Anda di halaman 1dari 22

Tugas Kelompok Dosen Pembimbing

3 PR D Dr. Elfiandri, M.Si

TEORI PERTUKARAN SOSIAL

Oleh :
Kelompok 2

Azura Sandrina ( 11940323932 )


Dwi Agustin ( 11940320384 )
Fatwisina Purba ( 11940323949 )
Meuthia Nabila ( 11940324037 )
Putri Yulyani ( 11940321999 )
Syahren Febiolanda ( 11940324176 )

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan YME, atas segala kebesaran
dan kelimpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah tentang Teori Pertukaran Sosial.
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh karena itu
terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan penyusun semata-mata.
Namun, karena adanya bantuan dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari pengalaman dan pengetahuan


masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bisa bermanfaat.

PEKANBARU

8 Desember 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................... 1


1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................. 2
1.3 TUJUAN .......................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................... 3

2.1 PENGERTIAN TEORI PERTUKARAN SOSIAL .......................... 3


2.2 ASUMSI TEORI PERTUKARAN SOSIAL .................................... 7
2.3 KONSEP DASAR TEORI PERTUKARAN SOSIAL ..................... 8
2.4 PRINSIP TEORI PERTUKARAN ................................................... 9
2.5 PROPOSISI PERTUKARAN........................................................... 10
2.6 KRITIK TERHADAP TEORI PERTUKARAN SOSIAL ............... 15
2.7 APLIKASI TEORI PERTUKARAN SOSIAL
DALAM MASYARAKAT............................................................... 17

BAB 3 PENUTUP .............................................................................................. 18

3.1 KESIMPULAN ................................................................................. 18


3.2 SARAN ............................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori pertukaran sosial memusatkan perhatiannya pada tingkat analisis mikro,


khususnya pada tingkat kenyataan sosial antar pribadi (interpersonal). Muatan pembahasan
yang ditekankan oleh George C. Homans dalam teori pertukaran sosial. Homans dalam
analisisnya berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi individu
untuk menjelaskan perilaku sosial dari pada hanya sekedar menggambarkannya.

Berbeda dengan analisis yang diungkapkan oleh teori interaksi simbolik, teori
pertukaran ini terutama melihat perilaku nyata, bukan proses-proses yang bersifat subjektif
semata. Hal ini juga dianut oleh Homans yang tidak memusatkan perhatiannya pada tingkat
kesadaran subjektif atau hubungan-hubungan timbal balik yang bersifat dinamis antara
tingkat subjektif dan interaksi nyata seperti yang terjadi pada interaksionisme simbolik.
Homans lebih jauh berpendapat bahwa teori pertukaran sosial itu dilandaskan pada prinsip
transaksi ekonomi yang elementer. Maksudnya dengan transaksi ekonomi elementer yakni
orang menyediakan barang dan jasa dan sebagai imbalannya berharap barang dan jasa yang
diinginkan. Meski demikian para ahli teori pertukaran sosial memiliki asumsi sederhana
bahwa interaksi sosial itu mirip transaksi ekonomi, akan tetapi dalam transaksi ekonomi
tidak semuanya diukur dengan nilai finansial, sebab dalam transaksi sosial dipertukarkan juga
hal-hal yang nyata dan tidak nyata.

Menurut hemat penulis, teori pendekatan social exchange yang dipeloprori oleh
George C. Homans lebih menekankan pada persoalan sisi psikologis interaksi sosial antara
ndividu yang satu dengan individu lainnya, dalam membangun suatu hubungan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, membangun sebuah hubung an mesti ada umpan balik
sebagai tujuan dari terciptanya hubungan sosial yang berimplikasi pada nilai transenden
keseimbangan, keselarasan, maupun keaharmonisan hubungan sosial kemanusiaan.
Berangkat dari gambaran teoritis di atas, penulis berusaha meng- uraikan satu tulisan yang
berkenaan dengan topik bahasan “telaah kritis pemikiran studi sosial: perspekstif pendekatan
sosial exchange George C. Homans”. Besar harapan pembahasannya dapat memberikan
sumbangsi pengetahuan, terkhusus bagi penulis, dan insan-insan yang peduli perihal
keseimbangan dalam hubungan sosial.

1
1.2 Rumusan Masalah?

1. Apa yang dimasud dengan Teori Pertukaran Sosial ?

2. Bagaimana asumsi dari Teori Pertukaran Sosial ?

3. Apa saja konsep dasar, prinsip, dan proposisi dari Teori Pertukaran Sosial ?

4. Apa kritik yang terdapat dalam Teori Pertukaran Sosial ?

5. Bagaimana pengaplikasian Teori Pertukaran Sosial ini di dalam masyarakat ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui makna dari Teori Pertukaran Sosial

2. Untuk mengetahui asumsi-asumsi dari Teori Pertukaran Sosial

3. Untuk mengetahui konsep dasar, prinsip, dan proposisi dari Teori Pertukaran Sosial

4. Untuk mengetahui kritik dalam Teori Pertukaran Sosial

5. Untuk mengetahui pengaplikasian Teori Pertukaran Sosial dalam masyarakat

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Pertukaran Sosial

Teori pertukaran sosial mengasumsikan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh

hasil interaksi sosial dengan orang lain yang membawa untung-rugi atau penghargaan-

hukuman yang akan diperoleh. Teori ini menawarkan sebuah model dalam menginterpretasi

perilaku sosial yang berbasis pada pertukaran.

Teori pertukaran sosial adalah sebuah perspektif sosiologi yang menjelaskan tentang

perubahan sosial dan stabilitas, sebagai sebuah proses pertukaran negosiasi antara berbagai

macam pihak. Teori pertukaran sosial menyatakan bahwa hubungan antar manusia dibentuk

oleh analisis untung-rugi secara subjektif dan perbandingan dari berbagai alternatif yang

tersedia.

Teori pertukaran adalah teori yang berkaitan dengan tindakan sosial yang saling

memberi atau menukar objek-objek yang mengandung nilai antar individu berdasarkan

tatanan sosial tertentu. Objek yang ditukarkan tidak berbentuk benda nyata, namun hal-hal

yang tidak nyata. Teori pertukaran sosial secara umum menganalisa hubungan antar manusia

dengan cara membandingkan interaksi manusia dengan kegiatan pemasaran.

Teori pertukaran sosial sosial exchange theory (SET) adalah salah satu paradigma

konseptual yang paling berpengaruh dalam memahami prilaku kerja karyawan dalam sebuah

organisasi. Studi empiris mengenai teori pertukaran sosial dapat ditelusuri periode tahun

1920-an. Salah satu yang mengembangkan teori pertukaran sosial antara lain adalah

psikologi.1 Selanjutnya dikatakan bahwa pertukaran sosial sebagai rasa yang menyebabkan

persamaan persepsi tujan di masa depan. Dalam pandangan teori ini pegawai akan

termotivasi dan komit pada pekerjaan dan organisasi jika diperlakukan adil dan seimbang.

1 Blau, Exchange & power in social life, (New York, NY: John Wiley & Sons, 1964), p. 23.

3
Lebih lanjut Bass menyatakan bahwa teori SET ditujukan untuk memahami hubungan

pimpinan dan bawahannya dan memahami faktor-faktor yang berkaitan dengan dokumen.2

Pertukaran positip maupun negatip dengan individu maupun organisasi (pimpinan dan

organisasi) berpengaruh pada prilaku karyawan dan perasaan sebagai komitmen dalam

pencapaian tujuan. Dalam Social exchange theory, interaksi tersebut biasanya dilihat sebagai

saling tergantung dan bergantung pada tindakan orang lain sehingga pengalaman yang

didapat adalah saling mempengaruhi antara individu dan organisasi.

Berdasarkan teori SET, individu dalam organisasi masuk ke dalam hubungan

pertukaran dengan orang lain karena motivasi untuk memperoleh imbalan.Teori pertukaran

sosial melihat adanya hubungan antara prilaku dengan lingkungan atau sebaliknya. Karena

lingkungan umumnya terdiri dari atas orangorang lain, maka individu dan orang-orang lain

tersebut dipandang mempunyai prilaku yang saling mempengaruhi (reciprocal). Dalam

hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (reward).

Dalam peranannya dewasa ini, SET menjadi dasar bagaimana pemimpin dalam

perusahaan memahami prilaku kerja karyawannya karena didalam prilaku kerja tersebut

terdapat motif-motif tertentu yang menjadi penyebab suatu prilaku Jadi prilaku sosial terdiri

atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung rugi. Jadi

perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan

bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak

ditampilkan.

Teori pertukaran sosial (Social exchange theory) akan mengimplikasikan bahwa

karyawan diperlakukan dengan baik oleh perusahaan sehingga karyawan memiliki komitmen

untuk memberikan balasan dengan perilaku positif melalui kinerja karyawan. Keinginan

untuk mencapai adanya keseimbangan antara apa yang didapatkan dengan apa yang

2Richard T Mowday, Employee – Organizational Linkages: The Psychology Of Commitment Absentism And
Turnover, (New York: Academic Press Inc, 1982), p. 93

4
diinginkan dapat dijelaskan dengan teori pertukaran sosial (social exchange) dari Blau

(1964). Dimana komitmen bisa dianggap sebagai bentuk timbal balik karyawan (employee

reciprocity) terhadap apa yang mereka terima dari organisasi.

Para antropologlah yang pertama kali mengakui, banyak bentuk interaksi sosial diluar

ranah ekonomi yang dapat dikonseptualisasikan sebagai pertukaran manfaat. Baik pertukaran

sosial maupun ekonomi di dasarkan pada satu aspek fundamental dalam kehidupan sosial :

sebagian dari apa yang kita butuhkan dan kita hargai (misalnya, barang, jasa, dan

pertemanan) hanya dapat diperoleh dari orang lain. Orang-orang saling bergantung untuk

mendapatkan sumber-sumber daya berharga ini, dan mereka saling melengkapi yang lain

melaui proses pertukaran.

Aspek kehidupan sosial inilah yang menjadi fokus teoritikus pertukaran sosial.

Manfaat yang didapatkan orang lain dari interaksi sosial dan diberikan kepada interaksi sosial

tersebut, beserta struktur-struktur kesempatan serta relasirelasi ketergantungan yang

mengatur pertukaran-pertukaran itu. Terori pertukaran sosial pada dasarnya dilandasi pada

prinsip transaksi ekonomis yang elementer : orang menyediakan barang atau jasa dan sebagai

imbalanya berharap memperoleh barang atau jasa yang diinginkan. Ahli teori pertukaran

memandang bahwasanya interaksi sosial itu mirip dengan transaksi ekonomi. Akan tetapi

mereka mengakui bahwa pertukaran sosial tidak selalu di ukur dengan nilai uang, sebab

dalam berbagai transaksi sosial di pertukarkan juga hal-hal yang nyata dan tidak nyata.

Teori Pertukaran Sosial Menurut George Casper Homans

Pada pemikiran teori pertukaran oleh George Casper Homans sebagai seorang

sosiolog Amerika dan pendiri sosiologi perilaku dan teori pertukaran memandang teori

pertukaran sosial dari sudut pandang sosiologi, pertukaran sosial adalah pertukaran kegiatan

antara dua orang, baik dapat dihitung ataupun tidak dan kurang lebih menguntungkan atau

merugikan. Dalam analisisnya berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip

5
psikologi individu untuk menjelaskan perilaku sosial daripada hanya sekadar

menggambarkannya. Teori pertukaran Homans bertumpu pada asumsi bahwa orang terlibat

dalam perilaku untuk memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman.

Teori ini dilandasi oleh prinsip transaksi ekonomis dimana orang menyediakan

barang atau jasa dan sebagai imbalannya adalah memperoleh barang atau jasa yang

diinginkan. Adapun asumsi teori ini adalah interaksi sosial itu mirip dengan transaksi

ekonomi. Namun bagi teori pertukaran, pertukaran sosial tidak hanya dapat diukur dengan

uang saja karena hal-hal yang dipertukarkan adalah hal yang nyata dan tidak.

Teori Pertukaran Sosial Menurut Peter Michael Blau

Blau berusaha mengembangkan sebuah teori pertukaran yang menggabungkan

tingkah laku sosial dasar manusia dengan struktur masyarakat yang lebih luas, yakni antara

kelompok, organisasi atau negara. Dengan kata lain, Blau ingin memusatkan perhatiannya

pada pemahaman struktur sosial yang lebih luas berdasarkan analisa proses-proses sosial

yang terjadi pada relasi diantara individu.

Untuk menjelaskan teori pertukaran, Blau menerima prinsip pertukaran sosial dari

B.F Skinner dan George C. Homans. Bagi Blau fenomena daya tarik individu akan ganjaran

sosial merupakan sesuatu yang bersifat “given” dan merupakan asal usul struktur sosial.

Yang menarik individu ke dalam asosiasi karena mengharapkan ganjaran intrinsik dan

ekstrinsik. Ganjaran ekstrinsik dapat berupa uang, barang-barang atau jasa-jasa. Sedangkan

ganjaran intrinsik, dapat berupa kasih sayang, pujian, kehormatan dan kecantikan.

Peter M. Blau yang memandang teori pertukaran sosial dari sudut pandang ekonomi

dan lebih menekankan pada analisis teknis ekonomis. Menurut Blau, jika kita terlalu fokus

pada aspek individu sebagaimana yang dinyatakan dalam sudut pandang psikologi dalam

teori pertukaran sosial, maka kita tidak dapat melihat aspek lain yang penting yaitu

pertukaran sosial.

6
Perhatian utama teori Blau ditujukan pada perubahan dalam proses-proses sosial

yang bergerak dari struktur sosial yang sederhana menuju struktur sosial yang lebih

kompleks. Perhatian ini dapat dilihat pada perkembangan sistem stratifikasi dalam kelompok-

kelompok yang lebih kompleks.

Pada tahap awal pembentukan kelompok, individu mencoba menunjukkan nilai

mereka bagi kelompok. Para anggota akan memberikan nilai yang berbeda sehingga terjadi

perbedaan status. Tidak setiap orang mampu atau bersedia mengambil tanggung jawab

kepemimpinan kelompok. Akibatnya beberapa dari mereka akan mundur dan memberi

peluang orang lain untuk sebuah posisi.

Pertukaran terjadi jika hubungan itu menguntungkan bagi para anggota yang

berkedudukan tinggi atau rendah. Namun, jika hubungan kekuasaan yang bersifat memaksa

terjadi hubungan pertukaran yang tidak seimbang dan dipertahankan dengan menggunakan

sangsi negatif. kekuasaan demikian penuh dengan masalah karena dapat melahirkan

perlawanan. Untuk itu agar masyarakat berfungsi dengan baik, maka yang berada di bawah

perlu mematuhi dan melaksanakan kewajiban mereka sehari-hari dengan pengarahan dari

yang menduduki kekuasaan. Sangat bijaksana jika yang berkuasa sebanyak mungkin

memperendah potensi penggunaan daya paksa tersebut.

2.2 Asumsi Teori Pertukaran Sosial

Teori pertukaran sosial tidak hanya sebuah teori namun juga sebuah kerangka

referensi dimana para teoris dapat berbicara satu sama lain. Semua teori itu dibangun

berdasarkan beberapa asumsi tentang sifat manusia dan sifat hubungan. Yang termasuk sifat

manusia adalah bahwa manusia selalu mencari ganjaran dan menghindari hukuman, manusia

adalah makhluk rasional, dan standar yang digunakan untuk mengevaluasi biaya dan ganjaran

akan berbeda setiap waktu dan dari orang ke orang.

7
Sedangkan, yang termasuk sifat hubungan adalah bahwa hubungan bersifat saling

ketergantungan dan kehidupan relasi adalah sebuah proses. Dengan demikian, menurut

Thibaut dan Kelly, asumsi dasar teori pertukaran sosial adalah bahwa setiap individu secara

sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan itu cukup

memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya.

2.3 Konsep Dasar Teori Pertukaran Sosial

Dalam teori pertukaran sosial terdapat empat konsep dasar, yaitu ganjaran, biaya,

hasil dan tingkat perbandingan. Dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Ganjaran

Ganjaran atau reward merupakan salah satu elemen dalam suatu hubungan yang berupa

nilai-nilai positif. Ganjaran dapat berupa penerimaan sosial, dukungan, pertemanan, dan lain-

lain. Ganjaran bersifat relatif dalam artian dapat berubah-ubah yang sesuai dengan orang dan

waktu dimana hubungan itu terjadi.

2) Biaya

Biaya merupakan salah satu elemen dalam kehidupan relasi yang memiliki nilai-nilai

negatif. Biaya dapat berupa waktu, uang, usaha, konflik, keruntuhan harga diri, kecemasan

dan lain-lain yang dapat menguras seluruh sumber kekayaan individu dan berdampak pada

hal-hal yang tidak menyenangkan. Sama halnya dengan ganjaran, biaya bersifat relatif dalam

artian dapat berubah-ubah tergantung pada situasi dan kondisi serta mereka yang terlibat

dalam suatu hubungan.3

3
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh Analisis Statistik (Jakarta: Remaja
Rosdakarya , 2001), hal. 121.

8
3) Hasil atau laba

Hasil atau laba dalam teori pertukaran sosial mengandung arti bahwa orang cenderung

untuk memaksimalkan ganjaran yang ia peroleh dan meminimalisir biaya yang dikeluarkan

ketika mereka berada dalam suatu hubungan dengan seseorang. Menurut pencetus teori

penetrasi sosial yaitu Altman dan Taylor, suatu hubungan akan bertahan apabila mereka

memperoleh ganjaran ketika hasil atau keluaran bersifat positif. Sebaliknya, suatu hubungan

akan berakhir apabila hasil atau keluaran bersifat negatif atau memakan biaya.

4) Tingkat Perbandingan

Tingkat perbandingan adalah sebuah standar yang merepresentasikan apa yang orang

rasakan yang seharusnya mereka terima untuk memperoleh ganjaran dan biaya dari suatu

hubungan tertentu. Tingkat perbandingan seseorang dapat dipertimbangkan sebagai sebuah

standar keluaran yang dapat memuaskan individu.

5) Tingkat Perbandingan Alternatif

Tingkat perbandingan alternatif merujuk pada tingkatan terendah dari ganjaran suatu

hubungan yang akan diterima oleh seseorang dengan memberikan alternatif ganjaran yang

tersedia dari beberapa suatu hubungan alternatif atau menjadi sendirian.

Dengan kata lain, dengan menggunakan alat evaluasi, seorang individu akan

mempertimbangkan pembayaran alternatif atau ganjaran diluar dari hubungan yang ada atau

pertukaran. Tingkat perbandingan alternatif menyediakan sebuah alat ukur stabilitas bukan

kepuasan. Jika orang tidak lagi melihat alternatif lain dan takut menjadi sendirian, maka

menurut teori pertukaran sosial ia akan tetap bertahan dalam hubungan itu.

2.4 Prinsip Teori Pertukaran

Adapun prinsip-prinsip teori pertukaran ini adalah 4:

4
Wirawan, Evaluasi: Teori,Model, Standar, Aplikasi dan Profesi (Jakarta : Rajawali Pers , 2012), hal. 174.

9
1) Satuan analisis yaitu sesuatu yang diamati dalam penelitian dan memainkan peran

penting dalam menjelaskan tatanan sosial dan individu.

2) Motif pertukaran diasumsikan bahwa setiap orang mempunyai keinginan sendiri.

Setiap orang akan memerlukan sesuatu tetapi itu tidaklah merupakan tujuan yang

umum. Artinya orang melakukan pertukaran karena termotivasi oleh gabungan

berbagai tujuan dan keinginan yang khas.

3) Faedah atau keuntungan berbentuk biaya yang dikeluarkan seseorang akan memperoleh

suatu hadiah atau reward yang terkadang tidak memperhitungkan biaya yang

dikeluarkan. Cost dapat didefenisikan sebagai upaya yang dibutuhkan untuk

mendapatkan kepuasan ditambah dengan reward apabila melakukan sesuatu. Kepuasan

atau reward yang diperoleh seseorang itu dapat dinilai sebagai sebuah keuntungan.

4) Pengesahan sosial merupakan suatu pemuas dan merupakan motivator yang umum

dalam sistem pertukaran. Besarnya ganjaran tidak diberi batasan karena sifatnya

individual dan emosional. Reward adalah ganjaran yang memiliki kekuatan pengesahan

sosial atau social approval.

2.5 Proposisi Pertukaran

Homans menjelaskan proses pertukaran dengan lima proposisi yaitu proposisi

sukses, stimulus, nilai, deprivasi satiasi dan restu agresi. Dalam merumuskan proposisi-

proposisi tersebut, ia mencoba saling mengkaitkan proposisi itu dalam sebuah teori

pertukaran sosial. Adapun kelima proposisi itu, yaitu:5

1) Proposisi sukses

Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu memperoleh ganjaran,

maka kian kerap ia akan melakukan tindakan itu.

5
M. Margaret Poloma,Sosiologi Kontemporer (Jakarta: CV. Rajawali, 2000), hal. 61

10
Proposisi ini menyatakan bahwa bila seseorang berhasil memperoleh ganjaran, maka ia

akan cenderung mengulangi tindakan tersebut. Proposisi ini stimulus respon menyangkut

hubungan antara apa yang terjadi pada waktu silam dengan yang terjadi pada waktu sekarang.

Contohnya yaitu seorang anak mendapatkan nilai rapor yang bagus setelah ia belajar

sungguh-sungguh dan tekun.

2) Proposisi stimulus

Jika di masa lalu terjadi stimulus yang khusus atau seperangkat stimuli merupakan

peristiwa dimana tindakan seseorang memperoleh ganjaran, maka semakin mirip stimuli

yang ada sekarang ini dengan yang lalu itu, akan semakin mungkin seseorang melakukan

tindakan serupa atau yang agak sama.

Proposisi ini menyangkut frekuensi ganjaran yang diterima atas tanggapan atau tingkah

laku tertentu dan kemungkinan terjadinya peristiwa yang sama pada waktu sekarang. Makin

sering dalam peristiwa tertentu tingkah laku seseorang memberikan ganjaran terhadap

tingkah laku orang lain, makin sering pula orang lain itu mengulang tingkah lakunya itu.

Contohnya yaitu seorang mahasiswa menginginkan nilai yang baik, maka dengan

kesadaran ia akan selalu mengikuti perkuliahan, serta belajar sebelum ujian. Lalu, ia

merasakan manfaat dari belajar bersama sebelum ujian, sehingga ia akan melakukan kembali

belajar secara bersama dengan teman-temannya untuk mendapatkan hasil ujian yang baik.

3) Proposisi nilai

Semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka kian senang seseorang melakukan tindakan

itu.

Proposisi ini memberikan arti atau nilai kepada tingkah laku yang diarahkan oleh orang

lain terhadap aktor, yang berarti makin bernilai bagi seseorang sesuatu tingkah laku orang

lain yang ditujukan kepadanya, maka makin besar kemungkinan atau makin sering ia akan

11
mengulangi tingkah lakunya itu. Contohnya yaitu mahasiswa yang menganggap bahwa ia

mempunyai kesempatan untuk melihat suatu konser favoritnya, tetapi di saat yang sama ia

harus mengenyampingkan perkuliahannya, karena ia masih dapat kuliah di hari yang lain. Ini

artinya ia menganggap mana yang lebih penting kuliah atau menikmati konser yang

menyenangkan.

4) Proposisi deprivasi satiasi

Semakin sering di masa yang baru berlalu, seseorang menerima suatu ganjaran

tertentu, maka semakin kurang bernilai bagi orang tersebut peningkatan setiap unit ganjaran

itu.

Proposisi ini menjelaskan bahwa makin sering orang menerima ganjaran dari orang

lain, makin berkurang nilai dari setiap tindakan yang dilakukan berikutnya. Contohnya yaitu

seorang wanita, setiap berulang tahun selalu diberikan hadiah boneka oleh teman prianya

maka ia merasa hadiah itu menjadi tidak menarik bagi dirinya karena ia merasa telah jenuh

atau bosan dengan bentuk hadiah yang selalu sama.

5) Proposisi restu agresi

Bila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran yang diharapkannya atau

menerima hukuman yang tidak diinginkannya maka ia akan marah. Ia cenderung

menunjukkan perilaku agresif dan hasil perilaku tersebut bernilai baginya. Bila tindakan

seseorang memperoleh ganjaran yang lebih besar dari yang diperkirakan atau tidak

memperoleh hukuman yang diharapkannya, maka ia akan merasa senang.

Proposisi ini melihat bahwa makin dirugikan seseorang dalam hubungannya dengan

orang lain, makin besar kemungkinan orang tersebut akan mengembangkan emosi seperti

marah.

12
Contohnya yaitu seorang pekerja yang hanya digaji dua bulan, dari selama 5 bulan ia

bekerja. Namun, pekerja tersebut akan merasa senang jika ia mendapatkan libur di awal bulan

ia masuk kerja.

Dalam memahami proposisi yang dimaksud di atas perlu diperhatikan bahwa: 6

1) Makin tinggi ganjaran atau reward yang diperoleh atau yangakan diperoleh, maka makin

besar kemungkinan sesuatu tingkah laku akan diulang.

2) Makin tinggi biaya atau ancaman hukuman atau punishment yang akan diperoleh, maka

makin kecil kemungkinan tingkah laku yang serupa akan diulang.

• Persyaratan Perilaku dalam Pertukaran Sosial

Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi perilaku yang menjurus pada pertukaran

sosial. Persyaratan tersebut adalah :

1) Perilaku harus berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya dapat dicapai melalui

interaksi dengan orang lain.

2) Perilaku harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan-tujuan

tersebut.

Blau membayangkan suatu rangkaian empat tahap yang mendorong dari pertukaran

antarpribadi menuju struktur sosial ke perubahan. Empat langkah yang dimaksud yaitu:

1) Transaksi-transaksi pertukaran pribadi diantara orang-orang yang menimbulkan.

2) Deferensiasi status dan kekuasaan yang mendorong.

3) Legitimasi dan organisasi yang menaburkan benih-benih.

4) Perlawanan dan perubahan.

• Pertukaran Seimbang dan Tidak Seimbang

Hubungan pertukaran dikatakan seimbang, jika hubungan itu menguntungkan pihak

yang tinggi atu rendah. Ada daya tawar yang sama antar anggota kelompok.

6
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1985), hal.
92.

13
Ketidakseimbangan dalam pertukaran dapat terjadi bila bersifat memaksa dan

pemberian reward lebih kepada yang lain dan sebaliknya yang menerima reward

membalasnya. Pihak terkecil dalam pertukaran yang tidak seimbang dapat memperoleh

kompensasi social approvalatau disebut sebagai kerelaan. Kerelaan dalam pertukaran tidak

seimbang adalah suatu kredit kepada pihak superior, yaitu posisinya menjadi dominasi

sehingga memungkinkan utnuk memerintah orang lain.

• Kelebihan Dari Teori pertukaran Sosial

Menurut Katherine Miler, teori pertukaran sosial memiliki beberapa kelebihan,

yaitu:7

1) Teori pertukaran sosial sangat sederhana sehingga memungkinkan bagi sebagian besar

orang untuk memahami asumsi-asumsi umum yang terkait.

2) Teori pertukaran sosial membantu menjelaskan beragam permasalahan dalam

komunikasi keluarga.

3) Pengetahuan yang baik tentang teori pertukaran sosial dapat memberikan keseimbangan

dalam hubungan.

• Kekurangan Dari Teori pertukaran Sosial

Menurut Katherine Miler, teori pertukaran sosial memiliki beberapa kekurangan,

yaitu:

1) Teori pertukaran sosial dipandang sebagai proses yang berlangsung satu arah.

2) Asumsi yang menyatakan bahwa orang siap untuk menghentikan hubungannya dengan

orang lain manakala biaya lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh

dinilai tidak selalu akurat.

3) Teori pertukaran sosial menempatkan hubungan ke dalam struktur yang linear ketika

beberapa hubungan melewatkan tahapan-tahapan kedekatan.

7Katherine Miller, Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts (Boston : McGraw-Hill,
2005), hal. 200.

14
2.6 Kritik Terhadap Teori Pertukaran Sosial

Gambaran Homans tentang prilaku manusia, tidak terlepas dari suatu kritik.
Timbulnya kritik itu dikarenakan Homans menggambarkan teorinya berdasarkan psikologi
prilaku Skinnerian yang agak sempit dan hanya sedikit mengakui hakikat perbedaan manusia
dan binatang. Sebagai mana yang diungkapkan oleh Peter Ekeh, dalam analisanya mengenai
gambaran manusia dari Homans menjelaskan Kontradiksi yang paling parah dalam teori
pertukaran sosial homans ialah kepercayaannya bahwa ia sedang menghadapi psikologi, yaitu
psikologi prilaku yang mempelajari manusia sebagai manusia, sebagai anggota spesies
manusia, namun psikologi itu mengambil prinsip-prinsipnya dari prilaku binatang. Para
pengkritik lain seperti: Zietlin, Simpson dan Singleman; juga merasa dirisaukan oleh
“manusia ekonomi” Homans, karena asumsinya mengenai semua interaksi itu harus itu harus
“fair” atau sesuai dengan prinsip distribusi keadilan. Para pengkritik itu menilai dan
beranggapan bahwa tidak realistis bila melihat dunia cenderung ke arah pertukaran yang
seimbang. 8

Di sisi lain, terdapat pula pertentangan teori pertukaran sosial individulistis dan
kolektivistis. Pertentangan yang terjadi ini merupakan akibat dari tumbuhnya pertentangan
antara orientasi individualistis dan kolektisvistis. Homans mungkin merupakan seseorang
yang sangat menekankan pada pendekatan individualistis terhadap perkembangan teori sosial.
Hal ini tentunya berbeda dengan penjelasan Levi-Strauss yang bersifat kolektivistis
khususnya mengenai perkawinan dan pola-pola kekerabatan. Levi-Strauss merupakan
seorang ahli antropologi yang berasal dari Prancis, ia mengembangkan suatu perspektif
teoritis mengenai pertukaran sosial dalam analisisnnya mengenai praktik perkawinan dan
sistem kekerabatan masyarakat-masyarakat primitif. 9 Levi-Strauss membedakan dua sistem
pertukaran yaitu restricted exchange dan generalized exchange. Pada restricted exchange,
para anggota kelompok A terlibat dalam transaksi pertukaran langsung, masing-masing
anggota pasangan tersebut saling memberikan dengan dasar pribadi. Sedangkan pada
generalized exchange, anggota-anggota suatu kelompok B atau yang lebih besar lagi,
menerima sesuatu dari seorang pasangan lain dari orang yang dia berikan sesuatu yang

8Lihat Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, 61


9
Jonathan H. Turner, The Structure of Sociological Theory Sixth Edition (U.S.A : Wadsworth Publishing
Company, 1998), 255

15
berguna.10 Dalam pertukaran ini memberikan dampak pada integrasi dan solidaritas
kelompok-kelompok yang lebih besar dengan cara yang lebih efektif.

Berdasarkan konsepsi teoritis di atas, paling tidak perspektif analisis penulis


bahwasannya sikap kritis dari para tokoh sosiologi maupun antropologi yang berkenaan
dengan teori pertukaran sosial (social exchange) hasil gagasan George C. Homans, dapat
dipahami bebebara poin penting antara lain. 1) Sikap kritis tokoh sosiologi seperti; Peter
Ekeh yang menganggap kekeliruan Homans dalam mengadopsi psikolgi prilaku Skinerian
sebagai acuan proposisi pertukaran prilaku sosial manusia, itu dikarenakan Peter Ekeh
menempatkan manusia secara utuh untuk dijadikan titik ukur pertukaran sosial bukanlah
membandingkannya dengan binatang. Sedangkan Homans menempatkan makna prilaku
sosial manusia dalam sudut persaman sebagai mahkluk, sehingga ia mengadopsi teori
psikologi prilaku stimulus-respons ala Skinnerian untuk menjelaskan pertukaran sosial antara
manusia. 2) Pertentangan nilai tujuan/oreantasi dalam teori pertukaran sosial dari gagasan
George C.Homans dan Levi-Strauss, dapat dipahami sebagai bentuk perbedaan cara pandang
kedua tokoh tersebut dalam menganalisis bentuk pertukaran prilaku antara manusia, akan
tetapi secara substansi pandangan dari kedua tokoh tersebut, tetap berbicara pada konteks
pemenuhan kebutuhan dasar manusia, kaitannya dengan proses pertukaran sosial antara
manusia dalam kehidupannya sehari hari. 3) Sikap kritis serta pertentangan yang muncul dari
beberapa tokoh sosiologi maupun anropologi tersebut, merupakan karakter limu sosial yang
kompleks dan dinamis dalam perkembanganya, sebab yang menjadi parameter penelitian
sosial adalah manusia itu sendiri. Perlu disadari bahwa manusia dalam perkembangan
sosialnnya tidaklah stagnan melaikan melaju dan berubah seiring dengan perubahan zaman
yang dapat mempengaruhinya.

Dengan demikian secara menyeluruh, pendekatan sosial exchange merupakan aspek


yang sangat penting untuk dipelajari, agar proses kehidupan sosial antara sesama manusia
dapat berjalan seimbang, terutama dalam memenuhi harapan individu yang sifatnya umpan
balik keinginan sebagai konsekuensi sebuah hubungan sosial yang dibangun. Dalam artian
khusus, jika keseimbangan hubungan sudah tercipta antara satu dengan lainnya, maka
keselarasan kehidupan sosial dengan sendirinnya akan terwujud dalam kehidupan sehari-hari.
Sehinggga disadari ataupun tidak, pemaknaan hal-hal semacam ini dalam realitas hubungan
sosial manusia dapat membentuk sebuah konsep pola hidup sosial yang sangat humanis,

10 Doyle Paul Johnson, Teori Sosilogi Klasik dan Modern (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1980), 59

16
tanpa melihat sisi kelemahan manusia. Bahkan ralasi sosial manusia yang mengedepankan
prinsip pertukaran sosial berdasarka prososisi-proposisi social exchange dapat membentuk
tipelogi manusia yang memiliki kesadaran, karakter tanggung jawab sosial dalam
membangun hubungan kemanusiaan.

2.7 Aplikasi Teori Pertukaran Sosial di Masyarakat


Di suatu daerah ada dua kampung, kita sebut saja kampung A dan kampung B. pada
suatu hari kampung A mengundang kampung B untuk melakukan kerja bakti atau gotong
royong ke kampung A, dengan senang hati kampung B menerima tawaran tersebut dan
mengunjungi kampung A untuk melakukan gotong royong meskipun sebenarnya kampung B
memiliki kesibukan tersendiri di kampungnya, namun mereka rela meluangkan waktu mereka
dan menunda kesibukan yang mereka miliki untuk menerima ajakan dari kampung A tersebut
karna kampung B merasa menghargai ajakan dari kampung A.

Dalam hal ini kampung B sudah melakukan suatu pengorbanan terhadap kampung A.
Dan di suatu hari, kampung B pun ingin mengajak/mengundang kampung A untuk
melakukan kerja bakti juga, namun sebaliknya yang terjadi, kampung A malah mengabaikan
ajakan/undangan kampung B untuk melakukan kerja bakti tersebut hanya karna alasan
kampung A memiliki kesibukan dikampungnya. Maka, dalam hal ini belum tejadi suatu
proses pertukaran sosial karena kampung A belum bisa memberikan suatu reward atau
penghargaan kepada kampung B sebagaimana apa yang telah dilakukan kampung B terhadap
kampung A.

Tetapi apabila kampung A menerima ajakan dari kampung B dan melakukan apa yang
telah dilakukan kampung B maka dalam hal ini telah terjadi suatu proses pertukaran, karna
tidak ada pihak yang merasa berat sebelah baik itu dari kampung A maupun kampung B.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sosial exchange dapat diartikan sebagai proses pertukaran sosial yang terjadi dalam
kehidupan manusia, pertukaran sosial yang dimaksud adalah pertukaran perbuatan yang dapat
diamati dari unsur ganjaran, pengorbannan, dan keuntungan yang saling mempengaruhi
keberlangsungan hubungan sosial manusia. Selanjutnya, ditinjau dari sudut pandangn George
C. Homans selaku tokoh sosiologi yang bekenaan dengan pertukaran sosial (social exchange)
, terdapat lima subtansi pernyataan proposisi untuk menjelaskan tentang pentingnya
pertukaran sosial manusia dalam membangun hubungan sosial mencakup; proposisi sukses,
stimulus, nilai (deprivasi-satiasi), dan restu-agresi (approval-agression). Dengan memahami
proposisi tersebut, maka proses pertukaran sosial itu dapat tercipta dengan baik, terutama
dalam hubungan dunia kerja maupun persahabatan.

Perkembangan teori pertukaran sosial George C. Homans, secra aplikasi konsepnya


juga dikritisi pula oleh beberapa tokoh pemerhati sosiologi dan antropologi, antara lain; Peter
Ekeh, Zietlin, Simpson dan Singleman yang merasa dirisaukan dengan gagasan “manusia
ekonomi” Homans, karena asumsinya mengenai semua interaksi itu harus itu harus “fair”
atau sesuai dengan prinsip distribusi keadilan. Para kirikus juga menjustifikasi ketidaktepatan
Homans dalam teori pertukaran sosialanya, karena merumuskan fondasi teorinya berdasarkan
psikologi prilaku Skinnerian yang agak sempit dan hanya sedikit mengakui hakikat
perbedaan manusia dan binatang. Meski demikian, bila ditelaah dan dicermati konten sikap
kritis para tokoh tersebut, berkenaan dengan pandangan mereka terhadap gagasan Homans
dalam teori pertukaran sosial (social exchange) menyakut hubungan antara manusia,
sesungguhnya merupakan perbedaan cara pandang para tokoh tersebut dalam menganalisis
makna penting hubungan pertukaran sosial (social exchange) yang terjadi dalam kehidupan
manusia.

3.2 Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada
terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba
Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.

18
DAFTAR PUSTAKA

Blau. 1964. Exchange & power in social life. New York, NY: John Wiley & Sons.

George Ritzer, George. 1985. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Miller, Katherine. 2005. Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts. Boston:

McGraw-Hill.

Mowday, Richard T. 1982. Employee – Organizational Linkages: The Psychology Of Commitment

Absentism And Turnover. New York: Academic Press Inc.

Poloma, M. Margaret. 2000. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: CV. Rajawali.

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh Analisis Statistik

Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Wirawan. 2012. Evaluasi: Teori,Model, Standar, Aplikasi dan Profesi. Jakarta : Rajawali Pers.

19

Anda mungkin juga menyukai