Penulis Utama
Wisnu Saputra 1
B 201 16 187
Pembimbing
Zaiful S.Sos., M.Si2
By
Wisnu Saputra1
B20116187
Mentor
Zaiful S.sos., M.si2
________________________
1
Students of the Sociology Study Program Faculty of Social and Political Sciences, Tadulako Universty
2
Lecturer at the Faculty of Social and Political Sciences, Tadulako University
ABSTRAK
Wisnu saputra B201 16 187 (Efek Kontrol Sosial Dalam Penyaluran Anggaran Dana
Desa, Di Desa Lende Tovea Kecamatan Sirenja Kaupaten Donggala). Di bawah ini pembibing
oleh Zaiful S.Sos., M.Si dan Drs.Djamaludin.,M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana praktek pengelolaan alokasi dana
serta efek kontrol desa dalam pengelolaan alokasi dana di desa lende tovea kecamatan sirenja
kabupaten donggala. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif
dengan teknik penggumpulan data: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penentuan subyek
penelitian secara purposive sampling yakni memilih orang-orang tertentu yang bisa
menjelaskan masalah penelitian. Sampel yang di ambil sebanyak 8 informan, sumber data
meliputi sumber data primer yang di proleh melalui observasi dan wawancara, dan sumber data
sekunder diperoleh melalui buku, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis
secara kualitatif model interaktif (Miles dan Huberman) yaitu analisis data reduksi,menyusun,
pemeriksaan data, dan penarikan kesimpulan
Ada beberapa hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu pandangan masyarakat
mengenai pengelolaan ADD di Desa Lende Tovea, Sistem penerapan anggaran dana Desa,
program penyaluran anggaran dana desa, efek kontrol sosial. Pandangan masyarakat mengenai
hal tersebut menghasilkan sisi positif dan negative dalam penyaluran anggaran dana desa. Efek
kontrol sosial dalam penyaluran anggaran dana desa sangat berpengaruh terhadap berjalannya
penyaluran anggaran dana desa.
_______________________
4
Mahasiswa program studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Tadulako 5 Dosen
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Tadulako
ABSTRACT
Wisnu Saputra B 201 16 187, with the title of the thesis: " the effect of social control
ini the distribution at lende tovea village of central sirenja in donggala. Supervised by Zaiful
S.sos M.si and Drs Djamaludin M.si.
A. Latar Belakang
Pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan
kualitas hidup manusia serta meningkatkan daya saing melalui pemahaman kebutuhan dasar,
pembangunan sarana dan prasarana desa, pembagunan ekonomi lokal serta pemanfaatan
sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan dimana pembagunan desa meliputi
tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, sehingga salah satunya yang dilakukan
pemerintah adalah di adakannya penyaluran anggaran dana desa disetiap Kabupaten/Kota,
untuk di kelola.
Pengelolaan anggaran dana desa merupakan suatu kegiatan yang tak mungkin dihindari
dari sebuah negara atau bangsa ataupun sebuah daerah itu sendiri untuk lebih memajukan dan
mensejahterakan rakyatnya. Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah No.6 Tahun
2014 tentang dana desa yang bersumber dari APBN sebagaimana telah di rubah dengan
Peraturan Pemerintah No.22 tahun 2015. Pokok-pokok peraturan dalam peraturan pemerintah
tersebut, antara lain, mengenai mekanisme pengalokasian dan penyaluran dana desa,
penggunaan dan pelaporan dana desa, monitoring dan evaluasi dana desa.
Pembangunan di desa juga tidak berjalan dengan baik ketika tidak melibatkan peran
masyarakat, baik dalam pengambilan keputusan dan pengelolahan dana tersebut, karena
masyarakat juga berperan penting untuk kemajuan desa. Dalam hal ini masyarakat banyak
menuntut tranparansi kerja pemerintah atas pengelolahan dana ini, kareka ketika disahkan
menjadi penerima anggaran dana desa untuk pembangunan, hal ini sudah disosialisasikan
kepada masyarakat. Namun kenyataannya, proses tranparansi ini tidak terjadi berkelanjutan
sehingga terlihat ada kesenjangan sosial antara pemerintah dengan masyarakat desa Lende
Tovea.
Sehingga konflik yang terjadi antara masyarakat dan pemerintah terjadi diawali dengan
pengembangan desas-desus yang berkembang mengenai pemerintah yang menyalahgunakan
pengalokasian dana desa kemudian berkembang menjadi berkelompok terbagi dalam dua
bagian, yaitu mereka yang menuntut adannya transparansi mengenai dana tersebut dan
kelompok kedua adalah kelompok pemerintah dan keluarga mereka yang termasuk didalamnya
mereka adalah bagian dari masyarakat, kemudian berkembang lagi menjadi saling melempar
tuduhan hingga sampai saat ini. Hal ini didasarkan karena adanya ketidak sesuaian antara
realisasi anggaran yang dipublikasiakan melalui papan informasi dengan kondisi fisik
pekerjaan. Seperti pekerjaan pembangunan drainase, jalan kantong produksi, jalan lingkar
desa, dan pembangunan gedung TPA.
Pada umumnya masyarakat mengetahui kenyataan tersebut sehingga banyak
masyarakat menuntut tranparansi harus terjadi sesuai dengan realitas yang ada. Kondisi ini
yang menyebabkan ketidakharmonisan hubungan sosial antara masyarakat dengan pemerintah
desa.
Provinsi Sulawesi tengah mengalokasikan anggaran dana desa (ADD) untuk 1.842 desa
yang tersebar di 12 kabupaten di Sulawesi tengah pada tahun 2017 anggaran mencapai Rp. 1,4
triliun lebih. Jumlah ini mengalami kenaikan signifikan di banding dana desa tahun 2016 yang
hanya sebesar Rp. 1,1 triliun lebih. Dalam beberapa kasus penyaalah gunaan dana desa yang
terdapat di sulawesi tengah seperti yang terjadi di Kabupaten Sigi, Poso, Tolitoli dan Banggai,
Adapun kasus yang terjadi di Kabupaten Sigi “Korupsi Dana Desa, Oknum Kades di Sigi,
Sulteng, Terancam 15 Tahun Penjara - Polisi Resor Sigi menetapkan oknum kepala desa
(Kades) sebagai tersangka kasus penyalahgunaan Anggaran Pendapatan Dana Desa ( APBDes)
di salah satu desa yang ada di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng). Oknum Kades
tersebut berinisial S (40) ditetapkan sebagai tersangka karena telah melakukan penyelewengan
APBDes tahun anggaran 2017 lalu. Kapolres Sigi, AKBP Yoga Priyahutama mengatakan
oknum Kades itu ditetapkan sebagai tersangka karena tidak menyelesaikan pekerjaan yang
telah dianggarkan dalam APBDes. "Ini kepala desa aktif, tidak menyelesaikan seluruh
pekerjaan yang sudah dialokasikan di APBDes," kata Yoga kepada PaluPos (palupos Kamis
31-12-2017).
Khusus Desa Lende Tovea sendiri sendiri juga menerima anggaran dana desa sebesar
Rp.1,17 miliar, penyaluran anggaran dana desa di lakukan secara bertahap, dimana tahap
pertama proses pencairannya 60 persen mulai April dan tahap kedua sebesar 40 persen pada
September. Dana ini bertujuan untuk penyelengaraan pemerintah desa, untuk pembagunan
desa, pemberdayaan masyarakat dan untuk pembinaan masyarakat desa agar lebih baik dan
lebih berkemajuan. Berdasarkan hal itu menarik minat dan perhatian peneliti untuk
mengangkat tema penelitian “ Efek Kontrol Sosial Dalam Pengelolaan Angaran Dana Desa
di Desa Lende Tovea Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala”
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana Praktek Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Lende Tovea?
b. Bagaimana Efek Kontrol Sosial desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa dan
Dana Desa di Desa Lende Tovea.
Ciri-ciri pembangunan daerah menurut riyandi, Denddy supriady barata kusumah (2004;9)
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Menghasilkan program-program yang bersifat umum.
2. Analisis perencanaan bersifat makro/luas
3. Lebih efektif dan efesien di gunakan untuk perencanaan jangkah menengah dan panjang
4. Memerlukan pengetahuan secara interdisipliner, general dan universal, namun tetap
memiliki spesifikasi masing-masing yang jelas.
5. Fleksibel dan mudah untuk di jadikan sebagai acuan perencanaan pembangunan jangka
pendek ( 1 tahunan) bahwa perencanaan pembangunan daerah memerlukan koordinasi dari
semua unsur yang terlibat dalam rangka menghasilkan sebuah program dan kegiatan yang
holistik dan komprehensif, selain itu perencanaan pembangunan daerah harus mampu
menentukan prioritas program dan kegiatan berdasarkan fakta dan tata dari potensi
daerahnya, serta harus mempunyai sumber daya yang interdispliner, sehingga kordininasi
sekali lagi sangat diperlukan dalam pembuatan sebuah perencanaan pembangunan yang
terintergasi , tersikronasisasi, dan menyeluruh.
a. Penerapan
Metter dan Horn ( 1975 ) dalam usman ( 2006 ) mendefinisikan penerapan sebagai
tindakan yang dilakukan oleh pihak yang dilakukan oleh public maupun swasta baik secara
individu maupun kelompok yang ditunjukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam keputusan kebijakan. Sedangkan Wiliam dan Elmore sebagimana yang di kutip
sunggono ( 1964 ) dalam Usman ( 2006 ), penerapan di definikan yang berkaitan dengan
pelaksana kebijakan. Pandangan lain mengenai implementasi kebijakan di kemukakan oleh
Menurut Grindle ( Wibawa dkk,. 1994) dalam tesis Yudhi prasetyo ( 2013 ), penerapan
ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Isi kebijakan berkaitan dengan
kepentingan yang dipengaruhi oleh kebijakan, jenis manfat yang akan di hasilkan, derajat
perubahan yang di inginkan, kedudukan pembuat kebijakan, siapa pelaksana program, dan
sumber daya yang dikerakan. Sementara konteks implemetasi berkaitan dengn kekuasaan,
kepentingan atau strategi actor yang terlibat, karakteristik lembaga dan penguasaan dan
kepatuhan serta daya tangkap terlaksa.
b. Penyaluran
Penyaluran menurut KBBI memiliki satu arti. Penyaluran berasal dari kata dasar
salur. Penyaluran memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga penyaluran dapat
menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang di bendakan.
Dalam rangka penyaluran dana desa, mentri keuangan selaku PA bendahara umum negara
menetapkan direktur pembiayaan dan transfer non dana perimbangan sebagai KPA BUN
Tranfes non dana perimbangan. Penyaluran dana desa dilakukan dengan cara
memindahbukuan dari RKUN ke RKUD untuk selanjutnya dilakukan pemindahbukuan
RKUD ke RKD. Penyaluran dana desa dilakukan dalam dua tahap sebagaimana yang
digambarkan dalam gambar 2.2 penyaluran dana desa dari RKUD ke RKD dilakukan selambat-
lambatnya 7 ( tujuh ) hari kerja setelah dana desa diterima di RKUD.
KESIMPULAN
5. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
1. penyaluran anggaran dana desa masih belum tepat pada tempatnya, masih banyak
timbul kecurigaan dari masyarakat dan tidak adanya transparasi dana selama ini .
Banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dari hasil musyawarah, sehingga
membuat masyarakat tidak percaya lagi dengan pembicaraan pemerintah dalam bentuk
apapun termaksud salah satunya dengan membuatkan forum pertemuan antara
masyarakat dan pemerintah untuk membicarakan hal-hal yang perlu di luruskan dari
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
2. Efek konrol dari masyarakat dalam proses pengawasan anggaran dana desa, selama ini
belum maksimal masih banyak anggaran yang di gunakan tidak sesuai dengan
semestinya, adapun program pembagunan yang dilakukan oleh pemerinta desa,
anggaran yang ditetapkan tidak sesuai.
6. Saran
1. Saran untuk masyarakat, agar lebih berani menegur dan mempertanyakan apabila
terjadi suatu ketimpangan terhadap pemerintah maupun diluar dari pemerintahan
yang berada di Desa Lende Tovea.
2. Saran untuk Pemerintah, agar menjalankan fungsi struktur sebagaimana mestinya
dan melakukan proses pengalokasian anggaran dana desa dengan semestinya dan
memberikan efek pembangunan yang benar-benar nyata dan berguna bagi
masyarakat dan orang banyak yang berada di Desa Lende Tovea. Jagan hanya
megambil keuntugan dari kebiasaan masyarakat yang hanya diam denggan
kejaggalan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Black. James A dan Dean J. Champion, 2009. Metode dan Masalah PenelitianSosial, Bandung:
Rafika Aditama.
Bungin, Burhan, 2002. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Rajawali Pers CitraNiaga Buku
Perguruan Tinggi. Jakarta.
Bungin. Burhan. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Akualisasi Metodologis kearah Ragam
Varian Kontemporer, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Clinard, Marshal B dan Robert F. Meier. Sociology of Defiant Behavior. 7 theditation. Holth.
Rinehart & Winston, Ine, USA. 1989.
Carl Van Horn dan Donal Van Metter , 1975, Model – model dalam Kebijakan Implementasi,
yongyakarta
Dahrendorf, Ralf, 1986. Konflik dan Konflik dalam Masyarakat Industri, SebuahAnalisa-
Kritik, C.V. Rajawali Pers, Jakarta.
Etzioni, Amitai. Active Society: A Theory of Societal and Political Process, New York: Free
Press. 1968
Oksinata, Hantisa. 2010.”Kritik Sosial Dalam Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru Karya
Wiji Thukul: Kajian Respsi Sastra”. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Sjafrizal. 2009. Teknik Praktis Penyusunan Rencana Pembagunaan Daerah. Padang Baduose
Media