Kelompok 8
Asman (2010051)
Arismen (2009964)
Tri Mandala (2002270)
Tri Setiyarini (2010254)
Harris (John
W.Creswell;2007)
penelitian kualitatif dimana seorang peneliti
menguraikan dan menafsirkan pola bersama dan
belajar nilai-nilai, perilaku, keyakinan, dan bahasa dari
berbagai kelompok
Defenisi lain
(John W.Creswell;2001) menafsirkan suatu pola
kelompok berbagai budaya yang dilakukan bersama
baik perilaku, keyakinan dan bahasa yang berkembang
dari waktu kewaktu.
Asumsi Dasar Peneliti
Etnografi mengasumsikan kepentingan
1 penelitian yang prinsip utamanya
dipengaruhi oleh pemahaman kultural
masyarakat
Mengidentifikasi dan menentukan lokasi dari kelompok budaya Kumpulkan informasi dari lapangan mengenai kehidupan kelompok
yang akan diteliti. Kelompok sebaiknya gabungan orang-orang tersebut. Data yang dikumpulkan bisa berupa pengamatan, pengukuran,
yang telah bersama dalam waktu yang panjang karena disini survei, wawancara, analisa konten, audiovisual,pemetaan dan penelitian
yang akan diteliti adalah pola perilaku, pikiran dan kepercayaan jaringan. Setelah data terkumpul data tersebut dipilah-pilah dan dianalisa.
yang dianut secara bersama.
Pilihlah tema kultural atau isu yang yang akan dipelajari dari suatu Yang terahir tentunya tulisan tentang gambaran atau potret menyeluruh
kelompok. Hal ini melibatkan analisis dari kelompok budaya. dari kelompok budaya tersebut baik dari sudut pandang partisipan maupun
dari sudut pandang peneliti itu sendiri.
Siklus Penelitian Etnografi
1. Pemilihan suatu proyek etnografi
2. Pengajuan pertanyaan etnografi
10 Siswa perempuan
Holland High di Kota
kulit putih asli Belanda
Randstad Belanda
berusia 15-17 tahun,
(Sekolah tingkat
dengan latar belakang
pendidikan menengah
100 siswa pada tingkat yang beragam terkait
umum yang
atas sekolah pra- pekerjaan dan
komprehensif,
kejuruan Holland High pendidikan orangtua
menawarkan jalur
mereka, namun tidak
pendidikan pra-
ada orangtua mereka
kejuruan hingga pra-
yang memiliki gelar
akademik)
sarjana
Peneliti melakukan penelitian di Holland High dari September 2014 hingga Mei 2015, Pengamatan insentif
diruang kelas dan area bermain adalah bagian dari pendekatan penulis. Penulis mengikuti siswa tertentu
berkeliling dan mendokumentasikan kehidupan sehari-hari yang biasa dan terkadang luar biasa di sekolah
Selama observasi lapangan, penulis tidak memberitahu 10 siswa tersebut bahwa peneliti hanya meneliti siswa kulit
putih asli Belanda. Literatur menyarankan bahwa akan lebih bijaksana secara metodologis untuk tidak memberitahu
siswa bahwa penelitian tersebut melibatkan sebagian siswa, karena beresiko kecemburuan atau hambatan lainnya.
Namun peneliti juga mengumpulkan data tentang murid lain.
Penulis menggunakan prinsip triangulasi dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Penulis
menggabungkan observasi dengan wawancara dengan orang-orang dalam peran yang berbeda dan
menggunakan materi dari sumber yang berbeda. Penulis juga memanfaatkan catatan sekolah,
mewawancarai siswa, guru, orangtua siswa dan pejabat sekolah.
Penulis mengamati siswa dikelas, berinteraksi dengan siswa di jeda antar kelas. Wawancara individu
berlangsung antara 20-60 menit. Penulis dalam wawancara kelompok dan individu menggunakan wawancara
semi-terstruktur, mengajukan pertanyaan terbuka.
Observasi dan Wawancara
Pendekatan Etnografi
• Selama pengumpulan data Etnografi, peneliti selalu terbuka dengan pihak sekolah dan responden tentang sifat
penelitian peneliti. Para siswa tahu peneliti sedang mengadakan penelitian tentang aspirasi sisw
• Selama pertemuan pertama, Guru mengalokasikan waktu ekstra untuk memperkenalkan peneliti dan topik
penelitian.
• Dalam sesi diskusi dan wawancara, Peneliti berbicara tentang aspirasi siswa dan rencana masa depan. Peneliti
mendengarkan dengan cermat setiap siswa dan mengundang siswa yang lebih pendiam untuk berbicara
• Penulis mengadakan pembicaraan dengan siswa terkait aspirasi dan masa depan sebulan sekali. Namun dalam
pembicaraan tersebut, penulis mengizinkan siswa untuk memilih topik percakapan. Ini akhirnya menjadi campuran
dari skolah sehari-hari dan topik pribadi yang kadang tetap menyertakan aspirasi dan rencana masa depan
mereka.
•Untuk memahami aspirasi siswa, penulis menganalisis mereka menurut kategori “Apa”, “Mengapa”, “Bagaimana”.
Sebagian besar siswa dapat menjawab “Apa”, tetapi “Mengapa” dan “Bagimana” menjadi pertanyaan yang
menantang
•Penulis menggunakan konsep Reason & Resources untuk menganalisis apsirasi siswa dengan pendekatan
etnografis
Hasil dan Pembahasan
1. Reason (Alasan)
Berdasarkan observasi dan wawancara terhadap 10 siswa, Alasan sering
kali menjadi hal pertama yang diungkapkan siswa ketika berbicara tentang
aspirasi masa depan mereka.
Dengan cara yang positif, alasan dapat memotivasi siswa untuk bertindak
sesuai dengan aspirasi yang mereka inginkan. Disisi lain ketika alasan tidak
ada, siswa mungkin merasa frustasi, meragukan diri sendiri, dan bahkan
mungkin membuat mereka enggan melanjutkan sekolah.
Reason (Alasan)
Hasil dan Pembahasan
2. Resources (Sumberdaya/Pengetahuan)
Ketika ada kesenjangan yang besar antara cita-cita tinggi dan tingkat pendidikan yang rendah,
siswa memerlukan akses ke sumber daya untuk mencapai tujuan mereka. Jejaring social mereka,
staf sekolah, keluarga dan teman memainkan peran penting dalam pengembangan aspirasi mereka
Kesimpulan tersebut juga didapat dari observasi etnografis terhadap Lisa, seorang sisiwa kulit
putih Belanda berusia 15 tahun dan dari keluarga kelas bawah, yang menyuarakan cita-cita nya
ingin menjadi arsitek saat ditanya oleh peneliti dihadapan peneliti dan gurunya. Guru menanggapi
dengan cara yang agak sinis dan merasa cita-cita tersebut sangat tidak realistis.
Karena harapan guru adalah penentu utama kemajuan siswa, yang sering dikaitkan dengan
aspirasi siswa (Feinsten et all. 2007), reaksi guru akan dikonstektualisasikan dalam paragraph yang
akan menunjukan perilaku kelas mengganggu secara negatif dan mempengaruhi realisasi aspirasi
siswa
Kesimpulan
Dengan pendekatan etnografi dan menggunakan konsep baru, Alasan (Reason) dan
Sumberdaya/ Pengetahuan (Resources), penelitian ini menjawab bahwa Alasan siswa
mempunyai aspirasi/keinginan adalah sangat penting bagi siswa dalam meng-create sebuah
keinginan masa depan. Adapun untu merealisasikannya, sumberdaya/pengetahuan juga sangat
dibutuhkan.
Aspirasi/keinginan yang tinggi tidak ada korelasi dengan perilaku onar siswa di sekolah. Namun
pada kenyataanya, perilaku onar siswa dikelas mempengaruhi secara langsung terkait
bagaimana siswa merealisasikan aspirasi/keinginan mereka. Hal ini dikarenakan, guru sulit untuk
mempercayai dan membimbing dengan serius siswa tersebut untuk merealisasikan
aspirasi/keinginan/cita-cita mereka.
Tulisan ini meyakini jika antara Alasan dan Sumberdaya/pengetahuan tidak seiring sejalan,
maka aspirasi/keinginan siswa tidak mungkin terwujud.
Penulis : • Judul :
Deskripsi Penelitian
• Children’s relationships with the opposite
Betül Yanık sexinside peer culture: the case of rural
JURNAL : children inTurkey
EARLY CHILD
DEVELOPMENT AND CARE
Pages 1080-1092 | Received
14 May 2018, Accepted 17
Aug 2018, Published online:
23 Aug 2018
DOI:
https://doi.org/10.1080/03004
430.2018.1514393
• Hingga sekitar 30 tahun yang lalu, anak-anak
jarang belajar secara langsung di sosiologi dan
sering dianggap sebagai ancaman yang harus
LATAR dikendalikan atau disosialisasikan agar sesuai
BELAKANG dengan masyarakat (Corsaro, 2015; Prout, 2005).
Proses ini dipandang sebagai sosialisasi dimana
PENELITIAN anak memperoleh identitas seksualnya. Oleh
Children’s karena itu, orang dewasa dalam lingkungan sosial
relationships mengajarkan dan membentuk bagaimana anak
seharusnya berperilaku dengan orang lain.
with the opposite
• Corsaro (2015) mendefinisikan budaya teman
sexinside peer sebaya anak-anak sebagai rangkaian kegiatan
culture: the case atau rutinitas yang stabil, artefak, nilai-nilai, dan
of rural children perhatian yang dihasilkan dan dibagikan oleh
inTurkey anak-anak dalam interaksi dengan teman sebaya
Rumusan Masalah Tujuan Penelitian
• Bagaimana hubungan yang dimiliki • Studi ini menyelidiki hubungan
anak-anak yang tinggal di daerah yang dimiliki anak-anak yang
pedesaan di Turki dengan lawan tinggal di daerah pedesaan di Turki
jenis dengan lawan jenis dan peran anak
• Bagaimana peran anak laki-laki laki-laki dan perempuan
dan perempuan sehubungan sehubungan dengan budaya teman
dengan budaya teman sebaya. ? sebaya.
METODE PENELITIAN
Studi penelitian
dilakukan di sebuah Seluruh siswa
sekolah dua lantai prasekolah usia 6
kecil yang terletak di tahun di kelas peneliti
daerah pedesaan di mengajar
Turki.
Penelitian ini berlangsung selama 6 minggu di kelas peneliti sendiri sebagai guru sehingga peneliti memiliki
kesempatan untuk mengamati interaksi anak-anak satu sama lain setiap saat dan di setiap aktivitas sekolah
Kedua, penelit melakukan observasi lingkungan sosial budaya tempat anak-anak tinggal, dan
memberikan informasi kepada keluarga sehingga mereka mengenal penrliti sebagai guru,
Penulis melakukan wawancara hangat dengan siswa secara terstruktur dan sistematis serta mencatat
hasil wawancara secara lengkap dan terperinci
Penulis melakukan pengamatan selama kegiatan bermain game, kegiatan kebersihan, waktu
sarapan/istirahat siswa dan diberbagai kegiatan siswa lainnya untuk melihat peran anak laki laki dan
perempuan dalam budaya teman sebaya.
HASIL DAN KESIMPULAN
SELESAI