Anda di halaman 1dari 13

Ayu Andari Nainggolan1, Jekmen Sinulingga2, Asriaty R Purba3 Kompetensi

Universitas Balikpapan

SULANG-SULANG PAHOMPU ETNIK BATAK TOBA KAJIAN


ANTROPOLINGUISTIK
Ayu Andari Nainggolan1, Jekmen Sinulingga2, Asriaty R Purba3
Universitas Sumatera Utara1, Universitas Sumatera Utara2, Universitas Sumatera Utara3
pos-el: ayunainggolan737@gmail.com, jekmen@usu.ac.id, asriaty@usu.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Sulang-sulang Pahompu Etnik Batak Toba: Kajian Antropolinguistik.
Metode pengumpulan data yang digunakan ada 3 (tiga) yaitu metode observasi, metode
wawancara dan metode kepustakaan. Metode analisis data yang digunakan adalah metode
analisis kualitatif yang bersifat deskriptif. Lokasi pengambilan data untuk penelitian ini
terletak di desa Matiti I, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tahapan-tahapan yang terdapat dalam Sulang-
sulang Pahompu etnik Batak Toba, pesan yang terkandung di dalam Sulang-sulang Pahompu
etnik Batak Toba, beserta nilai yang terkandung dalam Sulang-sulang Pahompu etnik Batak
Toba. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori antropolinguistik oleh Duranti.
Hasil temuan yang penemuan ini ditemukan ada 12 tahapan. Fungsi yang terdapat dalam upacara
adat sulang-sulang pahompu yaitu fungsi asertif, fungsi direktif, fungsi ekspresif, fungsi
komisif dan fungsi deklaratif. Nilai terdapat dalam upacara adat sulang-sulang pahompu
antara lain nilai rasa syukur, Nilai pelestarian dan kreativitas budaya, Nilai gotong royong,
Nilai kesopansantunan, Nilai kerja keras, dan nilai pengelolaan gender.

Kata Kunci: Sulang-sulang Pahompu, Antropolinguistik.

ABSTRACT

This research is entitled Sulang-Sulang Pahompu Ethnic Toba Batak: Anthropology Study. There
are 3 (three) data collection methods used, namely the observation method, the interview method
and the library method. The data analysis method used is descriptive qualitative analysis method.
The location of data collection for this research is located in the village of Matiti I, Dolok Sanggul
District, Humbang Hasundutan Regency. The purpose of this study is to describe the stages
contained in the Toba Batak Ethnic Pahompu Sulangs, the messages contained in the Toba Batak
Ethnic Pahompu Sulangs, along with the values contained in the Toba Batak Ethnic Pahompu
Sulangs. The theory used in this research is the anthropolinguistic theory by Duranti. The findings
that this discovery found there are 12 stages. The functions contained in the traditional ceremony
of Sulang-Sulang Pahompu are assertive functions, directive functions, expressive functions,
commissive functions and declarative functions. The values contained in the traditional ceremony
of Sulang-Sulang Pahompu include the value of gratitude, the value of preservation and cultural
creativity, the value of mutual cooperation, the value of politeness, the value of hard work, and
the value of gender management.

Key words: Pahompu toasts, Anthropolinguistics.

1. PENDAHULUAN Dairi. Setiap etniknya juga memiliki


Sumatera utara merupakan salah ciri khas tersendiri. Mulai dari bahasa
satu dari 34 provinsi yang ada di yang di gunakan sampai kepada
Indonesia. Sumatera utara memiliki 5 kebudayaan dalam upacara adatnya.
sub etnik Batak yang terdiri dari Batak Alessandro Duranti (1997:27) dalam
Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, bukunya Linguistic Anthropology
Batak Mandailing dan Batak Pakpak/ mengatakan: “....mendeskripsikan suatu

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 69


Ayu Andari Nainggolan1, Jekmen Sinulingga2, Asriaty R Purba3 Kompetensi
Universitas Balikpapan

budaya itu sama halnya seperti Kebudayaan dalam setiap sub


mendeskripsikan suatu bahasa”. etnik ini juga beragam. Khususnya
Ada keunikan pada masyarakat Batak Toba adalah kebudayaan dalam
Batak yang mungkin tidak akan pernah menjalankan upacara adat. Upacara adat
dijumpai pada masyarakat lain dan ini pun beragam, misalnya upacara adat
merupakan falsafah turun temurun yaitu kelahiran, upacara adat pernikahan,
pembagian status masyarakat atas tiga serta upacara adat kematian. Namun, ada
golongan secara fungsional dan masih satu upacara adat yang tak kalah unik
tetap berjalan sampai sekarang ini pada yang terdapat pada suku Batak Toba
kelima sub-etnis masyarakat Batak yaitu upacara adat sulang-sulang
(Peraturen Suka Piring dan Jonson pahompu.
Pardosi 1990 : 16 (dalam skripsi Kardo Bahasa adalah sistem tanda sentral
sihite: 2016 )), pembagian status tersebut dalam kebudayaan. Melalui bahasa kita
adalah golongan sabutuha yaitu para dapat mengidentifikasi dan melihat
turunan lelaki dari satu leluhur atau lahir tanda-tanda kebudayaan sebuah
dari perut yang sama, golongan hula- masyarakat, sehingga bagi Ferdinand
hula yaitu pihak pemberi dara / gadis. De Saussure, filsuf bahasa asal Swiss
Dan yang terakhir adalah boru yaitu (26 November 1857 – 22 Februari
pihak yang memberi boru. Posisi/ 1913), mengatakan tidak ada yang
golongan itu pada setiap individu bisa dapat diketahui tentang dunia ini di
saja berubah posisi, tergantung pada luar bahasa (langage), (Dalam Felta
hubungannya dengan individu yang lain, Lafamane, Antropoli -pdf)
dan perubahan itu dimiliki semua Penelitian ini menggunakan teori
individu. antropolinguisik oleh Duranti. Dalam
Kebudayaan dan adat adalah saling teorinya, ia menjelaskan bahwa dalam
berhubungan satu sama lain. mengkaji suatu bahasa, kebudayaan,
Kebudayaan sesungguhnya ialah dan juga aspek-aspek lain kehidupan
keseluruhan dari sistem gagasan, manusia, pusat perhatian utama
tindakan, dan hasil kerja manusia antropolinguistik (Duranti : 1997
dalam rangka meningkatkan kehidupan (Dalam Sibarani, Pendekatan
masyarakat yang dijadikan milik Antropolinguistik Terhadap Kajian
manusia dengan belajar. Menurut Tradisi Lisan)) ditekankan pada tiga
Koentjaraningrat, 1990:180 (diambil topik penting ini, yakni performansi
dalam “Wacana Kebudayaan Tudak (performance), indeksikalitas
dalam ritual Penti pada kelompok etnik (indexicality), partisipasi (participation).
Manggarai di Flores Barat”, Secara umum pengertian dari
Fransiskus Bustan : 2004 ). Sedangkan upacara Sulang-sulang Pahompu ini
Ritonga (1997:5) (dalam skripsi Ronauli sendiri adalah pengukuhan upacara
Sinaga “Upacara adat Sulang-sulang pernikahan secara adat pada etnik
Pahompu etnik Simalungun kajian: Batak Toba. Hal yang membedakan
Semiotik), mengatakan bahwa pada upacara Sulang-sulang pahompu
prinsipnya adat merupakan kaidah atau dengan upacara adat pernikahan adalah
norma-norma yang digunakan untuk upacara Sulang-sulang Pahompu ini
menata dan memolakan prilaku manusia biasanya dilaksanakan setelah memiliki
dalam hidup bermasyarakat. Namun keturunan dan sebelumnya sudah
demikian ada kecenderungan dalam menikah secara agama. Sedangkan
masyarakat untuk memandang apa yang upacara adat pernikahan adalah
disebut adat itu adalah upacara yang upacara adat yang dilaksanakan secara
harus diselenggarakan untuk keperluan- keseluruhan, mulai
keperluan tertentu.

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 70


Ayu Andari Nainggolan1, Jekmen Sinulingga2, Asriaty R Purba3 Kompetensi
Universitas Balikpapan

dari tahap awal hingga akhir. wawancara. Cara ini adalah cara yang
Dalam upacara pernikahan itu ada efesien agar si penulis dan narasumber
beberapa tahap yang harus tidak terlalu membuang waktu dan
dilaksanakan.Faktor-faktor terjadinya yang ketiga adalah metode kepustakaan
adat pasahat sulang-sulang pahompu yaitu peneliti juga menggunakan
adalah karena faktor ekonomi dari metode dokumen tertulis. Dalam
pihak hasuhuton paranak yang metode ini, penulis mencari buku-buku
sebelumnya tidak mampu untuk pendukung yang berkaitan dengan
melaksanakan adat secara penuh, dan masalah penelitian.
juga faktor dari tidak direstui orang Instrumen Penelitian yang penulis
tua karena latar belakang keluarga gunakan adalah Lembar wawancara/
masing-masing dari pihak laki-laki dan pedoman wawancara, alat rekam (tape
pihak perempuan berbeda, selain itu recorder) yang digunakan untuk
adanya faktor kesepakatan antara mewawancarai informan, alat tulis dan
kedua belah pihak, yang setuju jika kertas, serta Kamera.
adat diundur karena suatu situasi yang Metode analisis data yang
kurang memungkinknguist suatu digunakan oleh penulis adalah
pengantar dikorvensian. Verifikasi data, data yang didapat
haruslah di verifikasi terlebih dahulu
2. METODE PENELITIAN Eliminasi data, data yang sudah
Metode yang penulis gunakan terkumpul harus di susun dan di pilah
dalam penelitian ini adalah penelitian secara teliti, supaya data yang di
kualitatif yang bersifat deskriptif, Hal perlukan dapat di simpan dan daya yang
ini dikuatkan dengan pernyataan dari tidak berguna dapat di singkirkan.
(Sibarani, 2014 : 279), menyatakan Mendeskripsikan data yang telah di
bahwa penelitian kualitatif adalah eliminasi.dan yang terakhir adalah
untuk mencari makna dan menggali Menarik kesimpulan.
nilai dari objek penelitiannya. Lokasi penelitian ini dilakukan di
Sumber Data Penelitian yang desa Matiti I, Kecamatan Dolok
digunakan meliputi sumber data Primer, Sanggul, Kabupaten Humbang
berupa orang/narasumber adalah tempat Hasundutan. Alasan penulis memilih
peneliti untuk bertanya mengenai objek lokasi penelitian ini adalah karena
yang sedang penulis teliti dan sumber Kabupaten Humbang Hasundutan
data Sekunder, adalah berupa jurnal, memiliki potensi yang baik untuk
buku, skripsi, tesis, desertasi, dokumen, dapat diteliti dalam hal kebudayaannya
warkat, keterangan arsip, pedoman, sendiri, penduduk aslinya adalah
surat keputusan (SK), dan sebagainya. mayoritas etnis Batak Toba dan masih
Metode pengumpulan data yang menjunjung tinggi unsur-unsur
penulis gunakan antara lain yaitu metode kebudayaan etnik Batak Toba. Di
observasi yang berarti peneliti akan daerah ini lebih khas, daerah tersebut
langsung pergi ke lapangan untuk juga masih sering melakukan upacara
melakukan pengamatan terhadap objek adat Sulang-sulang Pahompu, dan
penelitian, metode observasi digunakan masih banyak ditemukan tokoh-tokoh
oleh peneliti untuk mengamati adat sebagai informan, sehingga
berlangsungnya upacara Sulang-sulang mempermudah penulis dalam
pahompu tersebut, kedua metode pengumpulan data penelitian yang
wawancara, disini Peneliti akan sesuai dengan objek penelitian penulis.
menggunakan metode wawancara
dengan membawa beberapa pedoman
atau daftar pertanyaan untuk

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 71


Ayu Andari Nainggolan1, Jekmen Sinulingga2, Asriaty R Purba3 Kompetensi
Universitas Balikpapan

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tahapan Tudu-tudu sipanganon


a. Tahapan Dalam tahap menjelang waktunya
Berdasarkan hasil penelitian, maka makan bersama terlebih dahulu
ditemukan 12 tahapan yaitu: dilaksanakan pemberian tudu-tudu
Tahapan Marhusip sipanganon dalam tahap ini pihak
Marhusip adalah awal dari upacara hasuhuton paranak terlebih dahulu
sulang-sulang pahompu dilaksanakan. memberikan tudu-tudu sipanganon
Karena, acara tersebut haruslah kepada pihak parboru berupa juhutna
dibicarakan terlebih dahulu secara marsaudara/ pinahan lobu kepada pihak
kekeluargaan antar kedua belah pihak hasuhuton parboru (dalam skripsi Tio
keluarga. Upacara ini biasanya Sianturi “ Upacara adat Sulang-sulang
dilakukan pada pagi hari di rumah pihak Pahompu di desa Simatupang
parboru. Seperti dalam filosofi orang Kecamatan Muara kajian Tradisi
Batak biasanya yang menjalankan Lisan”).
acara ini adalah Suhut paranak dan Tujuannya untuk menunjukkan
suhut parboru. Pada dasarnya suhut keikhlasan hati dalam menjamu setiap
paranak mengutus utusannya untuk tamu undangan yang datang. Upacara
menemui pihak Suhut parboru. ini dilakukan di rumah pihak paranak
Tujuan diadakannya acara sesuai dengan kesepakatan yang telah
marhusip adalah untuk membahas ditentukan oleh kedua belah pihak. Yang
mengenai "manggarar adat na gok" mengikuti acara tersebut adalah pihak
yang ingin diberikan oleh Suhut paranak paranak dan pihak parboru serta dengan
kepada parboru. Setelah itu mereka akan dalihan na tolu.
membahas mengenai tempat acara Tahapan Dengke simudur-udur
dilangsungkannya, pada saat acara Pemberian dengke simudur-udur
marhusip belum terlalu menggunakan adalah acara balasan dari pihak parboru
adat, tetapi sebagai makhluk yang kepada pihak paranak dikarenakan telah
beradab biasanya pihak paranak akan menyediakan tudu-tudu sipanganon.
membawa beberapa oleh oleh berupa Dengke simudur-udur ini biasanya
"jagal" yang akan dimasak dan berupa ikan mas yang jumlahnya ganjil.
disajikan oleh pihak parboru untuk Acara ini dilakukan masih ditempat yang
makan bersama. Karena belum terlalu sama dengan acara pasahat tudu-tudu
berjalannya adat, maka posisi hula- sipanganon dilangsungkan yaitu di
hula, posisi dongan sabutuha rumah pihak paranak. Partisipannya
Tahapan Pasahat Situtungon juga masih sama yaitu pihak paranak
Tahapan Pasahat Situtungon dan juga pihak parboru serta dengan
adalah tahapan yang bertujuan untuk dalihan na tolu di kedua sisi.
mengantrakan sinamot dari pihak Tahapan Martonggo raja /
paranak kepada pihak parboru yang Papungu dongan
belum sempat diberikan pada saat Istilah martonggo raja ini pada desa
pernikahan di masa lalu. Tahapan ini Matiti I diganti dengan "Papungu
dilakukan setelah beberapa hari atau dongan tubu". Acara ini bertujuan
beberapa minggu setelah acara marhusip untuk merencanakan pelaksanaan adat
dilakukan, dan biasanya diadakan di sulang-sulang pahompu. Acara ini dapat
rumah pihak parboru. Yang dilakukan pada pagi hari atau siang
melaksanakan upacara ini masihlah hari, baik dikediaman pihak paranak
pihak paranak dan juga pihak parboru maupun pihak parboru, sesuai dengan
beserta hula-hulanya. kesepakatan. Semua yang hadir, suhut
paranak dan suhut parboru termasuk
dongan sahuta akan hadir dan

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 72


Ayu Andari Nainggolan1, Jekmen Sinulingga2, Asriaty R Purba3 Kompetensi
Universitas Balikpapan

membicarakan acara utama dari undangan lainnya seperti dongan sahuta


sulang-sulang pahompu tersebut. dan (teman sekampung) dan teman
tugas ini akan diserahkan kepada sepermainan kedua pengantin.
dongan tubu dan parboru, dikarenakan Tahapan Pemberian Boras sipir
pada daerah Matiti 1 tidak memiliki ni Tondi
STM (Serikat tolong-menolong), maka Setelah acara panomu-nomuon
semua tugas akan diserahkan kepada selesai maka, acara selanjutnya adalah
dongan tubu dan juga boru. Suhut paranak menyediakan piring
Tahapan Acara kebaktian (Tinggan panungkunan) yang berisi
singkat boras pir (beras), nampuran tiar (daun
Acara kebaktian singkat adalah sirih), ringgit sitio suara (uang)dengan
acara yang dilaksanakan sebagai bentuk jumlah sesuai dengan kesepakatan.
taat akan Tuhan sebagai umat Piring yang digunakan biasanya
beragama, acara kebaktian pernikahan berwarna putih yang bermakna
berbeda dengan acara kebaktian pada ketulusan dan keikhlasan.
upacara adat sulang-sulang pahompu, Makna Boras sipir ni tondi sendiri
pada acara pernikahan biasanya berarti memberikan doa yang diiringi
diwajibkan untuk ke gereja namun dengan umpasa yang diberikan suhut
pada saat upacara adat Sulang-sulang parboru kepada suhut paranak. Lokasi
pahompu ini tidak diwajibkan, hanya acara ini berada sama seperti acara
di dalam rumah suhut paranak atau panomu-nomuon berlangsung yaitu di
suhut parboru, sesuai kesepakatan. depan rumah suhut paranak. Yang
Kebaktian singkat ini bertujuan menghadiri acara ini adalah suhut
untuk mengucapkan ucapan syukur paranak beserta rombongannya dan
kepada Tuhan yang atas berkat-Nya mau suhut parboru beserta rombongannya,
untuk melancarkan acara tersebut. serta tamu undangan lainnya seperti
Acara kebaktian singkat ini diserahkan dongan sahuta (teman sekampung) dan
kepada pihak gerejawi seperti pendeta, teman sepermainan kedua pengantin.
penatua dan lain-lain. Dan hanya Tahapan Pemberian Batu
dihadiri oleh pihak keluarga suhut Tulang/tintin marangkup.
paranak dan parboru saja, tamu Acara ini adalah acara yang
undangan belum dilibatkan. bertujuan untuk menyerahkan mahar
Tahapan Panomu-nomuon atau atau sinamot yang diberikan oleh
menyambut para undangan paranak kepada parboru dengan maksud
Tahapan ini adalah tahapan untuk untuk “manggarar adat na gok”. Yang
menerima tamu, baik tamu dari pihak menghadiri acara ini biasanya adalah
paranak maupun tamu dari pihak suhut paranak dan rombongan, suhut
parboru. Sesuai kesepakatan mengenai parboru dan rombongannya dan juga
lokasi diadakannya acara sulang Sulang pihak gerejawi.
pahompu maka, pihak dari suhut Acara ini dilakukan masih di depan
tersebut lah yang akan menyambut rumah suhut paranak. Biasanya besaran
tamu yang berdatangan (jika sinamot ini sudah di tentukan
kesepakatan berada di pihak paranak besarannya pada saat melakukan acara
maka, suhut paranaklah yang akan pasahat situtungon. Uang ini
menyambut tamu tersebu. Begitu pula diserahkan oleh pihak paranak kepada
sebaliknya sesuai kesepakatan kedua pihak parboru, uang tersebut akan
belah pihak). Yang menghadiri acara ini diberikan melalui ulos atau (seka-seka)
adalah suhut paranak beserta dan yang menerima akan diwakili oleh
rombongannya dan suhut parboru parsinabung pihak parboru. Posisi saat
beserta rombongannya, serta tamu memberikan tintin marangkup adalah

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 73


Ayu Andari Nainggolan1, Jekmen Sinulingga2, Asriaty R Purba3 Kompetensi
Universitas Balikpapan

suhut paranak berhadap-hadapan olop ini berfungsi atau bermakna


dengan suhut parboru. Lalu, suhut sebagai pengesahan yang disaksikan
parboru akan menyerahkannya kepada secara langsung oleh tetua-tetua adat,
tulang dari pihak laki-laki. undangan dan lain-lain. Tetua adat dari
Tahapan Pemberian Ulos pihak yang melaksanakanlah yang
Pemberian ulos namartohonan berhak menerima olop-olop ini. Acara
adalah upacara adat yang dilakukan ini dilaksanakan di depan rumah suhut
sebagai balasan dari batu Sulang, berarti paranak. Yang menghadiri acara ini
yang memberiakan ulos ini adalah pihak adalah suhut paranak beserta
parboru kepada pihak paranak. Yang rombongannya dan suhut parboru
menghadiri acara ini biasanya adalah beserta rombongannya, serta tamu
suhut paranak dan rombongan, suhut undangan lainnya seperti dongan sahuta
parboru dan rombongannya dan juga (teman sekampung) dan teman
pihak gerejawi. sepermainan kedua pengantin.
Acara ini dilakukan masih di depan b. Fungsi Tindak Tutur
rumah suhut paranak. Tetapi, sebelum Tindak tutur asertif
pemberian ulos namartohonan pada Tindak tutur asertif menurut
daerah Matiti 1, masih diadakan Searle (Jumadi, 2010:66) (Dalam, Lita
pemberian ulos na so ra buruk, ini Luthfiyanti “jenis dan tindak tutur guru
adalah sesuatu yang diminta langsung dan siswa dalam proses belajar-
oleh pihak parboru ini bukanlah ulos mengajar di TKIT-UKHUWAH
yang berupa uang, melainkan seperti Banjarmasin”-pdf), mengatakan bahwa
berupa tanah, rumah dan lain ini berfungsi untuk memberitahu
sebagainya. orang-orang mengenai sesuatu hal.
Tahapan Pemberian Tumpak Yang termasuk tindak tutur jenis ini
Pemberian tumpak adalah acara adalah tuturan (1). menyatakan, (2).
yang paling dinanti-nantikan oleh kedua menuntut, (3). mengakui, (4).
pengantin, dikarenakan acara ini adalah menunjukkan. (5). melaporkan, (6).
acara pemberian kado berupa uang dan memberikan kesaksian, (7).
juga barang-barang. Ini biasanya menyebutkan, (8). berspekulasi.
didapat dari undangan-undangan yang Contoh tindak tutur asertif adalah
hadir dari pihak paranak serta pihak sebagai berikut: Batu sulang/ tintin
parboru, tepapi biasanya hasilnya akan marangkup Ini bertujuan untuk
menjadi milik Suhut (habolahon hamak) melunasi sinamot yang kurang, dan
paranak. akan diberikan kepada tulang dari
Sedangkan, tumpak untuk pihak pihak suhut paranak (tulang si jalo
parboru akan diberikan langsung tintin marangkup) Indeksikalitas:
kepada pihak paranak. Acara ini Balasan dari Tulang si jalo tintin
dilaksanakan di depan rumah suhut marangkup : " Nunga hu jalo hami ma
paranak. Yang menghadiri acara ini lehon-lehonan muna on angka suhut
adalah suhut paranak beserta parboru tu hami tulang si jalo tintin
rombongannya dan suhut parboru marangkup Lam tu na denggan na ma
beserta rombongannya, serta tamu sude hangoluan na ni hita saluhutma,
undangan lainnya seperti dongan sahuta tarlumobi hamuna boruku dohot bereku,
(teman sekampung) dan teman songon adong didok, Bintang na rumiris
sepermainan kedua pengantin. ma, ombun na sumorop Anak pe di hmu
Tahapan Olop-olop riris, boru pe tung torop" Arti: “Sudah
Olop-olop merupakan acara paling ku terimalah uang ini sebagai
akhir pada saat melaksanakan upacara pemberian kalian suhut paranak
adat sulang-sulang pahompu, olop- kepada kami tulang si jalo tintin

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 74


Ayu Andari Nainggolan1, Jekmen Sinulingga2, Asriaty R Purba3 Kompetensi
Universitas Balikpapan

marangkup, semakin berjayalah hidup hula kami maupun semua orang yang
kita kedepannya seperti ada yang ada supaya masuk ke dalam ruangan
tersurat sebagai ganti doa, baik laki-laki sesuai urutannya masing-masing.”
maupun perempuan keturunanmu, Berdasarkan data nomor 1, tuturan ini di
semoga anak-anak itu menjadi berkat ucapkan oleh raja parhata kepada semua
bagi kedua orang tuanya.” Berdasarkan tamu undangan, dalam tahapan panomu-
data nomor 6, tuturan ini di ucapkan nomuon, yaitu terdapat pesan
tulang si jalo tintin marangkup (tulang “meminta”, ditandai dengan kata
dari pihak paranak) kepada suhut “mangido (meminta)”. Status sosial
parboru dalam tahapan pemberian batu yang “meminta” itu adalah raja parhata
sulang/ tintin marangkup , yaitu terdapat kepada seluruh tamu undangan. Isi
pesan “memberikan kesaksian”, ditandai pesannya adalah meminta agar peserta
dengan kalimat “Nunga hu jalo hami atau seluruh hadirin yang datang untuk
ma (Sudah ku terimalah)”. Status mengambil posisi yang telah disediakan
sosial yang memberikan kesaksian itu menurut status sosialnya, agar dapat
adalah tulang si jalo tintin marangkup memulai acara selanjutnya. Dibuktikan
kepada suhut parboru. Isi pesannya dengan leksikon “asa ro ma hita
adalah memberi kesaksian kepada semua (supaya masuk ke dalam
orang yang hadir, jikalau tulang si jalo keruangan)”.
tintin marangkup telah menerima batu Fungsi Tindak Tutur Ekspresif
sulang dari pihak parboru. Tindak tutur ekspresif menurut
Fungsi Tindak Tutur Direktif Searle (Jumadi, 2010:66) (Dalam, Lita
Tidak tutur direktif menurut Searle Luthfiyanti “jenis dan tindak tutur guru
(Chaer, 2010: 29) (Dalam, Lita dan siswa dalam proses belajar-
Luthfiyanti “jenis dan tindak tutur guru mengajar di TKIT-UKHUWAH
dan siswa dalam proses belajar- Banjarmasin”-pdf) menyatakan bahwa
mengajar di TKIT-UKHUWAH dalam tindak tutur ekspresif tidak ada
Banjarmasin”-pdf), menyatakan ini arah kesesuaian. Maksudnya pada saat
dilakukan oleh penutur dengan maksud melangsungkan suatu bentuk ekspresif,
agar lawan tutur melakukan tindakan penutur tersebut tidak berusaha untuk
yang disebutkan di dalam tuturan mendapatkan suatu dunia yang sesuai
tersebut. Yang termasuk ke dalam dengan kata-kata ataupun sebaliknya,
tindak tutur jenis ini antara lain tetapi memiliki anggapan adanya
tuturan (1). meminta, (2). mengajak, sebuah proposisi yang dapat di
(3). memaksa, (4). menyarankan, (5). ekspresikan. Yang disebutkan dalam
mendesak, (6). menyuruh, (7). menagih, tuturan itu, meliputi tuturan (1).
(8). memerintah, (9). mendesak, (10). mengucapkan terimakasih, (2).
memohon, (11). menantang, (12). mengeluh, (3). mengucapkan selamat,
memberi aba-aba. (4). menyanjung, (5). memuji, (6).
Contoh tindak tutur direktif adalah meyalahkan, dan (7). mengkritik.
sebagai berikut: Panomu-nomuon Ini Contoh tindak tutur ekspresif adalah
bertujuan untuk menyembut tamu yang sebagai berikut: Pemberian Boras
hadir baik dari pihak paranak maupun Sipir Ni Tondi Ini bertujuan
pihak parboru. Indeksikalitas: “ Dison sebagai pemberkatan dan doa dari
do hami mangido tu hamu angka hula-hula kepada yang menjalankan
sudena hula-hula nami manang sudena sulang-sulang pahompu. Indeksikalitas:
na ro manggokhon dohot jou-jou nami, " Mauliate ma di sungkun-sungkun ni da
asa ro ma hita marjojor songon na ni tulang, tangkas ma di jugulhon tangkas
urutan na masing-masing” Arti: “Disini ma dijongkola, tangkas do tulang
kami meminta kepada semua hula- manungkun, Dengan ma hami marboa-

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 75


Ayu Andari Nainggolan1, Jekmen Sinulingga2, Asriaty R Purba3 Kompetensi
Universitas Balikpapan

boaIa boa-boa. Na dibagasan tingki on pemberian boras sipir ni tondi, yaitu


di parsaoranta, boa-boa panggabean terdapat pesan “mengucapka terima
ma parhorasan . Ala dia ma kasih”, ditandai dengan kata “mauliate
sitangkasna, dia ma na didokna. Ia (terimakasih)”. Status sosial yang
hami di tingki na naung salpudang “mengucapkan terimakasih” itu adalah
adong dope dipatupa hamii suhut paranak kepada suhut parboru.
panggararan adat na gok, on ma di ari Isi pesannya adalah suhut paranak
nauli, di ari na denggan on, lao mengucapkan rasa terimakasihnya
pasahathon Sulang-sulang pahompu ma kepada suhut parboru atas pertanyaan
tu hamu saluhutna hula-hula nami, yang di lontarkan, dan suhut paranak
Tulang nami sude manang undangan berharap agar upacara adat ini dapat
dohot rombongan ni datulang. Alani i, berjalan lancar tanpa adanya halangan.
asa martangiang do da tulang di hami Fungsi Tindak Tutur Komisif
saluhutna, asa dipasu-pasu Tuhan ma na (Dalam, Lita Luthfiyanti “jenis dan
ni ula hami, jala denggan ma tindak tutur guru dan siswa dalam proses
tangianghon i angka adat nauli na belajar- mengajar di TKIT-UKHUWAH
denggan na hupasahat hami tu hamuna, Banjarmasin”-pdf), tindak tutur komisif
asa gabe hami maranak manag menurut Searle, menyatakan jenis
marboru, jala sude angka pahompu tindak tutur ini digunakan oleh penutur
muna on dapothon angka padan na untuk mengikat dinya sendiri agar mau
lomak, dohot angka pansarian na tama berkomitmen dan melakukan tindakan
tu bisukna, tu malo na, ima tangianghon tertentu pada masa yang akan datang,
da tulan, ima boa-boa na" Arti: seperti (1). berjanji, (2). bernazar, (3).
“Terimakasih atas pertanyaan tulang, bersumpah, dan (4). ancaman.
sangat baik pertanyaan yang telah Contoh tindak tutur komistif adalah
tulang lontarkan, baik jugalah jawaban sebagai berikut: Pemberian Ulos Ini
yang akan kami sampaikan. Semua juga berfungsi sebagai balasan atas
yang ada pada saat yang berbahagia ini, pemberian batu sulang yang diberikan
seperti apa yang dikatakan dan suhut paranak kepada suhut parboru.
diinginkan. Disini kami datang kesini Indeksikalitas: "Molo i do sipangidoan
untuk membayar penuh adat muna, adong do annon tingki na Boru
pengukuhan pernikahan, di hari yang nami dohot ibotona, rap ma nasida
indah dan dihari yang baik ini, kami annon do sada tingki pasahathon nami
berniat untuk melangsungkan upacara do annon songon siingothon ni boru
sulang-sulang pahompu kepada kalian nami tu iboto na, songon na nunga hita
hula-hula kami, Tulang bahkan semua padanhon". Arti: “Jika itu yang kalian
tamu undangan yang hadir saat ini. inginkan, akan ada saatnya putri kami
Karena itu berdoalah Tulang untuk dan saudara-saudaranya, nanti akan
kami semuanya, Supaya semua yang kami berikan semua sesuai dengan
dilaksanakan hari ini berjalan lancar keinginan kalian sebagai kenang-
hingga akhir. Berikanlah doa yang kenangan, seperti yang sudah kita
terbaik bagi kelangsungan adat ini, janjikan.” Berdasarkan data nomor 1,
supaya beranak-anak dan memiliki tuturan ini di ucapkan oleh oleh hula-
putri yang baik dan luhurlah kami hula suhut paranak kepada saudara dari
semua ini, dan agar semua pencaharian pengantin suhut parboru, dalam tahapan
lancar dan berbuah manis. Ituah berita pemberian ulos, yaitu terdapat pesan
yang ingin kami sampaikan.” “berjanji”, ditandai dengan kata
Berdasarkan data nomor 1, tuturan ini di “padanhon (janjikan)”. Status sosial
ucapkan oleh oleh suhut paranak kepada yang “berjanji” itu adalah hula-hula
suhut parboru, dalam tahapan suhut paranak kepada saudara dari

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 76


Ayu Andari Nainggolan1, Jekmen Sinulingga2, Asriaty R Purba3 Kompetensi
Universitas Balikpapan

pengantin suhut parboru. Isi pesannya hula-hula Nami" Arti: “Kalianlah hula-
adalah hula-hula suhut paranak hula yang kami segani, Disini kami
memberikan janji kepada saudara dari datang kehadapan kalian suhut parboru
pengantin suhut parboru untuk untuk menyampaikan niat kami, yaitu
memberikan ulos na so ra buruk (berupa mengadakan adat sulang-sulang
rumah, tanah dan klain sebagainya) pahompu. Pertama-tama kami ingin
kepada mereka, dan hula-hula dari suhut mengucapkan permintaan maaf kepada
paranak tersebut akan menepati janjinya hula-hula kami, karena tidak dapat
setelah upacara adat sulang-sulang membayar adat pada saat hari
pahompu itu selesai. pernikahan pada saat itu. Jadi kami disini
Fungsi Tindak Tutur Deklaratif mengajak para hula-hula kami untuk
Tindak tutur deklaratif menurut mendiskusikannya. Supaya senanglah
Searle (Chaer, 2010:30) (Dalam, Lita hati hula-hula kami, sehinga kami dapat
Luthfiyanti “jenis dan tindak tutur guru menyampaikannya kepada hula-hula
dan siswa dalam proses belajar- kami.” Berdasarkan data nomor 5,
mengajar di TKIT-UKHUWAH tuturan ini di ucapkan oleh oleh suhut
Banjarmasin”-pdf), memaparkan bahwa paranak kepada suhut parboru, dalam
tindak tuturan ini merupakan tindak tahapan marhusip, yaitu terdapat pesan
tutur yang dilakukan oleh si penutur “memberikan informasi”, ditandai
untuk menghasilkan suatu hal berupa dengan kata “mambaritahon
status, keadaan dan sebagainya. Tindak (menyampaikan)”. Status sosial yang
tutur deklaratif meliputi (1). “menyampaikan informasi” itu adalah
mengundurkan diri, (2). memberi suhut paranak kepada suhut parboru.
nama, (3). mengangkat (pegawai), (4). Isi pesannya adalah suhut paranak
Memecat, (5) menyampaikan informasi datang untuk menyampaikan niat
dan sebagainya. mereka untuk melaksanakan upacara
Contoh tindak tutur deklaratif sulang-sulang pahompu kepada suhut
adalah sebagai berikut: Marhusip parboru.
Acara ini adalah acara untuk c. Nilai yang Terdapat pada
menyampaikan maksud dan tujuan Upacara Adat Sulang-Sulang
untuk melaksanakan Sulang-sulang Pahompu.
pahompu. Hal-hal yang biasanya Nilai-nilai yang terdapat dalam
dibicarakan dalam acara marhusip ini upacara adat pasahat sulang-sulang
biasanya adalah membahas mengenai pahompu:
manggarar adat na gok yang diberikan Nilai rasa syukur
oleh suhut paranak kepada suhut Domain kelahiran, pernikahan, dan
parboru. Indeksikalitas: "Hamu do kematian bagi masyarakan Batak Toba
hula-hula nami songon habiaron ni merupakan ekspresi rasa syukur kepada
suhut hami Dison ro do hami tu hadopan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam konteks
muna hula-hula nami suhut parboru, ideologi, diyakini bahwa kelahiran,
naeng mambaritahon angka na olo pernikahan bahkan kematian terjadi atas
sibahenon hami tu hamuna, ima sulang- kehendak Tuhan Yang Maha Esa. ( Tesis
sulang pahompu Parjolo sahali Maslan Sihombing “Performansi
mangido maap ma hami tu hamu, alana pemberian makanan tradisional pada
dang boi hami manggarar adat di ari upacara adat Batak Toba hal” hal 115).
pesta na salpu i. Jadi , dison ma hami Pihak parsinabung parboru akan
naeng mambahas i rap dohot hula-hula mengucapkan rangkaian doa seperti: "
nami suhut parboru Asa dos ma rohani Tangki jala walang, galinggang ma jala
hula-hula hami mangolopi hami garege Tubu ma anakmu na, partahi
Hupasahat hami ma on tu hamu angka jala ulu balang, boru muna parimas jala

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 77


Ayu Andari Nainggolan1, Jekmen Sinulingga2, Asriaty R Purba3 Kompetensi
Universitas Balikpapan

pareme Mauliate ma tu Ama Debata masing-masing” Arti: “Disini kami


Dipasu-pasu Tuhan ma na ni ula tangan meminta kepada semua hula-hula
mu na, di huta manang na di balian kami maupun semua orang yang ada
Horas jolma manggohi partiga-tiga, supaya masuk kedalam ruangan sesuai
Debata ma manggohi hita saluhutna" urutannya masing-masing”. Protokol
Arti: “Seperti doa yang selalu yang digunakan saat saling
dipajatkan, semoga anak kalian menjadi berhadapan: "pir ma pongki, bahul-
anak yang baik dan bijak dan putri kalian bahul ma pasolongan pir ma tondi
yang rajin dan cantik. muna, sai burju-burju ma dalani angka
Terimakasih kami sampaikan pamsamotan" Protokol/ Sapaan salam
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Umpasa: "Eme si tamba tua ,
Diberkati Tuhanlah apa pun yang parlinggoman ni siborok Debata o na
kalian pekerjakan, baik di rumah martua, luhut ma hita diparorot"
maupun di ladang. Diberkatilah mereka "Sahat-sahat ni solu, sahat ma tu
yang juga berjualan. Tuhanlah yang bontean Nunga sahat ma hami ni
memberkati kita semuanya.” gonghon dohot jou-jou muna, di
Berdasarkan tuturan ini di ucapkan oleh haroroan hami mardongan hahipason
oleh parsinabung parboru kepada dohot siar nang paleleng muna Leleng
pengantin, dalam tahapan Pemberian ma hita mangolu, sahat ma tu
Boras sipir ni Tondi, yaitu terdapat nilai panggabean". Arti: Mendoakan agar
“rasa syukur”, ditandai dengan kalimat semuanya yang menjadi undangan dan
“Mauliate ma tu Ama Debata yang telah mengundang dalam keadaan
(Terimakasih kami sampaikan sehat dan tidak kekurangan apapun. Ini
kepada Tuhan Yang Maha Esa.)”. juga menjadi ganti doa agar hidup
Status sosial “rasa syukur” itu adalah semua orang diperpanjang oleh Tuhan
parsinabung suhut parboru kepada dan mendapati hidup yang indah serta
pengantin. Isi nilainya adalah cerah. Berdasarkan dari alat musik
parsinabung suhut parboru yang digunakan untuk menghasilkan
menghantarkan rasa syukur sekaligus simfoni atau alunan musik yang bisa
doa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk dinikmati oleh semua orang yang
mengaruniakan segala yang terbaik mendengarkan beserta protokol
kepada kedua pengantin, baik dalam percakapan dan umpasa yang digunakan,
pekerjaan sampai kepada keturunan. ini dapat menarik keingintahuan para
Nilai Pelestarian dan Kreatifitas tamu yang hadir, dikarenakan hal ini
Budaya dapat ditunjukkan dan dipertontonkan
Acara upacara adat sulang-sulang kepada khalayak ramai. Musik Batak
pahompu merupakan upacara yang yang menjadi ciri khas pada saat
dilakukan secara nyata, maksudnya upacara diadakan dari awal hingga
acara ini dilaksanakan haruslah akhir dan juga teks umpasa dan
memiliki tatanan acara, orang-orang umpama yang saling bersaut-sautan.
yang terlibat serta tempat yang memadai. Upacara adat sulang-sulang pahompu
Ini seperti sebuah pertunjukan/ biasanya menggunakan umpama dan
performansi yang dapat ditonton dan umpasa sebagai ganti doa dan ganti
kita diamati layaknya pertunjukan seni. perumpamaan. Pergantian musik serta
Protokol yang digunakan saat pergantian umpasa ini dapat kita amati
pemanggilan tamu: “Dison do hami keberlanjutannya selama acara
mangido tu hamu angka sudena hula- berlanjut. Upacara adat pasahat sulang-
hula nami manang sudena na ro sulang pahompu pada saat pihak
manggokhon dohot jou-jou nami, asa ro paranak dan pihak parboru saling
ma hita marjojor songon na ni urutan na berinteraksi saat pemberian pemberian

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 78


Ayu Andari Nainggolan1, Jekmen Sinulingga2, Asriaty R Purba3 Kompetensi
Universitas Balikpapan

tudu tudu sipanganon, pemberian selalu senanglah kalian semua raja dan
dengke saur, pembagian jambar, teman-teman kami. Hanya itu yang
pemberian ulos, dan penyerahan batu ingin kami sampaikan kepada kita
sulang. Semua tatanan acara serta semuanya.” Berdasarkan tuturan ini di
musik ini adalah suatu peristiwa yang ucapkan oleh oleh perwakilan suhut
dapat diamati dan dipertunjukan paranak kepada tamu yang hadir, dalam
kepada khalayak ramai. tahapan martonggo raja/papungu
Nilai gotong royong. dongan, yaitu terdapat nilai “gotong
Pada masyarakat Batak Toba ada royong”, ditandai dengan kata
istilah marsiurupan atau bisa jufga “marsiurup-urupan (saling bahu
disebut ‘saling membantu’. membahu)”. Status sosial “gotong
Marsiurupan ini merupakan bentuk royong” itu adalah perwakilan suhut
wujud gotong royong. Tidak saja paranak kepada tamu yang hadir. Isi
ketiga unsur dalam dalihan na tolu nilainya adalah perwakilan suhut
yaitu hula-hula, dongan tubu, dan paranak meminta bantuan dan mengajak
boru yang menunjukkan sikap gotong para hadirin seperti suhut paranak, suhut
royong, tetapi juga para tetangga dan parboru serta dongan tubu untuk mau
komunitas marga. Protokol saat acara saling bahu membahu.
martonggo raja/papungu dongan Nilai kesopansantunan
dilaksanakan: “Dihamu sude angka raja Kesopansantunan sangatlah
nami nang pe angka saluhut dongan na penting bagi kehidupan bermasyarakat
olo ro manjanghon jou-jou nami terlebih masyarakat Batak Toba yang
sadarion, mandok mauliate ma hami tu sudah menjadi bagian dari kepribadian.
hamuna saluhut na. Dison songon na Salah satu prinsip hidup orang Batak
nunga hita imboto, asa tabagi ma tugas Toba terdapat dalam ungkapan berupa
ni sada-sada hita, lumobi diangka boru pantun hangoluan, tois hamagoan
dohot dongan tubu nami. Hami suhut ‘sopan santun sumber adalah
paranak nang pe suhut parboru mangido kehidupan, kesombongan adalah
tu hamu sudena asa olo mangalehon sumber kehancuran’. Protokol dari
roha dohot gogo muna, sai marsiurup- suhut parboru saat penerimaan ulos si
urupan ma hita tu mandalanhon acara torop rambu: "Sebelum dilehon hamu
adat sulang-sulang pahompu on Horas ulos na si torop rambu i, tulang. Di dok
jala gabe ma dihamu sude na,angka raja boru muna adong do sipangidoan boru
nami dohot dongan nami, Holan i do na muna di hami ulos na so ra buruk
olo pinasahat hami, tu hamu saluhut siingothon hami, dingolu nami Ala hu
na.” Arti: “Bagi kalian semua raja kami boto hami, raja do hamu, si pungka tano
dan juga teman sekampung yang manang si pungka Adat" Arti: “Sebelum
berkenan datang ketempat ini dan tulang dan rombongan ingin
memenuhi undangan kami, kami ingin memberikan ulos si torop rambu,
mengucapkan terima kasih kepada seperti permintaan putri/boru kita
semuanya. Disini ada baiknya jika kita bahwa ada baiknya jika tulang dan
membagi tugas kita masing-masing, rombongan juga memberikan ulos na
terlebih boru dan juga dongan tubu. sora buruk untuk kenang-kenangan
Kami dari suhut paranak dan suhut bagi kami. Karena kami tahu bahwa
parboru meminta kepada kalian semua kalianlah raja acara yang berhak untuk
untuk mau memberikan hati dan juga membuka adat dan sebagainya.”
kekuatan kalian, saling bahu Berdasarkan tuturan ini di ucapkan oleh
membahulah kita semua demi oleh suhut parbaru kepada hula-hula
berlangsungnya acara adat sulang- suhut paranak, dalam tahapan
sulang pahompu ini Semoga sehat dan pemberian ulos, yaitu terdapat nilai

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 79


Ayu Andari Nainggolan1, Jekmen Sinulingga2, Asriaty R Purba3 Kompetensi
Universitas Balikpapan

“kesopansantunan” ditandai dengan “bias gender” itu adalah suhut paranak


kalimat “raja do hamu (kalianlah kepada hula-hula suhut parboru. Isi
raja)”. Status sosial “kesopansantunan” nilainya adalah hula-hula adalah orang
itu adalah perwakilan suhut parboru yang paling dihargai adat Batak. Hula-
kepada hula-hula suhut paranak. Isi hula ini biasanya berkelamin laki-laki.
nilainya adalah suhut parboru selalu
mengucapkan panggilan yang sopan 4. KESIMPULAN
kepada hula-hula setiap kali ingin Berdasarkan analisis tersebut, maka
mengucapkan atau menyampaikan upacara Sulang-sulang pahompu
sesuatu. memiliki tahap-tahapan seperti berikut
Nilai Bias gender (1). Marhusip-husip, (2) Pasahat
Pelaksanaan upacara adat sulang- situtungon (3) Pemberian tudu-tudu
sulang pahompu ini melibatkan laki-laki sipanganon oleh paranak, (4)
maupun perempuan dalam Pemberian dengke saur oleh parboru,
pelaksanaannya. Protokol saat (5) Martonggo raja/ papungu dongan,
pemberian tudu-tudu sipanganon: " (6) Acara kebaktian singkat, (7) Acara
Hamu do hula-hula nami songon panomu-nomuon, (8) Pemberian boras
habiaron ni suhut hami Dison hu sipir ni tondi, (9) Penyerahan batu
patumpa hami songon tudu tudu sulang, (10) Pemberian ulos oleh
sipanganon Asa dos ma rohani hula- parboru, (11) Pemberian tumpak, dan
hula hami mangolopi hami Hupasahat (12) Acara olop-olop/penutup acara
Hami Ma on tu hamu adopan hula-hula Fungsi tindak tutur pada tahapan-
Nami" Arti: “Kalianlah hula-hula tahapan (a). Marhusip-husip adalah
yang kami segani, disini kami fungsi deklaratif(b). Tahapan Pasahat
menyediakan tudu-tudu sipanganon, Situtungon berfungsi asertif , ini terbagi
supaya senanglah hati hula-hula kami 2 yaitu (1) Pemberian Tudu-tudu
dalam mendoakan kami.” Potokol saat Sipanganon oleh paranak berfungsi
pemberian ulos si torop rambu: ekpresif dan (2) Pemberian Dengke
"Sebelum dilehon hamu ulos na si torop saur oleh parboru. berfungsi ekspresif.
rambu i, tulang. Di dok boru muna (c). Tahapan Martonggo raja/ papungu
adong do sipangidoan boru muna di dongan berfungsi deklaratif dan
hami ulos na so ra buruk siingothon direktif. (d).
hami, dingolu nami Ala hu boto hami, Tahapan pelaksanaan hari-H
raja do hamu, si pungka tano manang si upacara Sulang-sulang pahompu yang
pungka Adat" Arti: “Sebelum tulang meliputi (1) Acara kebaktian singkat
dan rombongan ingin memberikan ulos berfungsi ekpresif, (2) Acara panomu-
si torop rambu, seperti permintaan nomuon berfungsi direktif, (3)
putri/boru kita bahwa ada baiknya jika Pemberian boras sipir ni tondi
tulang dan rombongan juga berfungsi ekspresif dan direktif (4)
memberikan ulos na sora buruk untuk Penyerahan batu sulang berfungsi
kenang-kenangan bagi kami. Karena asertif, (5) Pemberian ulos oleh
kami tahu bahwa kalianlah raja yang parboru berfungsi direktif dan
berhak untuk membuka adat dan komisif, (6) Pemberian tumpak
sebagainya.” Berdasarkan tuturan di atas berfungsi ekspresif, dan (7) Acara
yang ucapkan oleh suhut paranak olop-olop/penutup acara berfungsi
kepada hula-hula suhut parboru, dalam sebagai direktif.
tahapan pemberian tudu-tudu Serta Nilai-nilai kearifan lokal
sipanganon, yaitu terdapat nilai “bias yang terdapat dalam upacara adat
gender” ditandai dengan kalimat “raja pasahat sulang-sulang pahompu yaitu:
do hamu (kalianlah raja)”. Status sosial (1). Nilai rasa syukur, (2). Nilai

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 80


Ayu Andari Nainggolan1, Jekmen Sinulingga2, Asriaty R Purba3 Kompetensi
Universitas Balikpapan

pelestarian dan kreativitas budaya, (3) diTKIT UKHUWAH


Nilai gotong royong, (4). Nilai Banjarmasin. Diakses 22
kesopansantunan, (5). Nilai kerja november 2021 Jam 13.00 WIB.
keras, (6). Pengelolaan gender. Batak, Universitas Sumatera
Hasil penelitian ini doharapkan Utara, Medan.
dimanfaatkan generasi muda terutama Sianturi, Tio. 2021. Upacara adat
generasi muda Batak, haruslah mau Sulang-sulang Pahompu di desa
menjaga dan melestarikan warisan- Simatupang, Kecamatan Muara.
warisan budaya dengan cara Kajian: Tradisi Lisan. Skripsi.
mempelajarinya dan menerapkannya Fakultas Ilmu Budaya, Sastra
pada kehidupan masing-masing agar Batak, Universitas Sumatera
warisan yang berupa adat istiadat ini Utara, Medan.
selalu ada dan terjaga hingga ke Sibarani. 2004. Antropolinguistik.
generasi berikutnya. Medan: Penerbit Poda. Sibarani.
Budaya-budaya yang ada di 2020. “ Kearifan Lokal ”. Jakarta:
Indonesia sangatlah beragam dan Penerbit Asoaiasi Tradisi Lisan
budaya Batak menjadi salah satunya, (ATL). Sibarani. “Pendekatan
dan ini diharapakan supaya pemerintah Antropolinguistik Terhadap
setempat mau untuk melestarikan dan Kajian tradisi lisan
mengembangkannya menjadi suatu ”http://ejournal.warmadewa.ac.id/
kewajiban bagi yang belum melunasi index.php/jret). Diakses pada 25
hutang adat sesuai dengan adat yang Maret 2021 Jam 12.12 WIB
berlaku. Masyarakat umum Sihite, Kardo. 2020. Tradisi Upacara
khususnya desa Matiti 1 haruslah adat Matutu Aek Etnik Batak
mempertahankan kebudayaan yang ada Toba di desa pintu Bosi Kec
sehingga acara Sulang-sulang Laguboti: Kajian
pahompu tetap ada hingga kedepannya Antropolinguistik”. Skripsi.
walaupun sudah dalam masa Fakultas Ilmu Budaya, Sastra
modernisasi ini. Batak, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
5. DAFTAR PUSTAKA Sinaga, Ronauli. 2016. Upacara adat
Bustan, Fransiskus. 2004. Wacana Sulang-suang Pahompu Etnik
Kebudayaan Tudak dalam ritual Simalungu Kajian: Semiotika.
Penti pada Kelompok etnik Sripsi. Fakultas Ilmu Budaya,
Manggarai di Flores Barat. Sastra Batak, Universitas
Desertasi. Program pasca sarjana Sumatera Utara, Medan.
Linguistik, Universitas Udayana, Sihombing, Maslan. “Performansi
Denpasar. pemberian makanan tradisional
Duranti, Alessandro (ed), (1997). pada upacara adat Batak Toba”.
Linguistik Anthropology. Tesis. Fakultas Ilmu Budaya,
Cambridge univercity Press. Universitas Sumatera Utara,
Lafamane, Felta. Medan.
“ANTROPOLINGUIST Suatu
Pengantar –
Dikorvensi.pdf”.(https://osf.io/29c
km/download). Diakses pada 25
Maret 2021 Jam 14.40 WIB.
Lutfhianti, lita. 2016. Jenis dan fungsi
tindak tutur guru dan siswa
dalam proses belajar- mengajar

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 81

Anda mungkin juga menyukai