Oleh :
KELOMPOK 9
Ni Putu Sundari Maheni Premaswari (2181611043)
Ida Bagus Wahyu Diatmika (2181611044)
MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
2021
A. DEFINISI DAN LATAR BELAKANG
Etnografi berfokus pada seluruh culture sharing group. Memang, terkadang kelompok
budaya ini mungkin kecil (beberapa guru, beberapa pekerja sosial), tetapi biasanya besar,
melibatkan banyak orang yang berinteraksi dari waktu ke waktu (guru di seluruh sekolah,
kelompok kerja sosial komunitas). Dengan demikian, etnografi adalah desain kualitatif di
mana peneliti menggambarkan dan menafsirkan pola nilai, perilaku, kepercayaan, dan bahasa
yang dimiliki bersama dan dipelajari dari culture sharing group (Harris, 1968). Sebagai
proses dan hasil penelitian (Agar, 1980), etnografi adalah cara mempelajari culture sharing
group hasil akhirnya dituangkan secara tertulis di dalam suatu penelitian. Sebagai sebuah
proses, etnografi melibatkan pengamatan kelompok yang diperluas, paling sering melalui
observasi partisipan, di mana peneliti tenggelam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dan
mengamati serta mewawancarai peserta kelompok. Etnografer mempelajari makna perilaku,
bahasa, dan interaksi di antara anggota kelompok berbagi budaya.
Etnografi berawal dari antropologi budaya komparatif yang dilakukan oleh para
antropolog awal abad ke-20, seperti Boas, Malinowski, Radcliffe-Brown, dan Mead.
Meskipun para peneliti ini pada awalnya mengambil ilmu-ilmu alam sebagai model untuk
penelitian, berbeda dari mereka yang menggunakan pendekatan ilmiah tradisional melalui
pengumpulan data langsung mengenai budaya "primitif" yang ada (Atkinson & Hammersley,
1994). Pada 1920-an dan 1930-an, sosiolog seperti Park, Dewey, dan Mead mengadaptasi
metode lapangan antropologis untuk mempelajari kelompok budaya di Amerika Serikat
(Bogdan & Biklen, 1992). Baru-baru ini, pendekatan ilmiah terhadap etnografi telah diperluas
untuk memasukkan “aliran” atau subtipe etnografi dengan orientasi dan tujuan teoretis yang
berbeda, seperti fungsionalisme struktural, interaksionisme simbolik, antropologi budaya dan
kognitif, feminisme, Marxisme, etnometodologi, teori kritis, studi budaya, dan
postmodernisme (Atkinson & Hammersley, 1994). Hal ini menyebabkan kurangnya ortodoksi
dalam etnografi dan telah menghasilkan pendekatan pluralistik.
John W. Creswell (JC). 2007. Qualitative Inquiry and Research Design, Choosing among
FiveAlternatives. 2nd edition. London: SAGE Publications Ltd