Disusun Oleh:
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut R. Bintarto (Dalam Fairus Adira, 2020), Desa ialah entitas atau
kesatuan geografi, kemasyarakatan, perniagaan, politik, serta kebudayaan yang
terpendam di suatu area dalam relasi dan efeknya secara berbalasan dengan wilayah
lain. Desa menjadi central atau utama yang berhubungan langsung dengan masyarakat,
tidak heran jika terjadi berbagai problematika antara tatanan politik dan masyarakatnya.
Praktik politik terlihat secara langsung ditingkatan desa, bagaimana elit politik desa
dapat bermain dalam membangun desa dan melibatkan langsung masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan desa, dengan demikian segala bentuk kegiatan politik lebih
mamainkan posisinya yang memunculkan dinamika politik di pemerintahan desa,
seperti halnya pelaksaanaan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades). Dikarenakan desa
merupakan sentral yang begitu penting, maka dalam pengelolaan pemerintah desa
memerlukan keasadaran dan kapasitas tata kelola pemerintah desa yang
professional,terbuka,efisien dan efektif serta bertanggungjawab (Siti Hajar, 2022).
Namun disetiap desa memiliki permasalahan yang menarik dan berbeda dibidang tata
kelola, sehingga hal tersebut menjadi sebuah dasar untuk peneliti mencoba melakukan
observasi secara langsung di Desa Kedungsari.
Namun dalam pengalokasian dana desa seringkali terjadi tidak terbuka untuk
masyarakat umum, yang dapat memberikan dampak buruk untuk keikutsertaan
masyarakat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di sebuah desa. Adanya
transparansi menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh
informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan (Salle, 2016). Hal tersebut juga dapat
memberikan minat partisipasi dari masyarakat untuk mengikuti kegiatan dari desa,
karena masyarakat sudah mengetahui anggaran desa yang dipergunakan tersebut untuk
apa, dan mendapatkan informasi-informasi lain dari perangkat desa. Pengalokasian
anggara dana desa haruslah terbuka untuk masyarakat, untuk itu aparat desa harus tau
betul dalam penyusunan dan pengguanaannya, sehingga anggaran yang dimiliki desa
dapat digunakan sebagai mana mestinya. Selanjutnya dalam pengalokasian anggaran
desa ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh pemerintah desa yaitu perencanaan
ADD, penganggaran ADD, mekanisme pencairan dan penyaluran ADD, penggunaan
ADD, pengawasan ADD, pertanggungjawaban ADD kepada pemerintah pusat dan
masyarakat.
Pemerintah desa memiliki peran penting dalam merencanakan dan membangun
desa, namun tanpa adanya partisipasi bentuk dari perencanaan tersebut mustahil untuk
dicapai, karenanya sudah menjadi tugas dari pemerintah desa untuk melibatkan
masyarakat untuk membangun desa tersebut menjadi baik sesuai dengan perencanaan
dan aspirasi yang diberikan oleh masyarakat dalam pembangunan desa. Partisipasi
warga adalah proses ketika warga, sebagai individu maupun kelompok sosial dan
organisasi, mengambil peran dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan
kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka. (Domai
2011:XV). Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
serta evaluasi dari kegiatan dan kinerja pemerintah desa menjadi hal yang penting untuk
direalisasikan. Partisipasi masyarakat dalam memantau/mengawasi setiap hal yang
dilakukan oleh aparatur desa yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan desa sangat
penting agar kecenderungan aparatur desa untuk berbuat curang menjadi lebih kecil.
Sehingga masyarakat dapat ikut andil dalam membangun tata kelola pemerintah desa
dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap bagaimana tata kelola pemerintah desa di Desa Kedungsari Kecamatan
Singorojo Kabupaten Kendal. Adapun rumusan masalah yang akan menjadi fokus
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana harapan masyarakat kepada pemerintah Desa Kedungsari?
4. Bagaimana pengalokasian anggara dana desa yang dilakukan oleh perangkat Desa
Kedungsari?
C. Tujuan Penelitian
Menurut V.C. Finch, mengartikan bahwa desa ialah tempat tinggal dan tidak bagian
dari pusat perdagangan, serta menurut Paul H. Landis, desa ialah bagian wilayah dari suatu
negara yang memilki penduduk kurang dari 2.500 jiwa yang mayoritas aktivitas ekonomi
berfokus dibidang agraris dan memiliki keakraban antar individu yang tinggi (Ari Sedesa,
2020). Namun dalam studi kasus didesa Kedungsari yang menjadi tempat penelitian ini, dalam
hal focus perekonomian berbeda dari pendapatnya Paul, walaupun secara karakteristik lain
beberapa memiliki kesamaan, akan tetapi pada kenyataanya walaupun lahan pertaniaan sangat
luas, focus aktivitas perekonomian didesa tersebut adalah buruh pabrik, bahkan pertanian
merupakan opsi kedua setelah pekerjaan pabrik dan dari segi jumlah penduduk lebih dari 3.000
jiwa.
Dari segi wilayah desa Kedungsari bagian dari area Rural yang dimana masyarakat
masih bercocok tanam dan berternak, namun juga bisa dimasukan kedalam area Sub Urban
dikarenakan sudah munculnya investasi dari masyarakat kota yang membangun pabrik
diwilayah pedesaan, bahkan tanah-tanah produktif Kawasan rural yang dimiliki oleh pelaku
ekonomi dari luar kawasan ini. Absentee landlords skema klasik yang menandakan bahwa
masyarakat local hanya sebagai petani pekerja, petani kontrak tanpa memiliki hak sepenuhnya
atas kepemilikan tanah yang sah. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh salah satu
narasumber dalam penelitian ini yaitu Kepala Desa, berikut
“Memang wilayah desa ini lahan pertanian cukup luas dan sangat produktif namun dari
segi mata pencaharian penduduk desa Kedungsari yang pertama ialah sebagai buruh
pabrik, sedangkan pertanian sebagai opsi kedua, dikarenakan petani disini hanyalah
petani pekerja, petani sewa yang tanpa dasar hak kepemilikan tanah” (wawancara 22
November 2022).
“Masyarakat disini disetiap malam jun’at, malam senin dan jum’at sore mengadakan
kegiatan pengajian rutin secara bergulir dan masjid setiap waktu sholat tidak pernah
sepi walaupun pada waktunya istirahat disiang hari.” (wawancara 22 November 2022)
Didalam ruang sosial tersebut seperti jamiyyah yasinan, selapanan dll, sering digunakan
masyarakat untuk membicarakan permasalahan dan terkait kebijakan pemerintah desa. Seperti
yang disampaikan narasumber yaitu Ketua RW 02 berikut:
Dari pembahasan diatas masyarakat desa Kedungsari memiliki kesadaran dalam hal
permasalahan kebijakan, mereka juga berpartisipasi dengan melalui ruang sosial yang mereka
ciptakan sendiri. Ini cukup menarik karena bisa menjadi sarana bagi pemerintah desa untuk
mendengarkan suara masyarakat. Adanya peran partisipasi masyarakat maka bisa memberikan
hasil pembangunan desa sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat, karena
pembangunan dikatakan sukses apabila membawa perubahan menuju semakin meningkatnya
kesejahteraan masyarakat (Ahmad Mustanir, 2020). Dilihat dari segi infrastruktur didesa ini
cukup baik, karena sesuai dengan fokus utama pemerintah desa, dan yang lebih menarik ialah
tingkat kebersihan desa yang cukup bersih yang merupakan efek kesadaran masyarakat tentang
kebersihan yang didukung oleh pemerintah desa melalui program bank sampah. Sinergitas ini
perlu diterapkan disegala aspek kegiatan pemerintah desa sehingga peranan sebagai problem
solving terlaksana dengan baik sesuai harapan masyarakat.
Didesa Kedungsari memiliki tiga kelompok tani yang anggotanya berasal dari
penduduk setempat yang berfokus pada komoditas padi, jagung dan kacang, kelompok ini
apabila mampu dikembangkan dan dikelola dengan baik, tentunya akan memiliki dampak
positif terhadap desa terkhusus warga setempat. Pemberdayaan sektor tani ini melalui public
policy yang memadai akan meningkatkan potensi peningkatan perekonomian. Seperti
peningkatan kapasitas petani dan membukakan ruang terkait investasi berkepanjangan. Apalagi
diera modern ini sektor pertanian memiliki beberapa tantangan, seperti globalisasi, liberalisasi,
kemajuan teknolohi dan perubahan iklim (Marry Christiyanto, 2021). Jika dilihat dari
tantangan tersebut seharusnya tidak menjadi masalah bagi kelompok tani, dikarenakan apabila
sinergitas antara pemerintah desa dan kelompok petani tinggi maka tantangan diatas mampu
dihadapi dengan baik bahkan mampu memberikan dampak yang sangat positif tentunya.
Namun sangat disayangkan sinergitas tersebut masih belum terlaksana dengan baik sesuai
dengan penyampaian dari Ketua RT, berikut:
“Di desa ini memiliki tiga kelompok tani yang berpotensial, namun pemberdayaan dari
pemerintah desa masih belum dilaksanakan dengan baik, kami berharap kedepannya
pemerintah desa memberikan perhatian lebih kepada ketiga kelompok tani ini.”
(wawancara 22 November 2022)
Secara nasional Indonesia mengalami nilai yang baik dalam hal ketersediaan pangan hasil
pertanian, seperti stok beras yang tersedia sebesar 7 juta ton (Anisyah Al Faqir, 2022).
Kestabilan ketersediaan pangan tidak terlepas dari peranan sector pertanian-pertanian yang
terdapat dipedesaan, sehingga pemberdayaan pertanian dipedesaan sangat dibutuhkan untuk
menjaga dan meningkatkan produktivitas komoditas pangan. Namun memang salah satu
persoalan besar dipertanian ini ialah generasi penerus yang semakin berkurang dibidang
pertanian, padahal diera krisis sektor pertanian menjadi sangat penting dalam menjaga
kelangsungan hidup manusia. Hal tersebut sesuai yang disampaikan oleh narasumber
penelitian ini yaitu Ketua Rukun Tetangga, berikut:
“Selain kendala pemberdayaan dari pemerintah kami juga memiliki kendala dibagian
generasi penerus, dikarenakan anak muda sekarang lebih suka bekerja dipabrik sebagai
buruh dibandingkan terjun sebagai petani.” (wawancara 15 November 2022)
Kondisi diatas merupakan dampak dari sebuah anggapan bahwa sector pertanian tidak menarik
dan kurang menjanjikan. Padahal diera modern sekarang sector pertanian memiliki perenan
yang potensial dan memili peluang berkembang dengan kemajuan teknologi (Ari Sedesa,
2020). Perpaduan teknologi dengan sector pertanian akan meningkatkan dan memajukan sector
ini. Karena dengan teknologi kegiatan pertanian akan lebih mudah serta produktif. Maka dari
itu sinergitas pemerintah desa Kedungsari dengan penduduk setempat terkhusus kelompok tani
perlu dilakukan untuk kemajuan sector pertanian didesa.
BAB III
HASIL dan PEMBAHASAN
Desa Kedungsari secara alamiah memliki lahan persawahan juga banyak lahan
perhutanan, namun mayoritas lahan perhutanan tersebut dimiliki oleh Perhutani
(Perusahaan Umum Kehutanan Negara atau biasa disingkat menjadi Perum Perhutani,
adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak di bidang kehutanan)
sehingga lahan perhutanan tidak dapat dikelola dan dimanfaatkan secara langsung oleh
masyarakat sekitar. Masyarakat Desa Kedungsari sebagian besar berprofesi sebagai
buruh pabrik, sedangkan pertanian menjadi pilihan kedua. Lahan pertanian yang
mereka kelola juga bukan milik pribadi, melainkan milik orang lain atau biasa disebut
tuan tanah. Jadi, masyarakat desa yang bekerja sebagai petani mendapatkan sumber
penghasilan dari tuan tanah sesuai dengan porsi pekerjaannya. Sehingga, keuangan
masyarakat desa sehari-hari bergantung pada gaji yang berasal dari pabrik dan tuan
tanah. Kondisi ekonomi masyarakat yang terbilang rendah, menyebabkan kemandirian
masyarakat pun terbilang masih kurang.
Hal ini sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik. Dalam
pasal tersebut terdapat asas-asas yang harus di miliki pemerintah desa, seperti
kemudahan dan keterjangkauan, kecepatan waktu dan ketepatan, perlakuan yang sama,
keseimbangan hak dan kewajiban, kesamaan hak, serta kepastian hukum. Adanya
undang-undang mengenai pelayanan publik diharapkan mampu mewujudkan batasan
dan hubungan yang jelas mengenai hak, kewajiban dan kewenangan seluruh yang
sesuai dengan penyelenggaraan pelayanan publik. Selain itu, undang-undang pelayanan
publik bertujuan untuk menciptakan penyelenggaraan pelayanan publik berdasarkan
dengan peraturan perundangundangan agar terciptanya perlindungan dan kepastian
hukum bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik (Malik, 2017).
Jika dilihat dari point-point di atas bahwa masyarakat Desa Kedungsari kualitas dari
partisipasi masyarakat cukup tinggi, sehingga dapat menyalurkan aspirasinya di ruang-
ruang tertentu yang dilaksanakan di Desa Kedungsari. Seperti pada saat musdus,
musdes, atau acara-acara tertentu. Selain itu aspirasi atau usulan yang diberikan oleh
masyarakat kepada perangkat desa atau PKK diterima dengan baik, dan
diimplenetasikan sebagaimana mestinya. Seperti adanya program-program PKK yang
merupakan salah satu usulan atau sebuah kebutuhan dari masyarakat yang
direalisasikan kedalam bentuk program kegiatan PKK.
Dalam membangun desa yang baik pada tatanan pemerintah, adanya partisipasi
menjadi bagian dari hal yang sangat penting untuk mengukur bagaimana tata kelola
pemerinthan desa yang terjadi di Desa Kedungsari, dan mengukur seberapa tinggi
partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan yang ada di desa kedungsari. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara yang telah dilakukan bersama ketua PKK,
yang mana memiliki beberapa kegiatan di lingkungan Desa Kedungsari.
Ketua PKK di Desa Kedungsari merupakan istri dari Pak Kades (Ibu linda) yang
telah memimpin selama 3 periode. Ia mengatakan “Kita (PKK) memiliki beberapa
program kerja yang dilakukan guna memberikan peluang keaktifan dari masyarakat
kedungsari, dan kegiatan tersebut kami bagi menjadi beberapa fokus bagian. Seperti
poja satu fokusnya di keagamaan, poja dua fokusnya di bidang pangan, poja tiga
fokusnya pada tanam-tanaman, dan poja emat berfokus pada kesehatan seperti stunting
(posyiandu)” ujarnya.
Adapun program kerja PKK di Desa. Kedungsari saat ini yaitu:
a) Pokja I : bergerak pada bidang keagamaan, anggota PKK yang terdapat dibidang
ini, mereka fokus pada kegiatan keagamaan seperti pengajian dll.
b) Pokja II : bergerak pada bidang pangan, anggota yang bergerak pada bidang ini
mengikuti acara seperti lomba memasak.
c) Pokja III : bergerak pada bidang tanaman, jadi anggota PKK yang berada di bidang
ini melakukan kegiatan seperti menanam tumbuhan bersama dll
d) Pokja IV : bergerak pada bidang kesehatan, jadi anggota PKK yang berada dibidang
ini fokus pada kegiatan seperti penyuluhan mengenai KB, posyandu
Pelaksanaan Musyawarah desa yang diadakan oleh Desa Kedungsari relatif berjalan
dengan lancar karena keikutsertaan berasal dari beberapa elemen di masyarakat
pada acara Musyawarah Desa tersebut. Ketua PKK sebagai narasumber penelitian
menjelaskan bahwa,
“Masyarakat selalu diberi ruang untuk beroendapat, dan ruang tersebut selalu
digunakan oleh masyarakat dengan baik dengan memberikan usulan atau
masukan terkait hal yang sedang dibahas pada acara musdes tersebut atau untuk
kegiatan-kegiatan selanjutnya”
“Masyarakat sangat ikut andil dalam pelaksanaan proker dari PKK, sehingga
kegiatan-kegiatan yang diadakan dapat memeberikan dampak yang positif
untuk keaktifan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang ada di desa”
Setiap program kerja yang sudah berakhir, maka diadakanlah evaluasi pada
waktu tertentu. Pada pelaksanaan evaluasi, masyarakat ikut berpartisipasi dalam
menyuarakan suara menganai kinerja dan apa saja yang sudah dikerjakan oleh
pemerintah desa itu sendiri. Ketua PKK sebagai narasumber menjelaskan bahwa
“Masyarakat disini ikut dalam kegiatan evaluasi, pasti ada masyarakat yang
mewakilkan untuk menyuarakan pendapat mereka terkait kinerja atau mereka
bisa mengkritik program kerja dari pemerintah desa disini”.
Selain itu adapun yang diundang pada acara musdes yaitu seluruh masyarakat
Desa Kedungsari, dan selalu diikuti oleh beberapa elemen masyarakat. Selama
kepengurusan Ketua PKK yang sekarang pelaksanaan proker PKK dan juga musdes
selalu berjalan dengan baik walaupun ada kendala dari kesadaran masyarakat itu
sendiri, namun masih terlakasana secara efektif. Masyarakat merasakan kemanfaatan
dari kegiatan yang diadakan oleh PKK sehingga dapat meningkatkan pasrtisipasi dalam
setiap kegaiatan yang dilaksanakan oleh desa. Seperti pada saat perlombaan yang di
adakan oleh salah satu lembaga, ibu-ibu ikut serta dalam perlombaan tersebut, dengan
membawakan masakan tradisional dari daerah tersebut. Dengan keikutsertaan
masyarakat dan dukungan dari pemerintah setempat dalam perlombaan memasak
tersebut Desa Kedungsari mendapatkan juara 3 di lomba memasak tersebut.
Diera dewasa ini pemilihan Kepala Desa atau Pilkades diatur didalam Undang-
undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa Pasal 34 bahwa Pilkades dilaksanakan secara
langsung dan bersifat langsung setiap 6 tahun sekali, bahkan didukung juga oleh
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Kepala Desa yang mengatur lebih lanjut.
Pilkades merupakan bagian dari pesta demokrasi karena didalam kegiatan ini
masyarakat desa akan menentukan siapa pemimpin mereka selama 6 tahun. Didalam
kegiatan Pilkades ini memiliki potensi meningkatkan partisipasi masyarakat setempat
dalam kegiatan politik (Mukhaelani, 2013) , Untuk membawa perubahan ditingkat
desa, tentu hal tersebut dicapai dengan kapasitas pemimpin yang dipilih masyarakat,
maka dari itu masyarakat perlu melakukan pemilihan secara objektif, dimasa demokrasi
kontemporer masyarakat diberikan kebebasan untuk memilih dan dipilih, namun
kebebasan ini sering dimanfaatkan oleh calon pemimpin dengan bagaimana mereka
dapat mempengaruhi pilihan masyarakat, menurut Geogrge Bernard Shaw dalam
demokrasi bentuk pemerintahannya dipergilirkan melalui pemilu , dimana banyak
orang yang tidak berkompeten menujuk sedikit orang yang korup. Pandangan Shaw ini
cukup mewakili apa yang terjadi didesa Kedungsari. Pilkades adalah wadah aspirasi
bagi masyarakat yang harus dimanfaatkan bukan menjadi ajang perebutan jabatan saja.
Didalam Pilkades ruang melakukan penyimpangan masih massif terjadi terkait politik
uang namun sulit untuk dibuktikan (Murtopo, 2019). Sehingga bisa diidentifikasi
bahwa didalam pilkades masih menempatkan status finansial lebih dominan
dibandingan factor lainnya. Padahal praktik politik uang saat pilkades akan
memberikan dampak negative yaitu melahirkan calon yang tidak berkompeten bahkan
korup, sehingga merugikanmasyarakat itu sendiri. Hal ini didukung oleh penyampaian
narasumber penelitian yaitu Zerminto berikut:
“Pilkades 2020 kemarin terdapat 4 calon kepala desa, setiap calon diindikasikan
mengeluarkan nominal uang dan yang terpilih ialah yang nominalnya paling tinggi
diantara yang lain dan sipemanang telah menjadi kepala desa dari tahun 1999-2011.”
(wawancara 15 November 2022)
Namun itu masih dalam bentuk nominal uang, karena politik uang juga
memiliki kemasan yang beragam misalnya dibungkus dengan pembagian sembako
disaat kampanye dan pengganti uang bensin (transportasi).
Dengan demikian, sumber daya manusia pada Desa Kedungsari atau warga
Desa Kedungsari harus lebih peduli dengan desa mereka agar kejadian tersebut tidak
terulang kembali, warga harus dapat menolak money politic yang ada agar para calon
kepala desa dapat mengevaluasi bagaimana diri mereka untuk mendapat hati warga
desa dan tidak menggunakan kekayaan mereka seperti yang sudah terjadi pada pilkades
2020 yang telah dilakukan. Selain itu, jika banyak calon kepala desa yang memberi
sembako dan lain-lain harap dicermati secara seksama apakah itu merupakan suatu alat
money poltic atau benar-benar bagian dari kampanye.
Tetapi, realita yang ada adalah masyarakat selalu memilih calon kepala desa
yang memiliki uang yang lebih banyak bukan karena ingin mendapat “keuntungan” dari
para calon kepala desa, melainkan warga desa kedungsari memang membutuhkan hal
tersebut. Karena bantuan-bantuan seperti BLT tidak diterima secara merata oleh
masyrakat desa. Selain itu, kondisi ekonomi pada Desa Kedungsari juga memaksa
warganya untuk mudahnya money politic pada desa tersebut.
Dana Desa adalah salah satu pendapatan desa yang berasal dari Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) yang penggunaanya diintegrasikan dengan
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (APBDes), oleh karena itu perencanaan dari
program dan kegiatan tersebut disusun terlebih dahulu dengan diadakannya
Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan Desa (MUSRENBANGDES) yang
dimana terdiri dari BPD, LPMD, dan tokoh masyarakat setempat
Seperti yang kita ketahui, tujuan dari Dana Desa adalah untuk pembangunan serta
pemberdayaan pada masyarakat. Dengan demikian apakah anggaran pada Desa
Kedungsari apakah alokasi dana pada Desa Kedungsari sudah baik atau belum.
Pemerintah Desa tentunya akan terus berupaya dalam meningkatkan kesejahteraan
warga Desa Kedungsari secara merata, dengan pemberian akses informasi dan
komunikasi yang mendidik sehingga dapat meningkatkan kualitas warga sehingga
dapat menjadi sumber daya manusia yang baik.
Alokasi anggaran pada Desa Kedungsari, dinilai warga kurang dapat dirasakan
oleh warga, dikarenakan alokasi dana pada Desa Kedungsari lebih berorientasi kepada
pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang dibangun antara lain
pembangunan jalan, pembangunan irigasi untuk sawah, lalu pembangunan yang sering
untuk menanggulangi bencana tanah longsor. Menurut warga Desa Kedungsari
pembangunan infrastruktur di desa mereka sudah cukup memadai. Sehingga, apabila
terus melanjutkan pembangunan infrastruktur, kesannya hanya untuk membuang-
buang anggaran, karena yang lebih dibutuhkan oleh warga Desa Kedungsari adalah
bantuan dalam segi ekonomi seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai), dan bantuan
ekonomi yang lainnya. Dengan demikian, warga Desa Kedungsari ingin Pemeritah
Desa untuk membangun ekonomi di desa dengan anggaran yang dimiliki oleh desa
untuk memberi pelatihan-pelatihan seperti membuat kerajinan tangan dan membuat
usaha-usaha mikro atau UMKM. Bukannya malah membangun infrastruktur terus
menerus, tetapi fungsi dari infrastruktur tersebut tidak dapat dirasakan oleh warga Desa
Kedungsari.
Ahmad Mustanir. (2020, July). Sinergitas peran pemerintah desa dan partisipasi masyarakat
terhadap perencanaan pembangunan di Kabupaten Sidenreng Rappang. Journal of
Government Science, Vol 1(2): 84-108.
Anisyah Al Faqir. (2022, Agustus Jum'at). Ini Kondisi Ketersediaan Pangan Indonesia 2022
di Tengah Ancaman Krisis Dunia. Retrieved from merdeka.com:
https://www.merdeka.com/uang/ini-kondisi-ketersediaan-pangan-indonesia-2022-di-
tengah-ancaman-krisis-dunia.html
Ari Sedesa. (2020, September 7). Pengertian Desa Menurut Ahli dan Undang-udang. Diambil
kembali dari sedesa.id: https://sedesa.id/pengertian-desa-menurut-para-ahli-dan-
undang-udang/
Ari Sedesa. (2020, Agustus 28). Potensi Pertanian Desa Di Era Industri 4.0. Retrieved from
sedesa.id: https://sedesa.id/potensi-pertanian-desa-di-era-industri-4-0/
Malik. (2017). Analisis UU No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Lampung Journal of
International Law.
Marry Christiyanto. (2021, July). PENTINGNYA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN
PEMBERDAYAAN. Journal of Tropical AgriFood, ; 3(1): 1-14. Retrieved from
file:///C:/Users/HP/Downloads/Pentingnya_pembangunan_pertanian_dan_pemberday
aan_.pdf
Mukhaelani. (2013, December 30). Pilkades dan Pembelajaran Politik. Retrieved from
grobogan.go.id: https://grobogan.go.id/info/artikel/558-pilkades-dan-pembelajaran-
politik
Murtopo. (2019, Oktober 25). Pilkades Rawan Praktik Politik Uang. Retrieved from
Warkotalive.com: https://wartakota.tribunnews.com/2019/10/25/pilkades-rawan-
praktik-politik-uang
Yugo Phurbojoyo. (2017, May 6). Urban, Suburban, dan Rural. Retrieved from Spaceworks
Incubatorium : http://www.spcwrks.com/2017/05/urban-suburban-dan-rural.html
Undang-Undang
Undang-undang No. 25 Tahun 2009
Undang-undang No. 6 Tahun 2014