Anda di halaman 1dari 7

ETNOGRRAFI

Etnografi sebagai metode tertua dalam riset kualitatif sangat penting untuk penelitian-
penelitian social yang mempunyai beberapa karakteristik yaitu (1) menggali atau meneliti
fenomena social, (2) data tidak terstruktur; (3) kasus atau sample sedikit; (4)dilakukan
analisis data dan interpretasi data tentang arti dari tindakan manusia.1 Menurut
Spradley,1980, Atkinson 1992, Wolcott1997, etnografi adalah penjelasan tentang budaya
dengan maksud untuk mempelajari dan memahami tentang kehidupan individu. Etnografi
berarti belajar dari orang, yang menjelaskan secara langsung dari kultur dan subkultur
individu tersebut. 2
Sedangkan Wolcott (1977) menjelaskan, etnografi adalah suatu metode khusus atau
satu set metode yang didalamnya terdapat berbagai bentuk yang mempunyai karakteristik
tertentu, termasuk partisipasi etnografer,memahami dan mengikuti kehidupan sehari-hari dari
seseorang dalam periode yang lama, melihat apa yang terjadi, mendengarkan apa yang
dikatakan, bertanya kepada mereka, dan pada kenyataan nya mengumpulkan data apa saja
yang ada.3
Budaya sering diartikan sebagai suatu set petunjuk dimana diikuti oleh individu yang
termasuk didalam anggota social tertentu, dimana menceritakan tentang bagaimana mereka
melihat dunia, bagaimana mendalaminya secara emosional, dan bagaimana berperilaku dalam
hubungan dengan manusia lain terhadap kekuatan supranatural atau Allah S.W.T. dan
lingkungan alam4. (Helman, 1994 pp.2-3).
Bentuk etnografi menurut Muecke (1994) ada 4 jenis, yaitu: (1) Etnografi klasik
meliputi penjelasan perilaku dan demonstrasi mengapa dan dalam keadaan apa mereka
berperilaku, waktu dilapangan, observasi secara terus menerus, alasan perilaku, menjelaskan
segala sesuatu tentang budaya. (2) Etnografi sistematis yang lebih mendeskripsikan stuktur
dari budaya dari pada mendeskripsikan tentang seseorang dan social interaksinya, emosi dan
materinya. Tipe ini melihat stuktur budaya tentang bagaimana mengatur jalan hidup dari
kelompok yang diteliti. (3) Etnografi Interpretive atau hermeutic ethnography adalah untuk
menemukan arti dari interaksi social yang diamati. Mempelajari budaya melalui analisa
inferensial dan implikasi perilaku yang diketemukan. (4) Critical ethnography:dilakukan
1
Atkinson, P & Hammersley, M (1994). Ethnographyand Participant Observation. In Norman Denzinand Yvonna Lincoln
(Eds.), Handbook ofQualitative Research. Thousand Oaks: Sage,pp.249-261
2
Spradley, J., (1980). Participant Observation. NewYork: Holt, Rinehart and Winston.
3
Wolcott, S.K.(1977). Student Assumptions aboutKno wledge and Crit ical Thinking in t heAccounting Classroom, online
working paperavailable
4
Helman, C. G. (1994). Culture, Health and Illness.Oxford: Butterworth-Heinemann.
untuk mengkritik teori, peneliti dan anggota dari budaya untuk kemudian bersama-sama
membuat skema cultural.5
Ahli lain seperti Sarantokos (1993) membagi jenis etnografi secara lebih sederhana
menjadi (1) Descriptive atau conventional ethnography – yaitu deskripsi tentang budaya atau
kelompok melalui analisa, pola yang tidak ditutupi, tipologi dan kategorisasi. (2) Critical
ethnography bertujuan untuk mempelajari factor social yang makro (misalnya kekuasaan) dan
mempelajari hal yang umum dan asumpsi agenda yang tersimpan.6
Konsep kunci dalam etnografi
Aktifitas etnografi memiliki elemen sentral meliputi:
1) Refleksifitas adalah keadaan dimana peneliti dapat menjadikan dirinya sebagai alat
untuk memperjelas data pada proses pengumpulan data dalam melihat responsubjek
melalui kehadiran peneliti dan respon peneliti pada konteks. Bias dan subjektivitas
adalah resiko yang bisaterjadi (Hammersley & Atkinson, 1995).
2) Observasi partisipan, merupakan bagian utama dari metodologi . Ini adalah proses
dimana sebagai peneliti, fokusnya adalah dirinya sendiri secara keseluruhan dalam
situasi social. Dengan demikian peneliti akan lebih dekat dengan mereka (informan)
ketika mereka berespon terhadap kehidupan , dan tidak hanya mendengar apa yang
mereka katakan tetapi mengambil semuanya dari yang respon terkecil mereka
terhadap situasinya7 (Goffman, 1989). Peneliti dianjurkan untuk mempertimbangkan
elemen perilaku, pengetahuan dan semua yang membantu memperjelas. Wawancara
etnografi bertujuan untuk menemukan arti budaya yang terjadi pada group social,
terutama interaksi, konteks social dan konstruksi social dari pengetahuan8
(Lowenberg,1993).
3) Analisis cultural, merupakan titik masuk dari etnografi dan elemen akhir dari
observasi partisipan. Ancaman yang terjadi dalam observasi dan wawancara ditutup
dengan pemahaman aktivitas budaya dan proses yang ditulis dalam catatan lengkap,
focus observasi dan observasi yang diseleksi atau wawancara, analisa dan tema kultur
(Spradley, 1980).
Tahapan penelitian Etnnografi

5
Muecke, M. A. (1994). On the Evaluation ofE t hno g r a p hie s. In Jane M. Morse (Ed.),Critic al I ssue s in Qu alit ativ e
Re searchMethods (pp.187-209). Thousand Oaks: Sage.
6
Sarantakos, S. (1993). Social research. Melbourne:Macmillan Education .
7
Goffman, E. (1989). On Fieldwork. Journal ofContemporary Ethnography, 18 (2), 123-132.
8
Lowenberg, J. (1993). Interpretive research meth-odology: broadening the dialogue. Advances inNursing Science, 16 (2),
57-69.
1) Identifikasi peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi secara berulang (recurrent
events)
2) Iventarisir komponen komunikasi yang membangun peristiwa berulang
3) Temukan hubungan antar komponen komunikasi yang membangun peristiwa
komunikasi sebagai pemolaan komunikasi (communication pattern)
Jenis-Jenis Etnografi
Menurut Creswell (2012: 464) penelitian etnografi memiliki beragam bentuk. Akan tetapi,
jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan penelitian pendidikan adalah etnografi
realis, studi kasus, dan etnografi kritis
1. Etnografi Realis
Etnografi realis adalah pendekatan yang populer digunakan oleh para antropolog
budaya. Dijelaskan oleh  Van Maanen dalam Creswell (2012: 464) etnografi
merefleksikan sikap tertentu yang diambil oleh peneliti terhadap individu yang sedang
dipelajari. Etnografi realis adalah pandangan obyektif terhadap situasi, biasanya
ditulis dalam sudut pandang orang ketiga, melaporkan secara obyektif mengenai
informasi yang dipelajari dari para obyek penelitian di lokasi (Creswell, 2012:464).
Dalam etnografi realis ini:
a) Etnografer  menceritakan penelitian dari sudut pandang orang ketiga,laporan
pengamatan partisipan, dan pandangan mereka. Etnografer tidak menuliskan
pendapat pribadinya dalam laporan penelitian dan tetap berada di belakang
layar sebagai reporter yang meliput tentang fakta-fakta yang ada.
b) Peneliti melaporkan data objektif dalam sebuah bentuk informasi yang
terukur, tidak terkontaminasi oleh bias, tujuan politik, dan penilaian pribadi.
Etnografer juga menggunakan kategori standar untuk deskripsi budaya
(misalnya kehidupan keluarga, kehidupan kerja, jaringan sosial, dan sistem
status).
c) Etnografer menghasilkan pandangan partisipan melalui kutipan yang
diedit tanpa merubah makna dan memiliki kesimpulan berupa interpretasi dan
penyajian budaya (Van Maanen dalam Creswell, 2012: 464).
2. Studi Kasus
Istilah studi kasus sering digunakan dalam hubungannya dengan etnografi. Studi
kasus merupakan salah satu bagian penting dari etnografi, meskipun berbeda dari
etnografi dalam beberapa hal tertentu.
Peneliti studi kasus terfokus pada program, kejadian,atau kegiatan yang melibatkan
individu dan bukan merupakan kelompok (Stake dalam Creswell, 2012: 465).
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis
kasus yang akan dipelajari dalam penelitian kualitatif, antara lain:
a) Apakah kasus tersebut dialami oleh satu individu, beberapa individu secara
terpisah atau dalam kelompok, program, kegiatan, atau kegiatan (misalnya,
guru, beberapa guru, atau penerapan program matematika baru).
b) “Kasus” tersebut merupakan proses yang terdiri dari serangkaian langkah-
langkah (misalnya, proses kurikulum perguruan tinggi) yang membentuk suatu
urutan kegiatan.
c) Sebuah kasus dipilih untuk diteliti karena itu sesuatu yang tidak biasa dan
memberi manfaat, berikut ini pembagiannya :
1) Kasus intrinsik (intrinsic case), apabila kasus yang dipelajari secara
mendalam mengandung hal-hal menarik untuk dipelajari berasal dari
kasus itu sendiri, atau dapat dikatakan mengandung minat intrinsik.
2) Kasus instrumental (instrumental case), apabila kasus yang dipelajari
secara mendalam karena hasilnya akan dipergunakan untuk
memperbaiki atau menyempurnakan teori yang telah ada atau untuk
menyusun teori baru.
3) Kasus kolektif (collective case), adalah dimana beberapa kasus
dijelaskan dan dibandingkan dengan memberikan wawasan tentang
masalah. Sebuah studi kasus peneliti mungkin memeriksa beberapa
sekolah untuk menggambarkan pendekatan alternatif untuk pilihan
sekolah bagi siswa.
4) Peneliti berusaha untuk mengembangkan pemahaman mendalam
tentang kasus dengan mengumpulkan berbagai bentuk data (misal,
gambar, kliping, video, dan e-mail). Penjelasan tersebut memberikan
pemahaman yang mendalam tentang beberapa syarat kasus yang baik
untuk dipelajari, hal tersebut karena peneliti memiliki keterbatasan
waktu untuk mengabdikan serta menjelajahi kedalaman sebuah kasus
yang akan diteliti.
5) Peneliti juga memandang kasus dalam konteks lebih luas, seperti
geografi, politik, sosial, atau ekonomi (misal, konstelasi keluarga yang
terdiri dari kakek-nenek, saudara kandung, dan mengadopsi anggota
keluarga).
3. Etnografi Krisis
Etnografi kritis adalah jenis penelitian etnografi di mana penulis tertarik
memperjuangkan emansipasi kelompok yang terpinggirkan dalam masyarakat
(Thomas dalam Creswell, 2012: 467). Peneliti kritis biasanya berfikir dan mencari
melalui penelitian mereka, melakukan advokasi terhadap ketimpangan dan dominasi
(Carspecken & Apple dalam Creswell, 2012: 467). Sebagai contoh, ahli etnografi
kritis meneliti sekolah yang menyediakan fasilitas untuk  siswa tertentu, menciptakan
situasi yang tidak adil di antara anggota kelas sosial yang berbeda, dan membiarkan
diskriminasi gender.
Komponen utama dari etnografi kritis adalah faktor-faktor seperti nilai-sarat orientasi,
memberdayakan masyarakat dengan memberikan kewenangan yang lebih, menantang
status quo, dan kekhawatiran tentang kekuasaan dan kontrol (Madison dalam
Creswell, 2012: 467). Faktor-faktor tersebut antara lain :
a) Menyelidiki tentang masalah sosial kekuasaan, pemberdayaan,
ketidaksetaraan, ketidakadilan, dominasi, represi, hegemoni, dan korban.
b) Para peneliti melakukan etnografi kritis sehingga penelitian mereka tidak
semakin meminggirkan individu yang sedang dipelajari. Dengan demikian,
para penanya berkolaborasi, aktif  berpartisipasi, dan bekerjasama dalam
penulisan laporan akhir. Para peneliti etnografi kritis diharapkan untuk
berhati-hati dalam memasuki dan meninggalkan tempat penelitian, serta
memberikan feed back.
c) Para peneliti etnografi memberikan pemahaman secara sadar, mengakui bahwa
interpretasi mencerminkan sejarah dan budaya kita sendiri. Interpretasi dapat
hanya bersifat sementara dan tergantung bagaimana partisipan akan
melihatnya.
d) Peneliti kritis memposisikan diri dan sadar akan peran mereka dalam
penulisan laporan penelitian.
e) Posisi ini tidak netral bagi peneliti kritis, hal ini berarti bahwa etnografi kritis
akan menjadi pembela perubahan untuk membantu mengubah masyarakat kita
sehingga tidak ada lagi yang tertindas dan terpinggirkan.
f) Pada akhirnya, laporan etnografi kritis akan menjadi berantakan, multilevel,
multimetode pendekatan untuk penyelidikan, penuh kontradiksi, tak
terpikirkan, dan ketegangan (Denzin, dalam Creswell, 2012: 467).9
Kelebihan dan Kekurangan Etnografi
Gall (2003:494-495) menemukan beberapa kelebihan dan kelemahan dari penelitian
etnografi.
1. Kelebihan
Salah satu aspek yang paling berharga yang dihasilkan dari penelitian etnografi adalah
kedalamannya. Karena peneliti berada untuk waktu yang lama, peneliti melihat apa
yang dilakukan orang serta apa yang mereka katakan. Peneliti dapat memperoleh
pemahaman yang mendalam tentang orang-orang, organisasi, dan konteks yang lebih
luas. Peneliti lapangan mengembangkan keakraban yang intim dengan dilema,
frustrasi, rutinitas, hubungan, dan risiko yang merupakan bagian dari kehidupan
sehari-hari. Kekuatan yang mendalam dari etnografi adalah yang paling “mendalam”
atau “intensif”. Dari pengetahuan tentang apa yang terjadi di lapangan dapat
memberikan informasi penting untuk perumusan asumsi penelitian. Secara singkat
kelebihan pengunaan penelitian etnografi dijelaskan di bawah ini, sebagai berikut:
a) Menghasilkan pemahaman yang mendalam. Karena yang dicari dalam
penelitian ini bukan hal yang tampak, melainkan yang terkandung dalam hal
yang nampak tersebut
b) Mendapatkan atau memperoleh data dari sumber utama yang berarti memiliki
tingkat validasi yang tinggi.
c) Menghasilkan deskripsi yang kaya, penjelasan yang spesifik dan rinci
d) Peneliti berinteraksi langsung dengan masyarakat sosial yang akan diteliti.
e) Membantu kemampuan beinteraksi karena menuntut kemampuan
bersosialisasi dalam budaya yang ia coba untuk dijelaskan.
2. Kelemahan
Salah satu kelemahan utama penelitian etnografi adalah bahwa dibutuhkan lebih lama
waktu daripada bentuk penelitian lainnya. Tidak hanya membutuhkan waktu lama
untuk melakukan kerja lapangan, tetapi juga memakan waktu lama untuk

9
Cresswell, Jhon W., (2012). Eduactional Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative
Research. Ney Jersey: Person Education, Inc.
menganalisis materi yang diperoleh dari penelitian. Bagi kebanyakan orang, ini berarti
tambahan waktu. Kelemahan lain dari penelitian etnografi adalah bahwa lingkup
penelitiannya tidak luas. Etnografi sebuah studi biasanya hanya satu organisasi
budaya. Bahkan keterbatasan ini adalah kritik umum dari penelitian etnografi,
penelitian ini hanya mengarah ke pengetahuan yang mendalam konteks dan situasi
tertentu. Secara singkat kelemahan pengunaan penelitian etnografi dijelaskan di
bawah ini, sebagai berikut:
a) Perspektif pengkajian kemungkinan dipengaruhi oleh kecenderungan budaya
peneliti.
b) Membutuhkan jangka waktu yang panjang untuk mengumpulkan data dan
mengelola data.
c) Pengaruh budaya yang diteliti dapat mepengaruhi psikologis peneliti, ketika
peneliti kembali kebudaya asalnya.
d) Peneliti yang tidak memiliki kemampuan sosialisasi, terdapat kemungkinan
penolakan, dari masyarakat yang akan diteliti.10

10
Gall, M.D., Gall, J.P. and Borg, W.R. (2003) Educational Research: An
  Introduction, Seventh Edition. New York: Pearson education Inc

Anda mungkin juga menyukai