Anda di halaman 1dari 34

1

PROPOSAL PENELITIAN

A. Judul Penelitian

“Peristilahan Dalam Acara Batalah Masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-

Ahe Kabupaten Landak”.

A. Latar Belakang

Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan suatu

masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri

(Kridalaksana, 1982:17). Para pakar linguistik deskriptif biasanya

mendefinisikan bahasa sebagai “satu sistem lambang bunyi yang bersifat

arbitrer,” yang kemudian lazim ditambahkan dengan “yang digunakan oleh

sekelompok masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri.”

(Chaer, 1994).

Semantik adalah tanda atau lambang. Kata semantik dalam bahasa

Indonesia (Inggris: “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino

yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Tanda atau lembang disini

sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistik (Prancis: signe

linguistique) seperti yang dikemukakan oleh Fardinand De Saussure (1966),

yaitu terdiri dari (1) komponen yang mengartikan, yang berwujut bentuk-

bentuk bunyi bahasa (2) komponen yang diartikan atau makna dari komponen

yang pertama itu. Komponen ini adalah berupa tanda atau lambang;

sedangkan yang berada di luar bahasa yang lazim disebut referen atau hal

yang ditunjuk.
2

Kebudayaan adalah hal kompleks yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-

kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai

anggota masyarakat. Dengan lain perkataan, kebudayaan mencakup

semuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota

masyarakat. Kebudayaan terdiri atas segala sesuatu yang dipelajari oleh pola-

pola yang normatif, artinya mencakup segala cara-cara atau pola-pola

berpikir, merasakan, dan bertindak.

Menurut Aloy, (2008:41) “Kanayatn adalah istilah untuk menyebut

subsuku Dayak di Kabupaten Pontianak, Landak, Bengkayang, dan Sambas

yang menuturkan Bahas Banana’-Ahe, Badamea-Jare, Bamapape dengan

segala variasinya juga bahasa Bakati’, Banyadu’, dan Bakambai dengan

segala variasinya”. Bahasa yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu bahasa

Dayak Kanayatn Banana’-Ahe di Kabupaten Landak. Di Kabupaten Landak

dan Pontianak, ada satu istilah yang cukup popular untuk menamakan bahasa

yaitu istilah Kanayatn. Dengan demikian ada bahasa Dayak Kanayatn

(Kendayan) yang dituturkan oleh orang Kanayatn, yang tidak lain adalah suku

Dayak yang menuturkan bahasa Banana’-Ahe. Berdasarkan penjelasan

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penutur Bahasa Dayak Kanayatn

Banana’-Ahe terdapat di daerah Kabupaten Landak dan Pontianak. Di

kabupaten Landak penutur Bahasa Dayak Kanayatn Banana’-Ahe terdapat di

beberapa kecamatan yaitu, Kecamatan Sengah Temila, Kecamatan Menjalin,

Kecamatan Mandor, Kecamatan Sebangki, Kecamatan Sompak, dan


3

Kecamatan Senakin. Sedangkan di Kabupaten Pontianak juga terdiri

beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Toho’, Kecamatan Sungai Pinyuh, dan

Kecamatan Sungai Ambawang.

Peristilahan merupakan kata atau gabungan kata yang dengan cermat

mengungkapkan konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang

tertentu, tetapi dalam penelitian ini peneliti mengfokuskan peristilahan alat

dan bahan yang digunakan dalam acara Batalah atau upacara pemberian nama

kepada bayi yang baru lahir. pemberian nama ini bertujuan untuk memberi

identitas atau tanda pengenal.

Batalah adalah acara adat memberi nama pada seorang bayi yang baru

lahir. Waktu pemberian nama pada anak yang baru lahir biasanya

dilaksanakan ketika anak berusia 1 hari sampai 1 bulan lamanya. minggu,

tergantung kepada orang tua si bayi kapan akan dilaksanakannya acara

Batalah. Acara Batalah juga diartikan sebagai bukti ungkapan syukur kepada

Jubata (Tuhan) atas keselamatan persalinan ibu dan bayinya yang baru lahir,

di wilayah pedalaman Kabupaten Landak dalam proses persalinan masih

dibantu oleh dukun beranak. Karena di wilayah-wilayah pedalaman belum

ada Puskesmas dan tenaga medis (Bidan) yang masuk di wilayah mereka.

Namun pada masyarakat Dayak Kanayatn yang tinggal di luar pedalaman,

mereka sudah dibantu oleh tenaga medis.

Prosesi Batalah diawali dengan ritual Nyanggahatn yang dipimpin oleh

pemuka adat yang biasa disebut dalam masyarakat Dayak Kanayatn sebagai
4

Panyanggahatn, . Nyanggahatn adalah permohonan atau sembahyang

menurut agama asli orang Dayak Kanayatn Banana’-Ahe, tujuannya untuk

meminta izin kepada sang pencipta (Jubata) akan dilaksanannya acara

Batalah. Adapun peralatan dan bahan-bahan dalam ritual Nyanggahatn

berupa tumpi’, poe’, kulita, ai’ pasasahatn, karake’, kapur, manok, rokok, dan

sebagainya. Dalam acara Batalah banyak terkadung nilai-nilai sosial

didalamnya. Keluarga, kerabat, dan masyarakat biasanya akan berkumpul

untuk berdoa bersama untuk pertumbuhan bayi yang baru lahir.

Prosesi pemberian nama (Batalah) dianggap oleh masyarakat Dayak

Kanayatn Banana’-Ahe khususnya di Desa Tanjam, Kecamatan Menjalin,

Kabupaten Landak sebagai sesuatu yang sakral. Masyarakat Dayak Kanayatn

Banana’-Ahe di Kabupaten Landak hingga saat ini tetap setia melestarikan

aset budaya itu sebagai kekayaan khasanah bangsa Indonesia. Selain untuk

menghargai warisan leluhur, suku Dayak meyakini bahwa keseimbangan

antara manusia, alam, dan sang pencipta merupakan suatu hubungan sinergis

yang harus senantiasa terjaga.

Upacara-upacara adat selalu berdimensi transenden, karena menurut

keyakinan mereka, kehidupan di dunia ini berhubungan sebab akibat dengan

alam baka. Sehingga untuk pelaksanaan suatu upacara adat dituntut suatu

kerja sama, saling membantu dengan hati yang tulus agar dicapai suatu

keberhasilan.
5

Alasan peneliti memilih peristilahan dalam acara Batalah masyarakat

Dayak Kanayatn Banana’-Ahe secara umum yaitu termasuk tradisi turun-

temurun dari nenek moyang suku Dayak Kanayatn yang bersifat sakral,

dalam ritual Batalah akan dipimpin oleh satu orang Panyanggahatn yang

nantinya akan menjalankan prosesi tersebut. Semua orang tidak bisa menjadi

seorang Panyanggahatn, karena untuk menjadi seorang Panyanggahatn

harus mempunyai garis keturunan Panyanggahatn juga.

Alasan peneliti secara khusus memilih peristilahan dalam acara Batalah

yaitu bagi kaum awam banyak yang belum mengatahui acara Batalah

tersebut. Maka peneliti ingin mendokumentasikan, serta menginformasaikan

kepada masyarakat luar mengenai peristilahan Batalah masyarakat Dayak

Kanayatn Banana’-Ahe Kabupaten Landak”. Kelak generasi berikutnya bisa

melihat alat dan bahan dalam acara Batalah, serta dapat dijadikan referensi

untuk penelitian selanjutnya.

Alasan peneliti memilih kajian semantik, karena kajian semantik akan

memudahkan peneliti dalam menganalisis makna peristilahan alat dan bahan

dalam acara Batalah atau acara pemberian nama kepada bayi yang baru lahir.

penelitian ini dilakukan di Desa Tanjam, Kecamatan Menjalin, Kabupaten

Landak, karena di Desa tersebut masih terjaga adat istiadat dan

kebudayaannya.
6

Penelitian sejenis mengenai peristilahan yang pengeneliti ketahui

yaitu:

1. Rahmawati. (2013) “Peristilahan Tenun Tradisional Melayu Sambas:

Kajian Semantik” Mahasiswa FKIP Untan Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Seni. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini

mengenai peristilahan tenun berupa alat, bahan, motif, dan hasil.

Sedangkan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini mengenai

pengklasifikasian, makna kultural, dan makna leksikal. Metode yang

digunakan yaitu deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif. Sedangkan

peneliti ini meneliti “Peristilahan Dalam Acara Batalah masyarakat

Dayak Kanayatn Banana’-Ahe Kabupaten Landak” Permasalahan yang

dibahas dalam penelitian ini mengenai inventarisasi, makna leksikal,dan

makna kultural alat dan bahan yang digunakan dalam acara Batalah.

2. Antonia Weni Iyasena. (2017) “Peristilahan Dalam Ne’Baruakng Kulub

Cerita Rakyat Kanayatn Mampawah Di Desa Pahokng Kecamatan

Mempawah Hulu” Mahasiswa FKIP Untan Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Seni. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini

mengenai pengklasifikasian, makna kultural, dan makna leksikal. Metode

yang digunakan yaitu deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif.

Persamaan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Antonia Weni

Iyasena dengan peneliti ini adalah sama-sama meneliti makna leksikal dan

makna kultural.
7

Penelitian ini dapat diimplementasikan pada pembelajaran SMP kelas

VII semestar ganjil pada keterampilan tertulis dan lisan yang terdapat pada

kurikulum 2013, khususnya untuk sekolah yang berada di Kabupaten Landak

dan umumnya provinsi Kalimantan Barat. Melalui KD 4.6 (menyajikan

gagasan, pendapat ke dalam bentuk teks eksposisi yang berupa artikel ilmiah

populer (lingkungan hidup, kondisi sosial, dan keragaman budaya) secara

lisan atau tulisan dengan memperhatikan struktur, unsur kebahasaan, aspek

lisan. Melalui KD ini peserta didik dapat menuangkan ide berkaitan dengan

hasil pengamatan dan pengalaman mereka tentang peristilahan dalam acara

Batalah masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, masalah umum yang

dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana peristilahan dalam acara

Batalah masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe Kabupaten Landak?

Masalah ini dirincikan lagi ke dalam submasalah sebagai berikut.

1. Bagaimana inventarisasi peristilahan dalam acara Batalah masyarakat

Dayak Kanayatn Banana’-Ahe Kabupaten Landak?

2. Bagaimana makna leksikal yang terdapat dalam peristilahan dalam acara

Batalah masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe Kabupaten Landak?

3. Bagaimana makna kultural yang terdapat dalam peristilahan dalam acara

Batalah masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe Kabupaten Landak?


8

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang diteliti, maka tujuan penelitian mengenai

peristilahan dalam acara Batalah masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe

Kabupaten Landak sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan inventarisasi peristilahan dalam acara Batalah

masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe Kabupaten Landak?

2. Mendeskripsikan makna leksikal yang terdapat dalam peristilahan dalam

acara Batalah masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe Kabupaten

Landak?

3. Mendeskripsikan makna kultural yang terdapat dalam peristilahan dalam

acara Batalah masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe Kabupaten

Landak?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis maupun

praktis. Adapun manfaat dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan,

pengetahuan, dan pemahaman khususnya bidang semantik berkenaan dengan

peristilahan dalam acara Batalah masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe

Kabupaten Landak. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam

mengadakan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.


9

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang terdapat dalam penelitian ini sebagai berikut.

a. Manfaat penelitian untuk peneliti, hasil penelitian ini dapat bermanfaat

bagi peneliti untuk mengetahui tentang peristilahan dalam acara

Batalah masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe Kabupaten

Landak.

b. Manfaat penelitian untuk peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini

diharapkan mampu menambah wawasan, pengetahuan, dan pedoman

untuk mengetahui peristilahan dalam acara Batalah masyarakat Dayak

Kanayatn Banana’-Ahe Kabupaten Landak.

c. Manfaat penelitian untuk pembaca, hasil penelitian ini dapat

bermanfaat sebagai referensi untuk mengetahui lebih dalam tentang

peristilahan dalam acara Batalah masyarakat Dayak Kanayatn

Banana’-Ahe Kabupaten Landak.

d. Manfaat penelitian ini juga agar kebudayaan Dayak khususnya Dayak

Kanayatn Banana’-Ahe dapat dilestarikan, dikembangkan, serta dapat

didokumentasikan.
10

E. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman

antara peneliti dan pembaca dalam memahami istilah yang digunakan dalam

penelitian. Penjelasan istilah tersebut sebagai berikut.

1. Istilah adalah kata atau gabungan kata dengan cermat mengungkapkan

konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.

(Kridalaksana, 2008:97)

2. Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan

makna ungkapan atau penyelidikan makna suatu bahasa pada umumnya.

Menurut Kridalaksana (2008: 216).

3. Bahasa Dayak Kanayatn Banana’-Ahe merupakan satu diantara bahasa

daerah di Indonesia, khususnya Kalimantan Barat.

4. Batalah adalah upacara adat pemberian nama kepada bayi yang baru lahir.

5. Nyanggahatn adalah berdoa atau memohon kepada sang pencipta agar

apa yang diinginkan dapat dijawab oleh Tuhan.

6. Jubata ialah sebutan untuk roh-roh baik yang ada disekitar mereka,

masyarakat Dayak percaya bahwa setiap pohon, air, hutan, dan bukit

dihuni oleh Jubata. Nama Jubata juga diartikan sebagai nama sang

pencipta (Tuhan) oleh masyarakat Dayak Kanayatn.

7. Panyanggahatn adalah orang yang memimpin jalannya ritual Batalah.

Dalam acara ritual Batalah, hanya dipimpin oleh satu orang saja. Berbeda

dengan ritual lainnya, seperti Babore dan Balenggang yang bisa dipimpin

oleh dua atau tiga orang Panyanggahatn.


11

8. Informan adalah orang yang memberikan sumber informasi kepada

peneliti.

9. Makna leksikal adalah makna jenis-jenis makna yang belum mengalami

proses perubahan bentuk, bersifat konkret, dan denotatif (mempunyai

makna yang sebenarnya). Nama lain dari makna ini adalah makna kamus,

dikatakan makna kamus karena semua makna kata leksikal merupakan

makna yang berasal dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Berdasarkan pada penjelasan istilah tersebut penelitian ini termasuk

dalam ilmu semantik, karena peneliti akan mengfokuskan kajiannya

mengenai peristilahan alat dan bahan yang digunakan dalam acara Batalah

masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe Kabupaten Landak.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Landak, khusunya di Desa

Tanjam, kecamatan Menjalin. Alasan peneliti memilih Desa Tanjam sebagai

tempat penelitian karena tradisi disana masih terjaga seperti Gawe padi,

Balala’, Muakng parahu dan tidak ketinggalan tradisi Batalah tersebut masih

sampai saat ini masih terlaksana secara turun-temurun. Selain itu, peneliti

memilih Desa Tanjam sebagai tempat penelitian karena masyarakat disana

mayoritas Dayak dan bahasa sehari-hari mereka menggunakan bahasa Dayak

Kanayatn Banana’-Ahe.
12

Adapun hal-hal yang diteliti dalam penelitian ini mencakup beberapa

aspek, sebagai berikut.

1. Pembahasan mengenai inventarisasi peristilahan dalam acara Batalah

masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe Kabupaten Landak.

2. Pembahasan mengenai makna leksikal yang terdapat dalam peristilahan

dalam acara Batalah masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe

Kabupaten Landak.

3. Pembahasan mengenai makna kultural yang terdapat dalam peristilahan

dalam acara Batalah masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe

Kabupaten Landak.

G. Demografi Lokasi Penelitian

Kabupeten Landak adalah satu di antara daerah tingkal II

di provinsi Kalimantan Barat yang terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten

Mempawah tahun 1999. Ibu kota Kabupaten ini terletak di Ngabang.

Memiliki luas wilayah 9.909,10 km² dan berpenduduk sebesar 282.026 jiwa.

Landak terbagi menjadi 10 kecamatan dengan 174 desa dan 6 desa

diantaranya termasuk desa tertinggal. Kabupaten Landak adalah Kabupaten

yang boleh dikatakan maju dari segi pembangunan, pendidikan dan

perekonomian serta keamanan.

Secara administratif wilayah Kecamatan Menjalin termasuk dalam

wilayah Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat Indonesia dengan

kode wilayah Kecamatan 61.08.03. Sebelum Kabupaten Landak resmi

menjadi Kabupaten pada tahun 1999. Jarak Kecamatan Menjalin dari ibu kota
13

Provinsi ± 150 km dengan waktu tempu ± 2 jam untuk waktu normal. Luas

Kecamatan Menjalin ± 4000 km2. Jumalah penduduk Kecamatan Menjalin

berdasarkan data sensus tahun 2010 adalah 40.000 jiwa dengan kepadatan

penduduk 300 jiwa/ km2.

Kecamatan Menjalin berbatasan dengan Kecamatan Sompak, dan

sebagian Kecamatan Mandor. Sebelah timur berbatasan dengan wilayah

Kecamatan Toho dan sebagian Kecamatan Mandor. Sebelah barat berbatasan

dengan Kecamatan Mempawah Hulu, sebelah selatan berbatasan dengan

Kecamatan Sadaniang.

Berikut adalah penjelasan mengenai desa-desa yang ada di Kecamatan

Menjalin.

1) Desa Lamoanak, yang terdiri atas Wilayah Dusun Apo, Dusun Baweng,

Seringkuyang, Santulangan, Tiang Aji, Saledok, dan Rangitan.

2) Desa Menjalin, yang terdiri atas wilayah Dusun Sei bandung (sunge

banokng), dusun Menjalin Hilir, Menjalin Hulu, Mensio, Tanjam dan

Ganye.

3) Desa Nangka, yang terdiri atas wilayah Dusun Nangka, Nyawan,

Palades Betung, dan Cagat.

4) Desa Raba, yang terdiri atas wilayah Dusun Raba, Dusun Konyo,

Dusun Palades Kaca, dan Dusun Salore.

5) Desa Rees, yang terdiri atas wilayah dusun Rees, dan Maria Bagak.
14

6) Desa Sepahat, yang terdiri atas wilayah Dusun Silung, dusun Sepahat,

Raso, Tengkuning, dan Lonjengan (Wilayah Transmigran).

7) Desa Tempoak, yang terdiri atas Wilayah Dusun Tempoak.

PETA KECAMATAN MENJALIN

H. Kajian Pustaka

1. Semantik

Semantik dalam bahasa indonesia berasal dari bahasa Inggris

semantics, berasal dari bahasa Yunani sema (nomina) yang berarti “tanda”

atau semaino (verba) yang berarti “menandai”. Istilah tersebut digunakan para

pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari makna
15

atau arti bahasa dan menjadi salah satu dari tiga tataran analisis bahasa, yaitu

fonologi, garamatika/tata bahasa, dan semantik. Dalam Kamus Linguistik

disebutkan bahwa semantik sebagai bagian dari struktur bahasa yang

berhubungan dengan makna atau wicara. Definisi lain, semantik adalah

sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada

umumnya (Kridalaksana, 2001;193).

Tanda atau lambang di sini sebagai padanan kata sema itu adalah

linguistik (prancis: signé linguistique) seperti yang dikemukakan oleh

Ferdinand de Saussure (1966), yaitu yang terdiri dari (1) komponen yang

mengartikan, yang berbentuk bunyi-bunyi bahasa dan (2) komponen yang

diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini

adalah merupakan tanda atau sesuatu yang berada di luar bahasa yang lazim

disebut referen atau hal yang ditunjuk.

Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan

untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda

linguistik dengan hal-hal yang ditandainya atau dengan kata lain, bidang studi

dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh

karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau

tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa fonologi,

gramatika, dan semantik.


16

2. Istilah

Istilah merupakan kata atau golongan kata yang dengan cermat

mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang

tertentu (Kridalaksana, 2011: 97). Istilah memiliki makna yang tepat dan

cermat serta digunakan hanya untuk satu bidang (Chaer, 2013: 52).

Berdasarkan penjelasan dari ahli, dapat disimpulkan bahwa istilah adalah

kata, golongan kata yang cermat mengungkapkan konsep, keadaan, memiliki

makna yang tepat dan cermat serta digunakan hanya untuk bidang tertentu

saja.

Perbedaan antara istilah sebagai hasil peristilahan dengan nama sebagai

hasil penamaan. Istilah memiliki makna yang tepat dan cermat serta

digunakan hanya untuk bidang tertentu, sedangkan nama masih bersifat

umum karena digunakan tidak dalam bidang tertentu. Umpamanya kata

(telinga) dan (kuping) sebagai nama dianggap bersinonim, tampak dari

pernyataan orang bisa mengatakan “kuping saya sakit” yang sama saja

dengan “telinga saya sakit”. Tetapi dalam bidang kedokteran telinga dan

kuping digunakan sebagai istilah untuk acuan yang berbeda, telinga adalah

alat pendengaran bagian dalam, sedangkan kuping adalah bagian luarnya.

Demikian juga antara kata tangan dan lengan, sebagaimana dalam bahasa

umumnya keduannya dianggap bersinonim. Orang bisa mengatakan “Dia

jatuh, tangannya patah” atau “Dia jatuh, lengannya patah” dengan acuan yang

sama. Sedangkan dalam bidang tidak sama. Lengan adalah anggota tubuh dari
17

bahu/ketiak sampai pergelangan dan tangan adalah dari pergelangan sampai

ke jari-jari.

Dalam perkembangannya kemudian memang tidak sedikit istilah yang

karena frekuensi pemakaiannya cukup tinggi akhirnya menjadi kosa kata

bahasa umunya seperti akomodasi, fasilitass, kalori, vitamin, dan radiasi.

Tetapi jumlahnya massih tetap sebagai istilah adalah masih jauh lebih banyak

lagi. Untuk mengetahui maknanya atau acuannya kita tidak dapat mencarinya

di dalam kamus umumnya, meski dalam kamus besar sekalipun. Kita harus

mencari di dalam kamus istilah.

3. Batalah

Batalah merupakan upacara pemberian nama bayi yang baru dilahirkan

mulai dari usia 1 hari sampai 1 bulan lamanya. Acara ini meruapakan suatu

kebiasaan yang telah turun temurun dilaksanakan oleh massyarakat Dayak

dalam kehidupan keluarga, dimana anak hasil perkawinan mereka yang

dianugrahi oleh Jubata haruslah diberi nama dengan melalui tata cara adat

masing-masing dan bayi tersebut belum disahkan namanya. Tujuan dari

upacara ini adalah agar anak selalu mendapat perlindungan dari Jubata

(Tuhan).

4. Makna

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 548), makna adalah

sesuatu yang berkaitan dengan maksud pembicara atau penulis. Dengan kata
18

lain, makna hampir sama dengan tujuan atau tujuan yang ingin dicapai oleh

pembicara atau penulis dari informasi yang disampaikannya.

Djajasudarma 92012: 7-8) mengatakan bahwa makna adalah pertautan

yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Makna

mempunyai tiga tingkat keberadaan, sebagai berikut.

1. Makna tingkat pertama, makna menjadi isi suatu bentuk kebahasaan.

2. Pada tingkat kedua, makna menjadi isi dari suatu kebahasaan.

3. Istilah dapat di wakili oleh sebuah rumusan atau lambang.

Istilah makna (meaning) merupakan kata dan istilah yang

membingungkan. Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah sebab bentuk

ini mempunyai konsep dalam bidang ilmu tertentu yakni dalam bidang

linguistik. Ada tiga hal yang dicoba jelaskan oleh para filsuf dan linguis

sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal itu, yakni

(i) menjelaskan makna kata secara alamiah, (ii) mendeskripsikan kalimat

secara alamiah, dan (iii) menjelaskan makna dalam proses komunikasi

(Kempson, 1977: 11). Dalam hubungan ini Kempson berpendapat untuk

menjelaskan istilah makna harus dilihat dari segi: (i) kata; (ii) katimat; dan

(iii) apa yang dibutuhkan pembicara untuk berkomunikasi.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

makna adalah menyatakan unsur-unsur yang ingin disampaikan kepada orang

lain yang berisi informasi. Terdapat berbagai jenis pengertian makna yang
19

akan digunakan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu makna leksikal dan

makna kultural.

4. Makna Leksikal

Istilah leksikal adalah bentuk ajektifa dari nomina leksikon, yang

berasal dari leksem. Dalam kajian morfologi leksem lazim diartikan sebagai

bentuk dasar yang telah mengalami proses gramatikalisasi akan menjadi kata

(kridalaksana, 1989). Sedangkan dalam kajian semantik leksem lazim

diartikan sebagai satuan bahasa yang memiliki satu makna atau satu

pengertian, seperti air dalam arti “sejenis barang cair yang digunakan

keperluan sehari-hari”, pensil dalam arti “sejenis alat tulis yang terbuat dari

kayu dan arang”, meja hijau dalam arti “pengadilan’, dan banting tulang

dalam arti “bekerja keras” adalah contoh-contoh leksem. Jadi makna leksikal

adalah makna yang secara inheren dimiliki oleh sebuah leksem.

Makna leksikal (lexical meaning) atau makna semantik (semantic

meaning), atau mekna eksternal (external meaning) adalah makna kata ketika

kata itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk leksem atau bentuk berimbuhan

yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam kamus

bahasa tertentu. “Makna leksikal ini dipunyai unsur-unsur bahasa lepas dari

penggunaannya atau konteksnya (Harimurti, 1982: 103). Verhaar (1983: 9)

berkata, “...sematik leksikal tidak perlu kita uraikan banyak di sini; sebuah

kamus merupakan contoh yang tepat dari semantik leksikal: makna tiap-tiap
20

kata diuraikan di situ”. Memang, makna leksikal sebuah kata dapat dilihat di

dalam kamus.

Makna leksikal ini dapat juga diartikan sebagai makna kata secara

lepas, diluar konteks kalimatnya. Makna leksikal ini terutama yang berupa

kata di dalam kamus biasanya didaftarkan sebagai makna pertama dari kata

atau entri yang terdaftar dalam kamus itu. Misalnya, ‘bagian tubuh dari leher

ke atas’ adalah makna leksikal dari kata kepala’, sedangkan makna ‘ketua’

atau ‘pemimpin’ bukanlah makna leksikal, sebab untuk menyatakan makna

‘ketua’ atau pemimpin kata kepala itu harus bergabung dengan unsur lain,

seperti dalam frase kepala sekolah atau kepala kantor.

Tahap pertama untuk dapat meresapi makna suatu ujaran adalah

memahami makna leksikal setiap butir leksikal (kata, leksem) yang

digunakan dalam ujaran itu andai kata kita tidak tahu makna leksikal sebuah

kata yang digunakan di dalam suatu ujaran kita dapat melihatnya di dalam

kamus, atau bertanya kepada orang lain yang tahu. Namun, persoalannya

tidak sesederhana itu sebab ada sejumlah kasus di dalam studi semantik yang

menyangkut makna leksikal itu. Kasus-kasus itu adalah: (1) kasus kesamaan

makna atau kesinoniman, (2) kasus kebalikan makna atau keantoniman, (3)

kasus ketercakupan makna atau kehiponiman dan kebalikannya,

kehiperniman, dan (4) kasus kesamaan bentuk dan keberbedaan makna.


21

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian makna menurut para ahli,

dapat disimpulkan bahwa makna leksikal adalah makna yang berkaitan

dengan laksem atau kata yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang

dapat dibaca di dalam kamus bahasa tertentu.

5. Makna Kultural

Makna kultural adalah makna yang sesungguhnya ada pada bahasa

daerah. Makna kultural juga berkaitan dengan kebudayaan yang ada dalam

suatu masyarakat. Menurut Sibrani (2004: 28) Bahasa juga transmisi secara

kultural. Artinya, kemampuan berbahasa ditransmisi dari generasi ke generasi

dengan proses belajar bukan secara genetik. Pernyataan ini bukanlah

menyangkal bahwa anak-anak dilahirkan dengan kemampuan bawaan

(batiniah) terhadap bahasa, melainkan menegaskan perbedaan antara bahasa

menusia dengan sistem komunikasi hewan.

Aminudin (2011: 24) aspek sosial dan kultural sangat berperan dalam

menentukan bentuk, perkembangan maupun perubahan makna kebahasaan.

Munculnya makna kultural dalam masyarakat dikarenakan adanya simbol-

simbol yang melambangkan sesuatu dalam masyarakat pada keadaan tertentu

untuk memahami suatu budaya, berarti menentukan dan menafsirkan sistem

tanda dari sebuah budaya tersebut. Terdapat tiga unsur yang tidak dapat

dipisah-pisahkan dalam menentukan fungsi dan komponen semantik bahasa.

Ketiga unsur tersebut meliputi (1) ideational, yaitu isi pesan yang ingin

disampaikan, (2) interpersonal, makna yang hadir bagi pemeran dalam


22

peristiwa tuturan, serta (3) textual, bentuk kebahasaan serta konteks tuturan

yang mempresentasikan yang menunjang terwujudnya makna tuturan.

Berdasarkan penjelasan tersebut berkaitan dengan makna kultural

dilihat dari penelitian acara Batalah masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-

Ahe Kabupaten Landak dalam mengenal peristilahan alat dan bahan yang

akan dilakukan peneliti.

6. Komponen Makna

Komponen makna adalah satu atau beberapa unsur yang secara

bersama-sama membentuk makna kata atau ujaran. Contoh [+muda], [+laki-

laki], [+insan] adalah komponen makna dari kata buyung (Kridalaksana,

2008: 129).

Analisis komponen makna kata adalah analisis penemuan kandungan

makna kata atau komposisi makna kata. Proses tersebut dapat dilakukan

dengan beberapa langkah sebagai berikut:

a. Pilih seperangkat kata yang diperkira.

b. Temukan analogi-analogi di antara seperangkat kata tersebut.

c. Buatlah ciri-ciri komponen semantik atas dasar analogi-analogi yang telah

diajukan.
23

Contoh

Kata ayah mengandung komponen makna atau unsur makna: +insan,

+dewasa, +jantan, +kawin; dan ibu mengandung komponen makna: +insan,

+dewasa, -jantan, dan +kawin. Apabila dibandingkan makna kata ayah dan

ibu tabelnya adalah sebagai berikut.

No. Komponen Makna Ayah Ibu

1 Insan + +

2 Dewasa + +

3 Jantan + -

4 Kawin + +

Keterangan: tanda + berarti mempunyai komponen makna dan tanda –

berarti tidak mempunyai komponen makna tersebut.

Perbedaan makna antara makna kata ayah dan kata ibu terletak pada ciri

makna atau komponen makna: ayah memiliki makna ‘jantan’, sedangkan kata

ibu tidak memiliki makna ‘jantan’. Ini disebut konsep analisis biner, yaitu

untuk membedakan makna kedua kata tersebut.

7. Pengertian Bahasa

Para pakar linguistik drskriptif biasanya mendefinisikan bahasa sebagai

“satu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer” yang kemudian lazim

ditambah dengan “yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat

untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan diri” (Chaer, 1994). Batasan


24

pengertian bahasa yang lazim diberikan, bahasa adalah sistem lambang

arbitler yang dipergunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama,

berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 1982: 17).

Beberapa hal yang menarik yang dapat disimpulkan dari batasan

pengertian itu adalah (a) bahasa merupakan suatu sistem, (b) sebagai sistem,

bahasa bersifat arbitrer, dan (c) sebagai sisem arbitrer bahasa dapat digunakan

untuk berinteraksi, baik dengan orang lain maupun dengan diri sendiri.

8. Kebudayaan

Kebudayaan ialah suatu keseluruhan yang kompleks yang mengandung

ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, kesusilaan, hukum adat istadat,

dan kemampuan lainnya serta kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai

anggota masyarakatnya (J. Murry (1871).

Kroeber (dalam anthoropologi, 1948) menganggap kebudayaan itu

memiliki sifat-sifat yang “superorganik” yang bentuknya lebih dari individu

atau “organik”. Artinya, kebudayaan dijalankan oleh semua orang, tetapi

bentuknya tak ditentukan oleh individu tertentu, misalnya bahasa akan mati

apabila semua bangsa memakai bahasa itu semuanya musnah karena bahasa

itu akan diturunkan dari satu generasi kegenerasi lainnya sebagai

“superorganik”.
25

Dalam perjalanan kehidupan masyarakat Indonesia maka harus di

terima dalam masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk ini akan adanya

tiga golongan kebudayaan yang masing-masing mempunyai coraknya

sendiri, tiga golongan tersebut adalah sebagi berikut.

a. Kebudayaan suku bangsa (yang lebih di kenal secara umum di Indonesia

dengan nama kebudayaan daerah).

b. Kebudayaan umum lokal.

c. Kebudayaan nasional.

Di desa, orang masih menganut nilai tradisi dan cara hidup orang tua.

Mereka masih mengenal dengan baik dan masih mempertahankan jaringan

kekeluargaan tradisional. Hal ini mengakibatkan hubungan di antara mereka

masih mempertimbangkan masalah status masing-masing keluarga yang

diperoleh karena warisan. Orang desa memandang orang kota sebagai orang

materialistis, kurang menghormati kaum tua, kurang susila karena tidak

adanya pengekangan diri dan kedisiplinan yang merupakan ciri kehidupan

desa dengan kepercayaan agama tradisional. Di kota orang saling

berhubungan menurut keterampilan dan berdasarkan tentang untung rugi.

Orang kota sering menganggap orang desa ketinggalan zaman, bertakhayul,

dan primitif. Dalam suasana nasional, identitas yang digunakan oleh para

pelakunya dalam interaksi bersumber pada sistem penggolongan dan peranan

yang ada dalam kebudayaan Indonesia.


26

9. Tradisi Adat Istiadat

Suku dayak, sebagaimana suku bangsa lainnya, memiliki kebudayaan

dan adat istiadat yang berlaku bagi mereka, kebudayaan dapat diartikan

sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam

rangka kehidupan masyatakat yang dijadikan milik dari manusia dengan

belajar (Koentjaraningrat, 1980: 183).

Pada dasarnya adat istiadat merupakan konsep ideal dari kebudayaan

yang mendasari dan mendorong dinamika kehidupan masyarakat. Adat

istiadat bersifat umum, ruang lingkupnya luas, dan abstrak. Adat istiadat

mencakup sistem nilai budaya, norma, dan hukum. Singkatnya adat istiadat

adalah sistem budaya. Jadi dapat dikatakan bahwa adat istiadat Dayak adalah

wujud ideal dari kebudayaan Dayak, merupakan sistem kebudayaan Dayak

yang di dalamnya terdapat sistem nilai budaya, sistem norma, dan sistem

hukum serta menjadi dasar dan pendorong yang kuat bagi kehidupan Dayak

di dalam masyarakat.

Upacara-upacara adat selalu berdimensi transenden, karena menurut

keyakinan mereka, karena kehidupan di dunia ini berhubungan sebab akibat

dengan alam baka. Sehingga untuk melaksanakan suatu upacara adat dituntut

untuk bekerjasama, saling membantu dengan hati yang tulus agar dicapai

keberhasilan. Seperti upacara adat Batalah masyarakat Dayak Kanayatn

Banana’-Ahe yang akan diteliti oleh peneliti.


27

I. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif, metode deskriptif dapat diartikan sebagai proses

pengumpulan data dalam bentuk kata-kata atau pada angka-angka. Data

tersebut mencakup transkip wawancara, catatan lapangan, fotografi,

videotape, dokumen pribadi, memo, dan dokumen resmi lainnya. Alasan

peneliti menggunakan metode deskriptif dalam penelitian karena metode ini

sangat tepat dan sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas yaitu

peristilahan dalam acara Batalah masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe.

Sudaryanto (1988: 62) mengemukakan bahwa metode adalah penelitian

yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada atau

fenomena yang hanya secara empiris hanya hidup pada penutur-penuturnya,

sehingga yang dihasilkan akan dicatat berupa bahasa yang dikatakan sifatnya

seperti potret. Fakta yang dimaksud adalah Peristilahan Dalam Acara

Batalah Masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe Kabupaten Landak.

2. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga

disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data

secara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat

penelitian (McMillan & Schumacher, 2003). Dengan pendekatan kualitatif


28

ini peneliti akan menggambarkan dan menganalisis setiap individu dalam

kehidupan dan pemikirannya. Peneliti yang menggunaan pndekatan ini harus

mampu menginterpretasikan segala fenomena dan tujuan melalui sebuah

penjelasan. Pendekatan kualitatif ini sangat penting dipelajari terutama pada

latihan pendidikan, prilaku stimulus, penjelasan isu sosial, dan teori

perkembangan kebijakan.

3. Sumber Data dan Data

a. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah penutur asli bahasa Dayak

Kanayatn Banana’-Ahe yang akan dituturkan oleh penutur adalah

Peristilahan Dalam Acara Batalah Masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-

Ahe Kabupaten Landak”.

Menurut Mahsun (2007: 141) pemilihan informan harus memenuhi

persyaratan tertentu, persyaratan tersebut sebagai berikut:

1) Berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.

2) Berusia antara 25-70 tahun (tidak pikun).

3) Bersuku Dayak Kanayatn Banana’-Ahe.

4) Penduduk asli Desa Tanjam Kecamatan Menjalin.

5) Mengetahui Peristilahan Dalam Acara Batalah Masyarakat Dayak

Kanayatn Banana’-Ahe Kabupaten Landak.

6) Sehat jasmani dan rohani.

7) Tidak cacat alat ucap.


29

8) Dapat berbahasa Indonesia.

b. Data

Data dalam penelitian ini adalah Peristilahan Dalam Acara Batalah

Masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe khususnya di Desa Tanjam,

Kecamatan Menjalin, Kabupaten Landak.

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang akan dilakukan dalam penelitian ini yakni teknik

wawancara, teknik pancing, teknik cakap muka, teknik catat, dan teknik

rekam. penjabaran teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1) Teknik wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan tertentu. teknik

wawancara yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui kebenaran

masalah yang diteliti dengan melakukan percakapan langsung terhadap

informan. Pada teknik wawancara peneliti memberi pertanyaan yang sudah

disusun dalam daftar pertanyaan kepada informan dan informan tersebut

akan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Menurut Sugiono

(2015: 137) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti akan melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan

yang akan diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden lebih mendalam dan jumlah responden sedikit.


30

2) Teknik Pancing

Menurut Mahsun (2012: 95)Teknik pancing merupakan teknik dasar

dalam metode cakap. Pada teknik ini, peneliti memberikan stimulasi

(rangsangan) pada informan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang

diharapkan oleh peneliti. Pancingan stimulasi ini dapat berupa bantuk atau

makna-makna biasanya tersusun dalam bentuk daftar pertanyaan. Daftar

pertanyaan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu berkenaan dengan

Peristilahan Dalam Acara Batalah Masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-

Ahe Kabupaten Landak.

3) Teknik Cakap Semuka

Menurut Mahsun (2012: 128) teknik cakap semuka ini maksudnya

seorang peneliti langsung mendatangi setiap daerah pengamatan dan

melakukan percakapan terhadap informan. Adapun hal yang dibicarakan

bersumber dari pancingan yang berupa daftar pertanyaan. Implementasinya

dalam penelitian ini, peneliti akan langsung mendatangi Desa Tanjam untuk

melakukan cakap muka dengan informan untuk mendapatkan data mngenai

Peristilahan Dalam Acara Batalah Masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-

Ahe Kabupaten Landak.

4) Teknik Catat

Menurut Mahsun (2012: 131) menyatakan teknik catat ini merupakan

teknik yang penting untuk dilakukan oleh seorang peneliti. Teknik ini

dilakukan karena dikhawatirkan rekaman tidak memberikan hasil yang baik,

seperti bunyi-bunyi kurang jelas. Selain itu, apa yang dilihat itu harus dicatat
31

karena meskipun ada hasil rekaman, namun hasil rekaman dalam bentuk pita

rekaman tidak akan pernah memberi gambaran yang berkaitan dengan fonetik

artikulatoris.

5) Teknik Rekam

Menurut Mahsun (2012: 132) menyatakan teknik ini hanya digunakan

pada saat penerapan teknik cakap semuka. Status teknik ini bersifat

melengkapi kegiatan penyediaan data dengan teknik catat. Dengan adanya

teknik ini, teknik yang dicatat dapat cek kembali dengan rekaman yang

dihasilkan.

b. Alat Pengumpulan Data

Peneliti merupakan instrumen kunci dalam sebuah penelitian yang

bertindak sebagai perencana, penganalisis, dan melaporkan hasil penelitian.

Agar mempermudah penelitian di lapangan, peneliti mengunakan alat

pengumpulan data, alat pengumpulan data yang dimaksud sebagai berikut.

a. Daftar pertanyaan

b. Lembar catatan

c. Alat rekam

5. Menguji Keabsahan Data

Teknik keabsahan data ini dilakukan untuk memastikan kebenaran dan

keakuratan data yang didapat. Menguji keabsahan data dapat dilakukan

dengan tiga teknik yaitu teknik ketekunan pengamatan, diskusi teman

sejawat, dan triangulasi.


32

a. Ketekunan Pengamatan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan meningkatkan ketekunan, peneliti

dapat melakukan pegecekan kembali apakah data yang telah didapatkan valid

atau tidak. Dengan meningkatkan ketekunan, peneliti dapat memberi

deskripsi data yang akurat dan dinamis (sugiyono, 2015: 370). Ketekunan

pengamatan ini akan mempermudah peneliti dalam melakukan pengecekan

kembali data yang telah didapatkan agar lebih teliti, data yang dimaksud

yakni Peristilahan Dalam Acara Batalah Masyarakat Dayak Kanayatn

Banana’-Ahe Kabupaten Landak.

b. Diskusi Teman Sejawat

Diskusi teman sejawat ini dilakukan untuk saling bertukar pikiran

bersama teman agar dapat membantu peneliti apabila terdapat kesulitan

dalam melakukan proses penelitian, memberi saran, dan meninjau kembali

pandangan menganalisi Peristilahan Dalam Acara Batalah Masyarakat Dayak

Kanayatn Banana’-Ahe Kabupaten Landak.

c. Triangulasi

Triangulasi dalam menguji kreadilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai cara, dan berbagai waktu. Triangulasi terbagi atas tiga takni

triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi

waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
33

Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan

wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda

(Sugiyono, 2015: 372). Peneliti akan mengunakan ketiga triangulasi tersebut

dengan harapan agar peneliti mendapat data yang beragam mengenai

Peristilahan Dalam Acara Batalah Masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-

Ahe Kabupaten Landak.

6. Teknik Analisis Data

Mahsun (2012: 177) menyatakan teknik analisis data merupakan

tahapan yang sangat menentukan karena pada tahap ini kaidah-kaidah yang

mengatur keberadaan objek penelitian harus sudah diperoleh. Teknik analisis

data yang peneliti lakukan yakni megenai peristilahan dalam acara batalah

masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe Kabupaten Landak.

Adapun teknik analisis data yang dilakukan peneliti dalam penelitian

ini sebagai berikut.

1) Melakukan percakapan dengan informan dengan menggunakan bahasa

Kanayatn Banana’-Ahe.

2) Menyimak percakapan informan dengan cermat.

3) Merekam percakapan informan yang mengandung megenai peristilahan

dalam acara Batalah masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe

Kabupaten Landak.

4) Mencatat pengucapan kata atau kalimat yang mengandung tahapan

prosesi acara Batalah masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe

Kabupaten Landak.
34

5) Mentranskipsikan hasil rekaman yang mengandung makna dari setiap

tahapan dari prosesi acara Batalah masyarakat Dayak Kanayatn

Banana’-Ahe Kabupaten Landak ke dalam bahasa Indonesia agar dapat

dimengerti oleh orang lain yang tidak mengerti bahasa Kanayatn

Banana’-Ahe.

6) Hasil penelitian diklasifikasikan berdasarkan maslah-masalah dalam

penelitian yang meliputi makna leksikal dan makna kultural dalam

prosesi Batalah masyarakat Dayak Kanayatn Banana’-Ahe Kabupaten

Landak.

Anda mungkin juga menyukai