Makalah
Disusun Oleh :
Muhammad Imala Bima. C (2204026155)
Rasya’ al-Firdaus (2204026157)
Miladya Laili Sania (2204026154)
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
Studi etnografi sudah dikenal sejak lama oleh pakar penelitian kebudayaan yang
melakukan kajian tentang suatu kehidupan dalam masyarakat dalam bidang etnik
kebudayaan adat istiadat, hukum, seni, religi, bahkan bahasa dari suatu masyarakat
tersebut.1 Dengan melakukan penelitian menggunakan studi etnografi, seseorang dapat
melakukan penelitian dengan gambaran mengenai esensi dan kompleksitas budaya yang
ada dalam suatu kelompok masyarakat dengan cakupan materi yang luas. 2 Penelitian
etnografi biasanya dilakukan oleh seseorang dengan melakukan penelitian berbasis
lapangan atau datang secara langsung ke dalam masyarakat yang dikaji.3
Berbagai masalah lain yang sering dihadapi etnografer ada bermacam – macam,
seperti :
1
Abdul Manan, Metode Penelitian Etnografi (Aceh: Aceh Po Publishing, 2021).
2
Ryan Alamsyah, ‘Analisis Etnografi Virtual Meme Islami Di Instagram Memecomic. Islam’
(Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018).
3
Sandu Siyoto, Dasar Metologi Penelitian, ed. by Ayup (Yogyakarta: Literasi Media Publishing,
2015).
4
Mudjia Rahardjo, ‘Mengenal Studi Etnografi: Sebuah Pengantar’, 2017, p. 3.
2. Kesulitan dalam mengumpulkan data : Peneliti etnografi sering menghadapi
kesulitan saat mengumpulkan data karena masyarakat yang diteliti mungkin
tidak ingin berbicara tentang kebudayaan mereka atau mungkin sulit diakses.
3. Kesulitan dalam menganalisis data: Analisis data dalam penelitian etnografi
seringkali mendapati data yang rumit dan memakan waktu yang lama karena
melibatkan banyak data yang dikumpulkan dari berbagai sumber.
4. Kesulitan dalam menjaga etika penelitian : Peneliti etnografi harus mem-
perhatikan etika penelitian seperti menjaga kerahasiaan data dan privasi
partisipan.
5. Kesulitan dalam menggeneralisasi hasil penelitian : Hasil penelitian etnografi
seringkali sulit untuk digeneralisasi ke populasi yang lebih besar karena
penelitian etnografi dilakukan pada kelompok etnik atau masyarakat tertentu. 5
2. Rumusan Masalah
5
Supatmi Supatmi, ‘Local Wisdom: Deskripsi, Tantangan, Dan Peluangnya Dalam Penelitian
Interpretif’, Perspektif Akuntansi, 2.2 (2019), 121–44.
3. Tujuan
4. Metode Penelitian
Metode atau metodologi merupakan suatu pendekatan formal untuk meneliti atau
mengkaji suatu ilmu pendidikan dengan dasar yang jelas dan memiliki kebenaran. 6
Secara umum, metodologi diartikan sebagai “a body of methode and roles of followed
in sciences or disipline”.7 Menurut etimologi, penelitian metodologis mempunyai
berbagai kemungkinan pandangan. Prof.Dr.S.Nasution mengemukakan dalam bukunya
yang berjudul “Metode Penelitian (Penelitian Ilmiah)” bahwa siapa pun yang menekuni
kajian ilmu pengetahuan yang mempunyai permasalahan harus segera mencari perhatian
atau mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. 8 Kemudian Abdurrahmat
Fathoni dalam penelitian menjelaskan bahwa “metode ilmiah merupakan cara dan
proses berlangsungnya kegiatan membangun ilmu pengetahuan dari dari pengetahuan
yang masih bersifat pra-ilmiah yang dilakukan secara sistematis sehingga memenuhi
persyaratan atau keahlian khusus keilmuan yang lazim atau layak dan secara ilmiah
dapat di pertanggung jawabkan”.9
6
Albi Anggito and Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Sukabumi: CV Jejak (Jejak
Publisher), 2018).
7
Peter J Denning and others, ‘Computing As a Discipline’, Computer, 22.2 (1989), 63–70.
8
S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah) (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).
9
Abdurrahmat Fathoni, ‘Metodologi Penelitian Dan Teknik Penyusunan Skripsi’, Jakarta: Rineka
Cipta, 2006; Muh. Fitrah, Metodologi Penelitian: Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas & Studi Kasus
(Sukabumi: Jejak Publisher, 2017).
Penelitian atau sering juga disebut dengan penyelidikan, adalah proses
mempelajari suatu fenomena atau memperoleh pengetahuan dengan menggunakan
metode penyelidikan.10 Pendekatan penelitian dengan metode penelitian karya ilmiah
dapat membantu untuk memperoleh kebenaran yang dapat di pertanggung jawabkan
secara empiris dan rasional.11 Semua jenis penelian memiliki cara atau metode untuk
melakukan penelitian ilmiah yang di dasarkan dan dilandaskan dengan suatu kajian
yang sudah ada. Terdapat perbedaan antara penelitian kepustakaan (library research)
dan penelitian di lapangan (field research), yaitu secara fungsinya, tujuannya, dan
kedudukannya dalam studi pustaka dalam setiap penelitian itu.12
Dalam karya penelitian ilmiah yang dilakukan oleh penulis dalam karya ini yaitu
meng-gunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Yaitu penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan bahan kepustakaan secara membaca teks tertulis dalam
suatu buku dan jurnal penelitian ilmiah.13
10
Supriyadi, Metodologi Penelitian Dan Teknik Penulisan Karya Ilmiah (Pekalongan: Penerbit
Nem, 2019), p. 3.
11
Margono Soekarjo, Metodologi Penelitian Ilmiah (Jakarta: Rineka Cipta, 2005); Siyoto; Adib
Sofia, Metode Penulisan Karya Ilmiah (Bursa Ilmu, 2017); Muhammad Ramdhan, Metode Penelitian
(Cipta Media Nusantara, 2021).
12
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), p. 1.
13
Zed, p. 2.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi, etnografi terbentuk dari kata yang berasal dari bahasa Yunani
‘etnos’ yang berarti ‘orang’, ‘kelompok budaya’, ‘budaya’. Manusia tidak lepas dari
budaya. Mereka terbentuk dari budaya serta tindakannya ditentukan oleh budaya.
Bahasa adalah unsur pokok budaya. Metode kualitatif memiliki tujuan untuk memahami
arti. Sehingga, unsur penting yang perlu dimiliki peniliti adalah pemahaman budaya.16
Dapat diuraikan juga bahwa studi etnografi, berasal dari dua akar kata bahasa Latin,
ethnos yang memiliki rarti bangsa, dan graphy yang maksudnya adalah lukisan, uraian,
atau gambaran. Maka, etnografi adalah gambaran atau uraian suatu suku bangsa yang
berhubungan dengan kebudayaan pada suatu tempat dan waktu tertentu.17
19
Meisy Permata Sari and others, ‘Penggunaan Metode Etnografi Dalam Penelitian Sosial’, Jurnal
Pendidikan Sains Dan Komputer, 3.01 (2023), 84–90 (p. 86).
20
Zuchri Abdussamad, Metode Penelitian Kualitatif, (CV.Syakir Media Press: 2021), hlm. 89
21
. R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, Dan Keunggulannya, (Jakatrta: PT
Grasindo: 2010), hlm. 90
22
Windiani Windiani and Farida Nurul Rahmawati, ‘Menggunakan Metode Etnografi Dalam
Penelitian Sosial’, DIMENSI-Journal of Sociology, 9.2 (2016), p. 88.
23
Nining Karlina and others, ‘Pola Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Transmigrasi Dengan
Masyrakat Lokal’, in Seminar Nasional Paedagoria, 2021, I, 155–69.
24
Windiani, Windiani, and Farida Nurul Rahmawati. "Menggunakan metode etnografi dalam
penelitian sosial." DIMENSI-Journal of Sociology 9.2 (2016), hlm. 88
Adanya etnografi bermula ketika bangsa Eropa melakukan penjelajahan ke
berbagai penjuru dunia pada akhir abad ke-15 hingga permulaan abad ke-16. Sejarah
etnografi tidak lepas dari hal tersebut. Mereka mendapati berbagai suku bangsa yang
kemudian mulai membuat catatan tentang suku bangsa tersebut. Catatan-catatan itu
terkumpul dan terhimupun hingga termuat sumber pengetahuan tentang deskripsi adat
istiadat, bahasa, dan ciri-ciri fisik berbagai ragam suku bangsa di Afrika, Asia, suku-
suku Indian, dan lain sebagainya.
Berkaitan dengan ini, Indonesia adalah objek penelitian etnografi pada masa
penjelajahan Eropa. Diantara penjelajahan yang terkenal adalah oleh Marcopolo dengan
catatan perjalanannya yang berjudul II Millone.25 Ia menerangkan daerah di Nusantara
yang pernah ia kunjungi, yaitu teruatama Sumatera. Perjalanan yang dilakukan
Marcopolo terjadi saat masa awal pembentukan kerjaan islam. Ia menerangkan pernah
singgah di Samudera Pasai, Barus, dan Perlak. Ia juga membuat catatan tentang
kanibalisme yang terjadi pada masyarakat saat itu. Ia menyebut wilayah yang
disinggahinya dengan sebutan Jawa Kecil yang ia terangkan memiliki komoditas yang
berharga dan berlimpah.
Pada tradisi pos-strukturalis, peniliti yang pada mulanya sebagai pusat, menjadi
terpinggirkan. Penulis berharap pembaca untuk mencari kebenaran melalui proses
refleksi, sehingga pembaca tidak merasa terdikte oleh realitas yang dibangun penulis
pada karyanya. Tidak jauh berbeda, pada etnografi postmodernisme tidak mengejar
objektivitas. Postmodernisme melakukan tekanan pada pentingnya “retorika” dalam
sebuah arsip argumentasi dan sebagai sebuah kritik pada suatu kebudayaan.28 Hal ini
karena dianggap bahwa merumuskan sebuah realitas adalah percuma, karena dalam
prakteknya pasti tidak lepas dari subjektivitas penulis. Paradigma pada postmodernisme
tidak selalu memiliki keterrkaitan dengan penjelasan mengenai segala konsep
kebudayaan saja, tetapi lebih tepatnya sebagai penyajian suatu pekerjaaan dalam
analisis dan hasil analisis melalui retorik yang tepat.29
Ruang lingkup etnografi adalah semua hal yang terkait dengan budaya manusia
yang meliputi bahasa (sistem fonetik, fonologi, sintaksis, dan semantik), sistem
teknologi (alat produktif, senjata, transportasi, rumah, pakaian, dan makanan), sistem
ekonomi (beternak, bertani, dan berocok tanam), asal mula sejarah (prasejarah, lokasi,
naskah kuno, mitologi, dan cerita rakyat), sistem pengetahuan (pengetahuan tentang
alam dan lainnya yang dijadikan konsep, teori, dan pendirian), organisasi sosial (sistem
kekerabatan yang berlaku pada suatu sistem masyarakat), kesenian (seni rupa, seni
28
Pip Jones, Pengantar Teori-Teori Sosial: Dari Fungsionalisme Hingga Post-Modernisme
(Yogyakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2009).
29
Windiani, Windiani, and Farida Nurul Rahmawati. "Menggunakan metode etnografi dalam
penelitian sosial." DIMENSI-Journal of Sociology 9.2 (2016), hlm. 89
30
Zuchri Abdussamad, Metode Penelitian Kualitatif, (CV.Syakir Media Press: 2021), hlm. 89
lukis, seni musik, seni tari, dan seni drama), kepercayaan agama (upacara keagamaan,
konsep hidup mati, konsep dunia akhirat, mitos, dan konsep lainnya), serta kenampakan
alam dan klimatologi (iklim, suhu, curah hujan, demografi, ciri flora fauna, dan
persebaran penduduk).31
31
Abdul Manan, Metode Penelitian Etnografi, (Aceh: AcehPo Publishing: 2021), hlm. 8
32
Pendidikan holistik adalah pendidikan yang memberikan pemahaman terhadap
permasalahan global seperti HAM, keadilan sosial, multikultural, agama, dan pemanasan global. Lihat
pada : Jejen Musfah, ‘Membumikan Pendidikan Holistik’, Pendidikan Holistik, 2012.
33
S Sarwoprasodjo Agung, ‘Perbandingan Pendekatan Ekonomi-Politik Media Dan Studi
Kebudayaan Dalam Kajian Komunikasi Massa’, Jurnal Komunikasi Pembangunan, 6.1 (2008);
Aryandini Novita and Dadang H Purnama, ‘PEMANFAATAN LINGKUNGAN OLEH MASYARAKAT
PENDUKUNG SITUS DI BELITUNG BAGIAN SELATAN’, Siddhayatra, 24.1 (2019), 61–81.
c. Kesulitan dalam menggeneralisasi hasil penelitian karena penelitian etnografi
biasanya dilakukan pada kelompok yang spesifik.
d. Kesulitan dalam mengukur dan mengevaluasi hasil penelitian.
e. Terkadang sulit untuk memperoleh akses ke komunitas atau kelompok yang
menjadi objek penelitian.
f. Terkadang sulit untuk mempertahankan keterlibatan dan kepercayaan dari
orang-orang yang menjadi objek penelitian.
g. Terkadang sulit untuk memisahkan peran peneliti sebagai pengamat dan sebagai
bagian dari komunitas yang diteliti.34
34
A Humaedi, ‘Menggugah Empati, Menarik Simpati: Kekuatan Etnografi Post-Kritis Dalam
Mendorong Kebijakan Berbasiskan Kebudayaan Lokal’ (LIPI, 2020); Sari and others; Reksiana Reksiana,
‘MODEL DAN PEMANFAATAN PENELITIAN ETNOGRAFI DALAM DUNIA PENDIDIKAN’,
Almarhalah, 5.2 (2021), 199–221; UJANG JAMALUDIN, ‘PEMBUDAYAAN NILAI BUDAYA
SEKOLAH BERBASIS ISLAM PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (Suatu
Penelitian Etnografi Di Kelas Tinggi Sekolah Dasar Islam Terpadu AlIzzah Kota Serang Provinsi
Banten)’ (UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA, 2020).
35
Elly Irhana Savitri, Surya Wiranto, and Endro Legowo, ‘Peran Panglima Laot Dalam
Meningkatkan Ketahanan Sosial Masyarakat Pesisir Aceh’, Jurnal Education And Development, 10.2
(2022), 46–53.
Jenis – jenis yang ada di dalam penilitian etnografi ini ada bermacam – macam
sehinggah etnografer harus benar dalam memilih cara yang digunakan, metode dalam
studi etnografi meliputi :
6. Kesimpulan
Denning, Peter J, Douglas E Comer, David Gries, Michael C Mulder, Allen Tucker, A
Joe Turner, and others, ‘Computing As a Discipline’, Computer, 22.2 (1989), 63–
70
Fitrah, Muh., Metodologi Penelitian: Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas & Studi
Kasus (Sukabumi: Jejak Publisher, 2017)
Nasution, S., Metode Research (Penelitian Ilmiah) (Jakarta: Bumi Aksara, 2009)
Sari, Meisy Permata, Adi Kusuma Wijaya, Bagus Hidayatullah, Rusdy A Sirodj, and
Muhammad Win Afgani, ‘Penggunaan Metode Etnografi Dalam Penelitian Sosial’,
Jurnal Pendidikan Sains Dan Komputer, 3.01 (2023), 84–90
Savitri, Elly Irhana, Surya Wiranto, and Endro Legowo, ‘Peran Panglima Laot Dalam
Meningkatkan Ketahanan Sosial Masyarakat Pesisir Aceh’, Jurnal Education And
Development, 10.2 (2022), 46–53
Siyoto, Sandu, Dasar Metologi Penelitian, ed. by Ayup (Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015)
Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004)