Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENELITIAN

TATA KELOLA PEMERINTAH DESA


(ANALISIS DESA KEDUNGSARI, KECAMATAN SINGOROJO, KENDAL)

Disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah: Politik Pemerintahan Desa
Dosen Pengampu: Muhammad Mahsun, M.A

Disusun Oleh:

1. Afna Shabina (2006016035)


2. Anita (2006016004)
3. Annisa Novelia T (2006016006)
4. Ilham Aqila (2006016085)
5. Mohammad Ilham Alatas (2006016023)
6. Muhammad Fadhil Yasar (2006016026)

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut R. Bintarto (Dalam Fairus Adira, 2020), Desa ialah entitas atau
kesatuan geografi, kemasyarakatan, perniagaan, politik, serta kebudayaan yang
terpendam di suatu area dalam relasi dan efeknya secara berbalasan dengan wilayah
lain. Desa menjadi central atau utama yang berhubungan langsung dengan masyarakat,
tidak heran jika terjadi berbagai problematika antara tatanan politik dan masyarakatnya.
Praktik politik terlihat secara langsung ditingkatan desa, bagaimana elit politik desa
dapat bermain dalam membangun desa dan melibatkan langsung masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan desa, dengan demikian segala bentuk kegiatan politik lebih
mamainkan posisinya yang memunculkan dinamika politik di pemerintahan desa,
seperti halnya pelaksaanaan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades). Dikarenakan desa
merupakan sentral yang begitu penting, maka dalam pengelolaan pemerintah desa
memerlukan keasadaran dan kapasitas tata kelola pemerintah desa yang
professional,terbuka,efisien dan efektif serta bertanggungjawab (Siti Hajar, 2022).
Namun disetiap desa memiliki permasalahan yang menarik dan berbeda dibidang tata
kelola, sehingga hal tersebut menjadi sebuah dasar untuk peneliti mencoba melakukan
observasi secara langsung di Desa Kedungsari.

Aktivitas pemilihan kepala desa merupakan aktivitas politik yang menunjukkan


bagaimana proses demokrasi terjadi di desa. Dalam penelitian Sadu Wasistiono (1993),
Pemilihan kepala desa tidak dapat dilepaskan dari perkembangan dinamika politik yang
terjadi di desa. Pilkades tidak semata perebutan kekuasaan atau bagaimana strategi
kampanye dilakukan agar mendapat dukungan dari masyarakat desa, akan tetapi lebih
daripada itu menyangkut gengsi, harga diri dan kehormatan sehingga seringkali di
berbagai daerah proses pilkades ini menimbulkan konflik di masyarakat. Dalam
pelakasanaan pilkades tentus partisipasi masyarakan untuk ikut andil menjadi point
utama sebagai pilar terlaksananya demokratisasi yang terjadi di pemerintahan tingkat
desa. Pilkades merupakan peristiwa politik di tingkat desa yang menunjukkan bahwa
masyarakat desa adalah masyarakat yang sudah berpolitik secara langsung dari
awalnya. Sebagaimana halnya kehidupan politik di desa yang langsung menyentuh
kepentingan politik paling mendasar dari masyarakat, politik lokal diyakini lebih
memengaruhi kehidupan setiap hari dibanding politik nasional. Namun pada
implementasinya masih terjadi penyimpangan dalam pemilihan kepala desa, seperti
maraknya praktek politik uang yang secara sadar dilakukan dan diterima oleh
masyarakat (Magda Ilona Dwi Putri, 2020) . Sehingga hal ini sangat menarik dilakukan
penelitian lebih lanjut terkait praktek politik uang yang masih seringkali dilakukan
secara sadar.

Desa merupakan bagian kecil dari struktur pemerintahan memiliki wewenang


dalam merencanakan dan juga memajukan sebuah pembangunan kualitas yang dimiliki
oleh desa itu sendiri, baik kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) maupun kualitas dari
Sumber Daya Alam (SDA). Sehingga pemerintah setempat yang paling mengetahui
dan memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya (Syamsi,
2014). Selain itu Desa juga diberikan kewenangan untuk mengelola keuangannya
sendiri dengan pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) yang nantinya mendukung dalam
penyelenggaraan pembangunan desa itu sendiri. Penganggaran ADD dilakukan setelah
hasil dari musyawarah desa disetujui oleh seluruh pihak yang terkait di desa, sehingga
dapat disusun Rencana Penggunaan Dana (RPD) selama satu tahun berjalan.

Namun dalam pengalokasian dana desa seringkali terjadi tidak terbuka untuk
masyarakat umum, yang dapat memberikan dampak buruk untuk keikutsertaan
masyarakat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di sebuah desa. Adanya
transparansi menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh
informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan (Salle, 2016). Hal tersebut juga dapat
memberikan minat partisipasi dari masyarakat untuk mengikuti kegiatan dari desa,
karena masyarakat sudah mengetahui anggaran desa yang dipergunakan tersebut untuk
apa, dan mendapatkan informasi-informasi lain dari perangkat desa. Pengalokasian
anggara dana desa haruslah terbuka untuk masyarakat, untuk itu aparat desa harus tau
betul dalam penyusunan dan pengguanaannya, sehingga anggaran yang dimiliki desa
dapat digunakan sebagai mana mestinya. Selanjutnya dalam pengalokasian anggaran
desa ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh pemerintah desa yaitu perencanaan
ADD, penganggaran ADD, mekanisme pencairan dan penyaluran ADD, penggunaan
ADD, pengawasan ADD, pertanggungjawaban ADD kepada pemerintah pusat dan
masyarakat.
Pemerintah desa memiliki peran penting dalam merencanakan dan membangun
desa, namun tanpa adanya partisipasi bentuk dari perencanaan tersebut mustahil untuk
dicapai, karenanya sudah menjadi tugas dari pemerintah desa untuk melibatkan
masyarakat untuk membangun desa tersebut menjadi baik sesuai dengan perencanaan
dan aspirasi yang diberikan oleh masyarakat dalam pembangunan desa. Partisipasi
warga adalah proses ketika warga, sebagai individu maupun kelompok sosial dan
organisasi, mengambil peran dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan
kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka. (Domai
2011:XV). Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
serta evaluasi dari kegiatan dan kinerja pemerintah desa menjadi hal yang penting untuk
direalisasikan. Partisipasi masyarakat dalam memantau/mengawasi setiap hal yang
dilakukan oleh aparatur desa yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan desa sangat
penting agar kecenderungan aparatur desa untuk berbuat curang menjadi lebih kecil.
Sehingga masyarakat dapat ikut andil dalam membangun tata kelola pemerintah desa
dengan baik.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian di Desa Kedungsari. Hal itu didasari adanya indikasi relasi kuasa antara
kepala desa dengan elite desa yang peneliti dapatkan dari asumsi masyarakat sekitar.
Alasan lainnya adalah adanya potensi alam yaitu kepemilikan tanah yang sebagian
besar bukan dimiliki oleh masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap bagaimana tata kelola pemerintah desa di Desa Kedungsari Kecamatan
Singorojo Kabupaten Kendal. Adapun rumusan masalah yang akan menjadi fokus
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana harapan masyarakat kepada pemerintah Desa Kedungsari?

2. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam kegiatan di Desa Kedungsari?

3. Bagaiaman pelaksanaan pilkades di Desa Kedungsari?

4. Bagaimana pengalokasian anggara dana desa yang dilakukan oleh perangkat Desa
Kedungsari?
C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaiaman harapan-harapan dari masyarakat terhadap


pemerintah Desa Kedungsari.

2. Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam pemerinthan Desa


Kedungsari, apakah terbilang aktif atau tidak.

3. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi proses Pilkades Desa Kedungsari.

4. Untuk mengetahui sekaligus menganalisis pengalokasian anggaran desa yang


dilakukan oleh perangkat Desa Kedungsari.
D. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan tujuan untuk
memahami kondisi pada suatu konteks dengan mengarah pada pendeskrispian
secara rinci mengenai hal-hal yang sebenarnya terjadi menurut data yang ada di
lapangan, untuk memperoleh jawaban dari suatu fenomena dan pertanyaan melalui
prosedur ilmiah yang sistematis dengan menggunakan sebuah pendekatan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif
kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan sebuah hasil dari penelitian secara
sistematis dan menganalisis tentang bagaimana jalannya tata kelola pemerintah
desa pada Desa Kedungsari.
b. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah sebuah objek penelitian di mana kegiatan penelitian itu
dilakukan. Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah Desa
Kedungsari, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah.
c. Teknik Pengumpulan Data
• Observasi
Observasi merupakan metode dengan pengamatan langsung terhadap objek
dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan, ataupun situasi objek dalam
upaya pengumpulan data penelitian. Dalam penelitian ini, kelompok peneliti
melakukan pengamatan langsung proses demokrasi di Desa Kedungsari
guna mendapatkan informasi.
• Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara ini dilakukan
untuk memperoleh data atau informasi melalui keterangan-keterangan yang
diberikan oleh narasumber. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
wawacara dibagi dalam empat kategori, yaitu elit desa, tokoh agama, tokoh
perempuan dan warga desa.
E. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika dalam penulisan laporan penelitian ini sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Berisi tentang latarbelakang dari penelitian, fokus terhadap masalah yang akan
diteliti di Desa Kedungsari serta metode yang digunakan dalam penelitian.
Bab II Profil Desa
Berisi tentang profil dari Desa Kedungsari, mulai dari visi misi desa, segi gografis,
jumlah penduduk, serta informasi lain yang didapatkan terkait profil Desa
Kedungsari.
Bab III Hasil dan Pembahasan
Berisi tentang hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada Desa
Kedungsari terkait tata kelola pemerintah desa, yang akan menjawab fokus dari
peneilitan yang ditujukan.
Bab IV Penutup
Berisi sebuah kesimpulan dari seluruh hasil penelitian yang dilakukan di Desa
Kedungsari dan juga lampiran dokumentasi pelaksanaan penelitian.
Daftar Pustaka
Yang berisi kumpulan dari referensi-referensi yang menjadi pendukung dalam
penulisan laporan penelitian ini.
BAB II
PROFIL DESA KEDUNGSARI

Pemerintah pada awal tahun 2014, mengeluarkan peraturan perundang-undangan


tentang desa yaitu UU Nomor 6 tahun 2014 tentang desa, desa didefinisikan sebagai sebuah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah serta wewenang untuk mengelola
pemerintahan, berdasarkan prakarsa masyarakat yang mendapatkan pengakuan dan dihormati
oleh pemerintah.

Menurut V.C. Finch, mengartikan bahwa desa ialah tempat tinggal dan tidak bagian
dari pusat perdagangan, serta menurut Paul H. Landis, desa ialah bagian wilayah dari suatu
negara yang memilki penduduk kurang dari 2.500 jiwa yang mayoritas aktivitas ekonomi
berfokus dibidang agraris dan memiliki keakraban antar individu yang tinggi (Ari Sedesa,
2020). Namun dalam studi kasus didesa Kedungsari yang menjadi tempat penelitian ini, dalam
hal focus perekonomian berbeda dari pendapatnya Paul, walaupun secara karakteristik lain
beberapa memiliki kesamaan, akan tetapi pada kenyataanya walaupun lahan pertaniaan sangat
luas, focus aktivitas perekonomian didesa tersebut adalah buruh pabrik, bahkan pertanian
merupakan opsi kedua setelah pekerjaan pabrik dan dari segi jumlah penduduk lebih dari 3.000
jiwa.

Dari segi wilayah desa Kedungsari bagian dari area Rural yang dimana masyarakat
masih bercocok tanam dan berternak, namun juga bisa dimasukan kedalam area Sub Urban
dikarenakan sudah munculnya investasi dari masyarakat kota yang membangun pabrik
diwilayah pedesaan, bahkan tanah-tanah produktif Kawasan rural yang dimiliki oleh pelaku
ekonomi dari luar kawasan ini. Absentee landlords skema klasik yang menandakan bahwa
masyarakat local hanya sebagai petani pekerja, petani kontrak tanpa memiliki hak sepenuhnya
atas kepemilikan tanah yang sah. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh salah satu
narasumber dalam penelitian ini yaitu Kepala Desa, berikut

“Memang wilayah desa ini lahan pertanian cukup luas dan sangat produktif namun dari
segi mata pencaharian penduduk desa Kedungsari yang pertama ialah sebagai buruh
pabrik, sedangkan pertanian sebagai opsi kedua, dikarenakan petani disini hanyalah
petani pekerja, petani sewa yang tanpa dasar hak kepemilikan tanah” (wawancara 22
November 2022).

Agresifnya pengembangan sub-urban ke Kawasan rural perlahan-lahan mulai terjadi itu


ditandai dengan hilangnya sumber perekonomian warga rural. Walaupun Sebagian lahan
dimiliki oleh Perusahaan Hutan Negara Indonesia (Perhutani), yang dimana penduduk
diberikan kesempatan untuk mengelola lahan dengan melakukan sewa atau sebagai pekerja
dari Perhutani. Namun penduduk luar juga memiliki lahan yang cukup luas di desa ini.
Sehingga kondisi penduduk setempat hanya memiliki lahan yang kecil, sumber perekonomian,
wilayah hidup yang mulai terdesak dan tanpa fasilitas Pendidikan, sosial, Kesehatan dan
jaminan pekerjaan yang baik akan memberikan kesulitan bagi penduduk rural untuk
mempertahankan kehidupan yang layak, yang pada akhirnya penduduk akan semakin
mengalami kenaikan kemiskinan atau berada didalam kondisi stagnasi dari generasi ke genarasi
(Yugo Phurbojoyo, 2017).

Secara geografis desa Kedungsari terletak dibagian kecamatan Singorojo, Kabupaten


Kendal, Provinsi Jawa Tengah, yang termasuk wilayah dibagian perbukitan yang cukup jauh
dari perkotaan. Dengan jumlah penduduk sebesar 3.395 jiwa yang terdiri dari 1.703 laki-laki
dan perempuan sebanyak 1.692 jiwa, yang dimana memiliki 2.215 usia produktif. Penduduk
desa Kedungsari terbagi 4 kepercayaan agama dimana mayoritas beragama Islam dengan angka
1.661, Kristen 38, Katholik 2 dan Budha 2 jiwa. Keberagaman ini tidak mengakibatkan
perpecahan namun rasa keakraban masih sangat kuat diantara pemeluk agama. Didesa tersebut
juga memiliki beberapa organisasi masyarakat seperti Karang Taruna, Kelompok Tani,
Pemberdayaan Kesejahteraab Keluarga (PKK), Nahdhatul Ulama dll. Secara keagamaan
penduduk setempat sangat agamis itu didukung oleh salah satu narasumber penelitian ini yaitu
Bendahara masjid, berikut:

“Masyarakat disini disetiap malam jun’at, malam senin dan jum’at sore mengadakan
kegiatan pengajian rutin secara bergulir dan masjid setiap waktu sholat tidak pernah
sepi walaupun pada waktunya istirahat disiang hari.” (wawancara 22 November 2022)

Didalam ruang sosial tersebut seperti jamiyyah yasinan, selapanan dll, sering digunakan
masyarakat untuk membicarakan permasalahan dan terkait kebijakan pemerintah desa. Seperti
yang disampaikan narasumber yaitu Ketua RW 02 berikut:

“Kami masyarakat sering melakukan pembahasan terkait kebijakan desa seperti


mengkritisi pembagian bantuan yang tidak tepat sasaran dan permasalahan jalan rusak
dll” (wawancara 22 November 2022).

Dari pembahasan diatas masyarakat desa Kedungsari memiliki kesadaran dalam hal
permasalahan kebijakan, mereka juga berpartisipasi dengan melalui ruang sosial yang mereka
ciptakan sendiri. Ini cukup menarik karena bisa menjadi sarana bagi pemerintah desa untuk
mendengarkan suara masyarakat. Adanya peran partisipasi masyarakat maka bisa memberikan
hasil pembangunan desa sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat, karena
pembangunan dikatakan sukses apabila membawa perubahan menuju semakin meningkatnya
kesejahteraan masyarakat (Ahmad Mustanir, 2020). Dilihat dari segi infrastruktur didesa ini
cukup baik, karena sesuai dengan fokus utama pemerintah desa, dan yang lebih menarik ialah
tingkat kebersihan desa yang cukup bersih yang merupakan efek kesadaran masyarakat tentang
kebersihan yang didukung oleh pemerintah desa melalui program bank sampah. Sinergitas ini
perlu diterapkan disegala aspek kegiatan pemerintah desa sehingga peranan sebagai problem
solving terlaksana dengan baik sesuai harapan masyarakat.

Didesa Kedungsari memiliki tiga kelompok tani yang anggotanya berasal dari
penduduk setempat yang berfokus pada komoditas padi, jagung dan kacang, kelompok ini
apabila mampu dikembangkan dan dikelola dengan baik, tentunya akan memiliki dampak
positif terhadap desa terkhusus warga setempat. Pemberdayaan sektor tani ini melalui public
policy yang memadai akan meningkatkan potensi peningkatan perekonomian. Seperti
peningkatan kapasitas petani dan membukakan ruang terkait investasi berkepanjangan. Apalagi
diera modern ini sektor pertanian memiliki beberapa tantangan, seperti globalisasi, liberalisasi,
kemajuan teknolohi dan perubahan iklim (Marry Christiyanto, 2021). Jika dilihat dari
tantangan tersebut seharusnya tidak menjadi masalah bagi kelompok tani, dikarenakan apabila
sinergitas antara pemerintah desa dan kelompok petani tinggi maka tantangan diatas mampu
dihadapi dengan baik bahkan mampu memberikan dampak yang sangat positif tentunya.
Namun sangat disayangkan sinergitas tersebut masih belum terlaksana dengan baik sesuai
dengan penyampaian dari Ketua RT, berikut:

“Di desa ini memiliki tiga kelompok tani yang berpotensial, namun pemberdayaan dari
pemerintah desa masih belum dilaksanakan dengan baik, kami berharap kedepannya
pemerintah desa memberikan perhatian lebih kepada ketiga kelompok tani ini.”
(wawancara 22 November 2022)

Secara nasional Indonesia mengalami nilai yang baik dalam hal ketersediaan pangan hasil
pertanian, seperti stok beras yang tersedia sebesar 7 juta ton (Anisyah Al Faqir, 2022).
Kestabilan ketersediaan pangan tidak terlepas dari peranan sector pertanian-pertanian yang
terdapat dipedesaan, sehingga pemberdayaan pertanian dipedesaan sangat dibutuhkan untuk
menjaga dan meningkatkan produktivitas komoditas pangan. Namun memang salah satu
persoalan besar dipertanian ini ialah generasi penerus yang semakin berkurang dibidang
pertanian, padahal diera krisis sektor pertanian menjadi sangat penting dalam menjaga
kelangsungan hidup manusia. Hal tersebut sesuai yang disampaikan oleh narasumber
penelitian ini yaitu Ketua Rukun Tetangga, berikut:

“Selain kendala pemberdayaan dari pemerintah kami juga memiliki kendala dibagian
generasi penerus, dikarenakan anak muda sekarang lebih suka bekerja dipabrik sebagai
buruh dibandingkan terjun sebagai petani.” (wawancara 15 November 2022)

Kondisi diatas merupakan dampak dari sebuah anggapan bahwa sector pertanian tidak menarik
dan kurang menjanjikan. Padahal diera modern sekarang sector pertanian memiliki perenan
yang potensial dan memili peluang berkembang dengan kemajuan teknologi (Ari Sedesa,
2020). Perpaduan teknologi dengan sector pertanian akan meningkatkan dan memajukan sector
ini. Karena dengan teknologi kegiatan pertanian akan lebih mudah serta produktif. Maka dari
itu sinergitas pemerintah desa Kedungsari dengan penduduk setempat terkhusus kelompok tani
perlu dilakukan untuk kemajuan sector pertanian didesa.
BAB III
HASIL dan PEMBAHASAN

A. Harapan Masyarakat Desa Kedungsari

Desa Kedungsari secara alamiah memliki lahan persawahan juga banyak lahan
perhutanan, namun mayoritas lahan perhutanan tersebut dimiliki oleh Perhutani
(Perusahaan Umum Kehutanan Negara atau biasa disingkat menjadi Perum Perhutani,
adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak di bidang kehutanan)
sehingga lahan perhutanan tidak dapat dikelola dan dimanfaatkan secara langsung oleh
masyarakat sekitar. Masyarakat Desa Kedungsari sebagian besar berprofesi sebagai
buruh pabrik, sedangkan pertanian menjadi pilihan kedua. Lahan pertanian yang
mereka kelola juga bukan milik pribadi, melainkan milik orang lain atau biasa disebut
tuan tanah. Jadi, masyarakat desa yang bekerja sebagai petani mendapatkan sumber
penghasilan dari tuan tanah sesuai dengan porsi pekerjaannya. Sehingga, keuangan
masyarakat desa sehari-hari bergantung pada gaji yang berasal dari pabrik dan tuan
tanah. Kondisi ekonomi masyarakat yang terbilang rendah, menyebabkan kemandirian
masyarakat pun terbilang masih kurang.

Berbagai kondisi masyarakat desa tersebut menyebabkan masyarakat


bergantung dengan bantuan yang diberikan pemerintah desa kepada mereka. Bahkan,
bantuan menjadi harapan utama masyarakat desa terhadap kinerja pemerintah desa. Hal
ini diperkuat oleh penjelasan Kepala Desa Kedungsari “Setiap kali saya menyapa
masyarakat desa di berbagai dusun, pasti keinginan mereka dari kami adalah bantuan.
Banyak sekali pertanyaan seperti kapan pak ada bantuan lagi, kapan saya bisa mendapat
bantuan uang atau sembako.” Jelas Pak Udi Santoso pada hari Selasa 15 November
2022. Menyikapi harapan dan keinginan masyarakat mengenai bantuan, sebenarnya
pemerintah desa tidak dapat menjanjikan banyak hal melainkan hanya menunggu
pemberian dan perintah dari atas saja. Namun, seharusnya kejadian ini dapat menjadi
evaluasi atau acuan bagi pemerintah desa dalam memandirikan perkonomian
mayarakat. Hal ini bisa menjadi bahasan penelitian lebih lanjut bagi penulis.

Masyarakat Desa Kedungsari termasuk salah satu desa yang mendapatkan


beberapa bentuk bantuan baik uang tunai maupun sembako, seperti PKH (Program
Keluarga Harapan), KIP (Kartu Indonesia Pintar), BPJS PBI dari Kabupaten atau Pusat,
BST (Bantuan Sosial Tunai) Kemensos, BLT DD (Batuan Langsung Tunai Dana Desa),
BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai). Penyaluran bantuan diatur oleh pemerintah desa
setempat, para aparat desa lah yang menentukan sendiri berdasarkan peraturan bantuan
ini akan disalurkan ke masyarakat dengan kriteria yang seperti apa. Seperti yang
disampaikan oleh Bapak Sekertaris Desa Kedungsari “Kami menyalurkan berbagai
bantuan ke masyarakat tidak asal-asalan, terdapat beberapa pertimbangan atau kriteria
masyarakat yang akan mendapatkan bantuan. Contohnya masyarakat yang alas
rumahnya masih semen, tembok rumah yang masih dari anyaman dan lain sebagainya.”
Tutur Pak Miranto pada hari Selasa, 15 November 2022. Namun, kenyataannya di
lapangan banyak keluhan dari masyarakat mengenai penyaluran bantuan yang dirasa
masih tidak merata. Terkadang, hal tersebut menjadi masalah sosial tersendiri di
masyarakat desa terkait kecemburuan alokasi bantuan.

Penulis menemukan kesamaan argumen di lapangan bahwa masyarakat pun


mengakui perihal kebutuhan dan harapan utama masyarakat dari pemerintah desa
adalah adanya bantuan ekonomi dalam bentuk apapun. Hal ini diperkuat dengan
pernyataan dari Ibu Sumiyati sebagai pedagang warung kecil pinggir jalan utama Desa
Kedungsari “Saya berharap dari pa kades bisa membantu perkonomian kami orang-
orang kecil ini yang cuma jualan warung klontong, ya biasanya dibantu dengan adanya
bantuan-bantuan dari atas.” Tutur Ibu Sumiyati pada hari Selasa 15 November 2022.
Tidak hanya Ibu Sumiyati saja, beberapa warga lainnya yang kami temui dengan
berbagai jenis pekerjaan juga sama-sama mengharapkan adanya bantuan dari
pemerintah desa. Tidak memandang pekerjaan, mulai dari pedagang kecil seperti
warung klontong, tempat makan pinggir jalan hingga mereka yang sudah memiliki
pekerjaan sebagai buruh pabrik.

Masyarakat Desa Kedungsari terbilang sebagai masyarakat yang memiliki


tingkat pendidikan rendah di beberapa dusun. Bahkan, salah satu fakta yang
mengejutkan ialah terdapat satu sekolah di salah satu dusun yang tidak memiliki murid.
Hal tersebut terjadi karena keterbatasan ekonomi untuk menyekolahkan anaknya, maka
mereka lebih memilih menyekolahkan anaknya di lembaga non-formal seperti
pengajian di masjid. Minim atau rendahnya tingkat pendidikan warga, membuat mereka
perlu mendapatkan pengayoman dan arahan mengenai urusan administrasi. Selain
harapan masyarakat desa terkait bantuan, mereka juga mengharapkan ketersediaan dan
kecekatanan pemerintah desa dalam mengurus urusan administrasi warga. Biasanya
seperti surat keterangan tidak mampu, surat keterangan belum menikah, akte kelahiran,
akte kematian, akte perceraian, dan lain-lain. Fakta di lapangan, kami menemukan
beberapa aparat desa yang kurang memadai dalam hal mengurus administrasi. Hal
tersebut di konfirmasi oleh Bapak Sekertaris Desa “Sebenarnya kami di Desa
Kedungsari ini salah satu permasalahannya adalah sumber daya manusia yang kurang
memadai, tapi kami selalu berusaha memberikan pelayanan yang baik terhadap warga
desa.” Jelas Pak Miranto pada hari Selasa, 15 November 2022.

Hal ini sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik. Dalam
pasal tersebut terdapat asas-asas yang harus di miliki pemerintah desa, seperti
kemudahan dan keterjangkauan, kecepatan waktu dan ketepatan, perlakuan yang sama,
keseimbangan hak dan kewajiban, kesamaan hak, serta kepastian hukum. Adanya
undang-undang mengenai pelayanan publik diharapkan mampu mewujudkan batasan
dan hubungan yang jelas mengenai hak, kewajiban dan kewenangan seluruh yang
sesuai dengan penyelenggaraan pelayanan publik. Selain itu, undang-undang pelayanan
publik bertujuan untuk menciptakan penyelenggaraan pelayanan publik berdasarkan
dengan peraturan perundangundangan agar terciptanya perlindungan dan kepastian
hukum bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik (Malik, 2017).

Dapat disimpulkan bahwa harapan dan keinginan masyarakat Desa Kedungsari


terhadap pemerintah desa yang utama ialah adanya bantuan yang diberikan oleh
pemerintah pusat dan disalurkan melalui pemerintah daerah. Selain itu, pelayanan
publik yang baik juga menjadi harapan lain masyarakat desa dalam memenuhi
kebutuhan mereka mengenai urusan administrasi. Aparat pemerintah Desa Kedungsari
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sudah sesuai dengan peraturan yang
ada. Hal ini dipertegas oleh sekertaris Desa Kedungsari “Kami pemerintah Desa
Kedungsari dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi telah sesuai dengan yang
tertuang dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Permendagri.” Tutur Pak
Miranto pada hari Selasa, 15 November 2022.

Menciptakan kesejahteraan masyarakat desa dalam memenuhi kebutuhan atau


harapan masyarakat merupakan kewajiban pemerintah desa, sesuai dengan UU No. 6
Tahun 2014 tentang Pemerintah Desa. Didalamnya berisi Pemerintahan Desa
merupakan penyelenggara urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam upaya
mempercepat mewujudkan kesejahteraan masyarakat ialah memberikan otonomi
kepada Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota dan Desa, yaitu dengan memberi
kebebasan mengatur sedemikian rupa sesuai dengan keadaan dan kelebihan yang
terdapat didaerah masing-masing, namun tetap sesuai kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah Desa Kedungsari berkewajiban
memenuhi harapan dan keinginan masyarakat desa mengenai penyaluran bantuan yang
tepat sasaran dan peningkatan pelayanan publik sebagai upaya mensejahterakan
masyarakat.

B. Partisipasi Masyarakat Desa Kedungsari

Keterlibatan masyarakat adalah ketika seorang individu atau sekelompok


individu yang bertempat tinggal di suatu wilayah atau bangsa tertentu dan yang
memiliki kepentingan bersama, ikatan, dan terhubung satu sama lain berpartisipasi dan
memikul tanggung jawab untuk kegiatan tertentu, baik secara fisik maupun virtual.
Menurut metode ini, masyarakat umum berpartisipasi dalam perumusan, pelaksanaan,
dan evaluasi kebijakan. Untuk mencapai tujuan pembangunan desa, partisipasi
masyarakat mengacu pada hak dan kewajiban masyarakat dalam berpartisipasi atau
berpartisipasi dalam kegiatan desa (Siregar, 2020). Untuk memastikan bahwa setiap
kebijakan dapat mencerminkan tujuan dan persyaratan masyarakat, setiap masyarakat
berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan pemerintah, baik secara
langsung maupun melalui organisasi perwakilan yang berwenang.
Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, strategi membangun desa yang mandiri, partisipatif, dan berdaya dilakukan
dengan fokus pada pemberdayaan masyarakat, yang dilakukan dengan menggunakan
taktik partisipatif dalam koridor pemerintahan desa yang unggul. Ada tiga kriteria untuk
keterlibatan komunitas, termasuk suara, akses, dan kontrol. Hal ini menyiratkan bahwa
masyarakat memiliki kebebasan untuk menyuarakan pendapatnya dalam diskusi desa,
bahwa ia memiliki akses sederhana ke berbagai layanan publik, terutama informasi
yang tersedia dan dapat diakses oleh masyarakat, dan bahwa ia memiliki kemampuan
untuk melakukan kontrol atas kinerja pemerintah desa atau potensi penyimpangan.
Akibat disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, kini muncul
persoalan. Kualitas dasar partisipasi berikut ditemukan melalui survei partisipasi oleh
The International Association of Public Participation :
1. Keputusan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat harus dibuat dengan
masukan mereka.
2. Memastikan bahwa masukan masyarakat akan berdampak pada pilihan merupakan
komponen keterlibatan masyarakat.
3. Proses partisipasi masyarakat berkomunikasi dengan semua peserta dan memenuhi
kebutuhan mereka.
4. Metode pelibatan masyarakat mendorong dan mencari partisipasi individu yang
mungkin terkena dampak.
5. Peserta dalam proses partisipasi masyarakat dapat memilih bagaimana mereka
berpartisipasi.
6. Para peserta dalam proses pelibatan masyarakat diberitahu tentang penggunaan atau
tidak penggunaan umpan balik mereka.
7. Peserta menerima informasi dari proses pelibatan masyarakat.

Jika dilihat dari point-point di atas bahwa masyarakat Desa Kedungsari kualitas dari
partisipasi masyarakat cukup tinggi, sehingga dapat menyalurkan aspirasinya di ruang-
ruang tertentu yang dilaksanakan di Desa Kedungsari. Seperti pada saat musdus,
musdes, atau acara-acara tertentu. Selain itu aspirasi atau usulan yang diberikan oleh
masyarakat kepada perangkat desa atau PKK diterima dengan baik, dan
diimplenetasikan sebagaimana mestinya. Seperti adanya program-program PKK yang
merupakan salah satu usulan atau sebuah kebutuhan dari masyarakat yang
direalisasikan kedalam bentuk program kegiatan PKK.
Dalam membangun desa yang baik pada tatanan pemerintah, adanya partisipasi
menjadi bagian dari hal yang sangat penting untuk mengukur bagaimana tata kelola
pemerinthan desa yang terjadi di Desa Kedungsari, dan mengukur seberapa tinggi
partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan yang ada di desa kedungsari. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara yang telah dilakukan bersama ketua PKK,
yang mana memiliki beberapa kegiatan di lingkungan Desa Kedungsari.
Ketua PKK di Desa Kedungsari merupakan istri dari Pak Kades (Ibu linda) yang
telah memimpin selama 3 periode. Ia mengatakan “Kita (PKK) memiliki beberapa
program kerja yang dilakukan guna memberikan peluang keaktifan dari masyarakat
kedungsari, dan kegiatan tersebut kami bagi menjadi beberapa fokus bagian. Seperti
poja satu fokusnya di keagamaan, poja dua fokusnya di bidang pangan, poja tiga
fokusnya pada tanam-tanaman, dan poja emat berfokus pada kesehatan seperti stunting
(posyiandu)” ujarnya.
Adapun program kerja PKK di Desa. Kedungsari saat ini yaitu:
a) Pokja I : bergerak pada bidang keagamaan, anggota PKK yang terdapat dibidang
ini, mereka fokus pada kegiatan keagamaan seperti pengajian dll.

b) Pokja II : bergerak pada bidang pangan, anggota yang bergerak pada bidang ini
mengikuti acara seperti lomba memasak.

c) Pokja III : bergerak pada bidang tanaman, jadi anggota PKK yang berada di bidang
ini melakukan kegiatan seperti menanam tumbuhan bersama dll

d) Pokja IV : bergerak pada bidang kesehatan, jadi anggota PKK yang berada dibidang
ini fokus pada kegiatan seperti penyuluhan mengenai KB, posyandu

Dalam realisasi dari prinsip partisipasi di Desa Kedungsari melipuiti:

1. Pelaksanaan Musdes yang berjalan lancar dan efektif

Pelaksanaan Musyawarah desa yang diadakan oleh Desa Kedungsari relatif berjalan
dengan lancar karena keikutsertaan berasal dari beberapa elemen di masyarakat
pada acara Musyawarah Desa tersebut. Ketua PKK sebagai narasumber penelitian
menjelaskan bahwa,

“Dalam acara musdes seringkali membahas terkait pelaksanaan kegiatan untuk


selanjutnya, masyarakat sangat antusias dan selalu berpartisipasi pada acara
musdes sehingga pelaksanaan musdes hingga saat ini masih berjalan dengan
lancar”

2. Adanya usulan atau masukan dari masyarakat yang mengikuti musdes

Partisipasi masyarakat Desa Kadungsari berbentuk memberi dukungan,


memberi suara kepada Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan
mengikuti keputusan/kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Desa dilihat dari
keikutsertaan Mayarakat Desa Kedungsari ikut serta dalam musyawarah desa yang
laksanakan oleh Desa Kedungsari. Ketua PKK sebagai narasumber penelitian
menjelaskan bahwa,

“Masyarakat selalu diberi ruang untuk beroendapat, dan ruang tersebut selalu
digunakan oleh masyarakat dengan baik dengan memberikan usulan atau
masukan terkait hal yang sedang dibahas pada acara musdes tersebut atau untuk
kegiatan-kegiatan selanjutnya”

3. Partisipasi masyarakat dalam mengikuti pelaksanaan atau kegiatan program kerja


PKK

Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan program kerja


PKK cenderung aktif karena masyarakat cenderung antusias dengan kegiatan yang
diadakan oleh PKK. Ketua PKK sebagai narasumber penelitian menjelaskan
bahwa,

“Masyarakat sangat ikut andil dalam pelaksanaan proker dari PKK, sehingga
kegiatan-kegiatan yang diadakan dapat memeberikan dampak yang positif
untuk keaktifan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang ada di desa”

4. Masyarakat mengikuti kegiatan selain dari proker dari PKK

Masyarakat cenderung antusias dengan kegiatan yang diadakan oleh PKK,


karena didalam PKK sendiri terdapat beberapa bidang yang bisa menarik
masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Ketua PKK sebagai
narasumber menjelaskan bahwa,

“Saya senang dengan keaktifan masyarakat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan


desa, dan bukan hanya itu masyarakat juga sangat antusias dengan adanya
kegiatan yang lain, seperti pada saat kegiatan lomba memasak. Masyarakat
khususnya ibu-ibu mengikuti perlombaan memasak di tingkat kecamatan dan
mendapatan juara 3”

5. Masyarakat mengikuti evaluasi program desa

Setiap program kerja yang sudah berakhir, maka diadakanlah evaluasi pada
waktu tertentu. Pada pelaksanaan evaluasi, masyarakat ikut berpartisipasi dalam
menyuarakan suara menganai kinerja dan apa saja yang sudah dikerjakan oleh
pemerintah desa itu sendiri. Ketua PKK sebagai narasumber menjelaskan bahwa
“Masyarakat disini ikut dalam kegiatan evaluasi, pasti ada masyarakat yang
mewakilkan untuk menyuarakan pendapat mereka terkait kinerja atau mereka
bisa mengkritik program kerja dari pemerintah desa disini”.

Selain itu adapun yang diundang pada acara musdes yaitu seluruh masyarakat
Desa Kedungsari, dan selalu diikuti oleh beberapa elemen masyarakat. Selama
kepengurusan Ketua PKK yang sekarang pelaksanaan proker PKK dan juga musdes
selalu berjalan dengan baik walaupun ada kendala dari kesadaran masyarakat itu
sendiri, namun masih terlakasana secara efektif. Masyarakat merasakan kemanfaatan
dari kegiatan yang diadakan oleh PKK sehingga dapat meningkatkan pasrtisipasi dalam
setiap kegaiatan yang dilaksanakan oleh desa. Seperti pada saat perlombaan yang di
adakan oleh salah satu lembaga, ibu-ibu ikut serta dalam perlombaan tersebut, dengan
membawakan masakan tradisional dari daerah tersebut. Dengan keikutsertaan
masyarakat dan dukungan dari pemerintah setempat dalam perlombaan memasak
tersebut Desa Kedungsari mendapatkan juara 3 di lomba memasak tersebut.

Ketua PKK (Ibu Linda) sebagai narasumber menjelaskan bahwa,

“Peran PKK melalui program kerja yang dilaksanakan oleh masing-masing


pokja dapat meningkatkan partisipasi masyarakat, karena masyarakat
cenderung antusias terhadap kegiatan yang diadakan oleh desa. Masyarakat juga
diberi ruang untuk menyampaikan pendapat untuk kemudian dibawa ke
musyawarah desa.”

Salah satu narasumber menjelaskan bahwa,

“Saya merasa mendapatkan manfaat melalui kegiatan yang diselenggarakan


oleh PKK, bisa mengikuti kegiatan sesuai dengan minat mereka, contonya
masyarakat yang memiliki hobi memasak bisa mengikuti lomba memasak, ada
juga kegiatan keagamaan yang diselenggarakan oleh PKK. Masyarakat sendiri
merasa bahwa PKK memberi dampak positif bagi masyarakat.”

Dari beberapa pernyataan dari Ketua PKK tersebut memberikan gambaran


bahwa masyarakat Desa Kedungsari termasuk kedalam kategori masyarakat yang aktif.
Karena hasil dari analisis yang dilakukan peneliti bahwa masyarakat berpartisipasi
dalam rangkaian kegiatan yang ada di Desa Kedungsari, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi dari kegiatan-kegiatan terebut yang sering disampaikan pada
saat musdes. Keaktifaan masyarakat tidak terlepas dari adanya program-program PKK
yang dirasa memberikan pengaruh baik untuk perkembangan masyarakat, dan memiliki
manfaat yang baik terhadap kehidupan masyarakat Desa Kedungsari sendiri.

C. Pemilihan Kepala Desa di Desa Kedungsari

Diera dewasa ini pemilihan Kepala Desa atau Pilkades diatur didalam Undang-
undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa Pasal 34 bahwa Pilkades dilaksanakan secara
langsung dan bersifat langsung setiap 6 tahun sekali, bahkan didukung juga oleh
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Kepala Desa yang mengatur lebih lanjut.

Pilkades merupakan bagian dari pesta demokrasi karena didalam kegiatan ini
masyarakat desa akan menentukan siapa pemimpin mereka selama 6 tahun. Didalam
kegiatan Pilkades ini memiliki potensi meningkatkan partisipasi masyarakat setempat
dalam kegiatan politik (Mukhaelani, 2013) , Untuk membawa perubahan ditingkat
desa, tentu hal tersebut dicapai dengan kapasitas pemimpin yang dipilih masyarakat,
maka dari itu masyarakat perlu melakukan pemilihan secara objektif, dimasa demokrasi
kontemporer masyarakat diberikan kebebasan untuk memilih dan dipilih, namun
kebebasan ini sering dimanfaatkan oleh calon pemimpin dengan bagaimana mereka
dapat mempengaruhi pilihan masyarakat, menurut Geogrge Bernard Shaw dalam
demokrasi bentuk pemerintahannya dipergilirkan melalui pemilu , dimana banyak
orang yang tidak berkompeten menujuk sedikit orang yang korup. Pandangan Shaw ini
cukup mewakili apa yang terjadi didesa Kedungsari. Pilkades adalah wadah aspirasi
bagi masyarakat yang harus dimanfaatkan bukan menjadi ajang perebutan jabatan saja.
Didalam Pilkades ruang melakukan penyimpangan masih massif terjadi terkait politik
uang namun sulit untuk dibuktikan (Murtopo, 2019). Sehingga bisa diidentifikasi
bahwa didalam pilkades masih menempatkan status finansial lebih dominan
dibandingan factor lainnya. Padahal praktik politik uang saat pilkades akan
memberikan dampak negative yaitu melahirkan calon yang tidak berkompeten bahkan
korup, sehingga merugikanmasyarakat itu sendiri. Hal ini didukung oleh penyampaian
narasumber penelitian yaitu Zerminto berikut:

“Pilkades 2020 kemarin terdapat 4 calon kepala desa, setiap calon diindikasikan
mengeluarkan nominal uang dan yang terpilih ialah yang nominalnya paling tinggi
diantara yang lain dan sipemanang telah menjadi kepala desa dari tahun 1999-2011.”
(wawancara 15 November 2022)

Namun itu masih dalam bentuk nominal uang, karena politik uang juga
memiliki kemasan yang beragam misalnya dibungkus dengan pembagian sembako
disaat kampanye dan pengganti uang bensin (transportasi).

Dilihat dari pemabahasan sebelumnya dari 4 calon yang mengeluarkan uang


hanya satu calonlah yang terpilih. Karena itu perlu disadari secara dewasa bahwa
memberikan uang kepada calon pemilih belum tentu membuat seseorang terpilih.
Masih terjadinya politik uang merupakan contoh politisi yang buruk, karena ingin
meraih kekuasaan dengan cara yang tidak santun, demikian juga dengan pemilih
mengharapkan pemberian uang dari calon pemimpin. Praktik-praktik seperti ini
menandakan bahwa politik yang santun dan beradam dinegara ini masih menjadi
sebuah pekerjaan rumah bagi kita semua.

Dengan demikian, sumber daya manusia pada Desa Kedungsari atau warga
Desa Kedungsari harus lebih peduli dengan desa mereka agar kejadian tersebut tidak
terulang kembali, warga harus dapat menolak money politic yang ada agar para calon
kepala desa dapat mengevaluasi bagaimana diri mereka untuk mendapat hati warga
desa dan tidak menggunakan kekayaan mereka seperti yang sudah terjadi pada pilkades
2020 yang telah dilakukan. Selain itu, jika banyak calon kepala desa yang memberi
sembako dan lain-lain harap dicermati secara seksama apakah itu merupakan suatu alat
money poltic atau benar-benar bagian dari kampanye.

Tetapi, realita yang ada adalah masyarakat selalu memilih calon kepala desa
yang memiliki uang yang lebih banyak bukan karena ingin mendapat “keuntungan” dari
para calon kepala desa, melainkan warga desa kedungsari memang membutuhkan hal
tersebut. Karena bantuan-bantuan seperti BLT tidak diterima secara merata oleh
masyrakat desa. Selain itu, kondisi ekonomi pada Desa Kedungsari juga memaksa
warganya untuk mudahnya money politic pada desa tersebut.

D. Alokasi Anggaran Desa Kedungsari


Dalam Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 sudah diatur bahwasanya pengelolaan
dana desa harus sesuai dengan peraturan tersebut. Dalam peraturan tersebut dinyatakan
tentang keuangan desa yang bahwasanya pengelolaan keuangan desa adalah semua hak
dan kewajiban desa yang dapat dinilai dari uang dan juga semua yang berupa uang dan
barang yang memiliki hubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa.
Pengelolaan Alokasi Dana Desa seharusnya bisa menggambarkan komitmen
pemerintah daerah untuk menjalankan pemerintahan yang tidak mengorbankan
kepentingan publik. Pengelolaan keuangan desa ini dijalankan sebagai wujud dari suatu
pemerintahan yang dekat dengan rakyat, hingga mampu melaksanakan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang makmur,
adil dan sejahtera.

Terbitnya undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa yang bertujuan


menciptakan desa yang mandiri dan memberdayakan masyarakat desa secara optimal
menurut potensi desa yang bersangkutan dan ketentuan yang mengatur tentang sumber
dana desa untuk menyelenggarakan pembangunan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor
60 tahun 2014 tentang dana desa serta Peraturan Pemerintahan Nomor 43 Tahun 2014
tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa.

Keuangan Desa dikelola berdasarkan praktik-praktik pemerintahan yang baik.


Asas-asas Pengelolaan Keuangan Desa sebagaimana tertuang dalam Permendagri
Nomor 113 Tahun 2014 yaitu transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan
tertib dan disiplin anggaran. Transparan yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang
keuangan desa. Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan
pemerintahan desa dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Akuntabel yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Asas akuntabel
yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Partisipatif yaitu penyelenggaraan
pemerintahan desa yang mengikutsertakan kelembagaan desa dan unsur masyarakat
desa. Tertib dan disiplin anggaran yaitu pengelolaan keuangan desa harus mengacu
pada aturan atau pedoman yang melandasinya.

Beberapa disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam Pengelolaan


Keuangan Desa yaitu Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang
terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan
belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja. Pengeluaran
harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang
cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak
mencukupi kredit anggarannya dalam APBDes/Perubahan APBDes. Semua
penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus
dimasukan dalam APBDes dan dilakukan melalui Rekening Kas Desa.

Dalam pengalokasian anggaran desa dilakukan beberapa tahapan yaitu yang


pertama perencanaan dana desa. Yang dimana dalam tahapan ini harus melakukan
perencanaan yang sangat matang untuk melakukan kegiatan agar nantinya tujuan yang
telah ditetapkan akan berjalan dengan maksimal.

Dana Desa adalah salah satu pendapatan desa yang berasal dari Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) yang penggunaanya diintegrasikan dengan
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (APBDes), oleh karena itu perencanaan dari
program dan kegiatan tersebut disusun terlebih dahulu dengan diadakannya
Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan Desa (MUSRENBANGDES) yang
dimana terdiri dari BPD, LPMD, dan tokoh masyarakat setempat

Tujuan dari Dana Desa adalah untuk pembangunan dan pemberdayaan


masyarakat. Yang berarti tujuan dari pemberian dana desa yang berasal dari Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara memilik dua prioritas yaitu pembangunan dan
pemberdayaan, maka tidak berarti hanya membangunan fisik saja yang diutamakan
namun juga pemberdayaan masyarakat desa sehingga menumbuh kembangkan
kemandirian desa dalam memenuhi kebutuhan dan terlepas dari belenggu kemiskinan.

Seperti yang kita ketahui, tujuan dari Dana Desa adalah untuk pembangunan serta
pemberdayaan pada masyarakat. Dengan demikian apakah anggaran pada Desa
Kedungsari apakah alokasi dana pada Desa Kedungsari sudah baik atau belum.
Pemerintah Desa tentunya akan terus berupaya dalam meningkatkan kesejahteraan
warga Desa Kedungsari secara merata, dengan pemberian akses informasi dan
komunikasi yang mendidik sehingga dapat meningkatkan kualitas warga sehingga
dapat menjadi sumber daya manusia yang baik.

Pada pengelolaan dana desa, di Desa Kedungsari berdasarkan hasil penelitian


yang kami lakukan, pada desa tersebut alokasi dana yang dianggarkan sudah terbuka
kepada warganya, sehingga hal ini menjadi nilai yang baik bagi warga Desa Kedungsari
untuk membuat alokasi dana desa menjadi tepat sasaran dan tepat guna. Namun ada
beberapa hal yang menjadi masalah terkait penyaluran yang diberikan oleh pemerintah
untuk masyarakat, seperti yang kami temukan dalam penelitian, diantaranya yaitu BLT
DD (Bantuan Langsung Tunai Dana Desa), BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai), BST
(Bantuan Sosial Tunai) dalam penyaluran bantuan tersebut belum merata dan diberikan
tidak tepat sasaran. Dari hasil wawancara kami BLT (Bantuan Langsung Tunai)
diberikan hanya kepada warga yang dekat dengan perangkat desa saja. Tentunya hal
tersebut merugikan bagi warga desa yang lain, khususnya warga yang memang benar-
benar lebih layak untuk mendapatkannya. Yang dimana, bantuan tersebut juga
merupakan bagian dari hak mereka.

Alokasi anggaran pada Desa Kedungsari, dinilai warga kurang dapat dirasakan
oleh warga, dikarenakan alokasi dana pada Desa Kedungsari lebih berorientasi kepada
pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang dibangun antara lain
pembangunan jalan, pembangunan irigasi untuk sawah, lalu pembangunan yang sering
untuk menanggulangi bencana tanah longsor. Menurut warga Desa Kedungsari
pembangunan infrastruktur di desa mereka sudah cukup memadai. Sehingga, apabila
terus melanjutkan pembangunan infrastruktur, kesannya hanya untuk membuang-
buang anggaran, karena yang lebih dibutuhkan oleh warga Desa Kedungsari adalah
bantuan dalam segi ekonomi seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai), dan bantuan
ekonomi yang lainnya. Dengan demikian, warga Desa Kedungsari ingin Pemeritah
Desa untuk membangun ekonomi di desa dengan anggaran yang dimiliki oleh desa
untuk memberi pelatihan-pelatihan seperti membuat kerajinan tangan dan membuat
usaha-usaha mikro atau UMKM. Bukannya malah membangun infrastruktur terus
menerus, tetapi fungsi dari infrastruktur tersebut tidak dapat dirasakan oleh warga Desa
Kedungsari.

Sehingga dengan adanya UMKM yang berjalan di Desa Kedungsari tersebut


dapat membantu roda perekonomian masyarakat. Selain itu adanya UMKM dapat
memajukan kesejahteraan masyarakat karena adanya pemasukan yang berjalan dengan
baik, lebih lagi dapat membantu pembangunan desa dari segi ekonomi.

Oleh karena itu, Pemerintah Desa Kedungsari harus melakukan evaluasi-


evaluasi dan lebih mendengar aspirasi dari warga Desa Kedungsari. Desa Kedungsari
bukan desa yang kecil, tetapi desa yang cukup padat penduduk dengan jumlah Rukun
Warga (RW) 2 dan 6 Rukun Tetangga (RT) dan jumlah warga sekitar 3.000 jiwa,
dengan jumlah warga yang cukup banyak. Seharusnya, Pemerintah Desa Kedungsari
mengalokasikan dana desa untuk keperluan membangun sumber daya manusia yang
baik, dengan cara mengalokasikan dana untuk Pendidikan agar gratis. Karena pada
penelitian kami, kami menenmukan Sekolah Dasar (SD) tidak memiliki murid
dikarenakan orang tua mereka tidak memiliki cukup biaya untuk menyekolahkan anak-
anak mereka. Dengan temuan seperti ini seharusnya alokasi dana sudah jelas
priorotasnya adalah untuk membangun sumber daya manusia dan membangun sektor
ekonomi yang dapat dirasakan langsung oleh warga Desa Kedungsari. Seperti yang
seharusnya mereka lakukan yang ada pada misi Kepala Desa Kedungsari point 1 dan 2
yang berbunyi “Membangun bidang Pendidikan yang lebih utama agar mencerdaskan
masyarakat Desa Kedungsari mampu memiliki keilmuan yang tinggi, Meningkatkan
ekonomi dalam menumbuhkan kehidupan yang sejahtera.” Hal tersebut sudah jelas
tercantum pada Visi dan Misi Kepala Desa tetapi hal tersebut tidak mereka lakukan.

Dengan demikian pengalokasian anggaran Desa Kedungsari sebenarnya sudah


transparansai dan hal tersebut dirasa sudah baik. Namun sayangnya dalam
pengalokasiannya, pemerintah setempat belum bisa mengalokasikan dana desa dengan
baik, dalam hal tidak pasnya pengalokasian terhadap apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Sehingga anggaran yang dimiliki Desa Kedungsari memiliki
kebermanfaatan yang pas dan dirasakan oleh masyarakat, dan dapat memberikan
kemakmuran serta kesejahteraan untuk semua masyarakat Desa Kedungsari.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai
Proses Pemilihan Kepala Desa dan Tata Kelola Pemerintah Desa Kedungsari
diantaranya sebagai berikut:

1. Preferensi atau harapan masyarakat terhadap pemerintah Desa Kedungsari


terdapat 2 hal. Pertama, adanya bantuan yang berupa tunai maupun non tunai
untuk masyarakat dalam membantu perekonomian setempat. Kedua, perlu ada
peningkatan pelayanan publik dari pemerintah sebab pelayanan publik di Desa
Kedungsari bisa dibilang kurang memadai di dalam segi sumber daya manusia.
2. Partisipasi masyarakat di Desa Kedungsari terbilang cukup aktif dalam
mengikuti kegiatan yang ada di desa. Masyarakat desa aktif dalam kegiatan
keagaamaan seperti perayaan hari raya keagaamaan, tahlilan dan kegiatan
lingkungan seperti gotong royong membersihkan lingkungan sekitar desa dan
kegiatan seperti musyawarah desa. Masyarakat terbilang partisipatif atau cukup
aktif pada kegiatan kesehatan di Desa Kedungsari seperti kegiatan imunisasi
serta vaksinasi pada balita.
3. Pemilihan Kepala Desa apabila dilihat dari sosial budaya masyarakat setempat
masih menggunakan sikap pragmatisme. Hal tersebut dilihat dari masyarakat
yang masih menerima uang dari calon kepala desa untuk medapatkan posisi
tersebut. Masyarakat akan langsung memilih calon kepala desa tanpa
mempertimbangkan program kerja yang akan ditawarkan oleh calon kepala
desa kepada masyarakat.
4. Alokasi anggaran Desa Kedungsari lebih mengedepankan bidang infrastruktur.
Pembangunan infrastruktur tersebut antara lain pembangunan jalan,
pembangunan irigasi dan juga pembangunan terasering untuk menanggulangi
tanah longsor.
B. Lampiran
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mustanir. (2020, July). Sinergitas peran pemerintah desa dan partisipasi masyarakat
terhadap perencanaan pembangunan di Kabupaten Sidenreng Rappang. Journal of
Government Science, Vol 1(2): 84-108.
Anisyah Al Faqir. (2022, Agustus Jum'at). Ini Kondisi Ketersediaan Pangan Indonesia 2022
di Tengah Ancaman Krisis Dunia. Retrieved from merdeka.com:
https://www.merdeka.com/uang/ini-kondisi-ketersediaan-pangan-indonesia-2022-di-
tengah-ancaman-krisis-dunia.html
Ari Sedesa. (2020, September 7). Pengertian Desa Menurut Ahli dan Undang-udang. Diambil
kembali dari sedesa.id: https://sedesa.id/pengertian-desa-menurut-para-ahli-dan-
undang-udang/
Ari Sedesa. (2020, Agustus 28). Potensi Pertanian Desa Di Era Industri 4.0. Retrieved from
sedesa.id: https://sedesa.id/potensi-pertanian-desa-di-era-industri-4-0/
Malik. (2017). Analisis UU No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Lampung Journal of
International Law.
Marry Christiyanto. (2021, July). PENTINGNYA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN
PEMBERDAYAAN. Journal of Tropical AgriFood, ; 3(1): 1-14. Retrieved from
file:///C:/Users/HP/Downloads/Pentingnya_pembangunan_pertanian_dan_pemberday
aan_.pdf
Mukhaelani. (2013, December 30). Pilkades dan Pembelajaran Politik. Retrieved from
grobogan.go.id: https://grobogan.go.id/info/artikel/558-pilkades-dan-pembelajaran-
politik
Murtopo. (2019, Oktober 25). Pilkades Rawan Praktik Politik Uang. Retrieved from
Warkotalive.com: https://wartakota.tribunnews.com/2019/10/25/pilkades-rawan-
praktik-politik-uang
Yugo Phurbojoyo. (2017, May 6). Urban, Suburban, dan Rural. Retrieved from Spaceworks
Incubatorium : http://www.spcwrks.com/2017/05/urban-suburban-dan-rural.html

Undang-Undang
Undang-undang No. 25 Tahun 2009
Undang-undang No. 6 Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai