Oleh:
Guru Pengampu:
Dr. Bachtiar Hariyadi, S.S., M.Si.
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUNAN GIRI SURABAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etnografi merupakan salah satu dari sekian pendekatan dalam penelitian kualitatif. Dalam tradisi
penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, etnografi dikenal sebagai salah satu tradisi kualitatif
selain penelitian biografi, fenomenologi, grounded research, dan studi kasus. Penelitian etnografi
diidentikan dengan kerja antropologi, dengan dasar selain sebagai founding father, penentu cikal bakal
lahirnya antropologi, juga karena karakter penelitian etnografi yang mengkaji secara alamiah individu dan
masyarakat yang hidup dalam situasi budaya tertentu. Karena itupula etnografi dikenal
sebagai naturalistic inquiry.
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. Peneliti
menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan dan cara hidup. Etnografi adalah
sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai sebuah proses, etnografi melibatkan pengamatan
yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, sehingga peneliti memahami betul bagaimana kehidupan
keseharian subjek penelitian tersebut (Participant observation, life history), yang kemudian diperdalam
dengan indepth interview terhadap masing-masing individu dalam kelompok tersebut. Dengan demikian
penelitian etnografi menghendaki etnografer /peneliti : (1) mempelajari arti atau makna dari setiap
perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok dalam situasi budaya tertentu, (2) memahami budaya
atau aspek budaya dengan memaksimalkan observasi dan interpretasi perilaku manusia yang berinteraksi
dengan manusia lainnya, (3) menangkap secara penuh makna realitas budaya berdasarkan perspektif
subjek penelitian ketika menggunakan simbol-simbol tertentu dalam konteks budaya yang spesifik.
Untuk itu, dalam makalah ini penulis akan membahas tentang desain penelitian etnografi serta
Langkah-langkahnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian penelitian etnografi ?
2. Bagaimana langkah-langkah penelitian etnografi ?
BAB II
PEMBAHASAN
7
Paul Atkinson & Martyn Hammersley, Etnography and Participant Observation, Strategies of Qualitative
Inquiry ed. Norman K Denzin & Yvonna S. Lincoln, (California:SAGE Publication, Inc, 1998)
8
Nur Syam, Penelitian Etnografi Bidang Hukum Islam, http://nursyam.sunan-ampel.ac.id.diakses 27 September
2013.
Karakter khas dari metode etnografi semakin menjadi jelas, ketika asumsi-asumsi yang dibangun
dan dimiliki etnografi mengarah pada pemahaman terhadap keberadaan/peran/makna budaya dalam
sebuah masyarakat. Asumsi-asumsi itu menurut menurut Emzir (2012) dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Etnografi mengasumsikan kepentingan penelitian yang prinsip terutama dipengaruhi oleh pemahaman
cultural masyarakat. Metodologi secara sungguh-sungguh menjamin bahwa pemahaman cultural umum
akan diidentifikasi untuk kepentingan peneliti di tangan. Interpretasi tepat menempatkan tekanan besar
pada kepentingan kausal dari pemahaman kultual seperti itu. Terdapat suatu kemungkinan bahwa focus
etnografi akan mempertiimbangkan secara berlebihan peran persepsi budaya dan tidak
mempertimbangkan peran kausal kekuatan-kekuatan objektif.
2. Etnografi mengasumsikan suatu kemampuan mengidentifikasi masyarakat secara relevan dari
kepentingan. Dalam banyak latar, ini mungkin menjadi sulit. Masyarakat, organisasi formal, kelompok
non formal dan persepsi tingkat local semuanya mungkin memainkan peran dalam banyak subjek yang
diteliti, dan kepentingan ini mungkin bervariasi menurut waktu, tempat dan masalah. Terdapat suatu
kemungkinan bahwa focus etnografi mungkin secara berlebihan memandang peran budaya masyarakat
dan tidak memberikan pandangan pada peran kausal dari kekuatan psikologis individual atau bagian
masyarakat.
3. Etnografi mengasumsikan peneliti mampu memahami kelebihan cultural dari masyarakat yang diteliti,
menguasai bahasa atau jargon teknis dari kebudayaan tersebut, dan memiliki temuan yang didasarkan
pada pengetahuan komprehensif dari budaya tersebut. Terdapat suatu bahasa bahwa peneliti mungkin
memasukkan bias terhadap pandangan budayanya sendiri.
4. Sementara tidak inheren bagi metode, penelitian etnografi lintas budaya yang menghindari risiko asumsi
yang keliru bahwa pengukuran yang ada memiliki makna yang sama lintas budaya. 9
9
http://www2.chass.ncsu.edu/garson/pa765/ethno.htm.
produk mekanis dari faktor-faktor sosial dan psikologis. Ketiga prinsip tersebut dapat dirangkum di
bawah judul naturalisme, pemahaman, dan penemuan.10
1. Naturalisme. Ini merupakan pandangan bahwa tujuan penelitian sosial adalah untuk menangkap
karakter perilaku manusia yang muncul secara alami, dan bahwa ini hanya dapat diperoleh
melalui kontak langsung dengannya, bukan melalui inferensi dari apa yang dilakukan orang
dalam latar buatan seperti eksperimen atau dari apa yang mereka katakan dalam wawancara
tentang apa yang mereka lakukan.
2. Pemahaman. Yang sentral di sini adalah alasan bahwa tindakan manusia berbeda dari perilaku
objek fisik, bahkan dari makhluk lainnya: tindakan tersebut tidak hanya berisi tanggapan
stimulus, tetapi meliputi interpretasi terhadap stimulus dan konstruksi tanggapan. Kadang-
kadang tanggapan ini mencerminkan penolakan yang lengkap terhadap konsep kausalitas sebagai
tidak dapat diterapkan dalam dunia sosial, dan desakan tegas atas karakter yang dibangun secara
bebas dari tindakan manusia dan institusi.
3. Penemuan. Corak lain dari pemikiran etnografi adalah konsepsi proses penelitian sebagai
induktif atau berdasarkan temuan, daripada dibatasi pada pengujian hipotesis secara eksplisit. Itu
beralasan bahwa jika seseorang mendekati suatu fenomena dengan suatu set hipotesis, mungkin
dia gagal menemukan hakikat fenomena tersebut sebenarnya dibutakan oleh asumsi yang
dibangun ke dalam hipotesis tersebut.
10
Emzir, Op.Cit, hal. 150-152.
11
Creswell, oc.cit., hal. 69-70.
Dewasa ini populer juga etnograi kritis. Pendekatan etnografi kritis ini penelitian yang mencoba
merespon isu-isu sosial yang sedang berlangsung misalnya dalam masalah jender/emansipasi, kekuasaan,
status quo, ketidaksamaan hak, pemerataan dan lain sebagainya.
Jenis-Jenis etnografi lainnya diungkapkan Gay, Mills dan Aurasian sebagai berikut: 12
1. Etnografi Konfensional: laporan mengenai pengalaman pekerjaan lapangan yang dilakukan etnografer.
2. Autoetnografi: refleksi dari seseorang mengenai konteks budayanya sendiri.
3. Mikroetnografi: studi yang memfokuskan pada aspek khusus dari latar dan kelompok budaya.
4. Etnografi feminis: studi mengenai perempuan dalam praktek budaya yang yang merasakan pengekangan
akan hak-haknya.
5. Etnografi postmodern: suatu etnografi yang ditulis untuk menyatakan keprihatinan mengenai masalah-
masalah sosial terutama mengenai kelompok marginal.
6. Studi kasus etnografi: analisis kasus dari seseorang, kejadian, kegiatan dalam perspektif budaya.
12
Gay, op.cit., tabel 16.1 hal. 407.
13
Creswell, op.cit., hal. 70-72.
Peneliti etnografi secara umum mempunyai kesamaan dengan seseorang penjelajah yang
mencoba memetakan suatu wilayah hutan belantara. Penjelajah memulai dengan suatu masalah
umum, mengidentifikasi ciri-ciri utama dari wilayah tersebut; peneliti etnografi ingin
mendeskripsikan wilayah kultural. Kemudian penjelajah mulai mengumpulkan informasi,
menapak berjalan pertama satu arah, kemudian barangkali menyelidiki rute tersebut, selanjutnya
memulai penyelidikan satu arah baru. Pada penemuan sebuah danau di tengah sebuah hutan
berpohon-pohon besar, penjelajah mungkin berjalan mengelilinginya, kemudian berjalan
melewati daerah yang sudah dikenal untuk mengukur jarak danau dari tepi hutan tersebut.
Penjelajah akan sering membaca kompas, memeriksa arah matahari, membuat catatan tentang
tanda-tanda yang menonjol, dan menggunakan umpan balik dari setiap pengamatan untuk
memodifikasi informasi awal. Setelah beberapa minggu penyelidikan, penjelajah mungkin
mengalami kesulitan menjawab pertanyaan “Apa yang telah kamu temukan?” Seperti seseorang
peneliti etnografi, penjelajah mencari untuk mendeskripsikan suatu area hutan belantara daripada
berusaha menemukan sesuatu.
Menurut Spradley (1980: 26), s dalam praktik bagaimana dikutip oleh Emzir, penelitian
nyata perbedaan ini dapat diungkapkan dalam dua pola penelitian. Sementara para peneliti ilmu
sosial cenderung mengikuti penyelidikan pola “linear”, peneliti etnografi cenderung mengikuti
pola “siklus”. Mari kita lihat secara singkat pada contoh urutan linear dalam penelitian ilmu
sosial, setelah itu baru kita diskusikan pola “siklus”yang digunakan peneliti etnografi.
1. Urutan Linear dalam Penelitian Ilmu Sosial
McCord & McCord (1958) dalam penelitiannya tentang kriminalitas, mengikuti prosedur
urutan linear (gambar 1).
Mereka menyusun suatu prosedur penelitian untuk melihat apakah model peranan orang
tua memengaruhi anak-anak untuk mengatasi perilaku kriminal atau menghindari perilaku
tersebut. Semua detail dari penelitian mereka tidak perlu dipertimbangkan untuk mengikuti
urutan linear dari aktivitas ringkas berikut.
Tahap pertama: mendefinisikan suatu masalah penelitian. McCord mulai dengan
mendefinisikan masalah penelitian sebagai hubungan antara lingkungan keluarga dengan
penyebab kajahatan.
Tahap kedua: merumuskan hipotesis. Peneliti merumuskan sejumlah hipotesis penelitian
tentang hubungan antara sikap orang tua, perilaku, dan disiplin terhadap aktivitas kriminal (atau
absen dari aktivitas tersebut) dari anak-anak. Sebagai contoh, mereka menghipotesiskan bahwa
jika orang tua laki-laki menyimpang (kriminal, kacau), penyimpangan mereka akan tercermin
dalam kriminalitas di antara anak-anak, dan “anak-anak akan meniru orang tua laki-laki yang
menyimpang, jika orang tua laki-laki menunjukkan rasa kasih sayang terhadap mereka.”
Tahap ketiga: membuat definisi operasional. Penelitian mendefinisikan kata-kata, frase
seperti “penyimpangan” dan “model peran orang tua” dalam istilah-istilah spesifik yang
memungkinkan peneliti setuju bila mereka mengidentifikasi perilaku menyimpang.
Tahap keempat: merancang instrumen penelitian. Penelitian menggunakan data yang
telah dikumpulkan sebelumnya dari wawancara dan observasi. Instrumen utama pada saat
penelitian adalah suatu set instruksi peringkat yang digunakan oleh “rater” yang membaca lewat
data awal ini. Instrument tidak dapat dirancang hingga tahap satu sampai tahap tiga dilakukan.
Tahap kelima: mengumpulkan data. Ini dilakukan dengan menggunakan satu kelompok
rater independen.
Tahap keenam: menganalisis data. Data kemudian dipertentangkan dengan hipotesis dan
diuji untuk temuan baru yang tidak berhubungan dengan hipotesis.
Tahap ketujuh: menggambarkan kesimpulan. Banyak kesimpulan ditarik dari penelitian,
termasuk, sebagai contoh, penyimpangan mahasiswa tercermin dalam perilaku kriminal di
kalangan anak-anak.
Tahap kedelapan: melaporkan hasil. Bila analisis sudah lengkap, dan kesimpulan sudah
digambarkan, McMord kemudian menulis hasilnya untuk publikasi.
Penelitian etnografi jarang menggunakan prosedur linear semacam ini; tugas-tugas utama
mengikuti semacam pola siklus, selalu mengulangi, seperti terlihat dalam gambar 2. Berikut akan
dibicarakan masing-masing aktivitas utama dalam siklus ini.
14
terlihat bergerak turun ke jalan? Pertanyaan ini akan menuntun ke arah entri yang berbeda dalam
catatan lapangan Anda.
Dalam format penelitian sosial yang paling umum, pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti cenderung datang dari luar pemandangan budaya. Para peneliti dari suatu pandangan
budaya tertentu (ilmu sosial professional) menggambarkan pada kerangka referensi. Mereka
untuk merumuskan pertanyaan. Mereka kamudian memandang budaya yang lain untuk
melakukan wawancara atau observasi. Tanpa merealisasikannya merka cenderung berasumsi
bahwa pertanyaan dan jawaban merupakan unsure-unsur yang terpisah dalam pemikiran
manusia. Pertanyaan selalu mengimplikasikan jawaban. Pertanyaan dari jenis apa pun selalu
mengimplikasikan pertanyaan. Ini benar, bahkan ketika pertanyaan atau jawaban tidak
dinyatakan. Dalam melakukan observasi partisipan untuk tujuan etnografi, sebaik mungkin,
kedua pertanyaan dan jawaban harus ditemukan dalam situasi sosial yang akan diteliti.
Terdapat tiga jenis utama pertnyaan etnografi, masing-masing mengarah pada jenis
observasi yang berbeda di lapangan. Semua jenis etnografi mulai dengan “pertanyaan deskriptif”
umum/luas seperti “Siapa orang yang ada di sini?” “Apa yang mereka lakukan?”, dan “Apa latar
fisik dari situasi sosial ini?” Kemuadian, setelah penggunaan jenis pertanyaan ini untuk
menuntun observasi anda, dan setelah analisis data awal, Anda akan menggunakan “pertanyaan
structural” dan “pertanyaan kontras” untuk penemuan. Ini akan membimbing Anda membuat
observasi lebih terfokus.
Dalam sebuah etnografi seseorang dapat mengajukan seub-sub pertanyaan yang
berhubnungan dengan (a) suatu deskripsi tentang konteks, (b) analisis tentang tema-tema utama,
dan (c) interpretasi perilaku kultural (Wolcott, 1994, dalam Creswell, 1998: 104). Sebagai
alternative subpertanyaan topical ini dapat mencerminkan 12 langkah Spradley dalam Decision
Research Sequencenya sebagai berikut:
1) Apa situasi sosial yang akan diteliti? (Memilah suatu situasi sosial)
2) Bagaimana seseorang melakukan observasi terhadap situasi tersebut? (Melakukan observasi
partisipan)
3) Apakah yang sudah terekan tentang situasi tersebut? (Membuat rekaman etnografi)
4) Apakah yang sudah teramati tentang situasi tersebut? (Melakukan observasi deskriptif)
5) Apakah domain cultural yang muncul dari studi situasi tersebut? (Melakukan analisi domain)
6) Apakah lebih spesifik, observasi terfokus dapat dibuat? (Melakukan analisis taksonomi)
7) Melihat secara lebih selektif, observasi apa yang dapat dilakukan? (Melakukan observasi
selektif)
8) Apa komponen-komponen yang muncul dari observasi tersebut? (Melakukan analisis
komponen)
9) Apa tema-tema yang tampak? (Melakukan observasi selektif)
10) Apa inventori cultural yang tampak? (Mengambil inventori cultural)
11) Bagaimana seseorang dapat menulis etnografi? (Menulis sebuah etnografi) (Creswell. 1998: 104
dan Spradley, 1980: 103)
c. Pengumpulan Data Etnografi
Tugas utama kedua dalam siklus penelitian etnografi adalah pengumpulan data etnografi.
Dengan cara observasi partisipan, Anda akan mengamati aktivitas orang, karakteristik fisik
situasi sosial, dan apa yang akan menjadi bagian dari temat kejadian. Selama pelaksanaan
pekerjaan lapangan, apakah seseorang mempelajari sebuah desa suku tertentu untuk satu tahun
atau pramugari pesawat udara untuk beberapa bulan, jenis observasi akan berubah. Anda akan
mulai dengan melakukan observasi akan berubah. Anda akan mulai dengan melakukan observasi
deskriptif secara umum, mencoba memperoleh suatu tinjuan terhadap situasi sosial dan yang
terjadi di sana. Kemudian setelah perekaman dan analisis data awal Anda, Anda dapat
mempersempit penelitian Anda dan mulai melakukan observasi ulang di lapangan, Anda akan
mempu mempersempit penyelidikan Anda untuk melakukan observasi selektif. Walaupun
observasi Anda semakin terfokus, Anda akan selalu melakukan observasi deskriptif umum
hingga akhir studi lapangan Anda. Tiga jenis observasi ini berhubungan dengan tiga jenis
pertanyaan etnografi.
d. Pembuatan Rekaman Etnografi
Langkah berikutnya dalam siklus penelitian etnografi adalah membuat rekaman atau
catatan etnografi. Tahap ini mencakup pengambilan catatan lapangan. Pengambilan foto,
pembuatan peta, dan penggunaan cara-cara lain untuk merekam observasi Anda. Rekaman
etnografi ini membangun sebuah jembatan antara observasi dan analisis. Memang, sebagian
besar analisis Anda akan sangat tergantung pada apa yang telah Anda rekam.
e. Analisis Data Etnografi
Langkah berikutnya dalam siklus tidak dapat menunggu hingga terkumpul banyak data.
Dalam penelitian etnografi, analisis merupakan suatu proses penemuan pertanyaan. Sebagai
pengganti datang ke lapangan dengan pertanyaan spesifik, peneliti etnografi menganalisis data
lapangan yang dikumpulkan dari observasi partisipan untuk menemukan pertanyaan. Anda perlu
menganalisis catatan-catatan lapangan Anda setelah setiap periode pekerjaan lapangan untuk
mengetahui apa yang akan dicari dalam periode berikutnya dari obsevasi partisipan. Terdapat
empat jenis analisis, yaitu analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponen, dan analisis
tema.
Analisis domain, yaitu memperoleh gambaran umum dan menyeluruh dari objek
penelitian atau situasi sosial. Melalui pertanyaan umum dan pertanyaan rinci peneliti
menemukan berbagai kategori atau domain tertentu sebagai pijakan penelitian selanjutnya.
Semakin banyak domain yang dipilih, semakin banyak waktu yang diperlukan untuk penelitian.
Analisis taksonomi, yaitu menjabarkan domain-domain yang dipilih menjadi lebih rinci
untuk mengetahui struktur internalnya. Hal ini dilakukan dengan melakukan pengamatan yang
lebih terfokus.
Analisi komponensial, yaitu mencari cirri spesifik pada setiap struktur internal dengan
cara mengontraskan antarelemen. Hal ini dilakukan melalui observasi dan wawancara terseleksi
melalui pertanyaan yang mengontraskan.
Analisis tema budaya, yaitu mencari hubungan di antara domain dan hubungan dengan
keseluruhan, yang selanjutnya dinyatakan ke dalam tema-tema sesuai dengan fokus dan subfokus
penelitian.
Seorang peneliti etnografi berpengalaman dapat melakukan bentuk-bentuk analisis
berbeda ini secara simultan selama periode penelitian. Peneliti pemula dapat melakukannya
dalam urutan, belajar melakukan masing-masing dalam putaran sebelum bergerak ke analisis
berikutnya. Observasi partispan dan perekaman catatan lapangan, selalu diikuti oleh
pengumpulan data, yang mengarah pada penemuan pertanyaan etnografi baru, pengumpulan
data, catatan lapangan, dan analisis data lebih lanjut. Demikianlah siklus berlanjut hingga proyek
penelitian mendekati sempurna.
f. Penulisan Sebuah Etnografi
Tugas utama terakhir dalam siklus penelitian etnografi muncul ke arah akhir dari proyek
penelitian. Walupun demikian, itu dapat pula mengarah pada pertanyaan-pertanyaan baru dan
observasi-observasi lebih lanjut. Penulisan sebuah etnografi memaksa penyelidik ke dalam suatu
jenis analisis yang lebih intensif.
Penelitian etnografi melibatkan suatu open-ended inquiry; memerlukan umpan balik yang
konstan untuk memberikan arah penelitian. Peneliti etnografi hanya dapat merencanakan dari
awal perjalanan penyelidikan mereka dalam penertian yang paling umum. Setiap tugas utama
dalam tindakan siklus penelitian sebagai sebuah kompas untuk memelihara Anda di perjalanan.
Jika Anda kacaukan etnografi dengan pola penelitian linear yang lebih tipikal dalam ilmu sosial,
Anda akan berhadapan dengan masalah yang tidak diperlukan. Orang yang berpikir tentnag
etnografi sebagai urutan linear cenderung mengumpulkan catatan lapangan minggu demi minggu
dan segera menjadi berlimpah dengan kumpulan data yang tidak tersusun. Mereka sulit
mengetahui kapan mereka memiliki informasi yang cukup pada suatu topik. Dan bahkan masalah
yang lebih besar muncul ketika mereka menunggu semua data terkumpul sebelum mulai
menganalisis secara intensif. Pertanyaan baru muncul dari data; seseorang tidak dapat
mengajukan pertanyaan ini karena sulit atau tidak mungkin kembali ke lapangan. Jurang dalam
informasi muncul tanpa jalan untuk mengisi data yang hilang.
Kesadaran terhadap siklus penelitian etnografi dapat memelihara Anda dari kehilangan
jalan bahkan dalam proyek penelitian yang sangat kecil. Melakukan observasi partisipan secara
cepat menceburkan peneliti dalam suatu data primer yang luas. Itu tidak umum bagi mahasiswa
pascasarjana yang melaksanakan hanya beberapa jam seminggu untuk mengumpulkan sepuluh
sampai lima belas halaman catatan lapangan setiap minggu. Peneliti etnografi yang
menghabiskan beberapa jam sehari melakukan observasi partisipan secara proporsional akan
memiliki sejumlah besar data lapangan.
A. Kesimpulan
1. Penelitian etnografi adalah penelitian kualitatif yang melakukan studi terhadap kehidupan suatu
kelompok masyarakat secara alami untuk mempelajari dan menggambarkan pola budaya satu
kelompok tertentu dalam hal kepercayaan, bahasa, dan pandangan yang dianut bersama dalam
kelompok tersebut.
2. Langkah-langkah penelitian etnografi adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan seorang informan.
b. Melakukan wawancara dengan informan-informan, yaitu wawancara mendalam untuk
mengetahui tentang fenomena yang diteliti.
c. Membuat catatan etnografis melalui catatan harian hasil wawancara (nama informan, tempat,
waktu, tanggal, catatan hasil wawancara dan catatan refleksi).
d. Mengajukan pertanyaan deskriptif, yaitu pertanyaan tentang fenomena budaya yang diteliti.
e. Melakukan analisis wawancara etnografis, yaitu dengan membuat catatan-catatan refleksi dan
menghubungkannya dengan catatan-catatan lainnya untuk memperoleh kesamaan, kategori
sementara dan sebagainya.
f. Membuat analisis domain (diperoleh dari grand tour observation) yaitu melalui universal
semantic relationship. Hubungan semantis tersebut terkategori, yaitu: jenis, ruang, sebab akibat,
rasional, lokasi tindakan, cara sampai ke tujuan, fungsi, urutan dan atribut. Untuk ini buatlah
lembaran analisis domain.
g. Mengajukan pertanyaan struktural, yaitu pertanyaan yang menyangkut keseluruhan dari analisis
domain. Misalnya, apa saja jenis keseluruhan perkawinan di desa ini.
h. Membuat analisis taksonomis: pada analisis ini sudah difokuskan pada fenomena budaya yang
diteliti, jadi pada domain tertentu, misalnya pada domain fungsi (kawin sirri). Pemenuhan hasrat
seksual, menolong kesulitan ekonomi, pemenuhan aktualisasi diri. Masing-masing akan memiliki
subfungsi yang akan berkembang sesuai dengan penelusuran wawancara dan dikategorikan sesuai
dengan kesamaannya.
i. Mengajukan pertanyaan kontras, yaitu pertanyaan untuk mengungkap adanya kontras di setiap
elemen di dalam domain. Misalnya apakah ada yang berbeda pendapat dalam menanggapi fungsi
kawin sirri tersebut.
j. Analisis komponensial: yang dibidik oleh analisis komponensial adalah adanya perbedaan-
perbedaan di setiap elemen dalam analisis domain. Melalui contrast questions maka akan
diperoleh dimensi-dimensi kontras di dalam setiap domain. Misalnya: pemenuhan kebutuhan
seksual vs bukan pemenuhan kebutuhan seksual dan sebagainya.
k. Analisis tema budaya, yaitu memahami tema budaya apa yang dominan dari suatu entitas budaya
pada masyarakat. Dari setiap domain tersebut tentunya terdapat domain penting dan dominan,
yang darinya dapat diketahui apa tema budaya yang ada di masyarakat tersebut.
l. Menulis laporan etnografis, yaitu berperspektif personal voice, bahasa informal, menerima
kaidah-kaidah bahasa kualitatif.
B. Kata Penutup
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulis sangat menyadari, bahwa dalam penulisan ini banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu
penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran demi perbaikan makalah ini.
Harapan penulis semoga kata makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, Paul & Hammersley, Martyn, Etnography and Participant Observation, Strategies of Qualitative
Inquiry ed. Norman K Denzin & Yvonna S. Lincoln, (California:SAGE Publication, Inc, 1998).
Creswell, John W., Qualitative Inquiry & Research Design, Choosing Among Five Approch ,(California: Sage
Publications, 2007).
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif, (Jakarta: RajaGrafindo, 2011).
http://www2.chass.ncsu.edu/garson/pa765/ethno.htm.
Lodico, Marguerite G, Dean T. Spaulding, Katherine H. Voegtle, Methods in Educational Research From Theory
to Practice, (San Fransisco: Jossey Bass, 2006).
Mills, L.R. Gay, Geoffrey E. & Airasian, Educational Research: Competencies for analysis and
application-9th. Ed, (New Jersey: Merril-Pearson Education, 2009).
Syam, Nur, Penelitian Etnografi Bidang Hukum Islam, http://nursyam.sunan-ampel.ac.id.