Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN FEMINISME DALAM CERITA RAKYAT SUKU

PASEMAH

Oleh
Ismi Nurhasanah (isminurhasanah@gmail.com)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebiasaan masyarakat dalam suatu daerah merupakan gambaran ekspresi estetik
yang dapat dihubungkan dengan karya sastra. Karya sastra memiliki hubungan timbal
balik dengan masyarakat dan tidak bisa dipisahkan dengan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat. Karya sastra juga berjalan bersama dengan perkembangan zaman di
masyarakat, sehingga suatu karya sastra ciptaan seseorang merupakan bagian dari
masyarakat. Pada dasarnya isi sebuah karya sastra memuat perilaku manusia melalui
karakter tokoh-tokoh cerita. Sangat beragam perilaku manusia yang bisa dimuat dalam
cerita. Kadang-kadang hal ini terjadi perulangan jika diamati secara cermat. Pola atau
keterulangan inilah yang ditangkap sebagai fenomena dan seterusnya diklasifikasikan ke
dalam kategori tertentu seperti gejala kejiwaan, sosial, dan masyarakat. Misalnya, pada
prilaku yang berhubungan dengan gejala sosial seperti ojek online perempuan,
Pada era sebelum gerakan feminisme muncul hak-hak wanita begitu dibatasi.
Partisipasi wanita dianggap tidak diperlukan. Kaum laki-laki selalu mendominasi dalam
ranah apapun. Dalam sistem kehidupan keseharian masyarakat Pasemah, perempuan
hanya memiliki sedikit pengaruh dalam masyarakat atau bisa dikatakan tidak memiliki
hak pada wilayah-wilayah umum dalam masyarakat. Semisal dalam kebiasaan
masyarakat ketika acara hajatan pernikahan. Kaum wanita hanya diperbolehkan
memegang pekerjaan dapur, misalnya memasak, menyiapkan bumbu, mencuci piring.
Sedangkan, kaum laki-laki dapat memegang semua pekerjaan, misalnya kaum laki-laki
mendirikan tenda, menyembelih hewan, lalu ada juga kaum laki-laki yang memegang
pekerjaan dapur seperti memasak nasi, memasak air. Dalam hal perekonomian pun
wanita tidak diperbolehkan memainkan perannya seperti yang dilakukan kaum laki-laki.
Hal ini tentunya menimbulkan kecemburuan sosial terhadap kaum laki-laki. Wanita
dianggap makhluk yang selalu bergantung pada laki-laki dan tidak bisa mandiri.
Ketika dilihat dari sisi yang berbeda, masyarakat Pasemah juga memiliki
kebiasaan yang tidak luput dari sifat feminism. Semisal dalam kebiasaan memanen padi.
Ketika akan pergi ke sawah, kaum laki-laki hanya akan membawa parang yang
diikatkan dipinggang, sedangkan kaum wanita harus bersusah payah membawa semua
barang bawaan seperti makanan, minuman, peralatan memanen, dan lain-lain. Makalah
ini akan membahas kebiasaan kebiasaan masyarakat suku Pasemah yang tertuang dalam
bentuk cerita rakyat dengan kajian feminism. Dari hal ini penulis mengambil judul “
Kajian Feminisme dalam Cerita Rakyat Suku Pasemah”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diuraikan rumusan masalah dalam
penelitian ini bagaimana nilai feminis dalam cerita rakyat suku Pasemah ?
C. Tujuan Penelitian
Dari uraian rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini untuk memperoleh nilai
feminisme dalam cerita rakyat suku Pasemah.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis bermanfaat untuk dijadikan sebagai sumber informasi bagi
pembaca dan dapat menjadi referensi bagi peneliti berikutnya.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan serta pemahaman
masyarakat setempat mengenai citra perempuan suku Pasemah berdasarkan cerita keseharian
masyarakat. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi para peneliti untuk
penelitian lebih lanjut menganai kajian-kajian cerita rakyat lainnya.
E. Definisi Istilah
a. Feminisme

b. Cerita Rakyat

c. Suku Pasemah
Suku Pasemah adalah suku yang mediami daerah Bengkulu dan Sumatera
Selatan. Suku Pasemah di Bengkulu terdiri dari Kecamatan Kaur Utara, Tanjung
Kemuning, Kinal, Lungkang Kule, Kelam Tengah, Padang Guci Hulu, Padang Guci
Hilir, sedangkan di Sumatera Selatan tempat tinggal Suku Pasemah terletak di
Kecamatan Jarai, Kabupaten Lahat, Ulumusi, Pasemah Air Keruh, dan Pagar Alam.
(Utomo, 2019)
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Metode penelitian adalah ilmu yang mempelajari tentang jalan yang dilewati
untuk mencapai suatu pemahaman, serta penelitian memiliki tujuan , maksudnya
kegiatan penelitian ini tidak dapat terlepas dari kerangka tujuan pemecahan
permasalahan , walaupun penelitian tidak memberikan jawaban langsung terhadap
permasalahan yang diteliti akan tetapi hasilnya harus mempunyai konstribusi dalam
usaha pemecahan permasalahan tersebut. Sudaryanto (1998:2) “Metodologi adalah cara
melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu
tujuan. Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan
menganalisis sampai dengan menyusun laporan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Metode Deskriptif Kualitatif menurut Ismail, (2009:7) “sebagai suatu pendekatan atau
penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral”.“Tujuan dari
penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang
terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya” (Ismail, 2009:9). Data
yang dikumpulkan berupa gambar dan dialog yang diperoleh dari catatan hasil rekaman
wawancara. Wawancara adalah perolehan informasi melalui tanya jawab yang dilakukan
antara peneliti dan narasumber, sehingga dapat diperoleh suatu hasil akhir dalam suatu
topik tertentu. Metode deskriptif tidak berhubungan dengan angka ataupun rumus.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di suku Pasemah Padang Guci, Desa Bungin Tambun,
Kecamatan Padang Guci Hulu, Kabupaten Kaur. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari
2022 dengan cara mengamati keseharian masyarakat yang diamati dan mewawancarai informan.
C. Prosedur Penelitian
D. Data dan Sumber Data
a. Data
Data dalam penelitian ini adalah berupa hasil dari pengamatan langsung pada lingkungan
penelitian, dari hasil dokumentasi, dan wawancara secara mendalam kepada informan mengenai cerita
rakyat suku Pasemah.
b. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah dokumentasi berupa video, foto, wawancara
informan, dan pengamatan langsung terhadap aktivitas masyarakat suku Pasemah. Penentuan
informan pada penelitian ini adalah teknik purposive sampling (berdasarkan tujuan), yaitu
menentukan informan dengan melihat bahwa orang tersebut dianggap yang paling mengetahui
tentang apa yang akan diteliti.
Berdasarkan kriteria yang dipertimbangkan, informan dalam penelitian ini adalah
1. Penduduk asli masyarakat suku Pasemah
2. Memiliki pengetahuan tentang cerita rakyat suku Pasemah terdahulu
3. Dapat menuturkan cerita dalam bahasa suku Pasemah dan bahasa Indonesia
4. Usia 35-65 tahun

c. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah.
a. Pengamatan (observasi)
Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan
pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh
informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Bungin (2007:115-
117), mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu: 1) observasi partisipasi, 2)
observasi tidak terstruktur, dan 3) observasi kelompok. Berikut penjelasannya:
1. Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian
melalui pengamatan penginderaan, peneliti terlibat dalam keseharian
informan.
2. Observasi tidak terstruktur adalah pengamatan yang dilakukan tanpa
menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan
pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan.
3. Observasi kelompok adalah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok
tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.
4. Kegiatan observasi penelitian ini akan dilakukan di suku Pasemah Padang Guci,
Desa Bungin Tambun, Kecamatan Padang Guci Hulu, Kabupaten Kaur.
Selanjutnya pada kegiatan observasi ini, peneliti secara langsung mengamati
kegiatan keseharian masyarakat suku Pasemah.
b. Teknik Wawancara

Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan


informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek
penelitian. Pada teknik wawancara yang dilakukan ini merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian etnografi. Melalui teknik
wawancara yang dilakukan secara lisan dalam pertemuan dengan narasumber secara
individual, wawancara ditujukan untuk memperoleh data secara deskriptif dari
narasumber yang dilaksanakan secara indvidu.

Teknik wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada penelitian ini ada dua,
yaitu secara terarah (directed) dan tidak terarah (non directed) yang dilakukan secara
terbuka dan mendalam. Pada teknik wawancara terarah peneliti perlu menyiapkan
instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan (terlampir) yang berguna untuk
menggali informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan cerita rakyat suku
Pasemah. Sedangkan, pada teknik wawancara tidak terarah pertanyaan akan muncul
ketika wawancara sedang berlangsung untuk menggali informasi yang lebih
mendalam tentang keseharian masyarakat suku Pasemah.

Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Danandjaja (1994:195-196) bahwa

Wawancara tidak terarah (non directed) merupakan wawancara


yang bersifat terbuka, artinya peneliti memberikan kesempatan
sebesar- besarnya kepada informan untuk memberikan
keterangan, sedangkan wawancara terarah (directed) adalah
wawancara yang dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan yang
sudah disusun sebelumnya dalam bentuk yang sudah ditulis dan
bersifat tertutup, artinya jawaban yang diharapkan sudah
dibatasi yang relevan saja.

c. Catatan Lapangan

Teknik catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian
kualitatif. Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat peneliti dalam sebuah
penelitian dari lapangan. Catatan tersebut dapat bersifat deskriptif (sesuai yang
teramati) atau reflektif (mengandung penafsiran peneliti).
Teknik menggunakan catatan lapangan meliputi, alat perekam dari hasil
wawancara dari informan dan survei peneliti terhadap keadaan di lapangan. Proses
pencatatan ini dilakukan dengan cara mencatat keseluruhan teks-teks yang diucapkan
informan pada teknik wawancara dan apa saja yang dilihat ketika saat melakukan
observasi. Tujuan dari penggunaan catatan lapangan ini adalah untuk mendapatkan
data secara tertulis agar saat menganalisis data akan lebih mudah dilakukan.

d. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data berupa sumber tertulis atau


dokumen dari narasumber atau tempat narasumber melakukan kegiatan. Pada teknik
ini, peneliti menggunakan kamera sebagai alat untuk mengambil foto keseharian
masyarakat suku Pasemah.

E. Analisis Data
Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode
pengumpulan data di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data
tersebut dengan menggunakan analisis secara kualitatif deskriptif.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada teknik analisis data ini
adalah:

1. Mentranskripsi data tentang cerita rakyat suku Pasemah disampaikan


oleh narasumber yang direkam dan dicatat ketika melakukan observasi
dan wawancara.

2. Menerjemahkan data yang diperoleh. Untuk mempermudah peneliti


dalam pengolahan data, maka data yang diperoleh harus diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia karena informasi yang diperoleh melalui
wawancara dan observasi masih menggunakan bahasa Pasemah.

3. Mengidentifikasi dan menganalisis data berupa teks. Pada tahap ini,


peneliti akan mengidentifikasi data untuk mendapatkan makna tekstual
dari teks.

4. Peneliti melakukan identifikasi makna secara kontekstual dengan


melihat aktivitas keseharian masyarakat suku Pasemah.
5. Membuat kesimpulan. Pada tahapan ini peneliti membuat kesimpulan
yang dilakukan secara keseluruhan dari hasil memaknai tersebut.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi dan Uhbiyati. 1991. Hakekat Nilai. Yogyakarta : Graha ilmu

Kridalaksan. 2009. Perempuan dalam Pandangan Feminisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Pudentia. 2003. Sifat-sifat Folklore. Jakarta: Penerbit Garudhawaca
Sugihastuti dan Suharto. 2002. Menuntut Persamaan Hak. Yogyakarta: Pustaka Widyartama.
Tong. 2012. Kaum Feminis . Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai