Anda di halaman 1dari 13

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEBAGAI WUJUD

IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN DESA


Meylani Kartika
Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum, Universitas Trunojoyo Madura
Email: meylanisng@gmail.com

Abstract
Infrastructure development in rural areas is one of the small steps that can be taken by the
government and the community in the context of national development. Currently, the lack of
adequate infrastructure in rural areas is still an unresolved problem. This can be seen from
many villages where infrastructure facilities and infrastructure are still very minimal,
starting from the limited facilities and infrastructure for rural settlements such as drinking
water, sanitation, waste disposal, telecommunications services, road access and other
environmental infrastructure. This is what should be highlighted by the government and also
the community to immediately take a role in implementing village development planning as
part of national development. The main obstacle in this village development problem is
because the government only makes the village as an object of development by continuing to
provide development programs to the village without paying attention to what is really
needed by the village so that sometimes the infrastructure development carried out is not
right on target and also not on time, which in the end the infrastructure that has been built
cannot solve the existing problems.
Abstrak
Pembangunan infrastruktur pada daerah perdesaan merupakan salah satu langkah kecil yang
dapat diambil baik oleh pemerintah maupun masyarakat dalam rangka pembangunan
nasional. Pada saat ini kurangnya infrastruktur yang memadai di daerah perdesaan masih
menjadi sebuah masalah yang tidak kunjung terselesaikan. Hal ini dapat terlihat dari masih
banyaknya desa-desa yang masih sangat minim sarana dan prasarana infrastrukturnya, mulai
dari masih terbatasnya sarana dan prasarana pemukiman perdesaan seperti air minum,
sanitasi, persampahan, pelayanan telekomunikasi, akses jalan dan prasarana lingkungan
lainnya. Hal tersebutlah yang patut menjadi sorotan oleh pemerintah dan juga masyarakat
untuk segera mengambil peran dalam pengimplementasian perencanaan pembangunan desa
sebagai bagian dari pembangunan nasional. Kendala utama dalam masalah pembangunan
desa ini adalah karena pemerintah hanya menjadikan desa sebagai objek pembangunan
dengan terus memberikan program-program pembangunan kepada desa tanpa memperhatikan
apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh desa itu sehingga terkadang pembangunan
infrastruktur yang dilakukan menjadi tidak tepat sasaran dan juga tidak tepat waktu, yang
pada akhirnya infrastruktur yang telah terbangun tadi tidak dapat menyelesaikan
permasalahan yang ada.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Desa adalah suatu wilayah yang didalamnya terdapat sejumlah penduduk yang saling
mengenal atas dasar hubungan kekerabatan dan atau kepentingan politik, sosial, ekonomi,
dan keamanan yang pertumbuhannya menjadi kesatuan masyarakat hukum yang bertempat
tinggal dalam suatu lingkungan dan kehidupannya relatif homogen serta banyak bergantung
kepada kebaikan-kebaikan alam. Demi menjaga kesejahteraan hidup masyarakat di desa
maka diperlukan yang namanya pembangunan.

Apabila ditinjau dari sisi historis nya sejak era kemerdekaan pembangunan desa telah
menjadi salah satu fokus perhatian dari pemerintah dimana strategi pembangunan desa dari
waktu ke waktu sering kali mengalami perubahan sesuai periode pembangunan. Strategi
pembangunan desa disini harus memperhatikan ciri khas sosial dan budaya masyarakat yang
tinggal di kawasan perdesaan. Masyarakat perdesaan pada umumnya masih memiliki dan
melestarikan kearifan lokal kawasan perdesaan yang sangat berhubungan dengan
karakteristik sosial, budaya dan geografis, struktur demografi, serta kelembagaan desa,
sehingga dalam menciptakan sebuah strategi dalam pembangunan desa maka hal-hal tersebut
juga harus turut diperhatikan. Namun banyak dari program yang diluncurkan pemerintah
dalam rangka pembangunan desa dianggap kurang efektif, hal tersebut sebagai dampak dari
pembangunan desa yang kurang memperhatikan kultur masyarakat desa dalam membangun.
Pemerintah dianggap hanya menjadikan desa sebagai objek pembangunan dengan terus
memberikan program-program pembangunan kepada desa tanpa memperhatikan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan oleh desa itu sehingga terkadang pembangunan infrastruktur yang
dilakukan menjadi tidak tepat sasaran dan juga tidak tepat waktu, yang pada akhirnya
infrastruktur yang telah terbangun tadi tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.

Sebagaimana yang tertuang didalam UU Desa, pembangunan desa ditujukan


meningkatkan kesejahteraan hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui
penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa,
pengembangan potensi ekonomi lokal dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
secara berkelanjutan. Pembangunan desa dilaksanakan dengan mengedepankan semangat
kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan pengarusutamaan
perdamaian serta keadilan sosial. Jadi secara garis besar pembangunan desa mencakup bidang
penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa serta pemberdayaan masyarakat desa. Perencanaan pembangunan desa
sendiri disusun secara berjangka meliputi:

a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RP-JMDes) untuk jangka waktu 6


(enam) tahun; dan
b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang dise-but Rencana Kerja Pemerintah
Desa (RKP DESA), merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1
(satu) tahun.

Secara administrasi pemerintahan, desa berada pada posisi terbawah pada negara ini
sehingga pembangunan desa merupakan salah satu langkah kecil yang dapat melengkapi
maupun mendasari implementasi pembangunan nasional di negara ini. Untuk mewujudkan
pembangunan desa ini maka dapat ditempuh melalui upaya penanggulangan kemiskinan
dengan membangun sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta
sinergitas dengan perencanaan pembangunan Pemerintah Daerah sehingga diperlukan
Pedoman Pembangunan desa. Ini lah yang menjadi titik permasalahan pada bahasan
mengenai pembangunan desa ini, bahwa pada saat ini jumlah desa tertinggal di Indonesia
masih berada pada angka yang cukup tinggi, salah satu penyebabnya adalah kurangnya
infrastruktur pada daerah perdesaan berupa sarana maupun prasarana.

Kurangnya infrastruktur berupa sarana dan prasarana tersebut kemudian melahirkan


masalah baru yakni semakin tingginya tingkat kesenjangan ekonomi dan kesenjangan sosial
antara masyarakat perdesaan dengan masyarakat perkotaan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat
kemiskinan di perdesaan (ditinjau dari indikator jumlah dan persentase penduduk miskin
maupun tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan) yang memiliki persentase yang cukup
tinggi. Jumlah penduduk miskin total adalah sekitar 37,4 juta jiwa (BPS 2005) atau 17,2
persen (Susenas 2003), dengan persentase penduduk miskin di perdesaan mencapai 20,2
persen, sedangkan di perkotaan sebesar 13,6 persen. Hal ini lah yang dapat dijadikan dasar
yang melatarbelakangi baik pemerintah maupun masyarakat desa segera melakukan
pembangunan pada desa dan dapat dimulai melalui pembangunan maupun perbaikan sarana
dan prasarana infrastruktur pada daerah perdesaan. Jadi dalam mewudkan pembangunan desa
tersebut tidak hanay peran pemerintah namun sesungguhnya pelibatan seluruh lapisan
masyarakat juga sangat dibutuhkan meski dalam kenyataannya, hingga saat ini masih banyak
warga masyarakat yang belum dapat dijangkau ataupun mengakses pembangunan desa pada
berbagai tahapan.

PEMBAHASAN

1. Perencanaan Pembangunan Desa

Untuk mencapai suatu tujuan yang maksimum (maximum output) maka dibutuhkan
pula suatu perencanaan yang baik, perencanaan yang baik dapat dilakukan dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang ada secara efektif dan efisien, kemudian perlu juga
ditetapkan tujuan yang akan dicapai dan dilakukan, bagaimana cara yang harus ditempuh,
bilamana terjadi sebuah kendala hal apa yang dapat dilakukan, serta oleh siapa saja
perencanaan untuk mencapai suatu tujuan tersebut dilakukan. Jadi perencanaan merupakan
langkah awal dalam melaksanakan suatu tujuan tertentu yang menyangkut pengambilan
keputusan atau pilihan mengenai bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada
semaksimal mungkin guna mencapai tujuan – tujuan tertentu dimasa depan.

Begitupula dalam proses pembangunan desa, dalam prosesnya yang menjadi langkah
awal nya adalah proses perencanaan. Pada Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, kita dapat meluihat apa yang
dimaksud perencanaan pembangunan desa itu, perencanaan pembangunan desa sendiri dapat
diartikan sebagai proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah desa dengan
melibatkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan unsur masyarakat secara partisipatif
guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan desa. Jadi intinya adalah bahwa di dalam membangun kemandirian desa dalam
kerangka desa membangun harus dimulai dari proses perencanaan desa yang baik, dan diikuti
dengan tatakelola program yang baik pula.

Pada pasal itu dapat kita lihat bahwa terdapat istilah pembangunan partisipatif, yang
dapat diartikan sebagai suatu sistem pengelolaan pembangunan di desa dan kawasan
perdesaan yang dikoordinasikan oleh kepala desa dengan mengedepankan kebersamaan,
kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan
keadilan sosial. Ciri utama dari perencanaan pembangunan partisipatif ini adalah perencanaan
terfokus kepada kepentingan masyarakat yakni didasarkan pada masalah apa yang yang
dihadapi masyarakat dan kebutuhan seperti apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh
masyarakat. Proses perencanaan biasanya dilakukan satu tahun sekali, pemerintah dibantu
perangkat-perangkat desa akan menggali dan mengumpulkan masalah-masalah dan
kebutuhan masyarakat, sehingga diperoleh daftar masalah dan kebutuhan secara menyeluruh
yang perlu diseleksi lebih lanjut untuk dipilih mana masalah dan kebutuhan yang dianggap
prioritas untuk dijadikan usulan prioritas. Adapun kriteria masalah dan kebutuhanyang dapat
diproses lebih lanjut antara lain:

a. Merupakan kebutuhan mendasar;


b. Masalah/kebutuhan yang dipandang mendesak;
c. Dirasakan oleh sebagian besar warga masyarakat;
d. Tersedia potensi

Mengapa suatu perencanaan sangat dibutuhkan dalam pembangunan desa? UU Desa


Pasal 78 dan 79 mensyaratkan keharusan pemerintah desa untuk melaksanakan perencanaan
pembangunan desa dalam rangka menyusun visi bersama membangun desa antara
masyarakat dan pemerintahan desa. Visi bersama itu kemudian diselaraskan dengan rencana
pembangunan kabupaten/kota yang dituangkan dalam dokumen jangka menengah (RPJM
Desa) dan rencana kerja pemerintah desa (RKP Desa) serta ditetapkan dengan peraturan desa.
Kemudian pada Pasal 115 dalam Peraturan Pemerintah 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa juga telah dijelaskan bahwa perencanaan
pembangunan desa menjadi pedoman bagi pemerintah desa dalam menyusun rancangan
RPJM Desa, RKP Desa, dan daftar usulan RKP Desa.

Perencanaan pembangunan desa dapat memberikan arah kepada kepala desa dan
pemangku kepentingan lainnya dalam mencapai visi dan misi desa, menyelaraskan
pelaksanaan kebijakan pembangunan baik di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota, serta
pengelolaan sumber daya yang dimilikinya. Selain itu Penting bagi desa untuk memiliki
perencanaan karena desa harus mengatur dan mengurus wilayah administratifnya sesuai
dengan kewenangannya (self governing community). Perencanaan desa diharapkan dapat
memperkuat hak dan kewenangannya sekaligus mengoptimalkan sumber kekayaan desa
sebagai modal utama dalam pembangunan desa.

Dengan demikian, suatu perencanaan sangatlah penting dalam pembangunan karena


tanpa adanya perencanaan yang matang maka suatu pembangunan tidak akan berjalan dengan
baik atau apa yang menjadi harapan bersama tidak dapat terselenggara sesuai peran
pemerintah Desa Dalam Pembangunan Infrastuktur Desa Pemerintahan desa, di dalam
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 menyatakan bahwa pemerintah desa atau yang
disebut dengan nama lain adalah kepala desa dan perangkat desa sebagai unsur
penyelengggaraan pemerintahan desa.

2. Masalah Minimnya Ketersediaan Infrastruktur di Daerah Perdesaan

Pembangunan infrastruktur pada daerah perdesaan yang masih terbilang sangat


minim, saat ini tengah menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia
khususnya menyangkut pembangunan nasional di negeri ini demi mewujudkan masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945 dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada dasarnya pembangunan infrastruktur memiliki tujuan untuk peningkatan kualitas


hidup masyarakat, melalui peningkatan akses pemasaran dan mengurangi isolasi daerah,
peningkatan derajat kesehatan masyarakat, menciptakan lapangan kerja di perdesaan,
menyiapkan perumahan layak huni bagi masyarakat miskin, meningkatkan keterampilan atau
kemampuan sumber daya manusia, meningkatkan kemampuan kelembagaan dan peningkatan
pembentukan modal di perdesaan. Namun hal-hal tersebut kini menjadi suatu hal yang bisa
dikatakan mustahil untuk terpenuhi, melihat dari lambatnya pembangunan infrastruktur di
daerah perdesaan di setiap penjuru negeri.

Apabila infrastruktur yang terdapat pada suatu daerah perdesaan masih belum
memadai atau buruk, maka kemungkinan akan memberikan dampak yang buruk juga
terhadap masyarakat yang tinggal di dalamnya. Salah satu contohnya yakni apabila pada
suatu daerah perdesaan infrastruktur jalannya buruk dan juga tidak terdapat jembatan sebagai
penghubung daerah tersebut dengan daerah lain, maka perkembangan ekonomi masyarakat
tersebut pun akan tertutup karena minimnya akses bagi masyarakat untuk melakukan
kegiatan ekonomi dengan masyarakat lain diluar daerahnya. Contoh nyata lainnya yakni
masih banyak penduduk di desa tertinggal harus menempuh jarak sejauh 6-10 km ke pusat
pemasaran (terutama pusat kecamatan), bahkan di desa lainnya penduduk harus menempuh
jarak lebih dari 10 km dengan kondisi jalan yang memprihatinkan, kemudian permasalahan
mengenai infrastruktur desa yang masih sangat minim adalah masih rendahnya jumlah
penduduk yang terlayani air minum perpipaan perdesaan, serta banyaknya petani di desa
tertinggal yang memiliki luas lahan pertanian kurang dari 0,5 ha (lahan marjinal).
Salah satu program dari pemerintah sebagai wujud dalam pembangunan serta
pengembangan infrastruktur pada daerah perdesaan adalah Program Pembangunan
Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Program tersebut dicetuskan dalam rangka dalam rangka
mendukung upaya penanggulangan kemiskinan dan pengembangan infrastruktur permukiman
di pedesaan melalui partisipasi masyarakat baik secara individu maupun kelompok sebagai
upaya dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. PPIP merupakan program
berbasis pemberdayaan masyarakat dibawah payung Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri), dimana komponen kegiatannya meliputi fasilitas dan
mobilisasi masyarakat sehingga mampu melakukan identifikasi permasalahan ketersediaan
dan akses keinfrastruktur dasar, menyusun perencanaan dan melaksanakan pembangunan
infrastruktur dasar. Program berbasis pembangunan dan pemberdayaan masyarakat ini
dikelola dan tersebar di 32 (tiga puluh dua) provinsi di Indonesia.

Dalam memilih jenis infrastruktur yang akan dilaksanakan di desa sasaran PPIP 2009,
harus mempertimbangkan faktor-faktor, antara lain:

1. Memenuhi kebutuhan infrastruktur yang mendesak ;


2. Langsung memberikan manfaat bagi masyarakat setempat terutama kelompok miskin ;
3. Penyediaan lahan untuk infrastruktur disediakan oleh masyarakat ;
4. Dapat dilaksanakan dan berfungsi pada tahun anggaran 2009 ;
5. Memprioritaskan pemberian kesempatan kerja kepada tenaga kerja setempat dan
penggunaan material lokal ;
6. Penggunaan teknologi sederhana yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat atau teknologi
yang sesuai dengan kebutuhan setempat ;
7. Merupakan infrastruktur yang dapat dikelola oleh masyarakat ;
8. Menjamin keberlangsungan fungsi infrastruktur yang dibangun ;
9. Tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, sosial dan budaya.

Apabila sudah terdapat program seperti PPIP tadi, lantas mengapa pembangunan
infrastruktur di daerah perdesaan masih terbilang buruk? Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi hal tersebut, diantaranya yakni :

1. Faktor Sumber Daya Manusia (Masyarakat)

Hal ini merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam pelaksanaan sebuah
program pembangunan desa karena masyarakatlah yang menjadi sasaran ataupun objek dari
program pembangunan tersebut dan juga masyarakat lah yang akan melaksanakan nya. Selain
itu dukungan masyarakat baik secara fisik maupun non fisik juga sangay dibutuhkan demi
tercapainya tujuan (goals) dari program yang sedang dijalankan.

2. Faktor Dana

Faktor ini juga tidak kalah pentingnya dengan faktor sebelumnya, karena ketersediaan
dana yang cukup juga menjadi faktor yang mempengaruhi kelancaran pelaksanaan kegiatan
pada program tersebut oleh masyarakat. Dana operasional dipergunakan untuk pemenuhan
kebutuhan OMS (Organisasi Masyarakat Setempat) dalam menjalankan setiap tugasnya.

3. Fasilitator Masyarakat

Fasilitator masyarakat adalah pendamping masyarakat secara langsung dalam


melaksanakan program di desa sasaran. Fasilitator Masyarakat dapat membantu dan
mendampingi masyarakat untuk melaksanakan seluruh proses dan prosedur yang tertuang
dalam pedoman pelaksanaan program PPIP, memberikan pemahaman terkait dengan
petunjuk teknik infrastruktur, penyusunan Rencana Anggara Biaya (RAB) dan Rencana Kerja
Masyarakat (RKM). Fasilitator masyarakat juga bertugas untuk memberikan motivasi,
bimbingan dan pembinaan OMS, KPP, dan KD.

4. Tingkat Pendidikan Masyarakat

Faktor ini erat kaitannya dengan faktor Sumber Daya Manusia. Apabila tingkat
pendidikan di dalam sebuah masyarakat tergolong tinggi maka potensi tingkat kemampuan
masyarakat dalam melaksanakan sebuah program pembangunan pun akan semakin tinggi
karena mereka mampu memahami dan menjawab persoalan tugas dan pekerjaan yang
dihadapi sehingga dapat meningkatkan kinerja mereka. Namun pada kenyataanya adalah
sebaliknya. Seperti yang kita ketahui bahwa tingkat pendidikan masyarakat pada daerah
perdesaan sangatlah rendah, bahkan ada beberapa daerah perdesaan yang nyaris tak tersentuh
oleh pendidikan yang memadai. Hal ini laj yang menjadi salah satu faktor penghambat yang
menjadikan program-program pembangunan yang diluncurkan oleh pemerintah masih kurang
efektifitasnya.

5. Faktor Sarana dan Prasarana Kerja


Dalam melaksanakan aktifitas dalam suatu program, maka sarana dan prasaran kerja
yang memadai yang memengaruhi kinerja masyarakat. Sarana dan prasarana yang dimaksud
disini adalah setiap benda atau alat yang dipergunakan untuk memperlancar atau
mempermudah sebuah pekerjaan. Apabila alat kerja yang tersedia tidak memadai maka dapat
menghambat maupun memperlambat pelaksanaan program secara fisik dalam suatu program
pembangunan.

3. Peran Pemerintah Desa Dalam Upaya Pembangunan Infrastruktur di Daerah


Perdesaan

Dalam Permendagri Nomor 114 Tahun 2014, Bab I Pasal 1 dijelaskan bahwa
pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunannya sesuai dengan kewenangannya
yang mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota. Perencanaan dan
pembangunan desa dilaksanakan oleh pemerintah desa dengan melibatkan seluruh
masyarakat desa dengan semangat gotong royong. Dalam hal pembangunan infrastruktur
desa, pemerintah desa memiliki peranan penting demi mendukung tergapainya tujuan
pembangunan infrastruktur desa melalui pesan-pesan pembangunan, pengarahan kepada
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan penyaluran aspirasi masyarakat.

Pada jurnal yang ditulis oleh Rabia Gani dkk. Terdapat tiga peran pemerintah desa:

1) Peran Pemerintah Desa Sebagai Inovator, Peran pemerintah sebagai inovator berupa
pembuat perubahan dengan menyiapkan program pembangunan desa dengan bahasan
sederhana serta dapat menggugah keinginan dan keikutsertaan masyarakat dalam
pembangunan. Sebagai inovator pemerintah desa harus menjadi sumber dari hal-hal baru
metode/program, sistim ataupun cara berpikir.
2) Peran Pemerintah Desa Sebagai Motivator, Peran pemerintah sebagai motivator artinya
menggerakkan partisipasi masyarakat jika terjadi kendala-kendala dalam proses
pembangunan untuk mendorong dan memelihara dinamika pembangunan desa.
Pemerintah berperan melalui pembuatan program yang sesuai dengan aspirasi
masyarakat.
3) Peran Pemerintah Desa Sebagai Fasilitator, Peran pemerintah desa sebagai fasiltator
adalah dengan menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan untuk
menjembatani berbagai kepentingan masyarakat dalam mengoptimalkan pembangunan
desa. Sebagai fasilitator pemerintah desabergerak dibidang pelatihan, pendidikan,
peningkatan keterampilan serta dibidang permodalan melalui pemberian bantuan modal
kepada masyarakat yang diberdayakan.

4. Peranan Masyarakat Dalam Upaya Pembangunan Infrastruktur di Daerah


Perdesaan

Ketentuan Pasal 80; Pasal 81 dan Pasal 82 UU Desa mengharuskan perencanaan


danpelaksanaan pembangunan desa melibatkan seluruh masyarakat desa dengan semangat
gotong royong. Selain itu masyarakat desa dijamin haknya dalam memantau dan mengawasi
pembangunan. Keterlibatan masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan
pembangunan desa. Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan diwujudkan
dalam bentuk penggunaan hak menyampaikan pendapat dalam rangka pengambilan
keputusan serta akses dan kontrol terhadap sumber daya.

Perencanaan pembangunan desa mendorong partisipasi seluruh komponen masyarakat


dalam pengambilan keputusan, termasuk kelompok miskin dan rentan di antaranya anak-
anak, perempuan, lanjut usia, warga berkebutuhan khusus (disabilitas), sehingga
pembangunan dapat dirasakan oleh semua pihak. Masyarakat desa juga berhak melakukan
pemantauan terhadap pelaksanaan pembangunan desa.
PENUTUP

Minimnya infrastruktur yang lengkap di daerah perdesaan di Indonesia menjadi satu


dari sekian banyaknya permasalahan dalam konteks pembangunan nasional yang dihadapi
oleh pemerintah Indonesia demi mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Hal ini berdampak langsung pada kualitas hidup masyarakat desa tersebut.
Kurangnya infrastruktur berupa sarana dan prasarana tersebut telah melahirkan banyak
masalah-masalah baru berkaitan dengan kualitas hidup masyarakat tadi. Beberapa
diantaranya yakni semakin tingginya tingkat kesenjangan ekonomi dan kesenjangan sosial
antara masyarakat perdesaan dengan masyarakat perkotaan, tingkat kesehatan masyarakat
yang rendah karena kurangnya fasilitas kesehatan, tingkat pendidikan yang rendah, lapangan
pekerjaan yang rendah, serta banyak masalah lainnya. Hal ini lah yang patut menjadi sorotan
baik oleh pemerintah maupun masyarakat desa itu sendiri agar segera dilakukan pembenahan
infrastruktur tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Nain , Umar (2019). Pembangunan Desa Dalam Perspektif Sosiohistoris,


Makassar : Garis Khatulistiwa.

Yustika, Ahmad Erani dan Eko Sri Haryanto (2015). Sistem Pembangunan Desa,
Jakarta : Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Republik
Indonesia.

Sutarja, I Nyoman (2014). Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Berbasis Egronomi


Total Yang Inklusif Dan Berkelanjutan,
Denpasar : Udayana University Press

Simbolon, Dewi Sarah dkk. 2021. “Peranan Pemerintah Desa Dalam Pembangunan
Infrastruktur” dalam : Jurnal Kewarganegaraan, Volume 5, Nomor 2, (hlm. 295-302).

Asnudin, Andi. 2009. “Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Dengan Pelibatan


Masyarakat Setempat” dalam : Jurnal SMARTek, Volume 7, Nomor 4, (hlm. 292-300).

Rorimpandey, Megawati Cindy dan Ismail Nurdin. 2019. “Implementasi Kebijakan


Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Di Desa Lopana Satu Kecamatan
Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi” Transformasi: Jurnal
Manajemen Pemerintahan, Volume 11, Nomor 1, (hlm. 1-8).

Anda mungkin juga menyukai