SKRIPSI
OLEH
SAFRIZAL
NIM : 10C20210002
i
i
BAB I
PENDAHULUAN
dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual keagamaan yang
keagamaan tersebut mempunyai bentuk atau cara melestarikan serta maksud dan
masyarakat yang lainnya. Hal ini di sebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan
tempat tinggal, adat serta tradisi yang di wariskan secara turun temurun. Upacara
yang paling tampak lahir. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ronald
tertinggi dan mutlak tentang tingkah laku manusia dan petunjuk-petunjuk untuk
hidup selamat di dunia dan di akhirat (setelah mati), yakni sebagai manusia yang
bertakwa kepada Tuhannya, baradab, dan manusiawi yang berbeda dengan cara-
cara hidup hewan atau mahluk gaib yang jahat dan berdosa. Namun dalam agama-
agama lokal atau primitif ajaran-ajaran agama tersebut tidak di lakukan dalam
bentuk tertulis tetapi dalam bentuk lisan sebagaimana terwujud dalam tradisi-tradisi
atau upacara-upacara.
Tradisi adalah sebuah kata yang sangat akrab terdengar dan terdapat di
segala bidang. Tradisi menurut etimologi adalah kata yang mengacu pada adat atau
kebiasaan yang turun temurun, atau peraturan yang dijalankan masyarakat. Tradisi
1
2
Tolak Bala atau Rabu Abeh adalah hari Rabu terakhir di bulan Safar, yang mana
pada bulan Safar Allah SWT banyak menurunkan berbagai bentuk macam Bala di
muka bumi. Menurut pandangan masyarakat, bahwa “Uroe Rabu Abeh‟‟ memang
diindentik dengan Bulan Bala, dan harus dilakukan prosesi untuk menghindari
malapetaka yang lebih besar dengan melakukan proses “Tolak Bala‟‟ yang
dirayakan pada hari Rabu terahir dalam Bulan Safar. Bulan Safar adalah salah satu
bulan di dalam kalender Hijriah yang diindentik dengan cuaca pancaroba atau
suasana yang tidak menentu serta beraura kurang baik terhadap kebugaran fisik
maupun psikis yang membuat manusia menjadi rentan oleh ganguan berbagai jenis
penyakit sehingga di Aceh sering juga di sebut sebagai “ Bulan Panas‟‟ atau buleun
seum‟‟ Bulan Safar bagi masyarakat Aceh Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya diindentik dengan Bulan “Turun Bala‟‟ dari sang pencipta
ke bumi. Pada masa Rasulullah SAW Tolak Bala ini tidak ada, demikian juga pada
masa sahabat. oleh karena itu tidak ada sedikitpun hadits yang menerangkan tolak
bala tersebut.
terjadi di mana-mana antara dua belahan dunia yaitu dunia Barat dengan dunia
sebelum dunia mengenal istilah globalisasi secara gamblang, Aceh sudah pernah
sudah terlebih dahulu dikuasai oleh budaya Hindu. Sehingga akibat peristiwa
tersebut terjadilah akulturasi budaya antara budaya Hindu dengan budaya Islam,
yaitu salah satu di antaranya Tradisi Tolak Bala. Para Mubaliq Islam yang
3
terlebih dahulu memasuki Aceh salah satunya adalah Tradisi Tolak Bala.
seperti kepala kerbau, ayam jantan, nasi dan bermacam-macam lainya. Maka
setelah datangnya Islam di Aceh Ulama menganti Ritual tersebut dengan cara
berdoa dibibir sungai secara berjama‟ah, seperti mengucapkan doa Tolak Bala,
Dalail Khairat, Yasin, dan doa-doa lainnya. Tradisi ini masih berlaku di Aceh
Maka dari itu dilaksanakanya upacara tolak bala untuk menghindar dari berbagai
musibah. Sebagai manusia kadang kala kita sering lupa diri, sehingga dengan
seenaknya baik disadari maupun tidak manusia itu telah berbuat bathil. Apabila hal
yang demikian terus berlanjut, maka Allah SWT pun sering memperingatkan
manusia itu dengan berbagai bentuk dan cara. Baik itu musibah penyakit,
kebakaran besar, angin kencang, dan kemarau berkepanjangan. Apabila itu telah
menimpa dan tidak bias dihindari maka jalan satu-satunya adalah berdoa kepada
Allah SWT , dan memohon ampunan maka diadakanlah kenduri Tolak Bala ini.
khusus lainnya. Demikian pula dengan anggapan masyarakat Gampong Blang Baro
terhadap Tradisi Tolak Bala merupakan suatu bentuk tindakan sekaligus sebagai
wujud dari ekspresi jiwa mereka dalam menjalin hubungan vertikal dengan
4
nilai yang penting bagi kehidupan masyarakat Gampong Blang Baro, karena
dianggap sebagai suatu nilai budaya yang dapat membawa keselamatan diantara
sekian banyak unsur budaya yang ada pada masyarakat. Analisis Tradisi Tolak Bala
sampai saat ini masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat Gampong Blang Baro.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang: Analisis
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas, maka yang
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka yang menjadi fokus kajian
Bala di Aceh.
Sesuai dengan fokus penelitian, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian
nilai-nilai luhur yang terkandung dalam analisis Tradisi Tolak Bala yang
bermuatan positif.
sumber bacaan di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Blang Baro terhadap Analisi Tradisi Tolak Bala dan mengetahui faktor-faktor yang
Pengertian Gampong.
Bab ini terdiri dari Metode penelitian, sumber data dan teknik
BAB V Merupakan Bab penutup sebagai intisari materi skripsi secara umum
Tolak Bala.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sejauh yang peneliti ketahui kajian sosiologi mengenai Tradisi Tolak Bala
belum ada. Istilah Tolak Bala yang peneliti ketahui adalah tradisi yang ada di
daerah Aceh sebagai adat dan tradisi tahunan, hingga kini masih banyak amalan
yang secara tidak langsung masih diamalkan oleh masyarakat Aceh pada umumnya
keberadaan istilah memang sudah ada. Namun kajian mengenai kebudayaan dan
tradisi masyarakat Aceh memang sudah banyak. Dalam penelitian ini dikemukakan
beberapa kajian yang berkaitan dengan kebudayaan dan Tradisi Masyarakat Aceh.
Diantara kajian dari Universitas Negeri Medan (UNIMED) dilakukan oleh Eka
Darliana. Kajian Kedua dari Universitas Syiah Kuala dilakukan Oleh Rahmi
Fartiwi. Kajian Ketiga dari Darman yang mengkaji tentang pengaruh Adat dan
(UNIMED), Eka mengkaji tentang Ritual Tolak Bala pada masyarakat melayu di
desa air masin kecamatan Seruway Aceh tamiang. Tujuan penelitian Eka Darliana
melayu desa air masin Kecamatan Seruway Aceh Tamiang dalam melakukan ritual
Tolak Bala.
hasil penelitiannya adalah Masyarakat melayu desa Air Masin Kecamatan Seruway
Aceh Tamiang menganggap Ritual Tolak bala merupakan ritual yang berasal dari
9
nenek moyang yang harus tetap dijaga dan dilestarikan, karena masyarakat
menganggap bahwa dengan melakukan Ritual Tolak Bala dapat mengusir roh-roh
Kajian Kedua Oleh Rahmi Fartiwi dari Universitas Syiah Kuala, Rahmi
Perkembangan jaman yang semakin maju, teknologi yang semakin tinggi juga
Kajian Ketiga dari Darman yang mengkaji tentang pengaruh adat dan
adalah pada kehidupan modern seperti sekarang, di Gampong Teupin Dayah, adat
masih sangat dipertahankan. Hal-hal yang selalu menjadi adatdi gampong Teupin
Gampong Teupin Dayah. Adat masih sangat menjadi salah satu hal yang harus sll
yang mendahului. Tradisi adalah berasal dari kata ”traditium‟‟ pada dasarnya
berarti segala sesuatu yang diwarisi dari masa lalu. Menurut Jujiansyah Noor (2001,
h. 43) Tradisi merupakan hasil karya cipta dan karya manusia objek material,
generasi ke generasi berikutnya. Seperti misalnya Tradisi Tolak Bala. Sesuatu yang
sampai mati. Bagi para pewaris setiap apa yang mereka warisi tidak dilihat sebagai
“Tradisi‟‟. Tradisi yang diterima akan menjadi unsur yang hidup didalam
inovasi-inovasi baru.
Tradisi merupakan suatu gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah
berproses dalam waktu lama dan dilakukan secara turun temurun dimulai dari
nenek monyang. Tradisi yang telah membudaya akan menjadi sumber dalam
berakhlak dan berbudi pekerti seseorang. Tradisi atau kebiasaan, dalam pengertian
yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan
menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu
Negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari
tradisi adalah informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis
maupun lisan, karena tampa adanya ini suatu Tradisi dapat punah. Selain itu,
tradisi juga dapat diartikan sebagai kebiasaan bersama dalam masyarakat, secara
otomatis akan mempengaruhi aksi dan reaksi dalam kehidupan sehari-hari para
11
tradisi).
Sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata ‟‟ buddhi‟‟ yang
berati budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai ‟‟hal-
hal yang bersangkutan dengan budi atau akal‟‟ Adapun istilah culture yang
merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari
kata latin ‟‟ colere‟‟ yang berati mengelola atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah
atau bertani. Dari arti tersebut yaitu ‟‟colere‟‟ kemudian ‟‟culture‟‟, diartikan
sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
E.B. Tylor dalam Soerjono Soekanto (2009, h. 150) Pernah memberikan definisi
antara manusia dengan dengan segala isi alam raya ini. Manusia yang telah
dilengkapi tuhan dengan akal dan pikirannya menjadikan mereka khalifah dimuka
bumi dan diberikan kemampuan yang disebut oleh Supartono dalam Erlly. Dkk
(2010, h. 36).
Sebagai daya manusia, Manusia memiliki kemampuan daya antara lain akal,
manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain kebudayaan ada
karena ada manusia penciptanya dan manusia dapat hidup di tengah kebudayaan
yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai
pendukungnya.
suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar, artinya orang asing.
berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai dan aspek kehidupan lainnya
yang akan menjadi ciri khas suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Elly.
(2010, h. 38-39)
Indonesia lebih umum dinamakan Adat, menjadi pedoman di dalam mengatur tata
13
kehidupannya dengan mantap dan kuat sehingga kehidupan itu menjadi stabil. Adat
itu menjadi bertambah kuat oleh karena menurut pendapat masyarakat mengandung
„„restu‟‟ dari para leluhurnya, baik yang masih ada di dunia fana maupun yang
Adat berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari (adah), yang berarti
"cara", "kebiasaan". Di Indonesia kata adat baru digunakan sekitar akhir abad 19.
Sebelumnya kata ini hanya di kenal pada masyarakat Melayu setelah pertemuan
budayanya dengan agama Islam sekitar abad 15-an. Kata ini antara lain dapat
Adat berasal dari bahasa Arab „adah‟ yang berarti „kebiasaan‟ atau „praktik‟.
Secara teoritis, adah (‘urf) tidak pernah menjadi sumber resmi hukum Islam.
Namun dalam praktiknya, ia sering dimasukkan kedalam salah satu rujukan hukum.
Hadits, Qias dan Ijmak) meskipun adah bertentangan dengan spirit Islam seprti
yang tertuang di dalam Al-Qur‟an dan Hadits. Adah sering berperan sebagai satu-
satunya rujukan yang terbaik yang digunakan ketika muncul interprestasi yang
beragam tentang ayat-ayat Al-Qur‟an. Dalam hal ini, rujukan kepada hukum adat
merupakan refleksi dari waktu dan tempat tertentu Amirul Hadi (2010, h. 173).
14
1. Adat tullah, yaitu aturan atau ketentuan yang didasarkan pada hukum syariah
undang) dan reusam (kebiasaan atau tradisi di suatu tempat) yang mengatur
kehidupan masyarakat.
dan mufakat.
tidak sesuai dengan ajaran Islam, tetapi masih dipertahankan oleh sebagian
kecil masyarakat.
pelaksana hukum, di samping sebagai landasan berperilaku dan tuntutan hidup dari
leluhur yang diturunkan secara kontinyu kepada generasi selanjutnya. Artinya adat
di sini suatu yang tertulis dan tidak tertulis, yang menjadi pedoman di dalam
masyarakat Aceh. Adat yang dipahami adalah titah dari pada pemimpin dan para
masyarakat Aceh adat atau hukum adat tidak boleh bertentangan dengan agama.
Sesuatu yang telah diputuskan oleh para pemimpin atau para ahli tersebut harus
yang bersifat magis religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi
kebudayaan, norma dan aturan-aturan yang saling berkaitan dan kemudian menjadi
Upacara Tradisional ini bersifat kepercayaan dan dianggap sakral dan suci.
Dimana setiap aktifitas manusia selalu mempunyai maksud dan tujuan yang ingin
pendapat ini maka Upacara Adat Tradisional merupakan kelakuan atau tindakan
tujuan untuk menghindarkan diri dari gangguan roh-roh jahat. Dari beberapa
suatu bentuk tradisi yang bersifat turun temurun yang dilaksanakan secara teratur
dan tertib menurut adat kebiasaan masyarakat dalam bentuk suatu permohonan,
Setiap tahun pada hari Rabu di akhiri Bulan Safar pada kalender Hijriyah,
bulan yang cuacanya panas. Banyak penyakit yang mengintai manusia, mulai dari
demam, panas, batuk, dan penyakit lain. Hari yang di sebut Uroe Tulak Bala atau
juga dikenal dengan sebutan Rabu Abeh itu merupakan tradisi turun-temurun yang
secara sadar dilakukan oleh sebagian masyarakat Aceh terutama yang berdomisili
16
di kampung-kampung. (http://sosbud.kompasiana.com/2012/01/25/tradisi-uroe-
Sebenarnya Tradisi ini punya nilai tersendiri bagi masyarakat yang tinggal
diperdesaan. Selain sebagai ritual doa bersama, juga bisa menjadi ajang refreshing
yang menarik. Nagan Raya, salah satu daerah di aceh yang masyarakatnya masih
yang dikerumui orang di daerah ini. Salah satu tempatnya adalah Sungai Blang
Baro.
tertentu dan membina kehidupan bersama dalam berbagai aspek atas dasar norma
sosial tertentu. Setiap masyarakat lahir karena adanya kerja sama di antara
warganya yang saling terikat dalam suatu norma tertentu. Unsur pokok dalam
2. Kerja sama yang terjadi secara otomatis pada setiap warga masyarakat
4. Norma sosial yang berfungsi sebagai pedoman dalam sistem tata kelakuan
sosial biasanya bersumber dari sistem tata nilai yang tumbuh dan kembang
di dalam masyarakat.
betapapun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Sebaliknya
Aceh adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di barat laut pulau
Mungkin ini yang menyebabkan wajah-wajah orang Aceh agak berbeda dengan
orang Indonesia lainya. Sebagai contoh, didaerah lamno (Aceh Jaya), masih dengan
mudah kita jumpai wajah-wajah Aceh bercampur Protugis berkulit putih dan
bermata biru. Di Aceh sendiri terdapat beberapa suku, diantaranya Aceh, Aneuk
Jamee, Kluet, Gayo, Alas, Simeulue, dan beberapa suku lainya. Di Aceh sendiri
perbedaan yang ada diantara mereka. Dalam pergaulan, orang Aceh yang bukan
bersuku Aceh asl, pun lebih senang menyebut diri mereka orang Aceh.
18
Berbicara soal budaya Aceh, tidak pernah terlepas kaitannya dengan islam.
Selain karena moyaritas masyarakat Aceh memang memeluk islam, Aceh sendiri
juga mempunyai sejarah keislaman yang kuat dimasalalu. Hal ini dpat dilihat dari
islam pertama di nusantara. Namun, adat dan budaya Aceh yang dikenal dengan
nuansa islam itu, masih dipengaruhi oleh tradisi Hindu. Hal ini disebabkan jauh
sebelum islam masuk, agama hindu telah lebih dulu berkembang di Aceh. Dan
setelah islam masukpun, masih ada unsur-unsur tradisi Hindu yang dipertahankan
Walau saat ini islam telah kuat, bahkan aceh telah berjuluk Serambi Mekkah
dan menerapkan hukum Syariat Islam, namun masih ada sebagian dari tradisi
Hindu yang terus melekat pada masyarakat Aceh. Seperti pada acara Kanduri Laot
(Kenduri laut), yang dilakukan oleh para nelayan. Dahulu, pada acara Kanduri Laot
ini, darah kerbau ditampung, asoe dalam (organ dalam) kerbau tersebut beserta
laut sebagai persembahan kepada penghuni laut. Selain itu, “peusijuk” baran-
barang berharga yang baru dibeli seperti mobil atau motor, dengan mengunakan
berbagai jenis rumput. Dengan akar rumput tadi yang telah diikat, air dipercikkan
ke barang berharga yang di “peusijuk” tersebut, disertai juga dengan tepung tawar,
dan berbagai atribut lainnya. Konon upacara ini juga dipengaruhi oleh tradisi Hindu
pembacaan doa, oleh pembuka adat atau pembuka agama. Selain pada barang-
barang berharga, upacara “peusijuk” juga dilakukan pada orang-orang yang baru
19
sembuh dari penyakit, pulang dari perantauan, meraih suatu kesuksesan, akan
Begitu juga dengan Tradisi Tolak Bala semacam upacara untuk menolak
bala bencana dalam upacara ini masyarakat berkumpul di suatu tempat (biasanya di
tanah lapang di pinggiran sungai), mendirikan tenda untuk melakukan doa bersama.
Tapi, jelas ini adalah salah satu bentuk kebudayaan Aceh yang mengakar kepada
perkembangan dan kedudukan Islam yang begitu kuat dalam masyarakat Aceh.
(http://senjadirantau.compasiana.com/2011/10/tradisi-hindu-dalam-budaya
masyarakat.html/
dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system Pemerintahan
(elementer) dalam konteks suatu Negara. Secara umu, istilah atau konsep gampong
(village, rural area) itu, boleh jadi, adalah ruang bagian kota (urban area) dimana
kelompok orang atau keluarga hidup biasanya dengan penghasilan yang relative
orientasi hidup (ends) orang-orang atau keluarga di kawasan gampong itu masih
untuk memenuhi ukuran-ukuran kehidupan yang lebih efisien dan efektif (rational)
modern. Misalnya, tata cara hidup yang lebih menekankan pada upacara-upacara
sering sekali mengikat mereka satu sama lain untuk tidak memungkinkan
karena itu, melalui proses urbanisasi yang terjadi secara alamiah dan terencana
perubahan atau kemajuan social, budaya, ekonomi, dan politik yang semakin
menyeluruh.(http://salehsjafei.kompasiana.com/2010/09/bagaimana-membangun-
Pengertian kearifan lokal dilihat dari kamus Inggris Indonesia terdiri dari 2
kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local berarti setempat dan wisdom
sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka local wisdom dapat dipahami
21
yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti
oleh anggota masyarakatnya. Jadi kearifan lokal merujuk pada lokalitas dan
komunitas tertentu.
Menurut Putu Oka Ngakan dalam Andi M. Akhmar dan Syarifudin (2007,
h. 43) kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal
dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. Maka dari itu
kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang berbeda dan suku yang
berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh tantangan alam dan kebutuhan hidupnya
Sementara itu Keraf (2002, h. 46) menegaskan bahwa kearifan lokal adalah
kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam
yang ditempatkan pada tatanan fisik bangunan (arsitektur) dan kawasan (perkotaan)
dalam geografi kenusantaraan sebuah bangsa. Dari penjelasan itu dapat dilihat
bahwa kearifan lokal merupakan langkah penerapan dari tradisi yang diterjemahkan
dalam artefak fisik. Hal terpenting dari kearifan lokal adalah proses sebelum
22
implementasi tradisi pada artefak fisik, yaitu nilai-nilai dari alam untuk mengajak
kembali sebagai tradisi yang diterima secara universal oleh masyarakat, khususnya
Definisi kearifan lokal secara bebas dapat diartikan nilai-nilai budaya yang
baik yang ada di dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti, untuk mengetahui suatu
kearifan lokal di suatu wilayah maka kita harus bisa memahami nilai-nilai budaya
yang ada di dalam wilayah tersebut. Berdasarkan beberapa definisi di atas penulis
juga membuat definisi tentang pengertian kearifan lokal. Menurut pendapat penulis,
kearifan lokal adalah sebagian bentuk dari tradisi dan budaya yang mempunyai
nilai-nilai luhur dan sudah diajarkan sejak lama secara turun temurun.
Kearifan lokal (local wisdom) dalam disiplin sosiologi dikenal juga dengan
istilah local genius. Local genius ini merupakan istilah yang mula pertama
dikenalkan oleh Quaritch Wales. (Ayatrohaedi, 1986, h. 18). Para ahli membahas
secara panjang lebar pengertian local genius ini. Antara lain Haryati Soebadio
1986, h. 18-19).
bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai localgenius karena telah teruji
budaya asli,
adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal dari nilai
luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat. Kearifan lokal
juga dapat didefinisikan sebagai nilai budaya lokal yang dapat dimanfaatkan untuk
mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif atau bijaksana. Jadi, dapat
Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-
menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang
pengetahuan yang eksplisit yang muncul dari periode panjang yang berevolusi
dialami bersama-sama. Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam
masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari
sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan
damai. Pengertian ini melihat kearifan lokal tidak sekadar sebagai acuan tingkah-
kehidupan masyarakat semenjak zaman dahulu mulai dari zaman prasejarah sampai
sekarang ini, kearifan tersebut merupakan perilaku positif manusia dalam berhu-
bungan dengan alam dan lingkungan sekitarnya yang dapat bersumber dari nilai-
nilai agama, adat istiadat, petuah nenek moyang atau budaya setempat (Wietoler,
2007, h. 21), yang terbangun secara alamiah dalam suatu komunitas masyarakat
menjadi suatu kebudayaan di suatu daerah dan akan berkembang secara turun-
temurun, secara umum, budaya lokal atau budaya daerah dimaknai sebagai budaya
adat disini adalah mereka yang secara tradisional tergantung dan memiliki ikatan
Menurut Ataupah (2004, h. 54) kearifan lokal bersifat historis tetapi positif.
Nilai-nilai diambil oleh leluhur dan kemudian diwariskan secara lisan kepada
generasi berikutnya lalu oleh ahli warisnya tidak menerimanya secara pasif dapat
menambah atau mengurangi dan diolah sehingga apa yang disebut kearifan itu
berlaku secara situasional dan tidak dapat dilepaskan dari sistem lingkungan hidup
dan melaksanakan kearifan itu. Dijelaskan lebih lanjut bahwa kearifan tercermin
pada keputusan yang bermutu prima. Tolak ukur suatu keputusan yang bermutu
25
prima adalah keputusan yang diambil oleh seorang tokoh/sejumlah tokoh dengan
dengan keputusan itu akan berupaya melaksanakannya dengan kisaran dari yang
proses penyebaran (difusi) dari individu yang satu ke individu yang lain. hal ini
dikarenakan, proses perubahan sosial tidak saja berasal melalui proses evolusi,
namun juga dapat terjadi melalui proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan antar
masyarakat. melalui proses difusi tersebut, suatu penemuan baru (inovasi) yang
yang lain.
Menurut Robert Sibarani (2002, h. 56) Difusi adalah salah satu bentuk
Penyebaran ini biasanya dibawa oleh sekelompok manusia yang melakukan migrasi
mereka tuju. Penemuan baru tersebut pada akhirnya dapat diterima dan diterapkan
pada kondisi masyarakat yang berbeda-beda. gerak difusi tidak selalu mengikuti
garis lurus atau berpola linier, dari tempat asalnya ke tempat yang baru yang
menjadi penerima. Perpindahan tersebut melalui bisa proses berantai atau tidak
langsung.
Antara lain:
26
mereka.
kelompok yang lain. Disinilah terjadi proses difusi budaya dimana mereka
masing.
Menurut lauer (2001, h. 87), difusi merupakan pola perubahan yang penting.
maupun hasil difusi, atau dapat pula merupakan hasil modifikasi maupun hasil
memperlambat difusi. Menurut roger (2003, h. 32) mengemukakan ada empat unsur
b. komunikasi inovasi.
d. aspek waktu.
Inovasi berkaitan dengan unsur apa saja, baik berupa model pakaian, bentuk
ide baru kepada orang lain. tanpa komunikasi, ide-ide baru tidak akan menyebar ke
orang lain.
kolektif. aspek penting sistem sosial di antaranya adalah norma, status dan
suatu inovasi. penyebaran dan penerimaan inovasi ini secara pasti terjadi sepanjang
baru melalui proses komunikasi dan respons masyarakat dapat bersifat menerima
budaya.
permusuhan.
Difusi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu difusi intra masyarakat
dan difusi antar masyarakat. Difusi intra masyarakat dipengaruhi oleh beberapa
3. Unsur baru yang berlawanan dengan fungsi unsur lama, kemungkinan tidak
akan diterima.
4. Kedudukan dan peran sosial individu yang menemukan sesuatu yang baru
itu akan mempengaruhi apakah hasil penemuannya itu dengan mudah dapat
tersebut.
Ada tiga bentuk difusi, yaitu difusi ekspansi, difusi relokasi, dan difusi
bertingkat (cascade).
informasi atau materi menjalar dari satu daerah ke daerah lain yang semakin
baru.
baru, di mana penjalaran informasi atau materi melalui tingkatan dari atas
1. Inovasi
Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh
seseorang di mana kebaruannya itu bersifat relatif. Tidak menjadi soal, sejauh
dihubungkan dengan tingkah laku manusia, apakah ide itu betul-betu baru atau
tidak jika diukur dengan selang waktu sejak digunakannya atau diketemukannya
pertama kali. Kebaruan inovasi itu diukur secara subjektif, menurut pandangan
individu yang menangkapnya. Jika sesuatu ide dianggap baru oleh seseorang maka
ia adalah inovasi (bagi orangitu). “Baru” dalam ide inovatif yang tidak berarti harus
baru sama sekali. Suatu inovasi mungkin telah lama diketahui oleh seseorang
beberapa waktu yang lalu (yaitu ketika ia „kenal‟ dengan ide itu) tetapi ia belum
mengembangkan sikap suka atau tidak suka terhadapnya, apakah ia menerima atau
menolaknya.
seiring dengan berlalunya waktu. Hal yang demikian ini juga berkenaan dengan
dikualifikasikan sebagai inovasi. Ini tidak berarti bahwa semua inovasi perlu
disebarluaskan dan diadopsi. Inovasi yang tidak cocok bagi seseorang atau
30
komponen ide, tetapi banyak inovasi yang tidak punya wujud fisik misalnya
ideologi. Sedangkan inovasi yang mempunyai komponen ide dan komponen objek
(fisik) misalnya traktor, insektisida, baygon dan lain sebagainya. Inovasi yang
memiliki komponen ide saja tidak dapat diadopsi secara fisik, pengadopsiannya
2. Saluran komunikasi
komunikasi yang berkenaan dengan ide-ide baru. Inti dari proses difusi adalah
a. Ide baru.
yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat
dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk
mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi
keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Waktu merupakan salah satu
unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu, dalam proses difusi,
b. Keinovativan individu atau unit adopsi lain, yaitu kategori relatif tipe
c. Rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota
4. Sistem Sosial
Sangat penting untuk diingat bahwa proses difusi terjadi dalam suatu sistem
sosial. Sistem sosial adalah satu set unit yang saling berhubungan yang tergabung
dalam suatu upaya pemecahan masalah bersama untuk mencapai suatu tujuan.
Anggota dari suatu sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal,
organisasi dan atau sub sistem. Proses difusi dalam kaitannya dengan sistem sosial
ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
dan melakukan studi pada situasi yang dialami. Penelitian kualitatif merupakan
pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam
1. Data Primer
Data Primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung oleh
peneliti pada lokasi penelitian. Data primer merupakan data yang diperoleh secara
33
langsung dari objek penelitian baik perorangan, kelompok, data primer diperoleh
2. Data Sekunder
a. Studi Pustaka
konsep dari sejumlah literature, buku, jurnal, Koran atau karya tulis lainnya.
Data Sekunder yaitu data yang didapat langsung berupa data Gampong
Blang Baro kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya dan juga dilengkapi
b. Studi Dokumentasi
yang diperoleh dari buku referensi, internet, makalah, gambar, foto atau
tesis yang berhubungan dengan kajian penelitian yang diteliti oleh penulis.
sebagai berikut:
a. Observasi
2009, h. 203) mengemukakan observasi adalah suatu proses yang komplek, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, dua diantara
terstuktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa
34
dengan berhadapan secara langsung dengan yang diwawancarai tetapi dapat juga
penelitian dan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancara, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
langsung maupun tidak langsung, dengan member daftar pertanyaan untuk dijawab
subjek atau responden. Beberapa tips saat melakukan wawancara yaitu mulai
dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan
35
Multiple, ulang kembali jawaban untuk di klarifikasi, berikan kesan positif dan
kontrol emosi negatif (Juliansyah Noor, 2011, h. 138) Dalam Penelitian ini, yang
diwawancarai adalah Keuchik, Imum Mesjid, Tokoh adat (Tuha Peut, Kejrun
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sejumlah fakta dan data tersimpan dalam bahan yang
berbentuk komunikasi. Sebagian besar data yang tersedia yaitu surat, laporan.
transkrip, atau acara telivisi dan lainnya” ( Kriyantono, 2007, h. 116). Penulis disini
penelitian.
2007, h. 71)
36
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang dialami, maka
yang valid dan realible. Namun untuk membantu kelancaran dalam pelaksanaannya
sebagai berikut:
d. Melangsungkan wawancara.
Dalam instrument penelitian ini alat bantu yang digunakan antara lain
karena dengan analisis, data yang diperoleh dapat diberi arti dan makna yang akan
diperoleh merupakan data yang realibel, maka perlu dilakukan beberapa uji
a. Perpanjangan Pengamatan
sama tentang apa yang sedang diteliti. Sehingga bersama mereka peneliti dapat me-
review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan. Apabila hal itu
c. Triangulasi
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk
lainnya”.
38
balik derajad kepercayaan suatu informan yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam penelitian kualitatif”. Hal itu dapat di capai dengan jalan
Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada,
yang berkaitan.
Kabupaten Nagan Raya. Peneliti memilih tempat ini sebagai lokasi penelitian
karena melihat tradisi tolak bala Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala
Waktu dan tempat penelitian akan dilaksanakan kurang lebih empat bulan
yakni mulai Mei 2014 sampai dengan juni 2014 berlokasi di gampong Blang Baro
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. Adapun secara rinci dapat dilihat
No
Aktivitas Tanggal penelitian
1.
Pengurusan Ijin Penelitian 14 mei 2014
2.
Pembuatan Instrumen Interview 15-17 Mei 2014
3.
Pembuatan IstrumenObservasi 18-22 Mei 2014
4.
observasi 23-25 Mei 2014
5.
Interview 26-28 Mei 2014
6.
Uji Kredibilitas Data 29 Mei-2 Juni 2014
7.
Reduksi Data Penelitian 3-5 juni 2014
8. Data Display dan pembahasan
6-7 Juni 2014
9.
Verifikasi/Penarikan Kesimpulan 8-10 Juni 2014
10.
Penyusunan Laporan 11-18 Juni 2014
40
BAB IV
1. Letak Gampong
Gampong Blang Baro adalah salah satu Gampong dalam Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya. Yang memiliki jarak akses dari provinsi 300 Km, dari ibu
kota kabupaten 15 Km dan dari Ibu Kota Kecamatan 4 Km. Luas wilayah Gampong
Blang Baro memiliki + 1280 Ha, Meliputi 4 dusun, dari tiap-tiap dusun dipimpin
oleh seorang Kadus (Kepala Dusun). Dengan sebagian besar luas tanahnya adalah
Gampong Blang Baro terdiri dari 4 (empat) dusun, yaitu Dusun Aman, Dusun
Cahaya Mata, Dusun karya Tani dan Dusun Karya Usaha. Penduduknya homogen
antara salah satu Dusun dengan Dusun yang lain dan juga tidak jauh bedanya
dengan daerah lain yang sama sukunya yaitu suku Aceh. Menurut catatan resmi
RPJMG Gampong Blang Baro tahun 2009-2013, penduduk berjumlah 691 jiwa,
yang terdiri dari laki-laki 381 jiwa dan Perempuan berjumlah 310 jiwa, terdiri dari
Blang Muko, dan Ujong Sikuneng. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
berikut:
41
Tabel 4.1
Jarak Gampong dengan Pemerintahan dan sarana Vital
NO Ibu kota Provinsi 287 Km Keterangan
1. Ibu kota Kabupaten 15 Km Nagan Raya
2. Ibu Kota kecamatan 4 Km Kuala
3. Puskesmas 1 Km Kuala
4. Rumah Sakit Umum 4 Km Kuala
5 SPBU 1 Km Kuala
Sumber Data : Ringkasan RPJMG 2013 Gampong Blang Baro
2. Batasan Gampong
yang berbatasan dengan beberapa Gampong lain yang masih dalam satu
3. Pembagian wilayah
oleh perangkat Gampong lainnya yaitu seorang sekretaris Gampong dan 5 orang
berikut:
bekerja sama dengan Tuha Peut atau badan perwakilan desa yang diketuai oleh
Ibnu Ali.
Gampong Blang Baro terbagi menjadi 4 (empat) dusun, yaitu Dusun Aman,
Dusun Cahaya Mata, Dusun karya Tani, dan Dusun Karya Usaha
4. Penduduk
Tahun 2013 secara keseluruhan dengan Kepala Keluarga 208 KK dari jumlah
tersebut terdiri dari 691 jiwa dengan perincian 381 jiwa penduduk laki-laki dan 310
Tabel 4.2
Keadaan Penduduk Menurut Golongan Umur
Mengetahui kondisi sosial ekonomi suatu wilayah sangat penting, agar kita
mengetahui berbagai potensi yang dimiliki wilayah tersebut. Selain itu bagi pihak
pemerintah setempat. Masing-masing aspek sosial dan ekonomi suatu daerah pada
melaksanakan pembangunan.
43
Nilai-nilai sosial dan budaya di Gampong Blang Baro sampai saat ini masih
berjalan dan terpelihara. Hal ini terbukti dan terlihat pada setiap kegiatan-kegiatan
bersifat pribadi akan tetapi rasa peduli sesama masih terbangun erat di Gampong
Blang Baro. Selain itu bila dilihat dari lembaga-lembaga sosial yang ada ditengah-
royong masih rutin dilaksanakan walaupun waktunya tidak ditentukan secara pasti
tergantung kesiapan.
Disegi Adat dan Istiadat Gampong, didalam Gampong Blang Baro ada yang
masih berjalan dan ada juga sebagian yang sudah mulai hilang. Seperti contoh, pada
acara orang yang musibah/ meninggal masyarakat Blang Baro masih sangat peduli
dan membantu bersama-sama demikian juga pada acara-acara lain, seperti pesta
perkawinan dan juga turun mandi. Pemuda juga masih aktif dalam setiap kegiatan
sosial digampong, hal ini terbukti dengan berbagai kegiatan sosial dan budaya yang
Adapun keadaan sosial dan ekonomi di wilayah Gampong Blang Baro dapat
1. Bidang Ekonomi
penduduknya. Disamping itu dengan melihat mata pencaharian penduduk kita dapat
mengetahui pula tingkat tinggi rendahnya taraf hidup masyarakat. Untuk Lebih
44
Jelasmya dibawah ini disajikan tabel mengenai penduduk Gampong Blang Baro
Tabel 4.3
Keadaan Mata Pencaharian Masyarakat
Pada Tabel 4.3 mata pencaharian utama masyarakat Gampong Blang Baro
Negeri Sipil (PNS) dan honorer. Para petani di Gampong Blang Baro menanam
padi setahun dua kali, sebagian masyarakat juga bekerja di kebun untuk menutupi
2. Bidang Pendidikan
baik menuju kearah yang lebih baik. Berdasarkan Gambar 4.3 jelas mayoritas
dengan peningkatan mutu Pendidikan formal dan non formal lihatlah Tabel 4.4
berikut ini:
45
Tabel 4.4
Keaadan Pendidikan
tentang arti pendidikan. Perubahan yang nyata bisa dilihat dari partisipasi
kehidupan yang baik, dan layak untuk menuju masyarakat yang adil dan sejahtera.
Hal ini bukan berarti tidak ditemukan lagi orang dewasa yang buta huruf dan anak-
anak yang putus sekolah, orang dewasa yang buta huruf dan anak-anak yang putus
berbeda bila di bandingkan dengan Pendidikan formal, hal ini terbukti bahwa di
yang berasal dari Gampong Blang Baro masih sedikit yang meminati pendidikan di
pesantren dan bahkan generasi muda belum ada yang tamat belajar di pesantren,
manusia kembali kehadirat Ilahi (meninggal dunia). Pada umumnya agama yang
dianut oleh masyarakat Gampong Blang Baro 100 % agama Islam, meskipun itu
hanya sebagai pengakuan. Masyarakat awam yang sangat fanatik terhadap agama,
meskipun belum melaksanakan sepenuhnya tuntutan ajaran Islam, hal ini mungkin
juga sama dengan masyarakat Gampong lain yang ada di daerah Aceh.
terlaksana dengan teratur walaupun hanya sedikit jamaah yang ikut untuk
memakmurkan Mesjid.
dengan Islam seperti upacara peringatan Maulid, Israk Mi‟raj, menyambut tahun
baru Hijriah, Nuzul Qur‟an diperingati setiap tahunnya oleh seluruh masyarakat.
Permasalahan agama yang sedang dipikul oleh masyarakat dewasa ini hanyalah
sehingga dewasa ini masih sedikit anak-anak yang sedang menuntut ilmu agama di
pesantren, yaitu ada empat orang anak yang sedang menuntut ilmu di pesantren,
sedangkan yang sudah menjadi alumni pesantren belum ada kecuali generasi tua
Semua penduduk Gampong Blang Baro pemeluk agama Islam, semua itu
dapat di buktikan bahwa baik dilihat dari segi pengetahuan, pengamalan ajaran
agama masyarakat relatif masih rendah dan yang di ukur hanya kualitas bangunan
fisik saja. Memang sudah berdirinya Mesjid begitu besar, namun Mesjid yang ada
itu belum difungsikan secara efisien sebagai sentral pengamalan ajaran agama
Pada umumnya Gampong Blang Baro terdiri dari 4 (empat) dusun, yaitu
Dusun Aman, Dusun Cahaya Mata, Dusun karya Tani dan Dusun Karya Usaha.
Dari empat dusun tersebut mempunyai adat-istiadat dan tata cara kehidupan yang
homogen antara satu dusun dengan dusun lain dan juga tidak jauh berbeda dengan
Islam, karena adat Aceh pada umumnya dan khususnya di Gampong Blang Baro
bagian dari adat Aceh yang sudah diislamisasikan dan juga budaya orang Islam.
yang wajib untuk dilakukan. Misal, ketika pelaksanaan Upacara Maulid mayoritas
48
masyarakat menyukai Upacara Maulid, namun tibanya waktu shalat asar sedikit
Sesuai dengan metode yang ditetapkan dalam Bab sebelumnya, maka dalam
tentang persepsi atau pandangan masyarakat terhadap Tradisi Tolak Bala dan
Guide atau panduan wawancara yang telah disusun, dengan menggunakan rumusan
masalah dan teori yang dipergunakan. Berkaitan dengan persepsi atau pandangan
masyarakat tentang tradisi Tolak Bala ini difokuskan pada tanggapan masyarakat
Sesuai dengan teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini,
maka data lapangan telah direduksi. Selama proses reduksi, didapatkan data-data
yang dipilih untuk disajikan dalam penelitian ini. Berkaitan dengan persepsi
masyarakat tentang Analisis tradisi Tolak Bala terdiri dari 9 (sembilan) pertanyaan.
berikut.
49
masyarakat mengetahui apa dan bagaimana tradisi Tolak Bala. Hal ini sebagaimana
dikatakan oleh Abu Bakar Has Selaku Keuchik Gampong Blang Baro.
“Iya, saya tau tentang tradisi Tolak Bala. Tradisi Tolak Bala atau
Rabu Abeh merupakan tradisi yang dilaksanakan masyarakat
dengan membuang sial ke Sungai (wawancara 23 Mei 2014)
Jawaban yang sama juga disampaikan oleh Abdul Karim dan M. Daud.
Kedua informan tersebut memiliki jawaban yang sama dengan Abu Bakar Has.
Dalam hal ini persamaan terletak pada kegiatan masyarakat pada setiap
memperingati Tolak Bala pergi kesungai, dan melepaskan sesajian kedalam sungai
dikemukakan oleh Tgk. Ismail selaku Imum Mesjid Gampong Blang Baro. Hal ini
jika diperhatikan Nampak perbedaan jawaban informan tersebut yakni terletak pada
semua informan mengatakan dilaksanakan di hari Rabu Abeh. Salah satu jawaban
50
itu sebagaimana dikatakan oleh M. Daud selaku Kejrun Blang Gampong Blang
“Tradisi Tolak Bala dilaksanakan pada hari Rabu Abeh atau hari
Rabu penghabisan setiap Bulan Safar. Dan dalam waktu
pelaksanaannya, waktu selesai dilaksanakannya Tradisi Tolak Bala
adalah watu siang menjelang sore hari. (wawancara 23 Mei 2014)
tersebut juga dikemukakan oleh A. Karim selaku masyarakat Gampong Blang Baro
berikut ini:
“Dan dalam waktu pelaksanaannya, tidak ada jam yang pasti dalam
menentukan waktu selesai dilaksanakannya Tradisi Tolak Bala.
Biasanya pelaksanaan dilaksanakan dari pagi hingga siang
menjelang sore hari. (wawancara 23 Mei 2014)
semua informan mengatakan tidak bisa menjelaskan secara pasti karena mereka
dahulu dan sudah lama ada. Tidak ada jawaban yang menyebutkan dan memastikan
asal muasal Tradisi Tolak Bala ini terus muncul dan selalu diperingati di Gampong
Blang Baro. Salah satu jawaban itu sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Ali selaku
ada yang mengetahui sama sekali asal muasal Tradisi Tolak Bala. Pernyataan
tentang tujuan dan manfaat dilaksanakan Tolak Bala A. Karim memperjelas tujuan
sebagai berikut:
Tolak Bala, semua informan mengatakan pernah ikut serta melaksanakan tradisi
Blang Baro dalam melaksanakan Tradisi Tolak Bala, ada beberapa faktor,
menyatakan hal yang serupa. Pernyataan tersebut seperti yang dikatakan oleh Tgk.
‟Pandangan saya mengenai Tradisi Tolak Bala ini boleh saja terus
dilestarikan selama pelaksanaannya selalu diniatkan dengan niat
yang baik dan tidak melanggar norma-norma agama (wawancara
23 Mei 2014)
Hal yang berbeda disampaikan oleh Ibnu Ali selaku Tuha Peut Gampong
4.2 Pembahasan
dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial
maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu
interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang
53
(2006, h. 58) Proses Sosial diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat
kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain
diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu
telah Nampak dari beberapa pernyataan dari informan dalam menjawab pertanyaan-
tentang Tradisi Tolak Bala, dan pertanyaan selanjutnya tentang waktu, tujuandan
pelaksanaan Tradisi Tolak Bala pada hari Rabu Abeh, atau hari Rabu terakhir di
Bulan Safar. Tujuan dan manfaat dilaksanakan tradisi Tolak Bala ini adalah untuk
kedalam sungai.
warisan nenek moyang, selain itu masyarakat juga mempersepsikan Tradisi Tolak
Bala terjadi difusi melalui proses akulturasi budaya dan ada masyarakat yang ragu-
Tradisi Tolak Bala dilakukan karena ikut-ikutan dan malu dengan masyarakat
lainnya.
Tradisi Tolak Bala karena itu tergantung pada ilmu pengetahuan dan tingkat
Tolak Bala dapat membawa dampak apapun dan Tradisi Tolak Bala dapat
memelihara Adat Aceh, hal ini didasarkan pada kondisi historis Tradisi Tolak Bala
sebagai Adat warisan leluhur yang pantas dipelihara sebagai suatu kearifan lokal.
Aceh, namun hanya sebagai suatu kebiasaan masyarakat yang ikut-ikutan, sehingga
terhindar dari rasa malu dengan masyarakat apabila tidak melaksanakan Tradisi
Tolak Bala.
kelanjutan dari dta display atau penyajian data setelah diredusi. Pada sub Bab
sebelumnya telah disajikan data-data hasil wawancara dan observasi yang telah
direduksi sebelumnya. Berikut ini pembahasan data yang diaplikasiikan dalam teori
Sesuai dengan teori kearifan Lokal menurut Ataupah (2004, h. 54) kearifan
lokal bersifat historis tetapi positif. Nilai-nilai diambil oleh leluhur dan kemudian
55
diwariskan secara lisan kepada generasi berikutnya lalu oleh ahli warisnya tidak
menerimanya secara pasif dapat menambah atau mengurangi dan diolah sehingga
apa yang disebut kearifan itu berlaku secara situasional dan tidak dapat dilepaskan
dari sistem lingkungan hidup atau system ekologi/ekosistem yang harus dihadapi
Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-
menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang
pengetahuan yang eksplisit yang muncul dari periode panjang yang berevolusi
dialami bersama-sama. Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam
masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari
sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan
damai.
Menurut lauer (2001, h. 87), difusi merupakan pola perubahan yang penting.
maupun hasil difusi, atau dapat pula merupakan hasil modifikasi maupun hasil
aspek penting sistem sosial di antaranya adalah norma, status dan pimpinan yang
Penyebaran dan penerimaan inovasi ini secara pasti terjadi sepanjang waktu, bahwa
56
menolak inovasi.
Tradisi Tolak Bala dikalangan masyarakat yaitu Tradisi Tolak Bala merupakan
Adat warisan nenek moyang yang tidak boleh ditinggalkan proses pelaksaannya
oleh masyarakat Aceh, faktor munculnya Tradisi Tolak Bala juga disebabkan oleh
akulturasi budaya antara agama Islam dan Hindu dan pengetahuan masyarakat yang
menjadi tiga faktor lainnya yang memicu munculnya Ritual Tradisi Tolak Bala,
yaitu : faktor adat, perasaan tidak enak pada masyarakat dan fanatik.
1. Faktor adat
untuk melaksanakan Tradisi Tolak Bala, karena setiap orang Aceh mengaku Tradisi
Tolak Bala merupakan Adat Aceh yang sulit untuk ditinggalkan oleh masyarakat.
Masyarakat menganggap bahwa tradisi Tolak Bala sebagai adat Aceh memang
sudah sejak dahulu dilaksanakan oleh para ulama-ulama Aceh dalam proses
masyarakat merasa tidak enak apabila tidak melaksanakan Tradisi Tolak Bala,
3. Faktor fanatik
masyarakat menganggap Tradisi Tolak Bala itu baik apabila dilaksanakan, ataupun
Tradisi Tolak Bala itu tidak baik. Itu tergantung pada orang yang menilainya antara
Dari tiga faktor tersebut, masyarakat sulit meninggalkan Tradisi Tolak Bala,
walaupun ada yang mengatakan tidak di benarkan melakukan Tradisi Tolak Bala
karena dapat mengundang kesesatan, namun Tradisi tolak Bala tetap dilakukan di
terhadap Tradisi Tolak Bala yaitu bisa membawa umat manusia kepada keberkatan
dan bisa pula menjerumuskan umat manusia kepada kemusrikan atau juga tidak
Hubungan antara Agama Islam dengan tradisi Tolak Bala bisa menimbulkan
1. Hubungan antara agama Islam dengan Ritual Tradisi Tolak Bala tidak
bertentangan
Hubungan antara agam Islam dengan Tradisi Tolak Bala dikatakan tidak
Tolak Bala itu dari lingkungan tempat ia tinggal. Kemudian Tradisi Tolak Bala
58
dilaksanakan oleh masyarakat dipandu oleh Teungku dan diiringi dengan doa-doa
yang sering digunakan dalam ajaran Islam, dan Tradisi Tolak Bala sudah menjadi
Agama Islam.
2. Hubungan antara agama Islam dengan Ritual Tradisi Tolak Bala harmonis
dengan tradisi Tolak Bala selama ini karena masyarakat belum pernah menyaksikan
terjadinya perdebatan atau konflik atas perselisihan pendapat terhadap tradisi Tolak
Bala di lingkungan tempat ia tinggal. Sementara Tradisi Tolak Bala selama ini
antara Adat dan aqidah akan terjerumus kepada kemusrikan. Hal ini disebabkan
seolah-olah tradisi Tolak Bala dapat membawa keuntungan, jika tidak mengikuti
dan merayakan Tradisi Tolak Bala maka akan menimbulkan bencana. Dari
SWT).
59
tradisi Tolak Bala sebagaimana mestinya dilaksanakan pada masa lalu, memang
saat ini arus perkembangan zaman sangat pesat dan masyarakat mengkhawatirkan
tradisi Tolak Bala akan hilang dari kehidupannya. Anggapan masyarakat jika
Tradisi Tolak Bala itu dihilangkan dari kehidupan maka sedikit orang yang
merespon terhadap hal tersebut karena masyarakat sudah sibuk dengan hal-hal yang
masyarakat yang bertindak netral ketika ada orang yang mau menghilangkan Ritual
tradisi Tolak Bala, dan ada sekelompok kecil yang masih mau peduli terhadap adat
tindakan agar masyarakat memahami tentang Tradisi Tolak Bala yang sebenarnya.
menghilangkan Tradisi Tolak Bala, namun hanya sebatas tidak setuju saja dan
mensosialisasikan Tradisi Tolak Bala merupakan adat Aceh yang patut dipelihara
Lanjut oleh para masyarakat. Sehingga dalam konteks ini masyarakat mencoba
Tradisii Tolak Bala. Sebenarnya sebagian masyarakat ada yang sudah tidak mau
melaksanakan Tradisi Tolak Bala. Namun karena beranggapan bahwa jika tidak
ikut serta dalam melaksanakan Tradisi Tolak Bala akan mendapatkan musibah.
Masyarakat sudah sangat percaya tentang hal tabu yang terus menerus berkembang
60
tentang efek yang timbul dikemudian hari jika tidak ikut melaksanakan Tolak Bala.
Walaupun musibah dikemudian hari diakibatkan oleh faktor lain, namun sering
sekali musibah yang timbul tersebut dikaitkan dengan akibat tidak mengikuti Tolak
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
berikut:
hari Rabu Abeh atau hari Rabu terakhir di bulan Safar dengan membawa
Tolak Bala adalah faktor internal yang timbul akibat kecemasan atau
ketakutan akan efek yang timbul akibat tidak ikut melaksanakan Tradisi
lain, namun sering sekali musibah yang timbul tersebut dikaitkan dengan
akibat tidak mengikuti Tolak Bala. Pada dasarnya ini hanya tentang
kepercayaan mitos.
5.2 Saran
Tolak Bala bukanlah suatu masalah yang dapat menimbulkan konflik, tetapi
dalam mempersepsi tradisi Tolak Bala karena jika salah persepsi akan
muda Tradisi Tolak Bala itu merupakan bagian dari Adat, dan bukan bagian
dari syariat.
sewaktu-waktu, karena Tradisi Tolak Bala sebagai suatu nilai kearifan lokal
yang sudah menjadi Adat Istiadat patut dipelihara, dan menjunjung tinggi
tradisi Tolak Bala yang selama ini terus berkembang dalam masyarakat.
dalam masyarakat.
64
DAFTAR PUSTAKA
Elly M, Setiadi, Dkk. 2010. Ilmu Sosial Budaya & Dasar. Jakarta: Penerbit Prenada
Media Group.
Hadi, Amirul. 2010. Aceh, Sejarah, Budaya, dan Tradisi. Yayasan Pustaka Obor
Indonesia: Jakarta.
Harun, Mohd. 2009. Memahami Orang Aceh. Perdana Mulya Sarana: Medan.
Lauer, R.H. 2001. Perspektif tentang perubahan sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Kriyantono, 2007. Pengantar Publik Relations, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Rogers, M.Everett, 2003. Diffusion of Innovation 5th Edition,Free Press, New Yok
65
Sibarani, Robert 2012. Kearifan Lokal: Hakikat, Peran dan Metode Tradisi Lisan.
Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.
Internet
Elly M, Setiadi, Dkk. 2010. Ilmu Sosial Budaya & Dasar. Jakarta: Penerbit Prenada
Media Group.
Hadi, Amirul. 2010. Aceh, Sejarah, Budaya, dan Tradisi. Yayasan Pustaka Obor
Indonesia: Jakarta.
Harun, Mohd. 2009. Memahami Orang Aceh. Perdana Mulya Sarana: Medan.
Lauer, R.H. 2001. Perspektif tentang perubahan sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Kriyantono, 2007. Pengantar Publik Relations, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Roberston, Ronald, 1988. Agama Dalam Analisis dan Interprestasi sosiologi. Jakarta:
penerbit Rajawali.
Rogers, M.Everett, 2003. Diffusion of Innovation 5th Edition,Free Press, New Yok
Sibarani, Robert 2012. Kearifan Lokal: Hakikat, Peran dan Metode Tradisi Lisan.
Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.
Soerjono Soekanto, 2009. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Penerbit Rajawali Pers.
Wiettoler, 2007. Landasan keilmuan kearifan lokal ( IBDA). Purwokerto. Fajar Putra
Internet
Artikel Ilmiah.
http://sosbud.kompasiana.com/2012/01/25/tradisi-uroe-tulak-bala-di-aceh
433431.html/ Diakses pada tanggal 20 Januari 2014, jam 10: 45.
ArtikelIlmiah.(http://senjadirantau.
kompasiana..com/2011/10/tradisi-hindu-dalam-budaya-masyarakat.html/
Diakses pada tanggal 20 Januari 2014, jam 10: 50.