Kode/Nama Mata Kuliah : MKDK 4001 / PENGANTAR PENDIDIKAN
………………………………………………………………………………………..
Kode/Nama UPBJJ : 22 / SERANG
………………………………………………………………………………………..
Masa Ujian : 2020/21.1(2020.2)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA 1. Manusia sebagai mahluk sosial ; Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal dan pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Ernst Cassirer menyatakan ; manusia takkan menemukan diri, manusia takkan menemukkan individualitasnya, kecuali melalui perantaraan pergaulan sosial. Manusia sebagai mahluk berbudaya ; Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Ernst Cassirer menegaskan bahwa “manusia tidak menjadi manusia karena sebuah faktor di dalam dirinya, seperti misalnya naluri atau akal budi, melainkan fungsi kehidupannya, yaitu pekerjaannya, dan kebudayaannya. 2. Dalam memelihara atau mempertahankan hubungan antar sesama manusia, banyak hal yang dapat dilakukan contohnya ; a. Saling menolong sesama b. Ramah dalam bermasyarakat c. Bertoleransi antar agama d. Menghargai pendapat orang lain e. Tidak membeda-bedakan ras atau suku f. Menghargai satu sama lain Untuk memelihara hubungan antara manusia dengan lingkungan, karena pada dasarnya antara manusia dan lingkungan memiliki hubungan timbal balik yang harus dijaga, ada banyak cara untuk menjaga lingkungan contohnya ; a. Membuang sampah pada tempatnya b. Melakukan reboisasi c. Menghentikan eksploitasi yang berlebih d. Melakukan daur ulang Kebudayaan memiliki fungsi positif bagi kemungkinan eksistensi manusia, namun manusia harus bijaksana dalam mengembangkannya, karena kebudayaanpun dapat menimbulkan kekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi manusia. 3. Manusia tidak terlepas dari kebudayaan, bahkan manusia itu baru menjadi manusia kerana bersama kebudayaannya. Oleh karena itu kita sebagai menusia sudah semestinya menghargai serta melestarikan budaya kita sendiri dengan cara mempelajari ragam budaya, memperkenalkan budaya kita dengan sekitar, tidak menjelek-jelekkan budaya, melakukan reproduksi budaya, difusi budaya. Selain itu, mengingat adanya dampak positif dan negatif dari kebudayaan terhadap manusia, masyarakat terkadang terombang-ambing antara dua relasi kecenderungan. Di satu pihak ada yang ingin melestarikan bentuk-bentuk lama(tradisi), sedangkan yang lian terdorong untuk menciptakan hal-hal baru(inovasi). 4. Manusia sebagai mahluk susila ; menurut Immanuel Kant, manusia memiliki aspek kesusilaan karena pada manusia terdapat rasio praktis yang memberikan perintah mutlak(categorical imperative). Sebagai mahluk yang otonom atau memiliki kebebasan, manusia selalu dihadapkan pada suatu tindakan yang harus dipilihnya. Oleh karena manusia memiliki kebebasan memilih dan menentukan perbuatannya secara bebas maka selalu ada peilaian moral atau tuntutan pertanggung-jawaban atas perbuatannya. Manusia sebagai mahluk beragama ; manusia hidup beragama karena agama menyangkut masalah-masalah yang bersifat mutlak maka pelaksanaan keberagamaan akan tampak dalam kehidupan sesuai agama yang dianut masing-masing individu. Aspek keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan dalam kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sifat dan perilaku. 5. Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia a. Setelah kelahirannya, manusia tidak dengan sendirinya mampu menjadi manusia, manusia perlu dididik dan mendidik diri. Manusia disebut “Homo Sapiens”, artinya mahluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Pendidikan sebagai upaya membantu manusia agar mampu hidup sesuai dengan martabat kemanusiaannya. Dengan adanya pendidikan, diharapkan manusia mampu menyadari potensi sebagai mahluk yang berpikir, potensi yang dimaksud adalah potensi ruhaniyah(spiritual), nafsiyah(jiwa), aqliyah(pikiran), dan jasmani(tubuh). b. Perbedaan guru sebagai pengajar dan guru sebagai pendidik ; i. Guru sebagai pengajar ; artinya orang yang memberikan pemahaman pengetahuan kepada siswanya. Kegiatan tersebut dikenal dengan istilah mengajar. Peran guru sebagai pengajar yaitu memastikan setiap siswanya memahami materi pembelajaran yang diberikan. ii. Guru sebagai pendidik ; Pendidik adalah orang yang menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswanya yang mencakup akhlak, moral, dan etika. Kegiatan guru sebagai pendidik disebut mendidik, yaitu usaha yang dilakukan guru agar siswanya berperilaku positif. Guru sebagai pendidik harus mampu menjadi contoh teladan bagi siswanya karena hal tersebut berkaitan dengan perilaku.