Universitas Balikpapan
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Sulang-sulang Pahompu Etnik Batak Toba: Kajian Antropolinguistik.
Metode pengumpulan data yang digunakan ada 3 (tiga) yaitu metode observasi, metode
wawancara dan metode kepustakaan. Metode analisis data yang digunakan adalah metode
analisis kualitatif yang bersifat deskriptif. Lokasi pengambilan data untuk penelitian ini
terletak di desa Matiti I, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tahapan-tahapan yang terdapat dalam Sulang-
sulang Pahompu etnik Batak Toba, pesan yang terkandung di dalam Sulang-sulang Pahompu
etnik Batak Toba, beserta nilai yang terkandung dalam Sulang-sulang Pahompu etnik Batak
Toba. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori antropolinguistik oleh Duranti.
Hasil temuan yang penemuan ini ditemukan ada 12 tahapan. Fungsi yang terdapat dalam upacara
adat sulang-sulang pahompu yaitu fungsi asertif, fungsi direktif, fungsi ekspresif, fungsi
komisif dan fungsi deklaratif. Nilai terdapat dalam upacara adat sulang-sulang pahompu
antara lain nilai rasa syukur, Nilai pelestarian dan kreativitas budaya, Nilai gotong royong,
Nilai kesopansantunan, Nilai kerja keras, dan nilai pengelolaan gender.
ABSTRACT
This research is entitled Sulang-Sulang Pahompu Ethnic Toba Batak: Anthropology Study. There
are 3 (three) data collection methods used, namely the observation method, the interview method
and the library method. The data analysis method used is descriptive qualitative analysis method.
The location of data collection for this research is located in the village of Matiti I, Dolok Sanggul
District, Humbang Hasundutan Regency. The purpose of this study is to describe the stages
contained in the Toba Batak Ethnic Pahompu Sulangs, the messages contained in the Toba Batak
Ethnic Pahompu Sulangs, along with the values contained in the Toba Batak Ethnic Pahompu
Sulangs. The theory used in this research is the anthropolinguistic theory by Duranti. The findings
that this discovery found there are 12 stages. The functions contained in the traditional ceremony
of Sulang-Sulang Pahompu are assertive functions, directive functions, expressive functions,
commissive functions and declarative functions. The values contained in the traditional ceremony
of Sulang-Sulang Pahompu include the value of gratitude, the value of preservation and cultural
creativity, the value of mutual cooperation, the value of politeness, the value of hard work, and
the value of gender management.
dari tahap awal hingga akhir. wawancara. Cara ini adalah cara yang
Dalam upacara pernikahan itu ada efesien agar si penulis dan narasumber
beberapa tahap yang harus tidak terlalu membuang waktu dan
dilaksanakan.Faktor-faktor terjadinya yang ketiga adalah metode kepustakaan
adat pasahat sulang-sulang pahompu yaitu peneliti juga menggunakan
adalah karena faktor ekonomi dari metode dokumen tertulis. Dalam
pihak hasuhuton paranak yang metode ini, penulis mencari buku-buku
sebelumnya tidak mampu untuk pendukung yang berkaitan dengan
melaksanakan adat secara penuh, dan masalah penelitian.
juga faktor dari tidak direstui orang Instrumen Penelitian yang penulis
tua karena latar belakang keluarga gunakan adalah Lembar wawancara/
masing-masing dari pihak laki-laki dan pedoman wawancara, alat rekam (tape
pihak perempuan berbeda, selain itu recorder) yang digunakan untuk
adanya faktor kesepakatan antara mewawancarai informan, alat tulis dan
kedua belah pihak, yang setuju jika kertas, serta Kamera.
adat diundur karena suatu situasi yang Metode analisis data yang
kurang memungkinknguist suatu digunakan oleh penulis adalah
pengantar dikorvensian. Verifikasi data, data yang didapat
haruslah di verifikasi terlebih dahulu
2. METODE PENELITIAN Eliminasi data, data yang sudah
Metode yang penulis gunakan terkumpul harus di susun dan di pilah
dalam penelitian ini adalah penelitian secara teliti, supaya data yang di
kualitatif yang bersifat deskriptif, Hal perlukan dapat di simpan dan daya yang
ini dikuatkan dengan pernyataan dari tidak berguna dapat di singkirkan.
(Sibarani, 2014 : 279), menyatakan Mendeskripsikan data yang telah di
bahwa penelitian kualitatif adalah eliminasi.dan yang terakhir adalah
untuk mencari makna dan menggali Menarik kesimpulan.
nilai dari objek penelitiannya. Lokasi penelitian ini dilakukan di
Sumber Data Penelitian yang desa Matiti I, Kecamatan Dolok
digunakan meliputi sumber data Primer, Sanggul, Kabupaten Humbang
berupa orang/narasumber adalah tempat Hasundutan. Alasan penulis memilih
peneliti untuk bertanya mengenai objek lokasi penelitian ini adalah karena
yang sedang penulis teliti dan sumber Kabupaten Humbang Hasundutan
data Sekunder, adalah berupa jurnal, memiliki potensi yang baik untuk
buku, skripsi, tesis, desertasi, dokumen, dapat diteliti dalam hal kebudayaannya
warkat, keterangan arsip, pedoman, sendiri, penduduk aslinya adalah
surat keputusan (SK), dan sebagainya. mayoritas etnis Batak Toba dan masih
Metode pengumpulan data yang menjunjung tinggi unsur-unsur
penulis gunakan antara lain yaitu metode kebudayaan etnik Batak Toba. Di
observasi yang berarti peneliti akan daerah ini lebih khas, daerah tersebut
langsung pergi ke lapangan untuk juga masih sering melakukan upacara
melakukan pengamatan terhadap objek adat Sulang-sulang Pahompu, dan
penelitian, metode observasi digunakan masih banyak ditemukan tokoh-tokoh
oleh peneliti untuk mengamati adat sebagai informan, sehingga
berlangsungnya upacara Sulang-sulang mempermudah penulis dalam
pahompu tersebut, kedua metode pengumpulan data penelitian yang
wawancara, disini Peneliti akan sesuai dengan objek penelitian penulis.
menggunakan metode wawancara
dengan membawa beberapa pedoman
atau daftar pertanyaan untuk
marangkup, semakin berjayalah hidup hula kami maupun semua orang yang
kita kedepannya seperti ada yang ada supaya masuk ke dalam ruangan
tersurat sebagai ganti doa, baik laki-laki sesuai urutannya masing-masing.”
maupun perempuan keturunanmu, Berdasarkan data nomor 1, tuturan ini di
semoga anak-anak itu menjadi berkat ucapkan oleh raja parhata kepada semua
bagi kedua orang tuanya.” Berdasarkan tamu undangan, dalam tahapan panomu-
data nomor 6, tuturan ini di ucapkan nomuon, yaitu terdapat pesan
tulang si jalo tintin marangkup (tulang “meminta”, ditandai dengan kata
dari pihak paranak) kepada suhut “mangido (meminta)”. Status sosial
parboru dalam tahapan pemberian batu yang “meminta” itu adalah raja parhata
sulang/ tintin marangkup , yaitu terdapat kepada seluruh tamu undangan. Isi
pesan “memberikan kesaksian”, ditandai pesannya adalah meminta agar peserta
dengan kalimat “Nunga hu jalo hami atau seluruh hadirin yang datang untuk
ma (Sudah ku terimalah)”. Status mengambil posisi yang telah disediakan
sosial yang memberikan kesaksian itu menurut status sosialnya, agar dapat
adalah tulang si jalo tintin marangkup memulai acara selanjutnya. Dibuktikan
kepada suhut parboru. Isi pesannya dengan leksikon “asa ro ma hita
adalah memberi kesaksian kepada semua (supaya masuk ke dalam
orang yang hadir, jikalau tulang si jalo keruangan)”.
tintin marangkup telah menerima batu Fungsi Tindak Tutur Ekspresif
sulang dari pihak parboru. Tindak tutur ekspresif menurut
Fungsi Tindak Tutur Direktif Searle (Jumadi, 2010:66) (Dalam, Lita
Tidak tutur direktif menurut Searle Luthfiyanti “jenis dan tindak tutur guru
(Chaer, 2010: 29) (Dalam, Lita dan siswa dalam proses belajar-
Luthfiyanti “jenis dan tindak tutur guru mengajar di TKIT-UKHUWAH
dan siswa dalam proses belajar- Banjarmasin”-pdf) menyatakan bahwa
mengajar di TKIT-UKHUWAH dalam tindak tutur ekspresif tidak ada
Banjarmasin”-pdf), menyatakan ini arah kesesuaian. Maksudnya pada saat
dilakukan oleh penutur dengan maksud melangsungkan suatu bentuk ekspresif,
agar lawan tutur melakukan tindakan penutur tersebut tidak berusaha untuk
yang disebutkan di dalam tuturan mendapatkan suatu dunia yang sesuai
tersebut. Yang termasuk ke dalam dengan kata-kata ataupun sebaliknya,
tindak tutur jenis ini antara lain tetapi memiliki anggapan adanya
tuturan (1). meminta, (2). mengajak, sebuah proposisi yang dapat di
(3). memaksa, (4). menyarankan, (5). ekspresikan. Yang disebutkan dalam
mendesak, (6). menyuruh, (7). menagih, tuturan itu, meliputi tuturan (1).
(8). memerintah, (9). mendesak, (10). mengucapkan terimakasih, (2).
memohon, (11). menantang, (12). mengeluh, (3). mengucapkan selamat,
memberi aba-aba. (4). menyanjung, (5). memuji, (6).
Contoh tindak tutur direktif adalah meyalahkan, dan (7). mengkritik.
sebagai berikut: Panomu-nomuon Ini Contoh tindak tutur ekspresif adalah
bertujuan untuk menyembut tamu yang sebagai berikut: Pemberian Boras
hadir baik dari pihak paranak maupun Sipir Ni Tondi Ini bertujuan
pihak parboru. Indeksikalitas: “ Dison sebagai pemberkatan dan doa dari
do hami mangido tu hamu angka hula-hula kepada yang menjalankan
sudena hula-hula nami manang sudena sulang-sulang pahompu. Indeksikalitas:
na ro manggokhon dohot jou-jou nami, " Mauliate ma di sungkun-sungkun ni da
asa ro ma hita marjojor songon na ni tulang, tangkas ma di jugulhon tangkas
urutan na masing-masing” Arti: “Disini ma dijongkola, tangkas do tulang
kami meminta kepada semua hula- manungkun, Dengan ma hami marboa-
pengantin suhut parboru. Isi pesannya hula-hula Nami" Arti: “Kalianlah hula-
adalah hula-hula suhut paranak hula yang kami segani, Disini kami
memberikan janji kepada saudara dari datang kehadapan kalian suhut parboru
pengantin suhut parboru untuk untuk menyampaikan niat kami, yaitu
memberikan ulos na so ra buruk (berupa mengadakan adat sulang-sulang
rumah, tanah dan klain sebagainya) pahompu. Pertama-tama kami ingin
kepada mereka, dan hula-hula dari suhut mengucapkan permintaan maaf kepada
paranak tersebut akan menepati janjinya hula-hula kami, karena tidak dapat
setelah upacara adat sulang-sulang membayar adat pada saat hari
pahompu itu selesai. pernikahan pada saat itu. Jadi kami disini
Fungsi Tindak Tutur Deklaratif mengajak para hula-hula kami untuk
Tindak tutur deklaratif menurut mendiskusikannya. Supaya senanglah
Searle (Chaer, 2010:30) (Dalam, Lita hati hula-hula kami, sehinga kami dapat
Luthfiyanti “jenis dan tindak tutur guru menyampaikannya kepada hula-hula
dan siswa dalam proses belajar- kami.” Berdasarkan data nomor 5,
mengajar di TKIT-UKHUWAH tuturan ini di ucapkan oleh oleh suhut
Banjarmasin”-pdf), memaparkan bahwa paranak kepada suhut parboru, dalam
tindak tuturan ini merupakan tindak tahapan marhusip, yaitu terdapat pesan
tutur yang dilakukan oleh si penutur “memberikan informasi”, ditandai
untuk menghasilkan suatu hal berupa dengan kata “mambaritahon
status, keadaan dan sebagainya. Tindak (menyampaikan)”. Status sosial yang
tutur deklaratif meliputi (1). “menyampaikan informasi” itu adalah
mengundurkan diri, (2). memberi suhut paranak kepada suhut parboru.
nama, (3). mengangkat (pegawai), (4). Isi pesannya adalah suhut paranak
Memecat, (5) menyampaikan informasi datang untuk menyampaikan niat
dan sebagainya. mereka untuk melaksanakan upacara
Contoh tindak tutur deklaratif sulang-sulang pahompu kepada suhut
adalah sebagai berikut: Marhusip parboru.
Acara ini adalah acara untuk c. Nilai yang Terdapat pada
menyampaikan maksud dan tujuan Upacara Adat Sulang-Sulang
untuk melaksanakan Sulang-sulang Pahompu.
pahompu. Hal-hal yang biasanya Nilai-nilai yang terdapat dalam
dibicarakan dalam acara marhusip ini upacara adat pasahat sulang-sulang
biasanya adalah membahas mengenai pahompu:
manggarar adat na gok yang diberikan Nilai rasa syukur
oleh suhut paranak kepada suhut Domain kelahiran, pernikahan, dan
parboru. Indeksikalitas: "Hamu do kematian bagi masyarakan Batak Toba
hula-hula nami songon habiaron ni merupakan ekspresi rasa syukur kepada
suhut hami Dison ro do hami tu hadopan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam konteks
muna hula-hula nami suhut parboru, ideologi, diyakini bahwa kelahiran,
naeng mambaritahon angka na olo pernikahan bahkan kematian terjadi atas
sibahenon hami tu hamuna, ima sulang- kehendak Tuhan Yang Maha Esa. ( Tesis
sulang pahompu Parjolo sahali Maslan Sihombing “Performansi
mangido maap ma hami tu hamu, alana pemberian makanan tradisional pada
dang boi hami manggarar adat di ari upacara adat Batak Toba hal” hal 115).
pesta na salpu i. Jadi , dison ma hami Pihak parsinabung parboru akan
naeng mambahas i rap dohot hula-hula mengucapkan rangkaian doa seperti: "
nami suhut parboru Asa dos ma rohani Tangki jala walang, galinggang ma jala
hula-hula hami mangolopi hami garege Tubu ma anakmu na, partahi
Hupasahat hami ma on tu hamu angka jala ulu balang, boru muna parimas jala
tudu tudu sipanganon, pemberian selalu senanglah kalian semua raja dan
dengke saur, pembagian jambar, teman-teman kami. Hanya itu yang
pemberian ulos, dan penyerahan batu ingin kami sampaikan kepada kita
sulang. Semua tatanan acara serta semuanya.” Berdasarkan tuturan ini di
musik ini adalah suatu peristiwa yang ucapkan oleh oleh perwakilan suhut
dapat diamati dan dipertunjukan paranak kepada tamu yang hadir, dalam
kepada khalayak ramai. tahapan martonggo raja/papungu
Nilai gotong royong. dongan, yaitu terdapat nilai “gotong
Pada masyarakat Batak Toba ada royong”, ditandai dengan kata
istilah marsiurupan atau bisa jufga “marsiurup-urupan (saling bahu
disebut ‘saling membantu’. membahu)”. Status sosial “gotong
Marsiurupan ini merupakan bentuk royong” itu adalah perwakilan suhut
wujud gotong royong. Tidak saja paranak kepada tamu yang hadir. Isi
ketiga unsur dalam dalihan na tolu nilainya adalah perwakilan suhut
yaitu hula-hula, dongan tubu, dan paranak meminta bantuan dan mengajak
boru yang menunjukkan sikap gotong para hadirin seperti suhut paranak, suhut
royong, tetapi juga para tetangga dan parboru serta dongan tubu untuk mau
komunitas marga. Protokol saat acara saling bahu membahu.
martonggo raja/papungu dongan Nilai kesopansantunan
dilaksanakan: “Dihamu sude angka raja Kesopansantunan sangatlah
nami nang pe angka saluhut dongan na penting bagi kehidupan bermasyarakat
olo ro manjanghon jou-jou nami terlebih masyarakat Batak Toba yang
sadarion, mandok mauliate ma hami tu sudah menjadi bagian dari kepribadian.
hamuna saluhut na. Dison songon na Salah satu prinsip hidup orang Batak
nunga hita imboto, asa tabagi ma tugas Toba terdapat dalam ungkapan berupa
ni sada-sada hita, lumobi diangka boru pantun hangoluan, tois hamagoan
dohot dongan tubu nami. Hami suhut ‘sopan santun sumber adalah
paranak nang pe suhut parboru mangido kehidupan, kesombongan adalah
tu hamu sudena asa olo mangalehon sumber kehancuran’. Protokol dari
roha dohot gogo muna, sai marsiurup- suhut parboru saat penerimaan ulos si
urupan ma hita tu mandalanhon acara torop rambu: "Sebelum dilehon hamu
adat sulang-sulang pahompu on Horas ulos na si torop rambu i, tulang. Di dok
jala gabe ma dihamu sude na,angka raja boru muna adong do sipangidoan boru
nami dohot dongan nami, Holan i do na muna di hami ulos na so ra buruk
olo pinasahat hami, tu hamu saluhut siingothon hami, dingolu nami Ala hu
na.” Arti: “Bagi kalian semua raja kami boto hami, raja do hamu, si pungka tano
dan juga teman sekampung yang manang si pungka Adat" Arti: “Sebelum
berkenan datang ketempat ini dan tulang dan rombongan ingin
memenuhi undangan kami, kami ingin memberikan ulos si torop rambu,
mengucapkan terima kasih kepada seperti permintaan putri/boru kita
semuanya. Disini ada baiknya jika kita bahwa ada baiknya jika tulang dan
membagi tugas kita masing-masing, rombongan juga memberikan ulos na
terlebih boru dan juga dongan tubu. sora buruk untuk kenang-kenangan
Kami dari suhut paranak dan suhut bagi kami. Karena kami tahu bahwa
parboru meminta kepada kalian semua kalianlah raja acara yang berhak untuk
untuk mau memberikan hati dan juga membuka adat dan sebagainya.”
kekuatan kalian, saling bahu Berdasarkan tuturan ini di ucapkan oleh
membahulah kita semua demi oleh suhut parbaru kepada hula-hula
berlangsungnya acara adat sulang- suhut paranak, dalam tahapan
sulang pahompu ini Semoga sehat dan pemberian ulos, yaitu terdapat nilai