Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Kebijakan Publik, Vol.13, No.

1, 2022
p-ISSN 1978-0680, e-ISSN 2655-5204
https://jkp.ejournal.unri.ac.id

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MERUMUSKAN


KEBIJAKAN PADA MUSRENBANG KAMPUNG

COMMUNITY PARTICIPATION IN FORMULATING


POLICY ON VILLAGE MUSRENBANG

Hasan Basri1, Hasiun Budi2, Alwin Teniro3*, Subhan AB4, Muhsin Efendi5, Achmad Surya6
1,3,5,
Prodi Ilmu Administrasi Negara, FISIP. Universitas Gajah Putih, Aceh. Indonesia
2,4,6
Prodi Ilmu Komunikasi, FISIP. Universitas Gajah Putih, Aceh. Indonesia
*Koresponden email: alwintenirougp@gmail.com

ABSTRAK
Musyawarah rencana pembangunan merupakan forum publik perencanaan (program) yang diselenggarakan oleh
lembaga publik yaitu pemerintah Kampung bekerjasama dengan warga dan para pemangku kepentingan. Pe-
nyelenggaraan musyawarah salah satu tugas pemerintah kampung untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan. Tujuan Penelitian, untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam merumuskan
kebijakan dalam musyawarah rencana pembangunan kampung Kute Gelime Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh
Tengah. Metode penelitian yang digunakan ialah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan
datanya dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data dilakukan dengan reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian Pengorganisasian musyawarah rencana pemba-
ngunan kampung mulai dari pembentukan Tim Penyelenggara Musyawarah kampung, Tim Pemandu, persiapan
teknis pelaksanaan musyawarah dan kajian Kampung secara partisipatif dan dialogis tidak dilaksanakan secara
optimal. Masyarakat kampung Kute Gelime Kecamatan Ketol, kurang berpartisipasi dalam merumuskan kebijakan
pada musyawarah rencana pembangunan kampung. Ketidak aktif-pan masyarakat untuk berpartisipasi disebabkan
karena faktor internal yang terkait dengan kesadaran akan arti pentingnya partisipasi masyarakat dalam merumuskan
kebijakan pada musyawarah rencana pembangunan kampung dan faktor eksternal kurangnya sosialisasi dari
aparatur pemerintah kampung Kute Gelime, sehingga banyak masyarakat yang tidak paham apa dan mengapa harus
mengikuti musyawarah rencana pembangunan kampung.
Kata kunci: Partisipasi masyarakat; kebijakan; pembangunan; musyawarah

ABSTRACT
Abstract: The development plan deliberation is a public planning forum (program) organized by a public institution,
namely the village government in collaboration with residents and stakeholders. The holding of deliberation is one
of the duties of the village government to carry out government, development and community affairs. The purpose of
the study was to determine community participation in formulating policies in the deliberation of development plans
for Kute Gelime Village, Ketol District. Central Aceh Regency. The research method used is a descriptive method
with a qualitative approach. The data was collected through observation, interviews and documentation. Data
analysis technique is done by data reduction, data presentation and conclusion drawing. The results of the research.
Organizing the village development plan deliberation starting from the formation of the Village Deliberation
Organizing Team, the Guiding Team, technical preparations for the implementation of the participatory and
dialogical village deliberation and study were not carried out optimally. The people of Kute Gelime village, Ketol
sub-district, did not participate in formulating policies in village development planning deliberations. The inactivity
of the community to participate was due to internal factors related to awareness of the importance of community
participation in formulating policies at village development planning deliberation and external factors, the lack of
socialization from the Kute Gelime village government apparatus, so that many people did not understand what and
why to do it. Participate in village development planning deliberation.
Keywords: Society participation; policy; development; discussion

PENDAHULUAN
Pembangunan tidak akan bergerak maju dan pembangunan pemerintah mulai dari taha-
apabila salah satu saja dari tiga komponen tata pan proses, penentuan, dan pelaksanaan ter-
pemerintahan (pemerintah, masyarakat, swasta) masuk masyarakat secara bersama memikirkan
tidak berperan atau berfungsi. Karena itu, mus- bagaimana membiayai dan mengimplementasi-
renbang juga merupakan forum pendidikan warga kan hasil musrenbang. Hal ini biasa terjadi ma-
agar menjadi bagian aktif dari tata pemerintahan nakala benar pemerintah duduk secara bersama

https://jkp.ejournal.unri.ac.id 25
Jurnal Kebijakan Publik, Vol.13, No.1, 2022

dan setara dalam memikirkan pembangunan yang Kebijakan adalah serangkaian tindakan
bertumpu pada kesejahteraan masyarakat ke yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan
depan. Musrenbang kampung merupakan sebuah dilaksanakan oleh seseorang pelaku atau seke-
mekanisme yang benar-benar menjadi wadah lompok pelaku guna memecahkan masalah ter-
dalam mempertemukan apa yang dibutuhkan mas- tentu. Berdasarkan pengertian tentang kebijakan
yarakat kampung dan bagaimana pemerintah yang telah diurai-kan di atas maka dapat di-
kampung merespon hal tersebut. simpulkan bahwasanya kebijakan dapat dilaku-
Apalagi kenyataan yang ada hasil musren- kan secara umum, namun pada kenyataannya
bang kampung bukan menjadi bagian dari amanah lebih sering dan secara luas dipergunakan dalam
yang akan dijalankan tahun berikutnya, akan tindakan-tindakan atau perilaku pemerintah serta
tetapi terlihat dan terasa oleh masyarakat begitu perilaku Negara pada umum-nya yang lebih
banyak program yang terlaksana tanpa melalui dikenal dengan sebutan kebijakan Negara atau
musyawarah atau proses komunikasi antar mas- kebijakan publik (public policy) (Elsi, Bafadhal,
yarakat dan pihak pelaksana. Musyawarah pe- & Ahmad, 2020; Muadi & MH, 2016; Sahli, 2021)
rencanaan pembangunan (musrenbang) kampung Partisipasi masyarakat dimaknai sebagai
adalah forum musyawarah tahunan para pema- keikutsertaan sekelompok anggota masyarakat
ngku Kepentingan (stakeholder) kampung untuk dalam pembangunan diri, kehidupan, dan ling-
menyepakati rencana kegiatan untuk tahun ang- kungan (Mikkelsen, 2003). Makna tersebut sela-
garan berikutnya. Musrenbang kampung dilaku- ras dengan pendapat Isbandi) bahwa partisipasi
kan setiap bulan Januari untuk menyusun rencana masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat
kegiatan tahunan dengan mengacu atau mem- dalam proses pengidentifikasian masalah dan
perhatikan pada rencana pembangunan jangka potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan
pengambilan keputusan tentang alternatif solusi
menengah kampung (RPJMKampung) yang telah
untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya
disusun untuk 5 tahun ke depan.
mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat
Pemerintah Kampung Kute Gelime saat ini
dalam proses mengevaluasi perubahan yang
belum melaksanakan program pemberdayaan
terjadi (Deviyanti, 2013; Wirawan, Mardiyono, &
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat baik
Nurpratiwi, 2015) Partisipasi masyarakat meru-
itu dalam proses pelaksanaan, maupun penga- pakan prakarsa dan swadaya gotong royong yang
wasan pembangunan program-program pember- merupakan ciri khas dari kepribadian bangsa
dayaan yang telah dan sementara dilaksanakan Indonesia. Prakarsa yang berarti kemauan, ke-
oleh Pemerintah Kampung Kute Gelime merupa- hendak atas hasrat, sedang swadaya gotong
kan program-program yang bersifat berkelanjutan royong yang berarti kemampuan, kekeluargaan,
serta meletakkan masyarakat bukan sebagai pe- sehingga perlu diorganisasi (Herman, 2019;
laku utama dari program. Program-program ter- Setiawan, Suwaryo, & Rahmatunnisa, 2020)
sebut untuk mewujudkan kemandirian dan ke- Partisipasi masyarakat dalam pembangu-
sejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. nan sangat diperlukan dalam setiap tahapan pem-
Kesempatan untuk berpartisipasi secara bangunan yang dimulai dari tahap perencanaan,
aktif dalam proses maupun pelaksanaan pemba- tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi (Deviyanti,
ngunan dan juga pelatihan untuk meningkatkan 2013). Hal tersebut karena keberhasilan suatu
pengetahuan dan keterampilan masyarakat kam- program pembangunan bukan hanya berdasar
pung untuk menyongsong masa depan agar lebih pada kemampuan pemerintah, tetapi juga ber-
baik. Program pemberdayaan yang dilaksanakan kaitan dengan partisipasi masyarakat dalam
oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pe- menjalankan program pembangunan. Namun,
merintahan Kampung Kute Gelime, agar dapat masalah yang muncul di kalangan masyarakat
lebih ditekankan pada peningkatan partisipasi yaitu sering dikecewakan oleh program pem-
secara aktif dari masyarakat dalam rangka pe- bangunan sebelumnya, sehingga mereka cen-
ningkatan kesejahteraan mereka, sehingga prog- derung curiga terhadap program pembangunan
ram-program yang dilaksanakan tersebut mendu- selanjutnya (Makhmudi & Muktiali, 2018;
kung tercapainya visi Pemerintah Kampung Kute Manghayu, 2018; Syukron, 2022). Partisipasi
Gelime. Pemberdayaan yang dilakukan adalah masyarakat adalah sebagai bentuk keterlibatan
bagaimana pemerintah kampung dan masyarakat anggota masyarakat dalam seluruh pembangunan
lainnya mampu bersinergi dalam merencanakan yang meliputi kegiatan dalam perencanaan dan
program dan tetap mempertimbangkan nilai-nilai pelaksanaan program pembangunan. Keikutser-
sosial dan kearifan lokal yang sudah ada. taan masyarakat dalam bentuk partisipasi meru-

https://jkp.ejournal.unri.ac.id 26
Jurnal Kebijakan Publik, Vol.13, No.1, 2022

pakan penunjang keberhasilan program yang di seperti buku-buku, jurnal-jurnal penelitian, ma-
berikan oleh pemerintah (Agustin, 2016; Winarni kalah-makalah, majalah, surat kabar, penelitian-
et al., 2019) penelitian sebelumnya maupun data yang telah
Pemerintah menginginkan agar proses disediakan oleh pihak lain yang bersangkutan.
pembangunan digagas dari bawah. Ada beberapa Teknik Pengumpulan Data, Observasi, Wawan-
persoalan yang menyebabkan Musrenbang tidak cara, Studi Dokumentasi, Teknik Analisa Data,
efektif. Pertama, prinsip partisipasi rakyat dalam sedangkan Reduksi Data, Penyajian Data, Me-
proses Musrenbang sangat minim. Kedua, prinsip narik Kesimpulan.
responsive, Musrenbang kurang ditopang oleh
pembangunan organisasi-organisasi rakyat. De- HASIL DAN PEMBAHASAN
mokrasi tidak mungkin berdiri tanpa adanya Untuk menunjang pelaksanaan pemerintah
rakyat yang terorganisir. Ketiga, prinsip holistic, dan pembangunan Kampung, dibutuhkan bantuan
proposal Musrenbang sering disabotase oleh dana dari pemerintah yang saat ini salah satunya
birokrasi korup peninggalan kolonialisme. Dalam berupa Alokasi Dana Kampung (ADK) (Basri,
banyak kasus, proposal Musrenbang dari desa 2021). Fakta membuktikan selama kajian dilaku-
tidak diwakili oleh delegasi yang ditunjuk rakyat. kan, kewenangan dan hak yang dimiliki Kam-
Akan tetapi, pada tingkat desa, forum Musren- pung Kute Gelime untuk mengurus Kampung
bang berpotensi dimajukan oleh gerakan rakyat. sesuai dengan aspirasi warga yang hidup di
Asalkan bisa membangkitkan partisipasi rakyat di kampung, masih bersifat semu dan terdapat
dalamnya, maka forum Musrenbang di tingkat sejumlah permasalahan dalam pelaksanaannya.
lokal bisa menjadi alat untuk memaksa pemerin- Faktanya, aspirasi dan kebutuhan masyarakat
tahan lokal merespon kebutuhan-kebutuhan kampung yang sudah dirumuskan melalui pe-
mendesak rakyat (Salangka, 2020). Proses peren- ngorganisasian musyawarah kampung, tidak
canaan partisipatif merupakan proses perenca- banyak yang diakomodir oleh para pengambil
naan yang mempertemukan mekanisme perenca- kebijakan pada level yang lebih tinggi atau sistem
naan dari pusat (top down) dan perencanaan dari dengan alasan keterbatasan anggaran dan atau
bawah (bottom up) yang diselaraskan melalui usulan dari masyarakat kampung bukan prioritas
musyawarah perencanaan pembangunan (Wartika pembangunan dan tidak sesuai dengan rencana
& Fitriyah, 2017). strategis kabupaten.
Tujuan penelitian adalah untuk meng- Pada pelaksanaannya, pengorganisasian
analisis partisipasi masyarakat dalam merumus- musyawarah kampung seringkali belum men-
kan kebijakan pada Musrenbang Kampung Kute cerminkan semangat musyawarah yang bersifat
Gelime Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh partisipatif dan dialogis, cenderung masih
Tengah. menekankan pada aspek formal administratif da-
lam artian program wajib dilaksanakan. Imple-
mentasi musyawarah kampung Kute Gelime
METODE
Kecamatan Ketol, belum dijadikan ajang de-
Penelitian ini menggunakan pendekatan
mokrasi yang mengakar rumput dan bersahabat
penelitian kualitatif. Pemilihan metode ini di-
bagi warga kampung, terutama kelompok miskin,
dasarkan atas pertimbangan bahwa yang hendak
perempuan dan petani serta golongan marjinal
dicari dalam penelitian ini adalah data yang
lainnya dalam menyuarakan aspirasi dan kebu-
memberikan gambaran dan melukiskan realita
tuhannya. Suara kelompok miskin dan marjinal
sosial yang kompleks menjadi kongkret. Pene-
tersingkir dan tidak menjadi perhatian pada saat
litian menggunakan pendekatan kualitatif ialah
penetapan prioritas program dan kegiatan
mengembangkan pengertian konsep-konsep, yang
pembangunan di kampung. Faktor lain penyebab
pada akhirnya menjadi teori. Tahap ini dikenal
dan kendala yang dapat diidentifikasi antara lain;
dan sebagai ” Grounded theory research”
Eksplorasi kebutuhan di dusun tidak per-
(Moleong, 2018). Metode ilmiah yang dipakai
nah dirumuskan, tidak adanya fasilitator untuk
dalam ilmu tertentu sangat tergantung pada objek
memandu forum-forum perencanaan partisipatif
formal ilmu yang bersangkutan. Sumber data
dan inklusif di tingkat rukun warga dan dusun,
penelitian yang diperoleh peneliti secara lang-
metodologi musyawarah yang tidak sesuai, kurang
sung dari sumbernya. Di sini penulis melakukan
kesediaan media dan kurangnya kapasitas
wawancara dengan reje kampung, aparat dan
lembaga penyelenggara musyawarah. Informasi
masyarakat Kampung Kute Gelime. Sumber data
peserta Musrenbang Kampung yang tentang
dari penelitian ini berasal dari literatur-literatur
proses penyusunan personil Tim Penyelenggara

https://jkp.ejournal.unri.ac.id 27
Jurnal Kebijakan Publik, Vol.13, No.1, 2022

Musyawarah Kampung (TPK), hasilnya adalah jembatan, yang sampai sekarang masih meng-
pra Musrenbang Kampung tidak dilaksanakan. gunakan bambu, tetapi sampai sekarang tidak
Tidak ada pembentukan kelompok kerja. Tidak ditanggapi, padahal jembatan tersebut sangat
ada pelatihan ataupun simulasi musyawarah penting untuk para warga seperti pergi ke pasar,
kampung, dan penyusunan agenda pelaksanaan sekolah, mengaji dan sebagainya”
musrenbang. Dalam hal ini, pemerintah kampung Jika Musyawarah Dusun dilaksanakan,
sesuai dengan instruksi dari kecamatan, telah output yang semestinya dihasilkan adalah:
menyiapkan rancangan program yang akan di- 1. Daftar Kegiatan Prioritas (DKP) yang
biayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja dilaksanakan sendiri oleh Dusun yang akan
Kampung. Untuk menghasilkan perencanaan dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
pembangunan kampung yang optimal, seharus- Dusun (APB-Kampung), serta swadaya gotong-
nya dalam tahap awal, usulan warga dimusya- royong masyarakat dusun.
warahkan dan digelar dalam suatu forum mas- 2. DKP yang akan diusulkan ke kampung untuk
yarakat dusun yang disebut Musyawarah Dusun dibiayai melalui APBK Kabupaten, dan.
(Musdus) dan secara partisipatif dilaksanakan 3. Daftar nama anggota delegasi yang akan
oleh pemangku kepentingan (stakeholders) dusun. membahas hasil Musyawarah Dusun pada
Tujuan penyelenggaraan Musyawarah Du- Musrenbang Kampung.
sun adalah: (1) menampung dan menetapkan Secara teoritis, hal-hal yang seharusnya
kegiatan prioritas sesuai kebutuhan masyarakat dipersiapkan untuk pelaksanaan Musyawarah
yang diperoleh dari musyawarah perencanaan Dusun Kampung Kute Gelime agar optimal
pada tingkat di bawahnya, (2) menetapkan adalah:
kegiatan prioritas Dusun yang akan dibiayai 1. Daftar prioritas masalah pada dusun dan
melalui alokasi dana dusun yang berasal dari kelompok-kelompok masyarakat seperti ke-
APBK Kabupaten Aceh Tengah maupun sumber lompok tani, pendidik, buruh, kalangan pondok
pendanaan lain, (3) menetapkan kegiatan prioritas pesantren, perempuan, pemuda, dan kelompok
yang akan diajukan untuk dibahas pada forum lainnya sesuai dengan kondisi dusun.
Musyawarah Kampung untuk dibiayai melalui 2. Daftar permasalahan Dusun, seperti peta
APBD Kabupaten. Di Kampung Kute Gelime kerawanan, kemiskinan dan pengangguran.
terdapat 3 (tiga) dusun. Ketiga dusun tersebut 3. Dokumen Rencana Pembangunan Jangka
tidak melaksanakan pertemuan Mus-yawarah Menengah (RPJM) Dusun.
Pembangunan Dusun (Musbangdus). Pertemuan 4. Hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan pemba-
tersebut tidak dilakukan berdasarkan kebiasaan, ngunan Dusun pada tahun sebelumnya.
karena rancangan program sudah di-persiapkan Informasi lain dari informan berkenaan
oleh kampung. Alasan lain, jadwal Musrenbang dengan pembentukan Tim Penyelenggara Mus-
Kampung pada tahun 2020 bersamaan dengan renbang (TPM); informan menyatakan pem-
sibuknya aktivitas warga di kebun dan sawah, bentukan TPM merupakan hak prerogatif reje
sehingga penduduk kampung tidak dapat kampung, Penyusunan personil TPM sepenuhnya
melaksanakan pertemuan dusun. Kepala Dusun I ditetapkan oleh reje kampung, hal ini tertuang
mengatakan: “Hambatan yang paling sulit pada dalam Berita Acara Kampung. TPM tidak
saat Musbangdus dan Musren-bang Kampung representatif. Tidak ada keterwakilan perempuan
adalah masalah waktu, sebab warga mempunyai dan keterwakilan elemen warga dalam TPM
kesibukan masing-masing tersebut. Dalam hal pembentukan TPM, warga
Ada pernyataan dari warga yang memberi- dan peserta Musrenbang Kampung mengemuka-
kan kesan kekesalan dalam mengikuti pertemuan, kan pendapatnya sebagai berikut: “Dengan secara
Pengulu Kampung Baru mengemukakan: “Dalam musyawarah dan menunjuk keberwakilan yang
setiap musyawarah kampung kadang-kadang hadir mengerti dan memahami pembentukan panitia
dan terkadang juga tidak hadir, kemudian pada Musyawarah kampung”. “Dikumpulkan dulu atau
saat musyawarah tidak bisa hadir karena ada diundang kampung oleh Reje Kampung yaitu
keperluan yang lain, tetapi saya tahu hasil Pengulu, tokoh masyarakat alim ulama, lalu oleh
musyawarah kampung karena setiap hari selalu ke Reje Kampung pihak Kecamatan, disampaikan
kampung, dengan begitu tahu informasi mengenai pada masyarakat yang diundang oleh kampung,
musyawarah tersebut; tidak ada tim atau tentang musrenbang kampung, lalu menampung
kelompok kerja dalam rapat tersebut, sering masukan dari masyarakat mana saja pemba-
mengikuti rapat kampung, selalu mengajukan ngunan yang perlu dibangun untuk kepentingan
pembangunan Jalan ke kebun penduduk dan

https://jkp.ejournal.unri.ac.id 28
Jurnal Kebijakan Publik, Vol.13, No.1, 2022

masyarakat yang ada di lingkungannya masing- Seperti dikemukakan dalam analisis diatas,
masing setiap dusunnya. disamping pelaksanaan musyawarah Warga secara
Lalu ditampung dan diagendakan, lalu formal tidak dilaksanakan, di Kampung Kute
dibentuk TPM, yaitu ketua, sekretaris, bendahara, Gelime tidak ada agenda penyusunan pelaksanaan
yang diambil dari setiap perwakilan masyarakat. rencana Lokakarya Kampung. Padahal lokakarya
“Diadakan rapat dikantor kampung dengan kampung adalah forum antar delegasi dusun,
undangan tokoh masyarakat dan tokoh pemuda sektor, dan kelompok kepenti-ngan kampung,
sesuai dengan peraturan yang berlaku”, “Yang yang sangat penting untuk input perencanaan
sudah dikerjakan di kampung kami tidak di- kampung berdasarkan kegiatan dan atau bidang
bentuk dulu team penyelenggara Musyawarah, yang dibutuhkan masyarakat kam-pung.
yang diundang pengulu, tokoh-tokoh masyara- Lokakarya Kampung dimaksudkan untuk
kat”. “Dilaksanakan dengan melakukan musya- menganalisis informasi yang ditemukan dalam
warah kampung yang terdiri dari unsur aparat Musyawarah Dusun (Musdus). Tahapan ini me-
kampung dan tokoh masyarakat lainnya, Ikut merlukan kesabaran, kecermatan, kepekaan, daya
berperan aktif menyuarakan suara perempuan” kritis pro-aktif warga untuk menjaga agar apa
Pada hakikatnya Musyawarah Dusun ada- yang menjadi kebutuhan riil warga kampung yang
lah fase kunci dan paling strategis dari seluruh diwakili tiap kelompok agar supaya benar-
tahapan proses perencanaan pembangunan di terakomodir.
kampung. Dari musyawarah dusun inilah sebe- Lokakarya Kampung adalah wadah ber-
narnya berbagai masalah dan potensi masyarakat sama antar pelaku pembangunan di tingkat
paling bawah dapat digali dari sumbernya secara kampung untuk membahas perencanaan tahunan
langsung. Hal yang perlu mendapat perhatian kampung. Lokakarya kampung ini merupakan
serius dalam Musyawarah Dusun adalah penting salah satu bentuk dari fungsi tugas administrator
untuk menjaga akurasi informasi, proporsio- kampung. Handoko mengemukakan “fungsi
nalitas keterlibatan warga, dan tingkat partisipasi administrator berupa pengorganisasian. Pengor-
warga Dusun. Diluar Musyawarah Dusun, dapat ganisasian menurutnya: ”menyangkut penyusu-
dibuka alternatif lain untuk mengeksplorasi nan kegiatan-kegiatan, penataan material maupun
masalah yang dihadapi warga, seperti musya- tenaga kerja/pegawai dalam rangka pencapaian
warah-musyawarah kelompok kepentingan, se- tujuan (Handoko, 2016)
perti kelompok tani, kelompok posyandu, karang Analisis Pembentukan Tim Pemandu atau
taruna, dan lain-lain. Tujuan ruang alternatif ini Kelompok Kerja Musrenbang kampung oleh TPM
dibuka sebagai upaya untuk memastikan bahwa Djohani, menjelaskan “pemandu sering disebut
masalah dan potensi masyarakat kampung tergali sebagai fasilitator, berasal dari kata asilis yang
secara komprehensif. artinya mempermudah. Tugas utama pemandu
Setelah Musyawarah Dusun, tahap se- atau fasilitator Musrenbang Kampung adalah
lanjutnya dalam proses pra musrenbangdes, mempermudah peserta untuk terlibat secara aktif
melaksanakan lokakarya kampung. Lokakarya sehingga Musrenbang bisa berjalan dengan baik,
Kampung adalah serangkaian kegiatan musya- dalam pengertian:
warah untuk menyusun rancangan materi Rencana Proses Musrenbang Kampung benar-benar
Kerja Pembangunan Kampung dengan proses sesuai dengan prinsip-prinsip Musrenbang
pembahasan sebagai berikut: kampung;
Evaluasi terhadap RKP kampung tahun Hasil Musrenbang Kampung benar-benar
berjalan; Melakukan review RPJM kampung merupakan rencana program dan atau kegiatan
rencana kegiatan tahun berkenaan; evaluasi pembangunan kampung untuk meningkatkan
rencana program/kegiatan di kampung pada tahun kesejahteraan masyarakat dan mengutamakan
berjalan melalui analisa RKPK, DU APBK, dan kepentingan kelompok miskin (marjinal).
atau R/APBK; Analisa keadaan darurat/ Hasil kajian di Kampung Kute Gelime
kerawanan; Penyusunan desain kegiatan dan pagu menunjukkan bahwa TPM dalam tugasnya tidak
anggaran dalam matrik rencana program dan membentuk Tim Pemandu/Pokja Musyawarah
kegiatan; serta Menyusun rancangan Peraturan Kampung. Agenda yang sangat penting dan
Reje Kampung tentang RKP Kampung. menentukan kualitas Musrenbang diabaikan.
Peserta lokakarya adalah seluruh anggota Informan mengemukakan pendapatnya tentang
Pokja (Tim), delegasi dusun, dan unsur masya- tim pemandu/ kelompok kerja ini. Menurut
rakat lain yang dianggap kompeten, serta dapat warga/informan: “semestinya ada, tim pemandu
mengundang narasumber sesuai kebutuhan. akan memperlengkapi TPM dan pembentukannya

https://jkp.ejournal.unri.ac.id 29
Jurnal Kebijakan Publik, Vol.13, No.1, 2022

harus lengkap dari semua unsur/bidang yang ada musyawarah Kampung (Musrenbang), tetapi
di masyarakat dan pemilihannya harus demo- merupakan proses tersendiri dalam suatu forum
kratis. Keterwakilan perempuan sangat penting, perencanaan. Temuan di lapangan menun-jukkan
sangat dibutuhkan untuk mewakili keterwakilan bahwa masyarakat enggan berpartisipasi dalam
perempuan di masing-masing kampung. Tim kegiatan hasil Musrenbang Kampung, tetapi akan
pemandu sangat diperlukan dalam Musrenbang lebih bersemangat berpartisipasi dalam Program
Kampung. Peningkatan Infrastruktur Per-kampungan. Warga
Kriteria untuk menyusun personil tim dan peserta Musrenbang Kampung mengungkap-
pemandu harus lengkap dari semua unsur yang di kan bahwa keputusan yang telah ditetapkan dalam
masyarakat dan pemilihannya harus demokratis Musrenbang Kampung, tidak ada kejelasan ang-
keterwakilan dari perempuan sangat penting. garan yang bakal diterima kampung.
Kalau semua yang ada di dalam masyarakat dapat Sebaliknya Program Peningkatan Infra-
dikoordinasikan maka diharapkan segala kepenti- struktur Perkampungan, yang sudah berjalan sejak
ngan di masyarakat kampung terpenuhi. Sangat 2004 hingga sekarang, tampak lebih partisipatif
baik sekali jika diadakan musyawarah, supaya dan bergairah karena proyek ini mampu me-
masyarakat dapat memahaminya. Sangat mem- mastikan pagu anggaran yang akan diperoleh oleh
bantu sekali jika perempuan diikutsertakan, Kampung. Peserta Musrenbang Kampung Kute
masyarakat dan pemuda diikut sertakan dalam tim Gelime tidak mampu mengidentifikasi perkem-
pemandu atau gugus tugas, Kriteria untuk bangan peta masalah serta solusi untuk formulasi
menyusun personil tim pemandu menurut saya, kebutuhan warga dan masalah dasar yang di-
semua elemen masyarakat terakomodir di dalam hadapi warga kampung, kajian cenderung pe-
tim ini baik dari sisi ketokohan, profesi, jabatan ngulangan dan masih tetap sama dengan kajian
dalam masyarakat dan dedikasinya yang peduli yang sudah dilakukan tahun sebelumnya. Peserta
terhadap pembangunan kampungnya, setiap pe- Musrenbang kampung tidak mampu mengkaji
mikiran harus demokratis. substansi isu internal dan eksternal kampung yang
Selama ini keputusan dari kampung jika ada relevan karena tingkat pendidikan peserta
pemberitahuan dari Kepala Dusun, saya selalu sebagian besar lebih dominan lulusan Sekolah
memahami dan menaatinya, tim pemandu apapun Dasar (SD) sehingga data dan informasi yang
sebenarnya saya tidak tahu dalam TPM, tapi tersusun tidak optimal. Di samping itu, warga
memantau kegiatannya. Contoh PAUD berjalan kampung yang mengikuti atau terlibat untuk
lancar, semua elemen masyarakat de-ngan adanya pengambilan keputusan dalam Musrenbang Kam-
tim pemandu dalam kegiatannya akan selalu pung, dilihat dari jenis pekerjaan dan keber-
mengikuti apa yang diperintahkan. Hal lainnya, wakilan sangat lemah.
proses partisipasi dan dialogis dalam perencanaan Sebagai akibat dari kelemahan-kelemahan
di Musrenbang di Kampung Kute Gelime me- yang terjadi dalam proses Musrenbang Kampung
nghadapi distorsi dari proyek-proyek tambahan Kute Gelime, maka inti entry point dari mus-
dari sektoral, apakah itu dekonsentrasi maupun renbang yang sebenarnya yaitu partisipasi aktif
tugas pembantuan, misalnya Program Peningkatan warga dan dialogis tidak terjadi, proses mus-
Infrastruktur Perkampungan dari Kementerian renbang masih terjebak dengan aktivitas sere-
Pekerjaan Umum dan Kementerian Pembangunan monial yang separuh atau sebagian besar dari
Daerah Tertinggal. Program Peningkatan Infra- waktunya diisi dengan sambutan-sambutan atau
struktur Perkampungan adalah: pidato-pidato dari Petugas Kecamatan, Reje
1. Peningkatan infrastruktur yang mendukung Kampung, Perangkat Kampung, Ketua RGM dan
aksesibilitas, yaitu: jalan dan jembatan per- Aparat Sektoral dan didominasi oleh segelintir
kampungan; orang yang aktif saja. Semata-mata proses
2. Peningkatan infrastruktur yang mendukung Musrenbang Kampung menjadi ajang keberla-
produksi pangan, yaitu: irigasi perkampungan; ngsungan musrenbang kampung sebelumnya.
3. Peningkatan infrastruktur yang mendukung Dengan kata lain, hanya berubah jilid, substansi
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, yaitu: kajian masih sama.
penyediaan air minum, dan sanitasi perkam- Proses perencanaan partisipatif dari bawah
pungan. yang bekerja dalam wilayah yang luas, kondisi
Kegiatan ini dilakukan dapat berbentuk satu sosial yang segmented dan struktur pemerintahan
infrastruktur atau lebih serta dapat dilak-sanakan yang bertingkat-tingkat, cenderung menimbulkan
secara terpadu. Program ini adalah proyek yang jebakan proseduralisme dan kesulitan repre-
tidak menyatu atau terintegrasi dengan sentasi. Dalam proses partisipasi, kelompok-

https://jkp.ejournal.unri.ac.id 30
Jurnal Kebijakan Publik, Vol.13, No.1, 2022

kelompok marginal dan perempuan yang hidup di sangat membahayakan, apalagi dalam guyuran
kampung sangat kurang terwakili dalam peren- hujan yang terus-menerus akan mempercepat
canaan daerah. Selain itu perencanaan partisipatif terjadinya rusaknya jalan yang telah dilakukan
yang bertingkat dari bawah memang tidak pengerasan. Hal ini diperkuat oleh Banta. Pertama,
dihayati dan dilaksanakan secara otentik dan bahwa jalan Blang Mancung dengan Kute Gelime
bermakna atau murni dan konsekuen, melainkan masih dalam tahap perehaban. Banta Kampung
hanya prosedur yang harus dilewati (Ridwan, Kute Gelime menjelaskan, bahwa hasil keputusan
2013). Pendapat warga dan peserta Musrenbang musrenbang yang telah ditandangani oleh Camat
Kampung tentang cara melakukan kajian
Kecamatan Ketol, untuk tahun, yang artinya
kampung secara partisipatif dan dialogis di
kampungnya, antara lain dikemukakan oleh Husni: didanai oleh APBK Kabupaten dan menjadi pagu
“untuk mengetahui kondisi permasalahan dan dalam, belum terealisasi.
potensi wilayah harus melalui pencatatan, diteliti Apalagi keputusan internal kampung, yang
dan diusulkan, data dan informasi disusun untuk jika diidentifikasi, usulan program yang disodor-
dimusyawahkan dalam musyawarah Bahari, me- kan warga sangat banyak dan beragam, dampak
ngemukakan pendapatnya tentang RPJM Kam- kritis yang terjadi, kebutuhan-kebutuhan warga
pung: Belum ada kaji ulang RPJM Kampung tersebut tidak terpenuhi, mengingat dana yang
tahun lalu, program atau kegiatan yang di- sangat terbatas. Hal ini menurut banta, acap kali
tetapkan sebagian besar belum terealisir, RPJM menimbulkan konflik dan kesalahpahaman atas
Kampung hanya lanjutan dari tahun lalu yang usulan dan permasalahan yang tidak terelisasikan
programnya belum terealisasi. Ada beberapa tersebut. Keterbatasan atas dana itulah sebenar-
program yang sudah disepakati pada musrenbang nya yang menjadi sumber masalah di Kampung
tahun sebelumnya pada saat realisasi tidak sesuai Kute Gelime. Keterlibatan warga sebenarnya
dengan apa yang telah disepakati. sangat baik, antusias dan aktif. Menurutnya
Kebutuhan mendesak yang diperlukan
partisipasi tidak selalu harus dengan mengikuti
masyarakat dan mendesak adalah: (1) sarana
musrenbang kampung, usulan kegiatan dan prog-
pendidikan berupa renovasi SD, Madrasah, Balai
ram yang bermanfaat bagi warga kampung dapat
Latihan Kerja, (2) sarana umum berupa jalan
kampung, gorong-gorong, (3) sarana kesehatan diajukan secara tertulis dan direncanakan untuk
antara lain MCK, Posyandu, dan (4) bidang kepentingan masyarakat Kampung Kute Gelime.
ekonomi antara lain modal usaha kecil. Salah
seorang informan, Yayan Kosani menyikapi SIMPULAN
warga yang berpendidikan tinggi, tetapi tidak Masyarakat kampung Kute Gelime Keca-
pernah hadir dalam pertemuan yang diseleng- matan Ketol Kabupaten Aceh Tengah, kurang
garakan Kantor Kampung Kute Gelime, pen- berpartisipasi dalam merumuskan kebijakan pada
dapatnya adalah: “Masalahnya mereka bekerja di musrenbang kampung. Ketidakaktifpan masya-
perkantoran sehingga sulit dihubungi, tetapi baik rakat untuk berpartisipasi disebabkan karena
dan antusias, mereka cukup berpartisipasi. faktor internal yang terkait dengan kesadaran akan
Sebagai prosedur formal, perencanaan dari arti pentingnya partisipasi masyarakat dalam
bawah sebenarnya hanya sebagai alat justifikasi merumuskan kebijakan pada musrenbang kam-
untuk menunjukkan kepada publik bahwa peren- pung dan faktor eksternal kurangnya sosialisasi
canaan pembangunan yang dilalui oleh peme- dari aparatur pemerintah kampung Kute Gelime,
rintah kabupaten telah berangkat dari bawah (dari
sehingga banyak masyarakat yang tidak paham
Kampung) dan melibatkan partisipasi masyarakat.
apa dan mengapa harus mengikuti musrenbang
Yang terjadi sebenarnya adalah perencanaan yang
tidak naik ke kabupaten, dan program-program kampung.
kabupaten yang turun ke kampung ternyata juga Pengorganisasian musyawarah rencana pem-
tidak mengalami pemerataan. bangunan kampung mulai dari pembentukan
Banyak masyarakat kampung yang kecewa TPM kampung, tim pemandu/kelompok kerja,
karena setiap tahun membuat perencanaan tetapi persiapan teknis pelaksanaan musyawarah dan
ternyata programnya tidak turun. Ungkapan ke- kajian kampung secara partisipasif dan dialogis
kecewaan ini diungkapkan oleh Agus Rosid, yang tidak dilaksanakan secara optimal. Pembentukan
mengatakan, jalan yang menghubungkan Blang TPM ditentukan oleh Reje Kampung sehingga
Mancung dengan Kute Gelime kondisinya saat ini para pengulu yang ada di Kampung Kute Gelime

https://jkp.ejournal.unri.ac.id 31
Jurnal Kebijakan Publik, Vol.13, No.1, 2022

berpendapat tidak perlu melaksanakan pertemuan 14710/jpk.6.2.108


awal musyawarah pembangunan dusun. Manghayu, A. (2018). Perencanaan pembangunan
partisipatif dalam penerapan e-musrenbang.
Ucapan Terima Kasih Jurnal Manajemen Pembangunan, 5(5), 95–
Ucapan terima kasih terutama ditujukan kepada 115.
kolega atau rekan-rekan Fisipol Universitas Gajah Moleong, L. (2018). Metodologi penelitian
Putih dan trima kasih banyak kepada jurnal Kebijakan kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Publik Universitas Riau yang telah menerima artikel Muadi, S., & MH, I. (2016). Konsep Dan Kajian
dan publish pada jurnal JKP Teori Perumusan Kebijakan Publik. JRP
(Jurnal Review Politik), 6(2), 195–224.
DAFTAR PUSTAKA Retrieved from
Agustin, M. (2016). Partisipasi Masyarakat dalam http://jurnalfuf.uinsby.ac.id/index.php/JRP/a
Perencanaan Pembangunan Desa Melalui rticle/view/1078
Musrenbang(Studi Kasus Pada Ridwan. (2013). Perencanaan Partisipatif.
Pembangunan Japordes Desa Tunggunjagir Surabaya: CV. R.A.De.Rozarie.
Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan. Sahli, M. (2021). Implementasi Kebijakan
Publika, 4(1), 1689–1699. Pariwisata Halal Menuju Ekosistem Wisata
Akadun. (2011). Revitalisasi Forum Musrenbang Ramah Muslim. Jurnal Kebijakan Publik,
sebagai Wahana Partisipasi Masyarakat 12(2), 81–86. Retrieved from
dalam Perencanaan Pembangunan Daerah. https://jkp.ejournal.unri.ac.id/index.php/JKP/
Mimbar, XXVII(2), 183–191. article/view/7934
Basri, H. (2021). Profesionalitas Dan Salangka, W. P. R. (2020). Partisipasi Masyarakat
Akuntabilitas Aparatur Dalam Pelaksanaan Dalam Musrenbang Di Desa Malola
Alokasi Dana Kampung. Jurnal Kebijakan Kecamatan Kumelembuai Kabupaten
Publik, 12(1), 11–18. Retrieved from Minahasa Selatan. Jurnal Politico, 9(3).
https://jkp.ejournal.unri.ac.id/index.php/JKP/ Setiawan, A., Suwaryo, U., & Rahmatunnisa, M.
article/view/7928 (2020). Partisipasi Masyarakat Dalam
Deviyanti, D. (2013). Studi Tentang Partisipasi Perencanaan Pembangunan Desa Di
Masyarakat Dalam Pembangunan di Kabupaten Bandung. Jurnal Academia Praja,
Kelurahan Karangjati Kecamatan 3(2), 251–270.
Balikpapan Tengah. EJournal Administrasi https://doi.org/10.36859/jap.v3i2.197
Negara, 1(2), 27. Retrieved from Syukron, M. A. (2022). Community Participation
https://ejournal.ap.fisip-unmul.ac.id/site/wp- in Policy Implementation Green Open
content/uploads/2013/05/JURNAL DEA Spaces of Kampung City Settlement.
(05-24-13-09-02-30).pdf Budapest International Research and Critics
Elsi, S. D., Bafadhal, F., & Ahmad, R. (2020). Institute-Journal, 5(1), 3189–3202.
Inovasi Kebijakan Publik Dalam https://doi.org/https://doi.org/10.33258/birci.
Pengembangan Badan Usaha Milik Desa. v5i1.3975
Jurnal Kebijakan Publik, 11(2), 71. Wartika, I., & Fitriyah, Z. (2017). Peran
https://doi.org/10.31258/jkp.11.2.p.71-76 Pemerintah Dan Partisipasi Masyarakat
Handoko, H. (2016). Manajemen. Yogyakarta: Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah.
BPFE. Neo Bis, 1(1), 28–40. Retrieved from
Herman. (2019). Tingkat Partisipasi Masyarakat http://journal.trunojoyo.ac.id/neo-
Dalam Perencanaan Pembangunan Desa bis/article/view/2952
Ulidang Kecamatan Tammerodo Kabupaten Winardi. (2010). Asas-asas Manajemen. Jakarta:
Majene. GROWTH Jurnal Ilmiah Ekonomi Mandar Maju.
Pembangunan, 1(1), 78. Winarni, E., Ahmad, A. A., & Suharno, S. (2019).
Makhmudi, P. D., & Muktiali, M. (2018). Community Participation of Development
Prasarana Lingkungan Pada Program Planning in Purbalingga Regency. Icore,
Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis 5(1), 571–576.
Komunitas (PLPBK) di Kelurahan Wirawan, R., Mardiyono, & Nurpratiwi, R. (2015).
Tambakrejo, Kota Semarang Dyah Putri Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan
Makhmudi*, Mohammad Muktiali, 6 Pembangunan Daerah. JISIP: Jurnal Ilmu
(September), 108–117. https://doi.org/10. Sosial Dan Ilmu Politik, 4(2), 1–87.

https://jkp.ejournal.unri.ac.id 32

Anda mungkin juga menyukai