Oleh :
Kelompok 2
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan YME, atas segala kebesaran
dan kelimpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah tentang Teori Pertukaran Sosial.
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh karena itu
terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan penyusun semata-mata.
Namun, karena adanya bantuan dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait.
PEKANBARU
8 Desember 2020
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Berbeda dengan analisis yang diungkapkan oleh teori interaksi simbolik, teori
pertukaran ini terutama melihat perilaku nyata, bukan proses-proses yang bersifat subjektif
semata. Hal ini juga dianut oleh Homans yang tidak memusatkan perhatiannya pada tingkat
kesadaran subjektif atau hubungan-hubungan timbal balik yang bersifat dinamis antara
tingkat subjektif dan interaksi nyata seperti yang terjadi pada interaksionisme simbolik.
Homans lebih jauh berpendapat bahwa teori pertukaran sosial itu dilandaskan pada prinsip
transaksi ekonomi yang elementer. Maksudnya dengan transaksi ekonomi elementer yakni
orang menyediakan barang dan jasa dan sebagai imbalannya berharap barang dan jasa yang
diinginkan. Meski demikian para ahli teori pertukaran sosial memiliki asumsi sederhana
bahwa interaksi sosial itu mirip transaksi ekonomi, akan tetapi dalam transaksi ekonomi
tidak semuanya diukur dengan nilai finansial, sebab dalam transaksi sosial dipertukarkan juga
hal-hal yang nyata dan tidak nyata.
Menurut hemat penulis, teori pendekatan social exchange yang dipeloprori oleh
George C. Homans lebih menekankan pada persoalan sisi psikologis interaksi sosial antara
ndividu yang satu dengan individu lainnya, dalam membangun suatu hubungan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, membangun sebuah hubung an mesti ada umpan balik
sebagai tujuan dari terciptanya hubungan sosial yang berimplikasi pada nilai transenden
keseimbangan, keselarasan, maupun keaharmonisan hubungan sosial kemanusiaan.
Berangkat dari gambaran teoritis di atas, penulis berusaha meng- uraikan satu tulisan yang
berkenaan dengan topik bahasan “telaah kritis pemikiran studi sosial: perspekstif pendekatan
sosial exchange George C. Homans”. Besar harapan pembahasannya dapat memberikan
sumbangsi pengetahuan, terkhusus bagi penulis, dan insan-insan yang peduli perihal
keseimbangan dalam hubungan sosial.
1
1.2 Rumusan Masalah?
3. Apa saja konsep dasar, prinsip, dan proposisi dari Teori Pertukaran Sosial ?
1.3 Tujuan
3. Untuk mengetahui konsep dasar, prinsip, dan proposisi dari Teori Pertukaran Sosial
2
BAB II
PEMBAHASAN
hasil interaksi sosial dengan orang lain yang membawa untung-rugi atau penghargaan-
hukuman yang akan diperoleh. Teori ini menawarkan sebuah model dalam menginterpretasi
Teori pertukaran sosial adalah sebuah perspektif sosiologi yang menjelaskan tentang
perubahan sosial dan stabilitas, sebagai sebuah proses pertukaran negosiasi antara berbagai
macam pihak. Teori pertukaran sosial menyatakan bahwa hubungan antar manusia dibentuk
oleh analisis untung-rugi secara subjektif dan perbandingan dari berbagai alternatif yang
tersedia.
Teori pertukaran adalah teori yang berkaitan dengan tindakan sosial yang saling
memberi atau menukar objek-objek yang mengandung nilai antar individu berdasarkan
tatanan sosial tertentu. Objek yang ditukarkan tidak berbentuk benda nyata, namun hal-hal
yang tidak nyata. Teori pertukaran sosial secara umum menganalisa hubungan antar manusia
Teori pertukaran sosial sosial exchange theory (SET) adalah salah satu paradigma
konseptual yang paling berpengaruh dalam memahami prilaku kerja karyawan dalam sebuah
organisasi. Studi empiris mengenai teori pertukaran sosial dapat ditelusuri periode tahun
1920-an. Salah satu yang mengembangkan teori pertukaran sosial antara lain adalah
psikologi.1 Selanjutnya dikatakan bahwa pertukaran sosial sebagai rasa yang menyebabkan
persamaan persepsi tujan di masa depan. Dalam pandangan teori ini pegawai akan
termotivasi dan komit pada pekerjaan dan organisasi jika diperlakukan adil dan seimbang.
1 Blau, Exchange & power in social life, (New York, NY: John Wiley & Sons, 1964), p. 23.
3
Lebih lanjut Bass menyatakan bahwa teori SET ditujukan untuk memahami hubungan
pimpinan dan bawahannya dan memahami faktor-faktor yang berkaitan dengan dokumen.2
Pertukaran positip maupun negatip dengan individu maupun organisasi (pimpinan dan
organisasi) berpengaruh pada prilaku karyawan dan perasaan sebagai komitmen dalam
pencapaian tujuan. Dalam Social exchange theory, interaksi tersebut biasanya dilihat sebagai
saling tergantung dan bergantung pada tindakan orang lain sehingga pengalaman yang
pertukaran dengan orang lain karena motivasi untuk memperoleh imbalan.Teori pertukaran
sosial melihat adanya hubungan antara prilaku dengan lingkungan atau sebaliknya. Karena
lingkungan umumnya terdiri dari atas orangorang lain, maka individu dan orang-orang lain
Dalam peranannya dewasa ini, SET menjadi dasar bagaimana pemimpin dalam
perusahaan memahami prilaku kerja karyawannya karena didalam prilaku kerja tersebut
terdapat motif-motif tertentu yang menjadi penyebab suatu prilaku Jadi prilaku sosial terdiri
atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung rugi. Jadi
bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak
ditampilkan.
karyawan diperlakukan dengan baik oleh perusahaan sehingga karyawan memiliki komitmen
untuk memberikan balasan dengan perilaku positif melalui kinerja karyawan. Keinginan
untuk mencapai adanya keseimbangan antara apa yang didapatkan dengan apa yang
2Richard T Mowday, Employee – Organizational Linkages: The Psychology Of Commitment Absentism And
Turnover, (New York: Academic Press Inc, 1982), p. 93
4
diinginkan dapat dijelaskan dengan teori pertukaran sosial (social exchange) dari Blau
(1964). Dimana komitmen bisa dianggap sebagai bentuk timbal balik karyawan (employee
Para antropologlah yang pertama kali mengakui, banyak bentuk interaksi sosial diluar
ranah ekonomi yang dapat dikonseptualisasikan sebagai pertukaran manfaat. Baik pertukaran
sosial maupun ekonomi di dasarkan pada satu aspek fundamental dalam kehidupan sosial :
sebagian dari apa yang kita butuhkan dan kita hargai (misalnya, barang, jasa, dan
pertemanan) hanya dapat diperoleh dari orang lain. Orang-orang saling bergantung untuk
mendapatkan sumber-sumber daya berharga ini, dan mereka saling melengkapi yang lain
Aspek kehidupan sosial inilah yang menjadi fokus teoritikus pertukaran sosial.
Manfaat yang didapatkan orang lain dari interaksi sosial dan diberikan kepada interaksi sosial
mengatur pertukaran-pertukaran itu. Terori pertukaran sosial pada dasarnya dilandasi pada
prinsip transaksi ekonomis yang elementer : orang menyediakan barang atau jasa dan sebagai
imbalanya berharap memperoleh barang atau jasa yang diinginkan. Ahli teori pertukaran
memandang bahwasanya interaksi sosial itu mirip dengan transaksi ekonomi. Akan tetapi
mereka mengakui bahwa pertukaran sosial tidak selalu di ukur dengan nilai uang, sebab
dalam berbagai transaksi sosial di pertukarkan juga hal-hal yang nyata dan tidak nyata.
Pada pemikiran teori pertukaran oleh George Casper Homans sebagai seorang
sosiolog Amerika dan pendiri sosiologi perilaku dan teori pertukaran memandang teori
pertukaran sosial dari sudut pandang sosiologi, pertukaran sosial adalah pertukaran kegiatan
antara dua orang, baik dapat dihitung ataupun tidak dan kurang lebih menguntungkan atau
5
psikologi individu untuk menjelaskan perilaku sosial daripada hanya sekadar
menggambarkannya. Teori pertukaran Homans bertumpu pada asumsi bahwa orang terlibat
Teori ini dilandasi oleh prinsip transaksi ekonomis dimana orang menyediakan
barang atau jasa dan sebagai imbalannya adalah memperoleh barang atau jasa yang
diinginkan. Adapun asumsi teori ini adalah interaksi sosial itu mirip dengan transaksi
ekonomi. Namun bagi teori pertukaran, pertukaran sosial tidak hanya dapat diukur dengan
uang saja karena hal-hal yang dipertukarkan adalah hal yang nyata dan tidak.
tingkah laku sosial dasar manusia dengan struktur masyarakat yang lebih luas, yakni antara
kelompok, organisasi atau negara. Dengan kata lain, Blau ingin memusatkan perhatiannya
pada pemahaman struktur sosial yang lebih luas berdasarkan analisa proses-proses sosial
Untuk menjelaskan teori pertukaran, Blau menerima prinsip pertukaran sosial dari
B.F Skinner dan George C. Homans. Bagi Blau fenomena daya tarik individu akan ganjaran
sosial merupakan sesuatu yang bersifat “given” dan merupakan asal usul struktur sosial.
Yang menarik individu ke dalam asosiasi karena mengharapkan ganjaran intrinsik dan
ekstrinsik. Ganjaran ekstrinsik dapat berupa uang, barang-barang atau jasa-jasa. Sedangkan
ganjaran intrinsik, dapat berupa kasih sayang, pujian, kehormatan dan kecantikan.
Peter M. Blau yang memandang teori pertukaran sosial dari sudut pandang ekonomi
dan lebih menekankan pada analisis teknis ekonomis. Menurut Blau, jika kita terlalu fokus
pada aspek individu sebagaimana yang dinyatakan dalam sudut pandang psikologi dalam
teori pertukaran sosial, maka kita tidak dapat melihat aspek lain yang penting yaitu
pertukaran sosial.
6
Perhatian utama teori Blau ditujukan pada perubahan dalam proses-proses sosial
yang bergerak dari struktur sosial yang sederhana menuju struktur sosial yang lebih
kompleks. Perhatian ini dapat dilihat pada perkembangan sistem stratifikasi dalam kelompok-
mereka bagi kelompok. Para anggota akan memberikan nilai yang berbeda sehingga terjadi
perbedaan status. Tidak setiap orang mampu atau bersedia mengambil tanggung jawab
kepemimpinan kelompok. Akibatnya beberapa dari mereka akan mundur dan memberi
Pertukaran terjadi jika hubungan itu menguntungkan bagi para anggota yang
berkedudukan tinggi atau rendah. Namun, jika hubungan kekuasaan yang bersifat memaksa
terjadi hubungan pertukaran yang tidak seimbang dan dipertahankan dengan menggunakan
sangsi negatif. kekuasaan demikian penuh dengan masalah karena dapat melahirkan
perlawanan. Untuk itu agar masyarakat berfungsi dengan baik, maka yang berada di bawah
perlu mematuhi dan melaksanakan kewajiban mereka sehari-hari dengan pengarahan dari
yang menduduki kekuasaan. Sangat bijaksana jika yang berkuasa sebanyak mungkin
Teori pertukaran sosial tidak hanya sebuah teori namun juga sebuah kerangka
referensi dimana para teoris dapat berbicara satu sama lain. Semua teori itu dibangun
berdasarkan beberapa asumsi tentang sifat manusia dan sifat hubungan. Yang termasuk sifat
manusia adalah bahwa manusia selalu mencari ganjaran dan menghindari hukuman, manusia
adalah makhluk rasional, dan standar yang digunakan untuk mengevaluasi biaya dan ganjaran
7
Sedangkan, yang termasuk sifat hubungan adalah bahwa hubungan bersifat saling
ketergantungan dan kehidupan relasi adalah sebuah proses. Dengan demikian, menurut
Thibaut dan Kelly, asumsi dasar teori pertukaran sosial adalah bahwa setiap individu secara
sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan itu cukup
Dalam teori pertukaran sosial terdapat empat konsep dasar, yaitu ganjaran, biaya,
1) Ganjaran
Ganjaran atau reward merupakan salah satu elemen dalam suatu hubungan yang berupa
nilai-nilai positif. Ganjaran dapat berupa penerimaan sosial, dukungan, pertemanan, dan lain-
lain. Ganjaran bersifat relatif dalam artian dapat berubah-ubah yang sesuai dengan orang dan
2) Biaya
Biaya merupakan salah satu elemen dalam kehidupan relasi yang memiliki nilai-nilai
negatif. Biaya dapat berupa waktu, uang, usaha, konflik, keruntuhan harga diri, kecemasan
dan lain-lain yang dapat menguras seluruh sumber kekayaan individu dan berdampak pada
hal-hal yang tidak menyenangkan. Sama halnya dengan ganjaran, biaya bersifat relatif dalam
artian dapat berubah-ubah tergantung pada situasi dan kondisi serta mereka yang terlibat
3
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh Analisis Statistik (Jakarta: Remaja
Rosdakarya , 2001), hal. 121.
8
3) Hasil atau laba
Hasil atau laba dalam teori pertukaran sosial mengandung arti bahwa orang cenderung
untuk memaksimalkan ganjaran yang ia peroleh dan meminimalisir biaya yang dikeluarkan
ketika mereka berada dalam suatu hubungan dengan seseorang. Menurut pencetus teori
penetrasi sosial yaitu Altman dan Taylor, suatu hubungan akan bertahan apabila mereka
memperoleh ganjaran ketika hasil atau keluaran bersifat positif. Sebaliknya, suatu hubungan
akan berakhir apabila hasil atau keluaran bersifat negatif atau memakan biaya.
4) Tingkat Perbandingan
Tingkat perbandingan adalah sebuah standar yang merepresentasikan apa yang orang
rasakan yang seharusnya mereka terima untuk memperoleh ganjaran dan biaya dari suatu
Tingkat perbandingan alternatif merujuk pada tingkatan terendah dari ganjaran suatu
hubungan yang akan diterima oleh seseorang dengan memberikan alternatif ganjaran yang
Dengan kata lain, dengan menggunakan alat evaluasi, seorang individu akan
mempertimbangkan pembayaran alternatif atau ganjaran diluar dari hubungan yang ada atau
pertukaran. Tingkat perbandingan alternatif menyediakan sebuah alat ukur stabilitas bukan
kepuasan. Jika orang tidak lagi melihat alternatif lain dan takut menjadi sendirian, maka
menurut teori pertukaran sosial ia akan tetap bertahan dalam hubungan itu.
4
Wirawan, Evaluasi: Teori,Model, Standar, Aplikasi dan Profesi (Jakarta : Rajawali Pers , 2012), hal. 174.
9
1) Satuan analisis yaitu sesuatu yang diamati dalam penelitian dan memainkan peran
Setiap orang akan memerlukan sesuatu tetapi itu tidaklah merupakan tujuan yang
3) Faedah atau keuntungan berbentuk biaya yang dikeluarkan seseorang akan memperoleh
suatu hadiah atau reward yang terkadang tidak memperhitungkan biaya yang
atau reward yang diperoleh seseorang itu dapat dinilai sebagai sebuah keuntungan.
4) Pengesahan sosial merupakan suatu pemuas dan merupakan motivator yang umum
dalam sistem pertukaran. Besarnya ganjaran tidak diberi batasan karena sifatnya
individual dan emosional. Reward adalah ganjaran yang memiliki kekuatan pengesahan
sukses, stimulus, nilai, deprivasi satiasi dan restu agresi. Dalam merumuskan proposisi-
proposisi tersebut, ia mencoba saling mengkaitkan proposisi itu dalam sebuah teori
1) Proposisi sukses
Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu memperoleh ganjaran,
5
M. Margaret Poloma,Sosiologi Kontemporer (Jakarta: CV. Rajawali, 2000), hal. 61
10
Proposisi ini menyatakan bahwa bila seseorang berhasil memperoleh ganjaran, maka ia
akan cenderung mengulangi tindakan tersebut. Proposisi ini stimulus respon menyangkut
hubungan antara apa yang terjadi pada waktu silam dengan yang terjadi pada waktu sekarang.
Contohnya yaitu seorang anak mendapatkan nilai rapor yang bagus setelah ia belajar
2) Proposisi stimulus
Jika di masa lalu terjadi stimulus yang khusus atau seperangkat stimuli merupakan
peristiwa dimana tindakan seseorang memperoleh ganjaran, maka semakin mirip stimuli
yang ada sekarang ini dengan yang lalu itu, akan semakin mungkin seseorang melakukan
Proposisi ini menyangkut frekuensi ganjaran yang diterima atas tanggapan atau tingkah
laku tertentu dan kemungkinan terjadinya peristiwa yang sama pada waktu sekarang. Makin
sering dalam peristiwa tertentu tingkah laku seseorang memberikan ganjaran terhadap
tingkah laku orang lain, makin sering pula orang lain itu mengulang tingkah lakunya itu.
Contohnya yaitu seorang mahasiswa menginginkan nilai yang baik, maka dengan
kesadaran ia akan selalu mengikuti perkuliahan, serta belajar sebelum ujian. Lalu, ia
merasakan manfaat dari belajar bersama sebelum ujian, sehingga ia akan melakukan kembali
belajar secara bersama dengan teman-temannya untuk mendapatkan hasil ujian yang baik.
3) Proposisi nilai
Semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka kian senang seseorang melakukan tindakan
itu.
Proposisi ini memberikan arti atau nilai kepada tingkah laku yang diarahkan oleh orang
lain terhadap aktor, yang berarti makin bernilai bagi seseorang sesuatu tingkah laku orang
lain yang ditujukan kepadanya, maka makin besar kemungkinan atau makin sering ia akan
11
mengulangi tingkah lakunya itu. Contohnya yaitu mahasiswa yang menganggap bahwa ia
mempunyai kesempatan untuk melihat suatu konser favoritnya, tetapi di saat yang sama ia
harus mengenyampingkan perkuliahannya, karena ia masih dapat kuliah di hari yang lain. Ini
artinya ia menganggap mana yang lebih penting kuliah atau menikmati konser yang
menyenangkan.
Semakin sering di masa yang baru berlalu, seseorang menerima suatu ganjaran
tertentu, maka semakin kurang bernilai bagi orang tersebut peningkatan setiap unit ganjaran
itu.
Proposisi ini menjelaskan bahwa makin sering orang menerima ganjaran dari orang
lain, makin berkurang nilai dari setiap tindakan yang dilakukan berikutnya. Contohnya yaitu
seorang wanita, setiap berulang tahun selalu diberikan hadiah boneka oleh teman prianya
maka ia merasa hadiah itu menjadi tidak menarik bagi dirinya karena ia merasa telah jenuh
menunjukkan perilaku agresif dan hasil perilaku tersebut bernilai baginya. Bila tindakan
seseorang memperoleh ganjaran yang lebih besar dari yang diperkirakan atau tidak
Proposisi ini melihat bahwa makin dirugikan seseorang dalam hubungannya dengan
orang lain, makin besar kemungkinan orang tersebut akan mengembangkan emosi seperti
marah.
12
Contohnya yaitu seorang pekerja yang hanya digaji dua bulan, dari selama 5 bulan ia
bekerja. Namun, pekerja tersebut akan merasa senang jika ia mendapatkan libur di awal bulan
ia masuk kerja.
1) Makin tinggi ganjaran atau reward yang diperoleh atau yangakan diperoleh, maka makin
2) Makin tinggi biaya atau ancaman hukuman atau punishment yang akan diperoleh, maka
Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi perilaku yang menjurus pada pertukaran
1) Perilaku harus berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya dapat dicapai melalui
tersebut.
Blau membayangkan suatu rangkaian empat tahap yang mendorong dari pertukaran
antarpribadi menuju struktur sosial ke perubahan. Empat langkah yang dimaksud yaitu:
yang tinggi atu rendah. Ada daya tawar yang sama antar anggota kelompok.
6
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1985), hal.
92.
13
Ketidakseimbangan dalam pertukaran dapat terjadi bila bersifat memaksa dan
pemberian reward lebih kepada yang lain dan sebaliknya yang menerima reward
membalasnya. Pihak terkecil dalam pertukaran yang tidak seimbang dapat memperoleh
kompensasi social approvalatau disebut sebagai kerelaan. Kerelaan dalam pertukaran tidak
seimbang adalah suatu kredit kepada pihak superior, yaitu posisinya menjadi dominasi
yaitu:7
1) Teori pertukaran sosial sangat sederhana sehingga memungkinkan bagi sebagian besar
komunikasi keluarga.
3) Pengetahuan yang baik tentang teori pertukaran sosial dapat memberikan keseimbangan
dalam hubungan.
yaitu:
1) Teori pertukaran sosial dipandang sebagai proses yang berlangsung satu arah.
2) Asumsi yang menyatakan bahwa orang siap untuk menghentikan hubungannya dengan
orang lain manakala biaya lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh
3) Teori pertukaran sosial menempatkan hubungan ke dalam struktur yang linear ketika
7Katherine Miller, Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts (Boston : McGraw-Hill,
2005), hal. 200.
14
2.6 Kritik Terhadap Teori Pertukaran Sosial
Gambaran Homans tentang prilaku manusia, tidak terlepas dari suatu kritik.
Timbulnya kritik itu dikarenakan Homans menggambarkan teorinya berdasarkan psikologi
prilaku Skinnerian yang agak sempit dan hanya sedikit mengakui hakikat perbedaan manusia
dan binatang. Sebagai mana yang diungkapkan oleh Peter Ekeh, dalam analisanya mengenai
gambaran manusia dari Homans menjelaskan Kontradiksi yang paling parah dalam teori
pertukaran sosial homans ialah kepercayaannya bahwa ia sedang menghadapi psikologi, yaitu
psikologi prilaku yang mempelajari manusia sebagai manusia, sebagai anggota spesies
manusia, namun psikologi itu mengambil prinsip-prinsipnya dari prilaku binatang. Para
pengkritik lain seperti: Zietlin, Simpson dan Singleman; juga merasa dirisaukan oleh
“manusia ekonomi” Homans, karena asumsinya mengenai semua interaksi itu harus itu harus
“fair” atau sesuai dengan prinsip distribusi keadilan. Para pengkritik itu menilai dan
beranggapan bahwa tidak realistis bila melihat dunia cenderung ke arah pertukaran yang
seimbang. 8
Di sisi lain, terdapat pula pertentangan teori pertukaran sosial individulistis dan
kolektivistis. Pertentangan yang terjadi ini merupakan akibat dari tumbuhnya pertentangan
antara orientasi individualistis dan kolektisvistis. Homans mungkin merupakan seseorang
yang sangat menekankan pada pendekatan individualistis terhadap perkembangan teori sosial.
Hal ini tentunya berbeda dengan penjelasan Levi-Strauss yang bersifat kolektivistis
khususnya mengenai perkawinan dan pola-pola kekerabatan. Levi-Strauss merupakan
seorang ahli antropologi yang berasal dari Prancis, ia mengembangkan suatu perspektif
teoritis mengenai pertukaran sosial dalam analisisnnya mengenai praktik perkawinan dan
sistem kekerabatan masyarakat-masyarakat primitif. 9 Levi-Strauss membedakan dua sistem
pertukaran yaitu restricted exchange dan generalized exchange. Pada restricted exchange,
para anggota kelompok A terlibat dalam transaksi pertukaran langsung, masing-masing
anggota pasangan tersebut saling memberikan dengan dasar pribadi. Sedangkan pada
generalized exchange, anggota-anggota suatu kelompok B atau yang lebih besar lagi,
menerima sesuatu dari seorang pasangan lain dari orang yang dia berikan sesuatu yang
15
berguna.10 Dalam pertukaran ini memberikan dampak pada integrasi dan solidaritas
kelompok-kelompok yang lebih besar dengan cara yang lebih efektif.
10 Doyle Paul Johnson, Teori Sosilogi Klasik dan Modern (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1980), 59
16
tanpa melihat sisi kelemahan manusia. Bahkan ralasi sosial manusia yang mengedepankan
prinsip pertukaran sosial berdasarka prososisi-proposisi social exchange dapat membentuk
tipelogi manusia yang memiliki kesadaran, karakter tanggung jawab sosial dalam
membangun hubungan kemanusiaan.
Dalam hal ini kampung B sudah melakukan suatu pengorbanan terhadap kampung A.
Dan di suatu hari, kampung B pun ingin mengajak/mengundang kampung A untuk
melakukan kerja bakti juga, namun sebaliknya yang terjadi, kampung A malah mengabaikan
ajakan/undangan kampung B untuk melakukan kerja bakti tersebut hanya karna alasan
kampung A memiliki kesibukan dikampungnya. Maka, dalam hal ini belum tejadi suatu
proses pertukaran sosial karena kampung A belum bisa memberikan suatu reward atau
penghargaan kepada kampung B sebagaimana apa yang telah dilakukan kampung B terhadap
kampung A.
Tetapi apabila kampung A menerima ajakan dari kampung B dan melakukan apa yang
telah dilakukan kampung B maka dalam hal ini telah terjadi suatu proses pertukaran, karna
tidak ada pihak yang merasa berat sebelah baik itu dari kampung A maupun kampung B.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sosial exchange dapat diartikan sebagai proses pertukaran sosial yang terjadi dalam
kehidupan manusia, pertukaran sosial yang dimaksud adalah pertukaran perbuatan yang dapat
diamati dari unsur ganjaran, pengorbannan, dan keuntungan yang saling mempengaruhi
keberlangsungan hubungan sosial manusia. Selanjutnya, ditinjau dari sudut pandangn George
C. Homans selaku tokoh sosiologi yang bekenaan dengan pertukaran sosial (social exchange)
, terdapat lima subtansi pernyataan proposisi untuk menjelaskan tentang pentingnya
pertukaran sosial manusia dalam membangun hubungan sosial mencakup; proposisi sukses,
stimulus, nilai (deprivasi-satiasi), dan restu-agresi (approval-agression). Dengan memahami
proposisi tersebut, maka proses pertukaran sosial itu dapat tercipta dengan baik, terutama
dalam hubungan dunia kerja maupun persahabatan.
3.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada
terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba
Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.
18
DAFTAR PUSTAKA
Blau. 1964. Exchange & power in social life. New York, NY: John Wiley & Sons.
George Ritzer, George. 1985. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Miller, Katherine. 2005. Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts. Boston:
McGraw-Hill.
Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh Analisis Statistik
Wirawan. 2012. Evaluasi: Teori,Model, Standar, Aplikasi dan Profesi. Jakarta : Rajawali Pers.
19