Anda di halaman 1dari 11

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSESI KENDURI TRADISI

RASULAN DI DESA JRAGUM SEMANU GUNUNGKIDUL


Monica Putri Perdana Kusuma1
1,2
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
1
kusumamonica9@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam Prosesi
Kenduri sesuai dengan kajian Antropolinguistik. Metode yang digunakan adalah
metode penelitian etnografi menurut James P. Spradley dan menggunakan
delapan langkah penelitian dari dua belas langkah penelitian Spradley. Hasil
penelitian ditemukannya partisipasi masyarakat dari Persiapan Prosesi Kenduri,
Prosesi Kenduri, dan Penutupan Prosesi Kenduri. Persiapan Prosesi Kenduri
terdiri dari kerja bakti, Wewenehan, dan Metoke. Lalu pada Prosesi Kenduri
terdiri dari Kenduri dan Ube Rampe. Terakhir, Penutupan Prosesi Kenduri
terdiri dari Ritual Pemanggilan Dhanyang dan ditutup doa oleh kami tua atau
Kaum.
Kata kunci : Gunungkidul, Kenduri, Budaya, Partisipasi
Abstract
The purpose of this study is to determine community participation in the
Kenduri Procession in accordance with the study of Anthropology. The method
used is an ethnographic research method according to James P. Spradley and
uses eight research steps from Spradley’s twelve research steps. The results of
the study found community participation from preparation of the Kenduri
Procession, the Kenduri Procession, and the Closing of the Kenduri Procession.
Preparation for the Kenduri Procession consists of community service,
Wewenehan, and Metoke. Then the Kenduri Procession consists of Kenduri and
Ube Rampe. Finally, the Closing of the Kenduri Procession consists of the Ritual
of Calling Dhanyang and closing prayers by kami tua or Kaum.
Keyword : Gunungkidul, Kenduri, Culture, Participation
A. PENDAHULUAN
Gunungkidul adalah salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta
yang memiliki beragam tradisi dan budaya. Salah satu tradisi yang masih
melekat di masyarakat adalah Rasulan. Rasulan adalah tradisi untuk
mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa. Pelaksanaan Rasulan
dilakukan setelah panen raya tiba. Prosesi Rasulan di setiap desa berbeda-beda,
salah satunya di Desa Jragum, Semanu. Salah satu prosesi yang ada dalam tradisi
Rasulan tersebut adalah Kenduri. Kenduri dilakukan untuk menghormati arwah
nenek moyang saat merayakan tradisi Rasulan. Prosesi Kenduri terdiri dalam
beberapa bagian yang menggambarkan penghormatan kepada leluhur dan
Tuhan yang Maha Kuasa. Proses kebudayaan tersebut tidak dapat dipisahkan
dari peran masyarakat sebagai partisipan yang menjalankan kebudayaan
tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti membatasi penelitian yang berkaitan
dengan partisipasi masyarakat dalam kajian antropolinguistik. Rumusan
masalah tersebut adalah ‘Bagaimana partisipasi masyarakat dalam Prosesi
Kenduri Tradisi Rasulan di Desa Jragum, Semanu, Gunungkidul?’. Peneliti
memberi fokus kepada partisipasi masyarakat dalam prosesi Kenduri di Desa
Jragum, Semanu, Gunungkidul.
Manfaat dalam penelitian ini terdiri dari manfaat teoretis dan manfaat
praktis. Manfaat teoretis penelitian dapat bermanfaat sebagai contoh penerapan
teori partisipasi dari kajian antropolinguistik dalam suatu kebudayaan. Manfaat
praktis penelitian dapat bermanfaat sebagai kontribusi dalam pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia dan dapat mengkaji secara lebih dalam mengenai
partisipasi masyarakat dalam prosesi Kenduri di daerah Kabupaten
Gunungkidul.
Partisipasi masyarakat penting dalam sebuah kebudayaan karena partisipasi
adalah salah satu cara praktis untuk mengembangkan kebudayaan tersebut.
Sebuah kebudayaan tidak dapat berkembang atau tetap lestari jika tidak adanya
partisipan yang aktif di dalamnya. Menurut (Duranti, 1997), budaya sebagai
sistem partisipasi didasarkan pada setiap kegiatan di dunia seperti komunikasi
verbal yang memiliki hubungan erat dengan sosial, kolektif, dan partisipatif.
Penelitian terdahulu mengenai budaya sebagai partisipasi dilakukan oleh
Harjanti, Sunarti (2019) dan Fitiriasari (2019). Penelitian yang dilakukan oleh
Harjanti dan Sunarti (2019) berjudul Partisipasi Masyarakat Dalam Tradisi
Upacara “Rasulan” Di Desa Baleharjo Kecamatan Wonosari Kabupaten
Gunungkidul. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui dan melestarikan
Tradisi Upacara Rasulan di Desa Baleharjo yang secara turun-temurun
dilaksanakan oleh masyarakat Baleharjo sebagai wujud rasa syukur terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan alasan
masyarakat melestarikan tradisi upacara Rasulan, bentuk partisipasi
masyarakat dalam menyelenggarakan tradisi Upacara Rasulan (materi, fisik atau
tenaga, dan mental, emosional) serta dampak positif dan negatif yang
disebabkan oleh penyelenggaraan tradisi Rasulan.
Penelitian yang dilakukan oleh Fitiriasari (2019) berjudul Partisipasi
Masyarakat Dalam Kesenian Soreng Guna Meningkatkan Ketahanan Budaya
(Studi Di Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah).
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bentuk
partisipasi masyarakat Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang
terhadap Kesenian Soreng. Hasil penelitian ditemukan trikotomi antara
seniman, masyarakat penyangga dan adat merupakan tiga pilar penyangga yang
dipandang cukup efektif untuk mempertahankan dan melangsungkan tradisi
tersebut. Masyarakat dapat mengembangkan bakat, ekspresi, dan kreativitas
agar kesenian dapat bertahan lama.
Kebudayaan dan Bahasa adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Maka
dari itu, hadirlah kajian antropolinguistik yang mempelajari mengenai Bahasa,
manusia, dan kebudayaan. Menurut (Duranti, 1997) anthropolinguistic is the
study of speech and language within the context of anthropology. Di sisi lain,
Anthropolinguistic as the study of language as a cultural resource and speaking as
a cultural practice (Duranti, 1997). Dapat disimpulkan bahwa antropolinguistik
mempelajari tentang studi tentang cara berbicara dan Bahasa dalam konteks
antropologi sekaligus studi Bahasa yang menggunakan budaya sebagai sumber
dan berbicara sebagai praktek budaya.

Budaya sebagai partisipasi muncul karena dapat melihat penggunaan


Bahasa di dunia nyata. Menurut Duranti, jika seseorang dapat berbicara
Bahasa tertentu maka seseorang tersebut dapat berpartisipasi dalam
interaksi dunia yang selalu lebih besar dari kita sebagai penutur dan
bahkan lebih besar dari apa yang kita lihat dan rasakan dalam situasi
tertentu. Sebuah kata memungkinkan kita untuk berhubungan dengan
manusia lain, situasi lain, peristiwa, tindakan, kepercayaan dan perasaan
(Duranti, 1997). Oleh karena itu, budaya sebagai partisipasi membantu
praktek Bahasa dalam kehidupan sehari-hari dan dibuktikan dengan
adanya partisipasi dari masyarakat yang berbahasa.
B. METODE PENELITIAN
Kajian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah partisipasi masyarakat
Desa Jragum, Semanu dalam prosesi Kenduri yang terdapat pada tradisi Rasulan.
Kajian diulas menggunakan metode penelitian etnografi Spradley. Dalam metode
penelitian etnografi Spradley terdapat 12 langkah penelitian: 1) menetapkan
informan; 2) mewawancarai informan; 3) membuat catatan etnografis; 4)
mengajukan pertanyaan deskriptif; 5) melakukan analisis wawancara; 6)
membuat analisis domain; 7) mengajukan pertanyaan struktural; 8) membuat
analisis taksonomik; 9) mengajukan pertanyaan kontras; 10) membuat analisis
komponen; 11) menemukan tema-tema budaya; dan 12) menulis suatu
etnografi. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan delapan
langkah dari 12 langkah yang diperkenalkan oleh Spradley. Delapan langkah
tersebut terdiri dari 1) menetapkan informan; 2) mewawancarai informan; 3)
membuat catatan etnografis; 4) mengajukan pertanyaan deskriptif; 5)
melakukan analisis wawancara; 6) membuat analisis komponen; 7) membuat
tema-tema budaya; dan 8) menulis suatu etnografi.
Langkah pertama menetapkan informan, peneliti meminta kesediaan
waktu dari informan untuk bersedia membagikan informasinya mengenai suatu
kebudayaan. Peneliti membuat catatan etnografi dengan membuat daftar
pertanyaan yang sesuai dengan penelitian etnografi tersebut. Selanjutnya,
peneliti mewawancarai dan mengajukan pertanyaan deskriptif kepada informan
untuk mendapatkan informasi secara detail mengenai kebudayaan tersebut.
Selesai melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan deskriptif, peneliti
melakukan analsisis wawancara dan membuat analisis komponen agar
penelitian etnografi tersebut dapat memberikan informasi secara konkret.
Analisis dari wawancara tersebut memunculkan tema penelitian etnografi yang
akan digunakan. Penulisan suatu etnografi dilakukan sebagai langkah terakhir
analisis penelitian etnografi.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
No Kode Gambar Kegiatan Partisipasi
1 K1 Kerja Bakti Partisipasi yang
dilakukan dalam
prosesi ini adalah
masyarakat
membersihkan/g
otong royong
tempat yang
dianggap sakral
Sumber:
https://jogja.tribunnews.com/2019/02/17/h
adiri-kerja-bakti-di-ngasem-utara-mbah-
bardi-berpesan-agar-gotong-royong-tetap-
dilestarikan
2 K2 Wewenehan Partisipasi
masyarakat yang
dapat
ditunjukkan
dalam prosesi
tersebut adalah
saat masyarakat
mempersiapkan
Sumber : makanan dan
https://www.suara.com/foto/2019/05/19/0 diberikan
90000/tradisi-kenduri-ramadhan-peringati- kepada tokoh
nuzulul-quran?page=3
masyarakat atau
sesepuh dalam
keluarga masing-
masing.
3 K3 Metoke Partisipasi
masyarakat yang
dapat
ditunjukkan
dalam prosesi
tersebut saat
masyarakat
membawa
kebutuhan
Kenduri, yaitu
Nasi Tumpeng,
Nasi Ingkung,
Nasi Berkat, dan
Ube Rampe
4 K4 Kenduri Partisipasi
masyarak
at yang
ada dalam
prosesi
tersebut
saat
masyarak
at duduk
rapi dan
mengitari
Nasi
Tumpeng,
Nasi
Ingkung,
Nasi
Berkat
dan Ube
Rampe
serta kami
tua atau
Kaum
membebe
rkan ube
rampe
satu per
satu.
5 K5 Ube Rampe Partisipasi
masyarakat yang
dapat
ditunjukkan
dalam prosesi
tersebut saat
kami tua atau
Kaum
memberikan
penghormatan
kepada Nabi
Hidir, Nabi Ilyas,
Sumber : Nabi Kurnain
http://wincila.blogspot.com/2017/09/masih sebagai
-ingatkah-dengan-kenduren-atau.html penguasa bumi,
api, angin, dan
air. Selanjutnya
kami tua atau
Kaum
membeberkan
Sesaji dan Ube
Rampe Kenduri.
6 K6 Ritual Partisipasi
Pemanggilan masyarakat yang
Dhanyang ada dalam
prosesi tersebut
saat kami tua
atau Kaum yang
memiliki
kelebihan
Sumber : tertentu
https://nasional.tempo.co/read/905052/pas memanggil
ar-beringharjo-gelar-kenduri-peringati-uu- Danyang untuk
keistimewaan-yogya memberikan
petuah kepada
anak cucunya
dan disimpan
untuk kehidupan
masyarakat
setempat
terutama
masyarakat yang
masih
mempercayai
adanya Danyang.
7 K7 Penutupan Partisipasi
Kenduri masyarakat yang
dapat
ditunjukkan
dalam prosesi
tersebut saat
Kaum menutup
Sumber : dengan kalimat
https://www.mustafalan.com/2020/08/doa- pasaran lima
kenduri-selamatan.html dina pitu, yaitu
Kliwon, Legi,
Pahing, Pon, dan
Wage. Setelah
itu, Kaum
menjelaskan
(mengikrarkan)
makna Kenduri
sebagai Sodaqoh
Rasul yang
kemudian
diakhiri dengan
doa penutup.
Pengucapan
ikrar (ngikrarke
Kenduri) tidak
dapat dilakukan
oleh
sembarangan
orang karena
harus melalui
proses yang
rumit.
2. Pembahasan
Setiap sistem partisipasi memerlukan komponen kognitif untuk
mengelola pengambilan informasi dan prediksi tindakan orang lain yang
diperlukan untuk pemecahan masalah dan komponen jasmani yang
menjelaskan kemampuan kita untuk berfungsi dalam lingkungan fisik
yang penuh dengan benda-benda material dan juga kehidupan sesama
(Duranti, 1997). Di sisi lain ditegaskan oleh (Fitiriasari, 2019) bahwa
partisipasi berasal dari Bahasa Latin partisipare yang mempunyai arti
dalam Bahasa Indonesia adalah mengambil bagian atau turut serta. Hal
tersebut dapat terlihat dari partisipasi aktif setiap warga desa untuk
memeriahkan Prosesi Kenduri. Partisipasi tersebut dimulai dari
kegiatan K1-K7.
Persiapan Kenduri dimulai dengan kegiatan K1 seperti yang tertera dalam
hasil penelitian di atas. Masyarakat membersihkan tempat-tempat sakral karena
mereka percaya bahwa para Dhanyang masih tinggal di tempat sakral itu.
Dhanyang dipercaya sebagai penjaga sebuah desa (Harjanti & Sunarti, 2019).
Setelah masyarakat selesai melakukan kegiatan K1, mereka membagikan
makanan sesuai yang tertera dalam tabel di atas berupa kegiatan K2. Kegiatan
tersebut dapat memupuk kembali semangat kekeluargaan (Harjanti & Sunarti,
2019). Terakhir adalah kegiatan K3. Kegiatan tersebut sebagai pembukaan
sebelum melakukan Prosesi Kenduri. Ketiga kegiatan tersebut sudah
memperlihatkan partisipasi masyarakat secara aktif karena.
Prosesi Kenduri menghadirkan masyarakat setempat yang ingin
merasakan secara langsung atas berkah yang mereka dapatkan dan menghargai
para Nabi yang telah menjaga alam semesta. Prosesi Kenduri tidak hanya digelar
untuk menghargai Tuhan dan para Nabi dalam ajaran agama Islam, tetapi juga
salah satu upaya untuk menjaga hubungan baik dengan sesama. Seperti yang
dikatakan oleh (Duranti, 1997) jika dunia disatukan dengan tindakan
komunikatif dan terhubung melalui saluran komunikatif, berarti berbicara
adalah salah satu cara untuk masuk dunia tertentu dan cara untuk
mempertahankan hubungan dengan orang yang masih memiliki kontak atau
hubungan dengan kita.
Dari tabel yang mejabarkan penutupan acara Kenduri tersebut dapat
disimpulkan bahwa kegiatan penutupan Kenduri ditunjukkan pada kegiatan K6
dan K7. Pemanggilan Dhanyang dimaksudkan untuk memberikan petuah kepada
masyarakat setempat melalui orang lain agar pesan tersebut dapat dijaga dan
dijalankan dalam kehidupan bermasyarakat. Di sisi lain, para Kaum
mengingatkan masyarakat untuk selalu berdoa kepada Tuhan terhadap apa yang
telah diberikan Tuhan melalui prosesi Kenduri tersebut. Hal tersebut sejalan
dengan Otto bahwa semua sistem religi, kepercayaan dan agama di dunia
berpusat kepada suatu konsep tentang hal yang gaib (mysterium) yang dianggap
maha-dahsyat (tremendum) dan keramat (sacer) oleh manusia
(Koentjaraningrat, 2014).

D. SIMPULAN DAN SARAN


Kenduri dalam tradisi Rasulan di Desa Jragum, Semanu, Gunungkidul
memiliki partisipasi masyarakat secara aktif. Dimulai dari persiapan acara yang
meliputi kerja bakti, masyarakat membersihkan tempat yang masih percaya
bahwa tempat tersebut dihuni oleh Dhanyang (Lelembut), prosesi Wewenehan,
kegiatan untuk memberikan sesaji atau makanan kepada tokoh masyarakat atau
sesepuh di keluarga masing-masing, terakhir kegiatan Metoke, setelah sholat
duhur masyarakat membawa Nasi Berkat, Nasi Tumpeng, Ingkung, dan jajanan
pasar lainnya yang dibawa menuju balai dusun atau tempat yang digunakan
untuk prosesi Kenduri. Prosesi acara terdiri dari dua kegiatan, yaitu 1) Kenduri
dan 2) Ube Rampe.
Prosesi Kenduri masyarakat mengelilingi Nasi Berkat, Nasi Tumpeng,
Ingkung, dan jajanan pasar lainnya yang disajikan dalam Kenduri tersebut.
Selanjutnya Ube Rampe, para kami tua atau Kaum memberikan penghormatan
kepada para nabi. Penutupan prosesi Kenduri terdiri dari dua prosesi, yaitu 1)
Ritual Pemanggilan Danyang (Lelembut) dan 2) Penutupan oleh kami Tua atau
Kaum. Pemanggilan Danyang dilakukan untuk memberikan petuah kepada
masyarakat setempat dan penutupan oleh Kaum dilakukan untuk mengikrarkan
makna Kenduri dan ditutup dengan doa.
Penelitian terhadap prosesi Kenduri dalam tradisi Rasulan di Kabupaten
Gunungkidul sebaiknya tetap dilakukan dan dilihat dari sisi budaya sebagai
sistem praktis maupun sistem mediasi agar prosesi Kenduri ini dapat didalami
dengan baik dari segi kebudayaan.
DAFTAR PUSTAKA

Duranti, A. (1997). Linguistic anthropology.

Fitiriasari, P. D. (2019). Partisipasi Masyarakat Dalam Kesenian Soreng Guna


Meningkatkan Ketahanan Budaya (Studi Di Desa Banyusidi, Kecamatan
Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah). Jurnal Ketahanan Nasional,
25(3), 409. https://doi.org/10.22146/jkn.49801

Harjanti, R., & Sunarti. (2019). Partisipasi masyarakat dalam tradisi upacara
“rasulan” di desa baleharjo, kecamatan wonosari kabupaten gunungkidul.
Jurnal Sosialita, 11(1), 107–122.

Koentjaraningrat. (2014). Sejarah Teori Antropologi.

Anda mungkin juga menyukai