Anda di halaman 1dari 16

Aspirasi, Jurnal S1 Ilmu Politik Volume 1 Nomor 1, Agustus 2013

http://jurmafis.untan.ac.id ; http://jurnalmhsfisipuntan.co.nr

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT


DALAM MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI KECAMATAN
PONTIANAK TENGGARA KOTA PONTIANAK TAHUN 2013

Slamet Hariyanto
NIM: E 02110070

Program Studi Ilmu Politik


Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Tanjungpura
Pontianak
Email: slamethariyanto315@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penulisan jurnal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman mengenai partisipasi masyarakat dalam
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Kecamatan Pontianak Tenggara tahun 2013.
Permasalahan mengenai hambatan partisipasi masyarakat dalam penyusunan perencanaan pembangunan ini cukup
menarik untuk diteliti karena masih banyaknya hambatan yang ditemukan dalam penyusunan program
pembangunan khususnya di Kecamatan Pontianak Tenggara. Melalui penulisan jurnal ini juga dimaksud, agar
hambatan dalam penyusunan perencanaan pembangunan tersebut dapat diatasi dan mendapatkan solusi, sehingga
perencanaan pembangunan benar-benar merupakan kebutuhan masyarakat dan akan dapat, terakomodasi dan
direalisasikan. Hambatan partisipasi masyarakat dalam penyusunan program Musrenbang meliputi tiga ialah
hambatan struktural, hambatan administratif, dan hambatan sosial. Hambatan strukturalnya ialah pertama,
implementasi UU No 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional belum mampu
diimplementasikan secara baik, kedua, pengambilan keputusan masih terpusat di pemerintahan, hambatan
administratifnya ialah pertama, sistem informasi Musrenbang belum baik, kedua, rendahnya pemahaman dan
pengetahuan masyarakat dalam menyusun skala prioritas pembangunan, dan hambatan sosialnya ialah pertama
pengalaman sejarah Musrenbang yang menimbulkan kekecewaan masyarakat karena banyak usulan yang berkali-
kali diusulkan tidak terealisasi, kedua hambatan disebabkan oleh kesenjangan sosial antara golongan kaya dan
miskin. sehingga dapat diketahui masing-masing permasalahan yang menjadi faktor penghambat masyarakat dalam
penyusunan program Musrenbang.

Kata Kunci : Partisipasi, Perencanaan, Pembangunan, Program.

ABSTRACT

process of writing a journal is intended to provide an understanding of community participation in development


planning meeting ( Musrenbang ) in the subdistrict of South East Pontianak in 2013. Issues regarding barriers to
participation in the community development planning is quite interesting to study because there are many obstacles
that are found in the preparation of development programs, especially in the subdistrict of South East Pontianak.
through journal writing is also intended that barriers the development planning can overcome and get a solution, so
that development planning is really a need for the community and will be, accommodated and realized. Barriers to
participation in the program arranging is Musrenbang includes three structural barriers, administrative barriers, and
social barriers. The first is the structural barriers, the implementati on of Law No. 25 of 2004 concerning the
national development planning system has not been able to be implemented well, second, decision-making is
centralized in the government, administrative barriers are the first administrative barriers, information systems
Slamet Hariyanto 1
Ilmu Politik FISIP Universitas Tanjungpura
Aspirasi, Jurnal S1 Ilmu Politik Volume 1 Nomor 1, Agustus 2013
http://jurmafis.untan.ac.id ; http://jurnalmhsfisipuntan.co.nr

planning forums yet either, both, lack of understanding and knowledge in the community formulate development
priorities, and social barriers is the first experience of the history of community planning forums that lead to
disappointment because many proposals are proposed many times not realized, second, the barriers caused by social
gap between the rich and poor. so that it can be seen that each issue is a barrier in the community in the preparation
of program planning forums .

Keywords : Participation, Planning, Development, Program .

Slamet Hariyanto 2
Ilmu Politik FISIP Universitas Tanjungpura
Aspirasi, Jurnal S1 Ilmu Politik Volume 1 Nomor 1, Agustus 2013
http://jurmafis.untan.ac.id ; http://jurnalmhsfisipuntan.co.nr

A. PENDAHULUAN masyarakat sangat diperlukan dalam menyusun


perencanaan pembangunan karena partisipasi akan
Partisipasi masyarakat dalam suatu negara mempengaruhi keberhasilan suatu pembangunan.
sangat dibutuhkan karena upaya membangun tidak Partisipasi khususnya dalam perencanaan sangat
cukup dilakukan oleh penguasa negara atau pejabat diperlukan baik untuk memberikan informasi
pemerintahan, tetapi negara membutuhkan mengenai permasalahan yang dihadapi maupun
keikutsertaan atau partisipasi masyarakat dalam untuk memberikan sumbangan pemikiran.
program-program atau kegiatan-kegiatan Musyawarah perencanaan pembangunan
pembangunan yang akan dilaksanakan oleh kecamatan seperti yang diungkapkan oleh kepala
pemerintah. Program pembangunan yang akan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
dilaksanakan oleh pemerintah perlu mendapatkan (Bappeda) Kota Pontianak dalam buku pedoman
dukungan penuh dalam pelaksanaannya. Program- pelaksanaan Musrenbang Kecamatan tahun 2013,
program pembangunan yang akan dilaksanakan bertujuan untuk: (1) menyepakati prioritas program/
akan sulit direalisasikan dengan baik apabila kegiatan pembangunan di wilayah kecamatan (2)
program-program tersebut tidak disusun atas menyepakati tim delegasi kecamatan yang akan
aspirasi masyarakat melalui keikutsertaan mewakili wilayah kecamatan dalam forum Satuan
masyarakat dalam penyusunan program tersebut. Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Ada tiga bidang
Partisipasi menjadi sangat penting yang dibicarakan di dalam Musrenbang ialah bidang
kedudukannya dalam menyusun perencanaan, ekonomi, sosial budaya, dan fisik dan prasarana.
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi program. Masing-masing akan dibahas sesuai dengan
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan bidangnya. Musrenbang ini dilakukan secara
merupakan hal yang utama karena perencanaan bertahap mulai dari Musrenbang tingkat kelurahan,
merupakan tahap awal dalam proses pembangunan. kecamatan, kota, provinsi, sampai pada nasional.
Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam Musrenbang tingkat bawah (kecamatan) merupakan
perencanaan program agar program yang disusun Musrenbang yang penting untuk diteliti karena pada
dapat mengakomodasi segala kebutuhan dan tingkat ini masih melibatkan sebagian besar
permasalahan masyarakat. Program pembangunan masyarakat dari bawah.
yang disusun hendaknya berdasarkan keinginan Pelaksanaan Musrenbang di kecamatan
masyarakat bukan berdasarkan kelompok tertentu. Pontianak Tenggara, Kota Pontianak tahun 2013
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang untuk tahun anggaran 2014 masih menghadapi
sistem perencanaan pembangunan nasional kendala dalam pelaksanaanya ialah respon
mengamanatkan bahwa setiap daerah harus masyarakat yang masih kurang untuk menggali
menyusun rencana pembangunan daerah secara potensi yang menjadi skala prioritas di tingkat
sistematis, terarah, terpadu dengan jenjang kelurahan sehingga berakibat dalam penyusunan
perencanaan jangka panjang (25 tahun), jangka materi untuk kegiatan Musrenbang ditingkat
menengah (5 tahun) maupun jangka pendek atau kecamatan. Permasalahan lain yang dihadapi dalam
tahunan (1 tahun). Musyawarah Perencanana pelaksanaan Musrenbang Kecamatan ialah pada
Pembangunan (Musrenbang) dalam hal ini Musrenbang tingkat bawah (kelurahan dan
mengisyaratkan masyarakat untuk terlibat langsung kecamatan) masyarakat tidak mendapatkan
dalam merumuskan, menyusun, dan menyepakati informasi mengenai usulan mereka ditahun
dokumen rencana pembangunan tahunan. sebelumnya yang disetujui atau dianggarkan dalam
Perencanaan pembangunan akan membuat anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)
pembangunan yang dilakukan akan lebih terarah, Kota.
logis, efektif dan efesien. Data yang didapat dari Kecamatan Pontianak
Musyawarah perencanaan pembangunan Tenggara, Kota Pontianak berdasarkan laporan
(Musrenbang) merupakan salah satu wujud dari pertanggungjawaban Musrenbang Kecamatan
partisipasi politik. Partisipasi politik secara umum Pontianak Tenggara tahun 2013 menyatakan
merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok Musyawarah perencanaan pembangunan di
orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan kecamatan Pontianak Tenggara, Kota Pontianak
politik (Miriam Budiardjo 2013:367). Partisipasi tahun 2013 untuk anggaran tahun 2014
Slamet Hariyanto 3
Ilmu Politik FISIP Universitas Tanjungpura
Aspirasi, Jurnal S1 Ilmu Politik Volume 1 Nomor 1, Agustus 2013
http://jurmafis.untan.ac.id ; http://jurnalmhsfisipuntan.co.nr

dilaksanakan pada Rabu, 20 Februari 2013. masyarakat serta tidak mampu membawa
Musrenbang di kecamatan Pontianak Tenggara, masyarakat dalam kesejahteraan. Berdasarkan pada
Kota Pontianak dilakukan selama dua hari. Data permasalahan diatas sehingga peneliti merasa perlu
yang didapat oleh peneliti dari kantor camat untuk melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat
Pontianak Tenggara, Kota Pontianak tahun 2013 Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah
menunjukan bahwa jumlah peserta yang diundang Perencanaan Pembangunan Di Kecamatan
dalam Musrenbang di kecamatan Pontianak Pontianak Tenggara Kota Pontianak Tahun 2013”
Tenggara, Kota Pontianak meningkat setiap sebagai judul penelitian.
tahunnya, tetapi jumlah yang hadir menurun.
Musrenbang tahun 2012 jumlah yang diundang B. TINJAUAN PUSTAKA
sebanyak 114 orang dan yang hadir pada hari
pertama sebanyak 100 orang atau sekitar 87,7%, Konsep partisipasi dalam perkembangannya
hari kedua yang hadir sebanyak 109 orang atau memiliki pengertian yang beragam walaupun
sekitar 95,6. Musrenbang tahun 2013, jumlah yang dalam beberapa hal ia memiliki kesamaan.
diundang sebanyak 198 orang dan yang hadir pada Partisipasi dari asal katanya berasal dari bahasa
hari pertama sebanyak 158 orang atau sekitar latin ialah partisipare yang mempunyai arti bagian
79,7%, dihari kedua yang hadir sebanyak 44 orang atau turut serta. Menurut White dalam Safi’I
atau hanya sekitar 22,2 % saja tingkat (2008:74) partisipsi adalah keterlibatan komunitas
kehadirannya. Musrenbang tahun 2013 jumlah setempat secara aktif dalam pengambilan
yang hadir sangat jauh dari yang diharapkan, keputusan atau pelaksanaan proyek-proyek
kehadiran hanya sekitar 22,2% saja, padahal hari pembangunan.
kedua merupakan hari yang sangat penting ialah Menurut Valderama dalam Tjiptoamoko
pembahasan masing-masing bidang, seperti yang (1995:46) ada tiga tradisi dalam pembangunan
telah dibagi pada hari pertama. Hari kedua itulah yang demokrasi ialah: pertama partisipasi politik
pengambilan keputusan dilakukan dalam ialah partisipasi dalam proses politik dengan
Musrenbang ialah penentuan program prioritas melibatkan individu/kelompok politik dengan
pembangunan, dalam hal ini belum ada penegasan negara, misalnya pemungutan suara, protes, dengan
berupa sanksi bagi wilayah daerah yang belum tujuan mempengaruhi wakil-wakil pemerintah,
secara partisipatif melibatkan masyarakat dalam kedua partisipasi sosial diartikan sebagai
menyusun perencanaan pembangunan. keterlibatan masyarakat yang dipandang sebagai
Badan perencanaan Pembangunan Daerah pewaris pembangunan atau pengambilan keputusan
(Bappeda) yang memiliki tanggung jawab besar disemua tahap pembangunan, dalam hal ini
atas pembangunan, harus dapat menjamin partisipasi ditempatkan diluar lembaga formal
keikutsertaan masyarakat dalam penyusunan pemerintah. Ketiga partisipasi warga diartikan
perencanaan pembangunan secara optimal. sebagai kepedulian dengan keikutsertaan warga
Forum Musrenbang yang belum memberikan dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan
waktu yang cukup kepada masyarakat untuk keputusan.
mengakomodasi kapentingan mereka, kondisi yang Menurut Kumorotomo dalam Diana, (2007:24)
terbangun belum mampu membuat masyarakat secara umum corak partisipasi warga dapat
merasa memiliki andil dalam forum tersebut, serta dibedakan menjadi empat macam yakni partisipasi
keterbatasan kesempatan yang diberikan kepada dalam penelitian, partisipasi kelompok, kontak
masyarakat dalam menyampaikan pandangan- antar warga Negara dengan pemerintah seperti
pandangan atau masukan-masukan. Hal ini apabila melalui telepon, surat atau pertemuan-pertemuan
dibiarkan secara terus-menerus dikhawatirkan akan baik tingkat desa hingga tingkat yang paling tinggi,
menimbulkan sikap apatis di dalam masyarakat, dan partisipasi warga Negara secara langsung
dan masyakat pun semakin tidak sadar akan dalam pembuatan kebijakan.
perannya sebagai subjek pembangunan, pada Menurut Tim Peneliti FIKB dalam Thoha
akhirnya perencanaan pembangunan belum efektif (1983:6) berdasarkan sifatnya partisipasi dapat
dalam mengakomodasi segala kebutuhan dan dibedakan menjadi dua ialah: (1) partisipasi
menjawab segala persoalan mendasar dalam otonom atau mandiri ialah suatu bentuk partisipasi
Slamet Hariyanto 4
Ilmu Politik FISIP Universitas Tanjungpura
Aspirasi, Jurnal S1 Ilmu Politik Volume 1 Nomor 1, Agustus 2013
http://jurmafis.untan.ac.id ; http://jurnalmhsfisipuntan.co.nr

yang lahir dari kesadaran masyarakat untuk 1. Masyarakat, bukan pemerintah yang paling
mempengaruhi kebijakan publik, (2) partisipasi mengerti tentang apa yang terbaik buat
mobilisasi termasuk di dalamnya mobilisasi mereka.
seremonial ialah bentuk partisipasi yang digerakan 2. Masyarakat berhak ikut serta dalam
oleh orang atau kelompok tertentu. Ndraha perumusan setiap kebijakan publik yang pasti
(1990:130) mengatakan partisipasi masyarakat akan mempengaruhi kehidupan mereka.
dalam pembangunan dapat dilihat dari berbagai Selain itu Conyers (1991: 154-155) juga
macam bentuk antara lain partisipasi dalam mengatakan bahwa ada tiga alasan utama
perencanaan, partisipasi dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat mempunyai sifat yang
operasional pembangunan, partisipasi dalam sangat penting ialah:
menilai dan evaluasi terhadap pembangunan, a. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat
namun dalam penelitian ini peneliti membatasi guna memperoleh informasi mengenai kondisi,
permasalahan hanya pada partisipasi dalam kebutuhan dan sikap masyarakat setempat,
perencanaan. Dalam hal ini berarti masyarakat yang tanpa kehadirannya program
turut berpartisipasi dalam perencanaan ialah turut pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.
menyumbangkan aspirasinya, pemikirannya dalam b. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek
menentukan prioritas pembangunan. atau program pembangunan jika merasa
Menurut Ida (2002:23) kontribusi masyarakat dilibatkan dalam proses persiapan dan
dalam mewujudkan partisipasi memiliki empat perencanaan, karena mereka akan lebih
unsur utama ialah: mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan
a. Ada inisiatif dari masyarakat. akan mempunyai rasa memiliki terhadap
b. Ada usaha-usaha yang terorganisir. proyek tersebut.
c. Adanya sumber daya yang harus c. Timbul anggapan bahwa keikutsertaan
dipertahankan. masyarakat merupakan hak demokrasi.
d. Adanya upaya untuk mengontrol kebijakan Perencanaan secara umum berasal dari kata
pemerintah. rencana yang berarti rancangan atau rangka sesuatu
Oakley (1991:11-14) mengatakan faktor yang akan dikerjakan. Menurut Tjokroamidjojo
penghambat partisipasi masyarakat dalam (1996:12) perencanaan adalah suatu cara bagimana
pembangunan dapat dikelompokan dalam tiga mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum
kategori ialah: pertama, hambatan struktural ialah output) dengan sumber-sumber yang ada supaya
hambatan yang dipengaruhi oleh lingkungan lebih efesien dan efektif. Beliau juga mengatakan
politik, terutama terjadi di negara-negara yang bahwa perencanaan adalah penentuan tujuan yang
sistem politiknya cenderung sentralisasi dengan akan dicapai atau yg akan dilakukan, bagaimana,
mekanisme pembuatan rencana, penentuan arah, bilamana, dan oleh siapa. Perencanaan menurut
dan pengambilan keputusan ada pada pemerintah. Kunarjo (2001:14) secara umum perencanaan
Kedua, hambatan administratif ialah sistem merupakan proses penyiapan seperangkat keputusan
administrasi yang menguasai pengendalian untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang
pengambilan keputusan, alokasi sumber, informasi yang diarahkan pada pencapaian sasaran tertentu.
dan pengetahuan yang diperlukan masyarakat Conyers dan Hill dalam Winarso (2002:34)
untuk dapat berperan dalam pembangunan secara mengartikan perencanaan adalah suatu proses yang
efektif. Ketiga, hambatan sosial ialah hambatan ini bersinambungan yang mencangkup keputusan-
erat kaitannya dengan mental sebagai akibat dari keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif
pengalaman sejarah seperti kesenjangan sosial, penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-
ketimpangan gender, pembiasaan untuk hanya tujuan tertentu pada masa yang akan datang.
melaksanakan inisiatif atasan, dan tidak pernah Waterston yang dikutip Conyers (1991:4)
kreatif dalam membuat keputusan. mengatakan pada hakikatnya perencanaan adalah
Ramlan Subarki yang dikutip oleh Tim Peneliti usaha yang secara sadar, terorganisasi dan terus
FIKB (2002:101) mengatakan bahwa pentingnya menerus dilakukan guna memilih alternatif yang
partisipasi masyarakat adalah karena: terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai
tujuan tertentu. Perencanaan berfungsi sebagai alat
Slamet Hariyanto 5
Ilmu Politik FISIP Universitas Tanjungpura
Aspirasi, Jurnal S1 Ilmu Politik Volume 1 Nomor 1, Agustus 2013
http://jurmafis.untan.ac.id ; http://jurnalmhsfisipuntan.co.nr

untuk memilih, merencanakan masa yang akan merupakan suatu tahap awal, maka perencanaan
datang, cara untuk mengalokasikan sumber daya, alat pembangunan merupakan pedoman/acuan/dasar bagi
untuk mencapai sasaran, dan apabila dihubungkan pelaksanaan kegiatan pembangunan. Menurut
dengan masalah pembangunan maka hasilnya Soetrisno (1995:222-223) adapun model perencanaan
diharapkan dapat menjawab semua kebutuhan dan pembangunan yang muncul atas definisi partisipasi
persoalan dalam masyarakat, berdaya guna dan rakyat sebagai mobilisasi rakyat dalam pembangunan
berhasil guna serta mencapai tujuan yang diinginkan. adalah:
beberapa komponen penting dalam perencanaan ialah a. Mechanistic planning model atau dikenal pula
harus ada tujuan yang dicapai, ada kegiatan untuk dengan istilah social Engineering model.Model ini
merealisasikan tujuan, dan ada waktu kegiatan akan melihat fungsi perencanaan sebagai upaya mekanis
dilaksanakan, sehingga pembangunan yang akan untuk mengubah suatu keadaan. Dalam model ini
dilakukan terarah, efektif, efesien dalam pengunaan perencanaan pembangunan berfungsi sebagai seorang
sumber daya. Menurut Tjokroamidjojo (1996:35) ada ahli teknik yang bertugas membuat blue print atau
lima tahap dalam proses perencanaan ialah: cetak biru perubahan itu serta menciptakan upaya
penyusunan rencana, penyusunan program rencana, yang dapat membuat masyarakat mengikuti pola-pola
pelaksanaan rencana, pengawasan atas pelaksanaan perubahan yang dirancang.
perencana, evaluasi. Aktivitas perencanaan itu sendiri b. Human action atau human action planning model
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kegiatan Model ini menekankan peranan perencanaan
seperti pendapat Komarudin (1994: 65) ialah: sebagai usaha untuk mensistematisasi aspirasi
meramalkan proyeksi yang akan datang, pembangunan yang ada dalam masyarakat dan
menempatkan sasaran serta pengkondisian, menyusun dalam dokumen tertulis yakni rencana
menyusun program dengan urutan kegiatan, pembangunan disuatu wilayah.
menyusun kronologi jadwal kegiatan, menyusun Perencanaan pembangunan haruslah bersifat
anggaran dan alokasi sumber daya, mengembangkan implementatif.
prosedur dalam standar. Perencanaan partisipatif oleh
Sugiarto (dalam Wijaya, 2001 : 35) diartikan sebagai C. METODE PENELITIAN
usaha yang dilakukan masyarakat untuk memecahkan
masalah yang dihadapi agar mencapai kondisi yang Lokasi penelitian ini dilaksanakan di
diharapkan berdasarkan kebutuhan dan kemampuan kecamatan Pontianak Tenggara, Kota Pontianak.
secara mandiri. Samsura dalam Fitriastuti (2005:40) Penelitian ini pada dasarnya ingin mendeskripsikan
mengemukan kriteria-kriteria perencanaan partisipatif atau melukiskan factor-faktor penghambat
sebagai berikut: partisipasi politik masyarakat dalam musyawarah
1. Adanya pelibatan seluruh stakeholders perencanaan pembangunan yang merupakan objek
2. Adanya upaya pembangunan institusi penelitian. Peneliti memilih Jenis penelitian
masyarakat yang kuat dan legimatif. deskriptif dengan metode penelitian kualitatif,
3. Adanya proses politik melalui negosiasi atau menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong
urun rembuk pada akhirnya mengarah pada 2000:4) metode penelitian kualitatif ialah
pembentukan kesepakatan bersama (collective penelitian menghasilkan data yang kemudian
agreement). peneliti berusaha mendeskripsikan atau melukiskan
4. Adanya usaha pemberdayaan masyarakat melalui secara terperinci atau mendalam terhadap
kegiatan pembelajaran kolektif yang merupakan fenomena-fenomena di lapangan. peneliti berusaha
bagian dari proses demokrasi. untuk mencari data dalam bentuk:
1. Tulisan-tulisan atau dokumen.
Siagian (1944:67) memberikan pengertian Dalam hal ini peneliti mengumpulkan tulisan-
pembangunan sebagai suatu usaha atau rangkaian tulisan atau dokumen terkait Musrenbang di
usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana Kecamatan Pontianak Tenggara.
dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa negara 2. Tulisan atau hasil wawancara langsung kepada
dan pemerintah, menuju moderenisasi dalam rangka informan.
pembinaan bangsa (Nation Building). Riyadi Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data
(2004:6) mengemukakan perencanaan pembangunan hasil wawancara dengan informan terkait
Slamet Hariyanto 6
Ilmu Politik FISIP Universitas Tanjungpura
Aspirasi, Jurnal S1 Ilmu Politik Volume 1 Nomor 1, Agustus 2013
http://jurmafis.untan.ac.id ; http://jurnalmhsfisipuntan.co.nr

pelaksanaan Musrenbang di Kecamatan pangkal, satu orang Camat sebagai informan pangkal,
Pontianak Tenggara. satu orang kasi ekonomi pembangunan dari kantor
3. Perilaku yang diamati atau kondisi objek camat Pontianak Tenggara sebagai informan pangkal,
dilapangan penelitian. dan empat orang peserta Musrenbang sebagai
Dalam hal ini peneliti tidak melakukan observasi informan kunci, jadi ada 11 orang yang menjadi
secara langsung karena Musrenbang 2013 sudah informan dalam penelitian ini.
berlalu. Informan kunci menurut Hendarso (dalam
Langkah-langkah penelitian ini yaitu : Suryanto 2005:171) dikutip dari
1. Masalah/pertanyaan penelitian (http:///repositori.usu.ac.id) adalah mereka yang
Penelitian harus terlebih dahulu dimulai dari mengetahui dan memiliki informasi pokok yang
adanya masalah yang ingin dipecahkan/diteliti. diperlukan dalam penelitian dan informan biasa
Dalam hal ini sebelum melakukan penelitian, adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam
peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi interaksi social yang diteliti.
permasalahan mengenai pelaksanaan Adapun teknik pengumpulan data dalam
Musrenbang di Kecamatan Pontianak Tenggara. penelitian ini adalah:
2. Telaah teori 1. Wawancara
Telaah teori artinya menggunakan teori-teori Wawancara dilakukan dengan melakukan tanya
yang relevan untuk menganalisis masalah. jawab antara peneliti dengan informan mengenai
Berkaitan dengan ini peneliti menggunakan pelaksanaan musyawarah perencanaa pembangunan.
telaah teori partisipasi politik sebagai pisau Menurut Sudjana (dalam Sartori dan Komariah
analisis untuk menganalisis faktor-faktor 2011:130) wawancara adalah proses pengumpulan
penghambat partisipasi politik masyarakat dalam data atau informasi melalui tatap muka antara pihak
Musrenbang di Kecamatan Pontianak Tenggara. penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya
3. Pengujian fakta atau penjawab (interviewee). Hal yang sama juga
Pengujian fakta dengan melihat realitas yang dikatakan oleh Malo (2002: 139) bahwa wawancara
ada. Berkaitan dengan hal ini peneliti berupaya adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti
melakukan pengujian terhadap realitas yang ada /pewawancara untuk tujuan mendapatkan informasi
di lapangan. maupun pendirian secara lisan seorang responden
dengan wawancara tatap muka (face to face) antara
pewawancara dengan informan dengan tujuan
memperoleh data yang dapat menjelaskan atau
4. Kesimpulan menjawab suatu permasalahan penelitian.
Kesimpulan merupakan proses akhir dari 2. Dokumentasi
sebuah penelitian, dengan menyimpulkan data- Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data
data relevan yang didapat. Akhir dari penelitian berupa dokumentasi terkait pelaksanaan Musrenbang
ini, peneliti menarik kesimpulan mengenai di Kecamatan Pontianak Tenggara tahun 2013.
faktor-faktor penghambat partisipasi politik Dokumentasi menurut Soehartono (2002:70)
masyarakat dalam Musrenbang di Kecamatan merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
Pontianak Tengara berdasarkan data-data valid langsung ditujukan kepada subjek penelitian.
yang diperoleh di lapangan. Dokumen berupa buku harian, surat pribadi, laporan
Objek dalam penelitian ini ialah Musyawarah notulen, catatan kasus, dan lain-lain.
Perencanaan Pembanguan (Musrenbang) kecamatan Penelitian ini adalah penelitian kualitatif maka
dan pemilihan informan sebagai subjek penelitian yang menjadi instrumen penelitian ini adalah peneliti
menggunakan metode purposive. Menurut Sugiono itu sendiri maka dari itu sebelum melakukan
(2010:53) metode purposive ialah teknik penelitian peneliti melakukan persiapan dengan
pengambilan sumber data dengan pertimbangan terlebih dahulu memahami metodologi penelitian
tertentu. Subjek penelitiannya adalah satu orang sehingga penelitian itu dapat dilakukan dengan baik
Kepala Bappeda Kota Pontianak sebagai informan sehingga proses-proses dalam penelitian dilakukan
pangkal, 4 orang ketua LPM (Lembaga dengan benar. Alat bantu yang digunakan dalam
Pembardayaan Masyarakat) sebagai informan penelitian ini adalah pedoman wawancara. Menurut
Slamet Hariyanto 7
Ilmu Politik FISIP Universitas Tanjungpura
Aspirasi, Jurnal S1 Ilmu Politik Volume 1 Nomor 1, Agustus 2013
http://jurmafis.untan.ac.id ; http://jurnalmhsfisipuntan.co.nr

Sugiyono (2007:59) dalam penelitian kualitatif yang proses dan prilaku manusia mengalami perubahan
dimaksud instrumen penelitian adalah peneliti dari waktu kewaktu, dalam hal ini peneliti
sendiri. membandingkan data-data yang didapat dalam waktu
Peneliti menggunakan teknik analisis model Miles yang berbeda, misalnya peneliti melakukan
dan Huberman (dalam Satori dan Komariah wawancara pada pagi hari, kemudian peneliti
2011:203) yang meliputi: melakukan wawancara kembali pada siang hari
1. Data Reduction (reduksi data) kemudian membandingkan hasilnya. Menurut
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal- William Wiersman dalam Sugiyono (2007:372)
hal pokok, memfokuskan pada hal-hal pokok, Triannggulasi metode ialah usaha mencek keabsahan
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema data atau mencek keabsahan temuan penelitian.
dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dalam Trianggulasi metode dapat dilakukan dengan
hal ini peneliti mengumpulkan data sebanyak mengunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data
mungkin yang selanjutnya data-data tersebut untuk mendapatkan data yang sama, dalam hal ini
direduksi atau di fokuskan pada hal-hal yang sesuai peneliti menggunakan lebih dari satu teknik
dengan permasalahan penelitian. pengumpulan data yaitu menggunakan wawancara
2. Data Display (penyajian data) dan dokumentasi untuk mendapatkan data yang sama.
Penyajian dilakukan dalam bentuk uraian singkat, Terkait hal ini upaya pengumpulan data, peneliti
bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan menggunakan metode dokumentasi dan wawancara
sejenisnya.yang sering digunakan dalam untuk untuk mendapatkan data yang sama terkait
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah pelaksanaan Musrenbang di Kecamatan Pontianak
dengan teks yang bersifat naratif. Berkaitan dengan Tenggara tahun 2013.
hal ini peneliti melakukan penyajian data baik dalam
bentuk tabel, gambar, maupun dalam teks yang D. PEMBAHASAN
bersifat naratif.
3. Conclusion Drawing / Verification D.1. Hambatan Struktural
Conclusion dan Verification merupakan
merupakan langkah ketiga dalam analisis kualitatif Partisipasi masyarakat Kecamatan Pontianak
kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal, Tenggara dalam Musrenbang memiliki peran yang
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten sangat strategis karena masyarakat sendiri yang akan
saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan menentukan rencana pembangunan secara langsung
data, maka kesimpulan yang dikemukakan di daerah mereka, serta memperjuangkan agar
merupakan kesimpulan yang kredibel. Dalam hal ini rencana pembangunan yang mereka usulkan dapat
peneliti melakukan penarikan kesimpulan yang terealisasi. Mengenai hambatan struktural seperti
didukung oleh data-data valid yang diperoleh saat di dikatakan oleh Oakley (1991:14) ialah hambatan
lapangan. yang dipengaruhi oleh lingkungan politik, terutama
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam terjadi di negara-negara yang sistem politiknya
penelitian ini ialah teknik trianggulasi cenderung tersentralisasi dengan mekanisme
sumber, trianggulasi waktu, dan trianggulasi pembuatan rencana, penentuan arah, dan
metode. Menurut William Wiersman dalam Sugiyono pengambilan keputusan ada pada pemerintah, dapat
(2007:372) trianggulasi Sumber ialah dianalisa bahwa hambatan struktural ini disebabkan
membandingkan, mencek ulang derajat kepercayaan oleh sistem politik yang terlalu terpusat pada
suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang pemerintah, sehingga inisatif pembuatan rencana,
berbeda, dalam hal ini peneliti akan mengecek penentuan arah, dan pengambilan keputusan
kembali mengenai data-data yang didapat serta pembangunan didominasi oleh pemerintah.
membandingkan dengan data-data yang didapat dari Mekanisme pembuatan rencana pembangunan
sumber yang lain terkait pelaksanaan Musrenbang di dapat menjadi hambatan partisipasi masyarakat
Kecamatan Pontianak Tenggara. apabila mekanisme pembuatan rencana pembangunan
Menurut William Wiersman dalam Sugiyono ini menghalangi ataupun menghambat partisipasi
(2007:372) Trianggulasi waktu digunakan untuk masyarakat dalam menyusun perencanaan
validitas data yang berkaitan dengan perubahan suatu pembangunan. Penentuan arah pembangunan yang
Slamet Hariyanto 8
Ilmu Politik FISIP Universitas Tanjungpura
Aspirasi, Jurnal S1 Ilmu Politik Volume 1 Nomor 1, Agustus 2013
http://jurmafis.untan.ac.id ; http://jurnalmhsfisipuntan.co.nr

terpusat pada pemerintah menyebabkan perencanaan masyarakat, sehingga akan diambil suatu keputusan
pembangunan tidak sesuai dengan kebutuhan prioritas pembangunan yang nantinya akan
masyarakat, seharusnya penentuan arah rencana direalisasikan.
pembangunan menyesuaikan dengan kebutuhan Pengambilan keputusan dalam Musrenbang di
masyarakat, karena hanya masyarakat sendirilah yang Kecamatan Pontianak Tenggara dilakukan dengan
mengetahui mengenai kebutuhan mereka, bukan musyawarah antara masyarakat dengan SKPD yang
pemerintah. Pengambilan keputusan yang terlalu ada, dalam forum SKPD akan disinkronisasikan
terpusat pada pemerintah juga dapat menyebabkan antara usulan dari masyarakat dengan program kerja
hambatan dalam menyusun perencanaan masing-masing SKPD, yang menjadi hambatan
pembangunan, karena apabila keputusan terpusat struktural dalam mekanisme pengambilan keputusan
pada pemerintah berarti mengabaikan aspirasi dalam Musrenbang di Kecamatan Pontianak
masyarakat dalam menyusun perencanaan Tenggara adalah pengambilan keputusan yang masih
pembangunan. terpusat di pemerintah ialah SKPD, ini terbukti ketika
Pemerintah melalui SKPD memiliki peran yang program yang diusulkan masyarakat tidak tercantum
sangat besar di dalam pembangunan karena SKPD atau bukan merupakan program kerja SKPD maka
juga memiliki program pembangunan yang nantinya program tersebut sulit direalisasikan, sehingga
program itu akan disinkronisasikan dengan usulan pengambilan keputusan pembangunan masih terpusat
dari masyarakat. Usulan masyarakat akan dipilah dimasing-masing SKPD. Hasil wawancara dengan
sesuai dengan wilayah kerja masing-masing SKPD. salah satu informan berinisial “HE” mengatakan :
Mekanisme pembuatan rencana pembangunan “saat sinkronisasi antara usulan dari masyarakat
disemua daerah termasuk di Kecamatan Pontianak dengan program pembangunan masing-masing
Tenggara diatur oleh UU No 25 tahun 2004 tentang SKPD, usulan masyarakat akan sulit sekali dapat
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. UU ini direalisasikan, apabila usulan tersebut tidak ada atau
mengatur mekanisme dan tatacara penyusunan bukan merupakan program pembangunan SKPD”.
perencanaan pembangunan. Implementasi dari UU Musrenbang merupakan upaya pemerintah
No 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan untuk menjaring aspirasi masyarakat melalui
pembangunan nasional ini belum mampu musyawarah bersama tokoh-tokoh dan perwakilan
diimplementasikan secara baik sehingga terjadi masyarakat. Pemerintah mendukung secara penuh
kesulitan mensinkronisasikan antara usulan dari keikutsertaan masyarakat dalam forum Musrenbang
masyarakat dengan program pembangunan masing- ini sebagai upaya untuk menyusun skala prioritas
masing SKPD. Hasil wawancara dengan salah satu pembangunan, hal ini diperkuat oleh salah satu
informan berinisial “H” mengatakan: “kita Belum pernyataan informan berinisial “K” menyatakan:
mendapatkan rumusan untuk mensinkronisasikan “pemerintah memfasilitasi dan mengarahkan
antara usulan bottom up dan top down, kami melihat pelaksanaan Musrenbang, juga membuat ke dalam
usulan top down ini belum sepenuhnya suatu sistem sehingga usulan-usulan itu dapat
mengakomodasikan kepentingan masayarakat. terakomodasi”. Pernyataan ini juga sejalan dengan
Kesulitan mensinkronisasikan antara usulan apa yang diungkapkan diatas bahwa terlalu besarnya
dari masyarakat dengan usulan dari pemerintah juga peran pemerintah dalam mengarahkan proses
diketahui dari hasil wawancara dengan seorang Musrenbang, sehingga akhirnya mekanisme
informan berisial “H” mengatakan: “pemerintah pengambilan keputusan di dalam Musrenbang pun
maunya mensinkronisasikan antara usulan dari atas masih tersentralisasi dimasing-masing SKPD, ini
(pemerintah) dan usulan dari bawah (masyarakat), dikarenakan pemerintah belum secara penuh
tetapi masalahnya sulit sekali mensinkronisasikannya memberikan wewenang kepada masyarakat untuk
karena pemerintah maunya begini, tetapi masyarakat menyusun perencanaan pembangunan.
maunya begitu”. Penentuan arah rencana Usulan yang menjadi skala prioritas adalah
pembangunan di Kecamatan Pontianak Tenggara usulan yang benar-benar merupakan kebutuhan orang
sesuai dengan kebutuhan yang berasal dari banyak, mempunyai pengaruh sosial ekonomi atau
masyarakat, kebutuhan yang dimaksud adalah pengaruh lainnya. Hal ini dibenarkan oleh seorang
kebutuhan yang prioritas. Penentuan kebutuhan informan berinisial “K” mengatakan: “perencanaan
prioritas dilakukan dengan musyawarah diantara itu diharapkan kebutuhan orang banyak, mempunyai
Slamet Hariyanto 9
Ilmu Politik FISIP Universitas Tanjungpura
Aspirasi, Jurnal S1 Ilmu Politik Volume 1 Nomor 1, Agustus 2013
http://jurmafis.untan.ac.id ; http://jurnalmhsfisipuntan.co.nr

pengaruh sosial ekonomi, dan pengaruh lainnya” . masyarakat, Dana Alokasi Umum (DAU), maupun
Penyusunan skala prioritas pembangunan bukan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
berdasarkan keinginan, tetapi berdasarkan pada (APBD). Sumber dana di atas masih sangat terbatas
kebutuhan, karena tidak semua keinginan merupakan jumlahnya maka, pembangunan yang diutamakan
kebutuhan. Perumusan skala prioritas pembangunan adalah pembangunan yang prioritas.
di atas sejalan dengan yang disampaikan oleh Kendala ataupun hambatan lainnya mengenai
Waterston dikutip Conyers (1991:4) mengatakan anggaran keuangan pembangunan ialah sulitnya
pada hakikatnya perencanaan adalah usuha yang mencari sumber keuangan lainnya yang dapat
sadar, terorganisasi, dan terus menerus dilakukan mendukung proses pelaksanaan pembangunan. Hal
guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah ini diungkapkan oleh seorang narasumber kita
alternatif untuk mencapai tujuan tertentu. berinisial “K” mengatakan: “Kesulitan kami
Esensial dari penyusunan skala prioritas ini mengenai masalah keuangan untuk pembangunan
adalah memilih sejumlah alternatif dari beberapa ialah belum tersedianya pihak ketiga yang bisa
alternatif yang ada, alternatif yang dipilih ialah yang membantu kegiatan Musrenbang, pihak ketiga ialah
benar-benar menyangkut hajat hidup orang banyak, perusahaan yang bekerjasama dengan kami”.
mempengaruhi aspek sosial, ekonomi dan aspek Model perencanaan pembangunan dalam
lainnya. Keberhasilan Musrenbang tingkat kecamatan Musrenbang lebih mengarah pada penjaringan
akan dipengaruhi oleh Musrenbang Kelurahan karena aspirasi masyarakat dalam upaya menyusun dokumen
usulan-usulan yang diusulkan pada Musrenbang tertulis yakni rencana pembangunan wilayah,
tingkat kecamatan merupakan hasil Musrenbang biasanya tertuang di dalam Rencana Pembangunan
kelurahan, dalam hal ini yang seringkali menjadi Jangka Pendek (RPJP) , hal ini juga seperti yang
kendala adalah belum terlaksananya dengan baik diungkapkan oleh Soetrisno (1995:222-223) bahwa
pelaksanaan pra-Musrenbang ditingkat RT, RW, dan ada dua model perencanaan pembangunan yang
kelurahan, hal ini dikuatkan oleh pernyataan seorang muncul atas definisi partisipasi rakyat sebagai
informan berinisial “K” menyatakan: “Yang menjadi mobilitas rakyat dalam pembangunan, salah satu
kendalan Musrenbang Kecamatan ialah hambatannya model itu, yang merupakan model Musrenbang
kurang maksimalnya pelaksanaan pra Musrenbang di adalah model human action.
tingkat RT dan RW. Model human action ialah model yang
Hambatan struktural Musrenbang lainnya yang menekankan peranan perencanaan sebagai usaha
dihadapi dalam Musrenbang tingkat kecamatan ialah untuk mensistematiskan aspirasi pembangunan yang
banyak usulan masyarakat yang tidak dapat ada dalam masyarakat dan menyusun dalam
terakomodasi, hal ini didukung oleh pernyataan dokumen tertulis yakni rencana pembangunan disuatu
seorang informan berinisial “K” yang wilayah, berdasarkan pemaparan di atas dapat
menyatakan:“Kita melihat yang seringkali menjadi disimpulkan bahwa hambatan struktural partisipasi
hambatan dalam Musrenbang Kecamatan ialah masyarakat dalam menyusun program musrenbang
kurangnya usulan-usulan dari masyarakat yang adalah pertama, implementasi UU No 25 belum
terakomodasi atau dibawa di dalam Musrenbang mampu diimplementasikan secara baik sehingga
tingkat kelurahan”. Banyak usulan masyarakat yang kesulitan mensinkronisasikan antara usulan dari
belum mampu menjadi skala prioritas karena masyarakat dengan program pembangunan masing-
katidakmampuan masyarakat untuk membuat masing SKPD. Kedua, pengambilan keputusan yang
program pembangunan yang merupakan kebutuhan masih terpusat di pemerintahan ialah di SKPD, ini
orang banyak, serta memiliki dampak sosial ekonomi terbukti ketika program yang diusulkan masyarakat
dan aspek lainnya. Perencanaan pembangunan tidak tidak tercantum atau bukan merupakan program
terlepas dari masalah anggaran keuangan karena pembangunan SKPD maka program tersebut sulit
anggaran keuangan yang akan menjadi sumber utama direalisasikan, sehingga pengambilan keputusan
untuk menjalankan program-program pembangunan pembangunan masih terpusat dimasing-masing
tersebut, tanpa anggaran yang memadai program SKPD.
tersebut sulit dilaksanakan, dan tidak efektif serta
efesien. Pembangunan di tingkat kecamatan biasanya D.2. Hambatan Administratif
anggaran keuangan dapat berasal dari dana swadaya
Slamet Hariyanto 10
Ilmu Politik FISIP Universitas Tanjungpura
Aspirasi, Jurnal S1 Ilmu Politik Volume 1 Nomor 1, Agustus 2013
http://jurmafis.untan.ac.id ; http://jurnalmhsfisipuntan.co.nr

Penyusunan skala prioritas pembangunan disuatu pembangunan mengenai usulan yang mereka usulkan
wilayah tidak terlepas dari berbagai hambatan, baik di masing-masing SKPD, selain itu juga mereka sulit
itu hambatan yang datangnya dari pemerintah, membuat usulan pembangunan Musrenbang untuk
maupun dari masyarakat. Musrenbang di Kecamatan tahun yang akan datang karena masyarakat tidak tahu
Pontianak Tenggara terus mengalami perubahan apakah usulan mereka ditahun 2012 sudah terlaksana
dalam pelaksanaannya, berbagai hambatan ataupun atau belum, khawatirnya, masyarakat mengusulkan
kendala seringkali muncul dalam pelaksanaannya. pembangunan yang sama ditahun 2012 dan 2013,
Musrenbang mengupayakan agar usulan-usulan apabila mengajukan usulan yang sama, menyebabkan
masyarakat dapat terealisasi dengan baik dan menjadi usulan itu sia-sia, hal ini diperkuat oleh pernyataan
skala prioritas pembangunan, sehingga masyarakat seorang informan berinisial “K” menyatakan: “Ketika
dapat menerima dan menikmati hasil dari sistem SIPP ini belum diberlakukan hambatan
pembangunan tersebut. Musrenbang, kita sulit mereview kegiatan-kegiatan
Hambatan administratif seperti yang mana yang belum atau yang sudah, bila kita tidak
diungkapkan oleh Oakley (1991:11-14) ialah sistem membuat dokumen hasil Musrenbang ditahun-tahun
administrasi yang menguasai pengendalian sebelumnya”. Hal senada juga disampaikan oleh
pengambilan keputusan, alokasi sumber, informasi salah satu informan kita berinisial ‘N” mengatakan:
dan pengetahuan yang diperlukan masyarakat untuk “jangankan dimasyarakat, kami saja di kelurahan
dapat berperan dalam pembangunan secara efektif, tidak tahu apakah itu sudah terealisasi atau belum
dapat dianalisis bahwa hambatan administratif itu karena misalnya pembangunan ini dari mana
disebabkan oleh sistem administrasi yang belum baik sumbernya, ada bantuan kami tidak tahu”.
sehingga sistem administrasi inilah yang menguasai Sistem informasi di dalam Musrenbang dapat
pengendalian pengambilan keputusan, alokasi kita simpulkan bahwa sistem ini dapat membantu
sumber, informasi dan pengetahuan yang diperlukan masyarakat mengenai keterbukaan informasi
masyarakat untuk dapat berperan dalam pembangunan. Hadirnya SIPP ini salah satu bukti
pembangunan secara efektif. Hambatan administratif adanya inisiatif untuk mewujudkan partisipasi
ini biasanya disebabkan oleh sistem politik yang masyarakat menuju sistem Musrenbang yang lebih
terpusat yg pada akhirnya juga akan membentuk baik, hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh
sistem administrasi yang terpusat pula. Ida (2002:23) ialah salah satu bukti kontribusi
Sistem administrasi yang terpusat atau masyarakat dalam mewujudkan partisipasi salah
sentralistis pada pemerintah menyebabkan segala satunya ialah adanya inisiatif dari masyarakat.
sesuatunya diatur oleh pemerintah, aturan tersebut Hal ini mengidiksikan bahwa sistem keterbukaan
pada akhirnya juga yang akan menghambat informasi merupakan hal yang sangat penting, hal ini
pertisipasi masyarakat dalam pembangunan. Hasil juga seperti yang dikatakan oleh Conyers (1991:154-
wawancara mengenai hambatan administratif, 155) bahwa ada tiga alasan utama partisipasi
ternyata lebih banyak disebabkan oleh sistem masyarakat mempunyai sifat yang sangat penting,
informasi Musrenbang yang belum baik dan salah satunya ialah partisipasi masyarakat merupakan
rendahnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat suatu alat guna memperoleh informasi mengenai
dalam menyusun skala prioritas pembangunan. kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat,
Sistem informasi yang dimaksud ialah yang tanpa kehadirannya, program pembangunan
keterbukaan informasi mengenai proses serta proyek-proyek akan gagal.
pembangunan yang dilakukan sehingga dapat Sistem SIPP diharapkan dapat memberikan
memberikan informasi yang cukup kepada keterbukaan informasi mengenai Musrenbang, tetapi
masyarakat. Pemerintah khususnya Bappeda Kota SIPP belum berdampak banyak bagi masyarakat
Pontianak, tahun 2013 mulai merealisasikan sistem karena sistem informasi belum sampai ke lini bawah
informasi pengawas pembangunan (SIPP), sistem ini masyarakat, misalnya RT. Sistem informasi
dibuat, tujuannya ialah agar pemerintah dapat mengenai Musrenbang seharusnya memberikan
memberikan informasi yang cepat dan mudah kepada dampak yang besar bagi masyarakat, tetapi masih
masyarakat mengenai pembangunan. Kesulitan belum tercapai karena sistem informasi ini belum
masyarakat sebelum adanya sistem SIPP ialah, mampu menyajikan data yang baik mengenai usulan
masyarakat kesulitan mendapatkan informasi masyarakat, masyarakat hanya tahu usulan-usulan
Slamet Hariyanto 11
Ilmu Politik FISIP Universitas Tanjungpura
Aspirasi, Jurnal S1 Ilmu Politik Volume 1 Nomor 1, Agustus 2013
http://jurmafis.untan.ac.id ; http://jurnalmhsfisipuntan.co.nr

mereka, tetapi belum mengetahui usulan tersebut Masyarakat harus memiliki data mengenai
sudah terealisasi atau belum karena belum ada gambaran yang mereka usulkan, banyak usulan
laporan yang jelas, banyak data-data yang belum masyarakat yang ditolak karena masyarakat belum
terisi, hal ini disampaikan oleh salah satu informan memiliki dasar yang kaut untuk membuat
berinisial “F” mengatakan: “Sistem informasi SIPP perencanaan dan belum adanya data mengenai usulan
belum memberikan laporan kegiatan, bahwa kegiatan yang mereka usulkan. Usulan-usulan masyarakat itu
ini sudah terlaksana, seharusnya ada laporan yang harus diperjelas dan dilengkapi dengan keterangan-
jelas, data-datanya terisi dengan baik”. Sistem keterangan, sehingga usulan itu tidak hanya usulan
informasi SIPP diharapkan dapat memberikan belaka tetapi sudah memiliki dasar yang kuat.
informasi yang diperlukan oleh masyarakat, selain Permasalahan perencanaan pembangunan seringkali
sistem informasi secara online, pemerintah juga terjadi seperti hal diatas, hal ini juga diungkapkan
seharusnya dapat memberikan laporan secara oleh salah seorang informan kita berinisial “F”
langsung kepada kemasyarakat mengenai laporan mengatakan: “Banyak usulan yang ditolak karena
pembangunan, karena sistem online ini tidak semua belum ada dasar yang kuat untuk mendukung usulan
dapat menggunakannya. Sistem online hanya dapat tersebut menjadi skala prioritas , misalnya harus ada
digunakan oleh masyarakat yang mengikuti gambaran mengenai usulan yang diusulkan”.
perkembangan teknologi dan dapat mengakses Informan lain juga mengatakan hal yang sama,
internet. misalnya informan berinisial “H” mengatakan:
Pemahaman masyarakat mengenai Musrenbang “Kadang-kadang masalahnya usulan dari RT ini
harus benar-benar baik, sehingga diharapkan usulannya gak jelas, biayanya berapa, ukurannya
masyarakat dapat berkontribusi, baik berupa berapa, jadi rinciannya belum jelas”.
pemikiran, ide, maupun kontribusi berupa materi. Berdasarkan pemaparan yang telah dipaparkan
Musrenbang dalam perjalanannya terus mengalami diatas dapat disimpulkan bahwa hambatan
perubahan yang diikuti perbaikan, meskipun administratiF partisipasi masyarakat dalam
terkadang perbaikan itu belum sempurna dan penyusunan program Musrenbang adalah pertama
membutuhkan perbaikan lagi. sistem informasi Musrenbang yang belum baik dan
Usulan dalam Musrenbang itu hendaknya jelas kedua, rendahnya pemahaman dan pengetahuan
karena agar usulan tersebut dapat dipertimbangkan masyarakat dalam menyusun skala prioritas
sebagai usulan yang prioritas dan benar-benar pembangunan. Sistem informasi yang belum baik
dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat harus yang dimaksud ialah SIPP belum berdampak banyak
memiliki dasar yang kuat mengenai alasan usulan bagi masyarakat karena sistem informasi belum
tersebut diusulkan karena Musrenbang berdasarkan sampai ke lini masyarakat bawah, misalnya RT.
kebutuhan bukan keinginan masyarakat, hal ini Sistem informasi mengenai Musrenbang seharusnya
sejalan dengan lembaga administrasi negara (dalam memberikan dampak yang besar bagi masyarakat,
Riyadi dan Bratakusuma, 2004:4) mengatakan bahwa tetapi masih belum tercapai karena sistem informasi
perencanaan berarti memilih prioritas dan cara atau ini belum mampu menyajikan data yang baik
alternatif untuk mencapai tujuan, pengalokasian mengenai usulan masyarakat, masyarakat hanya tahu
sumber daya, bertujuan mencapai tujuan, usulan-usulan mereka, tetapi belum mengetahui
berhubungan dengan masa depan, serta kegiatan yang usulan tersebut sudah terealisasi atau belum, belum
terus-menerus. Masyarakat harus benar-benar ada laporan yang jelas, banyak data-data yang belum
memahami apa yang mereka usulkan agar usulan terisi. Rendahnya pemahaman dan pengetahuan
tersebut diterima sebagai usulan yang prioritas, hal masyarakat dalam menyusun skala prioritas
ini juga diperkuat oleh pernyataan salah seorang pembangunan maksudnya ialah, banyak usulan
informan berinisial “F” mengatakan: “Sekarang masyarakat yang ditolak karena masyarakat belum
usulan harus lebih jelas, misalnya masyarakat memiliki dasar yang kuat untuk membuat
mengusulkan pembangunan jalan, masyarakat harus perencanaan dan belum adanya data yang
tahu berapa panjang jalan yang ingin dibangun, mendukung usulan yang mereka usulkan. Usulan-
tebalnya berapa, seberapa pentingnya keberfungsian usulan masyarakat itu harus diperjelas dan dilengkapi
jalan tersebut dan lain-lain”. dengan keterangan-keterangan, sehingga usulan itu

Slamet Hariyanto 12
Ilmu Politik FISIP Universitas Tanjungpura
Aspirasi, Jurnal S1 Ilmu Politik Volume 1 Nomor 1, Agustus 2013
http://jurmafis.untan.ac.id ; http://jurnalmhsfisipuntan.co.nr

tidak hanya sekadar usulan belaka tetapi sudah berpengaruh tetapi belum bersedia hadir membantu
memiliki dasar yang kaut. memberikan pemikiran mengenai pembangunan di
wilayah mereka, hal ini dibenarkan oleh pernyataan
D.3. Hambatan Sosial salah satu informan berinisial “H” mengatakan:
“Hambatan masyarakat untuk mengikuti Musrenbang
Penyusunan skala prioritas pembangunan di ialah kepedulian masih rendah dari golongan
Kecamatan Pontianak Tenggara melibatkan sebagian masyarakat yang memiliki ekonomi tinggi, mereka
stakeholder yang menjadi perwakilan masyarakat, merasa tidak membutuhkan, sehingga kadang-
dimana banyak sekali usulan-usulan yang masuk dari kadang mereka diundang tidak datang”
masyarakat, namun tidak semua usulan masyarakat Sikap apatis masyarakat terhadap Musrenbang
tersebut menjadi prioritas karena adanya masih sangat tinggi karena pengalaman-pengalaman
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Usulan-usulan Musrenbang sebelumnya ialah mereka merasa
masyarakat tersebut dibuat skala prioritas karena Musrenbang hanyalah formalitas, hal ini terjadi
keterbatasan dalam hal pendanaan. Hambatan sosial karena mereka tidak mendapatkan laporan mengenai
sesuai dengan pendapat Oakley (1991:11-14) usulan yang meraka usulkan, pemerintah khususnya
mengatakan, hambatan sosial ialah hambatan ini erat SKPD terkait belum memberikan laporan terkait
kaitannya dengan mental sebagai akibat dari proyek-proyek pembangunan yang sudah terealisasi,
pengalaman sejarah seperti kesenjangan sosial, sehingga muncul anggapan bahwa usulan masyarakat
ketimpangan gender, pembiasaan untuk hanya tidak direalisasikan meskipun itu sudah, hal ini
melaksanakan inisiatif atasan, dan tidak pernah diperkuat oleh pernyataan informan berinisial “F”
kreatif dalam membuat keputusan, hal ini terbukti mengatakan: “Sebenarnya proyek pembangunan itu
karena adanya pengalaman sejarah mengenai terlaksana, tetapi karena tidak adanya informasi
Musrenbang dimasyarakat yang masih menimbulkan berupa laporan dari SKPD terkait proyek
sikap apatis dalam diri masyarakat. pembangunan, sehingga masyarakat mengira itu tidak
Kekecewaan masyarakat seringkali muncul terealisasi dan masyarakat tersebut tetap apatis”.
ketika usulan yang mereka usulkan berkali-kali Hambatan masyarakat dalam penyususnan
belum dapat terealisasi, hal ini dikuatkan oleh program Musrenbang seringkali muncul dari bawah
pernyataan informan berinisial “H” mengatakan: misalnya saat Pra-Musrenbang yang belum efektif
“Adanya hambatan-hambatan lain misalnya karena masyarakat belum berpartisipasi dengan
kekecewaan masyarakat yang telah mengusulkan maksimal. Hal ini diungkapkan salah satu informan
beberapa kali tetapi belum terealisasi, biasanya itu kita berinisial “N” mengatakan: “Kalau kami kirim
kalau dari RT sudah empat atau lima kali usulan blanko mohon usulan pembangunan ke RT, tidak
mereka tidak diakomodasikan, Musrenbang semua RT menjawab atau membalas, seharusnya ada
selanjutnya mereka tidak mau datang”. ataupun tidak ada, tetap harus ada laporan, sehingga
Kehadiran masyarakat dalam forum Musrenbang kami tahu apa yang mereka butuhkan”. Hal ini juga
merupakan hal yang penting karena kehadiran diungkapkan oleh informan berinisial “R”
masyarakatlah yang akan menunjukan kepedulian mengatakan: “Biasa kami mengirim blanko untuk
mereka terhadap pembangunan lingkungan sekitar usulan pembangunan tidak semua RT yang
mereka dengan memberikan usulan disertai dengan mengusulkan pembangunan, apabila seperti itu kami
data-data yang dapat mendukung usulan mereka, berfikir berarti dia tak ada yang dibutuhkan lagi”.
tidak semua masyarakat memiliki kepedulian yang Berdasarkan pada hal yang telah dipaparkan
demikian, selain hambatan sosial yang disebabkan diatas, dapat ditarik suatu simpulan bahwa hambatan
oleh pengalaman sejarah Musrebang yang sosial partisipasi masyarakat dalam penyusunan
menimbulkan kekecewaan masyarakat karena banyak program Musrenbang disebabkan oleh pengalaman
usulan yang berkali-kali diusulkan tidak terealisasi, sejarah musrebang yang menimbulkan kekecewaan
sehingga pada akhirnya menimbulkan sikap apatis masyarakat karena banyak usulan yang berkali-kali
pada masyarakat, hambatan lain juga disebabkan oleh diusulkan tidak terealisasi, sehingga pada akhirnya
adanya kesenjangan sosial antara golongan kaya dan menimbulkan sikap apatis pada masyarakat, kedua
miskin. Sebagian masyarakat yang merasa mampu hambatan yang disebabkan oleh adanya kesenjangan
dan dianggap oleh masyarkat sebagai orang yang sosial antara golongan kaya dan miskin. Sebagian
Slamet Hariyanto 13
Ilmu Politik FISIP Universitas Tanjungpura
Aspirasi, Jurnal S1 Ilmu Politik Volume 1 Nomor 1, Agustus 2013
http://jurmafis.untan.ac.id ; http://jurnalmhsfisipuntan.co.nr

masyarakat yang merasa mampu dan dianggap oleh dan bottom up (usulan yang diusulkan
sebagai orang yang berpengaruh tetapi belum oleh masyarakat)
bersedia hadir membantu memberikan sumbangan E.2.2. Perlu adanya perbaikan Sistem Informasi
pemikiran mengenai pembangunan di wilayah Pengawas Pembangunan (SIPP) untuk
mereka, karena mereka berfikir tidak membutuhkan memperbaiki sistem informasi
hal tersebut. Musrenbang dan perlu adanya sosialisasi
mengenai cara menyusun skala prioritas
E. KESIMPULAN DAN SARAN pembangunan.
E.2.3. Perlu Meningkatkan akuntabilitas
E.1. Kesimpulan Musrenbang dengan sistem informasi
yang baik dan memberikan pemahaman
Berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik kepada masyarakat pentingnya
kesimpulan bahwa: keterlibatan masyarakat dalam
1. Hambatan struktural partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
menyusun program adalah pertama, implementasi
UU No 25 belum mampu diimplementasikan secara F. REFERENSI
baik sehingga kesulitan mensinkronisasikan antara
usulan dari masyarakat dengan program Budiardjo,Miriam. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Politik.
pembangunan masing-masing SKPD. Kedua, Jakarta:Ikrar Mandiriabadi.
pengambilan keputusan masih terpusat di Conyers, Diana. 1991. Perencanaan Sosial Dunia
pemerintahan, ini terbukti jika program yang Ketiga: Suatu Pengantar. Cet.2.
diusulkan masyarakat tidak tercantum atau bukan Penerjemah:Susetiawan.Ediator: Affan Gafar..
merupakan program pembangunan SKPD maka Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
program tersebut sulit direalisasikan. Ida, Laode. 2002. Otonomi daerah dalam Interaksi
2.Hambatan administratif partisipasi masyarakat Kritis Stakeholders. Jakarta: Penerbit PSPK
dalam penyusunan program Musrenbang adalah Komarudin.1994. Ensiklopedia Manajemen .
pertama, sistem informasi Musrenbang belum baik, Jakarta: Bumi Aksara.
kedua, rendahnya pemahaman dan pengetahuan Kunarjo.2002. Perencanaan dan Pengendalian
masyarakat dalam menyusun skala prioritas Program Pembangunan. Jakarta: UI Press
pembangunan. Malo, Manasse. 2002. Metode Penelitian
3.Hambatan sosial partisipasi masyarakat dalam Masyarakat.Jakarta: PAU Ilmu Sosial UI.
penyusunan program Musrenbang adalah pertama Moleong, Lexi J.2000. Metode Penelitian
disebabkan oleh pengalaman sejarah musrebang yang Partisipatoris dan Upaya-Upaya
menimbulkan kekecewaan masyarakat karena banyak Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan Obor
usulan yang berkali-kali diusulkan tidak terealisasi, Indonesia.
sehingga pada akhirnya menimbulkan sikap apatis Ndaraha, Taliziduhu.1990. Pembangunan
pada masyarakat, kedua, hambatan yang disebabkan Masyarakat: Mempersiapkan Masyarakat
oleh kesenjangan sosial antara golongan kaya dan Tinggal Landas. Jakarta: Rineka Cipta.
miskin. Oakley,Peter,et al.1991.Projec with People, The
Practice of Participation in Rulal
E.2. Saran Developmen, International Labour Office,
Ganeva
E.2.1. Perlunya adanya perhatian dari Riyadi, dan Bratakusuma, D.S.2004. Perencanaan
pemerintah daerah (Pemda) terhadap Pembangunan Daerah.Jakarta: Gramedia
implementasi UU No 25 tahun 2004 Pustaka Utama
tentang sistem perencanaan pembangunan Safi’I, H.M. 2008 .Paradigma Baru Kebijakan
nasional, sehingga mempermudah Ekonomi Daerah. Mojolangu Malang:
mensinkronisasikan antara usulan top Averroes Press.
down seperti termuat dalam Rencana
Strategis (Renstra)
Slamet Hariyanto 14
Ilmu Politik FISIP Universitas Tanjungpura
Aspirasi, Jurnal S1 Ilmu Politik Volume 1 Nomor 1, Agustus 2013
http://jurmafis.untan.ac.id ; http://jurnalmhsfisipuntan.co.nr

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2011.


Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Siagian, Sondang P.1994. Administrasi
Pembangunan. Jakarta: Gunung Agung.
Soehartono, Irawan.2002. Metode Penelitian Sosial.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Soetrisno, Loekman. 1995. Menuju Masyarakat
Partisipatif. Yogyakarta: Kanisius.
Sugiyono.2007. Memahami Penelitian Kualitatif
.Bandung:Alfabeta..
Thoha, Miftah.1983. Perspektif Prilaku Politik.
Jakarta: Rajawali.

Sumber undang-undang / peraturan

Undang-undang No. 25 tahun 2004 tentang


Perencanaan pembangunan Nasional.
Peraturan WaliKota Pontianak Non 54 tahun 2008
tentang susunan organisasi,tugas pokok,
fungsi, dan tata kerja kecamatan.
Perda Kota Pontianak No 11 tahun 2006 tentang
organisasi perangkat daerah.
Sumber lainya
Buku Pedoman Musrenbang Kecamatan Tahun 2013

Sumber internet

Diana,Mega.2007.Pengaruh kepemimpinan
Camat Terhadap Peningkatan Partisipasi
masyarakat dalam pembangunan.diambil
pada tanggal 15 Desember 2013 dari http//
www.geogle.co.id/usu/respositiry/2008.
Sumber Jurnal

FIKB, Tim Peneliti.2002. Pengembangan Sistem


Partisipasi dan representasi dalam
Pelaksanaan Musyawarah Pembangunan di
Kota Depok (laporan pendahuluan penelitian)
Forum Inovasi Capacity Bulding dan Good
Governance, Repetada 2003: Menjalin Potensi
Daerah.Vol 4: September/Nopember 2002.
Forum Inovasi dan Kepemerintahan yang
baik.PPs PSIA.FISIP UI dan 63-70

Slamet Hariyanto 15
Ilmu Politik FISIP Universitas Tanjungpura

Anda mungkin juga menyukai