Oleh:
Abstrak
Hukum sebagai serangkaian aturan yang mengatur tingkah laku atau tindakan
manusia dalam masyarakat yang berisikan perintah dan larangan untuk melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Kebiasaan sebagai sumber hukum tidak
tertulis merupakan hasil dari penerimaan masyarakat terhadap sebuah perbuatan
yang dilakukan secara berulang-ulang yang pada akhirnya akan menimbulkan
anggapan apabila dilanggar maka akan menimbulkan kekacauan.
A. Pengertian
1. Pengertian Hukum
Hukum sebagai serangkaian aturan yang mengatur tingkah laku atau
tindakan manusia dalam masyarakat yang berisikan perintah dan larangan
untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
2. Pengertian Aturan
Aturan atau norma adalah patokan yang didalamnya terdapat sanksi
untuk mendorong, bahkan menekankan orang perorang secara keseluruhan1.
3. Pengertian Kebiasaan
Kebiasaan merupakan tindakan yang selalu dilakukan dan dipelihara oleh
sekelompok orang. Tindakan tindakan itu dapat berupa ritual dalam rangka
1
Ramdani Wahyu, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), hlm 244.
peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Pelanggaran terhadap suatu
peristiwa penting menimbulkan reaksi masyarakat terhadap si pelanggar2.
Budiyanto menyatakan bahwa kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-
ulang terhadap hal yang sama kemudian diterima serta diakui oleh
masyarakat3.
2
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Surabaya: Kencana, 2008), hlm 52
3
Budiyanto, Dasar-Dasar Ilmu Tata Negara, (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm 124
4
H.L.A. Hart. Konsep Hukum,(Bandung: Nusamedia, 2015) hlm 189.
Namun, menurut Pasal 15 Algemene Bepalingen van Wetgeving coor
Indonesie (AB): Kebiasaan tidaklah menimbulkan hukum, hanya kalau undang-
undang menunjuk pada kebiasaan untuk diperlakukan. Jadi, hakim harus
memakai kebiasaan dalam hal undang-undang menunjuk kepada kebiasaan5.
Selain itu, seperti hukum tidak tertulis lainnya, hukum kebiasaan memiliki
beberapa kelemahan diantaranya karena bersifat tidak tertulis, maka tidak dapat
dirumuskan secara jelas dan pada umumnya sukar menggantinya dan hukum
kebiasaan tidak menjamin kepastian hukum dan sering menyulitkan beracara
karena hukum kebiasaan mempunyai sifat aneka ragam6.
Namun, tidak semua kebiasaan mengandung hukum yang baik dan adil.
Oleh karena itu, belum tentu suatu kebiasaan itu pasti menjadi sumber hukum.
Hanya kebiasaan-kebiasaan yang baik dan diterima masyarakat yang sesuai
dengan kepribadian masyarakat tersebut yang kemudian dikembangkan menjadi
hukum kebiasaan masyarakat8.
5
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta,
2011) hlm 60.
6
Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013) hlm 155.
7
Ramdani Wahyu, Op. Cit. hlm. 243.
8
Iskandar, Konsepsi Intelektual Dalam Memahami Ilmu Hukum Indonesia, (Yogyakarta: Andi
2016) hlm 51.
Menurut Joannes Henricus Paulus Bellefroid seperti dikutip Budiyanto9,
kebiasaan merupakan semua peraturan yang meskipun tidak ditetapkan oleh
pemerintah, tetapi ditaati oleh seluruh rakyat karena mereka yakin bahwa
peraturan itu berlaku sebagai hukum. Agar kebiasaan itu mempunyia kekuatan
dan dapat dijadikan sebagai sumber hukum, maka ditentukan oleh dua faktor,
yaitu:
1. Adanya perbuatan yang dilakukan berulang kali dalam hal yang sama yang
selalu diikuti dan diterima oleh orang yang lainnya.
2. Adanya keyakinan hukum dari orang-orang atau golongan – golongan yang
berkepentingan. Maksudnya adanya keyakinan bahwa kebiasaan itu memuat
hal-hal yang biak dan pantas ditaati serta mempunyai kekuatan mengikat
a. Syarat Materiil
Adanya perbuatan tingkah laku yang dilakukan secara berulang-ulang untuk
waktu yang lama (longa et invetarata consuetindo)
b. Syarat Intelektual
Adanya keyakinan hukum (opinion necessitatis) dari masyarakat yang
bersangkutan bahwa itu merupakan kewajiban hukum
c. Syarat Akibat Hukum
Utrecht, menyebutkan bahwa “Hukum kebiasaan ialah kaidah-kaidah yang
biarpun tidak ditentukan oleh badan-badan perundang-undangan, dalam
suasana “werkelijkheid” (kenyataan) ditaati juga, karena orang sanggup
9
Budiyanto, Loc.Cit.
10
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 1985), hlm
84
menerima kadiah tersebut dipertahankan oleh penguasa-penguasa masyarakat
lain yang tidak termasuk lingkungan badan-badan perundang-undangan11.
DAFTAR PUSTAKA
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil. 2011. Pengantar Ilmu Hukum Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta,
Iskandar. 2016. Konsepsi Intelektual Dalam Memahami Ilmu Hukum Indonesia. Yogyakarta:
Andi.
11
Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, (Jakarta: PT Penerbit Universitas, 1966), hlm 120
12
Soedirman Kartohadiprodjo, Pengantar Tata Hukum Di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1993), hlm 152
Ramdani Wahyu. 2007. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: CV. Pustaka Setia.