Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

SOSIOLOGI POLITIK

“DINAMIKA SOSIAL POLITIK”

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD RIZKY ANOM NIM : 16612011137

MUHAMMAD FEBRIAN SAPUTRA NIM : 17612011191

ARKAN ZAID AL GHOZI NIM : 18612011429

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

MANAJEMEN 03

FAKULTAS EKONOMI
TAHUN AKADEMIK 2020
UNIVERSITAS ANTAKUSUMA PANGKALAN BUN
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
kasih‐Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjuk‐
Nya sehingga kami diberikan kemampuan dan kemudahan dalam penyusunan
Makalah Ekonomi Koperasi tentang Dinamika Sosial Politik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum cukup baik, kami
menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. kami juga
menyadari bahwa kami masih banyak mempunyai keterbatasan pengetahuan dalam
materi, sehingga menjadikan keterbatasan bagi saya pula untuk memberikan
penjelasan yang lebih dalam tentang masalah ini, oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.

Akhir kata, kami mohon maaf sebesar-besarnya bila terdapat kekurangan dan
kesalahan. semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita dan juga dapat
menambah pengetahuan kita agar dapat lebih luas lagi.

Pangkalan Bun, 18 November 2020

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................i

Daftar Isi.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dinamika Sosial.......................................................................3


2.2 Faktor-Faktor Penyebab Dinamika Sosial.................................................4
2.3 Teori-Teori Dinamika Sosial.....................................................................7
2.4 Dinamika Politik Indonesia.......................................................................13
2.5 Contoh Kasus.............................................................................................25

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................28
3.2 Saran..........................................................................................................29

Daftar Pustaka............................................................................................................30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan. Perubahan ini dapat
terjadi pada setiap aspek kehidupan, baik yang menyangkut norma, tata nilai,
status, fungsi, struktur sosial dan lain sebagainya.Perubahan ini dapat terlihat
apabila kita membandingkan perkembangan keadaan sesuatu masyarakat dari
jaman ke jaman. Cepat atau lambatnya perubahan sosial pada masyarakat
tergantung pada substansi dari masyarakatnya itu sendiri. Masyarakat kota lebih
cepat berubah di bandingkan dengan masyarakat desa. Pada masyarakat
terasing (terisolasi) perubahan social berjalan sangat lambat bahkan
berkecenderunganterjadi stagnasi. Masyarakat bini sering disebut dengan
masyarakat tertutup.
Perubahan-perubahan pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan
fenomena social yang wajar, oleh karena itu setiap manusia memiliki
kepentingan yang tak terbatas. Perrubahan-perubahan social akan tampak
setelah tatanan social dan kehidupan masyarakat lama dapat dibandingkan
dengan tatanan dan kehidupan yang baru.
Perubahan sosial saat ini sangat kompleks, meliputi berbagi unsur yang
ada pada masyarkat, begitu juga dengan masalah kebudayaan yang selalu
berkembang dikarenakan masyarakat yang sangat dinamis.
Dinamika kehidupan sosial tidak pernah lepas dari dinamika kehidupan
manusia itu sendiri. Kehidupan sosial ada dikarenakan adanya kehidupan dari
masing-masing individu yang berinteraksi satu sama lain. Manusia senantiasa
melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik dengan manusia yang lain
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya.
Bahkan, manusia akan mempunyai arti jika ada manusia lain tempat ia
berinteraksi. Demikian pula dengan kehidupan masyarakat yang selalu berubah

1
sejalan dengan perilaku kehidupan manusia sehari-hari. Dalam ilmu sosiologi
kita mengenal istilah struktur sosial sebagai sesuatu yang statis, sementara
pranata sosial sebagai sesuatu yang dipandang dinamis. Namun struktur sosial
pun seringkali mengalami perubahan, yang disebabkan oleh perombakan sistem
dalam masyarakat. Jadi sebenarnya tidak ada sesuatu yang benar-benar statis
dalam kehidupan bermasyarakat.
Kehidupan Politik di Indonesia terus berkembang dari masa ke masa.
Karena disebabkan oleh sifat dari politik sendiri yang dinamis dan terbuka pada
perubahan. Di Indonesia sudah terjadi 6 kali pergantian pemerintahan.
Sistem politik di Indonesia, walaupun sudah 4 periode, atau 6 kali
pergantian pemerintahan tetapi masih memakai sistem politik demokrasi
Pancasila.
Dalam hal ini, penulis mencoba untuk mempelajari dan menguraikan
materi Dinamika Sosial Politik Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Dinamika Sosial?
1.2.2 Apa faktor-faktor penyebab dari Dinamika Sosial?
1.2.3 Apa teori-teori dari Dinamika Sosial?
1.2.4 Bagaimana perkembangan Dinamika Politik Indonesia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian Dinamika Sosial.
1.3.2 Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya dinamika sosial.
1.3.3 Untuk mengetahui teori-teori Dinamika Sosial..
1.3.4 Untuk mengetahui perkembangan Dinamika Politik Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dinamika Sosial


Perubahan sosial merupakan fenomena yang wajar dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal ini dikarenakan setiap manusia mempunyai kepentingan
yang tidak terbatas. Untuk mencapainya, manusia melakukan berbagai
perubahan-perubahan. Perubahan tidak hanya semata-mata berarti suatu
kemajuan, namun dapat pula berarti suatu kemunduran.Kebanyakan definisi
membicarakan perubahan dalam arti yang sangat luas. Wilbert Moore misalnya,
mendefinisikan perubahan sosial sebagai “perubahan penting dari struktur
sosial” dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah “pola-pola perilaku
dan interaksi sosial”. Dengan demikian dapat diartikan bahwa perubahan social
dalam suatu kajian untuk melihat dan mempelajari tingkah laku masyarakat
dalam kaitannya dengan perubahan.Secara umum, unsur-unsur kemasyarakatan
yang mengalami perubahan antara lain nilai-nilai sosial, norma-norma sosial,
pola-pola perilaku, organisasi sosial, lembaga-lembaga kemasyarakatan,
stratifikasi sosial, kekuasaan, tanggung jawab, kepemimpinan, dan sebagainya,
kesemua perubahan ini dinamakan perubahan sosial.
Dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang
berkenaan dengan kehidupan masyarakat yang termasuk perubahan sistem nilai
dan norma sosial, sistem pelapisan sosial, struktur sosial, proses-proses sosial,
pola dan tindakan sosial warga masyarakat serta lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Tidak semua gejala-gejala sosial yang mengakibatkan
perubahan dapat dikatakan sebagai perubahan sosial, gejala yang dapat
mengakibatkan perubahan sosial memiliki ciri-ciri antara lain:
1. Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka
mengalami perubahan baik lambat maupun cepat.

3
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan
diikutidengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.
3. Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya
disorganisasiyang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri.
4. Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual
karena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat.
Soerjono Soekanto mendefenisikan pembangunan merupakan proses yang
dialami oleh suatu masyarakat menuju kepada keadaan hidup yang lebih baik,
proses yang mana pada umumnya direncanakan serta dilakukan dengan sengaja.
Pada prinsipnya kaidah-kaidah hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat
mempunyai peranan penting terutama dalam perubahan yang dikehendaki atau
direncanakan (intended change atau planed change). Dengan perubahan yang
direncanakan dan dikehendaki tersebut dimaksudkan sebagai perubahan yang
dikehendaki dan direncanakan oleh warga masyarakat yang berperan sebagai
pelopor.
Dalam masyarakat yang kompleks dimana birokrasi memegang peranan
penting dalam tindakan sosial, mau tak mau harus mempunyai dasar hukum
untuk sahnya. Dalam hal ini, maka hukum dapat menjadi alat ampuh untuk
mengadakan perubahan sosial, walaupun secara tidak Langsung. Selanjutnya
sehubungan dengan perubahan ini, hukum juga bertujuan mengubah
perikelakuan masyarakat. Satu masalah yang muncul seperti dikemukakan oleh
Gunnar Myrdal yakni soft development dimana hukum tertentu ternyata tidak
efektif.

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Dinamika Sosial


A. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam masyarakat
sendiri, antara lain sebagai berikut:

4
1) Bertambahnya atau berkurangnya penduduk.
2) Adanya penemuan baru (discovery). Penemuan baru yang menyebabkan
perubahan dalam masyarakat dibedakan menjadi dua yaitu:
 Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan baru, baik berupa
alat maupun gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau
kelompok.
 Invention adalah penemuan baru yang sudah diakui, diterima serta
diterapkan masyarakat.
3) Pertentangan (konflik) masyarakat.
4) Terjadinya Pemberontakan (revolusi). Revolusi adalah perubahan yang
sangat cepat dan mendasar yang dilakukan oleh individu atau kelompok.
B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar masyarakat,
antara lain:
1. Lingkungan alam fisik
2. Peperangan
3. Pengaruh kebudayaan lain
a. Akulturasi adalah suatu kebudayaan tertentu yang dihadapkan dengan
unsur-unsur kebudayaan asing, yang lambat laun unsur kebudayaan
asing tersebut melebur/menyatu ke dalam kebudayaan sendiri (asli),
tetapi tidak menghilangkan ciri kebudayaan lama.
Hal-hal yang biasa terjadi dalam akulturasi diantaranya
 Substansi, yaitu unsur kebudayaan yang ada sebelumnya diganti,
dan melibatkan perubahan struktural yang kecil sekali.
 Sinkretisme, yaitu unsur-unsur lama bercampur dengan yang baru
dan membentuk sistem yang baru.
 Adisi, yaitu unsur-unsur baru ditambahkan kepada unsur yang
lama.

5
 Dekulturasi, yaitu hilangnya bagian substansial sebuah
kebudayaan.
 Orijinasi, yaitu tumbuhnya unsur-unsur baru untuk memenuhi
kebutuhan situasi yang berubah.
 Rejection (penolakan), yaitu perubahan yang sangat cepat,
sehingga sejumlah besar orang tidak dapat menerimanya,
menyebabkan penolakan, pemberontakan, dan gerakan
pembangkitan.
b. Difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke
tempat lain, dari orang ke orang lain, dan dari masyarakat ke masyarakat
lain.
Difusi dapat dibedakan menjadi:
 Difusi intra-masyarakat yang dipengaruhi hal-hal seperti
pengakuan bahwa penemuan baru bermanfaat bagi masyarakat,
ada tidaknya unsur kebudayaan yang memengaruhi (untuk
diterima/ditolak), unsur yang berlawanan dengan unsur fungsi
lama akan ditolak, kedudukan penemu unsur baru ikut
menentukan penerimaan, ada tidaknya batasan dari pemerintah.
 Difusi antarmasyarakat yang dipengaruhi hal-hal seperti kontak
antarmasyarakat tersebut, kemampuan mendemonstrasikan,
kegunaan, menyaingi unsur lama atau mendukung, peran penemu
dan penyebarannya, pemaksaan.
c. Enetrasi adalah masuknya unsur-unsur kebudayaan asing secara paksa,
sehingga kebudayaan lama kalah.
d. Invasi adalah masuknya unsur-unsur kebudayaan asing ke dalam
kebudayaan setempat, dengan peperangan (penaklukan) bangsa asing
terhadap bangsa lain.

6
e. Asimilasi adalah proses penyesuaian (seseorang/kelompok orang asing)
terhadap kebudayaan setempat.
f. Hibridisasi adalah perubahan kebudayaan yang disebabkan oleh
perkawinan campuran antara orang asing dengan penduduk setempat.
g. Milenarisme adalah salah satu bentuk kebangkitan yang berusaha
mengangkat golongan masyarakat bawah yang tertindas dan telah lama
menderita dalam kedudukan sosial yang rendah.
h. Adaptasi adalah proses interaksi antara perubahan yang ditimbulkan
oleh organisme pada lingkungannya dan perubahan yang ditimbulkan
oleh lingkungan pada organisme (penyesuaian dua arah).
i. Imitasi adalah proses peniruan kebudayaan lain tanpa mengubah
kebudayaan yang ditiru.

2.3 Teori-Teori Dinamika Sosial


Teori mengenai perubahan sosial dapat dikategorikan dalam teori evolusi,
teori konflik, teori fungsional, teori siklus, teori linier, ekuilibrium, materialis,
dan modernisasi. Adapun teori-teori secara rinci yang menjelaskan mengenai
perubahan sosial adalah sebagai berikut :
1. Teori Evolusi (Evolution Theory)
Teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang memerlukan
proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa
tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada
bermacam-macam teori tentang evolusi. Teori tersebut digolongkan ke
dalam beberapa kategori, yaitu unilinear theories of evolution, universal
theories of evolution, dan multilined theories of evolution.
a. Unilinear Theories of Evolution, Teori ini berpendapat bahwa manusia
dan masyarakat termasuk kebudayaannya akan mengalami
perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang

7
sederhana ke bentuk yang kompleks dan akhirnya sempurna. Pelopor
teori ini antara lain Auguste Comte dan Herbert Spencer.
b. Universal Theories of Evolution, Teori ini menyatakan bahwa
perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang
tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu.
Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini adalah bahwa masyarakat
merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen menjadi
kelompok yang heterogen.
c. Multilined Theories of Evolution, Teori ini lebih menekankan pada
penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi
masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang perubahan sistem
mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian menetap
dengan menggunakan pemupukan dan pengairan.
2. Teori Konflik (Conflict Theory)
Menurut pandangan teori ini, pertentangan atau konflik bermula dari
pertikaian kelas antara kelompok yang menguasai modal atau pemerintahan
dengan kelompok yang tertindas secara materiil, sehingga akan mengarah
pada perubahan sosial. Teori ini memiliki prinsip bahwa konflik sosial dan
perubahan sosial selalu melekat pada struktur masyarakat
Teori ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap adalah konflik
sosial, bukan perubahan sosial. Karena perubahan hanyalah merupakan
akibat dari adanya konflik tersebut. Karena konflik berlangsung terus-
menerus, maka perubahan juga akan mengikutinya. Dua tokoh yang
pemikirannya menjadi pedoman dalam Teori Konflik ini adalah Karl Marx
dan Ralf Dahrendorf. Secara lebih rinci, pandangan Teori Konflik lebih
menitikberatkan pada hal berikut ini.
a. Setiap masyarakat terus-menerus berubah.
b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang perubahan
masyarakat.

8
c. Setiap masyarakat biasanya berada dalam ketegangan dan konflik.
d. Kestabilan sosial akan tergantung pada tekanan terhadap golongan yang
satu oleh golongan yang lainnya.
3. Teori Fungsional (Functionalist Theory)
Konsep yang berkembang dari teori ini adalah cultural lag
(kesenjangan budaya). Konsep ini mendukung Teori Fungsionalis untuk
menjelaskan bahwa perubahan sosial tidak lepas dari hubungan antara
unsur-unsur kebudayaan dalam masyarakat. Menurut teori ini, beberapa
unsur kebudayaan bisa saja berubah dengan sangat cepat sementara unsur
yang lainnya tidak dapat mengikuti kecepatan perubahan unsur tersebut.
Maka, yang terjadi adalah ketertinggalan unsur yang berubah secara
perlahan tersebut. Ketertinggalan ini menyebabkan kesenjangan sosial atau
cultural lag
Para penganut Teori Fungsionalis lebih menerima perubahan sosial
sebagai sesuatu yang konstan dan tidak memerlukan penjelasan. Perubahan
dianggap sebagai suatu hal yang mengacaukan keseimbangan masyarakat.
Proses pengacauan ini berhenti pada saat perubahan itu telah diintegrasikan
dalam kebudayaan. Apabila perubahan itu ternyata bermanfaat, maka
perubahan itu bersifat fungsional dan akhirnya diterima oleh masyarakat,
tetapi apabila terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat, perubahan akan
ditolak. Tokoh dari teori ini adalah William Ogburn.
Secara lebih ringkas, pandangan Teori Fungsional adalah sebagai
berikut.
a. Setiap masyarakat relatif bersifat stabil.
b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan
masyarakat.
c. Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi.
d. Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama
(konsensus) di kalangan anggota kelompok masyarakat.

9
4. Teori Siklus (Cyclical Theory)
Teori ini mencoba melihat bahwa suatu perubahan sosial itu tidak
dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun dan oleh apapun. Karena
dalam setiap masyarakat terdapat perputaran atau siklus yang harus
diikutinya. Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu
kebudayaan atau kehidupan sosial merupakan hal yang wajar dan tidak
dapat dihindari.
5. Teori Linier
Perubahan sosial budaya bersifat linier atau berkembang menuju titik
tertentu, dapat direncanakan atau diarahkan. Beberapa tokoh sosiologi
mengemukakan tentang teori linier yaitu:
a. Emile Durkheim: Masyarakat berkembang dari solidaritas mekanik ke
solidaritas organic
b. Max Weber : Masyarakat berubah secara linier dari masyarakat yang
diliputi oleh pemikiran mistik dan penuh tahayul menuju masyarakat
yang rasional
c. Herbert Spencer : mengembangkan teori Darwin, bahwa orang-orang
yang cakap yang akan memenangkan perjuangan hidup
Ketiga tokoh diatas menggambarkan bahwa setiap masyarakat
berkembang melaui tahapan yang pasti. Teori Linier dibedakan menjadi:
a. Teori evolusi
Perubahan sosial budaya berlangsung sangat lambat dalam jangka
waktu lama. Perubahan sosial budaya dari masyarakat primitif,
tardisional dan bersahaja menuju masyarakat modern yang kompleks
dan maju secara bertahap.Comte mengemukakan perkembangan
masyarakat mengikuti perkembangan cara berfikir masyarakat tersebut
yaitu tahap teologi (khayalan), tahap metafisis (abstraksi) dan tahap
ilmiah (positif)

10
Sedangkan Lenski berpendapat bahwa masyarakat berubah dari pra
industri, industri dan pasca industry.
b. Teori Revolusi
Perubahan sosial menurut teori revolusi adalah perubahan sosial
budaya berlangsung secara drastic atau cepat yang mengarah pada sendi
utama kehidupan masyarakat (termasuk kembaga kemasyarakatan).
Karl Marx berpendapat bahwa masyarakat berkembang secara linier
dan bersifat revolusioner, dari yang bercorak feodal lalu berubah
revolusioner menjadi masyarakat kapitalis kemudian berubah menjadi
masyarakat sosialis-komunis yang merupakan puncak perkembangan
masyarakat.
Suatu revolusi dapat berlangsung dengan didahului suatu
pemberontakan (revolt rebellion). Adapun syarat revolusi adalah :
 Ada keinginan umum mengadakan suatu perubahan
 Adanya kelompok yang dianggap mampu memimpin masyarakat
 Pemimpin harus mampu manampung keinginan masyarakat
 Pemimpin menunjukkan suatu tujuan yang konkret dan dapat dilihat
masyarakat
 Adanya momentum untuk revolusi
6. Teori Ekuilibrium
Pendekatan ekuilibrium menyatakan bahwa terjadinya perubahan
sosial dalam suatu masyarakat adalah karena terganggunya keseimbangan di
antara unsur-unsur dalam sistem sosial di kalangan masyarakat yang
bersangkutan, baik karena adanya dorongan dari faktor lingkungan (ekstern)
sehingga memerlukan penyesuaian (adaptasi) dalam sistem sosial, seperti
yang dijelaskan oleh Talcott Parsons, maupun karena terjadinya
ketidakseimbangan internal seperti yang dijelaskan dengan Teori

11
kesenjangan Budaya (cultural lag) oleh William F. Ogburn (Tokoh yang
juga menjelaskan mengenai teori materialis).
Teori ekuilibrium yang dijelaskan diatas cenderung mengatakan bahwa
perubahan sosial dikarenakan adanya salah satu bagian sistem yang tidak
berfungsi dengan baik. Dalam pendekatan ini perubahan sosial berjalan
dengan lambat dan perubahan sosial diatur dan dikendalikan oleh struktur
yang ada (behind design) atau rekayasa sosial.
Secara eksplisit pendekatan ini tidak menginginkan adanya perubahan
sosial, dibukti dengan adanya keharus aktor atau institusi sosial untuk
memiliki prinsip Adaptasi, Gold, Integrasi, (AGIL) dalam sistem sosial.
Keseimbangan sistem dibutuhkan dalam mencapai tujuan bersama.
7. Teori Materialis (Materialist Theory)
Teori Materialis disampaikan oleh William F. Ogburn. Inti dari teori
ini adalah bahwa:
Penyebab dari perubahan adalah adanya ketidakpuasan masyarakat
karena kondisi sosial yang berlaku pada masa yang mempengaruhi pribadi
mereka.
Meskipun unsur-unsur sosial satu sama lain terdapat hubungan yang
berkesinambungan, namun dalam perubahan ternyata masih ada sebagian
yang mengalami perubahan tetapi sebagian yang lain masih dalam keadaan
tetap (statis). Hal ini juga disebut dengan istilah cultural lag, ketertinggalan
menjadikan kesenjangan antar unsur-unsur yang berubah sangat cepat dan
yang berubah lambat. Kesenjangan ini akan menyebabkan kejutan sosial
pada masyarakat. Ketertinggalan budaya menggambarkan bagaimana
beberapa unsur kebudayaan tertinggal di belakang perubahan yang
bersumber pada penciptaan, penemuan dan difusi. Teknologi, menurut
Ogburn, berubah terlebih dahulu, sedangkan kebudayaan berubah paling
akhir. Dengan kata lain kita berusaha mengejar teknologi yang terus
menerus berubah dengan mengadaptasi adat dan cara hidup kita untuk

12
memenuhi kebutuhan teknologi. Teknologi menyebabkan terjadinya
perubahan sosial cepat yang sekarang melanda dunia.
Perubahan teknologi akan lebih cepat dibanding dengan perubahan
pada perubahan budaya, pemikiran, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma
yang menjadi alat untuk mengatur kehidupan manusia. Oleh karena itu,
perubahan seringkali menghasilkan kejutan sosial yang yang apada
gilirannya akan memunculkan pola-pola perilaku baru, meskipun terjadi
konflik dengan nilai-nilai tradisional.
8. Teori Modernisasi
Pendekatan modernisasi yang dipelopori oleh Wilbert More, Marion
Levy, dan Neil Smelser, pada dasarnya merupakan pengembangan dari
pikiran-pikiran Talcott Parsons, dengan menitikberatkan pandangannya
pada kemajuan teknologi yang mendorong modernisasi dan industrialisasi
dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Hal ini mendorong terjadinya
perubahan-perubahan yang besar dan nyata dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat termasuk perubahan dalam organisasi atau
kelembagaan masyarakat.

2.4 Dinamika Politik Indonesia


Dinamika politik di Indonesia dibagi menjadi 4 periode :
1. Periode Demokrasi Liberal (Th.1945-1959) Dalam periode ini dibahas
berlakunya Konstitusi yaitu UUD 1945, KRIS 1949 dan UUDS 1950
a. Masa berlakunya UUD 1945, Periode I (18 Agustus 1945-27 Desember
1949)
Dalam masa pemerintahan ini sistem kabinetnya Presidensial
(sesuai dengan pasal 17 UUD 1945). Sistem kabinet Presidensial tidak
berlangsung lama, karena adanya maklumat pemerintah 14 November
1945 yang isinya agar Presiden bertanggung jawab kepada KNIP (yang

13
berfungsi sebagai badan legislatif) dengan demikian sistem kabinetnya
parlementer. Penerapan sistem kabinet parlementer di masa ini ternyata
mengakibatkan stabilitas nasional tidak mantap. Hal ini dilihat dari silih
bergantinya kabinet pada masa itu.
1. Kabinet Presidensial yang dipimpin oleh Soekarno-Hatta
2. Kabinet Syahrir I
3. Kabinet Syahrir II
4. Kabinet Syahrir III
5. Kabinet Amir Syarifudin I
6. Kabinet Amir Syarifudin II
7. Kabinet Hatta I
8. Kabinet Darurut (pimpinan kabinet mr. Safrudin Prawiranagara)
9. Kabinet Hatta II
Masa berlakunya kabinet rata-rata 6 bulan. Berdasarkan maklumat
pemerintah tanggal 3 November 1945 partai politik mulai tumbuh,
tetapi pada saat itu partai-partai lebih mementingkan parpolnya dari
pada kepentingan rakyat, yang berakibat kabinet sering mendapat mosi
tidak percaya dari parlemen, sehingga kabinet jatuh bangun
mengakibatkan stabilitas negara tidak stabil.
b. Dinamika Politik Indonesia Masa Konstitusi RIS (27 Desember 1949-17
Agustus 1950)
Bentuk negara serikat, sistem kabinetnya parlementer. Dalam
pemerintahannya meletakkan hubungan pusat dan daerah seperti
hubungan pemerintah pusat dengan negara bagian. Dalam sistem ini
parlemennya terdiri 2 badan (bikameral) yaitu: senat (mewakili negara
bagian) dan DPR. Pada masa Konstitusi RIS negara Indonesia dibagi 16
bagian, yang pada akhirnya negara-negara bagian tersebut saling
menggabungkan diri sehingga menjadi 3 negara bagian yaitu:
1. Negara Republik Indonesia

14
2. Negara Indonesia Timur
3. Negara Sumatera Timur
Dari ketiga negara bagian inipun akhirnya saling menggabungkan
diri menjadi negara kesatuan.
c. Dinamika Politik Indonesia Pada Masa UUDS Tahun 1950 (17 Agustus
1950-5 Juli 1950)
Bentuk negara kesatuan Sistem kabinet parlementer Berdasarkan
maklumat pemerintah tanggal 3 November 1945, maka timbullah partai-
partai politik yang jumlahnya sangat banyak, yakni 28 partai.
Pemilu th. 1955 diadakan 2 kali yaitu:
1. Pemilu I, tanggal 19 September 1955 untuk memilih anggota
parlementer (DPR).
2. Pemilu II, tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota
konstituante.
Badan Konstituante bertugas membentuk UUD yang baru. Dalam
menjalankan tugas badan konstituante tidak pernah membuahkan hasil,
padahal kondisi negara dalam keadaan yang memprihatinkan. Melihat
kondisi ini, Presiden Soekarno punya usul kembali ke UUD 1945. Usul
ini mendapat dua tanggapan kelompok I mau kembali ke UUD 1945,
tetapi Pancasilanya seperti dalam piagam Jakarta, yang Sila I :
Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya. Kelompok II, setuju kembali ke UUD 1945 sepenuhnya.
Akhirnya diadakan pemungutan suara, dengan kuorum rapat, hanya 2/3
dari anggota hadir yang memenuhi kuorum. Putusan ini tidak pernah
tercapai dan pada akhirnya kuorum rapatpun tidak tercapai. Bahkan
sebagian anggota menyatakan tidak akan datang dalam sidang yang
akan datang. Berdasarkan keadaan darurat luar biasa ini demi persatuan,
kesatuan dan stabilitas nasional, Presiden Soekarno mengeluarkan
“Dekrit Presiden 5 Juli 1959” yang isinya:

15
1. Pembubaran Badan Konstituante
2. Berlaku kembali UUD 1945 dan tidak memberlakukan UUDS
3. Pembentukan MPR dan DPAS
Kegagalan badan konstituante disebabkan parpol-parpol lebih
mementingkan kepentingan parpolnya dari pada kepentingan bangsa
dan negara. Partai-partai melalui parlemen seringkali menjatuhkan mosi
tidak percaya kepada kabinet, sehingga kabinetnya jatuh bangun.
Walaupun sudah diadakan pemilu, namun segala bidang kehidupan
terjadi instabilitas. Dengan keluarnya dekrit Presiden 1959 ini telah
mengakhiri sistem politik liberal yang kemudian diganti dengan sistem
demokrasi terpimpin dam berlakunya kembali UUD 1945.
2. Dinamika Politik Indonesia Pada Masa Orde Lama atau Periode Demokrasi
Terpimpin (5 Juli 1959 – 11 Maret 1966) dengan UUD 1945
Bentuk negara Kesatuan Sistem pemerintahan Kabinet Presidensial
Pada masa pemerintahan orde lama banyak terjadi penyimpangan terhadap
alat pemersatu, jika bangsa Indonesia sudah bersatu maka Pancasila tidak
berfungsi lagi, yang menurut PKI akan digantikan dengan faham
komunisme.
Pancasila tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, lembaga
negara tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Asas demokrasi menurut
UUD 1945 yang seharusnya berdasarkan musyawarah mufakat diganti
dengan demokrasi terpimpin yang berakibat terjadinya kultus individu.
Pilar-pilar demokrasi dan kehidupan kepartaian serta legislatif menjadi
lemah sedangkan keluasan eksekutif (Presiden) menjadi sangat kuat sebagai
contoh:
 DPR hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan Presiden karena tidak
menyetujui RAPBN yang diajukan Presiden dan sebagai gantinya
Presiden mengangkat DPR GR

16
 MPRS dan DPR GR yang seluruh anggotanya diangkat oleh Presiden
yang seharusnya berada diatas Presiden tetapi selalu tunduk kepada
Presiden
 MPR mengangkat Soekarno menjadi Presiden seumur hidup, yang
dikukuhkan dalam Tap MPRS No. III/MPRS/66 Puncak penyimpangan
adalah terjadi G 30 S/PKI. Setelah G 30 S/PKI terjadi krisis politik,
yaitu terjadinya instabilitas nasional juga adanya demonstrasi
mahasiswa yang menuntut TRI TURA yaitu:
1. Bubarkan PKI
2. Bersihkan kabinet Dwikora dari PKI
3. Turunkan harga
Yang pada akhirnya turunlah SUPER SEMAR pada tanggal 11 Maret
1966.
3. Dinamika Politik Indonesia Pada Masa Orde Baru (11 Maret 1966 – 21 Mei
1998) dengan UUD 1945
Pemerintahan orde baru adalah pemerintahan yang menegakkan
negara Kesatuan RI berdasrkan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Orde Baru lahir sejak dikeluarkan SUPER SEMAR, dari
Presiden Soekarno kepada Letjen. Soeharto untuk mengambil tindakan yang
dianggap perlu demi keamanan, keselamatan rakyat, bangsa dan negara
Kesatuan RI. Dalam bidang ketatanegaraan banyak ditempuh upaya-upaya
konstitusional. Penyelenggaraan Pemilu selama orde baru telah berlangsung
sebanyak 6 kali sebagai berikut:
a. Pemilu I
 Berdasarkan UU No. 15/1969
 Dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 1971
 Diikuti oleh 10 OPP (Organisasi Peserta Politik)
1. Partai Katolik

17
2. PSII
3. NU
4. Pramusi
5. Golkar
6. Parkindo
7. Murba
8. PNI
9. Perti
10. PKI
 Jumlah anggota DPR = 460 (360 dipilih lewat pemilu, 25 diangakat
Presiden, dan 75 diangkat ABRI)
 Anggota MPR 920 terdiri dari anggota DPR ditambah utusan daerah
dan golongan Presiden mempunyai hak mengangkat anggota DPR,
ABRI tidak memilih tetapi diberi wakil di DPR.
b. Pada pemilu kedua ini terjadi peleburan parpol yang seidologi:
 PPP berdiri pada tanggal 5 Januari 1973, yang merupakan fusi dari
NU, Parmusi, Perti dan PSII
 PDI berdiri pada tanggal 10 Januari 1973, yang merupakan fusi dari
PNI, IPKI, Murba, Partai Katolik dan Parkindo
 Golkar berdiri pada tanggal 20 Oktober 1964, yang merupakan
golongan fungsional yang terdiri dari buruh, pegawai, tani,
pengusaha nasional, alim ulama, Angkatan 45 dan angkatan 1966
Penyederhanaan OPP dari 9 parpol menjadi 2 parpol dan 1 Golkar
dituangkan dalam UU No. 3/1975 dan harus berasaskan Pancasila
(Asas tunggal).
Sejak pemilu tahun 1973 sampai prmilu tahun 1997 diikuti 3 OPP
yaitu: PPP, PDI dan Golkar. Selama pemilu orde baru, Golkar selalu
memperoleh suara mayoritas menang mutlak).

18
Dalam pemilu 1971 Golkar meraih 63,8%
Dalam Pemilu 1977 Golkar meraih 62,1%
Dalam Pemilu 1982 Golkar meraih 64,3%
Dalam Pemilu 1987 Golkar meraih 73,2%
Dalam Pemilu 1992 Golkar meraih 68,1%
Dalam Pemilu 1997 Golkar meraih 70,2%
(Data ini diambil dari Lembaga Pemilu)
Dengan kemenangan Golkar ini Presiden Soeharto kedudukannya
menjadi kuat. Untuk mempertahankan posisinya Presiden Soehartao
membangun kekuasaannya dengan 3 pilar utama yaitu: ABRI, Golkar dan
birokrasi. Presiden Soeharto membatasi hak-hak politik rakyat dengan
alasan stabilitas keamanan. Kontra DPR nyaris tak pernah ada sedangkan
posisi yang kuat adalah eksekutif. Kebebasan pers selalu dibayang-bayangi
oleh pencabutan SIUP. Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto banyak
terjadi KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme).
Pemerintah Orde Baru berhasil melaksanakan pembangunan
ekonomi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya pendapatan perkapita dan
pembangunan sarana dan prasarana fisik, dengan meningkatnya pendapatan
perkapita dan pembangunan sarana prasarana fisik, yang dapat dinikmati
oleh seluruh rakyat Indonesia. Namun pembangunan di bidang mental dan
budaya-budaya terjadi kemerosotan. Sehingga terjadi KKN (Korupsi Kolusi
dan Nepotisme) yang semakin meluas dan akhirnya terjadi krisis
kepercayaan. Dalam bidang politik, krisis kepercayaan ini dibuktikan oleh
maraknay unjuk rasa yang dilakukan oleh mahasiswa, dosen, pelajar, LSM
dan politisi yang menuntut Presiden Soeharto mundur dan menyuarakan
“Reformasi”. Karena Presiden Soeharto sudah tidak mendapat dukungan
rakyat akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto
mengundurkan diri dan yang menggantikannya adalah wakil Presiden B.J
Habibie.

19
4. Periode Reformasi (21 Mei 1998 sampai sekarang) Dimulai pada
pertengahan 1998, tepatnya saat Presiden Soeharto mengundurkan diri pada
21 Mei 1998 dan digantikan wakil Presiden BJ Habibie
Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah
dan semakin besarnya ketidak puasan masyarakat Indonesia terhadap
pemerintahan pimpinan Soeharto. Saat itu menyebabkan terjadinya
demonstrasi besar-besaran yang dilakukan berbagai organ aksi mahasiswa
di berbagai wilayah Indonesia. Pemerintahan Soeharto semakin disorot
setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang kemudian memicu
Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa pun meluas
hampir diseluruh Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari dalam
maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri
dari jabatannya.
a. 19 Mei
 Soeharto berbicara di TV, menyatakan dia tidak akan turun dari
jabatannya, tetapi menjanjikan pemilu baru akan dilaksanakan
secepatnya.
 Beberapa tokoh Muslim, termasuk Nurcholish Madjid dan
Abdurrahman Wahid, bertemu dengan Soeharto.
 Ribuan mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR, Jakarta.
 Dilaporkan bentrokan terjadi dalam demonstrasi di Universitas
Airlangga, Surabaya.
b. 20 Mei
 Amien Rais membatalkan rencana demonstrasi besar-besaran di
Monas, setelah 80.000 tentara bersiaga di kawasan Monas.
 500.000 orang berdemonstrasi di Yogyakarta, termasuk Sultan
Hamengkubuwono X. Demonstrasi besar lainnya juga terjadi di
Surakarta, Medan, Bandung.

20
 Harmoko mengatakan Soeharto sebaiknya mengundurkan diri pada
Jumat, 22 Mei, atau DPR/MPR akan terpaksa memilih Presiden baru.
 Sebelas menteri kabinet mengundurkan diri, termasuk Ginandjar
Kartasasmita, milyuner kayu Bob Hasan, dan Gubernur Bank
Indonesia Syahril Sabirin.
c. Pernyataan Pengunduran Diri (21 Mei)
 Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada pukul 9.00 WIB
 Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi Presiden baru Indonesia.
 Jenderal Wiranto mengatakan ABRI akan tetap melindungi Presiden
dan mantan-mantan Presiden.
 Terjadi perdebatan tentang proses transisi ini. Yusril Ihza Mahendra,
salah satu yang pertama mengatakan bahwa proses pengalihan
kekuasaan adalah sah dan konstitusional.
d. 22 Mei
 Habibie mengumumkan susunan “Kabinet Reformasi”.
 Letjen Prabowo Subiyanto dicopot dari jabatan Panglima Kostrad.
 Di Gedung DPR/MPR, bentrokan hampir terjadi antara pendukung
Habibie yang memakai simbol-simbol dan atribut keagamaan dengan
mahasiswa yang masih bertahan di Gedung DPR/MPR. Mahasiswa
menganggap bahwa Habibie masih tetap bagian dari Rezim Orde
Baru. Tentara mengevakuasi mahasiswa dari Gedung DPR/MPR ke
Universitas Atma Jaya Habibie.
Masa pemerintahan Habibie ditandai dengan dimulainya kerjasama
dengan Dana Moneter Internasional untuk membantu dalam proses
pemulihan ekonomi. Selain itu, Habibie juga melonggarkan pengawasan
terhadap media massa dan kebebasan berekspresi. Kejadian penting dalam
masa pemerintahan Habibie adalah keputusannya untuk mengizinkan Timor
Timur untuk mengadakan referendum yang berakhir dengan berpisahnya

21
wilayah tersebut dari Indonesia pada Oktober 1999. Keputusan tersebut
terbukti tidak populer di mata masyarakat sehingga hingga kini pun masa
pemerintahan Habibie sering dianggap sebagai salah satu masa kelam dalam
sejarah Indonesia.
Abdurrahman Wahid Pada pemilu yang diselenggarakan pada 1999
(lihat: Pemilu 1999), partai PDI-P pimpinan Megawati Soekarnoputri
berhasil meraih suara terbanyak (sekitar 35%). Tetapi karena jabatan
Presiden masih dipilih oleh MPR saat itu, Megawati tidak secara langsung
menjadi Presiden. Abdurrahman Wahid, pemimpin PKB, partai dengan
suara terbanyak kedua saat itu, terpilih kemudian sebagai Presiden
Indonesia ke-4. Megawati sendiri dipilih Gus Dur sebagai wakil Presiden.
Masa pemerintahan Abdurrahman Wahid diwarnai dengan gerakan-gerakan
separatisme yang makin berkembang di Aceh, Maluku dan Papua. Selain
itu, banyak kebijakan Abdurrahman Wahid yang ditentang oleh MPR/DPR.
Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran berkumpul di Gedung MPR dan
meminta Gus Dur untuk mengundurkan diri dengan tuduhan korupsi. Di
bawah tekanan yang besar, Abdurrahman Wahid lalu mengumumkan
pemindahan kekuasaan kepada wakil Presiden Megawati Soekarnoputri.
Melalui Sidang Istimewa MPR pada 23 Juli 2001, Megawati secara resmi
diumumkan menjadi Presiden Indonesia ke-5. Sebelum SI, Gus Dur
mengeluarkan dekrit pada tanggal 23 Juli 2001 jam 01:10 WIB. Isi Dekrit:
1. Membekukan DPR dan MPR
2. Membekukan Partai Golkar (sambil menunggu keputusan MA)
3. Mengagendakan pemilu dalam 1 tahun mendatang
4. Pembentukan badan nasional untuk mengagendakan refomasi Dekrit
Gus Dur oleh MA dinyatakan tidak sah. Dalam SI 23 Juli 2001
Presiden Gus Dur tidak hadir dan mendapat mosi tidak percaya dari
MPR dan mandatnya dicabut. SI juga mengangkat Megawati sebagai

22
Presiden dari 23 Juli 2001 – 2004 sebagai wapresnya terpilih Hamzah
Haz.
Megawati dilantik di tengah harapan akan membawa perubahan
kepada Indonesia karena merupakan putri Presiden pertama Indonesia,
Soekarno. Meski ekonomi Indonesia mengalami banyak perbaikan, seperti
nilai mata tukar rupiah yang lebih stabil, namun Indonesia pada masa
pemerintahannya tetap tidak menunjukkan perubahan yang berarti dalam
bidang-bidang lain. Popularitas Megawati yang awalnya tinggi di mata
masyarakat Indonesia, menurun seiring dengan waktu. Hal ini ditambah
dengan sikapnya yang jarang berkomunikasi dengan masyarakat sehingga
mungkin membuatnya dianggap sebagai pemimpin yang ‘dingin’.
Megawati menyatakan pemerintahannya berhasil dalam memulihkan
ekonomi Indonesia, dan pada 2004, maju ke Pemilu 2004 dengan harapan
untuk mempertahankan kekuasaannya sebagai Presiden.
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Pada tahun 2004, Indonesia
menyelenggarakan pemilu Presiden secara langsung pertamanya. Ujian
berat dihadapi Megawati untuk membuktikan bahwa dirinya masih bisa
diterima mayoritas penduduk Indonesia. Dalam kampanye, seorang calon
dari partai baru bernama Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono,
muncul sebagai saingan yang hebat baginya. Partai Demokrat yang
sebelumnya kurang dikenal, menarik perhatian masyarakat dengan
pimpinannya, Yudhoyono, yang karismatik dan menjanjikan perubahan
kepada Indonesia. Karisma Yudhoyono berhasil menarik hati mayoritas
pemilih dan Demokrat memenangkan pemilu legislatif pada awal 2004,
yang diikuti kemenangan Yudhoyono pada pemilihan Presiden.
Hasil pemilu Presiden dan wakil Presiden putaran I tanggal 5 Juli
2004 yang diikuti oleh 3 calon pasangan Presiden dan wakil Presiden
sebagai berikut:

23
1. Pasangan Wiranto – Solahudin Wahid 22,154% dengan jumlah suara
26.286.788
2. Psangan Megawati – Hasyim Musadi 26,605% dengan jumlah suara
17.392.931
3. Pasangan Amien Rais – Siswono Yudohusodo 14,658% dengan
jumlah suara 17.392.931
4. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono –Yusuf Kalla 33,574% dengan
jumlah suara 39.383.184
5. Pasangan Hamzah Haz – Agum Gumelar 3,009% dengan jumlah suara
3.569.861
Berdasarkan hasil perolehan suara tersebut, sesuai dengan pasal 66
ayat 2 UU No. 23/2003, maka kelima pasangan calon Presiden dan wakil
Presiden tersebut belum memenuhi syarat yang ditentukan UU. Karena
belum memenuhi syarat yang ditentukan UU, maka diadakan pemilihan
Presiden dan wakil Presiden yang kedua kali yang mendapat suara
mayoritas 1 dan 2. Dengan data suara diatas yang berhak untuk maju pemilu
putaran ke dua yaitu:
1. Suara mayoritas 1 pasangan Susilo Bambang Yudhoyono –
Muhammad Yusuf Kalla, dengan prosentase perolehan 33,574%
2. Suara mayoritas 2 pasangan Megawati Soekarno Putri – Hasyim
Musadi, dengan prosentase perolehan 26,605% Pemilu putaran kedua
dilaksanakan pada tanggal 20 September 2004, yang dimenangkan
oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono – Muh. Yusuf Kalla
sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2004 – 2009.

24
2.5 Contoh Kasus
“Coronavirus, Mengubah Dinamika Sosial Politik Indonesia”
Akhir-akhir ini publik dan masyarakat dunia disibukkan dengan hadirnya
wabah virus corona (covid-19), kepanikan ini mengancam pondasi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara baik di sektor politik, ekonomi,
pendidikan, kesehatan dan sosial budaya.
Dalam jangka kurang dari dua bulan belakangan ini, seantero nusantara
dihebohkan dengan kehadiran “tamu tak di undang” Virus Corona baru yakni
Covid-19. Virus yang pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Tiongkok, ini
telah menjangkit banyak negara di berbagai benua. Aktivitas sosial masyarakat
tidak bebas lagi bahkan dibatasi, sesaat keramaian pun menjadi redup dan sepi.
Hingga berdampak pada situasi perpolitikan nasional, pemberitaan kebijakan
baru pemerintah tentang Omnibus Law yang kemarin masuk tranding topic,
sepertinya menghilang begitu saja.
Penyebaran wabah Covid-19 pun hingga sekarang diprediksi masih jauh
dari kata berhenti. Pasalnya, jumlah kasus penyakit terus meningkat, khususnya
di Negara-negara yang menjadi pusat penularan baru seperti, Italia, Iran dan
Turki. Bahkan Indonesia berdasarkan data yang terupdate pada hari Sabtu
kemarin 21/3/2020 disampaikan langsung oleh juru bicara penanganan virus
Corona, menurut Ahmad Yurianto bahwa kasus semakin bertambah hingga 81
kasus pasien positif covid-19. Jadi total sementara ada 450 kasus positif Covid-
19 di Indonesia diantaranya 38 pasien yang sudah meninggal.
World Healt Organization (WHO) sendiri telah menetapkan penyakit
akibat virus ini sebagai pandemi global. Berarti bahwa penularan dan
ancamanya telah melampaui batas-batas antar negara. Kewaspadaan berbagai
negara dan masyarakat internasional semakin memuncak.
Dunia seakan lumpuh oleh virus tersebut, meski semua pihak dalam
negeri maupun luar negeri sibuk mengantisipasi wabahnya virus ini. Bahkan

25
pemerintah mengeluarkan peraturan agar seluruh tempat wisata di tutup, mall
ditiadakan aktivitasnya, aktivitas kantor di Lock Down dan transportasi massal
dibatasi. Kemandekan aktivitas masyarakat tentu saja berdampak pada
lumpuhnya sosial ekonomi. Sedangkan perkembangan politik juga berakibat
menjadi dinamis. Pemerintah pusat maupun di daerah kalau tidak ada
kewaspadaan kehati-hatian mengurai problematika keadaan ini, maka akan
terperosok pada jurang kesengsaraan.
Virus covid-19 tidak akan perna pilih kasih, semua orang bisa
dihinggapinya, tidak memandang pada status sosial, tidak pula pada jabatan dan
lainya. Virus ini di anggap mematikan. Dari semua cerita tentang pembicaraan
virus Covid-19 yang mendunia yang kemudian menjadi aneh menurut
perspektif penulis adalah begitu cepat kabar bahwa Amerika kini sudah
menyediakan vaksin untuk penyembuh virus tersebut. Begitu juga Tiongkok
yang mengklaim sudah memperoduksi vaksin yang dapat membunuh virus
Covid-19.
Apakah kedua negara tersebut saling mempropaganda atau mengadu
strategi politik, mungkin bisa terjadi ada agenda besar dibalik semua peristiwa
ini. Dua Negara Adidaya, Amerika dan Tiongkok, kini bertarung dengan narasi
virus Covid-19. Virus dijadikan instrumen politik tingkat dunia yang mampu
menghipnotis semua golongan kelas sosial masyarakat.
Dengan adanya perkembangan kasus-kasus positif yang banyak menelan
korban, pemerintah pusat melalui Kemenkes RI harus memberikan kewenangan
disentralisasi pada daerah melalui Dikes dan rumah sakit untuk mengatasi dan
mencegah terjadinya penyebaran virus Corona di daerah. Keenganan
pemerintah untuk membuka ruang dan data lokasi penyebaran covid-19 ini
tentunya tak terhindar dari beberapa trik. Penulis menilai pemerintah telah
melanggar Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan tepatnya
pasal 154.

26
Disisi lain pemerintah pusat, cenderung membatasi ruang gerak
pemerintah daerah dalam menangani penyebaran wabah Covid-19. Menteri
Kordinator bidang politik, hukum dan keamanan (Polhukam) Mahfud MD.
Misalnya menyatakan bahwa pemerintah tidak dianjurkan untuk berbicara
mengenai penyakit ini karena informasi penangananya dianggap terpusat di
Kemenkes. Hemat penulis dengan adanya upaya pemerintah yang terpusat ini
dapat menganggu stabilitas politik antara pusat dan daerah. Disebabkan krisis
kepercayaan dan akan banyak jatuh korban akibat ganasnya virus covid-19 di
daerah. Jika Pemerintah lambat dan tidak berkordinasi dengan daerah dalam
mencegah penyebaran virus covid-19. Maka demokrasi perpolitikan nasional
akan terganggu apalagi tahun ini dilaksanakan pemilihan kepala daerah
Kabupaten/Kota di berbagai daerah.
Penulis: Radit Ardiansyah, Dosen Stikes Hamzar Lombok
Editor: Mif.V

27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perubahan sosial adalah perubahan yang berkenaan dengan kehidupan
masyarakat yang termasuk perubahan sistem nilai dan norma sosial, sistem
pelapisan sosial, struktur sosial, proses-proses sosial, pola dan tindakan sosial
warga masyarakat serta lembaga-lembaga kemasyarakatan. Perubahan sosial
akan selalu terjadi, ada perubahan yang cepat dan ada yang lambat. Faktor
penyebab perubahan ada yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri dan ada
yang berasal dari luar. Yang berasal dari masyarakat yaitu pertambahan
penduduk, hubungan dengan kebudayaan lain, penemuan baru, teknologi dan
sebagainya. Sedangkan yang dari luar adalah lingkungan sekitar, pengaruh
kebudayaan lain dan sebagainya.
Perubahan sosial ada yang direncanakan dan ada yang tidak
direncanakan. Perubahan yang direncanakan akan dilaksanakan oleh agen of
change untuk memperoleh keadaan yang diinginkan agen of change. Agen of
change misalnya pemerinta, perusahaan pembangunan dan sebagainya.
Setiap terjadi suatu perubahan, maka masyarakat akan berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Tapi jika suatu masyarakat
tertutup dari perubahan atau menolak maka akan terjadi ketertinggalan budaya.
Demokrasi pancasila merupakan kompetisi berbagai ide dengan cara
menyelesaikan masalah. Demokrasi pancasila, juga merupakan demokrasi
konstitusional dengan mekanisme kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan
negara dan penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan konstitusi yaitu UUD
1945.

28
3.2 Saran
Dengan adanya dinamika sosial politik ini, diharapkan membawa dampak
perubahan yang signifikan bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu ,
perubahan sosial ini merupakan hal yang wajar di lingkungan masyarakat,
untuk menyesuaikan kehidupan masyarakat.

29
DAFTAR PUSTAKA
Piotr Sztompka. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Group
https://id.scribd.com/doc/45444792/dinamika-sosial. diakses pada hari Selasa tanggal
18 November 2020.
Tyugies, “Dampak Positif dan Negatif Dinamika Kelompok Sosial”,
Syafiie, Inu Kencana. (2002). Sistem Politik Indonesia. Bandung:Refika
Plano, Jack C. (1994). Kamus Analisa Politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Riayanto, Astim. (2000).Teori Konstitusi. Bandung: Yapemdo.

30

Anda mungkin juga menyukai