas

Tanah dan/atau Bangunan dari PPAT.

f. Menyiapkan Laporan Realisasi PAD.

23
LANGKAH-LANGKAH TEKNIS

1 . Pelaporan BPHTB yang diterima melalui Bank yang Ditunjuk.

Langkah 1

Berdasarkan prosedur sebelumnya, Bank yang Ditunjuk mengarsip SSPD

BPHTB lembar 5 dan SSPD BPHTB Lembar 6 atas setiap penerimaan

pembayaran BPHTB dari Wajib Pajak yang melalui mekanisme

penyetoran ke rekening penerimaan kas daerah.

Langkah 2

Berdasarkan SSPD BPHTB lembar 5 dan lembar 6, Bank yang

Ditunjuk menerbitkan Nota Kredit dan membuat Register SSPD BPHTB

atas setiap penerimaan pembayaran BPHTB dari Wajib Pajak. Bank yang

ditunjuk mengarsip SSPD BPHTB lembar 5.

Langkah 3

Bank yang Ditunjuk kemudian menyerahkan Nota Kredit ke Bendahara

Penerimaan atas setiap penerimaan pembayaran BPHTB melalui

rekening penerimaan kas daerah.

Langkah 4

24
Bendahara Penerimaan menerima Nota Kredit dari Bank yang Ditunjuk.

Bendahara Penerimaan kemudian mencatat penerimaan BPHTB ke Buku

Penerimaan & Penyetoran. Bendahara Penerimaan juga mencatat

penerimaan BPHTB ke dalam Register STS.

Langkah 5

Secara periodik, Bank yang ditunjuk menyampaikan Register SSPD

BPHTB yang dilampiri dengan SSPD BPHTB lembar 6 ke Fungsi

Pembukuan dan Pelaporan.

Langkah 6

Fungsi Pembukuan dan Pelaporan menerima Register SSPD BPHTB yang

dilampiri dengan SSPD BPHTB lembar 6.

2. Pelaporan Penerbitan Akta oleh PPAT

Langkah 1

Berdasarkan prosedur sebelumnya, PPAT menyiapkan dan menandatangani

Akta Pemindahan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. PPAT juga

menerima SSPD BPHTB lembar 2 dari Wajib Pajak.

Langkah 2

PPAT membuat Laporan Penerbitan Akta Pemindahan Hak atas Tanah

dan/atau Bangunan atas setiap akta yang telah diterbitkan.

Langkah 3

25
PPAT menyampaikan Laporan Penerbitan Akta Pemindahan Hak atas

Tanah dan/atau Bangunan ke Fungsi Pembukuan & Pelaporan.

Langkah 4

Fungsi Pembukuan & Pelaporan menerima Laporan Penerbitan Akta

Pemindahan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

3. Pelaporan Realisasi PAD Langkah 1

Berdasarkan prosedur C.1, C.2, dan C.3, maka Fungsi Pembukuan &

Pelaporan menerima dokumen berupa Register SSPD BPHTB, SSPD

BPHTB lembar 6, Buku Penerimaan & Penyetoran, Register STS, dan

Laporan Penerbitan Akta Pemindahan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

Langkah 2

Berdasarkan dokumen-dokumen tersebut, Fungsi Pembukuan &

Pelaporan menyusun Laporan Realisasi PAD.

26
27
BAGAN ALIR 2.3
Prosedur pelaporan

26

Sumber: BPKAD Kabupaten Ende

28
2.2.3 Prosedur Penagihan BPHTB

a. Gambaran Umum

Prosedur penetapan SSPD BPHTB merupakan proses yang

dilakukan Seksi Pelayanan Umum dalam menetapkan tagihan BPHTB

terutang yang disebabkan karena BPHTB terutang menurut SSPD

BPHTB; tidak/kurang dibayar, salah tulis, salah hitung, dan kena

bunga/denda.

Prosedur penetapan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar

BPHTB/Kurang Bayar Tambahan BPHTB merupakan proses yang

dilakukan Seksi Pelayanan Umum dalam memeriksa BPHTB yang

masih kurang dibayar atas SSPD BPHTB dalam jangka waktu 5 (lima)

tahun semenjak dibayar oleh Wajib Pajak atau atas Surat Ketetapan

Pajak Daerah (SKPD) Kurang Bayar dalam jangka waktu 5

(lima) tahun semenjak diterbitkan.

Prosedur penetapan Surat Teguran merupakan proses yang

dilakukan Seksi Penagihan dalam menindaklanjuti Wajib Pajak yang

belum melunasi BPHTB terutang hingga pada saat jatuh tempo.

Prosedur ini melibatkan Seksi Pengelolaan Penilaian dan

Teknologi Informasi Data sebagai pihak yang memiliki dan mengelola

database Daftar Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) BPHTB, Daftar

SKPD Kurang Bayar BPHTB dan Daftar SKPD Kurang Bayar

Tambahan BPHTB.

29
b. Pihak Terkait

Wajib Pajak Merupakan pihak yang memiliki kewajiban

membayar BPHTB terutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak Daerah

(STPD) BPHTB, Surat Keputusan Pajak Daerah Kurang Bayar

BPHTB, Surat Keputusan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan

BPHTB. Wajib Pajak juga akan menerima Surat Teguran jika pada saat

jatuh tempo belum melunasi BPHTB terutang.

c. Seksi Pelayanan Umum

Merupakan pihak yang berwenang dan bertugas untuk:

1) Memeriksa SSPD BPHTB

2) Menerbitkan STPD BPHTB

3) Menerbitkan SKPD Kurang BayarBPHTB

4) Menerbitkan SKPDB Kurang Bayar Tambahan BPHTB

d. Seksi Penagihan

Merupakan pihak yang berwenang dan bertugas untuk

mengeluarkan surat teguran terhadap wajib pajak yang belum melunasi

BPHTB terutang hingga pada saat jatuh tempo.

e. Seksi Pengelolaan Penilaian dan Teknologi Informasi Data

Merupakan pihak yang mengelola database Daftar Surat

Tagihan Pajak Daerah (STPD) BPHTB, Daftar SKPD Kurang Bayar

BPHTB dan Daftar SKPD Kurang Bayar Tambahan BPHTB.

30
Langkah-Langkah Teknis

1. Penetapan STPD BPHTB

Langkah 1

Berdasarkan prosedur pembayaran BPHTB sebelumnya, maka Seksi

Pelayanan Umum mengarsip SSPD BPHTB yang telah dibayarkan oleh

Wajib Pajak.

Langkah 2

Seksi Pelayanan Umum lalu memeriksa setiap SSPD BPHTB terutang

yang tidak/kurang dibayar, salah tulis, salah salah hitung, dan kena

bunga/denda.

Langkah 3

Atas SSPD BPHTB terutang yang tidak/kurang dibayar, salah tulis,

salah salah hitung, dan kena bunga/denda maka Seksi Penagihan

membuat daftar nomitanif SSPD BPHTB yang tidak/kurang dibayar,

salah tulis, salah hitung, dan kena bunga/denda. Seksi Penagihan

mengirim daftar nominatif untuk dilakukan perekaman pada database.

Seksi Penagihan kemudian mengarsip daftar tersebut.

Langkah 4

Seksi Pelayanan Umum menerbitkan STPD BPHTB berdasarkan Daftar

SSPD BPHTB yang tidak/kurang dibayar, salah tulis, salah hitung, dan

kena bunga/denda. STPD BPHTB dicetak rangkap 2 (dua).

Langkah 5

31
Seksi Pelayanan Umum mengarsip STPD BPHTB (lembar 2).

Langkah 6

Seksi Penagihan mengirimkan STPD BPHTB (lembar 1) kepada

Wajib Pajak

Langkah 7

Seksi Penagihan memperbaharui Daftar STPD BPHTB atas setiap

STPD BPHTB yang telah dikirimkan kepada Wajib Pajak.

Langkah 8

Wajib Pajak menerima STPD BPHTB dan membayarkan BPHTB

terutang sesuai dengan prosedur pembayaran BPHTB.

2. Penetapan Surat Keputusan Pajak Daerah (SKPD) Kurang Bayar

BPHTB/ Kurang Bayar Tambahan BPHTB

Langkah 1

Berdasarkan prosedur pembayaran BPHTB sebelumnya, maka Kepala

Dinas akan mengarsip SSPD BPHTB yang telah dibayarkan

oleh Wajib Pajak.

Langkah 2

Seksi Penagihan memeriksa setiap SSPD BPHTB yang telah berjangka

waktu 5 (lima) tahun semenjak dibayar oleh Wajib Pajak. Kepala

Dinas memeriksa nilai BPHTB terutang yang tercantum dalam SSPD

BPHTB tersebut. Atas SSPD BPHTB yang ternyata kurang bayar,

Kepala Dinas kemudian menerbitkan Daftar SSPD BPHTB yang

kurang dibayar.

32
Langkah 3

Seksi Penagihan juga memeriksa setiap SKPD Kurang Bayar yang telah

berjangka waktu 5 (lima) tahun semenjak diterbitkan. Kepala Dinas

memeriksa nilai BPHTB terutang yang tercantum dalam SKPD Kurang

Bayar tersebut. Atas SKPD Kurang Bayar yang masih kurang bayar,

Kepala Dinas kemudian menerbitkan Daftar SKPD Kurang Bayar yang

masih kurang dibayar.

Langkah 4

Berdasarkan daftar yang telah dibuat, Kepala Dinas menerbitkan

SKPDKB Bayar (rangkap 2) dan SKPD Kurang Bayar Tambahan

(rangkap 2).

Langkah 5

Seksi Penagihan mengarsip SKPD Kurang Bayar (lembar 2) dan

SKPD Kurang Bayar Tambahan (lembar 2).

Langkah 6

Seksi Penagihan mengirimkan SKPD Kurang Bayar (lembar 1) dan

SKPD Kurang Bayar Tambahan (lembar 1) kepada Wajib Pajak.

Langkah 7

Seksi Penagihan memperbaharui Daftar SKPDB Kurang Bayar

atas setiap SKPDB Kurang Bayar yang telah dikirimkan kepada Wajib

Pajak.

33
Langkah 8

Seksi Penagihan memperbaharui Daftar SKPD Kurang Bayar

Tambahan atas setiap SKPD Kurang Bayar Tambahan yang telah

dikirimkan kepada Wajib Pajak.

Langkah 9

Wajib Pajak menerima SKPD Kurang Bayar/ SKPD Kurang Bayar

Tambahan dan membayarkan BPHTB terutang sesuai dengan

prosedur pembayaran BPHTB.

3. Penerbitan Surat Teguran

Langkah 1

Berdasarkan prosedur penetapan STPD BPHTB/ SKPD Kurang Bayar/

SKPD Kurang Bayar Tambahan, Seksi Pelayanan Umum menyimpan:

a) Daftar STPD BPHTB

b) Daftar SKPD Kurang Bayar

c) Daftar SKPD Kurang Bayar Tambahan

Dengan menggunakan daftar-daftar tersebut, Seksi Pelayanan Umum

memantau surat ketetapan BPHTB yang akan mendekati jatuh tempo.

Langkah 2

34
Selama 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo, Seksi Penagihan

menghubungi dan melakukan pendekatan persuasif kepada Wajib

Pajak agar melunasi BPHTB yang masih terutang. Pendekatan

persuasif, meliputi:

a) Menghubungi wajib pajak melalui telepon

b) Mengirimkan Surat Pemberitahuan dan Himbauan.

Langkah 3

Setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo, atas permintaan penundaan

atau pembayaran pajak secara mengangsur oleh Wajib Pajak yang

disetujui, maka Seksi Penagihan terus melakukan pendekatan

persuasif kepada Wajib Pajak agar melunasi BPHTB yang masih

terutang.

Langkah 4

Setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo, atas permintaan penundaan

atau pembayaran pajak secara mengangsur oleh Wajib Pajak yang

tidak disetujui, Seksi Penagihan menerbitkan Surat Teguran (rangkap

2).

Langkah 5

Seksi Penagihan mengarsip Surat Teguran (lembar 2).

Langkah 6

35
Seksi Penagihan mengirimkan Surat Teguran (lembar 1) kepada

Wajib Pajak.

Langkah 7

Wajib Pajak menerima Surat Teguran.

Langkah 8

Seksi Penagihan memperbaharui Daftar Surat Teguran atas setiap

Surat Teguran yang dikirimkan kepada Wajib Pajak.

36
Bagan alir 2.3
Prosedur Penetapan STPD BPHTB

34

Sumber BPKAD Kabupaten Ende

37
Bagan alir 2.4
Penetapan SKPD Kurang Bayar

35

Sumber BPKAD Kabupaten Ende

38
Bagan alir 2.5
Penetapan Surat Teguran

36

Sumber BPKAD Kabupaten Ende

39
2.3 Jenis-Jenis Hak atas Tanah

Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang pada seseorang yang

mempunyai hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah

tersebut. Hak atas tana berbeda dengan hak penggunaan atas tanah.

Hak-hak atas tanah yang dimaksud ditentukan dalam pasal 53 UUPA, antara lain :

a. Hak milik

b. Hak guna usaha

c. Hak guna bangunan

d. Hak pakai

e. Hak sewa

f. Hak membuka tanah

g. Hak memungut hasil tanah

h. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak tersebut di atas yang

ditetapkan oleh UU serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagaimana

disebutkan dalam pasal 53.

2.4 Objek dan Subjek Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB)

2.4.1 Objek Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB)

Objek Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) adalah

perolehan hak atas tanah dan bangunan. Perolahan hak atas tanah dan bangunan

meliputi:

40
1. Pemindahan hak karean :

a. Jual-beli

b. Tukar-menukar

c. Hibah

d. Hibah wasiat

e. Waris

f. Pemasukan dalam perseroan atau badan hbukum lainnya

g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan

h. Penunjukan pembelli dalam lelang

i. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum

tetap

j. Penggabungan usaha

k. Peleburan usaha

l. Pemekaran usaha

m. Hadiah

2. Pemberian hak baru karena:

a. Kelanjutan pelepasan hak

b. Diluar pelepasan hak

2.4.2 Objek Pajak Yang Tidak Dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah

Dan Bangunan (BPHTB).

Objek pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan

Bangunan (BPHTB) adalah Objek Pajak yang diperoleh :

a. Perwakilan Diplomatik,Konsulat dengan asas timbal balik.

41
b. Negara untuk penyelenggara Pemerintah dan atau pelaksanaan

pembangunan guna kepentingan umum.

c. Badan/perwakilan Organisasi Internasional yang di tetapkan dengan

Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha

atau melakukan kegiatan diluar fungsi dan tugas badan atau

perwakilan organisasi tersebut.

d. Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau persturan hukum

lain tanpa perubahan nama.

e. Orang pribadi atau badan karena wakaf.

f. Orang pribadi atau badan untuk kepentingan ibadah.

2.4.3 Subjek dan Wajib Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan

Yang menjadi subjek Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak Atas Tanah Dan

Bangunan . Subjek Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB)

tersebut yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi Wajib Pajak menurut

Undang-undang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan.

Subjek pajak Bea Perolahn Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) yaitu:

a. jual beli yaitu pembeli

b. Tukar menukar yaitu kedua belah pihak

c. hibah yaitu penerima hibah

d. hibah wasiat yaitu penerima hibah wasiat

e. waris yaitu penerima waris

42
f. pemasukan kedalam perseroan atau badan hukum lainnya yitu orang

pribadi atau badan penerima peralihan hak

g. penunjukan pembeli dalam leleang yaitu pemenang

h. pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuasaan hukum tetap yaitu

pihak yang memperoleh hak sesuai keputusan hakim

i. penggabungan usaha yaitu badan usaha eksis

j. peleburan usaha yaitu badan usaha baru

k. pemekaran usaha yaitu badan usaha baru

l. hadiah yaitu penerimaan usaha

m. perolehan hak baru sebagai kelanjutan dan pelepasan hak yaitu orang

pribadi atau badan yang memperoleh hak baru perolehan hak baru selain

pelepasan hak yaitu orang pribadi atau badan yang memperoleh hak tanah

negara

2.5 Dasar Pengenaan Pajak, Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena

Pajak (NPOPTKP), Dan Tarif Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan

Bangunan (BPHTB).

1. Dasar Pengenaan Pajak

Yang menjadi dasar pengenaan pajak adalah Nilai Perolehan Objek

Pajak (NPOP). NPOP ditentukan sebesar :

1) Harga transaksi ,dalam jual beli

2) Nilai pasar objek pajak dalam hal:

a. Tukar-menukar

b. Hibah

43
c. Hibah wasiat

d. Waris

e. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya

f. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan hak

g. Peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang

mempunyai kekuatan hukum tetap

h. Pemberian hak baru atas tanah sebagai sebagai kelanjutan

dari pelepasan hak

i. Pemberian hak baru atas tanah diluar pelepasan hak

j. Penggabungan usaha

k. Peleburan usaha

l. Pemekaran usaha

m. Hadiah

3) Harga transaksi yang tercantum dalam risalah lelang dalam hal:

penunjukan pembeli dalam lelang

4) Nilai jual objek pajak Bumi dan Bangunan (NJOP PBB), apabila

besarnya NPOP sebagaimana dalam point 1 dan 2 tidak diketahui

atau NPOP lebih rendah daripada NJOP PBB

Contoh:

Tuan Amri Nst membeli tanah dan bangunan dengan

NPOP (harga transaksi) Rp 100.000.000,00. NJOP PBB

tersebut yang digunakan dalam pengenaan Rp 120.000.000,00

44
maka yang dikenakan sebagai dasar pengenaan BPHTB adalah

Rp 120.000.000,00 dan bukan Rp 100.000.000,00.

2. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP)

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP)

adalah suatu jumlah tertentu Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) yang

tidak dikenakan besarnya NPOPTKP ditetapkan dengan Peraturan

Daerah (Perda), dengan ketentuan:

a. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan paling

banyak sebesar Rp.300.000.000,00 dalam hal perolehan karena

waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi dalam

hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus atau

sederajat dengan pemberi hibah wasiat,termasuk suami isri.

b. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak secara regional

ditetapkan paling banyak Rp 60.000.000,00 yang sewaktu-waktu

besarnya dapat diubah oleh peraturan daerah.

3. Tarif Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan

Tarif Bea Perolehan Hak Atas Tanah Atau Bangunan yang telah

ditetapkan paling tinggi yaitu sebesar 5%. Tarif Bea Perolehan Hak

Atas Tanah Atau Bangunan ditetapkan oleh pemerintah Daerah. Cara

menghitung BPHTB:

BPHTB = Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak x Tarif

= (NPOP-NPOPTKP) x 5%

45
Contoh (Regional): Tuan Amri Nst membeli tanah dan bangunan

dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 80.000.000,00. Sedangkan

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak yang berlaku di:

Kabupaten/Kota tersebut Rp 60.000.000,00

Perhitungannya:

Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 80.000.000,00

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 60.000.000,00

Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak Rp 20.000.000,00


BPHTB yang terutang = Rp 20.000.000,00 x 5%

= Rp 1.000.000,00

2.6 Hak–hak Wajib Pajak Pada Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan

Bangunan (BPHTB)

1. Keberatan

a. Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala

Daerah atau Pejabat yang ditunjuk atas suatu:

1) Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan

2) Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan Kurang Bayar (SKBKB).

3) Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT).

46
4) Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan Lebih Bayar (SKBLB).

5) Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan Nihil ( SKBN).

6) Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan

peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang

berlaku.

b. Dalam mengajukan keberatan Wajib Pajak harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

1) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahas Indonesia

dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

2) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas ketetapan

pajak secara jabatan,Wajib Pajak harus dapat membuktikan

ketidakbenaran ketetapan pajak tersebut.

c. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3

bulan sejak diterimanya surat ketetapan bea perolehan hak atas

tanah dan bangunan (BPHTB) kurang bayar tambahan, surat

ketetapan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB)

Nihil oleh wajib pajak , kecuali apabila wajib pajak dapat

menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat menunjukan

bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan

diluar kekuasaannya.

47
d. Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana

dimaksud diatas tidak dianggap sebagai Surat Keberatan sehingga

tidak dipertimbangkan

e. Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak

dan pelaksanaan penangihan pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

f. Kepala daerah dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak

tanggal surat keberatan diterima,harus memberikan keputusan atas

keberatan yang diajukan.

g. Sebelum Surat Keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat

menyampaikan bukti tambahan atau penjelasan tertulis.

h. Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa

mengabulkan seluruhnya, atau sebagainya, menolak, atau

menambah besarnya jumlah pajak yang terutang.

i. Apabila dalam jangka waktu 12 bulan telah lewat dan Kepala

Daerah tidak memberikan suatu keputusan,keberatan yang

diajukan tersebut dianggap diterima.

2. Banding

a. Wajib pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya

kepada Badan Peradilan Pajak terhadap keputusan mengenai

keberatannya yang ditetapkan Kepala Daerah.

b. Permohonan sebagaimana dimaksud diatas diajukan secara tertulis

dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas

dalam jangka waktu paling lama 3 bulan sejak keputusan

48
keberatan diterima, dilampiri, salinan dari surat keputusan

tersebut.

c. Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban

membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

d. Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding

dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran

pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2%

sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak

tanggal pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaran

pajak sampai dengan diterbitkan keputusan keberatan atau

keputusan Banding.

3. Pengurangan

Atas permohonan Wajib Pajak, pengurangan pajak yang

terutang dapat diberikan karena:

a. Kondisi tertentu wajib pajak, yang berhubungan dengan objek

pajak.

Contoh :

1) wajib pajak tidak mampu secara ekonomis yang memperoleh

hak baru melalui program pemerintah dibidang pertanahan.

2) wajib pajak Orang Pribadi menerima Hibah dari Orang

Pribadi yang mempunyai hubungan keluarga.

b. Kondisi wajib pajak yang hubungannya dengan sebab-sebab

tertentu.

49
Contoh :

1) wajib pajak yang memperoleh hak atas tanah meliputi

pembelian dari hasil ganti ruginya dibawah Nilai Jual Objek

Pajak.

2) wajib pajak yang memperoleh hak atas tanah sebagai

pengganti atas tanah yang dibebaskan oleh pemerintah untuk

kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus.

3) wajib Pajak yang terkena dampak krisis ekonomi dan moneter

yang berdampak luas pada kehidupan perekonomian nasional

sehinga Wajib Pajak harus melakukan rekonstrukturalisasi

usaha dan atau utang usaha sesuai kebijakan pemerintah.

4) Tanah dan atau bangunan digunakan semata-

mata untuk kepentingan sosial atau pendidikan yang

semata-mata tidak untuk mencari keuntungan.

2.7 Pengembalian Kelebihan Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas

Tanah Dan bangunan (BPHTB)

Wajib pajak dapat mengajukan usul permohonan pengembalian atas

kelebihan pembayaran pajak kepada Direktur Jenderal Pajak (DJP), antara lain

berupa:

a. Pajak yang dibayar lebih besar daripada seharusnya terutang,

b. Pajak yang dterutang yang dibayarkan oleh wajib pajak sebelum akta

ditandatangani, namun perolehan hak atas tanah atau bangunan tersebut

batal.

50
Berdasarkan kondisi di atas maka pengembalian kelebihan pembayaran

dapat diberikan karena:

a. Pengajuan permohonan pengurangan yang dikabulkan baik sebagian

ataupun seluruhnya,

b. Pengajuan keberatan atau banding yang dikabulkan baik sebagian atau

seluruhnya, maka jumlah pengembalian akan ditambahkan bunga 2%/bln

maksimal 24 bulan,

c. Pajak yang dibayar lebih besar dari yang seharusnya terutang atau sudah

terlanjur bayar tetapi proses perolehan haknya dibatalkan, maka terlebih

dahulu akan dilakukan dilakukan proses pemeriksaan (Pasal 22) jumlah

pengembalian akan ditambahkan bunga 2%/bln maksimal 24 bulan apabila

pengembalian telah lewat 2 bulan,

d. Perubahan peraturan perundang-udangan.

Pengajuan permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak

tersebut diajukan oleh WP ke DirJen Pajak. Kemudian DirJen Pajak dalam

jangka waktu paling lama 12 bulan sejak diterimanya permohonan harus

memberikan keputusan. Terhadap pengembalian pajak tersebut WP dapat

melakukan restitusi atau kompensasi.

2.8 Kerangka Pemikiran

Pajak merupakan pemasukan sumber dana bagi negara atau daerah, karena

sumber dana dari sektor pajak dimanfaatkan oleh pemerintah untuk

membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan umum selain itu pajak

juga digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.

51
Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro adalah Pajak adalah iuran

rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat

ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (2002:1).

Pajak bersifat memaksa bagi para wajib pajak yang sudah mempunyai

NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan sudah mampu dalam membayar pajak,

pajak menurut lembaga pemungutannya terdapat dua pajak yaitu pajak pusat dan

pajak daerah. Pajak pusat adalah pajak yang pemungutannya dilakukan oleh

pemerintah sedangkan pajak daerah adalah pajak yang dipungut daerah

berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah.

Menurut Waluyo menyatakan bahwa pajak adalah iuran kepada negara

(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut

peraturan – peraturan. Dengan tidak mendapat kontra prestasi kembali yang

langsung dapat ditujuk dan yang kegunannya adalah untuk membiayai

pengeluaran – pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk

menyelenggarakan pemerintahan (2003:4).

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pungutan

atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan hak atas tanah dan

atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan

diperolehnya hak atas dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.

Hak atas tanah adalah hak atas tanah termasuk hak pengelolaan, berserta

bangunan di atasnya sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960

52
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-undang Nomor 16

tentang Rumah Susun dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lainnya.

Dasar pengenaan atas bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dari nilai

perolehan objek pajak dengan besaran tarif sebesar 5% dari nilai perolehan objek

pajak. Pada awalnya, BPHTB dipungut oleh pemerintah pusat, tetapi sesuai

dengan amanat Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah (PDRD), mulai 1 Januari 2011, BPHTB dialihkan menjadi pajak

daerah yang dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota.

Dari uraian diatas mengenai pajak diatas BPHTB termasuk kedalam pajak

daerah yang dimana pemungutannya dilakukan oleh pemerinah daerah. Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Ende merupakan kantor yang digunakan untuk

pembayaran pajak diantaranya BPHTB dan pengurangan pembayaran BPHTB

terutang dapat dilakukan di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende sesuai

prosedur yang berlaku. Dimana Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende

sangat berperan dalam pembayaran BPHTB.

Berikut paradigma dari uraian kerangka pemikiran diatas dapat

digambarkan sebagai berikut :

53
RERANGKA BERPIKIR

PAJAK BPHTB Prosedur BPHTB

Pembayaran BPHTB

Sumber: Olahan Penulis, 2018

54
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende

yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso No. 5 Ende.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif, dalam penelitian ini penulis bermaksud menggambarkan dan

melaporkan secara rinci, sistematis dan menyeluruh mengenai segala

sesuatu yang berkaitan dengan pemungutan BPHTB.

3.3 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.

Data kualitatif ini adalah data yang tidak berbentuk angka.

3.4 Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data yang didunakan oleh peneliti

adalah data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu, data yang

diperoleh dari referensi ilmiah dan dokumentasi di Badan Pendapatan

Daerah Kabupaten Ende dan BPKAD Kabupaten Ende

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data:

55
1. Wawancara, yaitu kegiatan mengumpulkan, mencari data dan

informasi dengan mengajukan-mengajukan pertanyaan yang

berhubungan dengan objek kajian secara langsung baik lisan

maupun tulisan kepada pihak-pihak yang memahami objek kajian,

khususnya kepada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende.

2. Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen

yang berhubungan dengan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Atau

Bangunan dan data yang lainnya yang diperlukan melalui Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Ende dan instansi yang terkait.

3.6 Teknik Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode: metode deskriptif

kualitatif, yaitu metode yang dilakukan dengan terlebih dahulu mengumpulkan

data yang ada kemudian diklasifikasikan, dianalisis, selanjutnya diinterprestasikan

sehingga dapat memberikan pemecahan terhadap permasalahan.

56
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Sejarah Umum Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2016 Tentang

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Ende maka

terbentuklah Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende yang

merupakan pemisahan dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah (DPPKAD). Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Ende merupakan unsur penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Daerah kabupaten/kota. Rencana Stratejik yang disusun

oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende ini merupakan

pedoman bagi terciptanya pelaksanaan program dan kegiatan yang

sebelumnya terdiri dari tiga unsur pokok yang terdapat dalam institusi

DPPKAD yaitu unsur Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah, namun setelah terjadinya pemisahan institusi berdasarkan

Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2016 tersebut diatas maka unsur

pendapatan daerah yang sebelumnya merupakan salah satu bagian dari

tupoksi DPPKAD Kabupaten Ende sekarang sepenuhnya sudah menjadi

tupoksi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende.

57
4.1.2 Struktur Organisasi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende dibentuk berdasarkan

Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan

Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Ende. Ada pun struktur

organisasi badan pendapatan daerah kabupaten ende dapat di lihat pada

gambar di bawah ini:

Gambar 4.1
Bagan Struktur Organisasi Badan Pendapatan Daerah

KEPALA
BADAN SEKRETARIS

Sub Bagian Sub Bagian


Keuangan Umum
dan Kepegawaian
Sub Bagian
Program

Bidang Bidang
Pendaftaran Penagihan dan BIDANG Bidang
dan Penetapan Penyuluhan PBB-P2 dan BPHTB Pengendalian,
Pengawasan dan
Pelaporan

Sub bid
Penagihan
Sub Bid Sub Bid Sub Bid
Pendaftaran & PBB – P2 Pengendalian
Pendataan

Sub Bid
Penetapan Sub bid
Sub Bid Sub Bid
Penyuluhan &
BPHTB Pengawasan
Keberatan

Sub Bid
Pemutakhiran
Sub Bid Sub Bid Data & Sub Bid
Pengolahan Data & Pengelolaan Piutang Pengembangan Pelaporan
Dokumentasi

UPTB

Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende

58
Penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut:

1. Kepala Badan

2. Sekretaris, terdiri dari:

a. Kepala Sub Bagian Program

b. Kepala Sub Bagian Keuangan

c. Kepala Sub Bagian Umum Dan Kepegawaian

3. Kepala Bidang Pendaftaran Dan Penetapan, terdiri dari :

a. Sub Bidang Pendaftaran Dan Pendataan

b. Sub Bidang Penetapan

c. Sub Bidang Pengolahan Data dan Dokumentasi

4. Kepala Bidang Penagihan Dan Penyuluhan, terdiri dari

a. Sub Bidang Penagihan

b. Sub Bidang Penyuluhan dan Keberatan

c. Sub Bidang Pengelolaan Piutang

5. Kepala Bidang PBB P2 dan BPHTB, terdiri dari:

a. Sub Bidang PBB P2

b. Sub Bidang BPHTB

c. Sub Bidang Pemutakhiran Data dan Pengembangan

6. Kepala Bidang Pengendalian, Pengawasan dan Pelaporan, terdiri

dari:

a. Sub Bidang Pengendalian

b. Sub Bidang Pengawasan

c. Sub Bidang Pelaporan

59
7. Unit Pelaksana Teknis Badan ( UPTB )

4.1.3 Tugas pokok dan fungsi badan pendapatan daerah kabupaten ende

4.1.3.1 Dinas

Tugas, pokok dan fungsi Badan Pendapatan Daerah

diatur dengan Peraturan Bupati Ende Nomor 36 Tahun 2016

tentang Kedudukan Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi

Serta Tata Kerja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende.

Dalam melaksanakan tugasnya, Badan PendapatanDaerah

Kabupaten Ende mempunyai 4 fungsi yaitu sebagai berikut:

a. Perumusan Kebijakan teknis di bidang pendapatan daerah.

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan

umum di bidang pendapatan daerah;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan

daerah;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.

4.1.3.2 Kepala Badan

Kepala badan mempunyai tugas:

a. Membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan

penyelenggaraan urusan pemerintah daerah di bidang

pendapatan daerah dalam rangka merumuskan dan

menetapkan kebijakan pemerintah daerah.

b. Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan aparat

pelaksana dan staf.

60
Kepala Badan mempunyai fungsi :

a. Penetapan dan merumuskan rencana program dan kegiatan

dalam rangka penetapan kebijakan teknis di bidang

pendapatan daerah,

b. Pengelolaan keuangan;

c. Pengkoordinasian urusan pemerintahan dan pelayanan

umum di bidang pendapatan daerah;

d. Penetapan kebijakan teknis di bidang pendapatan daerah;

e. Pengkoordinasian perumusan dan penyusunan petunjuk

teknis operasional dan perundang-undangan di bidang

pendapatan daerah;

f. Penetapan pelaksanaan bimbingan teknis dan penyuluhan di

bidang pendapatan daerah;

g. Pembinaan, pengembangan, pengendalian dan pengawasan

pelaksanaan kegiatan di bidang pendapatan daerah;

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai

tugas dan fungsi.

4.1.3.3 Sekretaris

Sekretaris mempunyai tugas:

Membantu Kepala Badan dalam melaksanakan

pembinaan administrasi yang meliputi perencanaan,

keuangan, urusan administrasi umum, penyusunan program,

61
perlengkapan rumah tangga dan urusan Aparatur Sipil Negara

kepada semua unsur di lingkungan pemerintah.

Sekretaris mempunyai fungsi:

a. Pengelolaan surat menyurat;

b. Pengelolaan administrasi kepegawaian;

c. Pengelolaan perlengkapan rumah tangga, keprotokolan

dan hubungan masyarakat;

d. Pelaksanaan pengelolaan keuangan;

e. Pelaksanaan penataan dan pemeliharaan urusan tata

usaha, rumah tangga dan barang milik daerah / negara;

f. Pelaksaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai

tugas dan fungsi.

1. Kepala Sub Bagian Program mempunyai tugas:

a. Menyusun dan meghimpun data secara sistematis

program dan kegiatan;

b. Menyusun dan menyiapkan bahan dalama rangka

sosialisasi hasil pelaksanaan kegiatan;

c. Menyusun dan menyiapkan Rencana Strategis

(RENSTRA), Rencana Kerja (RENJA), Rencana Kerja

Anggaran (RKA), Dokumen Pelaksaaan Anggaran

(DPA), Laporan Kinerja (LKJ), Laporan Keterangan

Pertanggung jawaban (LKPJ), Laporan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD), Standar

62
Pelayanan Minimal (SPM), Standar Operasional

Prosedur (SOP) Badan serta laporan keuangan Badan.

d. Menyusun dan menyiapkan bahan penyempurnaan

pengembangan organisasi dak ketatalaksanaan;

e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

sesuai bidang tugas.

2. Kepala Sub Bagian Keuangan mempuyai tugas:

a. Menyusun dan menghimpun data rencana kebutuhan

anggaran;

b. Menyusun dan melaksanakan pengelolaan keuangan

termasuk pengelolaan gaji pegawai dan hak-hak

keuangan pegawai lainnya;

c. Menyusun dan menyelesaikan keuangan perjalanan

dinas dan biaya lainnya;

d. Menyusun laporan pertanggung jawaban atas

pelaksanaan pengelolaan keuangan;

e. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pengelolaan

keuangan;

f. Melakukan verifikasi laporan keuangan;

g. Melaksanakan pencatatan dan pembukuan keuangan;

h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

sesuai bidang tugas.

63
3. Kepala Sub Bagian Umum Dan Kepegawaian mempunyai

tugas:

a. Menyusun dan menyelenggarakan administrasi umum,

surat-menyurat, kearsipan dan rumah tangga;

b. Menyusun dan menyelenggarakan kegiatan

pengelolaan administrasi kepegawaian meliputi

merencanakan kebutuhan pegawai, pengusulan

kenaikan pangkat pegawai, pensiun pegawai, kenaikan

gaji berkala pegawai;

c. Menghimpun dan mengelola data kepegawaian;

d. Merencanakan, menyediakan, mengatur penggunaan

dan memelihara perlengkapan kantor, bangunan

kantor/gedung dan kebutuhan alat-alat penunjang

kegiatan kerja;

e. Menyusun pedoman pembinaan organisasi dan

ketatalaksanaan badan;

f. Menyusun dokumen dan perpustakaan, menyajikan

data dan informasi serta hubungan masyarakat;

g. Melaksanakan penataan dan pemeliharaan barang

milik daerah/negara;

h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

sesuai bidang tugas.

64
4.1.3.4 Kepala Bidang Pendaftaran Dan Penetapan

Kepala Bidang Pendaftaran Dan Penetapan mempunyai

tugas:

Melaksanakan kegiatan pendaftaran, pendataan,

penetapan wajib pajak daerah ( kecuali PBB dan BPHTB ) dan

retribusi daerah serta pengelolaan data dan dokumentasi.

Kepala Bidang Pendaftaran Dan Penetapan mempunyai

fungsi:

a. Pendaftaran wajib pajak daerah dan retribusi daerah;

b. Pendataan wajib pajak daerah dan retribusi daerah;

c. Pengolahan data analisa data;

d. Pemeriksaan dan pemantauan ke lokasi wajib pajak dan

wajib retribusi;

e. Perhitungan pajak daerah/angsuran pajak daerah dan

retribusi daerah;

f. Penetapan besaran pajak daerah dan retribusi daerah

berdasarkan hasil perhitungan tarif pajak daerah dan

retribusi daerah sesuai ketentuan yang berlaku;

g. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah (SKPDRD);

h. Penyampaian Surat Pemberitahuan Ketetapan Pajak/

Retribusi Daerah kepada wajib pajak /wajib retribusi;

65
i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai

bidang tugas.

1. Sub Bidang Pendaftaran Dan Pendataan mempunyai

tugas:

a. Menghimpun dan mencatat data obyek dan subyek pajak

daerah dan retribusi daerah;

b. Melakukan pendataan potensi obyek pajak daerah dan

retribusi daerah;

c. Melakukan pencatatan, pendistribusian, dan penerimaan

kembali formulir pendaftaran Surat Pemberitahuan

Ketetapan Pajak Daerah (SPTPD)/Surat Pemberitahuan

Ketetapan Retribusi Daerah (SPTRD);

d. Menetapkan Nomor Pokok Wajib Pajak/Retribusi

(NPWPD/NPWRD) dan pembuatan daftar induk wajib

pajak/retribusi daerah;

e. Melaksanakan pemeriksaan obyek pajak dan retribusi

daerah;

f. Menyiapkan NPWPD, menghimpun dan mencatat data

serta

g. Melaksanakan periksaan obyek pajak/retribusi daerah;

h. Mengumpulkan dan mendokumentasikan seluruh data

potensi wajib pajak/retribusi daerah;

66
i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai

bidang tugas.

2. Sub Bidang Penetapan mempunyai tugas:

a. Menyusun rencana kerja seksi penetapan sesuai dengan

rencana kerja bidang;

b. Melaksanakan perhitungan pajak daerah dan retribusi

daerah dalam bentuk nota perhitungan atas kartu data;

c. Melakukan penetapan pajak daerah dan retribusi daerah

dalam bentuk surat ketetapan pajak dan retribusi daerah

berdasarkan peraturan daerah yang berlaku;

d. Melakukan perhitungan dan penetapan pelaksanaan

perhitungan pajak daerah dan retribusi yang disetujui;

e. Melakukan perhitungan jumlah angsuran pembayaran

atas permohonan wajib pajak dan retribusi yang

disetujui;

f. Menyiapkan surat perjanjian pembayaran atau surat

penolakan angsuran wajib pajak dan retribusi daerah;

g. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan

tugas di bidang pendaftaran dan penetapan;

h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

sesuai bidang tugas.

3. Sub Bidang Pengolahan Data dan Dokumentasi

mempunyai tugas:

67
a. Menyusun program dan rencana kerja seksi dokumentasi

dan pengolahan data sesuai dengan rencana bidang;

b. Meyelenggarakan kegiatan pengelolaan data, informasi

dan pengembangan sistim informasi administrasi pajak

daerah dan retribusi daerah;

c. Melakukan perekaman data hasil pendaftaran dan

pendataan pajak dan retribusi daerah;

d. Melakukan pemutakhiran data pajak daerah dan retribusi

daerah;

e. Menyiapkan bank data dan back up data pajak daerah

dan retribusi daerah;

f. Pendokumentasian data pajak daerah dan retribusi

daerah;

g. Menghimpun, mengolah dan menganalisa data serta

penyajian data hasil kegiatan seksi dokumentasi dan

pengolahan data;

h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

sesuai bidang tugas.

4.1.3.5 Kepala Bidang Penagihan Dan Penyuluhan

Kepala Bidang Penagihan Dan Penyuluhan mempunyai

tugas:

68
Melaksanakan kegiatan pemungutan dan penyetoran

seluruh pajak daerah dan retribusi daerah (kecuali PBB dan

BPHTB).

Kepala Bidang Penagihan Dan Penyuluhan mempunyai

fungsi:

a. Penyusunan rencana kerja bidang penagihan dan

penyuluhan sesuai dengan rencana kerja badan dalam

mengelola penagihan pajak daerah dan retribusi daerah;

b. Pelaksanaan kejasama/koordinasi dengan instansi terkait

dalam rangka penagihan pajak daerah dan retribusi

daerah;

c. Penyusunan bahan kebijakan teknis penghitungan dasar

pengenaan pajak daerah, penatausahaan piutang dan

tunggakan pajak daerah dan retribusi daerah;

d. Pelaksanaan pemungutan dan penagihan pajak daerah

dan retribusi daerah (kecuali PBB dan BPHTB) yang

telah melampaui batas waktu jatuh tempo;

e. Penyetoran hasil pemungutan dan penagihan pajak

daerah dan retribusi daerah;

f. Pelayanan keberatan dan permohonan banding serta

mengumpulkan dan mengelola data sumber-sumber

penerimaan daerah lainnya sesuai dengan Peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

69
g. Penyiapan dan penyusunan laporan realisasi penerimaan

dan tunggakan pemungutan/pembayaran/pengeluaran/

dan sisa persediaan benda berharga secara berkala;

h. Pelaksanaan penyuluhan pajak daerah dan retribusi

daerah;

i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai

tugas dan fungsi.

1. Sub Bidang Penagihan mempunyai tugas:

a. Menyusun program kerja dan langkah-langkah kerja

sub bidang penagihan;

b. Mendokumentasikan surat-surat yang berhubungan

dengan penagihan;

c. Melaksanakan penagihan seluruh pajak daerah dan

retribusi daerah sesuai Peraturan Perundang-undangan

yang berlaku;

d. Menyetorkan hasil penagihan pajak daerah dan retribusi

daerah ke Kas Daerah;

e. Membuat dan menyampaikan hasil pelaksanaan tugas

kepada Kepala Bidang Penagihan dan Penyuluhan;

f. Menyusun pedoman proses penagihan dengan surat

paksa, sita dan lelang sesuai aturan yang berlaku.

2. Sub Bidang Penyuluhan dan Keberatan mempunyai

tugas:

70
a. Menyusun rencana kegiatan sub bidang penyuluhan dan

keberatan sesuai dengan rencana kerja bidang;

b. Menyusun bahan sosialisasi, penyuluhan dan sosialisasi

tentang pajak daerah dan retribusi daerah;

c. Melakukan kegiatan penyuluhan dan sosialisasi tentang

pajak daerah dan retribusi daerah;

d. Melaksanakan penyusunan bahan petunjuk teknis

pelayanan atas pengajuan surat permohonan surat

keberatan pajak daerah dan retribusi daerah;

e. Memberikan pelayanan atas permohonan keberatan

pajak daerah dan retribusi daerah;

f. Menyusun petunjuk teknis penyelesaian pemberian

keringanan, restitusi pajak daerah dan retribusi daerah;

g. Melaksanakan piñata usahaan berkas-berkas

permohonan keberatan pajak daerah dan retribusi

daerah;

h. Menerima dan memproses permohonan keberatan,

pengurangan dan pembebasan dari wajib pajak daerah

dan wajib retribusi daerah;

i. Mempelajari, memahami dan melaksanakan Peraturan

Perundang-undangan yang berkaitan dengan bidang

tugasnya;

71
j. Membuat dan menyampaikan hasil pelaksanaan tugas

kepada Kepala Bidang;

k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

sesuai bidang tugas.

3. Sub Bidang Pengelolaan Piutang mempunyai tugas:

a. Menyusun rencana kegiatan sub bidang pengelolaan piutang;

b. Membuat register piutang pajak daerah dan retribusi daerah;

c. Menerbitkan surat tagihan pajak daerah dan retribusi daerah;

d. Melakukan rekonsiliasi piutang pajak daerah dan retribusi

daerah dengan instansi terkait;

e. Melakukan proses penghapusan piutang pajak daerah dan

retribusi daerah;

f. Menyiapkan laporan secara berkala mengenai realisasi

penerimaan tunggakan pajak daerah dan retribusi daerah sesuai

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

g. Melaksanakan tugas lain yang diberian oleh atasan sesuai

bidang tugas.

4.1.3.6 Kepala Bidang PBB P2 dan BPHTB

Kepala Bidang PBB P2 dan BPHTB mempunyai tugas:

Melaksanakan kegiatan pengeloaan Pajak Bumi dan

Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (BPHTB) dan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) sesuai

kewenangan daerah.

72
Bidang PBB P2 dan BPHTB, mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana kerja bidang PBB P2 dan BPHTB

sesuai dengan rencana kerja bidang;

b. Pelaksanaan koordinasi, pengumpulan dan pengolahan

serta pengelolaan data potensi PBB P2;

c. Pendataan obyek dan subyek PBB P2;

d. Penilaian obyek PBB P2;

e. Pengolahan data PBB dab BPHHTB sesuai

kewenangan daerah;

f. Pemutakhiran data PBB;

g. Penyusunan Daftar Induk Wajib PBB P2;

h. Pelaksanaan penghitungan dan penetapan jumlah PBB

dan BPHTB yang terhutang serta menghitung besarnya

angsuran atas pemohonan wajib pajka;

i. Pencetakan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang

(SPPT) bagi Wajib Pajak;

j. Pendistribusian SPPT ke desa dan kelurahan melalui

kecamatan;

k. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi secara berkala

terhadap pemungutan dan penagihan PBB P2;

l. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

sesuai bidang tugas.

73
1. Sub Bidang PBB P2, mempunyai tugas:

a. Melakukan pendataan obyek pajak dan subyek PBB P2;

b. Melakukan penilaian obyek PBB P2;

c. Melakukan pemutakhiran data PBB P2;

d. Menyampaikan surat pemberitahuan obyek pajak (SPOP)

PBB P2 kepada wajib paak pengelola;

e. Mengolah data Sistim Informasi Manajemen Obyek

Pajak (SISMIOP) PBB P2;

f. Menetapkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah

(NPWPDP) khusus PBB P2;

g. Melakukan pencetakan SPPT PBB P2;

h. Melakukan pendistribusian SPPT PBB P2 ke desa dan

kelurahan;

i. Menerima dan memproses permohonan keberatan dari

wajib pajak PBB P2;

j. Memproses penerbitan surat persetujuan dan / atau

penolakan permohonan keberatan waji pajak PBB P2;

k. Menerima semua hasil penagihan, penerimaan dan

menyetorkan langsung ke rekening umum kas daerah;

l. Menyelenggarakan sosialisasi serta petunjuk kepada

semua unit kerja daerah yang melaksanakan pemungutan

PBB P2;

74
m. Melaksanakan monitoring dan evaluasi secara berkala

terhadap pemungutan dan penagihan PBB P2

n. Melaksanakn tugas lain yang diberikan oleh atasan

sesuai bidang tugas.

2. Sub Bidang BPHTB,mempunyai tugas:

a. Menghimpun, mengelola, mendata obyek dan subyek

BPHTB serta menetapkan SPT BPHTB;

b. Melakukan pemeriksaan lapangan/lokasi;

c. Mendistribusikan dan menerima kembali formulir

pendaftaran yang telah diiisi oleh wajib pajak BPHTB;

d. Membuat dan memelihara daftar induk wajib pajak

BPHTB;

e. Membuat laporan tentang formulir pendaftaran wajib

BPHTB yang diterima kembali;

f. Menetapkan NPWPD khusus BPHTB;

g. Menyimpan arsip surat BPHTB yang berkaitan dengan

pendataan perpajakan;

h. Menyampaikan SPOB BPHTB kepada wajib pajak;

i. Menerbitkan STPD BPHTB;

j. Menerima dn memproses permohonan keberatan dari

wajib BPHTB;

k. Memproses penerbitan surat persetujuan dan /atau

penolakan permohonan keberatan wajib pajak BPHTB;

75
l. Menerima semua hasil penagihan, penerimaan dan

menyetorkan langsung ke rekening umum kas daerah;

m. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

sesuai bidang tugas.

3. Sub Bidang Pemutakhiran Data dan Pengembangan,

mempunyai tugas :

a. Melaksanakan pemutakhiran data subyek dan obeyek

PBB P2;

b. Menyiapkan daftar induk wajib pajak PBB P2 hasil

pendataan kembali;

c. Melakukan ekstensifikasi subyek dan obyek PBB P2;

d. Melakukan penilaian terhadap obyek PBB P2 secara

masal dan individu;

e. Melakukan penyesuaian Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP)

PBB P2, Zona Nilai Tanah (ZNT) dan Klasifikasi Tanah

sesuai dengan aturan yang berlaku;

f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

sesuai bidang tugas.

76
4.1.3.7 Kepala Bidang Pengendalian, Pengawasan dan Pelaporan

Kepala Bidang Pengendalian, Pengawasan dan Pelaporan

mempunyai tugas:

Melaksanakan kegiatan pengkajian kebijakan teknis

pengendalian, pengawasan, dan pelaporan serta evaluasi

kinerja badan.

Kepala Bidang Pengendalian, Pengawasan dan Pelaporan

mempunyai fungsi:

a. Pengkajian bahan kebijakan teknis pengendalian,

pengawasan dan pelaporan;

b. Penyelenggaraan pengendalian dan pengawasan

pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah,

c. Pelaksaan pengendalian dan pengawasan pemungutan

pajak daerah dan retribusi daerah;

d. Pelaksanaan pengendalian, pelaporan, pengawasan dan

evaluasi teknis operasional intern dan ekstern;

e. Pelaksanaan pemeriksaan dan pemantauan ke lokasi

wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah;

f. Penertiban terhadap wajib pajak daerah dan wajib

retribusi daerah yang tidak taan pada aturan;

g. Penyusunan rencana penindakan terhadap pelanggaran

Peraturan Daerah tentang pajak daerah dan retribusi

daerah;

77
h. Pengkoordinasian dengan instansi terkait untuk

menindak wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah

yang melakukan pelanggaran terhadap Peraturan

Daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah;

i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

sesuai bidang tugas.

1. Sub Bidang Pengendalian, mempunyai tugas:

a. Melaksanakan kegiatan pemeriksaan pajak daerah dan

retribusi daerah;

b. Melakukan inventarisasi, pengkajian dan penataan

produl hukum dibidang pajak daerah dan retribusi

daerah;

c. Melakukan identifikasi terhadap wajib pajak dan wajib

retribusi yang melakukan kecurangan/pemalsuan data

pajak daerah dan retribusi daerah;

d. Melakukan penindakan terhadap pelanggaran Peraturan

Daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah;

e. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk

menindak wajib pajak yang melakukan pelanggaran

terhadap Peraturan Daerah tentang pajak daerah dan

retribusi daerah;

f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

sesuai bidang tugas.

78
2. Sub Bidang Pengawasan, mempunyai tugas :

a. Melakukan pengawasan terhadap pajak daerah dan

retribusi daerah baik pada masa pajak berjalan maupun

sudah lewat jatuh tempo;

b. Melakukan pengawasan terhadap pemasangan media

reklame yang tidak sesuai aturan yang berlaku;

c. Melakukan pengawasan terhadap pemungutan pajak

daerah dan retribusi daerah yang tidak sesuai dengan

aturan yang berlaku (pungutan liar);

d. Menerbitkan surat teguran terhadap wajib pajak dan

wajib retribusi daerah;

e. Membuat daftar usulan wajib pajak yang akan

melakukan pemeriksaan;

f. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam

mengambil tindakan yang bersifat preventif dan represif

terhadap pelanggaran aturan pajak daerah dan retribusi

daerah;

g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

sesuai bidang tugas.

3. Sub Bidang Pelaporan, mempunyai tugas:

a. Melaksanakan penyusunan petunjuk teknis sub bidang

pelaporan;

79
b. Melaksanakan pembukuan peneriman dan tunggakan

pajak daerah dan retribusi daerah;

c. Menyusun laporan realisai penerimaan dan tunggakan

pajak daerah dan retribusi daerah;

d. Menerima, mencatat, meghitung dan membukukan

semua hasil penerimaan pajak daerah dan retribusi

daerah;

e. Menerima dan menginput semua surat tanda setoran

pajak daerah dan retribusi daerah;

f. Melaksanakan rekonsiliasi peneimaan pajak daerah dan

retribusi daerah;

g. Menyiapkan laporan secara berkala mengenai realisasi

penerimaan dan tunggakan pajak daerah dan retribusi

daerah;

h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

sesuai bidang tugas.

4.1.3.8 Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB)

Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB), mempunyai tugas:

Melakukan kegiatan-kegiatan teknis yang berkaitan

dengan kegiatan operasional di lapangan dalam rangka

meningkatkan pelayanan terpadu dengan instansi teknis lainya

maupun peningkatan mutu pelayanan masyarakat.

80
Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB), mempunyai fungsi :

a. Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB) mempunyai

kedudukan sebagai unsur pelaksana Teknis Badan

Pendapatan Daerah;

b. UPTB dipimpin oleh seorang kepala yang berada

dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan;

c. Pelaksana Tugas dan Fungsi UPTB dilakukan oleh Sub

Bagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional;

d. Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan

Fungsional bertanggungjawab kepada Kepala Badan.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pokok-pokok Aturan Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah

Dan Bangunan (BPHTB)

Pokok-pokok aturan tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) adalah aturan-aturan dalam Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang perlu dipahami dan

dimengerti oleh Wajib Pajak dalam hal pelaksaanaan pembayaran

pajak, Khususnya Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Dalam hal Pelaksanaaan Pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang menggunakan Sistem “Self

Assesment” yang artinya Wajib Pajak dapat Menghitung, Membayar,

dan Melaporkan Jumlah pajak yang terutang secara Langsung.

81
Pokok-pokok aturan ini mengenai hal-hal seperti:

1) Peraturan Bupati Ende Nomor 20 tahun 201 tentang Sistem dan

Prosedur Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

2) Peraturan Daerah Kabupaten Ende Nomor 2 Tahun 2011 Tentang

Pajak Daerah

3) Dengan nama Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di

pungut pajak atas perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

dengan tarif 5% dari NJOP/harga pasar/harga lelang.

4) Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan meliputi pemindahan

hak karena:

a. Jual-beli

b. Tukar menukar

c. Hibah

d. Hibah wasiat

e. Waris

f. Pemisahaan dalam perseroan atau badan hukum lain

g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan

h. Penunjukan pembeli dalam lelang

i. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan

hukum tetap

j. Penggabungan usaha

k. Peleburan usaha

l. Pemekaran usaha

82
m. Hadiah

n. Pemberian hak baru karena kelanjutan pelepasan hak atau

diluar pelepasan hak

5) Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

adalah nilai perolehan objek pajak

6) Bila nilai perolehan objek pajak lebih rendah dari NJOP PBB

maka yang dipakai sebagai perhitungan BPHTB adalah NJOP

PBB, begitu juga bila NJOP PBB lebih rendah maka dari nilai

perolehan objek pajak maka yang dipakai adalah nilai perolehan

objek pajak

7) Subjek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah

dan bangunan

8) Wajib pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah

orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan

bangunan

4.2.2 Sistem dan Prosedur Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB)

Prosedur pemungutan Bea Perolehan hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) adalah Suatu tata cara pelaksanaan atas aturan-

aturan dan ketetapan-ketetapan dalam perhitungan Bea Perolehan hak

atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terutang, beserta saat dan tata

83
cara Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) yang terutang.

Dalam hal perhitungan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) pemerintah telah menetapkan Tarif yaitu sebesar

5% (Lima persen) pada setiap pengenaannya, termasuk juga wilayah

kerja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende. Perhitungan Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terutang

berdasarkan Nilai Objek Pajak PBB Wajib Pajak tersebut yang

dikurangi dari Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak

(NPOPTKP) lalu dikalikan tarif 5% (Lima persen), Pengenaan Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dapat juga

dikalikan 50% (Lima Puluh Persen) jika Nilai Jual Objek Pajak

didapat melaui Waris/Hibah Wasiat Yang masih dalam hubungan

keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat keatas atau

satu derajat kebawah dengan pemberian Wasiat/Hibah termasuk

Suami/Istri.

Syarat pengurusan pembayaran Bea Perolahan Hak Atas Tanah

dan Bagunan adalah:

1) Surat permohonan

2) Foto copy KTP

3) Foto copy surat tanah

4) Foto copy SPPT PBB tahun berjalan

5) Foto copy pembayaran PBB (tidak ada tunggakan)

84
6) Mengisi balanko SSPD BPHTB

7) Surat kuasa wajib pajak yang dikuasai

Berdasarkan Peraturan Bupati Ende Nomor 20 Tahun 2011

tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan di Kabupaten Ende. Sistem dan prosedur

pemungutan BPHTB mencakup seluruh rangkaian proses yang harus

dilakukan dalam menerima, mentatausahakan, dan melaporkan

penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Prosedur

sebagaimana di maksud meliputi:

a. Prosedur pengurusan akta pemindahan hak atas tanah dan atau

bangunan;

b. Prosedur pembayaran BPHTB;

c. Prosedur penelitian Surat Setoran Pajak Daerah BPHTB (SSPD

BPHTB);

d. Prosedur pendaftaran Akta Pemindahan Hak atas Tanah dan atau

Bangunan;

e. Prosedur pelaporan BPHTB;

f. Prosedur penagihan;

g. Prosedur pengurangan.

Berikut adalah penjelasan terkait prosedur sebagaimana dimaksud.

4.2.2.1 Prosedur Pengurusan Akta Pemindahan Hak Atas Tanah

dan/atau Bangunan

1. Gambaran Umum

85
Prosedur pengurusan akta pemindahan hak atas

tanah dan/atau bangunan merupakan proses pengajuan

pembuatan 3 akta sebagai dokumen legal penerimaan hak

atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan pier) Wajib

Pajak selaku penerima hak atas tanah dan/atau bangunan

kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah.

Prosedur ini melibatkan Pejabat Pembuat Akta

Tanah sebagai pihak yang menyiapkan form SSPD

BPHTB dan draft Akta Pendirian Hak atas Tanah

dan/atau Bangunan.

Dalam prosedur ini, Pejabat pembuat Akta Tanah

akan memeriksa kebenaran dan kelengkapan dokumen

terkait pemindahan hak atas tanah dan/atau bangunan.

Pemeriksaan dilakukan dengan mengecek dokumen dan

data terkait objek pajak di Kepala Kantor Pertanahan.

2. Pihak Terkait

a. Wajib Pajak selaku Penerima Hak

Merupakan pihak yang memiliki kewajiban

membayar BPHTB atas hak atas tanah dan/atau

bangunan yang diperolehnya. Dalam prosedur ini

Wajib Pajak menyiapkan dan menyerahkan

dokumen pendukung terkait pemindahan hak atas

tanah dan/atau bangunan.

86
b. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)

Merupakan pihak yang mempunyai otoritas

dalam pengelolaan keuangan daerah, yang secara

organisasi berbentuk Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD). Dalam

prosedur ini, DPPKAD berkoordinasi dan bekerja

sama dengan PPAT dalam menyiapkan Surat Setoran

Pajak Daerah BPHTB (SSPD BPHTB).

c. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

Merupakan pihak yang membantu Wajib Pajak

dalam menghitung BPHTB terutang dan

menyiapkan SSPD BPHTB. Pihak yang dapat

menjadi PPAT ialah camat atau notaris. Dalam

prosedur ini PPAT bertugas dan berwenang untuk:

memeriksa kebenaran data terkait objek pajak ke

Kepala Kantor Pertanahan; menyiapkan draft Akta

Pemindahan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan; dan

d. Kepala Kantor Pertanahan

Merupakan pihak yang mengelola database

pertanahan di wilayah wewenangnya. Dalam

prosedur ini, Kepala Kantor Pertanahan

menyediakan data yang dibutuhkan PPAT terkait

pemeriksaan objek pajak.

87
3. Langkah-Langkah Teknis

a. Langkah 1

Wajib Pajak (selaku penerima hak atas

tanah dan/atau bangunan) menyiapkan dokumen

pendukung terkait perolehan hak atas tanah

dan/atau bangunan. Dokumen pendukung ini

menyatakan bahwa telah terjadi penyerahan hak

atas tanah dan/bangunan antara kedua belah

pihak. Dokumen ini dapat berupa surat

perjanjian, dokumen jual beli, surat hibah, surat

waris, dan lain-lain yang pada dasarnya

menyatakan telah terjadinya pemindahan hak

atas kepemilikan tanah dan/atau bangunan.

Dokumen ini juga dapat disertai dengan

dokumen pendukung lainnya.

Wajib Pajak kemudian mengajukan

permohonan pengurusan Akta Pemindahan Hak

atas Tanah dan/atau Bangunan kepada PPAT.

Wajib Pajak menyerahkan permohonan

pengurusan akta kepada PPAT dilampiri dengan

88
dokumen pendukung terkait perolehan hak atas

tanah dan/atau bangunan.

b. Langkah 2

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

menerima permohonan pengurusan akta dan

dokumen pendukung perolehan hak atas tanah

dan/atau bangunan dari Wajib Pajak. PPAT lalu

memeriksa kelengkapan dokumen pendukung

yang diterima. Aka dokumen pendukung yang

diterima telah lengkap, PPAT kemudian

mengajukan permohonan pemeriksaan data

objek pajak kepada Kepala Kantor Pertanahan.

c. Langkah 3

Atas permintaan dari PPAT, maka Kepala

Kantor Pertanahan menyediakan data yang

dibutuhkan PPAT untuk melakukan

pemeriksaan objek pajak. Kepala Kantor

Pertanahan menyerahkan data objek pajak

kepada PPAT.

d. Langkah 4

PPAT menerima data objek pajak dari

Kepala Kantor Pertanahan. PPAT kemudian

memeriksa kebenaran data objek pajak dengan

89
membandingkan dokumen pendukung perolehan

hak atas tanah dan/atau bangunan dan data

objek pajak dari Kepala Kantor Pertanahan.

Jika diperlukan, PPAT dapat melakukan

pengecekan objek pajak dengan melakukan

observasi lapangan.

e. Langkah 5

PPAT menyiapkan draft Akta Pemindahan

Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. Dokumen

ini merupakan rancangan akta pemindahan hak

atas tanah dan/atau bangunan yang belum

ditandatangani oleh PPAT. PPAT kemudian

menyimpan draft Akta Pemindahan Hak atas

Tanah dan/atau Bangunan.

f. Langkah 6

Berdasarkan prosedur yang telah berjalan,

PPAT menerima formulir Surat Setoran Pajak

Daerah BPHTB (SSPD BPHTB) dari Dinas

Pendapatan Pengelolaan Keuangan & Asset Daerah.

g. Langkah 7

Setelah kelengkapan dokumen dan

kebenaran data objek pajak terpenuhi, maka

90
PPAT menghitung nilai BPHTB terutang. PPAT

kemudian mengisi informasi objek pajak dan

nilai BPHTB terutang ke dalam formulir Surat

Setoran Pajak Daerah BPHTB. Setelah

mencantumkan seluruh informasi yang

dibutuhkan, PPAT lalu menandatangani Surat

Setoran Pajak Daerah BPHTB. Surat Setoran

Pajak Daerah BPHTB merupakan surat yang

oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan

pembayaran atau penyetoran pajak yang

terutang ke Kas Daerah atau tempat lain yang

ditetapkan oleh Kepala Daerah dan sekaligus

untuk melaporkan data perolehan hak atas tanah

dan/atau bangunan. Surat Setoran Pajak Daerah

BPHTB terdiri atas 6 lembar, dengan perincian

sebagai berikut:

1) Lembar 1:

Untuk Wajib Pajak.

2) Lembar 2:

Untuk PPAT sebagai arsip.

3) Lembar 3:

Untuk Kantor Pertanahan sebagai lampiran

permohonan pendaftaran.

91
4) Lembar 4:

Untuk Fungsi Pelayanan sebagai lampiran

permohonan penelitian SSPD BPHTB.

5) Lembar 5:

Untuk Bank yang ditunjuk/Bendahara

Penerimaan sebagai arsip.

6) Lembar 6:

Untuk Bank yang ditunjuk/Bendahara

Penerimaan sebagai laporan kepada Fungsi

Pembukuan/ Pelaporan.

h. Langkah 8

PPAT menyerahkan Surat Setoran Pajak Daerah

BPHTB yang telah diisi kepada Wajib Pajak.

i. Langkah 9

Wajib Pajak menerima Surat Setoran Pajak

Daerah BPHTB yang telah diisi dari PPAT

92
Bagan 4.1
Prosedur Penetapan STPD

89

Sumber BPKAD Kabupaten Ende

93
4.2.2.2 Prosedur Pembayaran BPHTB Oleh Penerima Hak Atas

Tanah dan/atau Bangunan

1. Gambaran Umum

Prosedurpembayaran BPHTB oleh penerima hak

atas tanah dan/atau bangunan merupakan proses

pembayaran yang dilakukan Wajib Pajak atas BPHTB

terutang melalui Bank yang ditunjuk Bupati atau

Bendahara Penerima.

Dalam prosedur ini Wajib Pajak dapat memilih

untuk melakukan pembayaran dengan melakukan

penyetoran kerekening kas daerah melalui Bank yang

ditunjuk atau secara tunai melalui Bendahara Penerima.

2. Pihak Terkait

a. Wajib Pajak selaku Penerima Hak

Merupakan pihak yang memiliki kewajiban

membayar BPHTB terutang atas perolehan hak atas

tanah dan/atau bangunan.

b. PPAT atau Notaris

Merupakan pihak yang menyiapkan SSPD

BPHTB sebagai dasar bagi Wajib Pajak dalam

membayar BPHTB terutang dan membantu

melakukan perhitungannya.

94
c. Bank yang ditunjuk/Bendahara Penerima

Merupakan pihak yang menerima pembayaran

BPHTB terutang dari Wajib Pajak. Dalam prosedur ini

Bank yang ditunjuk/Bendahara Penerima berwenang

untuk:

1) Menerima pembayaran BPHTB terutang dari Wajib

Pajak;

2) Memeriksa kelengkapan pengisian SSPD BPHTB;

3) Mengembalikan SSPD BPHTB yang

pengisiannya tidak lengkap/ kurang;

4) Menandatangani SSPD BPHTB yang telah

lengkap pengisiannya; dan

5) Mengarsip SSPD BPHTB lembar 5 dan SSPD

BPHTB lembar 6.

3. Langkah-Langkah Teknis

a. Langkah 1

Berdasarkan prosedur sebelumnya, Wajib Pajak

akan menerima SSPD BPHTB yang telah diisi. SSPD

BPHTB merupakan urat yang oleh Wajib Pajak

digunakan untuk melakukan pembayaran atau

penyetoran pajak yang terutang ke Kas Daerah atau

tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati dan sekaligus

untuk melaporkan data perolehan hak atas tanah

95
dan/atau bangunan. Surat Setoran BPHTB terdiri atas

6 lembar, dengan perincian sebagai berikut:

1) Lembar 1:

Untuk Wajib Pajak.

2) Lembar 2:

Untuk PPAT sebagai arsip.

3) Lembar 3:

Untuk Kantor Pertanahan sebagai lampiran

permohonan pendaftaran.

4) Lembar 4:

Untuk Seksi Pelayanan Umum sebagai lampiran

permohonan penelitian SSPD BPHTB.

5) Lembar 5:

Untuk Bank yang ditunjuk/Bendahara Penerima

sebagai arsip.

6) Lembar 6:

Untuk Bank yang ditunjuk/Bendahara Penerima

sebagai laporan kepada Bendahara Penerimaan

DPPKD.

Sebelum digunakan dalam proses pembayaran,

Wajib Pajak dan PPAT atau Notaris

menandatangani SSPD BPHTB tersebut.

96
b. Langkah 2

Wajib Pajak menyerahkan SSPD BPHTB kepada

Bank yang ditunjuk/Bendahara Penerima. Pada saat

yang bersamaan, Wajib Pajak kemudian membayarkan

BPHTB terutang melalui Bank yang

ditunjuk/Bendahara Penerima.

c. Langkah 3

Bank yang ditunjuk/Bendahara Penerima

menerima SSPD BPHTB dan uang pembayaran

BPHTB terutang dari Wajib Pajak. Bank yang

ditunjuk/Bendahara Penerima kemudian memeriksa

kelengkapan pengisian SSPD BPHTB dan kesesuaian

besaran nilai BPHTB terutang dengan uang

pembayaran yang diterima dari Wajib Pajak.

d. Langkah 4

Bank yang ditunjuk/Bendahara Penerima

menanda tangani SSPD BPHTB. Lembar 5 dan 6

disimpan sedangkan lembar 1-4 dikembalikan ke Wajib

Pajak.

e. Langkah 6

Wajib Pajak menerima SSPD BPHTB lembar 1,

2, 3, dan 4 dari Bank yang ditunjuk/Bendahara

Penerima. Wajib Pajak kemudian melakukan proses

97
berikutnya, yaitu permohonan penelitian SSPD BPHTB

ke Seksi Pelayanan Umum DPPKD.

Berikut adalah prosedur pembayaran BPHTB oleh penerima hak tanah

dan/atau bangunan

Bagan Alur 4.2

Prosedur Pembayaran Bphtb Oleh Penerima Hak Tanah Dan/Atau

Bangunan

Sumber BPKAD Kabupaten Ende

98
4.2.2.3 Prosedur Penelitian Surat Setoran Pajak Daerah BPHTB

(SSPD-BPHTB)

1. Gambaran Umum

Prosedur penelitian SSPD PHTB merupakan proses

verifikasi kelengkapan dokumen dan kebenaran data

terkait objek pajak yang tercantum dalam Surat Setoran

Pajak Daerah BPHTB. Prosedur ini dilakukan setelah

Wajib Pajak melakukan pembayaran BPHTB terutang

dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah BPHTB

melalui Bank yang ditunjuk/ Bendahara Penerimaaan.

Penelitian Surat Setoran Pajak Daerah BPHTB dilakukan

oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Daerah.

Jika semua kelengkapan dan kesesuaian data objek pajak

terpenuhi maka Dinas akan menandatangani SSPD

BPHTB.

2. Pihak Terkait

a. Wajib Pajak selaku Penerima Hak Merupakan pihak

yang mengajukan permohonan penelitian kepada Dinas

atas SSPD BPHTB yang telah dibayarkan.

b. Seksi Pelayanan Umum Merupakan pihak yang

memeriksa kebenaran informasi terkait objek pajak

yang tercantum dalam SSPD BPHTB. Seksi Pelayanan

Umumberwenang dan bertugas untuk: - meminta data

99
terkait objek pajak kepada Seksi Pengolahan dan

Informasi; - memeriksa kelengkapan dokumen dan

kebenaran data terkait objek pajak yang tercantum

dalam SSPD BPHTB; dan - menandatangani SSPD

BPHTB yang telah diverifikasi.

c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Merupakan pihak

yang menyimpan database objek pajak. Seksi ini

menyediakan data terkait objek pajak kepada Seksi

Pelayanan Umum. Seksi Pengolahan Penilaian dan

Teknologi Informasi Data berwenang dan bertugas

untuk: mengelola database objek pajak yang termasuk

dalam wilayah wewenangnya; dan menyediakan data

objek pajak atas permintaan dari Dinas.

3. Langkah-Langkah Teknis

a. Langkah 1

Wajib Pajak selaku penerima hak menyiapkan

dokumen pendukung yang dibutuhkan untuk penelitian

SSPD BPHTB. Dokumen pendukung terdiri atas: -

SSPD BPHTB yang tertera Nomor Transaksi

Penerimaan Daerah (NTPD)/ SSPD BPHTB disertai

Bukti Penerimaan Daerah (BPD); - Fotokopi identitas

Wajib Pajak (dapat berupa Kartu Tanda Penduduk/

Surat Izin Mengemudi/ Paspor); - Surat Kuasa dari

100
Wajib Pajak (dalam hal dikuasakan); - Fotokopi Kartu

Keluarga atau Surat Keterangan Hubungan Keluarga,

dalam hal transaksi waris; - Fotokopi identitas Kuasa

Wajib Pajak (dalam hal dikuasakan); - Fotokopi Kartu

NPWP; - Dokumen pendukung lain yang diperlukan.

Wajib Pajak mengisi Formulir Permohonan

Penelitian SSPD BPHTB. Wajib Pajak kemudian

menyerahkan Formulir Permohonan Penelitian SSPD

BPHTB, SSPD BPHTB (lembar 4), dan dokumen

pendukung kepada Seksi Pelayanan.

b. Langkah 2

Seksi Pelayanan Umum menerima Formulir

Permohonan Penelitian SSPD BPHTB, SSPD BPHTB

(lembar 4), dan dokumen pendukung dari Wajib Pajak.

Dinas kemudian mengajukan permintaan data terkait

objek pajak berdasarkan Formulir Permohonan

Penelitian SSPD BPHTB yang diterima. Pengajuan

dilakukan dengan mengisi dan menyampaikan Form

Pengajuan Data kepada Seksi Pengolahan Penilaian dan

Teknologi Informasi Data.

c. Langkah 3

Seksi Pengolahan Penilaian dan Teknologi

Informasi Data menerima Form Pengajuan Data dari

101
Seksi Pelayanan Umum. Seksi Pengolahan Penilaian

dan Teknologi Informasi Data menarik data yang

dibutuhkan dari sistem database objek pajak. Seksi

Pengolahan Penilaian dan Teknologi Informasi Data

kemudian mencantumkan informasi objek pajak pada

Form Pengajuan Data. Seksi Pengolahan Penilaian dan

Teknologi Informasi Data lalu menyerahkan kembali

data Form Pengajuan Data kepada Seksi Pelayanan

Umum.

d. Langkah 4

Dinas menerima Form Pengajuan Data yang telah

diisi data obyek pajak dari Seksi Pengolahan Penilaian

dan Teknologi Informasi Data. Dinas kemudian

memeriksa kenenaran data yang tercantum dalam SSPD

BPHTB dan dokumen pendukung SSPD BPHTB

berdasarkan data objek pajak dari Seksi Pengolahan

Penilaian dan Teknologi.

Informasi Data. Dalam kondisi tertentu, DPPKD

berhak melakukan penelitian lapangan untuk mengecek

kebenaran data secara riil. Mekanisme dan tata cara

penelitian lapangan akan diatur tersendiri.

e. Langkah 5

Setelah semua kebenaran informasi objek pajak

102
dalam SSPD BPHTB dan kelengkapan dokumen

pendukung terpenuhi, maka Dinas menandatangani

SSPD BPHTB (lembar 1, 2, 3, dan 4). Dinas mengarsip

SSPD BPHTB (lembar 4) sebagai dokumentasi. Dinas

lalu menyerahkan SSPD BPHTB (lembar 1, 2, dan 3)

kepada Wajib Pajak.

f. Langkah 6

Wajib Pajak menerima SSPD BPHTB (lembar 1,

2, dan 3) dari Seksi Pelayanan Umum.

Berikut adalah bagan alir SKPD kurang bayar :

103
Bagan 4.3
Penetapan SKPD Kurang Bayar

100

Sumber BPKAD Kabupaten Ende

104
4.2.2.4 Prosedur Pelaporan BPHTB

1. Gambaran Umum

Prosedur pelaporan BPHTB merupakan proses yang

dilakukan oleh Bank yang ditunjuk/Bendahara Penerimaan

dalam melaporkan penerimaan pembayaran BPHTB dari

Wajib Pajak. Prosedur ini juga meliputi proses pelaporan

yang dilakukan Pejabat Pembuat Akta Tanah atas setiap

akta pemindahan hak yang telah diterbitkan. Prosedur ini

melibatkan Bank yang ditunjuk atas penerimaan

pembayaran BPHTB dari Wajib Pajak yang melalui

mekanisme penyetoran ke rekening penerimaan kas

daerah.

2. Pihak Terkait

1) Bank yang ditunjuk

Merupakan pihak yang menerima pembayaran

BPHTB dari Wajib Pajak melalui mekanisme

penyetoran ke rekening penerimaan kas daerah. Bank

yang ditunjuk berwenang dan bertugas untuk:

1) Menerima pembayaran BPHTB dari Wajib Pajak;

2) Menerbitkan dan menyampaikan Nota Kredit kepada

Bendahara Penerimaan atas setiap pembayaran

BPHTB melalui rekening penerimaan kas daerah;

dan

105
3) Menyiapkan Register SSPD BPHTB.

2) Bendahara Penerimaan

Merupakan pejabat fungsional yang ditunjuk

untuk menerima, menyimpan, menyetorkan,

menatausahakan, dan mempertanggung jawabkan uang

pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD

pada unit kerja SKPD. Dalam prosedur ini Bendahara

Penerimaan berwenang dan bertugas untuk:

1) Menerima Nota Kredit dari Bank yang ditunjuk atas

setiap pembayaran BPHTB dari Wajib Pajak melalui

mekanisme penyetoran ke rekening penerimaan kas

daerah;

2) Menerima Register SSPD BPHTB dari Bank yang

ditunjuk atas pembayaran BPHTB dari Wajib Pajak

melalui mekanisme penyetoran ke rekening

penerimaan kas daerah;

3) Menyiapkan Register SSPD BPHTB atas

pembayaran BPHTB dari Wajib Pajak yang melalui

mekanisme tunai ke Bendahara Penerimaan;

4) Mencatat penerimaan BPHTB dalam Buku

Penerimaan & Penyetoran;

5) Menyiapkan Register STS; dan

106
6) Mendapatkan SSPD BPHTB lembar 5 dari Bank

yang ditunjuk/Wajib Pajak.

3) Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

Merupakan pihak yang menyiapkan dan menanda

tangani Akta Pemindahan Hak atas Tanah dan/atau

Bangunan. Dalam prosedur ini PPAT berwenang dan

bertugas untuk membuat Laporan Penerbitan Akta

Pemindahan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

4) Fungsi Pembukuan & Pelaporan

Merupakan pihak yang bertugas untuk

menyiapkan Laporan Realisasi PAD berdasarkan

dokumen-dokumen yang diterima dari Bank yang

ditunjuk/Bendahara Penerimaan dan Pejabat Pembuat

Akta Tanah. Dalam prosedur ini Fungsi Pembukuan &

Pelaporan berwenang dan bertugas untuk:

1) Menerima SSPD BPHTB lembar 6 dari Bendahara

Penerimaan;

2) Menerima Register SSPD BPHTB dari Bendahara

Penerimaan;

3) Menerima Register STS dari Bendahara Penerimaan;

4) Menerima Buku Penerimaan & Penyetoran dari

Bendahara Penerimaan;

5) Menerima Laporan Penerbitan Akta Pemindahan

107
Hak atas Tanah dan/atau Bangunan dari PPAT; dan

6) Menyiapkan Laporan Realisasi PAD.

3. Langkah-Langkah Teknis

a. Pelaporan BPHTB yang diterima melalui Bank yang

Ditunjuk

1) Langkah 1

Berdasarkan prosedur sebelumnya, Bank yang

Ditunjuk mengarsip SSPD BPHTB lembar 5 dan

SSPD BPHTB Lembar 6 atas setiap penerimaan

pembayaran BPHTB dari Wajib Pajak yang melalui

mekanisme penyetoran ke rekening penerimaan kas

daerah.

2) Langkah 2

Berdasarkan SSPD BPHTB lembar 5 dan

lembar 6, Bank yang Ditunjuk menerbitkan Nota

Kredit dan membuat Register SSPD BPHTB atas

setiap penerimaan pembayaran BPHTB dari Wajib

Pajak. Bank yang ditunjuk mengarsip SSPD BPHTB

lembar 5.

3) Langkah 3

Bank yang Ditunjuk kemudian menyerahkan

Nota Kredit ke Bendahara Penerimaan atas setiap

penerimaan pembayaran BPHTB melalui rekening

108
penerimaan kas daerah.

4) Langkah 4

Bendahara Penerimaan menerima Nota Kredit

dari Bank yang Ditunjuk. Bendahara Penerimaan

kemudian mencatat penerimaan BPHTB ke Buku

Penerimaan & Penyetoran. Bendahara Penerimaan

juga mencatat penerimaan BPHTB ke dalam Register

STS.

5) Langkah 5

Secara periodik, Bank yang ditunjuk

menyampaikan Register SSPD BPHTB yang

dilampiri dengan SSPD BPHTB lembar 6 ke Fungsi

Pembukuan dan Pelaporan.

6) Langkah 6

Fungsi Pembukuan dan Pelaporan menerima

Register SSPD BPHTB yang dilampiri dengan SSPD

BPHTB lembar 6.

b. Pelaporan Penerbitan Akta oleh PPAT

1) Langkah 1

Berdasarkan prosedur sebelumnya, PPAT

menyiapkan dan menanda tangani Akta Pemindahan

Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. PPAT juga

menerima SSPD BPHTB lembar 2 dari Wajib Pajak.

109
2) Langkah 2

PPAT membuat Laporan Penerbitan Akta

Pemindahan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan atas

setiap akta yang telah diterbitkan.

3) Langkah 3

PPAT menyampaikan Laporan Penerbitan Akta

Pemindahan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan ke

Fungsi Pembukuan & Pelaporan.

4) Langkah 4

Fungsi Pembukuan & Pelaporan menerima

Laporan Penerbitan Akta Pemindahan Hak atas

Tanah dan/atau Bangunan.

c. Pelaporan Realisasi PAD

1) Langkah 1

Berdasarkan prosedur C.1, C.2, dan C.3, maka

Fungsi Pembukuan & Pelaporan menerima dokumen

berupa Register SSPD BPHTB, SSPD BPHTB

lembar 6, Buku Penerimaan & Penyetoran, Register

STS, dan Laporan Penerbitan Akta Pemindahan Hak

110
atas Tanah dan/atau Bangunan.

2) Langkah 2

Berdasarkan dokumen-dokumen tersebut,

Fungsi Pembukuan & Pelaporan menyusun Laporan

Realisasi PAD.

Berikut adalah prosedur pelaporan BPHTB :

111
Bagan Alur 4.4
Prosedur Pelaporan BPHTB

Sumber: BPKAD Kabupaten Ende

112
4.2.2.5 Prosedur Penagihan BPHTB

1. Gambaran Umum

Prosedur penetapan SSPD BPHTB merupakan

proses yang dilakukan Seksi Pelayanan Umum dalam

menetapkan tagihan BPHTB terutang yang disebabkan

karena BPHTB terutang menurut SSPD BPHTB;

tidak/kurang dibayar, salah tulis, salah hitung, dan kena

bunga/denda. Prosedur penetapan Surat Ketetapan Pajak

Daerah Kurang Bayar BPHTB/ Kurang Bayar Tambahan

BPHTB merupakan proses yang dilakukan Seksi

Pelayanan Umum dalam memeriksa BPHTB yang masih

kurang dibayar atas SSPD BPHTB dalam jangka waktu 5

(lima) tahun semenjak dibayar oleh Wajib Pajak atau atas

Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) Kurang Bayar

dalam jangka waktu 5 (lima) tahun semenjak diterbitkan.

Prosedur penetapan Surat Teguran merupakan proses yang

dilakukan Seksi Penagihan dalam menindaklanjuti Wajib

Pajak yang belum melunasi BPHTB terutang hingga pada

saat jatuh tempo. Prosedur ini melibatkan Seksi

Pengelolaan Penilaian dan Teknologi Informasi Data

sebagai pihak yang memiliki dan mengelola database

Daftar Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) BPHTB,

Daftar SKPD Kurang Bayar BPHTB dan Daftar SKPD

113
Kurang Bayar Tambahan BPHTB.

2. Pihak Terkait

a. Wajib Pajak

Merupakan pihak yang memiliki kewajiban

membayar BPHTB terutang berdasarkan Surat Tagihan

Pajak Daerah (STPD) BPHTB, Surat Keputusan Pajak

Daerah Kurang Bayar BPHTB, Surat Keputusan Pajak

Daerah Kurang Bayar Tambahan BPHTB. Wajib Pajak

juga akan menerima Surat Teguran jika pada saat jatuh

tempo belum melunasi BPHTB terutang.

b. Seksi Pelayanan Umum

Merupakan pihak yang berwenang dan bertugas

untuk: memeriksa SSPD BPHTB, menerbitkan STPD

BPHTB, menerbitkan SKPD Kurang Bayar BPHTB,

menerbitkan SKPDB Kurang Bayar Tambahan BPHTB

c. Seksi Penagihan

Merupakan pihak yang berwenang dan bertugas

untuk mengeluarkan surat teguran terhadap wajib pajak

yang belum melunasi BPHTB terutang hingga pada

saat jatuh tempo.

d. Seksi Pengelolaan Penilaian dan Teknologi Informasi

Data

Merupakan pihak yang mengelola database Daftar

114
Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) BPHTB, Daftar SKPD

Kurang Bayar BPHTB dan Daftar SKPD Kurang Bayar

Tambahan BPHTB.

3. Langkah-Langkah Teknis

a. Penetapan STPD BPHTB

1) Langkah 1

Berdasarkan prosedur pembayaran BPHTB

sebelumnya, maka Seksi Pelayanan Umum

mengarsip SSPD BPHTB yang telah dibayarkan

oleh Wajib Pajak.

2) Langkah 2

Seksi Pelayanan Umum lalu memeriksa setiap

SSPD BPHTB terutang yang tidak/kurang dibayar,

salah tulis, salah salah hitung, dan kena

bunga/denda.

3) Langkah 3

Atas SSPD BPHTB terutang yang

tidak/kurang dibayar, salah tulis, salah salah hitung,

dan kena bunga/denda maka Seksi Penagihan

membuat daftar nomitanif SSPD BPHTB yang

tidak/kurang dibayar, salah tulis, salah hitung, dan

kena bunga/denda. Seksi Penagihan mengirim daftar

nominatif untuk dilakukan perekaman pada

115
database. Seksi Penagihan kemudian mengarsip

daftar tersebut.

4) Langkah 4

Seksi Pelayanan Umum menerbitkan STPD

BPHTB berdasarkan Daftar SSPD BPHTB yang

tidak/kurang dibayar, salah tulis, salah hitung, dan

kena bunga/denda. STPD BPHTB dicetak rangkap 2

(dua).

5) Langkah 5

Seksi Pelayanan Umum mengarsip STPD

BPHTB (lembar 2).

6) Langkah 6

Seksi Penagihan mengirimkan STPD BPHTB

(lembar 1) kepada Wajib Pajak.

7) Langkah 7

Seksi Penagihan memperbaharui Daftar STPD

BPHTB atas setiap STPD BPHTB yang telah

dikirimkan kepada Wajib Pajak.

8) Langkah 8

Wajib Pajak menerima STPD BPHTB dan

membayarkan BPHTB terutang sesuai dengan

prosedur pembayaran BPHTB.

116
b. Penetapan Surat Keputusan Pajak Daerah (SKPD)

Kurang Bayar BPHTB/ Kurang Bayar Tambahan

BPHTB

1) Langkah 1

Berdasarkan prosedur pembayaran BPHTB

sebelumnya, maka Kepala Dinas akan mengarsip

SSPD BPHTB yang telah dibayarkan oleh Wajib

Pajak.

2) Langkah 2

Seksi Penagihan memeriksa setiap SSPD

BPHTB yang telah berjangka waktu 5 (lima) tahun

semenjak dibayar oleh Wajib Pajak. Kepala Dinas

memeriksa nilai BPHTB terutang yang tercantum

dalam SSPD BPHTB tersebut. Atas SSPD BPHTB

yang ternyata kurang bayar, Kepala Dinas kemudian

menerbitkan Daftar SSPD BPHTB yang kurang

dibayar.

3) Langkah 3

Seksi Penagihan juga memeriksa setiap SKPD

Kurang Bayar yang telah berjangka waktu 5 (lima)

tahun semenjak diterbitkan. Kepala Dinas

memeriksa nilai BPHTB terutang yang tercantum

117
dalam SKPD Kurang Bayar tersebut. Atas SKPD

Kurang Bayar yang masih kurang bayar, Kepala

Dinas kemudian menerbitkan Daftar SKPD Kurang

Bayar yang masih kurang dibayar.

4) Langkah 4

Berdasarkan daftar yang telah dibuat, Kepala

Dinas menerbitkan SKPDKB Bayar (rangkap 2) dan

SKPD Kurang Bayar Tambahan (rangkap 2).

5) Langkah 5

Seksi Penagihan mengarsip SKPD Kurang

Bayar (lembar 2) dan SKPD Kurang Bayar

Tambahan (lembar 2).

6) Langkah 6

Seksi Penagihan mengirimkan SKPD Kurang

Bayar (lembar 1) dan SKPD Kurang Bayar

Tambahan (lembar 1) kepada Wajib Pajak.

7) Langkah 7

Seksi Penagihan memperbaharui Daftar

SKPDB Kurang Bayar atas setiap SKPDB Kurang

Bayar yang telah dikirimkan kepada Wajib Pajak.

8) Langkah 8

Seksi Penagihan memperbaharui Daftar SKPD

Kurang Bayar Tambahan atas setiap SKPD Kurang

118
Bayar Tambahan yang telah dikirimkan kepada

Wajib Pajak.

9) Langkah 9

Wajib Pajak menerima SKPD Kurang Bayar/

SKPD Kurang Bayar Tambahan dan membayarkan

BPHTB terutang sesuai dengan prosedur

pembayaran BPHTB.

c. Penerbitan Surat Teguran

1) Langkah 1

Berdasarkan prosedur penetapan STPD

BPHTB/ SKPD Kurang Bayar/SKPD Kurang Bayar

Tambahan, Seksi Pelayanan Umum menyimpan:

Daftar STPD BPHTB, Daftar SKPD Kurang Bayar,

Daftar SKPD Kurang Bayar Tambahan Dengan

menggunakan daftar-daftar tersebut, Seksi

Pelayanan Umum memantau surat ketetapan

BPHTB yang akan mendekati jatuh tempo.

2) Langkah 2

Selama 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo, Seksi

Penagihan menghubungi dan melakukan pendekatan

persuasif kepada Wajib Pajak agar melunasi BPHTB

yang masih terutang. Pendekatan persuasif,

119
meliputi: - Menghubungi wajib pajak melalui

telepon - Mengirimkan Surat Pemberitahuan dan

Himbauan.

3) Langkah 3

Setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo, atas

permintaan penundaan atau pembayaran pajak

secara mengangsur oleh Wajib Pajak yang disetujui,

maka Seksi Penagihan terus melakukan pendekatan

persuasif kepada Wajib Pajak agar melunasi BPHTB

yang masih terutang.

4) Langkah 4

Setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo, atas

permintaan penundaan atau pembayaran pajak

secara mengangsur oleh Wajib Pajak yang tidak

disetujui, Seksi Penagihan menerbitkan Surat

Teguran (rangkap 2).

5) Langkah 5

Seksi Penagihan mengarsip Surat Teguran

(lembar 2).

6) Langkah 6

Seksi Penagihan mengirimkan Surat Teguran

(lembar 1) kepada Wajib Pajak.

120
7) Langkah 7

Wajib Pajak menerima Surat Teguran.

8) Langkah 8

Seksi Penagihan memperbaharui Daftar Surat

Teguran atas setiap Surat Teguran yang dikirimkan

kepada Wajib Pajak.

Berikut adalah prosedur pelaporan BPHTB :

121
Bagan Alur 4.5
Prosedur Pelaporan BPHTB

Sumber : BPKAD Kabupaten Ende

122
4.2.2.6 Prosedur Pengurangan BPHTB

1. Gambaran Umum

Prosedur pengurangan BPHTB merupakan proses

yang dilakukan Fungsi Pelayanan dalam menetapkan

persetujuan/penolakan atas pengajuan pengurangan

BPHTB terutang dari Wajib Pajak. Fungsi Pelayanan

kemudian menelaah dan memeriksa pengajuan

pengurangan berdasarkan dokumen pendukung pengajuan

dan data terkait objek pajak.

Pemberian pengurangan sendiri dilakukan berdasar

Peraturan Kepala Daerah yang berisi tentang kriteria dan

kategori pengurangan untuk daerah yang bersangkutan.

Prosedur ini melibatkan Fungsi Pengolahan Data &

informasi sebagai pihak yang memiliki dan mengelola

database objek pajak di wilayah administratifnya.

2. Pihak Terkait

a. Wajib Pajak Merupakan pihak yang mengajukan

permohonan pengurangan atas BPHTB terutang

menurut surat ketetapan BPHTB yang telah diterbitkan

sebelumnya.

b. Fungsi Pelayanan Merupakan pihak yang berwenang

dan bertugas untuk:

1) Menerima, menelaah, dan memeriksa permohonan

123
pengajuan pengurangan BPHTB

2) Menerbitkan Tanda Terima Pengajuan Pengurangan

BPHTB

3) Mengajukan data terkait objek pajak kepada Fungsi

Pengolahan Data & Informasi

4) Menerbitkan Berita Acara Pemeriksaan, dan

5) Menerbitkan Surat Penolakan Pengajuan

Pengurangan BPHTB atau Surat Keputusan

Pengurangan BPHTB.

c. Fungsi Pengolahan Data & Informasi Merupakan pihak

yang berwenang dan bertugas untuk:

1) Menyimpan dan mengelola database terkait objek

pajak, dan

2) Menyediakan data terkait objek pajak kepada Fungsi

Pelayanan

3. Langkah-Langkah Teknis

a. Langkah 1

Wajib Pajak mengirimkan Surat Pengajuan

Pengurangan BPHTB yang dilampiri dengan dokumen

pendukung pengajuan pengurangan dan Salinan Surat

Ketetapan BPHTB kepada Fungsi Pelayanan.

124
b. Langkah 2

Fungsi Pelayanan menerima dokumen pengajuan

pengurangan BPHTB. Fungsi Pelayanan kemudian

memberikan Tanda Terima Pengajuan Pengurangan

BPHTB kepada Wajib Pajak.

c. Langkah 3

Fungsi Pelayanan mengarsip dokumen pengajuan

pengurangan. Berdasarkan dokumen tersebut, Fungsi

Pelayanan kemudian mengajukan permintaan data

terkait objek pajak dengan menyiapkan Form

Pengajuan Data.

d. Langkah 4

Fungsi Pelayanan mengirimkan Form Pengajuan

Data kepada Fungsi Pengolahan Data & Informasi.

e. Langkah 5

Fungsi Pengolahan Data & Informasi menerima

Form Pengajuan Data. Fungsi Pengolahan Data &

Informasi kemudian menarik data terkait objek pajak

dari Database Objek Pajak.

f. Langkah 6

Fungsi Pengolahan Data & Informasi mengisikan

Form Pengajuan Data dengan data terkait objek pajak.

125
g. Langkah 7

Fungsi Pengolahan Data & Informasi

mengirimkan Form Pengajuan Data (yang telah terisi)

kepada Fungsi Pelayanan.

h. Langkah 8

Fungsi Pelayanan menelaah dan memeriksa

pengajuan pengurangan BPHTB berdasarkan data

objek pajak yang telah diterima. Selain itu,

pemeriksaan juga dilakukan atas kesesuaian antara

pengajuan yang diajukan dengan ketetapan atau kriteria

dalam Peraturan Kepala Daerah.

i. Langkah 9

Fungsi Pelayanan menyiapkan Berita Acara

Pemeriksaan Surat Penolakan Pengajuan Pengurangan

BPHTB (untuk yang ditolak) dan Surat Keputusan

Pengurangan BPHTB (untuk yang disetujui).

j. Langkah 10

Fungsi Pelayanan mengarsip Berita Acara Pemeriksaan.

k. Langkah 11

Fungsi Pelayanan mengirimkan Surat Penolakan

Pengajuan Pengurangan BPHTB (bagi yang ditolak)

atau Surat Keputusan Pengurangan BPHTB (bagi yang

disetujui) kepada Wajib Pajak.

126
l. Langkah 12

Wajib Pajak menerima surat ketetapan BPHTB

dan melakukan pembayaran sesuai dengan prosedur

pembayaran BPHTB

Berikut adalah prosedur pengurangan BPHTB:

127
Bagan Alur 4.2

Sumber : BPKAD Kabupaten Ende

128
4.2.3 Cara menghitung BPHTB dan contoh Kasus

Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak adalah nilai perolehan

Objek Pajak dikurangi dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak

Kena Pajak. Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara

mengalikan tarif pajak dengan nilai perolehan objek pajak kena pajak.

Nilai perolehan objek pajak tidak kena pajak untuk kota medan adalah

maksimal Rp. 60.000.000,00. Sedangkan untuk waris Nilai Perolehan

Objek Pajak Tidak Kena Pajak adalah sebesar Rp. 300.000.000,00.

Contoh kasus 1 (untuk Regional):

Tuan Reza membeli sebidang tanah di Jalan Durian No 46,

Medan dengan nilai perolehan objek pajak sebesar 100.000.000,00

maka BPHTB yang terhutang adalah:

Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 100.000.000,00


(Rp 60.000.000,00)
Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak
Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak Rp 40.000.000,00

BPHTB yang terhutang adalah: 5% x 40.000.000,00 = Rp

2.000.000,00

Contoh kasus 2 (untuk waris dan hibah):

Tuan Reza meninggal dunia pada tanggal 12 februari 2010

dengan meninggalkan tiga orang ahli waris yaitu B, C dan D. Sebelum

meninggal tuan Reza memiliki tanah dan bangunan yang telah

127
bersertifikat seluas 500 m2 dengan NJOP sebesar Rp 500.000.000,00.

Untuk menjawab kasus ini ada dua cara dalam perhitungan besarnya

pajak BPHTB yang harus dibayar yaitu: Warisan sebagai pemilik

bersama. Rumus:

BPHTB = (NPOPKP x tarif pajak) x 50%

= (NPOP-NPOPTKP) x 5%) x 50%

= (Rp. 500.000.000,00 – Rp 100.000.000,00) x

5% x 50% = (Rp 400.000.000,00 x5%) x50%

= Rp 20.000.000,00 x 50%

= Rp 10.000.000,00

Jadi BPHTB yang harus dibayar oleh anak dari Tuan Reza yaitu B,

C, dan D adalah sebesar Rp 10.000.000,00

4.2.4 Pembagian hasil BPHTB

Sejak di sahkan peraturan daerah Nomor 2 tahun 2011 tentang

Pajak Daerah. Penerimaan hasil pajak Daerah di sektor Bea Perolehan

Hak Atas Tanah dan Bangunan murni masuk ke kas daerah sebesar

100%

4.2.5 Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Dasar Pengenaan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP). Pada dasarnya

ada 3 (tiga) jenis nilai (harga) yang menjadi Nilai Perolehan Objek

Pajak yaitu:

128
a. Nilai Pasar

b. Harga Transaksi

c. Harga Transaksi Risalah Lelang

Bila nilai pasar atau harga transaksi yang menjadi Nilai

Perolehan Objek Pajak (NPOP) tidak diketahui atau lebih rendah dari

pada Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Pajak Bumi Bangunan (PBB),

dasar pengenaan pajak yang dipakai adalah NJOP PBB.

Tabel 4.3

Pengenaan Nilai Perolehan Objek Pajak (NJOP)

NO Transaksi Perolehan DPP

1 Jual beli Harga transaksi

2 Tukar menukar Harga transaksi

3 Hibah Nilai pasar

4 Hibah wasiat Nilai pasar

5 Waris Nilai pasar

6 Pemasukan ke perseroan atau badan hukum Nilai pasar

7 Pemisahan hak berakibat peralihan hak Nilai pasar

8 Peralihan hak pelaksanaan putusan hakim Nilai pasar

9 Pemberian hak baru dari pelepasan hak Nilai pasar

10 Penggabungan hak baru selain pelepasan Hak Nilai pasar

11 Penggabungan, peleburan, pemekaran Nilai pasar

12 Hadiah Nilai pasar

13 Lelang Nilai pasar

129
Harga Risalah Lelang

Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende 2017

4.2.6 Ruang Lingkup dan Tahun Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan di Wilayah Kerja Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Ende

a. Ruang Lingkup Wilayah Kerja Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Ende Meliputi Ende Selatan, Ende Tengah, Ende Utara,

Ende Timur, Detusoko, Ndona, Lio Timur, Nangapanda,

Wolowaru, Wolojita, Detukeli, Kelimutu, Ende, Maurole, Kota

Baru, Ndona Timur, Wewaria, Ndori, Maukaro, Pulau Ende dan

Lepembusu Kelisoke

b. Tahun Pajak Bea Perolehan Hak atas Bumi dan Bangunan

(BPHTB) di Wilayah Kerja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Ende adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender, kecuali bila

wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan

tahun kalender. Tahun pajak di mulai pada Bulan Januari dan

berakhir pada bulan Desember.

4.2.7 Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan prosedur

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan

upaya-upaya yang di lakukan oleh Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Ende

130
Hambatan hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan, realisasi

pemungutan atas pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB):

1. Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

berbeda dengan jenis Pajak Daerah yang lain, dimana dapat

diperhitungkan jumlah potensinya secara terus menerus dan

berkesinambungan, sedangkan pajak Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB) sangat bergantung dari transaksi

peralihan tanah dan atau bangunan. Bilamana tidak terjadi

peralihan tanah dan bangunan maka tidak akan ada pemungutan

pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

2. Tim pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Kabupaten Ende terkendala dari jumlah personil dan yang ahli di

dalamnya. Hal ini dapat diketahui karena terdapatnya anggota tim

pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang

tugasnya rangkap, misalnya kepala bidang BPHTB beserta staf

melakukan pendataan dan survei lokasi peralihan tanah dan atau

bangunan. Sehingga dalam pelaksanaan tugas sehari hari tidak bisa

fokus dan maksimal.

3. Tingkat Kesadaran Wajib Pajak adalah masih banyak wajib pajak

yang tidak jujur atau tidak tau dengan aturan baru yang berlaku

sejak BPHTB dilimpahkan menjadi pajak daerah. Seperti pada

pembayaran pajak. Wajib Pajak membayar pajak berdasarkan

131
NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) yang seharusnya berdasarkan

berapa harga transaksi yang disepakati atau berdasarkan Nilai

Perolehan Obkjek Pajak (NPOP).

4. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang tertera pada SPT (Surat

Pemberitahuan) PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) dinilai tidak ada

kenaikan signifikan dari tahun tahun sebelumnya, sehingga

transaksi yang dilaporkan pada saat pengisian form Surat Setoran

Pajak Daerah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(SSPD-BPHTB) pada tahun 2011 banyak yang jauh dibawah harga

pasar saat itu. Ini dapat dilihat dari pengisian atau pelaporan

pembayaran Pajak BPHTB oleh Wajib Pajak harga transaksinya

mengacu pada Surat Pemeberitahuan pajak Terhutang (SPPT)

Pajak Bumi dan bangunan (PBB). Sebagaimana diketahui menurut

Perda BPHTB No. 2 Tahun 2011 pada Bab III tentang Dasar

Pengenaan Tarif dan Tata Cara Penghitungan Pajak Pasal 7 ayat 3

“Jika nilai perolehan objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah

dari pada NJOP yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan

Bangunan pada tahun terjadinya perolehan, dasar pengenaan yang

dipakai adalah NJOP Pajak Bumi dan Bangunan”.

5. Sanksi Administrasi Masih Ringan.

6. Sistem Pengisian SSPD Masih Manual.

132
7. Adanya Wajib Pajak yang melaporkan kegiatan perpajakannya

secara tidak jujur. Misalnya adanya pemalsuan kuwitansi yang

memungkinkan BPHTB yang dibayar menjadi lebih kecil dari yang

seharusnya

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan pendapatan

Kabupaten Ende untuk Meningkatkan Penerimaan Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yaitu

1. Meningkatkan kinerja para pegawai di Badan Pendapatan

Kabupaten Ende tersebut agar pelaksanaan penerimaan pajak dan

data-data pajak dapat terarah sesuai ketentuan yang berlaku dan

memberikan pelayanan yang lebih ekstra kepada para pembayar

pajak yang lebih besar guna mempermudah dalam penyampaian,

menyetorkan dan melaporkan pajak yang terutang.

2. Melakukan sosialisasi mengenai BPHTB telah menjadi pajak

daerah dan sosialisasi kesadaran membayar pajak

3. Selain sosialisasi mengenai BPHTB Badan Pendapatan Daerah

sudah seharusnya meningkatkan sanksi administratif berupa denda

agar wajib pajak patuh dalam melaporkan kegiatan perpajakannya

4. Pihak Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende sudah

seharusnya menambah personil ahli dalam hal menghimpun,

mengelola, mendata obyek dan subyek pajak BPHTB.

5. Pihak Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende melakukan

pengecekan langsung kelapangan kesesuaian data yang telah

133
diperoleh dari survei dan pendataan ulang terhadap objek dan

subjek pajak kepada pihak wajib pajak yang melakukan peralihan

tanah dan/atau bangunan agar tidak terjadi tindak pemalsuan

kwuitansi

6. Pihak Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende kedepannya

diharapkan dalam sistem pengisisan SSPD masih manual beralih

ke sistem pengisian online. Hal ini bisa mempermudah masyarakat

umum, terutama mereka yang tidak memiliki cukup waktu luang

untuk mengurus pembayaran pajak BPHTB dikantor Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Ende, membyar pajak BPHTB

menjadi lebih mudah karena wajib pajak dapat membayar pajaknya

dimana saja dan kapan saja. Sitem pengisisan SSPD online

bertujuan untuk menghindari kesalahan dari pencatatan transaksi.

Terkadang dalam pembayaran secara manual terdapat beberapa

kesalahan pencatatan yang mungkin terjadi dan mengurangi resiko

kehilangan data akibat kelalaian dan akibat lainnya.

7. Pemerintah Kabupaten Ende seharusnya merevisi penyusuaian

nilai jual objek pajak guna meningkatkan penerimaan pendapatan

asli daerah.

4.2.8 Realisasi penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan

Bangunan Di Kabupaten Ende dalam wilayah kerja badan

pendapatan daerah Kabupaten Ende dari tahun 2013 sampai

dengan tahun 2016.

134
Tabel 4.4

Realisasi Penerimaan BPHTB Tahun 2013 – 2016

No Tahun Target Realisasi Pencapaian

1 2013 Rp. 500.000.000 Rp. 637.897.750 127,58%

2 2014 Rp. 650.000.000 Rp. 540.786.050 83,18%

3 2015 Rp. 650.000.000 Rp. 537.599.300 82,71%

4 2016 Rp. 650.000.000 Rp. 926.790.480 127,58%

Sumber: Olahan Penulis 2018

Realisasi penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan

Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Ende dalam wilayah kerja Badan

pendapatan daerah Kabupaten Ende dari tahun 2013 sampai dengan

tahun 2016

Realisasi penerimaan Bea perolehan Hak Atas Tanah di

wilayah kerja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende yang

meliputi wilayah kerja kecamatan Meliputi Ende Selatan, Ende

Tengah, Ende Utara, Ende Timur, Detusoko, Ndona, Lio Timur,

Nangapanda, Wolowaru, Wolojita, Detukeli, Kelimutu, Ende,

Maurole, Kota Baru, Ndona Timur, Wewaria, Ndori, Maukaro,

Pulau Ende dan Lepembusu Kelisoke Dan lain lainnya berbeda-beda,

yang di peroleh dari tahun 2013 adalah sebesar Rp. 637.897.750.

Angka tersebut melewati target di tahun 2013 yang sebesar Rp

135
500.000.000 sehingga pencapaian di tahun 2013 mencapai 127,58%

maka kelebihan target mencapai Rp. 276.790.480

Sedangkan di tahun 2014 penerimaan BPHTB menurun

menjadi Rp. 540.786.050 dari target yang di rencanakan sebesar Rp.

650.000.000, sehingga pencapaian di tahun 2014 mencapai 83,18%

dengan sisa yang belum terealisasi sebesar Rp. 109.213.950

Di tahun 2015 penerimaan BPHTB kembali menurun

menjadi Rp. 537.599.300 dari target yang di rencankan sebesar Rp.

650.000.000 sehingga pencapaian di tahun 2015 mencapai 82,71 %

dengan sisa yang belum terealisasi sebesar Rp. 112.400.700, dan di

tahun 2016 dengan target Rp. 650.000.000. Realisasi penerimaan

BPHTB sebesar Rp. 926.790.480 dengan persentase pencapaian

sebesar 127,58 sehingga melebihi target sebesar Rp. 276. 790. 480

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

136
Prosedur Pemungutan Bea Perolehan hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) adalah Suatu tata cara pelaksanaan atas aturan-aturan

dan ketetapan-ketetapan dalam perhitungan Bea Perolehan hak atas Tanah

dan Bangunan (BPHTB) terutang, beserta saat dan tata cara Pembayaran

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang terutang.

Dalam hal perhitungan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) pemerintah telah menetapkan Tarif yaitu sebesar 5% (Lima

persen) pada setiap pengenaannya, termasuk juga wilayah kerja Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Ende.

Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan

pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

khususnya di Wilayah Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende

diantaranya, adanya Wajib Pajak yang melaporkan kegiatan

perpajakannya secara tidak jujur. Misalnya adanya pemalsuan kuwitansi

yang memungkinkan BPHTB yang dibayar menjadi lebih kecil dari yang

seharusnya; Sistem Pengisian SSPD Masih Manual; Tim pajak Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Kabupaten Ende

terkendala dari jumlah personil dan yang ahli di dalamnya. Hal ini dapat

diketahui karena terdapatnya anggota tim pajak Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang tugasnya rangkap misalnya kepala

bidang BPHTB beserta staf melakukan pendataan dan survei lokasi

peralihan tanah dan atau bangunan sehingga dalam pelaksanaan tugas

sehari hari tidak bisa fokus dan maksimal.

137
5.2 Saran

Dalam pelaksanaan penelitian atau riset di Badan Pendapatan

Daerah Kabupaten Ende mengenai Prosedur Pemungutan Bea Perolehan

Hak Atas Tanah dan Bangunan tersebut telah melaksanakan tugas-

tugasnya secara baik sesuai dengan ketentuan yang telah diterapkan

Pemerintah dan Peraturan-Peraturan yang berlaku, tetapi ada beberapa hal

yang harus diperhatikan oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende

yaitu :

1. Meningkatkan kinerja para pegawai di Badan Pendapatan

Kabupaten Ende tersebut agar pelaksanaan penerimaan pajak dan

data-data pajak dapat terarah sesuai ketentuan yang berlaku dan

memberikan pelayanan yang lebih ekstra kepada para pembayar

pajak yang lebih besar guna mempermudah dalam penyampaian,

menyetorkan dan melaporkan pajak yang terutang.

2. Melakukan sosialisasi mengenai BPHTB telah menjadi pajak

daerah dan sosialisasi kesadaran membayar pajak

3. Selain sosialisasi mengenai BPHTB Badan Pendapatan Daerah

sudah seharusnya meningkatkan sanksi administratif berupa denda

agar wajib pajak patuh dalam melaporkan kegiatan perpajakannya

4. Pihak Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende sudah

seharusnya menambah personil ahli dalam hal menghimpun,

mengelola, mendata obyek dan subyek pajak BPHTB.

138
5. Pihak Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende melakukan

pengecekan langsung kelapangan kesesuaian data yang telah

diperoleh dari survei dan pendataan ulang terhadap objek dan

subjek pajak kepada pihak wajib pajak yang melakukan peralihan

tanah dan/atau bangunan agar tidak terjadi tindak pemalsuan

kwuitansi

6. Pihak Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ende kedepannya

diharapkan dalam sistem pengisisan SSPD masih manual beralih

ke sistem pengisian online. Hal ini bisa mempermudah masyarakat

umum, terutama mereka yang tidak memiliki cukup waktu luang

untuk mengurus pembayaran pajak BPHTB dikantor Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Ende, membyar pajak BPHTB

menjadi lebih mudah karena wajib pajak dapat membayar pajaknya

dimana saja dan kapan saja. Sitem pengisisan SSPD online

bertujuan untuk menghindari kesalahan dari pencatatan transaksi.

Terkadang dalam pembayaran secara manual terdapat beberapa

kesalahan pencatatan yang mungkin terjadi dan mengurangi resiko

kehilangan data akibat kelalaian dan akibat lainnya.

7. Pemerintah Kabupaten Ende seharusnya merevisi penyusuaian

nilai jual objek pajak guna meningkatkan penerimaan pendapatan

asli daerah.

139
DAFTAR PUSTAKA

Bohari. 2012. Pengantar Hukum Pajak. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


Darise, Nurlan. 2009. Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi Kedua.
Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang.

Departemen PendidikanNasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat


Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Diana, Anastasia dan Setiawati, Lilis. 2010. Perpajakan Indonesia Konsep,


Aplikasi, dan Penuntun Praktis. Yogyakarta: CV ANDI OFFESET.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. 2012. Pedoman Penulisan


Skripsi. Makassar

Firrawan, Junaidi. 2015. Potensi dan Efektivitas Pemungutan Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan Sebagai Pajak Daerah di Kabupaten
Kayong Utara. Jurnal. Universitas Tanjungpura,

Halim, Abdul. 2004. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: (UPP) AMP


YKPN.

Jamil, Ida N. A., Husaini, A. dan Mayowan, Y. 2015. Analisis Efektivitas


Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dan
Kontribusinya terhadap Pendapatan Pajak Daerah (Studi pada Dinas
Pendapatan Daerah Kota Malang Periode 2011-2014). Jurnal
Perpajakan, (Online), Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
690.900.327 Tahun 1996 Tentang Pedoman Penilaian dan Kinerja
Keuangan.1996.

Kosasih, Maria, E. dan Yusuf, A. 2012. Analisis Sistem Pajak BPHTB dari Pajak
Pusat Menjadi Pajak Daerah terhadap PAD Kabupaten Karawang.
Majalah Ilmiah Solusi Insika.

(Online), Vol. 11, No. 24, (http: //www. unsika. ac. id/ sites/ default/ files/
upload/ Analisis % 20 Sistem % 20 Pajak % 20 BPHTB % 20 dari %
20 Pusat % 20 menjadi % 20 Pajak % 20 Daerah. pdf.
Mahmudi. 2009. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Erlangga.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta: ANDI. Peraturan Daerah Kota


Makassar Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah Kota
Makassar. 2010. Makassar: Departemen Keuangan Kota Makassar.

Nasution, Erliza Rifani Rizki, 2014 Analisis Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak
Atas Tanah Dan Bangunan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. (2014)

Rahmat, A. Nur. (Ed). 2016. Mulai 1 Agustus Pemkot Makassar Ubah


Penghitungan BPHTB, (Online),

Remi, Purnomo, H. dan Risnaningsih. 2015. Kontribusi Penerimaan Bea


Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Malang Periode 2011-2014.
Jurnal. Universitas Tribhuwana Tungga dewi.

(http: //publikasi. unitri. ac. id/ index. php/ ekonomi/ article/ download/ 216/ 246,

Resmi, Siti. 2009. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat. Rizaldy,
Fachmi. 2015. Analisis Potensi Pendapatan, (Online)

(https: //www. academia. edu/ 5774575/ ANALISIS_POTENSI_PENDAPATAN,

Siahaan, P. Marihot. 2005. Pajak Daerah danRetribusi Daerah. Jakarta:


Grafindo

Soemahamidjaja, Soeparman. 1964. Pajak Berdasarkan Asas Gotong Royong.


Yogyakarta: PT Liberty.

Soemitro, Rochmat. 1977. Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan.


Jakarta: PT Eresco.

Sugiyono. 2005. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: CV ALFABETA.


Thosal. M (2017) Analisis Efektivitas Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Bangunan Berbasis Potensi Dan Target Di Kota Makassar Tahun
2015-2016

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan


Dasar Pokok-Pokok Agraria. 1960. Jakarta: Departemen Keuangan
republik Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak


Daerah dan Retribusi Daerah. 2009. Jakarta: Departemen Keuangan
Republik Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 tentang Bea


Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. 2009. Jakarta: Departemen
Keuangan Republik Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan Negara dan Daerah. 2005. Jakarta:
Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Waluyo. 2008. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai