Anda di halaman 1dari 15

PARADIGMA MASYARAKAT STATIS DAN DINAMIS

Makalah
Tugas Pengantar Sosiologi
Oleh:
Ahmad Farozy
B 101 22 147
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya yang telah
di berikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul” Paradigma Masyarakat Statis Dan Dinamis” sebagai tugas mata kuliah
Pengantar Sosiologi.
Makalah ini dapat diselesaikan semata kerena penulis menerima banyak
bantuan dan dukungan. Untuk itu, penulis mengucapkan terimah kasih.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat menjadi
manfaat bagi pembacaannya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca terhadap makalah ini agar kedepannya dapat diperbaiki, karena penulis
sadar, makalah ini masih terdapat banyak kekurangannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah .......................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Definisi Paradigma Sosial ............................................................... 3
2.1.1 Paradigma......................................................................................... 3
2.1.2 Sosial ................................................................................................. 3
2.1.3 Paradigma Sosial.............................................................................. 3
2.2 Paradigma Masyarakat Statis ........................................................ 4
2.2.1 Paradigma Evolusionisme ............................................................... 4
2.2.2 Paradigma Interaksisionisme Simbolik ......................................... 4
2.2.3 Paradigma Fakta Sosial................................................................... 5
2.2.4 Paradigma Definisi Sosial ............................................................... 6
2.2.5 Paradigma Perilaku Sosial .............................................................. 7
2.3 Paradigma Masyarakat Dinamis.................................................... 8
2.3.1 Paradigma Kritis.............................................................................. 8
2.3.2 Paradigma Perubahan Sosial .......................................................... 9
2.3.3 Paradigma mobilitas sosial ............................................................. 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat terdiri atas berbagai lapisan sosial yang di dalamnya terdapat
beragam kelas sosial, status, kedudukan, serta stratifikasi sosial. Hal ini menjadikan
pandangan positif dan negatif untuk kelangsungan hidup suatu masyarakat, terlebih
kehidupan itu dibentuk oleh kompleksitas perkotaan yang tidak mampu
membendung kemajuan modernisasi, industrialisasi, dan globalisasi dari sektor
kehidupan.
Berbicara tentang masyarakat, pastinya tidak akan terlepas dari yang namanya
masyarakat dinamis dan masyarakat statis. Masyarakat dinamis cenderung
mengacu masyarakat kota. Sedangkan masyarakat statis cenderung pada
masyarakat tradisional. Dengan adanya masyarakat yang dinamis, atau sebut saja
masyarakat modern, mereka mudah menerima perubahan di banding masyarakat
tradisional (Soekanto, 1982: 22).
Setiap kehidupan masyarakat manusia senantiasa mengalami suatu perubahan.
Perubahan-perubahan pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena
sosial yang wajar, karena setiap manusia mempunyai kepentingan yang tak terbatas.
Perubahan-perubahan akan tampak setelah tatanan sosial dan kehidupan
masyarakat yang lama dapat dibandingkan dengan tatanan dan kehidupan
masyarakat yang baru.
Perubahan-perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial,
norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan kemasyarakatan,
lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan
lain sebagainya. Perubahan sosial di masyarakat, akan terus menerus terjadi.
Perubahan ini ada yang bersifat terencana dan tidak terencana, ada yang besar atau
pun perubahan kecil.
Suatu perubahan yang besar bercirikan perubahan itu bisa merubah struktur
yang ada di masyarakat. Sedangkan perubahan kecil tidak akan mengubah struktur
pada masyarakat. Perubahan sosial ini meliputi aspek ekonomi atau pembangunan,
sosial, politik, dan ideologi.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis menentukan rumusan masalah
yaitu.
1. Bagaimana Konsep paradigma statis dan dinamis dimasyarakat ?

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah


Maksud dan tujuan penulis dalam penyusunan makalah ini agar pembaca dapat
mengetahui dan memahami tentang:
1. Pengertian Paradigma Sosial
2. Jenis – jenis paradigma statis dan dinamis

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Paradigma Sosial


2.1.1 Paradigma
Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang
merupakan kata serapan dari bahasa Latin pada tahun 1483 yaitu paradigma yang
berarti suatu model atau pola dan dalam bahasa Yunani paradeigma
(para+deiknunai) yang berarti untuk "membandingkan,
Menurut Steven Covey, dalam bukunya "7 Habits Of Highly Effective People"
mendefinisikan paradigma sebagai cara kita memandang sesuatu: pandangan kita,
kerangka acuan kita atau keyakinan kita.
Menurut Ritzer (1989:6) paradigma adalah pandangan yang mendasar dari
ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh
suatu cabang ilmu pengetahuan. Jadi paradigma adalah lain apa yang menjadi
pokok persoalan dalam satu cabang ilmu menurut konsentrasi ilmuan tertentu.

2.1.2 Sosial
Pengertian sosial menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah
segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Definisi sosial memang bisa
diartikan secara luaas. Secara umum, definisi sosial bisa diartikan sebagai sesuatu
yang ada pada masyarakat atau sikap kemasyarakatan secara umum.
Menurut Lewis sosial merupakan sesuatu yang dapat dicapai, dihasilkan serta
ditetapkan dalam proses interaksi sehari-hari antara warga suatu negara dengan
pemerintahannya.

2.1.3 Paradigma Sosial


Paradigma Sosial adalah pandangan yang mendasar dari ilmuan mempengaruhi
pemikiran (kognitif), sikap (afektif), dan perilaku (konatif) tentang proses interaksi
yang terjadi masyarakat.

3
2.2 Paradigma Masyarakat Statis
Paradigma masyarakat statis adalah pandangan teoritis yang menjelaskan suatu
keadaan dalam diam, tidak bergerak, tidak berubah keadaannya, tidak aktif, tetap,
tidak mau menyesuaikan hidup dengan perkembangan zaman
2.2.1 Paradigma Evolusionisme
Menurut Herbert Spencer (1820-1903), yang menyatakan bahwa masyarakat
berkembang dari bentuk yang sederhana, tidak teratur menjadi bentuk yang koheren
dan teratur. Sementara itu, pada kajian Hubungan International, dikenal juga teori
International Darwinism dengan konsep negara yang paling kuatlah yang akan
menang dalam setiap kancah persaingan internasional.
Evolusi Sosial digambarkan sebagai serangkaian perubahan sosial pada
masyarakat yang berlangsung lama dan berawal dari kelompok suku dan/atau
masyarakat sederhana dan homogen kemudian secara bertahap menjadi masyarakat
yang lebih maju dan akhirnya menjadi masyarakat modern yang heterogen,
kompleks dan diferensiasi fungsi. Dalam menjalani tahapan-tahapan perubahan
tersebut setiap kelompok masyarakat mempunyai metode/cara yang tidak sama
karena menyesuaikan dengan unsur budaya lokal.

2.2.2 Paradigma Interaksisionisme Simbolik


Interaksisionisme Merupakan cabang dari sosiologi yang secara khusus
membahas mengenai cara seorang individu berperilaku dan membuat keputusan
berdasarkan lingkungan yang ditempati individu tersebut. Pembahasan teori ini
mengacu pada apa yang menjadi dasar seseorang melakukan perbuatan yang
diinginkan di suatu lingkungan.
George Herbert Mead, menjelaskan dalam terminologinya bahwa setiap isyarat non
verbal dan pesan verbal yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh
semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yang
mempunyai arti yang sangat penting.
Menurut mead ada tiga ide dasar dari interaksi simbolik adalah :
1. Mind (pikiran) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang
mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus
mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain.
4
2. Self (diri pribadi) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu
dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain.
3. Society (masyarakat) adalah hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan
dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu
tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela,
yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di
tengah masyarakatnya.

2.2.3 Paradigma Fakta Sosial


Paradigma fakta sosial dikaitkan dengan karya Emile Durkheim khususnya
dalam Suicide dan The Rule of Sociological Method . Dua Buku ini menjelaskan
konsep fakta sosial diterapkan dalam mempelajari kasus gejala bunuh diri. Konsep
fakta sosial menurut Durkheim dipakai sebagai cara menghindarkan sosiologi dari
pengaruh psikologi dan filsafat.
Fakta sosial adalah sesuatu yang berada di luar individu dan bersifat memaksa
terhadapnya. Fakta sosial dibedakan atas dua hal yakni kesatuan yang bersifat
material (material entity) yaitu barang sesuatu yang nyata ada, sedangkan kesatuan
yang bersifat non-material (non- material entity) yakni barang sesuatu yang
dianggap ada.
Ada dua tipe dasar dari fakta sosial, yakni: struktur sosial dan pranata sosial.
Yang termasuk dalam golongan paradigma ini adalah teori fungsionalisme -
struktural dan teori konflik. Menurut teori fungsionalisme struktural berbagai
struktur dan pranata dalam masyarakat dilihat sebagai sebuah hubungan yang
seimbang.
Masyarakat dipahami dalam proses perubahan yang berlangsung secara
berangsur-angsur tetapi tetap dalam keseimbangan. Sementara itu menurut teori
konflik, masyarakat berada dalam tingkatan yang berbeda-beda dan dalam kondisi
konflik satu sama lain. Keseimbangan dalam masyarakat justru terjadi karena akibat
dari penggunaan paksaan oleh golongan yang berkuasa dalam masyarakat itu.

5
2.2.4 Paradigma Definisi Sosial
Paradigma definisi sosial memahami manusia sebagai orang yang aktif
menciptakan kehidupan sosialnya sendiri. Penganut paradigma definisi sosial
mengarahkan perhatian kepada bagaimana caranya manusia mengartikan
kehidupan sosialnya atau bagaimana caranya mereka membentuk kehidupan sosial
yang nyata.
Weber Melakukan pengamatan proses sosial untuk dapat mengambil
kesimpulan tentang sebagian besar dari intrasubyektif dan intersubyektif yang tidak
kelihatan yang dinyatakan oleh actor adalah sesuatu yang sangat penting. Contoh
exemplar paradigma ini ialah karya Max Weber tentang tindakan sosial. Weber
tertarik kepada makna subyektif yang diberikan individu terhadap tindakan yang
dilakukan.
Weber tak tertarik untuk mempelajari fakta sosial yang bersifat makroskopik
seperti struktur sosial dan pranata sosial. Perhatiannya lebih mikroskopik. Baginya
yang menjadi pokok persoalan ilmu sosial adalah proses pendefinisian sosial dan
akibat-akibat dari suatu aksi serta interaksi sosial. Dalam penyelidikan Weber
menyarankan untuk menggunakan metode interpretative-understanding atau yang
lebih dikenal sebagai metode verstehen.
Terdapat tiga teori utama dalam paradigm definisi sosial, yaitu teori aksi sosial,
teori interaksionisme simbolik dan teori fenomenologi. Teori aksi (action theory)
diangkat dari karya Max Weber sangat menekankan kepada tindakan intersubyektif
dan intrasubyektif dari pemikiran manusia yang menandai tindakan sosial.
Teori interaksionisme simbolik berbeda dengan penganut paradigma fakta
sosial yang beranggapan bahwa manusia secara sederhana memberikan reaksi
secara otomatis terhadap rangsangan yang datang dari luar dirinya.
Sedangkan teori fenomenologi muncul sebagai hasil dari perbedaan antara teori
tindakan dan teori Interaksionisme Simbolik yang dapat telususri kembali kepada
karya Weber. Teori ini sangat menekankan hubungan antara realitas susunan sosial
dengan tindakan aktor

6
2.2.5 Paradigma Perilaku Sosial
Persoalan ilmu sosial dalam hal ini sosiologi menurut paradigma ini adalah
perilaku atau tingkahlaku dan perulangannya (contingencies of reinforcement).
Paradigma ini memusatkan perhatian kepada tingkahlaku individu yang
berlangsung dalam lingkungan yang menimbulkan akibat atau perubahan terhadap
tingkahlaku selanjutnya.
Paradigma perilaku sosial secara tegas menentang ide paradigma definisi sosial
tentang adanya suatu kebebasan berpiker atau proses mental yang menjembatani
tingkahlaku manusia dengan pengulangannya. Penganut paradigma ini
menganggap kebebasan berpikir sebagai suatu konsep yang bersifat metafisik.
Paradigma ini juga berpandangan negatif terhadap konsep paradigma fakta
sosial yaitu struktur dan pranata sosial. Paradigma perilaku sosial memahami
tingkahlaku manusia sebagai sesuatu yang sangat penting. Konsep seperti
pemikiran, struktur sosial dan pranata sosial menurut paradigma ini dapat
mengalihkan perhatian kita dari tingkahlaku manusia itu.

7
2.3 Paradigma Masyarakat Dinamis
2.3.1 Paradigma Kritis
Paradigma kritis pada dasarnya banyak dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx
yang merupakan gerakan Post Pencerahan, kebalikan dari jaman Pencerahan di
abad 18 yang dipandang titik kluminasi rasionalisme barat yang yakin dengan
individualisme dan kebebasan universal (positivisme).
Max Horkheimer dan rekan-rekannya di Mazhab Frankfurt menjadikan
pemikiran Marx sebagai landasan mereka dalam mengkaji gejala, kasus dan
permasalahan yang ada di masyarakat. Mereka dapat dikatakan sebagai
pengintepretasi pemikiran Marx dan sedikit memodifikasinya sesuai dengan kajian
mereka.
Selain Horkheimer, banyak lagi para pendiri pendekatan kritis ini. Misalnya
Antonio Gramsci yang terkenal dengan istilah “Hegemoni”-nya yang menunjuk
pada sebuah konsep yang melihat bahwa pada dasarnya kekuatan bahasa menjadi
sebuah kekuatan yang dapat memelihara kekuasaan suatu kelompok atas kelompok
lain, media massa juga menjadi sebuah media efektif dalam memelihara kekuasaan
tersebut.
Paradigma kritis (critical paradigm) adalah semua teori sosial yang mempunyai
maksud dan implikassi praktis dan berpengaruh terhadap perubahan sosial.
Paradigma ini tidak sekedar melakukan kritik terhadap ketidakadilan sistem yang
dominan yaitu sistem sosial kapitalisme, melainkan suatu paradigma untuk
mengubah sistem dan struktur tersebut menjadi lebih adil. Meskipun terdapat
beberapa variasi teori sosial kritis seperti; feminisme, cultural studies,
posmodernisme -aliran ini tidak mau dikategorikan pada golongan kritis- tetapi
kesemuanya aliran tersebut memiliki tiga asumsi dasar yang sama.
1. Menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu sosial interpretif. paradigma kritis
bertujuan untuk menginterpretasikan dan karenanya memahami bagaimana
berbagai kelompok sosial dikekang dan ditindas.
2. Mengkaji kondisi-kondisi sosial dalam usaha untuk mengungkap struktur-
struktur yang sering kali tersembunyi.

8
3. Menggabungakn teori dan tindakan (praksis). “Praksis” adalah konsep sentral
dalam tradisi filsafat kritis ini.
Menurut Habermas (dalam Hardiman, 1993: xix) praksis bukanlah tingkah-
laku buta atas naluri belaka, melainkan tindakan dasar manusia sebagai makhluk
sosial. Asumsi dasar yang ketiga ini bertolak dari persoalan bagaimana pengetahuan
tentang masyarakat dan sejarah bukan hanya sekedar teori, melainkan mendorong
praksis menuju pada perubahan sosial yang humanis dan mencerdaskan.

2.3.2 Paradigma Perubahan Sosial


Perubahan-perubahan sosial yang terjadi di dalam suatu masyarakat dapat
terjadi karena bermacam-macam sebab. Sebab-sebab tersebut dapat berasal dari
masyarakat itu sendiri (sebab-sebab intern) maupun dari luar masyarakat tersebut
(sebab-sebab ekstern). Sebagai sebab-sebab intern antara lain, bertambah atau
berkurangnya jumlah penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan
(conflict), dan terjadinya suatu revolusi
Perubahan sosial menurut Selo Sumardjan adalah segala perubahan pada
lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial yang termasuk di
dalamnya nilai, sikap, pola perilaku di dalam kelompok masyarakat. Perubahan
dimulai dari lembaga-lembaga sosial yang mencangkup nilai (sesuatu yang
dianggap baik atau buruk), sikap, dan perilaku untuk kemudian diterapkan oleh
kelompok masyarakat tersebut.
Menurut Karl Mainhaim inti dari perubahan sosial adalah perubahan aturan
atau kaidah atau norma. Jadi, kalau aturannya berubah maka akan mempengaruhi
lembaga sosial, sikap, dan perilaku masyarakat.

2.3.3 Paradigma mobilitas sosial


Mobilitas berasal dari kata Mobilis, yang artinya mudah bermobilitas atau
mudah dipindahkan. Mobilitas sosial (social mobility) adalah suatu mobilitas dalam
struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok
sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam
kelompok dan hubungan individu dengan kelompoknya. Struktur berfungsi sebagai

9
pengawasan sosial, yaitu penekanan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran
terhadap norma-norma, nilai-nilai dan peraturan sehingga disiplin dalam kelompok
cenderung dipertahankan.
Menurut Pitirim Sorokin berpendapat bahwa dalam suatu masyarakat tidak
semuanya akan mendapatkan kesempatan yang benar-benar sama dengan orang lain
untuk dapat berpindah status sosialnya. Melalui teori tersebut, secara tidak langsung
maka Sorokin membagi dua tipe dari mobilitas sosial, yakni mobilitas horizontal
dan mobilitas vertikal.
1. Mobilitas Sosial Horizontal
Mobilitas sosial horizontal ini adalah perubahan individu maupun
kelompok selaku objek sosial menuju kelompok sosial lainnya yang
sederajat. Maksud sederajat ini adalah tidak ada perubahan yang terjadi di
dalam derajat kedudukan seseorang tersebut.
2. Mobilitas sosial vertikal merupakan bentuk perpindahan individu atau
kelompok selaku objek sosial menuju kedudukan sosial yang tidak
sederajat. Maksud dari tidak sederajat adalah status sosialnya dapat ke arah
atas (naik) maupun ke arah bawah (turun). Terdapat beberapa faktor
penyebab terjadinya sebuah mobilitas sosial vertikal, yakni kekayaan dan
kekuasaan.

10
BAB III
PENUTUTUP

3.1 Kesimpulan
Paradigma Sosial adalah pandangan yang mendasar dari ilmuan mempengaruhi
pemikiran (kognitif), sikap (afektif), dan perilaku (konatif) tentang proses interaksi
yang terjadi masyarakat.
Berdasarkan pendapat dan penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa
paradigma statis adalah paradigma yang berorintasi pada proses faktor – faktor
yang mempengaruhi masyarakat berinteraksi interaksi sedangkan paradigma
dimanis adalah paradigma yang berorientasi pada perubahan sosial yang diakbitkan
oleh konflik yang berevolusi dimasyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.uinsgd.ac.id/15662/4/4_bab1.pdf
http://eprints.umpo.ac.id/2388/1/ARTIKEL%20ILMIAH.pdf
https://arisosiologi.blogspot.com/2013/01/makalah-teori-evolusi.html
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11686/3/T1_362010062_BAB%
20II.pdf#:~:text=interaksionisme%20simbolik%20lebih%20memfokuskan%20dir
i%20pada%20interaksi%20sosial%2C,gambaran%20manusia%20yang%20pasif
%20sebagai%20organisme%20yang%20terdeterminasi
https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/344/9/UNIKOM_YOSUA%20KURNIA%2
0RATUWALANGON_BAB%20III.pdf
https://cibengnews.blogspot.com/2012/11/paradigma-kritis-dan-
marxisme.html#:~:text=Paradigma%20kritis%20pada%20dasarnya%20secara%2
0epistemologi%20membenahi%20pandangan,tugas%20teori%20adalah%20mem
buat%20sejarah%20%28Fakih%2C%202002%3A%2094%29
https://akumaslukman.blogspot.com/2017/04/paradigma-perubahan-sosial.html

Anda mungkin juga menyukai