Anda di halaman 1dari 22

MUSRENBANG (DARI,OLEH, DAN

UNTUK MASYARAKAT)
Tak terbilang dekade Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) menjadi media
pemerintah untuk melibatkan partisipasi masyarakat. Pelibatan masyarakat dalam pembangunan
sudah tentu mutlak adanya, disamping merangkul keikutsertaan masyarakat itu sendiri,
partisipasi yang diberikan secara tidak langsung memberi peningkatan kapasitas program yang
dijalankan, maupun bagi masyarakat itu sendiri

.Namun jauh panggang dari api, musrenbang nyatanya seringkali hanya menjadi “ritual”
tahunan, atau sekadar penggugur kewajiban. Keterlibatan masyarakat masih sangat kurang dan
terkadang didominasi wajah yang sama dari tahun ke tahun. Akibatnya, perencanaan
program tidak mendapat asupan gagasan variatif. Alih-alih program berjalan sukses, terkadang
program malah dirongrong sendiri masyarakat

Ada beberapa hal yang jadi keluhan masyarakat tentang pola musrenbang, seperti
desa/kelurahan tidak memiliki kuasa untuk menentukan program mana yang ingin dikerjakan
nantinya, dan banyaknya usulan sekadar memenuhi list program yang diajukan, tanpa ada
jaminan berapa jumlah program yang terakomodasi.

Data menunjukkan, dari semua usulan masyarakat setiap tahunnya, program yang terserap
dalam perencanaan dan penganggaran hanya sepersekian persen. Padahal, masyarakat yang
awalnya antusias ikut dalam proses musrembang menyangka sebagian besar programnya akan
direalisasikan. Kekecewaan ini berimplikasi pada menurunnya tingkat kehadiran dalam proses
tahun berikutnya. Lebih parah lagi keaktifan masyarakat pada kegiatan pembangunann lainnya
semakin menurun

Tidak terjaringnya program-program yang diajukan juga terjadi karena beberapa faktor, seperti
kesalahan postur anggaran, program yang bertentangan dengan norma hukum, atau tren dan
prioritas pembangunan daerah tidak sesuai dengan program, dan beberapa faktor lainnya

. Merangkum semua masalah di atas dalam sebuah kerangka program yang holistik dan
multisektor, didesainlah sebuah program perencanaan dan penganggaran yang lebih partisipatif,
adil dan merata. Desain program ini mengusahakan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat
dalam musrenbang terserap dan terakomodisi. Model program ini memberi kepastian dan
jaminan program dan penganggaran yang diajukan dapat terealisasi nantinya.

MURENBANG DUSUN/LINGKUNGAN

proses pelaksanaan Musrenbang merupakan proses partisipatif dimana berbagai keputusan


diambil dalam suasana dialogis, akan tetapi Musrenbang seringkali tak menghasilkan keputusan
apa-apa sehingga masyarakat kecewa dan enggan mengikuti proses Musrenbang lagi. Proses
pengambilan keputusan di dalam Musrenbang seringkali dilakukan secara cepat. Mengapa cepat?
Karena waktu yang amat singkat dan terlalu banyak sesi seremonial sehingga proses
musyawarah yang dilakukan terlalu singkat.

Ada pendapat orang bijak yang mengatakan bahwa proses yang baik harus dimulai dengan awal
yang baik pula, pelaksanaan musrenbang dusun menjadi kunci dari seluruh pelaksanaan kegiatan
musrenbang yang kita harapkan dapat menjadi wadah bagi masyarakat untuk menyampaikan
aspirasi nya dan mengusulkan kegiatan pembangunan berdasarkan kebutuhan, bukan
berdasarkan keinginan.

Identifikasi Potensi dan Masalah Desa/kelurahan serta Analisis Kesesuaian Usulan dengan
Potensi Wilayah Desa berasal dari masing masing dusun atau lingkungan yang ada di wilayah
tiap tiap kelurahan atau desa. Peran kepala dusun atau kepala lingkungan menjadi begitu vital
karena melalui mereka, pelaksanaan kegiatan musrenbang dusun dapat dilaksanakan sesuai
dengan harapan. Akan tetapi seringkali, sebahagian besar diantara mereka menjadi tidak peduli
akibat berbagai keterbatasan, hambatan serta tantangan paradigma musrenbang yang seringkali
menjemukan.

Control yang ketat terhadap pelaksanaan kegiatan musrenbang di tingkat dusun, saat ini menjadi
hal yang begitu mendesak karena upaya perbaikan harus dimulai dari memperbaiki pondasi yang
selama ini begitu rapuh dan rentan akan proses yang sangat tradisional dan tidak terarah,
sehingga pada saat pelaksanaan musrenbang desa akan terlihat usulan usulan yang seadanya
dengan pertimbangan pertimbangan yang sangat dangkal.

MUSRENBANG DESA/KELURAHAN

Pelaksanaan Musrenbang Tahun 2013 diarahkan untuk menjadi wadah bagi partisipasi
masyarakat miskin dan pemberdayaan perempuan, sehingga hasil proses perencanaan yang
dilakukan dapat lebih berpihak kepada mereka. Meskipun selama ini pelaksanaan musrenbang
diwarnai dengan suasana dialogis yang sangat kental akan tetapi kondisi tersebut belum
bersahabat untuk mengakomodir bahkan memberikan kesempatan bagi masyarakat miskin
maupun kaum perempuan untuk menyampaikan uneg uneg, pendapat, saran atau keinginan
mereka untuk memperbaiki keterperukan ekonomi yang mereka alami, musrenbang masih
menjadi domain bagi para elit desa untuk menyampaikan proyek proyek yang sarat dengan
kepentingan.

Masalah selanjutnya adalah berkembangnya usulan masyarakat yang sangat tidak signifikan
dengan masalah masalah faktual yang terjadi di tengah tengah mereka, sehingga yang terjadi
adalah kecenderungan untuk mendahululukan usulan program kegiatan yang diinginkan untuk
selanjutnya dibuatkan masalah yang cocok atau sedikit berkaitan. Hal tersebut banyak ditemui di
desa/kelurahan yang tidak melaksanakan secara efektif musrenbang tingkat dusun/lingkungan.
Bahkan di desa musrenbang percontohan sekalipun ada kelompok masyarakat yang mengklaim
bahwa musrenbang dusun tidak berdasarkan kebutuhan masyarakat kemudian mengusulkan
kegiatan baru untuk yang terindikasi akan diback up oleh kepentingan politik. Hal tersebut tentu
akan melukai perasaan para pelaksana musrenbang tingkat dusun, sebab bagaimanapun kecilnya
lembaga tersebut, harus ada penghormatan atas apa yang dilakukan.
MUSRENBANG KECAMATAN

Paradigma pembangunan yang sekarang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama


pembangunan. Artinya, pemerintah tidak lagi sebagai provider dan pelaksana, melainkan lebih
berperan sebagai fasilitator dan katalisator dari dinamika pembangunan, sehingga dari mulai
perencanaan hingga pelaksanaan, masyarakat mempunyai hak untuk terlibat dan memberikan
masukan dan mengabil keputusan, dalam rangka memenuhi hak-hak dasarnya, salah satunya
melalui proses musrenbang.

Musrenbang adalah forum publik perencanaan (program) yang diselenggarakan oleh lembaga
publik yaitu pemerintah desa/kelurahan, kecamatan, pemerintah kota/kabupaten bekerjasama
dengan warga dan para pemangku kepentingan. Penyelenggaraan musrenbang merupakan salah
satu tugas pemerintah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan.

Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah satu saja dari tiga komponen tata
pemerintahan (pemerintah, masyarakat, swasta) tidak berperan atau berfungsi. Karena itu,
musrenbang juga merupakan forum pendidikan warga agar menjadi bagian aktif dari tata
pemerintahan dan pembangunan.

Pelaksanaan Musrenbang Kecamatan Tahun 2013 mengalami kemajuan yang sangat pesat,
diawali dari musrenbang kecamatan percontohan dengan pelaksanaan verifikasi lapangan
mengadopsi proses di PNPM serta pelaksanaan perangkingan yang telah tersusun secara
sistematis, mulai dari penjelasan renja SKPD, tanggapan delegasi desa/kelurahan masing-masing
bidang dan terakhir, pemberian skor sampai penentuan rangking yang disepakati dengan
memuaskan oleh seluruh delegasi desa/kelurahan.

Akan tetapi hal tersebut bukan berarti tanpa cela, karena ternyata masih ada kecamatan yang
dengan sengaja merubah usulan desa, yang pada kenyataannya jumlah nya sangat terbatas ( lima
usulan masing masing bidang). Dengan pertimbangan bahwa usulan tersebut tidak sesuai dengan
bahasa-bahasa pogram di kabupaten atau pertimbangan pertimbangan kepentingan kelompok
tertentu.

Selain itu muncul diskusi akan pentingnya Renja SKPD untuk diturunkan lebih awal untuk
disosialisasikan kepada masyarakat sehingga terjadi kesesuaian perencanaan antara top down dan
bottom up. Akan tetapi hal tersebut memunculkan kecurigaan bahwa usulan-usulan masyarakat
akan cenderung terpaku kepada program/kegiatan SKPD sehingga usulan tersebut tidak lagi
berdasarkan kebutuhan berdasarkan kondisi riil serta permasalahan faktual yang terjadi di tengah
tengah masyarakat.

FORUM SKPD

Sebagai wahana antar pihak-pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau
dampak dari program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD sebagai perwujudan
dari pendekatan partisipastif perencanaan pembangunan daerah, Forum SKPD tahun 2013 telah
menjadi ukuran yang sangat positif untuk plaksanaan tahun-tahun selanjutnya.
Tujuan pelaksanaan Forum SKPD sendiri yaitu untuk Menyelaraskan program dan kegiatan
SKPD dengan usulan program dan kegiatan hasil musrenbang di kecamatan; Mempertajam
indikator serta target program dan kegiatan SKPD sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD;
Menyelaraskan program dan kegiatan antar SKPD dengan SKPD lainnya dalam rangka
optimalisasi pencapaian sasaran sesuai dengan kewenangan untuk sinergi pelaksanaan prioritas
pembangunan daerah; dan terakhir Menyesuaikan pendanaan program dan kegiatan prioritas
berdasarkan pagu indikatif untuk masing-masing SKPD .

Salah satu point penting dari pelaksanaan Forum SKPD adalah penyempurnaan rancangan
rencana kerja (renja) SKPD, dan tentunya hal tersebut menjadi sorotan dari para delegasi
kecamatan yang seringkali merasa kecewa dengan penjelasan kepala SKPD yang cenderung
tidak menguasai tugas pokoknya, target dalam RPJMD tahunan dan 5 tahunan atau bahkan
diwakili sehingga penjelasan yang bersifat kebijakan kebijakan yang mendasar tidak dapat
diputusakan pada saat Forum SKPD.

MUSRENBANG KABUPATEN.

Alhamdulillah, pada puncaknya pelaksanaan Musrenbang Kabupaten yang berlangsung pada hari
rabu tanggal 27 maret 2013 berjalan tertib dan lancar, meskipun masih jauh dari kesempurnaan
para delegasi kecamatan hanya mempertanyakan kekeliruan teknis yang dapat segera diperbaiki.
Kemudian pertanyaan, saran serta kritik yang diajukan juga sangat kondusif dalam membangun
tugas pokok serta pelaksanaan musrenbang kedepannya, terutama dari NGO atau LSM yang
masih mempertanyakan peran pemberdayaan anak dan perempuan dalam pelaksanaan kegiatan
SKPD.

Kesinambungan Program Pembangunan dari Tahun ke Tahun serta Keselarasan Proses


Musrenbang dengan penganggaran yang dikelola sebagaimana diamanatkan dalam dasar hukum
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional merupakan bagian dari upaya untuk memperbaiki
kelemahan yang selama ini terjadi, sehingga harus ditetapkan Program Prioritas yang
berorientasi pada Pemenuhan Hak-hak dasar masyarakat, serta mampu memastikan tercapainya
keadilan bagi seluruh masyarakat.

Prinsip kesetaraan, musyawarah, anti dominasi dan diskriminasi, keberpihakan dan


pembangunan holistik diharapkan dapat menjadi rujukan agar Rencana Pembangunan tidak
tersekat-sekat pada wilayah Desa/Kelurahan/Kecamatan, akan tetapi melihat permasalahan
pembangunan secara utuh dan menyeluruh.

Diharapkan bahwa dengan pelaksanaan Musrenbang selanjutnya akan tercipta Pemberdayaan


Masyarakat melalui berbagai bentuk partisipasi khususnya dalam mengemukakan usulan dan
berperan dalam pengambilan keputusan, sehingga tujuan dari pelaksanaan kegiatan Musrenbang
secara hakiki dapat tercapai.
Pentingnya Musrenbang untuk
Optimalkan Proses Perencanaan

MUSRENBANG: Bupati Gumas Arton S Dohong membuka Musrenbang tingkat Kabupaten


Gumas Tahun 2017 di Aula Kantor BP3D Kabupaten Gumas, Rabu (15/3).(ARHAM
SAID/RADAR SAMPIT)

PROKAL.CO, KUALA KURUN – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunung Mas (Gumas)


melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tingkat Kabupaten Gumas
Tahun 2017, sekaligus Konsultasi Publik Rancangan Rencana Kerja Pembangunan Daerah
(RKPD) Kabupaten Gumas Tahun 2018.

Bupati Gumas Arton S Dohong mengatakan, salah satu arena proses pengambilan keputusan
secara partisipatif dalam kebijakan daerah adalah musrenbang kabupaten. Itu merupakan arena
strategis dalam merumuskan perencanaan pembangunan secara kolaboratif, dengan melibatkan
tiga pilar pemerintahan, yaitu pemerintah daerah (eksekutif dan legislatif), masyarakat, dan dunia
usaha.
”Musrenbang kabupaten ini dilaksanakan dalam rangka mengefektifkan dan mengoptimalkan
proses perencanaan dan pengendalian pembangunan daerah, terutama dalam rangka
meningkatkan konsistensi kebijakan, pencapaian tujuan dan sasaran program pembangunan
tahun 2018,” katanya, Rabu (15/3).
Menurut dia, forum musrenbang merupakan momen penting, karena akan memantapkan
persiapan penyusunan rencana pembangunan, dengan menghasilkan arah dan kebijakan umum
berupa RKPD Gumas. Dalam pelaksanaannya, pejabat pemerintah dan kalangan masyarakat
secara dialogis dan setara membahas dokumen rancangan awal RKPD untuk menyepakati hal
penting bagi kemajuan daerah.
”Kami harapkan forum ini dapat membawa manfaat yang optimal bagi peningkatan
pembangunan daerah dan hasilnya dapat diukur tingkat keberpihakannya terhadap kepentingan
masyarakat,” ujarnya.
Dia meminta satuan organisasi perangkat daerah (OPD) teknis yang terkait dengan kegiatan
prioritas dan pelayanan publik, agar memetakan program dan kegiatannya berdasarkan potensi
dan kondisi wilayah kecamatan, serta melakukan evaluasi program dan kegiatan yang sudah
dijalankan.
”Kita ingin pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan untuk tahun depan, lebih dimatangkan lagi
mengingat perencanaan dari bawah berawal dari musrenbang
RPJMD menurut Permendagri 86 Tahun 2017

1. 1. PERENCANAAN PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH sesuai Peraturan Menteri


Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Ranperda tentang RPJPD dan RPJMD, serta Tata Cara
Perubahan RPJPD, RPJMD, dan RKPD Oleh : NOLDY H. PELLOKILA, S.SOS, MM Pengawas
Pemerintahan Madya Inspektorat Provinsi Nusa Tenggara Timur
2. 2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( Dokumen perencanaan Daerah untuk
periode 5 (lima) tahun terhitung sejak dilantik sampai dengan berakhirnya masa jabatan Kepala
Daerah
3. 3. Prinsip pembangunan Daerah a. merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional; b. dilakukan pemerintah Daerah bersama para pemangku kepentingan
berdasarkan peran dan kewenangan masingmasing; c. mengintegrasikan rencana tata ruang
dengan rencana pembangunan Daerah d. dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang
dimiliki masing-masing Daerah, sesuai dengan dinamika perkembangan Daerah dan nasional
4. 4. PENDEKATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH YANG BERORIENTASI PADA PROSES
TEKNOKRATIK • menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah untuk mencapai tujuan dan
sasaran pembangunan Daerah. PARTISIPATIF • melibatkan berbagai pemangku kepentingan
POLITIS • menerjemahkan visi dan misi Kepala Daerah terpilih kedalam dokumen perencanaan
pembangunan jangka menengah yang dibahas bersama dengan DPRD ATAS-BAWAH & BAWAH-
ATAS • diselaraskan dalam musyawarah pembangunan yang dilaksanakan mulai dari Desa,
Kecamatan, Daerah kabupaten/kota, Daerah provinsi, hingga nasional
5. 5. PENDEKATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH YANG BERORIENTASI PADA
SUBSTANSI HOLISTIK-TEMATIK •Mempertimbangkan keseluruhan unsur/ bagian/kegiatan
pembangunan sebagai satu kesatuan faktor potensi, tantangan, hambatan dan/atau
permasalahan yang saling berkaitan satu dengan lainnya. INTEGRATIF •menyatukan beberapa
kewenangan kedalam satu proses terpadu dan fokus yang jelas dalam upaya pencapaian tujuan
pembangunan Daerah SPASIAL •mempertimbangkan dimensi keruangan dalam perencanaan
6. 6. LINGKUP PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Rencana pembangunan Daerah •RPJPD
•RPJMD •RKPD Rencana Perangkat Daerah •Renstra Perangkat Daerah •Renja Perangkat
Daerah Disusun BAPPEDA melalui koordinasi, sinergi & harmonisasi dengan Perangkat Daerah
dan pemangku kepentingan Disusun PERANGKAT DAERAH melalui koordinasi, sinergi &
harmonisasi dengan Bappeda dan pemangku kepentingan
7. 7. RPJMD DALAM KERANGKA PERENCANAAN JANGKA PANJANG, MENENGAH & TAHUNAN
RPJMD Renstra PD Renja PD RKPD KUA PPA Rancangan APBDRKA-PD RPJPD APBDDPA-PD •
RPJPD dilaksanakan melalui RPJMD; • RPJMD dijabarkan kedalam Renstra PD dan diterjemahkan
kedalam RKPD; • RPJMD menjadi dasar pencapaian kinerja daerah jangka menengah yang
dilaksanakan melalui Renstra PD; • Keberhasilan pencapaian visi & misi kepala daerah
ditentukan oleh keberhasilan pencapaian visi & misi Renstra PD; • Seluruh program selama lima
tahun seluruh Renstra mempedomani program prioritas dalam RPJMD; • RPJMD dilaksanakan
melalui RKPD; • Renja PD menerjemahkan program prioritas (RKPD) kedalam kegiatan prioritas;
• RKPD sebagai dasar penyusunan RAPBD; • Realisasi (triwulan) DPA-PD menjadi dasar
pengendalian (hasil) RKPD dan Renja PD
8. 8. Tahapan Penyusunan Rencana pembangunan Daerah persiapan penyusunan penyusunan
rancangan awal penyusunan rancangan pelaksanaan Musrenbang perumusan rancangan akhir
penetapan
9. 9. Tahapan Penyusunan Rencana Perangkat Daerah persiapan penyusunan penyusunan
rancangan awal penyusunan rancangan pelaksanaan forum Perangkat Daerah/lintas Perangkat
Daerah perumusan rancangan akhir penetapan
10. 10. 10 1. Media untuk mengimplementasikan janji Kepala Daerah terpilih yang telah
disampaikan pada saat kampanye kepada seluruh masyarakat. 2. Pedoman pembangunan
selama 5 (lima) tahun. 3. Pedoman penyusunan rencana kerja tahunan (RKPD). 4. Alat atau
instrumen pengendalian bagi satuan pengawas internal (SPI) dan Bappeda. 5. Instrumen
evaluasi penyelenggaraan pemerintahan Daerah.
11. 11. Tata Cara Penyusunan RPJMD Tahapan Kegiatan persiapan penyusunan a. penyusunan
rancangan keputusan KDH tentang pembentukan tim penyusun RPJMD; b. orientasi mengenai
RPJMD; c. penyusunan agenda kerja tim penyusun RPJMD; d. penyiapan data dan informasi
perencanaan pembangunan Daerah berdasarkan SIPD; dan e. penyusunan rancangan
teknokratik RPJMD, sebelum penetapan KDH dan wakil KDH Terpilih, mencakup: analisis
gambaran umum kondisi Daerah; perumusan gambaran KeuDa; perumusan permasalahan
pembangunan Daerah; penelaahan dokumen perencanaan lainnya; dan perumusan isu strategis
Daerah Penyusunan Rancangan Awal RPJMD Dimulai sejak KDH dan wakil KDH terpilih dilantik,
mencakup : a. penyempurnaan rancangan teknokratik RPJMD; b. penjabaran visi dan misi KDH;
c. perumusan tujuan dan sasaran; d. perumusan strategi dan arah kebijakan; e. perumusan
program pembangunan Daerah; f. perumusan program Perangkat Daerah; dan g. KLHS
12. 12. Tata Cara Penyusunan RPJMD Tahapan Kegiatan Penyusunan Rancangan RPJMD Merupakan
penyempurnaan rancangan awal RPJMD & berdasarkan rancangan Renstra Perangkat Daerah
yang telah diverifikasi serta disajikan dengan sistematika paling sedikit memuat: a.
pendahuluan; b. gambaran umum kondisi Daerah; c. gambaran keuangan Daerah; d.
permasalahan dan isu srategis Daerah; e. visi, misi, tujuan dan sasaran; f. strategi, arah
kebijakan dan program pembangunan Daerah; g. kerangka pendanaan pembangunan dan
program Perangkat Daerah; h. kinerja penyelenggaraan pemerintahan Daerah; dan i. Penutup
Pelaksanaan Musrenbang RPJMD Musrenbang RPJMD bertujuan untuk penajaman,
penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan terhadap tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, dan
program pembangunan Daerah yang telah dirumuskan dalam rancangan awal RPJMD.
Dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh BAPPEDA paling lambat 75 (tujuh puluh lima) hari
setelah pelantikan KDH & dihadiri oleh para pemangku kepentingan. Hasil Musrenbang RPJMD
dirumuskan dalam berita acara kesepakatan dan ditandatangani oleh unsur yang mewakili
pemangku kepentingan yang menghadiri Musrenbang RPJMD.
13. 13. Tata Cara Penyusunan RPJMD Tahapan Kegiatan Perumusan Rancangan Akhir RPJMD •
Merupakan proses penyempurnaan rancangan RPJMD menjadi rancangan akhir RPJMD
berdasarkan berita acara kesepakatan hasil Musrenbang RPJMD • BAPPEDA menyampaikan
rancangan akhir RPJMD yang dimuat dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJMD
kepada Sekretaris Daerah melalui Perangkat Daerah yang membidangi hukum, paling lambat 5
(lima) hari setelah pelaksanaan Musrenbang RPJMD • KDH menyampaikan Ranperda tentang
RPJMD kepada DPRD untuk dibahas dalam rangka memperoleh persetujuan bersama DPRD dan
KDH, terdiri dari Ranperda dan rancangan akhir RPJMD, paling lambat 90 (sembilan puluh) hari
setelah KDH dan wakil KDH dilantik. Penetapan RPJMD • KDH menetapkan Ranperda tentang
RPJMD yang telah dievaluasi oleh Menteri menjadi Perda tentang RPJMD paling lambat 6
(enam) bulan setelah KDH dan wakil KDH dilantik • Evaluasi dilaksanakan paling lambat 5 (lima)
bulan setelah KDH dilantik. • Apabila penyelenggara Pemerintahan Daerah tidak menetapkan
Perda tentang RPJMD, anggota DPRD dan gubernur/bupati/wali kota dikenai sanksi administratif
berupa tidak dibayarkan hak keuangan selama 3 (tiga) bulan. • RPJMD yang telah ditetapkan
dengan Perda, digunakan sebagai instrumen evaluasi penyelenggaraan pemerintahan Daerah.
14. 14. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Dasar Hukum Penyusunan 1.3 Hubungan Antar
Dokumen 1.4 Maksud dan Tujuan 1.5 Sistematika Penulisan BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI
DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.3 Aspek
Pelayanan Umum 2.4 Aspek daya saing daerah BAB III GAMBARAN KEUANGAN DAERAH 3.1
Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD 3.1.2 Neraca Daerah 3.2 Kebijakan
Pengelolaan Keuangan Masa Lalu 3.2.1 Proporsi Penggunaan Anggaran 3.2.2 Analisis
Pembiayaan 3.3 Kerangka Pendanaan 3.3.1 Proyeksi Pendapatan dan Belanja 3.3.2
Penghitungan Kerangka Pendanaan SISTEMATIKA DOKUMEN RPJMD
15. 15. BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1 Permasalahan Pembangunan
4.2 Isu Strategis BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi 5.2 Misi 5.3 Tujuan dan
Sasaran BAB VI STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII
KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH BAB VIII
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IX PENUTUP SISTEMATIKA
...................
16. 16. KETERKAITAN PENYAJIAN MATERI ANTAR-BAB BAB III GAMBARAN KEUANGAN DAERAH BAB
VIII KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV PERMASALAHAN & ISU-ISU
STRATEGIS BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN
SASARAN BAB VI STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN & PROPEMDA BAB VII KERANGKA PENDANAAN
PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH Sasaran Visi & Misi BAB I PENDAHULUAN
BAB IX PENUTUP
Pendekatan konsultasi akar rumput (grassroot) telah lama dipandang sebagai cara terbaik untuk
menumbuhkan rasa memiliki masyarakat atas proyek-proyek berbasis warga, mengembangkan
dan memelihara lembaga-lembaga demokrasi, mengurangi konflik kepentingan, mencapai
tujuan-tujuan pembangunan daerah secara berkelanjutan. Dalam satu dekade terakhir,
konsultasi akar rumput telah dilaksanakan di Indonesia dalam berbagai bentuk.
Akan tetapi penyelenggaraannya kerap kurang memperhatikan aspek partisipasi secara luas,
dan biasanya masih berupa seremonial dan acara rutin belaka[1].

Pemerintah telah menetapkan kegiatan musyawarah


pembangunan daerah atau Musrenbang sebagai
sarana untuk melibatkan masyarakat dalam
perencanaan pembangunan di daerah. Berbagai prakarsa juga telah ditempuh sejumlah
daerah
untuk meningkatkan efektifitas partisipasi masyarakat, antara lain dengan melembagakan
prosedur Musrenbang dalam Peraturan Daerah (Perda); pengembangan Perda transparansi
dan partisipasi; keterlibatan lebih besar DPRD dalam proses
perencanaan; kerjasama dengan organisasi masyarakat sipil (OMS) untuk fasilitasi
pembahasan anggaran; serta pelatihan metodologi dan teknik
prioritisasi alokasi anggaran bagi fasilitator Musrenbang.

Meskipun terdapat komitmen yang tinggi dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
peranan, fungsi dan jurisdiksi organisasi masyarakat sipil dalam proses perencanaan dan
penganggaran belum didefinisikan secara jelas. Keadaan ini membatasi efektifitas keterlibatan
masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah.

Sejak diterapkannya proses desentralisasi pada tahun 1999, Pemerintah Pusat telah melakukan
usaha-usaha, melalui serangkaian regulasi dan berbagai tindakan, untuk mendorong penerapan
pendekatan partisipasi dalam perencanaan pembangunan daerah, serta membuka ruang bagi
keterlibatan masyarakat dalam proses pengelolaan kepemerintahan daerah. Pemerintah Daerah
mendukung usaha-usaha di atas dengan melaksanakan praktek-praktek perencanaan partisipatif.
Meskipun memang perencanaan partisipatif ini lebih bagus dalam tataran peraturan tapi tidak
dalam pelaksanaan.

Keberadaan unsur masyarakat dalam musrenbang sendiri seringkali tidak terwakili dengan baik,
sehingga hasil keputusan musrenbang seringkali tidak benar-benar menfasilitasi kepentingan
masyarakat. Untuk itulah kiranya perlu dilakukan sebuah riset sebelum musrenbang
dilaksanakan.

Musrenbang adalah forum multi-pihak terbuka yang secara bersama mengindentifikasi dan
menentukan prioritas kebijakan pembangunan masyarakat. Kegiatan ini berfungsi sebagai
proses negosiasi, rekonsiliasi, dan harmonisasi perbedaan antara pemerintah dan pemangku
kepentingan non pemerintah, sekaligus mencapai konsensus bersama mengenai prioritas
kegiatan pembangunan berikut anggarannya.

Pada tingkat masyarakat (desa), Musrenbang bertujuan untuk mencapai kesepakatan tentang
prioritas program SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang akan dibiayai dari APBD
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) dan Alokasi Dana Desa (ADD), serta memilih
wakil-wakil dari pemerintah dan masyarakat yang akan mengikuti Musrenbang tingkat
kecamatan. Pada tingkat kecamatan, peran dan fungsi Musrenbang ialah untuk mencapai
konsensus dan kesepakatan mengenai [2]:

1. Prioritas program dan kegiatan SKPD untuk dibahas dalam Forum SKPD;
2. Penentuan perwakilan dari kecamatan yang akan menghadiri Musrenbang kabupaten.

Pada tingkat kabupaten/kota,


Musrenbang bertujuan untuk mencapai konsensus dan kesepakatan tentang draft final
RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah). Dokumen ini berisikan [3]:

1. Arah kebijakan pembangunan daerah;


2. Arah program dan kegiatan prioritas SKPD berikut perkiraan anggarannya atau
Renja (Rencana Kerja) SKPD;
3. Kerangka ekonomi makro dan keuangan;
4. Prioritas program dan kegiatan yang akan dibiayai olehAPBD, APBD Provinsi, dan sumber-
sumber biaya lainnya;
5. Rekomendasi dukungan peraturan dari Pemerintah Provinsi dan Pusat;
6. Alokasi anggaran untuk ADD.

Selain itu pada tingkat kecamatan dan kabupaten/kota terdapat pula kegiatan serupa yang disebut
Forum SKPD, yang membahas sektor-sektor spesifik seperti kesehatan dan pendidikan.
Kegiatan ini memungkinkan setiap SKPD memadukan program-program mereka dengan
perspektif dan prioritas masyarakat. Hasil dari Musrenbang kecamatan menjadi bahan diskusi
pada Forum SKPD, dan hasilnya kemudian dibawa ke Musrenbang kabupaten/kota untuk
dibahas lebih lanjut.

Musrenbang pada dasarnya, adalah perencanaan yang bersifat Botton Up Planning, karena
perencanaan dari bawah tentunya masyarakat adalah subjek (bukan Objek) Pembangunan.
Sementara perencanaan program SKPD pada dasarnya bersifat Top Down Planning melalui
kebijakan yang dibuat sendiri oleh SKPD. Disini SKPD adalah subjek pemberi pelayanan
kemasyarakatan. Musrenbang berada diantara Kebutuhan, Keinginan dan Proses Perencanaan
Program SKPD. Merujuk dari analisis kebutuhan dan keinginan serta pendapat berbagai pakar
pembangunan kabupaten, yang menjelaskan bahwa Pembangunan di suatu kabupaten dalam
konsep desentralisasi akan berhasil jika memperhatikan atau berada dalam sistem dan subsistem
Pemerintahan Lokal, Masyarakat dan Keluarga Setempat serta Dunia Usaha (Wiraswasta) Lokal.
Masing-masing mempunyai unsur yang sama yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), Cara Bekerja,
dan Nilai-nilai dalam beraktifitas.

1. Mengatur Partisipasi Masyarakat

Pemerintah telah menerbitkan serangkaian peraturan perundangan untuk mendorong partisipasi


masyarakat dalam proses resmi perencanaan dan penganggaran daerah. Peraturan-peraturan
tersebut meliputi[4]:
– Undang-Undang No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah; meletakkan partisipasi
masyarakat sebagai elemen penting untuk mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat;
menciptakan rasa memiliki masyarakat dalam pengelolaan pemerintahan daerah;
menjamin terdapatnya transparansi, akuntabililitas dan kepentingan umum; perumusan
program dan pelayanan umum yang memenuhi aspirasi masyarakat.

– Undang-Undang 25/2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; melembagakan Musrenbang di semua
peringkat pemerintahan dan perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan tahunan.
Menekankan tentang perlunya sinkronisasi
lima pendekatan perencanaan yaitu pendekatan politik, partisipatif, teknokratis, bottom-up
dan top down dalam perencanaan pembangunan daerah.

– Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri
Dalam Negeri (Mendagri) Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang;
mengatur titik masuk (entry point) partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan dan
penganggaran daerah. Surat edaran bersama ini juga mempedomani tata cara, capaian, prosedur,
proses, dan mekanisme penyelenggaraan Musrenbang dan forum multistakeholder SKPD.

Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa Pemerintah Indonesia telah menciptakan kerangka
bagi Musrenbang untuk dapat mensinkronisasikan perencanaan ‘bottom-up’ dengan
‘top down’ dan merekonsiliasikan berbagai
kepentingan dan kebutuhan pemerintah daerah dan non pemerintah daerah dalam per
encanaan pembangunan daerah.

Regulasi lain yang memungkinkan masyarakat untuk dapat lebih memantau dampak pengeluaran
pemerintah daerah, seperti pengeluaran untuk mengatasi kemiskinan dan penguatan peran
perempuan,adalah sebagai berikut[5]:

– Undang-Undang No. 17/2003 tentang Keuangan Negara; Peraturan Pemerintah No.


58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,dan Peraturan Mendagri No. 13/2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; melembagakan elemen-elemen penting dari tata
pemerintahan yang baik seperti akuntabilitas, transparansi, efisiensi dan efektifitas alokasi
sumber dana, keberlanjutan pengelolaan keuangan daerah, dan pengelolaan kinerja seperti
perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja. Peraturan dan perundangan ini berpeluang
untuk memberikan kerangka yang lebih baik bagi organisasi masyarakat sipil untuk terlibat
dalam proses penganggaran.

– Peraturan Pemerintah No.65/2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar


Pelayanan Minimal; ditujukan untuk memberikan kerangka yang lebih berkelanjutan bagi
perbaikan pelayanan publik. Peraturan ini memberikan peluang dan instrumen bagi penguatan
organisasi masyarakat sipil dan masyarakat marjinal untuk
lebih menyuarakan kebutuhannya akan pelayanan publik, advokasi dalam proses peny
usunan perencanaan dan pengelolaan pelayanan, dan pengawasan terhadap implementasi
pelayanan publik. Ini juga akan memungkinkan konsultasi yang lebih efektif dengan SKPD yang
bertanggung jawab dalam penyediaan pelayanan dasar,memudahkan pemantauan dan
evaluasi kinerja pelayanan, serta analisis alokasi anggaran terutama untuk kaum pere
mpuan dan mengatasi kemiskinan.

– Peraturan Pemerintah No. 72/2005 tentang Desa; mengatur tentang sumber dana untuk
desa, termasuk Alokasi Dana Desa (ADD) yang besarnya minimal 10 persen dari bagian dana
perimbangan keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh kabupaten/kota dan diberikan ke
desa secara proporsional. Peraturan ini memberikan peluang bagi pendalaman demokratisasi
proses perencanaan pembangunan desa;

– Surat Edaran Mendagri 2005 tentang Pedoman PenerapanAlokasi Dana Desa memberi
pedoman tentang pengaturan besaran ADD, prinsip-prinsip pengelolaan ADD terutama
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ADD, institusi pengelola, sistem, prosedur dan
mekanisme penyaluran dan penggunaan, pelaporan dan pengawasan ADD.

Permasalahan yang terjadi hari ini, Musrenbang cenderung tidak efektif, hasil yang didapat dari
musrenbang-pun akhirnya hanya menjadi hasil yang diinginkan oleh pihak pemerintah yang
kadangkala bukanlah hal-hal substantif seperti yang dibutuhkan masyarakat. Untuk mengurangi
itu semua, sehingga nantinya diharapkan agar tercipta musrenbang yang efektif dan hasilnya
berpihak pada masyarakat, maka penulis pikir perlu diadakan sebuah riset pendahuluan sebelum
musrenbang ini dilaksanakan.

Adapun metode riset yang penulis tawarkan adalah dengan menggunakan metode survey tingkat
kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan dan segala aspek yang ada dalam lingkungan
sebuah daerah tertentu. Selain itu, juga dihitung kembali bagaimana tingkat kesejahteraan daerah
tersebut, apakah mengalami kenaikan, stagnan, atau malah terjadi penurunan.

Setelah itu, dari hasil survey, disusunlah daftar kebutuhan masyarakat. Daftar kebutuhan ini
kemudian dibedakan antara daftar kebutuhan yang sifatnya mendesak, agak mendesak, dan tidak
terlalu mendesak. Hal ini penting dilakukan agar segera diketahui mana saja program yang
nantinya dilaksanakan secepatnya, atau mana yang masih bisa menunggu, sehingga pemerintah
bisa mengatur prioritas dalam pembangunan daerah.

Dengan demikian, dengan membawa daftar masalah dan kebutuhan masyarakat, keberadaan
musrenbang akan dapat lebih efektif, dan sesuai dengan harapan masayrakat.

Selain itu, dalam upaya untuk melakukan Perspektif Peningkatan Kualitas Musrenbang secara
umum, penguatan Musrenbang paling tidak memerlukan dua aspek [6]:

1. Penerapan prinsip inklusif dan broad base participation di semua tahapan dan peringkat proses
pengambilan keputusan yang meliputi konsultasi pada peringkat kebijakan, perencanaan,
alokasi sumber daya, implementasi, pemantauan, dan evaluasi;
2. Ketersediaan dan kelengkapan analisis teknis, termasuk sinkronisasi prioritas pembangunan
daerah antarsektor dan tingkat pemerintahan (nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan,
dan desa) disertai dengan forum pembahasan yang partisipatif untuk memastikan bahwa
program dan kegiatan efektif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat
Untuk itu, sebelum melakukan musrenbang ada baiknya penyusunan materi muatan musrenbang
maupun dalam pelaksanaan musrenbang terlebih dahulu melihat beberapa hal dibawah ini[7] :

A. Regulasi Nasional

Surat Edaran Bersama tentang Musrenbang yang diterbitkan setiap tahun oleh Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Negara/Kepala BAPPENAS perlu diganti dengan regulasi
yang lebih permanen untuk menjamin kepastian dan keberlanjutan. Ini akan membantu
mengatasi ketidakseragaman komitmen dari pimpinan pemerintahan di sejumlah
daerah terhadap perwujudan penyelenggaraan pemerintahan yang partisipatif dan yang
bersikap menunggu diterbitkannya regulasi untuk melakukan tindakan yang lebih nyata.

Regulasi yang diterbitkan hendaknya:

1. Mengembangkan prinsip inklusif dan broad based participation yang mengikutsertakan


semua kelompok masyarakat yang relevan (perempuan, masyarakat miskin, kelompok
marjinal dan dunia usaha );
2. Mempertegas peranan, fungsi dan jurisdiksi dari masing-masing stakeholder (organisasi
masyarakat sipil dan DPRD) dalam proses perencanaan dan penganggaran, terutama
dalam penyiapan dan perumusan anggaran;
3. Bersifat luwes untuk mengakomodasikan praktek-praktek yang baik di daerah;
4. Memastikan pemenuhan standar konsultasi publik;
5. Mewujudkan kondisi bagi pengembangan penganggaran partisipatif

Pengembangan regulasi tersebut perlu mengikut sertakan


semua pemangku kepentingan yang sesuai, termasuk pemerintah daerah dan organisasi
masyarakat sipil yang telah mengimplementasikan praktek-praktek Musrenbang yang baik.

1. Regulasi Daerah

Berdasarkan regulasi nasional tersebut di atas, pemerintah daerah hendaknya membuat peraturan
daerah tentang Musrenbang yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Hal ini untuk
memastikan dan menguatkan komitmen dari manajemen puncak di daerah, DPRD, dan
organisasi masyarakat sipil untuk mengimplementasikan perencanaan partisipatif. Apabila
dirancang dengan baik, maka regulasi ini akan mampu meningkatkan pemantauan dan
pengawasan organisasi masyarakat sipil terhadap anggaran publik dan memperbaiki transparansi
anggaran serta meningkatkan keterpaduan antara perencanaan dan penganggaran.

Peraturan daerah yang dibuat, antara lain perlu mengakomodasikan hal-hal berikut:

1. Kejelasan proses perencanaan partisipatif;


2. Akomodasi penganggaran partisipatif dalam prosesnya;
3. Bagan alir dan kalender yang jelas tentang proses perencanaan dan penganggaran daerah;
4. Arahan struktur dan keanggotaan organisasi penyelenggara Musrenbang;
5. Ketersediaan anggaran APBD yang memadai untuk menyelenggarakan musrenbang;
6. Kalender kegiatan penyusunan rencana dan anggaran tahunan;
7. Tipologi stakeholder yang akan diundang atau dilibatkan, termasuk pengarusutamaan gender;
8. Peranan, fungsi, dan jurisdiksi masing-masing stakeholder;
9. Keterlibatan aktif DPRD dalam semua tapan proses perencanaan;

10. Peranan dan fungsi forum konsultasi multi stakeholder SKPD;

11. Publikasi APBD di media

1. Kualitas Musrenbang

Kualitas Musrenbang perlu diperbaiki guna mencapai suatu standar konsultasi publik yang baik
dalam perencanaan partisipatif. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Meningkatkan kualitas fasilitator, antara lain melalui bantuan teknis dan pelatihan fasilitator;
2. Memastikan representasi perempuan dan kelompok marjinal sebagai stakeholder;
3. Meningkatkan keterkaitan dengan forum konsultasi multi stakeholder SKPD;
4. Meningkatkan kualitas dan kekinian informasi yang disediakan bagi peserta, termasuk informasi
tentang perkiraan anggaran;
5. Mendokumentasikan secara baik kesepakatan yang dicapai dalam Musrenbang;
6. pengembangan instrumen yang lebih baik untuk memandu perumusan kebutuhan dan aspirasi
stakeholder dan meningkatkan realisasi usulan;
7. Memperbaiki koordinasi waktu dan logistik Musrenbang;
8. Menciptakan mekanisme untuk meningkatkan akuntabilitas Musrenbang seperti pengembangan
indikator untuk memantau kinerja proses pasca Musrenbang; seperti persentase usulan
Musrenbang yang direalisasikan dalam APBD (terutama yang berkaitan dengan usulan perbaikan
atau pengembangan pelayanan dasar untuk masyarakat miskin)

Peranan dan Fungsi Organisasi Masyarakat Sipil

Peranan dan tanggung jawab organisasi masyarakat sipil dalam Musrenbang perlu diperjelas.
Kemungkinan peranan dan fungsi OMS:

1. Pengembangan koalisi strategis dan jaringan yang efektif untuk mempengaruhi pengambilan
keputusan dalam proses perencanaan dan penganggaran di daerah untuk menerapkan
penganggaran partisipatif;
2. Menjadi fasilitator Musrenbang;
3. memberikan advokasi, pelatihan, pendampingan, penelitian, dan analisis anggaran;
4. Menyediakan dan meningkatkan akses masyarakat pada informasi perencanaan dan
penganggaran agar mereka lebih peduli dan aktif berkontribusi dalam prosesnya;
5. Menciptakan forum publik untuk mendorong pembahasan APBD sebelum APBD disetujui dan
disahkan;
6. Melakukan kampanye untuk mendorong transparansi anggaran;
7. Memantau dan mengevaluasi anggaran dan kinerja pelayanan publik;
8. Membantu DPRD untuk melakukan tinjauan (review) dan penilaian terhadap dampak anggaran
yang diusulkan pemerintah daerah, terutama dampak anggaran bagi usaha pengentasan
kemiskinan dan penerapan standar pelayanan minimal;
9. Bekerjasama dengan media untuk memastikan tujuan-tujuan perencanaan dan penganggaran
partisipatif, proses, dan hasil-hasilnya dipublikasikan lebih baik.
Peranan dan Fungsi DPRD

Terdapat kebutuhan untuk menguatkan keterlibatan DPRD dalam Musrenbang khususnya dan
semua tahapan proses perencanaan pada umumnya. Di samping itu, jadwal waktu reses DPRD
perlu disinkronisasikan dengan jadwal waktu Musrenbang dan kalendar perencanaan dan
penganggaran daerah. Dengan demikian DPRD dapat berkontribusi aktif dan efektif dalam
Musrenbang pada saat kegiatan tersebut dilaksanakan.

Peranan dan fungsi DPRD perlu diperkuat dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Keterlibatan aktif dari komisi, komite DPRD yang relevan dalam diskusi, peninjauan, dan evaluasi
usulan masyarakat dalam Musrenbang;
2. Pemahaman terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat disuarakan dalam Musrenba
ng dan memberikan masukan atas prioritas program berdasarkan prioritas masayarakat;
3. Memastikan terdapatnya konsistensi dan keseimbangan antara program dan anggaran tahunan
daerah dengan prioritas nasional dan provinsi dan antara prioritas sektoral dengan alokasi
anggaran;
4. Memastikan bahwa Musrenbang menerapkan standar konsultasi publik yang sesuai;
5. mencermati kebutuhan pengembangan regulasi untuk dimasukkan dalam program Renja DPRD
mendukung program dan kegiatan yang diprioritaskan di Musrenbang.

Keberhasilan penerapan metode ini sangat bergantung kepada peran masing-masing pihak, jika
semuanya berjalan dengan semestinya, maka yang dihasilkan dalam musrenbang inipun juga
akan menjadi baik, semoga.
Musyawarah Rencana Pembangunan
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat Musrenbang adalah


forum antarpelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan Nasional dan rencana
pembangunan Daerah. Musrenbang diatur dalam Undang-Undang no. 25 tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan diatur oleh Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas untuk tingkat nasional dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda)

Perkembangan perencanaan partisipatif bermula dari kesadaran bahwa kinerja sebuah prakarsa
sangat ditentukan oleh semua pihak yang terkait dengan prakarsa tersebut. Semua pihak yang
terkait selanjutnya dikenal dengan istilah pemangku kepentingan (stakeholders). Komitmen
semua pemangku kepentingan adalah kunci keberhasilan program, dan diyakini bahwa besarnya
komitmen ini tergantung kepada sejauhmana mereka terlibat dalam proses perencanaan. Dalam
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan partisipatif diwujudkan antara lain
melalui musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) di mana sebuah rancangan
rencana dibahas dan dikembangkan bersama semua pemangku kepentingan. Pemangku
kepentingan berasal dari semua aparat penyelenggara negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif),
masyarakat, kaum rohaniwan, pemilik usaha, kelompok profesional, organisasi non-pemerintah,
dan lain-lain. (Penjelasan PP 40 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan
Nasional)

Musrenbangnas 2014 oleh Presiden SBY

Musrenbang terbagi dari perencanaan yang dibahas yaitu:


1. Musyawarah Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP, 20 tahun), baik Musrenbang Jangka
Panjang Nasional dan Musrenbang Jangka Panjang Daerah dilaksanakan paling lambat 1 (satu)
tahun sebelum berakhirnya periode RPJP yang sedang berjalan
2. Musyawarah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM, 5 tahun), Musrenbang Jangka
Menengah Nasional dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan setelah Presiden dilantik, sama
halnya dengan Musrenbang Jangka Menengah Daerah dilakukan 2 bulan pasca Kepala Daerah
dilantik
3. Musyawarah penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP, 1 tahun), dilaksanakan paling lambat
bulan April (Nasional) dan Maret (Daerah)

Musrenbang terdiri atas beberapa tahapan yang bertingkat, yaitu:

1. Musrenbang Nasional;
2. Musrenbang Provinsi
3. Musrenbang Kota/Kabupaten
4. Musrenbang Kecamatan
5. Musrenbang Kelurahan/Desa

Talkshow Musrenbangnas RPJMN 2015-2019 tahun 2014

Contoh Tahapan Musrenbang dalam Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah

1. Rangkaian Penyusunan Rancangan Awal


1. Rapim Persiapan Penyusunan RKP
2. Rapat Kerja Internal Bappenas
3. Multilateral Meeting Internal Bappenas
4. Sidang Kabinet Pembahasan Tema, Arah, Kebijakan, Prioritas Pembangunan dalam RKP
5. Rapim Persiapan Raker dan Temu Konsultasi Triwulan
6. Raker dan Temu Konsultansi Triwulan
7. Raker Bappenas K/L
8. Temu Konsultasi Triwulanan I Bappenas-Bappeda
9. Multilateral Meeting I
10. Bilateral Meeting I
11. Musrenbangprov
12. Rapim Persiapan Sidang Paripurna
13. Sidang Kabinet Rancangan Awal RKP
2. Rangkaian Penyusunan Rancangan Akhir
1. Rakorbangpus
2. Multilateral Meeting II
3. Bilateral Meeting II
4. Pembukaan Musrenbangnas
5. Musrenbangnas
6. Penutupan Musrenbangnas
7. Trilateral Meeting
3. Proses Penetapan RKP
1. Sidang Kabinet Penetapan RKP
2. Penyampaian RKP kepada Dewan Perwakilan Rakyat
3. Penetapan Perpres RKP
Seringkali kita bertanya-tanya apa itu Musrenbang RKPD? Tujuannya apa? Bagaimana
Musrenbang dilakukan? Apa tahapan-tahapannya? Disini akan dijelaskan apa yang dimaksud
dengan musrenbang itu sendiri.

Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) RKPD adalah forum musyawarah antar


pemangku kepentingan untuk membahas dan menyepakati langkah-langkah penanganan program
kegiatan prioritas yang tercantum dalam daftar usulan rencana kegiatan pembangunan
desa/kelurahan yang diintegrasikan dengan prioritas pembangunan daerah Kabupaten/Kota di
wilayah Kecamatan.

Menjawab pertanyaan yang kedua, apa tujuan Musrenbang RKPD? Tujuan yang pertama adalah
membahas dan menyepakati usulan rencana kegiatan pembangunan dari para pemangku
kepentingan yang menjadi kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan yang
bersangkutan. Kedua, membasa dan menyepakati kegiatan prioritas pembangunan di wilayah
kecamatan yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan desa. Ketiga,
menyepakati pengelompokan kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan berdasarkan
tugas dan fungsi OPD yang diklasifikasikan berdasarkan urusan.

Pertanyaan terakhir adalah bagaimana Musrenbang itu RKPD dilakukan? Apakah tahapannya?
Untuk melakukan Musrenbang RKPD tentu harus disusun dulu RKPD-nya. Dimulai dari
persiapan penyusunan RKPD yang kemudian dihasilkan output berupa Rancangan Awal RKPD.
Rancangan Awal RKPD ini diverifikasi hingga menjadi Rancangan RKPD. Rancangan RKPD
inilah yang dibahas di Musrenbang RKPD yang kemudian jadi Rancangan Akhir yang digunakan
untuk penyusunan KUA (Kebijakan Umum APBD) dan PPAS (Plafon Prioritas Anggaran
Sementara). Untuk lebih jelas mengenai tahapan tersebut bisa lihat bagan di bawah :

ringkasan mekanisme penyusunan RKPD & Musrenbang

Untuk sekarang sekian dulu pembahasan mengenai Musrenbang RKPD. Lihat terus
perkembangan mengenai pembangunan di Artikel website Bappeda Kabupaten Bogor.

Anda mungkin juga menyukai