Anda di halaman 1dari 44

HUKUM DAGANG

PRA UAS
-MEYLANI KARTIKA-
DAFTAR ISI
HUKUM PERBURUHAN................................................................................3

Pengertian, Tujuan, UU, Orang/badan ybs,...............................................3

Tujuan Org. , Hub. Kerja...........................................................................3

Perjanjian, Perjanjian Kerja.......................................................................4

PKWT, PKB,.............................................................................................5

Upah..........................................................................................................5

PHK...........................................................................................................7

HUKUM PERSAINGAN USAHA....................................................................8

Persaingan Usaha sebelum adanya UU 5/1999.........................................9

Persaingan Usaha setelah adanya UU 5/1999...........................................9

HUKUM SURAT BERHARGA......................................................................12

HUKUM PERBANKAN..................................................................................17

HUKUM PENGANGKUTAN.........................................................................20

HUKUM ASURANSI......................................................................................23

WTO.................................................................................................................28

PERDAGANGAN INTER/PERUSAHAAN MULTINASIONAL.................35

HUKUM KEPAILITAN..................................................................................39

ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA............................................41

2
A. HUKUM PERBURUHAN
 Pengertian
Hukum perburuhan adalah himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak yang
berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima
upah.
 Beberapa Hal Penting
1. Himpunan peraturan
2. Bekerja atau melakukan kerja pada orang lain
3. Dengan menerima upah
4. Soal-soal yang berkenaan
 Tujuan Hukum Perburuhan
Pelaksanaan keadilan sosial dalam perburuhan dan pelaksanaan itu diselenggarakan
dengan jalan melindungi buruh terhadap kekuasaan yang tidak terbatas dari pihak
majikan.
 Undang-Undang
1. UU No.22 Tahun 1957 Tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan
2. UU No.12 Tahun 1964 Tentang Pemutusan Kerja di Perusahaan Swasta
3. UU No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
4. UU No.7 Tahun 1981 Tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan.
5. UU No.21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh
6. UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
7. UU No 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja Kluster Ketenagakerjaan
 Orang dan badan yg bersangkutan:
1. Buruh dan majikan
2. Organisasi buruh
3. Organisasi majikan
4. Penguasa
5. Pengawas
 Pekerja: sangat luas, dgn/tanpa hubungan kerja.
 Karyawan: orang yg melakukan karya (pekerjaan)
 Tenaga kerja: semua orang yg mampu bekerja, baik sudah/belum punya pekerjaan.
 Pengusaha: orang yg menjalankan usaha (entreprenaur)
 Penguasa = Negara : Diminta atau tidak mengambil bagian dalam mengatur
mengenai hubungan kerja, demi keadilan, kesejahteraan dan ketertiban.
 Tujuan Organisasi Buruh: alat yg utama bagi buruh melindungi dan memperjuangkan
kedudukan yg baik.
 Hubungan Kerja
Hubungan antara buruh/pekerja dan majikan/pengusaha berdasarkan perjanjian kerja,
yg mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
 Perjanjian Kerja: Perjanjian antara buruh/pekerja dengan pengusaha atau pemberi
kerja yg memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
 Perjanjian kerja diatur dalam: Pasal 51 (1) UU 13/2003;
1. Tertulis

3
2. Lisan
Semua biaya yg timbul menjadi kewajiban majikan/pengusaha.
 Perjanjian : Suatu hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih
yg memberi kekuatan hak pada satu pihak dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain
untuk menunaikan prestasi.
Ada 4 Hal:
 Hubungan Hukum.
 Bidang Hukum Kekayaan
 Adanya Hak (kreditur)
 Adanya kewajiban (debitur)
 Obyek Perjanjian adalah “Prestasi”, dapat berupa;
 Memberikan sesuatu,
 Melakukan sesuatu,
 Tidak melakukan sesuatu.
 Syarat sahnya perjanjian (pasal 1320 KUHPer):
1. Kesepakatan
2. Kecakapan
3. Sesuatu hal tertantu
4. Sebab yang halal
*1 & 2 = syarat subyektif, apabila tdk dipenuhi dapat dibatalkan, kemudian 3 & 4 =
syarat obyektif, apabila tdk dipenuhi batal demi hukum

 Perjanjian sebagai undang-undang bagi yg membuatnya (pasal 1338 KUHPer):


Asas Kebebasan Berkontrak
 Undang-Undang
a. UU karena pernyataan para pihak: Perbuatan menurut hukum, Perbuatan melawan
hukum.
b. Hanya UU saja ( kewajiban ortu ke anak, kewajiban memelihara ortu, dsb)
 Perjanjian Kerja minimal memuat
1. Nama, alamat perusahaan dan jenis usaha
2. Nama, jenis kelamin, umur dan alamat buruh
3. Jabatan atau jenis pekerjaan
4. Tempat pekerjaan
5. Besarnya upah dan cara pembayaran
6. Syarat-syarat kerja yg memuat hak dan kewajiban buruh dan majikan.
7. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja
8. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat
9. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja
Catatan:
- Dibuat rangkap 2
- 5 & 6 tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perusahaan, Peraturan Kerja
Bersama dan UU.

4
 Kategori Pekerjaan PKWT
1. Pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya
2. Pekerjaan yg diperkirakan selesainya tidak lebih dari 3 tahun
3. Pekerjaan yg bersifat musiman
4. Pekerjaan yg berhubungan dgn produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yg
masih dlm percobaan atau penjajagan
 Jangka Waktu PKWT
1. PKWT dapat diperpanjang atau diperbaharui
2. Diadakan paling lama 2 tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 kali untuk jangka
waktu paling lama 1 tahun
3. Pembaharuan perjanjian bisa diadakan setelah tenggang waktu 30 hari sejak
berakhirnya perjanjian semula untuk jangka waktu paling lama 2 tahun
 Perjanjian Kerja Berakhir
1. Pekerja meninggal dunia
2. Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja
3. Putusan pengadilan
4. Kejadian yg ditentukan dlm perjanjian, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja
bersama
 Peraturan Perusahaan (PP)
Peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yg memuat syarat-syarat kerja
dan tata tertib perusahaan.
 Wajib bagi perusahaan yg punya pegawai min 10 orang
 Disusun oleh majikan/pengusaha
 Jangka waktu berlaku 2 tahun dan wajib diperbaharui
 Berlaku sejak disahkan Menteri atau pejabat yg ditunjuk
 Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
Perjanjian yg antara serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja dengan
pengusaha/serikat pengusaha yg memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban kedua
belah pihak.
 satu perusahaan hanya satu PKB
 masa berlaku 2 th dpt diperpanjang 1 th
 PK tidak boleh bertentangan dengan PKB
 PKB tidak boleh bertentangan dgn UU
 berlaku sejak ditandatangani

 Upah: (UU No.13/2003)


Hak pekerja/buruh yg diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan
dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yg ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan,
termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atau suatu pekerjaan dan/atau
jasa yang telah atau akan dilakukan.
 Prinsip pengupahan
1. Hak menerima upah timbul karena hubungan kerja

5
2. Tidak boleh diskriminasi
3. NO WORK NO PAY
4. Komponen upah; upah pokok dan tunjangan tetap
5. Tuntutan pembayaran upah daluwarsa dalam 2 tahun sejak timbulnya hak.
 Upah berdasarkan nilainya
1. Upah nominal jumlah yg berupa uang
2. Upah riil: banyaknya barang yg dapat dibeli dgn jumlah uang itu
 Upah berdasarkan bentuknya
1. Upah berupa uang
2. Upah berupa barang (termasuk pengobatan, perumahan, pengangkutan dsb), (Ps
12 PP 8/1981 Maks 25 %)
 Upah minimum: Upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk
tunjangan tetap.
 Penetapan upah minimum (PerMenaker No. PER-01/MEN/1999)
1. Kebutuhan Hidup Minimum (KHM)
2. Indeks Harga Konsumen (IHK)
3. Kemampuan, perkembangan dan kelangsungan perusahaan
4. Kondisi pasar kerja
5. Tingkat perkembangan perekonomian dan pendapatan perkapita
 Keterlambatan pembayaran upah
1. Denda 5 % per hari keterlambatan, untuk hari keempat sampai kedelapan
2. 1 % perhari keterlambatan, untuk hari kesembilan dan seterusnya maksimal 50 %
upah
 Kesehatan Kerja
Tujuannya:
1. Melindungi kepentingan buruh dari eksploitasi tenaga buruh oleh majikan;
2. Buruh melakukan pekerjaan yg layak bagi kemanusiaan;
3. Buruh dpt melakukan pekerjaan yg membahayakan jiwanya.
4. Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja
5. Tercipta tempat kerja yang aman, efisien dan produktif
 Larangan mempekerjakan anak
1. Usia anak adl kurang dari 16 tahun.
2. Dapat dikecualikan anak berumur 13 - 15 th, mllk pekerjaan ringan, tdk mengganggu
perkembangan dan kesehatan fisik, mental dan sosial, syarat: atas ijin orang tua, maks
3 jam sehari, lingkungan kerja hrs dipisahkan dgn pekerja dewasa, dapat upah sesuai
dgn ketentuan.
 Perlindungan Buruh Perempuan
1. Dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan dibawah 18 th antara pukul 23.00
– 07.00
2. Pekerja/buruh yg sedang hamil pada pukul 23.00-07.00
3. Pengusaha hrs menyediakan angkutan antar jemput
4. Pengusaha hrs menjaga kesusilaan dan keamanan tempat kerja

6
 Pekerja/buruh perempuan selain berhak waktu istirahat yg sama dengan;
1. Cuti hamil, 1,5 bulan sebelum dan 1,5 bulan setelah melahirkan.
2. Cuti haid, hari I dan II haiid.
3. Waktu menyusui pada jam kerja.
 Waktu Kerja
1. 7 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau
2. 8 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.
 Lebih dari waktu kerja syaratnya
1. Ada persetujuan pekerja/buruh ybs; dan
2. Paling banyak 3 jam dalam 1 hari dan 14 jam dalam 1 minggu.
 Waktu Istirahat
1. Istirahat antara jam kerja, min 0,5 jam setelah bekerja 4 jam terus-menerus dan tidak
termasuk waktu kerja.
2. Istirahat mingguan, 1 hari untuk 6 hari kerja dlm 1 minggu, atau 2 hari untuk 5 hari
kerja dalam 1 minggu.
3. Cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 hari kerja setelah pekerja/buruh bekerja selama
12 bulan secara terus-menerus.
4. Istiirahat panjang min 2 bulan pada tahun ke-7 dan ke-8bagi pekerja/buruh yg telah
bekerja 6 tahun terus-menerus. (hanya untuk perusahaan tertentu).
 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yg mengakibatkan berakhirnya
hak dan kewajiban antara buruh dan majikan
 Jenis PHK
1. PHK oleh majikan/pengusaha
2. PHK oleh buruh/pekerja
3. PHK putus demi hukum
4. PHK oleh lembaga peradilan
 PHK dilarang: (UU 13/2003)
1. Sakit tidak lebih dari 12 bulan berturut-turut
2. Memenuhi kewajiban negara
3. Menjalankan ibadah agamanya
4. Buruh menikah
5. Buruh hamil, melahirkan, keguguran atau menyusui
6. Buruh punya pertalian saudara atau perkawinan kecuali telah diatur dlm PK, PP
atau PKB
7. Buruh menjadi anggota atau pengurus SP
8. Buruh melaporkan majikan ke polisi krn tindak kejahatannya
9. Perbedaan SARA
10. Buruh sakit karena kecelakaan kerja

7
B. HUKUM PERSAINGAN USAHA
 Defenisi
Hukum persaingan usaha (HPU) adalah perangkat hukum persaingan usaha, yaitu
sistem yang menata terselenggaranya proses dan kegiatan persaingan usaha di Indonesia.
 UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat.
 Pasar Modern >< Pasar tradisional : butuh penataan ulang
 Kasus Carrefour
 Carrefour memberlakuan syarat-syarat perdagangan (trading terms) yang dirasakan
memberatkan bagi pemasok, yakni melakukan penambahan jenis item dan menaikkan
biaya dan persentase fee trading terms.
 Syarat-syarat yang diterapkan tersebut antara lain adalah: listing fee, minus margin*,
fix rebate, payment term, regular discount, common assortment cost, opening cost
(new store) dan penalty.
 Persyaratan minus margin yang diberikan Carrefour kepada para pemasok
menyebabkan salah satu pemasok menghentikan pasokannya ke hypermarket lain,
dimana persyaratan tersebut melarang pemasok menjual produknya dengan harga
yang lebih rendah kepada hypermarket lain.
 Akibat dari tindakan tersebut, produk yang dijual di gerai hypermarket lain menjadi
tidak lengkap,karena pemasoknya hanya menjual produk mereka kepada pihak
Carrefour saja. hal ini melanggar UU No.5/1999 Pasal 19 huruf a.
 Mengapa persaingan itu penting? > Persaingan telah mengubah dunia dan
meningkatkan kesejahteraan umat manusia;
 Persaingan memaksa perusahaan untuk menekan biaya menjadi lebih rendah
 Persaingan memaksa perusahaan untuk selalu menciptakan produk baru dan
berinovasi
 Pesaingan memaksa terciptanya pelayanan yang lebih baik
 Menguntungkan konsumen
 Mengapa Hukum Persaingan Usaha Penting?
 Persaingan perlu adanya aturan main, karena tidak selamanya mekanisme pasar dapat
bekerja dengan baik (monopoli);
 Dalam pasar, biasanya ada usaha-usaha dari pelaku usaha untuk menghindari atau
menghilangkan terjadinya persaingan di antara mereka;
 Berkurangnya atau hilangnya persaingan memungkinkan pelaku usaha memperoleh
laba yang jauh lebih besar.
 Latar Belakang Hukum Persaingan Usaha
 Praktek monopoli di era Orde Baru
 Tidak adanya institusi non pasar yang dilengkapi dengan Undang-undang
 Kondisi krisis ekonomi tahun 1997
 Tekanan IMF untuk memberantas praktek-praktek monopoli
 UU No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Praktek Persaingan
Tidak Sehat

8
 Tujuan Dari Undang-Undang
 Seperti dilakukan oleh negara-negara maju yang telah sangat berkembang masyarakat
korporasinya (AS dan Jepang) adalah menjaga kelangsugan persaingan
 efisiensi bagi para produsen dan bagi masyarakat, masyarakat lebih bebas dalam
memilih barang guna memenuhi kebutuhan konsumsinya, sementara produsen akan
diberikan rasa aman dalam dunia usaha yang persaingannya sehat
 Mewujudkan iklim usaha yang kondusif karena adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama
 Mencegah monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
 Tercapainya efektifitas dan efesiensi dalam usaha
 Persaingan Usaha Sebelum adanya UU No. 5/1999
1. Persaingan terjadi di Indonesia, akan tetapi persaingan usaha yang tidak sehat.
2. Ada proteksi atau kemudahan pada sektor tertentu yang diberikan oleh pemerintah
seperti;
- Pendirian BPPC berdasarkan SK Mendag No. 91/Kp/1992. BPPC sebagai
pembeli tunggal cengkeh di Indonesia
- BULOG menunjuk Bogasari untuk mengolah biji gandum. Harga terigu
ditetapkan BULOG berdasarkan harga (informasi) yang diberikan oleh
Bogasari
- Sektor penerbangan dimonopoli oleh BUMN, yaitu PT Garuda dan Merpati
airline. Tiket penerbangan sangat mahal
- Sektor Semen - walaupun terdapat sembilan produsen semen, tetapi harga
pedoman setempat (HPS) semen bisa naik. Produsen semen melalui Asosiasi
semen Indonesia dapat menekan pemerintah untuk menaikkan harga semen.
3. Terdapat bentuk-bentuk perlakuan khusus yang mengakibatkan persaingan usaha
tidak sehat dan kebijakan-kebijakan pemerintah yang kurang tepat mengakibatkan
pasar menjadi terdistorsi.
4. Perkembangan perusahaan swasta juga merupakan perwujudan dari hasil persaingan
usaha tidak sehat.
5. Krisis ekonomi bulan Juni 1997 tidak bisa dipulihkan oleh Pemerintah Indonesia
6. Pemerintah terpaksa menerima tawaran bantuan dana dari IMF sebesar US$ 430 juta
pada bulan Januari 1998 dengan syarat tertentu antara lain Pemerintah harus
mengundangkan berbagai undang-undang, termasuk UU No. 5/1999 yang
diundangkan pada tgl. 5 Maret 1999.
 Persaingan Usaha Setelah Adanya UU No. 5/1999
1. Sistem perekonomian Indonesia secara yuridis telah menganut sistem ekonomi pasar
2. Pasar menjadi terbuka bagi setiap pelaku usaha, terjadi persaingan yang berdasarkan
UU No. 5/1999
3. Pasar yang protektif menjadi pasar yang terbuka
4. Bentuk-bentuk perlakuan khusus yang diberikan oleh pemerintah sudah dihilangkan.
5. Harga jual suatu produk ditetapkan melalui mekanisme pasar meskipun belum semua
6. Akan tetapi perubahan perilaku pelaku usaha untuk berkompetisi secara sehat belum
disemua sektor terjadi.

9
7. Dalam pelaksanaan tender – persekongkolan masih terjadi, baik antara pelaku usaha
maupun antara panitia tender dengan pelaku usaha
8. Sebaliknya disektor penerbangan terjadi persaingan yang ketat sejak sektor
penerbangan diliberalisasi;
- Apalagi dengan masuknya operator yang berbasis low cost carrier (LCC) perang
tarif tidak dapat dhindarkan.
- Pemerintah mengeluarkan tarif referensi untuk mencegah perang tarif dan untuk
mengawasi keamanan/keselamatan penerbangan.
- Tarif referensi tidak mampu mencegah perang tarif dan meningkatkan
pengawasan keselamatan penerbangan.
9. Pengawasan keselamatan penerbangan diatur di dalam PP No. 3/2001 tentang
Keamanan dan Keselamatan Penerbangan.
 Instrumen Kompetisi dalam UU No. 5 tahun 1999
1) Instrument of Competition Policy
- Per se illegal > mutlak dilarang;
- Rule of Reason > melihat akibat yang ditimbulkan.
2) Pasal 5 UU No.5/1999 > Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus
dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama.
3) Pasal 7 UU No.5/1999 > Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha pesaingnya untuk membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menetapkan harga di bawah harga pasar, yang dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat.
4) Larangan Praktik Antimonopoli dan Persaingan Tidak Sehat
- perjanjian bersama yang menyebabkan persaingan tidak sehat, dan
- kelompok kegiatan yang mengarah pada praktik monopoli dan persaingan tidak
sehat. UU ini melarang perjanjian bersama antar pelaku usaha dengan maksud
untuk menguasai produksi dan pemasaran.
5) Perjanjian Yang Dilarang > Oligopoli, Penetapan harga, Pembagian wilayah pasar,
Pemboikotan, Kartel, Trust, Oligoponi, Intregasi vertikal, Perjanjian tertutup,
Perjanjian dengan pihak luar negeri.
6) Kegiatan Yang Dilarang
- Monopoli, melakukan penguasaan atas produksi atau pemasaran barang yg
mengakibatkan terjadinya praktek monopili
- Monoponi, menguasaai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas
barang dan jasa dalam pasar
- Penguasaan pasar, melakukan satu atau beberapa kegiatan, sendiri atau bersama
- Persekongkolan, bersekongkol dengan pihak lain untuk memenangkan tender
7) Posisi Dominan Yang Dilarang
- Hal-hal umum, dilarang menggunakan posisi dominan secara langsung dan tidak
langsung
- Jabatan rangkap, menduduki jabatan direksi/komisaris di dua atau lebih
perusahaan

10
- Pemilikan saham, memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan yang
sejenis
- Penggabungan, peleburan dan pengambil alihan
8) Tugas Komisi
- Melakukan penilaian perjanjian
- Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan tindakan pelaku usaha
- Melakukan penilaian terhadap ada/tidaknya penyalahgunaan posisi dominan
- Mengambil tindakan sesuai kewenangan komisi
- Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah
9) Tata Cara Penanganan Perkara
- Setiap orang yang mengetahui bahwa telah terjadi atau patut diduga terjadi
pelanggaran terhadap UU dpt melaporkan secara tertulis pada komisi
- Pihak yang dirugikan akibat terjadinya pelanggaran terhadap UU
- Identitas pelapor wajib dirahasiakan komisi
- Tata cara penyampaian laporan diatur lebih lanjut
10) Putusan Komisi Adalah
- Dlm wkt 30 hari sejak pelaku usaha menerima pemberitahuan putusan komisi,
pelaku usaha wajib melaksanakan putusan
- Pelaku usaha dapat melakukan keberatan pada PN, selambat-lambatnya 14 hari
sejak diterimanya putusan
- Jika tidak mengajukan keberatan dianggap menerima
- Apabila ketentuan tdk dijalankan pelaku usaha, komisi menyerahkan putusan pada
penyidik
- Putusan komisi merupakan bukti permulaan awal bagi penyidik untuk melakukan
penyidikan
11) Sanksi-Sanksi
- Tindakan administratif : penetapan pembatalan perjanjian,penghentian kegiatan,
penghentian penyalahgunaan posisi dominan
- Sanksi pidana pokok : denda serendah rendahnya 25 m dan setinggi-tingginya 100
m, 5 m - 25 m, 1 m - 5 m
- Sanksi pidana tambahan : pencabutan izin usaha, larangan menduduki jabatan,
penghentian kegiatan
12) Pasal 15, mengenai perjanjian tertutup
Dalam ayat 1 dan 2 melarang setiap bentuk perjanjian tertutup (perjanjian
distribusi, kewajiban untuk membeli barang dan atau jasa dari pelaku usaha pemasok
tertentu) dan juga melarang perjanjian selektif. Pelaku usaha dilarang membuat
perjanjian dengan distributor yang memuat persyaratan bahwa hanya pihak tertentu
yang boleh menerima atau tidak menerima barang dan atau jasa dan hanya untuk
wilayah-wilayah tertentu Pelaku usaha tidak hanya dibatasi kebebasannya untuk
memilih distributor terytentu, melainkan juga dilarang membatasi distributor
tersebutmemasok barang ketempat-tempat tertentu saja
 Misal : Kasus kedelai, dimana perusahaan asing dari Luar Negeri membuat
perjanjian usaha dengan sebuah perusahaan kedelai yang yang ada di Surabaya.
Perusahaan yang ada di Surabaya itu selanjutnya menjadi Importir dan Eksportir

11
secara sekaligus. Dan dia juga yang membeli hampir semua hasil kedelai petani,
demikian juga dengan kedelai impor. Sehingga dia dengan mudah dapat
memainkan harga kedelai di pasaran. Hal ini tentu saja merugikan pengusaha
kedelai lainnya dan tentunya juga pembeli yang tidak mempunyai pilihan lain.
Dimana keduanya membuat perjanjian yang isinya dia hanya menerima serta
memberikan kedelainya dari pengusaha asing yang telah ditunjukknya tersebut.
Karenanya keduanya melakukan kegiatan pemasokan secara eksklusif juga
kegiatan menerima barang secara eksklusif pula.

C. HUKUM SURAT BERHARGA


 Pengertian Surat Berharga
Sebuah dokumen yang diterbitkan oleh penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi
berupa pembayaran sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat bayar yang di
dalamnya berisikan suatu perintah untuk membayar kepada pihak-pihak yang memegang
surat tersebut, baik pihak yang diberikan SB oleh penerbitnya ataupun pihak ketiga
kepada siapa SB tersebut telah dialihkan.
 Surat Berharga Dibedakan Menjadi:
1) Surat Yang Berharga (Papier van Waarde): surat yang diterbitkan bukan sebagai
pemenuhan prestasi berupa pembayaran sejumlah uang, melainkan bukti
pemegangnya sebagai orang yang berhak atas sesuatu yang disebut didalamnya.
Surat yang Berharga adalah :
- Surat/akta yang sukar dijual belikan/dipindahtangankan
- Klausula :
a. Op Naam : Akta Otentik (Pasal 613 KUHPer)
b. Tidak Kepada Pengganti : Cessie (Pasal 110 KUHD)
2) Surat Berharga (waarde papier): Surat dimana oleh penerbitnya sengaja diterbitkan
sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi yang berupa pembayaran sejumlah
uang. Surat Berharga adalah:
- Surat/akta yang mudah dijual belikan/ dipindahtangankan
- Klausula:
a. Atas Tunjuk (aan toonder/to bearer): surat tersebut dapat
dipindahtangankan/diperalihkan dari tangan ke tangan/ fisik dan
merupakan alat bayar kontan /tunai. Contoh : Cek (Pasal 205 KUHD)
b. Atas Pengganti (aan order/to order): surat tersebut dapat
dipindahtangankan/diperalihkan dengan cara endosemen dan diikuti
penyerahan secara fisik dan merupakan alat bayar kredit. Contoh : Wesel
(Pasal 100KUHD), dan Bilyet Giro (SK Direksi BI No 28/32/Kep/Dir.
Tahun1995 tentang Bilyet Giro)
 Berdasarkan 2 (dua) jenis surat tersebut, perbedaan yang mendasar diantara
keduanya terletak pada tujuan diterbitkannya.
1. Surat yang Berharga:
- diterbitkan sebagai alat bukti hak atas kepemilikan sesuatu yang disebutkan
didalamnya
12
- tidak memiliki unsur pembawa hak, ialah hak menuntut sesuatu kepada debitur
tersebut tidak senyawa dengan akta tersebut
2. Surat Berharga:
- diterbitkan sebagai alat pembayaran
- memiliki unsur pembawa hak, ialah hak untuk menuntut sesuatu kepada debitur.
Dimana hak tersebut melekat pada akta surat berharga seolah-olah menjadi
satu/senyawa
 Surat-Surat Berharga
- Surat berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas
kredit atau setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau suatu
kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal
maupun pasar uang. (UU No. 7/1992 tentang Perbankan)
- Dasar Hukum Surat Berharga
1) KUHD, misal terhadap Wesel, Cek, Surat Sanggup, Promes atas unjuk.
2) Perundang-undangan lain untuk suratsurat berharga lainnya.
- Fungsi surat berharga:
1) Sebagai alat pembayaran (alat tukar uang).
2) Sebagai alat untuk memindahkan hal tagih (diperjual belikan dengan mudah dan
sederhana).
3) Sebagai surat bukti hak tagih.
- Jenis-Jenis Surat Berharga:
1) Surat berharga dalam KUHD > Ketentuan-ketentuan megenai surat berharga
diatur dalam Buku I titel 6 dan titel 7 KUHD yang berisi tentang : Wesel, Surat
sanggup, Cek, Kwitansi-kwitansi dan promes atas tunjuk, Dan lain-lain.
- Penggolongan Surat Berharga menurut Isi dari Perikatannya
1) Surat yang bersifat Hukum Kebendaan.
Cirinya : isi dari perikatan surat adalah bertujuan untuk penyerahan barang.
Contoh : Konosemen (bill of Lading).
2) Surat tanda keanggotaan yaitu berupa saham-saham dari PT/Persekutuan lainnya
yang memakai sistem saham.
Perikatan diwujudkan/terdapat dalam surat seperti ini berupa perikatan antara
persekutuan tsb dg para pemegang saham (berdasarkan perikatan itu, pemegang
saham dapat memakai haknya utk memberikan suara).
Contoh : Surat Saham.
3) Surat tagihan hutang yaitu semua surat atas unjuk / atas pengganti yang
mewujudkan suatu perikatan.
Contoh : Wesel, Cek, Surat Sanggup
- Dasar Mengikat Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Penerbitan Surat Berharga
1) Teori Dasar > Causa yuridis sehingga suatu Surat Berharga mempunyai kekuatan
mengikat tersimpul dari 4 teori sbb:
 Teori Kreasi (Creatietheorie) : Surat Berharga mengikat penerbitnya adl
krn tindakan penerbit menandatangani Surat Berharga tsb;
 Teori Kepatutan (Redelijkheidstheorie) : Penerbit Surat Berharga terikat
dan hrs membayar Surat Berharga kpd siapapun pemegangnya. Tapi jika

13
pemegang Surat Berharga tergolong “tdk pantas” maka penerbit tdk
terikat utk membayarnya;
 Teori Perjanjian (Overeenkomsttheorie) : Sebab Surat Berharga mengikat
Penerbitnya krn penerbit telah membuat suatu perjanjian dg pihak
pemegang Surat Berharga tsb yakni perjanjian membayarnya;
 Teori Penunjukan (Vertoningstheorie) : Sebab Surat Berharga mengikat
Penerbitnya krn pihak pemegang Surat Berharga menunjukkan Surat
Berharga tsb kpd penerbit utk mendapatkan pembayarannya.
2) Perikatan Dasar > Awal terbitnya Surat Berharga tidak akan terlepas dari
perjanjian/selalu didahului suatu transaksi/perbuatan hukum antara para pihak
dengan kata lain adanya Perikatan Dasar. Perikatan tsb berbentuk perjanjian.
Penerbitan Surat Berharga mrpkan tindak lanjut dari perikatan dasarnya.
- Syarat Umum Surat Berharga
1) Nama surat (wesel/cek/dll)
2) Perintah/janji tanpa syarat
3) Nama tersangkut
4) Hari gugur
5) Tempat pembayaran
6) Nama penerima/pemegang
7) Tgl, tempat surat diterbitkan
8) Tanda tangan penerbit
- Klausula-klausula dalam Surat Berharga
1) Atas pembawa/atas unjuk/atas tunjuk (aan toonder) > pengalihannya cukup dg
menyerahkan surat tsb.
2) Atas pengganti (aan order) > pengalihannya dg cara endosemen.
- Surat Berharga yang diatur dalam KUHD
1) Surat Wesel : adalah surat berharga yang memuat kata wessel didalamnya,
diberikan tanggal dan ditandatangani disuatu tempat, dalam mana si penerbit
memberi perintah tanpa syarat kepada tersangkut untuk pada hari bayarmembayar
sejumlah uang kepada orang (penerima) yang ditunjuk oleh penerbit atau
penggantinya disuatu tempat tertentu.
Syarat-syarat formil bagi suatu wessel diatur dalam pasal 100 KUHD
bahwa. suatu surat wessel harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
 Kata "wesel", disebut dalam teksnya sendiri dan di istilahkan dalam bahasa
surat itu.
 Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
 Nama si pembayar/tertarik.
 Penetapan hari bayar.
 Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.
 Nama Orang/pihak kepada siapa atau pihak lain yang ditunjuk olehnya
pembayaran harus dilakukan.
 Tanggal dan tempat ditariknya surat wesel. h. Tanda tangan pihak yang
mengeluarkan (penarik).

14
Kedelapan syarat tersebut diatas harus selalu tercantum dalam surat wesel.
Tidak dipenuhinya salah satu syarat tersebut maka surat itu tidak berlaku sebagai
surat wesel kecuai dalam hal-hal berikut:
a. Kalau tidak ditetapkan hari bayarnya maka wesel itu dianggap harus dibayar
pada hari ditunjukkannya (wesel tunjuk).
b. Kalau tidak ditetapkan tempat pembayaran tempat yang ditulis disamping
namavtertarik dianggap sebagai tempat pembayaran dari tempat dimana
tertarik berdomisili.
c. Kalau tidak disebutkan tempat wesel itu ditarik, maka tempat yang disebut
disamping nama penarik dianggap tempat ditariknya wesel itu.
Bagi surat wesel yang penyimpangannya tidak seperti tersebut diatas, maka
surat wesel itu bukan wesel yang sah, dan \ pertanggungan jawabnya dibebankan
kepada orang yang menandangani surat wesel itu.
2) Surat Cek : adalah surat berharga yang memuat kata cek/cheque dalam mana
penerbitannya memerintahkan kepada bank tertentu untuk membayar sejumlah
uang kepada orang yang namanya disebut dalam cek, penggantinya, pembawanya
pada saat ditunjukkan.
Dalam pasal 178 KUHD ditentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi
suatu cek dan kalau salah satu syarat dalam pasal, tersebut tidak dipenuhi, maka
kertas itu tidak dapat diperlakukan sebagai cek. Syarat-syarat cek tersebut adalah:
 Pada setiap cek harus terdapat kata cek dan dinyatakan dalam bahasa cek itu
ditulis.
 Perintah tidak bersyarat untuk membayar suatu jumlah tertentu.
 Nama orang (bankir) yang harus membayar.
 Penunjukkan tempat dimana pembayaran harus terjadi.
 Penyebutan tanggal serta 'tempat dimana cek ditertibkan.
 Tanda tangan dari orang yang menerbitkan cek.
3) Surat Sanggup : adalah surat berharga yang memuat kata "aksep” atau Promes
dalam mana penerbit menyanggupi untuk membayar sejumlah yang kepada orang
yang disebut dalam surat sanggup itu atau penggantinya atau pembawanya pada
hari bayar.
Ada dua macam surat sanggup, yaitu surat sanggup kepada pengganti dan
surat sanggup kepada pembawa. Agar jangan tinggal keragu-raguan HMN
Purwosutjipto, menyebutkan surat sanggub kepada pengganti dengan "surat
sanggup" saja, sedangkan surat sanggup kepada pembawa disebutnya "surat
promes".
Surat sanggup mirip dengan surat wesel, tetapi berapa syarat pada surat wesel
tidak berlaku pada surat sanggup, perbedaannya dengan surat wesel adalah:
a. Surat sanggup tidak mempunyai tersangkut.
b. Penerbit dalam surat sanggup tidak memberi perintah untuk membayar, tetapi
menyanggupi untuk membayar.
c. Penerbit surat sanggub tidak menjadi debitur regres, tetapi debitur surat
sanggup.

15
d. Penerbit tidalk menjamin seperti pada penerbit wesel, tetapi melakukan
pembayaran sendiri sebagai debitur surat sanggup.
e. Penerbit surat sanggup merangkap kedudukan sebagai akseptan pada wesel
yaitu mengikatkan diri untuk membayar.
Undang-Undang mengharuskan adanya berapa syarat yang harus terdapat
dalam surat sanggub supaya dapat disebutkan surat seperti yang diatur dalam
pasal 174 KUH Dagang yaitu :
 Baik clausula: “sanggub”, maupun nama “surat sanggub” atau promes atas
pengganti yang dimuatkan didalam teks sendiri, dan dinyatakan dalam bahasa
dengan mana surat itu disebutkan .
 Janji yang tidak bersyarat untuk membayar suatu jumlah tertentu.
 Penunjukan hari gugur.
 Penunjukan tempat, dimana pembayaran harus terjadi.
 Nama orang, kepada siapa atau kepada penggantinya pembayaran itu harus
dilakukan.
 Penyebutan hari penanggalan, beserta tempat, dimana surat sanggub itu
ditanda tangani.
 Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat itu.
4) Kwitansi-Kwitansi dan Promes atas unjuk : Kwitansi atas tunjuk yang
dikemukakan oleh Mr. Chr Zevenbergen yang dikutip oleh Emy Pangaribuan
adalah suatu surat yang ditanggali, diterbitkan oleh penanda tangannya terhadap
orang lain untuk suatu pembayaran sejumlah uang yang ditentukan didalamnya
kepada penunjuk (atas tunjuk) pada waktu diperlihatkan.
Dalam kwitansi atas tunjuk tersebut tidak disyaratkan tentang selalu adanya
klausula atas tunjuk.

- Surat Berharga Diluar KUHD > Surat-surat berharga di luar KUHD itu antara lain:
1) Bilyet Giro : adalah surat perintah tak bersayarat dari nasabah yang telah
dibakukan bentuknya kepada bank penyimpan dana untuk memindahkan sejumlah
dana dari rekening giro yang bersangkutan kepada pihak penerima yang
disebutkan namanya, kepada bank yang sama atau kepada bank lainnya
(Purwosutjipto). Dengan demikian pembayaran dana Bilyet Giro tidak dapat
dilakukan dengan uang tunai dan tidak dapat di pindah tangan kan melalui
endosemen (SK Direksi Bank Indonesia No.4/670, Sub 1).
Kedudukan Bilyet Giro dengan cek hampir sama, hanya bedanya cek
adalah alat pembayaran tunai sedangkan bilyet giro merupakan alat pembayaran
yang bersifat giral, dengan cara memindah bukukan sejumlah dana dari si
penerbit. Pengaturan mengenai Bilyet Giro ini didasarkan kepada SEBI No.
4/670 UPPB/PBB tanggal 24 Januari 1972 yang berisikan tentang :
 Pengertian dari Bilyet Giro
 Bentuk Bilyet Giro
 Tenggang waktu berlakunya bilyet giro
 Pengisian bilyet giro e. Kewajiban menyediakan dana dan sanksi bilyet giro
kosong

16
 Pembatalan bilyet giro.
 Tata cara perhitungan bilyet giro antar bank setempat
 Penyimpangan bentuk/masa peralihan.
2) Travels Cheque/Cek Perjalanan : adalah surat yang berharga dikeluarkan oleh
sebuah bank, yang mengandung nilai, dimana bark penerbit sanggub membayar
sejumlah uang sebesar nilai nominalnya kepada orang yang tanda tangannya
tertera ada cek perjalanan itu.
Apabila diteliti fungsi dan peranan cek perjalanan adalah sebagai berikut:
a. Bahwa seorang yang melakukan perjalanan tidak perlu lagi membawa uang
tunai dalam jumlah yang banyak.
b. Orang tersebut akan merasa dari resiko perampokan dan kehilangan uang.
Syarat-syarat formal yang biasanya terdapat didalam suatu cek perjalanan,
adalah sebagai berikut:
 Nama Travels Cheque secara Tersendiri.
 Nilai nominal dari travels cheque.
 Nama bank yang mengeluarkan.
 Nomor seri dari tanggal pengeluaran cek perjalanan.
 Tanda tangan orang yang berpergian pada waktu pembelian TC tanda tangan
pada waktu penguangan cek perjalanan.
 Perintah membayar tanpa syarat.
 Dapat dibayarkan sebagai alat pembayaran yang sah.
 Tanda tangan dari bank penerbit.
3) Credit Card : adalah kartu plastik yang dikeluarkan oleh issuer yaitu bank atau
lembaga keuangan lainnya, yang fungsinya adalah sebagai pengganti uang tunai.
4) Miscellaneous Charges Order (MCO) : adalah satu dokumen yang dikeluarkan
oleh masing-masing maskapai penerbangan yang beroperasi secara Internasional,
sebagai alat perintah membayar, untuk mengisi kembali ticket, balance
pembayaran dan lain-lain.
Tujuan mengeluarkan MCO tersebut adalah untuk penukaran, pemberian
service kepada orang yang memanfaatkan pesawat udara dan merupakan
pengamanan keuangan orang perorangan/group yang menggunakan fasilitas
angkatan udara itu.

D. HUKUM PERBANKAN
 Bank Adalah :
- Suatu badan yang tugas utamanya menghimpun uang dari pihak ketiga
- Suatu badan yang tugas utamanya sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran
dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan
- Suatu badan yang usaha utamanya menciptakan kredit
- Suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kredit, baik dengan alat-alat
pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun
dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral

17
 Fungsi Pokok Bank Umum
- Menyediakan Mekanisme Dan Alat Pembayaran Yang Lebih Efisien Dalam Kegiatan
Ekonomi.
- Menciptakan Uang Melalui Pembayaran Kredit Dan Investasi.
- Menghimpun Dana Dan Menyalurkannya Kepada Masyarakat.
- Menyediakan Jasa-Jasa Pengelolaan Dana Dan Trust Atau Wali Amanat Kepada
Individu Dan Perusahaan.
- Menyediakan Fasilitas Untuk Perdagangan Internasional.
- Memberikan Pelayanan Peyimpanan Untuk Barang-Barang Berharga.
- Menawarkan Jasa-Jasa Keuangan Lain Misalnya Kartu Kredit, Cek Perjalanan, Atm,
Transfer Dana, Dan Sebagainya.
 Tugas Dan Lapangan Usaha Bank
- Menurut UU No. 7 1992 jo UU No. 10/1998 tentang Perbankan (pasal 1 ayat 2) Bank
adalah : “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
- Lapangan Usaha Bank Umum :
1) Menghimpun Dana (Funding)
2) Menyalurkan Dana (Lending)
3) Memberikan jasa- jasa Bank Lainnya (Services)
 Hukum Perbankan
1) Pengertian > Seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundangan,
yurisprudensi, doktrin, dd, yang mengatur masalah perbankan.
2) Unsur Hukum Perbankan
 Serangkaian ketentuan hukum positif
 Bersumber pada ketentuan tertulis dan tidak tertulis
 Mengatur ketatalaksanaan kelembagaan bank
 Mengatur aspek-aspek kegiatan usahanya
3) Sumber Hukum > Tempat ditemukannya ketentuan dan perundangan yang sifatnya
tertulis.
4) Sumber-Sumber Hukum Perbankan
 Material : Sumber hukum yg menentu kan isi hukum itu sendiri
 Formal : Tempat ditemukannya ketentuan hukum & perundang-undangan baik
tertulis atau tidak tertulis
5) Fungsi Perbankan Indonesia > Sebagai Financial intermediary, yang tugas
utamanya adalah :
 Penghimpun
 Penyalur dana masyarakat
6) Tujuan Perbankan Indonesia > Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
demi meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi & stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak (Pasal 3&4 UU No. 7 1992 jo UU No.
10/1998).

18
7) Sifat Hukum Perbankan > Memaksa, dimana bank dalam menjalankan usahanya
harus tunduk dan patuh pada rambu-rambu yang ditetapkan undang-undang, yang
dilanggar akan dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin oleh Bank
Indonesia
 Bank diperbolehkan untuk membuat ketentuan sendiri (self regulation) yg
berpedoman pada kebijakan umum Bank Indonesia.
 Lembaga Keuangan
1) Lembaga Keuangan Bukan Bank > Melakukan kegiatan dengan dana yang bersifat
jangka panjang dan berasal dari surat berharga yang dikeluarkan tidak diperkenankan
menerima simpanan , penyaluran dana pada masyarakat bersifat investasi.
Misal : perusahaan asuransi, perusahaan keuangan, perusahaan pemutar kredit dan
rumah gadai.
2) Lembaga Keuangan Bank : Bertindak sebagai salah satu bentuk lembaga keuangan
yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa keuangan lainnya. Pemberian kredit
dari modal sendri atau dari pihak ketiga mupun dengan peredaran uang giral.
Jenis-jenis bank : Segi Fungsinya, Segi Kepemilikannya, Segi Penciptaan Uang
Giral.
 Kebijakan Moneter
1) Pengertian > kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang dilakukan antara lain melalui
pengendalian jumlah uang beredar dan atau suku bunga.
2) Kebijakan moneter dilaksanakan dengan :
- Bank rate policy atau politik diskonto
- Operasi pasar terbuka (open market operation)
- Perubahan cadangan minimum
- Pengawasan kredit selektif
- Moral suasion / metode penghimbauan
 Bank Indonesia
1) Bank Sentral adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk
mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan serta menjalankan fungsi sebagai
lender of last resort.
2) Tugas BI :
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
c. Mengatur dan mengawasi bank
- Menetapkan peraturan
- Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu
dari bank
- Melaksanakan pengawasan bank
- Mengenakan sangki terhadap bank sesuai dengan undsang-undang.
 Lembaga Penjamin Simpanan

19
1) LPS dibntuk berdasarkan amanat Undang-undang
2) LPS adalah badan hukum
3) LPS adalah lembaga yang independen, transparan dan akuntabel dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya
4) LPS bertanggung jawab kepada Presiden
5) Fungsi lembaga penjamin simpanan :
- Menjamin simpanan nasabah penyimpan
- Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai denga
kewenangannya.
 Kredit
1) Pengertian Kredit > Kredit penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam anatar pihak
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu, dengan jumlah bunga.
2) Jenis Kredit
- Kredit menurut kelembagaannya
- Kredit menurut jangka waktunya
- Kredit menurut kelengkapan dokumen
- Kredit menurut jaminannya

E. HUKUM PENGANGKUTAN
 Fungsi Pengangkutan > memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ketempat
yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai.
 Defenisi Pengangkutan > Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara
pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang dari suatu tempat ke tempat
tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar
uang angkutan.
 Terkait pengangkutan;
- Pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan ialah pengangkut dan pengirim
- Sifat perjanjian pengangkutan adalah timbal balik, artinya baik pengangkut maupun
pengirim masing-masing mempunyai kewajiban
- Kewajiban pengangkut adalah untuk menyelenggaran pengangkutan barang dan atau
orang dari suatu tempat ketempat tujuan tertentu dengan selamat
- Kewajiban pengirim adalah membayar uang angkutan

 Jenis-Jenis Pengangkutan;
- Pengangkutan darat (pasal 90-98 KUHD)
- Pengangkutan laut
- Pengangkutan udara
- Pengangkutan perairan darat
 Pengangkut

20
1) Pengangkut adalah > Orang yang menjadi pihak dalam perjanjian.
2) Pengangkut bertanggung jawab pada pengirim atas semua barang yang
dikirimkannya. Sedangkan sopir tidak bertanggung jawab secara langsung pada
pengirim.
3) Antara pengangkut dan pengirim terjadi perjanjian pengangkutan sedangkan antara
pengangkut dan sopir terjadi perjanjian perburuhan, yang mempunyai dua sifat yaitu
perburuhan dan sifat pemberian kuasa.
4) Kewajiban pengangkut ialah mengangkut atau menyelenggarakan pengangkutan
barang dari tempat pemuatan sampai tempat tujuan dengan selamat, agar barang dapat
diterima oleh penerima dengan lengkap dan utuh, tidak rusak atau kurang, ataupun
tidak terlambat ( pasal 1235 jo 1338 ayat (1) dan (3) KUHPer.
5) Tanggung jawab pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan barang mulai
dari tempat pemuatan sampai tempat tujuan dengan selamat. Penyelenggaraan
pengangkutan dikatakan tidak selamat jika :
- Barang tidak sampai di tempat tujuan
- Barang sampai tempat tujuan tetapi dalam keadaan rusak
- Barang sampai tempat tujuan tetapi tidak tepat waktunya
6) Pengecualian atas kerugian yang ditanggung pengangkut :
- Keadaan memaksa
- Cacat pada barang itu sendiri
- Kesalahan atau kelalaian si pengirim atau ekspeditur
- Keterlambatan barang ketempat tujuan yang disebabkan karena keadaan memaksa
(pasal 92 KUHD) dalam hal ini barang tidak rusak atau tidak musnah
7) Pengangkut dapat menolak Tuntutan ganti rugi bilamana cukup alasan (pasal
1244 KUHPer) :
- Tidak dilaksanakannya
- Tidak sempurna dilaksanakannya
- Tidak tepat waktu pelaksanaan perikatan disebabkan suatu peristiwa yang tidak
dapat diduga lebih dulu dan tidak dapat dipertanggung jawabkan kepadanya.
- Penolakan tidak dapat dilakukan jika pihak lawan bisa membuktikan adanya itikad
buruk pada pengangkut (pasal 533 dan 1965 KUHPer).
 Perjanjian Pengangkutan Bersifat Konsensuil, artinya pembuatan perjanjian
pengangkutan tidak disyaratkan harus tertulis cukup dengan lisan asal ada persetujuan
kehendak atau antara pengirim dan pengangkut tidak perlu adanya surat muatan atau akta
lain.
 Pengangkutan Darat (barang)
1) Ketentuan-Ketentuan:
- Pengangkutan barang (pasal 90 samapai dengan pasal 98 KUHD)
- Penagangkutan orang
2) Ketentuan di luar KUHD
- Peraturan-peraturan pokok bagi pengangkutan dengan kereta api
- Peraturan-peraturan pokok mengenai melalui pengangkutan melalui jalan raya
- Peraturan-peraturan pokok mengenai pengangkutan pos
- Peraturan-peraturan pokok mengenai pengangkutan melalui telekomunikasi
21
 Surat Muatan
1) Pasal 90 KUHD, surat muatan adalah perjanjian antara si pengirim atau ekspeditur
pada pihak pertama, dengan pengangkut pada pihak kedua , dan surat itu memuat
selain apa yang telah disetujui kedua belah pihak, seperti misalnya mengenai
waktudalam mana pengangkutan harus telah selesai dilakukan dan mengenai
penggantian kerugian dalam hal ada keterlambatan
2) Pasal 90 ayat (1) no 6 KUHD ditetapkan surat muatan harus memuat juga tanda
tangan pengirim atau ekspeditur saja, sedangkan tanda tangan pengangkut tidak
disebut.. Karena cukup ditandatangani pengirim saja, maka surat tersebut bukanlah
surat perjanjian melainkan surat keterangan sepihak. Surat muatan hanya merupakan
surat pengantar saja, yang baru merupakan tanda bukti adanya perjanjian
pengangkutan bila surat muatan itu juga ditandatangani oleh pengangkut sebagai
tanda terima.
3) Menurut Mollengraf, bila surat muatan beserta barang-barang muatannya diterima
oleh pengangkut dengan cara menaruhkan tanda tangan pada surat muatanmnya
barulah surtat muatan merupakan tanda bukti perjanjian.
4) Berdasar pasal 90 KUHD surat muatan hanya pengantar saja. Bila surat muatan
sudah diterima pengangkut beserta barangya dan kemudian pengangkut menaruh gfan
beserta cap jabatan, maka surat muatan tersebut adalah surat perjanjian.
 Isi surat pengangkutan :
- Barang-barang muatan
- Alamat dan nama penerima
- Uang angkutan
- Tanggal dibuatnya surat muatan
- Tanda tangan pengirim
- Klausula
 Perbedaan pengangkutan orang dengan pengangkutan barang :
- Dalam hal obyek perjanjian pengangkutan barang adalah mulai saat diserahkannya
barang kepada pengangkut, maka penguasaan dan pengawasan atas barang ada di
tangan pengangkut.
- Dalam hal pengangkutan orang, penyerahan kepada pengangkut tidak ada. Tugas
pengangkut hanya membawa atau menbgangkut orang smpai ke tempat tujuan dengan
selamat.
 Beban pembuktian dan tuntutan ganti rugi
- Bila penumpang menuntut ganti rugi karena luka-luka atau lainnya pada pengangkut,
cukuplah bila dia mendalilkan bahwa dia menderita luka disebabkan pengangkutan
itu.Jika itu dibantah oleh pengangkut, maka pengangkut harus membuktikan bahwa
kelalaian atau kesalahan itidak ada padanya.
- Bila pembuktian pengangkut ini berhasil, maka penumpang yang harus membuktikan
adanya kelalaian pada pengangkut. Jadi beban pembuktian disini terletak pada pundak
pengangkut.

22
 Syarat mutlak yang harus ada pada tuntutan ganti rugi :
- Jika seorang calon penumpang menunggu datangnya bus pada tempat penghentian
bus dan pada saat itu ia tertimpa genting, maka tanggung jawab kerugian ada pada
pengangkut
- Jika penumpang berkelahi sesama penumpang di dalam sebuah bus dan dia terluka,
maka tanggung jawab kerugian tidak bisa dimintakan pada pengangkut.
 Dari sudut beban pembuktian
- Bagi penuntut penumpang berdasar pasal 1365 harus mendalilkan kalau diingkari oleh
pengangkut, membuktikan adanya perbuatan pengangkut yang bersifat melawan
hukum yang mengakibatkan kerugian secara langsungdari penumpang.
- bagi penuntut penumpang berdasar perjanjian pengangkuta tidak perlu membuktikan
adanya kesalahan pengangkut, tapi cukup mengemukakan peristiwa yang
berhubungan langsung dengan kecelakaan yang menimbulkan kerugian.

F. HUKUM ASURANSI
 Pengaturan Asuransi
- KUHPerdata
- KUHD (Ps. 246 s/d 308)
- UU Nomor 2 Th 1992 tentang Usaha Perasuransian
- Keppres RI No. 40 Th ttg Usaha di Bidang Asuransi Kerugian
- Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1249/KMK.013/1988 ttg Ketentuan & Tata
Cara Pelaksanaaan Usaha di Bidang Asuransi Kerugian
- KMK RI No. 1250/KMK.013/1988 ttg Usaha Asuransi Jiwa.
- UU No 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
 Pengertian Asuransi
 Pasal 246 KUHD: Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana
seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima
suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan
dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.
 Asuransi (pertanggungan) adalah perjanjian dua pihak, dengan nama pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
utk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yg diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan (Ps
1 UU No. 2/1992).
 Pasal 1 (1) UU No 40 Tahun 2014
 Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang
polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai
imbalan untuk:

23
a. memberikan penggantian kepada pemegang polis karena kerugian, kerusakan,
biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin diderita pemegang polis karena terjadinya suatu
peristiwa tdk pasti
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau
pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang
besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
 Obyek Asuransi > Benda dan jasa, jiwa dan raga kesehatan manusia, tanggung jawab
hukum, serta semua kepentingan yang dapat hilang, rusak, rugi dan atau berkurang
nilainya.
 Pembagian Jenis Asuransi
- Asuransi Kerugian
- Asuransi Jumlah (sejumlah uang)
- Asuransi Campuran
 Jenis Asuransi Menurut Psl 247 KUHD antara lain:
- Asuransi thd bahaya kebakaran.
- Asuransi thd bahaya yg mengancam hasil pertanian yg belum dipaneni.
- Asuransi jiwa.
- Asuransi thd bahaya di laut.
- Asuransi pengangkutan darat & perairan darat.
 Prinsip-Prinsip Dalam Asuransi
- Prinsip Kepentingan yg dapat diasuransikan (insurable interest) : hak subyektif yg
mungkin akan lenyap atau berkurang krn peristiwa tdk tentu.
- Prinsip Itikad Baik (Utmost Goodfaith)
- Prinsip Keseimbangan (Idemniteit Principle)
- Prinsip Subrograsi (Subrogration Principle)
- Prinsip Sebab akibat (Causaliteit Principle)
- Prinsip Kontribusi
- Prinsip Follow the Fortunes, berlaku bg re-asuransi.
 Perbedaan Asuransi Kerugian dan Asuransi Jumlah
- Para pihak
- Hal yg dipertanggungkan
- Prestasi penanggung
- Kepentingan
- Asas indemnitas
- Evenemen (peristiwa tdk menentu)
 Jenis Usaha Perasuransian
- Usaha Asuransi Kerugian, jasa dlm penanggulangan risisko atas kerugian, kehilangan
manfaat, dan tanggung jawab hk kpd pihak ketiga, yg timbul dr peristiwa tdk pasti.
- Usaha Asuransi Jiwa, jasa dalam penanggulangan risiko yg dikaitkan dg
hidup/matinya seseorang yg dipertanggungkan.
- Usaha Reasuransi yg memberikan jasa dalam pertanggungan ulang thd risiko yg
dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan Perusahaan Asuransi Jiwa.

24
 Jenis Usaha Penunjang Asuransi
- Usaha Pialang Asuransi.
- Usaha Pialang Reasuransi.
- Usaha Penilaian Kerugian Asuransi.
- Usaha Konsultan Aktuaria.
- Usaha Agen Asuransi.
 Bentuk Hukum Usaha Asuransi
- Perusahaan Perseroan (Persero).
- Koperasi.
- Perseroan Terbatas.
- Usaha Bersama (Mutual)
Catatan: Usaha konsultan atuaria & agen asuransi dpt dilakukan oleh perusahaan
perorangan.
 Kepemilikan Perusahaan Perasuransian
- Perusahaan Asuransi hanya dapat didirikan oleh:
1) WNI dan atau badan hukum Indonesia yg sepenuhnya dimiliki WNI dan atau BH
Indonesia.
2) Perusahaan perasuransian yg pemiliknya sbgmn angka 1 di atas, dg perusahaan
perasuransian yg tunduk pd hk asing.
 Perijinan Usaha Asuransi
- Setiap usaha perasuransian wajib mdpt izin usaha Menteri Keuangan, kecuali bagi
perusahaan yg menyelenggarakan Program Asuransi Sosial.
- Pemberian ijin harus dipenuhi persyaratan:
1) Anggaran dasar.
2) Susunan organisasi
3) Permodalan.
4) Kepemilikan.
5) Keahlian di bidang perasuransian.
6) Kelayakan rencana kerja.
7) Hal-hal lain yg diperlukan utk mendukung pertumbuhan usaha peransuransian
secara sehat.
 Pembinaan & Pengawasan Usaha Perasuransian meliputi:
- Kesehatan Keuangan (batas tingkat solvabilitas, retensi sendiri, reasuransi, investasi,
cadangan teknis dan ketentuan lain yg berhubungan dg kesehatan keuangan.
- Penyelenggaraan usaha asuransi (syarat2 Polis, tingkat premi, penyelesaian klaim,
persyaratan kehlian di bidang persuransian, ktt-an lain yg berhubungan dg
penyeleggaraan usaha.
 Kejahatan Perasuransian
- Menjalankan usaha perasuransian tanpa ijin
- Penggelapan premi asuransi
- Penggelapan kekayaan perusahaan asuransi
- Penerima, penadah, pembeli, penjual kembali, pengagun kekayaan perusahaan
asuransi hasil penggelapan

25
- Pemalsuan dokumen perusahaan asuransi
- Tindak pidana yg dilakukan oleh atau atas nama nama badan hukum/bukan BH.
 Kepailitan & Likuidasi Perusahaan Asuransi
- Menteri Keuangan dapat memintakan kepada pengadilan agar perusahaan ybs
dinyatakan pailit.
- Hak pemegang Polis atas pembagian harta perusahaan asuransi yg dilikuidasi
merupakan hak utama.
 Tuntutan Keperdataan > Terhadap perusahaan perasuransian yg tdk memenuhi
ketentuan UU No. 2 Th 1992 dan peraturan pelaksanaannya sehingga merugikan pihak
lain dimungkinkan utk dituntut secara perdata supaya mengganti kerugian.
 Pengaturan Asuransi Syariah
 Pasal 1 (2) UU No 40 Tahun 2014
 Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian antara
perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara para
pemegang polis, dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah
guna saling menolong dan melindungi dengan cara:
a. memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta
atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya peserta atau
pembayaran yang didasarkan pada hidupnya peserta dengan manfaat yang
besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
 Ruang lingkup usaha asuransi, Pasal 2
 Perusahaan asuransi umum hanya dapat menyelenggarakan: usaha asuransi umum dan
usaha reasuransi umum
 Perusahaan asuransi jiwa hanya dapat menyelenggarakan Usaha Asuransi Jiwa
termasuk lini usaha anuitas, lini usaha asuransi kesehatan, dan lini usaha asuransi
kecelakaan diri.
 Perusahaan reasuransi hanya dapat menyelenggarakan Usaha Reasuransi.
 Pasal 3, mengatur ruang lingkup Perusahaan asuransi umum syariah
 Pasal 4:
(1) Perusahaan pialang asuransi hanya dapat menyelenggarakan Usaha Pialang
Asuransi.
(2) Perusahaan pialang reasuransi hanya dapat menyelenggarakan Usaha Pialang
Reasuransi
(3) Perusahaan penilai kerugian asuransi hanya dapat menyelenggarakan Usaha
Penilai Kerugian Asuransi.
 Unsur-Unsur Dlm Asuransi Pasal 246 KUHD
- Penanggung: pihak yang berjanji membayar jika peristiwa pada unsur ke tiga
terlaksana.
- Tertanggung: pihak yang berjanji membayar uang kepada pihak penanggung.
- Suatu peristiwa belum tentu akan terjadi (evenement)

26
- Penggantian kerugian
- Adanya kepentingan (Psl 250 jo 268 KUHD)
- Adanya peristiwa tak tentu
- Adanya kerugian
 Perbedaan Asuransi Dengan Perjudian
- Thd perjudian/pertaruhan UU tdk memberikan akibat hukum. Dari perjudian yg
timbul adlh naturlijke verbintenis, sdgkan dari asuransi timbul suatu perikatan
sempurna.
- Kepentingan dalam asuransi adalah karena adanya peristiwa tak tentu itu utk tdk
terjadi, di luar/sebelum ditutup perjanjian. Sdgkan perjudian kepentingan atas
peristiwa tdk tentu itu baru ada pd kedua belah pihak dengan diadakannya
perjudian/perj pertaruhan.
 Asuransi dan Perjudian

ASURANSI PERJUDIAN
1. Tujuannya adalah untuk mengalihkan 1. Tujuan utamanya adalah untuk
resiko yang sudah ada berkaitan dengan kepentingan keuangan yang sangat
kemanfaatan tertentu . spekulatif.
2. Peristiwa yang belum pasti sudah diketahui 2. Peristiwa yang belum pasti belum dapat
saat di tutupnya pernjanjian asuransi. diketahui saat penutupan perjanjian.
3. Resiko sudah ada sebelum perjanjian 3. Resiko di buat olh perjanjian itu sendiri
tersebut dibuat .

 Syarat Sahnya Perjanjian Asuransi


- Diatur dalam Psl 1320 KUHPdt
- Ditambah ketentuan Psl 251 KUHD ttg pemberitahuan (notification), ykni
tertanggung wajib memberitahukan kpd penanggung mengenai keadaan obyek
asuransi. Apabila lalai maka pertanggungan menjdi batal.
 Saat Terjadinya Perjanjian Asuransi
- Asuransi bersifat konsensual-perjanjian harus dibuat tertulis dlam suatu akta yg
disebut Polis (Psl 255 ayat (1) jo 258 (1) KUHD)
- Pembuktian adanya kata sepakat – polis belum ada pembuktian dilakukan dg sgl
catatan, nota, surat perhitungan, telegram
- Pembuktian janji-janji dan syarat-syarat khusus– harus tertulis dalam polis, jika janji-
janji/syarat2 khusus tidak tercantum dlm polis maka janji2 tsb diaggap tdk ada (batal).
 Polis
1) Sebagai Bukti Tertulis
- Isi Polis (kecuali asuransi jiwa)/Psl 256 KUHD:
1) Hari pembuatan perjanjian asuransi
2) Nama tertanggung, utk diri sendiri atau utk org ketiga.
3) Uraian yg jelas mengenai benda obyek asuransi
4) Jumlah yg dipertanggungkan.

27
5) Bahaya2 yg ditanggung oleh penanggung.
6) Saat bahaya mulai berjalan & berakhir yg menjadi tanggungan penanggung.
7) Premi asuransi
8) Umumnya semua keadaan yg perlu diketahui oleh penanggung & segala syarat
yg diperjanjikan antara pihak-pihak.
- Dlm polis juga hrs dicantumkan isi polis dr berbagai asuransi yg diadakan lebih
dahulu (sebelumnya), dg ancaman batal jika tidak dicantumkan (Psl 271, 272,
280, 603, 606, 615 KUHD).
2) Jenis-Jenis Polis
- Polis maskapai
- Polis bursa (Amsterdam & Rotterdam)
- Polis Lloyds
- Polis perjalanan (voyage policy)
- Polis waktu (time policy)
3) Klausula dalam polis
- Klausula Premier Risque
- Klausula All Risk (kecuali 276 & 249 KUHD).
- Klausula sudah mengetahui
- Klausula renuntiatie (renunciation)
- Klausula from Particular Average (FPA)
- Klausula with Particular Average (WPA)
 Asuransi Untuk Pihak Ketiga
- Harus dinyatakan dg tegas dlm polis, jika tidak tertanggung dianggap telah diadakan
utk dirinya sendiri.
- Cara mengadakan asuransi pihak ke 3:
1) Pemberian kuasa umum (general autorization)
2) Pemberian kuasa khusus (Special autorization)
3) Tanpa Kuasa (without autorization)
 Kewajiban Pemberitahuan Dari Tertanggung
- Syarat syahnya pertanggungan/asuransi
- Setiap pemberitahuan yg keliru atau tdk benar, atau setiap tdk memberitahukan hal-
hal yg diketahui oleh tertanggung walaupun dg itikad baik, shg seandainya
penanggung setelah dia mengetahui keadaan sebenarnya benda itu dia tdk akan
mengadakan asuransi, atau dg syarat2 yg demikian itu, mengakibtkan batalnya
asuransi.
 Pembatasan Tanggung Jawab Penanggung (Eksonerasi)
- Cacat sendiri pada benda pertanggungan
- Kesalahan tetanggung sendiri
- Eksonerasi karena pemberatan risiko

G. World Trade Organization (WTO)


 Pengertian > adalah sebuah organisasi internasional yang menaungi upaya untuk
meliberalisasi perdagangan. Organisasi ini menyediakan aturan-aturan dasar dalam

28
perdagangan internasional, menjadi wadah perundingan konsesi dan komitmen dagang
bagi para anggotanya, serta membantu anggota-anggotanya menyelesaikan sengketa
dagang melalui mekanisme yang mengikat secara hukum. Organisasi ini didirikan
pada 1 Januari 1995 dengan tujuan untuk mengurangi tarif dan hambatan perdagangan
lainnya, yang diharapkan akan memajukan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
 Pendahuluan
- WTO dibentuk tg 15 April 1994 di Marakesh, Maroko setelah perundingan panjang
mengenai perdagangan dunia yang disebut Putaran Uruguay. Berlaku efektif sejak 1
Januari 1995 dan Indonesia meratifisir lewat DPR tg 13 Oktober 1994 menjadi UU
No. 7 th 1994.
- Dalam draft Final Act perjanjian Marakesh dikemukakan ttg rancangan mendirikan
Multilateral Trade Organization (MTO) yang kemudian diubah namanya menjadi
World Trade Organization (WTO) sebagai pegganti GATT.
- Putaran Uruguay telah meluaskan cakupannya secara substansi dan telah
menghasilkan banyak perjanjian baru yang sebelumnya tidak pernah ditangani GATT.
 Tujuan WTO
- Mendorong arus perdagangan antara negara, dengan mengurangi dan menghapus
berbagai hambatan yang dapat mengganggu kelancaran arus perdagangan barang dan
jasa.
- Memfasilitasi perundingan dengan menyediakan forum negosiasi yang lebih
permanen.
- Untuk penyelesaian sengketa, mengingat hubungan dagang sering menimbulkan
konflik-konflik kepentingan.
 Fungsi WTO
- Memfasilitasi implementasi, administrasi dan pelaksa-naan dari persetujuan WTO.
- Memberikan suatu forum tetap guna melakukan perun-dingan diantara anggota, baik
masalah yang telah terca-kup dalam persetujuan WTO maupun yang belum tercakup.
- Menyelesaikan sengketa yang terjadi dalam WTO.
- Mengawasi kebijakan perdagangan.
- Kerjasama dengan organisasi lainnya.
-
 Sejarah Ringkas
- WTO secara resmi berdiri pd tg 1 Januari 1995.
- Cikal bakal WTO adalah GATT ( General Agreement on Tariffs and Trade) yang
telah berdiri sejak th 1948.
- Setelah WTO resmi berdiri, GATT tetap exis sebagai salah satu bagian dari WTO
sejajar dengan GATS ( General Agreement on Trade and Services ) dan TRIPS
( Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights)
 WTO
1) Pengertian > merupakan suatu tempat yg dituju oleh negara-negara anggotanya utk
menyelesaikan masalah-masalah perdagangan yg mereka hadapi satu sama lain.

29
2) Jantung dari WTO adalah berbagai persetujuan yg merupakan bagian dari Agreement
Establishing the WTO yg telah dirundingkan dan ditanda – tangani oleh pemerintah
mayoritas negara-negara di dunia .
3) Berbagai persetujuan tersebut berisi peraturan-peraturan sebagai dasar hukum bagi
perdagangan Internasional antar negara anggotanya.
4) Berbagai persetujuan tersebut pada intinya merupakan suatu kontrak yang
mengikat pemerintah negara anggota utk menjaga agar kebijakan perdagangan
mereka tidak melewati batas-2 yg telah disepakati.
5) Walau hanya mengikat pemerintah, tujuan dari berbagai persetujuan tsb adalah
menolong para produsen barang & jasa ,Eksportir dan Importir dlm menjalankan
usahanya.
 Perbedaan Utama GATT dan WTO
- GATT bersifat ad hoc dan sementara waktu. Persetujuan umum tidak pernah
diratifikasi oleh Parlemen negara anggota dan tidak mengandung ketentuan bagi
penciptaan suatu organisasi.
- WTO memiliki anggota, sedang GATT terdiri dari para pihak, yg menegaskan bahwa
GATT secara resmi merupakan suatu teks legal.
- GATT hanya memasukkan perdagangan barang,sedang WTO mencakup GATT
(barang), GATS (jasa) dan TRIPS (kekayaan intelektual).
- Sistem penyelesaian sengketa WTO lebih cepat dan lebih otomatis daripada sistem
GATT yang lama.
- WTO dan persetujuan2 didlmnya bersifat permanen dan sebagai OI, WTO memiliki
aturan2 yg pasti dan diratifikasi oleh negara2 anggotanya.
 Putaran Perdagangan GATT

Thn Tempat Masalah Yang Dibahas Jml Psrt

1947 Jenewa Tarif 23 Neg

1949 Annecy Tarif 13 Neg

1951 Turki Tarif 38 Neg

1956 Jenewa Tarif 26 Neg

1960-61 Jenewa Tarif 26 Neg


(Put Dillon)

1964-67 Jenewa Tarif & Kebijakan Anti 62 Neg


Dumping
(Put Kennedy)

30
1973-79 Jenewa Tarif, Kebijakan Non-tarif, 102 Neg
Kerangka Persetujuan
(Put Tokyo)

1986-94 Jenewa Tarif, Kebij Non-tarif, Jasa, 123 Neg


Kekayaan Intelektual, Penyel
(Put Uruguay)
Sengketa, Tekstil, Pertanian,
Pembentukan WTO dll.

2001-sek Doha Idem 145 Neg


(Put Doha)

 Direktur Jenderal GATT dan WTO


- Sir Eric yndham White ( Inggris ) 1948-68
- Oliver Long (Swiss) 1968-80
- Arthur Dunkel (Swiss) 1980-93
- Peter Sutherland (Irlandia) GATT 1993-94, WTO 1994-95
- Renato Ruggiero (Italia) 1995-99
- Mike Moore (Selandia Baru) 1999-2002.
- Supathai Panitchpakdi (Thailand) 2002-2005
- Pascal Lamy (Perancis) 2005-2013
- Roberto Azevedo (Brazil) 2013-
 Prinsip-Prinsip
- Most Favoured Nation (MFN): Perlakuan yang sama thdp semua Mitra Dagang (non-
diskriminasi), artinya keringanan tarif impor yg diberikan pd produk 1 neg hrs
diberikan jg pd produk impor dr neg mitra dagang lainnya.
- National Treatment (perlakuan nasional) artinya neg angg wajib unt memberikan
perlakuan sama atas barang2 impor dan barang lokal, paling tdk setelah barang impor
memasuki pasar domestik.
- Transparency (transparan) artinya bahwa neg angg wajib bersikap terbuka thdp
berbagai kebijakan perdagangannya, shg para pelaku ekonomi mudah melakukan
kegiatan perdagangan.
 Sistem Organisasi
 Seperti yang biasa dilakukan dalam GATT, mekanisme pengambilan keputusan dalam
WTO adalah Konsensus.
 Apabila konsensus sulit dicapai, pengambilan keputusan akan dilakukanVoting
dengan sistem satu negara satu suara & kemenangan mayoritas.
 Hasil Voting dianggap sah apabila:
- Untuk perdag multilateral mendapat persetujuan 2/3 angg WTO.
- Melepaskan suatu negara dari suatu kewajiban hrs mendpt persetujuan ¾ suara.
- Untuk mengamandemen ketentuan hrs mendapat dukungan 2/3 suara.
- Untuk menetapkan anggota baru, diperlukan suara mayoritas (2/3 suara).

31
 Struktur Organisasi > LIHAT PPT AJA DEH T_T (slide 13)
 Kewenangan Dalam WTO
- Kewenangan tkt tertinggi: Konferensi Tingkat Menteri yang bersidang sedikitnya 1x
dlm 2 th.
- Kewenangan tkt kedua: General Council.
- Kewenangan tkt ketiga: Dewan2 ( Councils).
- Kewenangan tkt keempat: Subsidiary Bodies yakni badan2 yang berada dibawah
Council.
 Keanggotaan
 Anggota GATT otomatis menjadi anggota WTO, yang dikenal sebagai anggota asli
WTO.
- Suatu Neg yang ingin menjadi anggota harus melewati 4 tahap sbb:
1) Permintaan resmi untuk menjadi anggota.
2) Negosiasi dengan seluruh anggota WTO.
3) Menyusun draft Keanggotaan baru.
4) Keputusan akhir.
- Sebagian besar negara anggota mempunyai perwakilan diplomatik di Jenewa yang
dikepalai oleh seorang Dubes khusus untuk WTO.
 Pengelompokan Anggota Dalam WTO
 Anggota WTO sekarang ini mengelompok-mengelompok yg dlm beberapa hal mrk
menyampaikan suaranya dengan menggunakan satu juru bicara atau satu tim
negosiasi.
 Kelompok-kelompok tersebut adalah:
- Uni Eropa = European Communities, sbg kelompok yg terbesar yang terdiri dr 15
negara. Uni Eropa memiliki satu kebijakan perdagangan eksternal. Dalam
berbagai sidang di WTO, Eoropean Com bertindak atas nama UE. Jadi UE
merupakan anggota WTO yg memp hak-hak spt yg dimiliki negara2 anggota UE.
- ASEAN : Malaysia, Indonesia, Sing, Phil, Thai, Myanmar, Kamboja, Brunei.
- Latin American Economc System ( SELA )
- African, Caribbean and Pacific Group ( ACP )
- North American Free Trade Area ( NAFTA )
- The Southern Common Market (MERCOSUR)-Brazil, Argentina, Paraguay,
Uruguay
- Cairns Group yang dibentuk sesaat sebelum Putaran Uruguay dimulai th 1986 unt
membahas liberalisasi perdag bidang pertanian.
- Like Minded Group (LMG) yg dibentuk menjelang KTM III WTO di Seatle yang
beranggotakan Kuba, Rep Dominika, Mesir, Honduras, Indonsia, India. Kenya,
Malaysia, Sri Lanka, Tanzania, Uganda, Zimbabwe dan Jamaika.
 Sekretariat
 Sekretariat WTO terletak di Jenewa dengan memiliki sekitar 550 staf dan dikepalai
seorang Dirjen.
 Tugas Dirjen adalah:
- Melaksnakan tugas administrasi dan tehnis bagi badan2 WTO.

32
- Memberikan dukungan tehnis untuk negar-negara berkembang, khususnya negara
berkembang paling terbelakang.
- Menganalisis kinerja dan kebijakan perdagangan oleh para ahli ekonomi dan
statistik WTO.
- Memberikan bantuan Hukum dlm rangka penyelesaian sengketa.
- Menangani maalah aksesi anggota baru dan memberikan saran-saran kpd
pemerintah yang mengajukan aksesi.
 Anggaran WTO
- Anggaran WTO berasal dari kontribusi negara-negara anggota yang diperhitungkan
berdasarkan besarnya nilai perdagangan dari masing-masing negara..
- Indonsia termasuk salah satu dari 25 negara pembayar kontribusi terbesar (th 2003)
mengingat besarnya peran (trade share) Indonesia dalam perdagangan dunia.
 Penyelesaian Sengketa
1) Prinsip-prinsip penyelesaian sengketa
- Pada prinsipnya penyelesaian sengketa dilakukan dngn Adil, Cepat, Efektif dan
saling menguntungkan.
- Tetap diharapkan bhw negara yang sengketa dapat melakukan perundingan dan
menyelesaikan masalah mereka tanpa harus membentuk panel.
- Pada GATT, suatu putusan disahkan hanya berdasarkan konsensus. Ini artinya
bahwa jika ada keberatan dr suatu negara, maka tidak akan ada keputusan.
Dibawah WTO putusan secara otomatis disahkan kecuali ada konsensus untuk
menolak hasil putusan. Neg yang ingin merintangi keputusan harus mendekati
seluruh anggota WTO, termasuk lawan sengketanya, untuk membatalkan
keputusan panel.
2) Proses penyelesaian sengeketa
- Penyelesaian sengketa menjadi tanggung jawab Dispute Settlement Body (DSB).
Badan ini terdiri dari para ahli yang bertugas menelaah kasus, dan satu2nya yang
memiliki otoritas membentuk Panel. (Panel secara resmi bertugas membantu DSB
membuat keputusan atau rekomendasi).
- DSB dapat menerima atau menolak keputusan Panel atau keputusan pada tingkat
banding.
- DSB juga memonitor pelaksanaan putusan dan mereko-mendasi serta memiliki
kekuasan untuk mengesahkan retaliasi, jika suatu negara tidak mematuhi
keputusan.
3) Tahap penyelesaian sengketa
 Tahap I: Konsultasi (maksimum 60 hr).
- Seblm dibawa ke Panel, negara sengketa harus berunding (konsultasi) unt
mencari jalan keluar.
 Tahap II: Panel ( maksimum 45 hr unt pembentukan Panel + 6 bulan Panel
bekerja unt menghslkan keputusan ).
- Jika tahap I gagal, penggugat dpt meminta dibentuknya Panel. Negara tergugat
dpt merintangi terbentuknya Panel sebanyak satu kali, tetapi pada sidang DSB
yang kedua kalinya, pemben-tukan Panel tidak bisa lagi dihalangi, kecualii ada
konsensus yang menentang pembentukan Panel tsb.
33
- Laporan Panel hanya dapat ditolak melalui konsensus dalam DSB, maka hasil
putusannya sulit untuk digugurkan.
- Laporan akhir Panel biasanya diberikan kpd pihak2 yang bersengketa dalam
waktu 6 bulan, kecuali dalam kasus penting atau kasus barang yang mudah
hancur dalam waktu 3 bulan.
1) Sebelum dengar pendapat yang pertama: masing-masing pihak mengajukan
argumen kpd Panel secara tertulis.
2) Dengar pendapat yang pertama: kasus unt neg penggugat dan tergugat dan negara
lain yang menyatakan punya kepentingan dalam kasus tsb.
3) Bantahan (Rebuttal):Negara yang terlibat mengajukan banthan tertulis
danargumen lisan pd pertemuan Panel yang kedua.
4) Peran Ahli (Experts): Panel dapat meminta pendapat para ahli atau menunjuk
expert review group unt mempersiapkan pendapatnya.
5) Draft pertama: Panel mengajukan draft laporan yang berisi latar belakang, fakta
dan argumen unt kedua belah pihak dan memberikan waktu 2 minggu kpd pihak2
unt memberikan tanggapannya. Laporn ini tdk memuat temuan & kesimpln akhir.
6) Laporn smentara (interim report): Panel mengajukan lap smentara yang memuat
temuan2 & kesimp akhir kpd kedua pihak dan memberikan 1 mingg unt
memberikan tanggapan (review).
7) Peninjauan ( Review): Lamanya waktu unt menanggapi tdk melebihi 2 minggu,
dan dlm waktu tsb Panel bisa saja bersidang tambahan dng kedua pihak yang
sengketa.
8) Laporan Akhir (Final report): Lap akhir diberikan kpd kedua pihak. Setlh 3
minggu lap tsb disirkulasi kpd semua anggota WTO. Jika terbukti tergugat
bersalah, maka Panel dapat memberi arahan ttg bgmn seharusnya dilakukan.
9) Lap Akhir menjadi Keputusan: Laporan tsb otomatis menjadi keputusan atau
rekomendasi DSB dlm jangka waktu 60 hr, kecuali ada konsesnsus menolaknya.
Kedua pihak yang bersengketa dapat mengajukan banding.
4) Waktu penyelesaian sengketa
- Konsultasi, mediasi dll : 60 hr
- Pembentkan dan Penunjukan Panel : 45 hr
- Lap final Panel pd pihak2 sengketa : 6 bln
- Lap final Panel pd smua angg WTO : 3 ming
- DSB mengesahkan laporan : 60 hr
Total tanpa Banding > 1 tahun.
- Laporan Banding : 60-90 hr
- DSB mengesahkan Lap Banding : 30 hr
Total dng Banding > 1 tahun 3 bulan
5) Banding (Appeals)
- Tiap pihak dapat mengajukan banding terhadap keputusan Panel.
- Banding harus didasarkan pada suatu peraturan tertentu spt interpretasi legal atas
suatu pasal dalam suatu persetujaun WTO.

34
- Banding tidak dilakukan untuk menguji kembali bukti2 yang ada atau bukti2 baru
yang muncul, melainkan untukmeneliti argumentasi yang dikemukakan oleh Panel
sebelumnya.
- Tiap upaya banding diteliti oleh tiga dari tujuh orang anggota Tetap Badan
Banding (Appellate Body) yang ditetapkan oleh DSB dan berasal dari anggota
WTO yang mewakili kalangan luas.
- Anggota AB memiliki masa kerja 4 tahun dan mrk berasal dari individu2 yang
memiliki reputasi dlm bidang Hukum dan Perdagangan Internasional dan lepas
dari kepentingan negara manapun.
- Keputusan pd tkt Banding dapat menunda, mengubah ataupun memutarbalikkan
temuan dan putusan Panel.
- Banding biasanya membutuhkan waktu tidak lebih dr 60 hr dan batas maksimum
90 hari.
- DSB hrs menerima tau menolak laporan banding tsb dlm jangka waktu tdk lebih
dr 30 hr, dan penolakan dimungkinkan hanya melalui konsensus.
6) Proses panels pada DSB
- Konsultasi;
- Pembentukan Panel;
- Penetapan Kerangka Acuan Panel/Komposisi Panel;
- Penilaian Panel > Review Para Pakar;
- Tahap Peninjauan Sementara > Sidang Review Dengan Panel;
- Laporan Panel;
- Review Banding;
- DSB Mengesahkan Lap Panel;
- Pelaksanaan Putusan;
- Sengketa Atas Implementasi> Jika Tidak Dilaksanakan > Retaliasi >
Kemungkinan Arbitrasi.

H. PERDAGANGAN INTERNASIONAL > PERUSAHAAN MULTINASIONAL


 Terminologi dan Defenisi
- Dari perspektif politik, penekanannya akan berkisar pada PMN sebagai subjek dalam
hubungan internasional yang terkait erat dengan peran dan fungsinya dalam tataran
politik nasional dan internasional, di mana PMN dapat melakukan political pressure.
- Memfokuskan pada PMN ditinjau dari perspektif hukum yang memandang PMN ini
merupakan suatu badan hukum (legal entity) yang mempunyai hak dan kewajiban,
apakah berupa hak dapat membuka cabang (subsidiary), dapat melakukan penarikan
dana masyarakat, yurisdiksi hukum negara penerima modal.
 Perbedaan antara global company dan multinational company :
- Bahwa suatu perusahaan dapat dikatakan global apabila sudah tidak mengadopsi
budaya-budaya lokal (culture free) sebagai identitas, brand, dan kualitas produknya.
Semua produk mendasarkan pada satu standar yang berlaku secara global dan
menganggap dunia ini sebagai single and integrated market.

35
- Multinational company masih mengadopsi identitas lokal (culture bound) di mana
produk itu akan dipasarkan, ada tingkat adaptif tertentu dengan segmen pasar yang
dituju
 Menggambarkan; multinational enterprises as companies that are made up of clusters
of affiliated firms that, although in different countries, nevertheless share
distinguishing characteristic as follows (Perusahaan multinasional sebagai perusahaan
yang terdiri dari kelompok perusahaan afiliasi yang, meskipun di berbagai negara, tetap
memiliki karakteristik yang membedakan sebagai berikut):
- They are linked by ties of common ownership, they draw on a common pool of
resources, such as money and credit, information systems, trade names and patents.
They respond to some common strategy. "Essentially" then a multinational
corporation is a single organization that accomplishes its objectives and has a
physical presence in more than one country. (Mereka dihubungkan oleh ikatan
kepemilikan bersama, mereka memanfaatkan kumpulan sumber daya bersama,
seperti uang dan kredit, sistem informasi, nama dagang dan paten. Mereka
menanggapi beberapa strategi umum. "Pada dasarnya" maka perusahaan
multinasional adalah organisasi tunggal yang mencapai tujuannya dan memiliki
kehadiran fisik di lebih dari satu negara)
- MNE as international enterprises is often used to refer to a firm's horizontal
integration across national borders. That is sourcing, selling, or other activities may
expand across boundaries although the firm or organization remains physical in only
one location (Buckley and Casson, 1976). (MNE sebagai perusahaan internasional
sering digunakan untuk merujuk pada integrasi horizontal perusahaan melintasi
perbatasan nasional. Yaitu sumber, penjualan, atau kegiatan lain dapat meluas
melintasi batas meskipun perusahaan atau organisasi tetap fisik hanya di satu
lokasi (Buckley dan Casson, 1976).)
- Transnational traditionally, this term has been a synonym for "multinational" largely
because the United Nations refers to MNCs as "transnational" rather than
multinational corporations. Current usage, however often equates: transnational with
"global" rather than with "multinational". (Transnasional secara tradisional, istilah
ini telah menjadi sinonim untuk "multinasional" sebagian besar karena
Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut MNCs sebagai "transnasional" daripada
perusahaan multinasional. Penggunaan saat ini, bagaimanapun sering
disamakan: transnasional dengan "global" daripada dengan "multinasional".)
- Mome country, the home country is the nations in which a multinational enterprises
originates and maintains its headquarters. (Negara Mome, negara asal adalah
negara-negara di mana perusahaan multinasional berasal dan mempertahankan
headquaters-nya.)
- Host country, a host country is any nation, other than the home or headquaters
country, in which a multinational enterprise conducts business. (Negara tuan rumah,
negara tuan rumah adalah negara mana pun, selain negara asal atau headquaters,
di mana perusahaan multinasional menjalankan bisnis)
 Perusahaan Internasional - Multinasional – Global

36
- Tahapan-tahapan ekpansi perusahaan sudah pada tataran global yang memiliki
perbedaan fundamental dalam sistem bekerjanya. Sebagaimana ditegaskan oleh
Waren J. Keegan :
 The death of multinational is not just a change in terminology, the global
corporation is a distinctly different company: it has a different focus, vision,
orientation, strategy, structure, R&D policy, human resources policy, operating
style, communication pattern, financial policy, sourcing policy, new product
development policy, and investment policy". (Kematian multinasional bukan
hanya perubahan terminologi, perusahaan global adalah perusahaan yang
sangat berbeda: ia memiliki fokus, visi, orientasi, strategi, struktur, kebijakan
R&D, kebijakan sumber daya manusia, gaya operasi, pola komunikasi,
kebijakan keuangan, kebijakan sumber, kebijakan pengembangan produk
baru, dan kebijakan investasi".)
 Status dan Nasionalitas
1) Definisi, Luas Lingkup, dan Aplikasi
- Peristilahan atau terminologi code of conduct menggunakan istilah transnational
corporation, secara lengkap ditegaskan bahwa code of conduct tersebut adalah;
a. berlaku terhadap sektor publik maupun swasta (public and private sector) atau
kepemilikan campuran;
b. berlaku bagi parent company maupun atau affiliates company;
c. istilah transnational corporation berlaku terhadap semua jenis lembaga (entities).
2) Kegiatan Perusahaan Multinasional
a. Menghormati kedaulatan negara setempat, menaati hukum, regulasi dalam negeri,
dan praktik-praktik administrasi,
b. Menaati policy dan prioritas serta tujuan ekonomi dan pembangunan
c. Menghormati kultur sosial serta sistem nilai yang berlaku
d. Menghormati hak asasi manusia dan asas kebebasan
e. Tidak mengenal kolaborasi dengan rezim rasialis di Afrika Selatan.
f. Tidak campur tangan masalah politik dalam negeri.
g. Tidak campur tangan dalam hubungan antar pemerintah.
h. Tidak melakukan praktik korupsi.
i. Perlindungan konsumen.
j. Perlindungan lingkungan hidup,
k. Transfer teknologi.
l. Disclosure of inforrnation (transparansi).
3) Penentuan nasioanalitas
- Ajaran Inkorporasi > Ajaran ini memandang negara tempat didirikannya
perusahaan itu merupakan nasionalitas perusahaan tersebut.
- Ajaran Siege Reel > Negara tempat dipusatkannya kebijakan umum perusahaan
itu dibuat (headquarter) merupakan nasionalitas perusahaan tersebut.
4) Pendapat Ahli
- Molengraaff, menyatakan bahwa perusahaan itu tidak mengenal nasionalitas atau
kebangsaan. Namun, apabila terpaksa harus menunjukkan kebangsaannya,
misalnya dalam melaksanakan pasal 128, 872, dan 872 (2) Rv., maka yang

37
menentukan kebangsaan suatu perusahaan adalah siapa yang berkuasa pada
perusahaan tersebut, yaitu pemegang saham dan direksi perusahan tersebut.
- Polak van der Heyden dan van der Grinten mengajukan teori teritorialitas atau
(territorialiteits principe), yaitu kebangsaan suatu perusahaan ditentukan atas dasar
dua hal:
a. menurut undang-undang mana perusahaan itu didirikan;
b. di wilayah mana perusahaan itu berdomisili secara tetap
- Philip Jessup menegaskan dalam praktik, hukum
 Common law menganut ajaran bahwa tempat perusahaan tersebut didirikan
sebagai penentu nasionalitas perusahaan. Sedangkan dalam sistem
 Civil law dianut sebaliknya, yaitu penentu nasionalitas perusahaan
berdasarkan siege reel

5) Bentuk-Bentuk Internasionalisasi (Market Entry Modes)


- Berbagai cara berikut ini. Licensing, berupa penjualan lisensi kepada perusahaan
yang berminat menggunakan keunggulan teknologi,
- Know-how atau nama merek (brand name) yang memiliki karakteristik lintas
batas negara.
- Exporting merupakan kegiatan menjual barang secara fisik (physical product)
melintasi batas negara. Dalam praktiknya, ekspor ada yang dilakukan secara
langsung dan tidak langsung
 Pengawasan Negara Penerima Modal
- Pendapat George Ball : bahwa hukum asing melakukan usaha di luar negeri harus
tunduk pada peraturan hukum negara penerima modal
- Dalam aktifitas ekonomi, keuangan dan sosial perusahaan multinasional harus
memperhatikan :
a) Kepemilikan dan kontrol
b) Neraca pembayaran dan keuangan
c) Trasfer harga
d) Perpajakan
e) Kompetisi dan pembatasan paraktis bisnis
f) Alih teknologi
g) Ketenagakerjaa
h) Perlindungan konsumen
i) Perlindungan lingkungan

 Struktur dan Alternatif Regulasi


- Struktur badan usaha multinasional dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis
berikut ini :
a. Badan usaha multinasional nasional > Suatu badan usaha yang diorganisir di
sekitar satu perusahaan induk yang dibentuk dalam satu negara yang beroperasi
melalui cabang dan anak perusahaannya di negara lain.

38
b. Badan usaha multinasional internasional > Suatu badan usaha yang beroperasi
melaui cabang dan anak perusahaannya dan mempunyai perusahaan induk di dua
negara atau lebih.
c. Perusahaan induk > Suatu perusahaan yang bertindak sebagai kantor pusat untuk
badan usaha multinasional dan memegang kontrol atas anak perusahaan badan
usaha tersebut.
d. Perusahaan cabang > Salah satu unit atau bagian dari suatu perusahaan induk,
pembentukannya tidak berdiri sendiri.
e. Agen > Seseorang atau perusahaan yang independen dengan wewenang untuk
bertindak atas nama perusahaan.
f. Kantor representatif > Suatu kantor di mana pihak yang berkepentingan dapat
memperoleh informasi tentang perusahaan namun, tidak diberi wewenang untuk
melaksanakan bisnis.

I. HUKUM KEPAILITAN
 Pengertian
- Menurut Uu 37/2004 Ttg Kepailitan dan PKPU : kepailitan adalah sita umum atas
semua kekayaan debitur oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas;
- Fred B.G.Tumbuhan : sita umum seluruh kekayaan debitur untuk kepentingan
kreditur;
- J.B.Huizink : sita umum barang-barang debitur untuk kepentingan semua kreditur
secara bersam-sama;
- Sudargo Gautama :sitaan menyeluruh atas segala harta benda si pailit;
- Munir Fuady : sitaan umum atas dan terhadap harta debitur agar dicapai perdamaian
atau agar harta tsb dapat dibagikan secara adil dan proporsional.
- Secara etimologis : pailit (failite, failliet, to fail) berarti kemacetan melakukan
pembayaran hutang.
 Konsep Dasar Kepailitan
- Pasal 1131 & Pasal 1132 KUH Perdata,yang menyatakan bawa :
- Semua harta kekayaan (asset) debitur menjadi agunan bagi pelaksanaan kewajiban
debitur atas segala perikatan yg dibuat oleh debitur (Psl 1131);
- Asset tersebut diperuntukkan bagi semua kreditur karena itu perlu adanya aturan
main cara mebagi asset tsb(Psl 1132).
 Sejarah Kepailitan
- Zaman romawi : kalau debitur wanprestasi harus bertanggungjawab secara fisik (kerja
paksa, disandera, dijadikan/dijual sbg budak);
- Zaman yunani kuno, jenazah debitur dpt disita sbg jaminan utang;
- Dlm perkembangannya (abad ke 2 masehi) perbudakan dihapus,ttp masih dilakukan
penyanderaan (gijzelling) & terakhir penyanderaan bukan pada fisik debitur ttp pada
harta debitur (missio in bona=harta kekayaan debitur dijual untuk melunasi hutang).
- Hindia Belanda:
a) Diatur pada KUH Dagang (khusus untuk pedagang/pengusaha);

39
b) Reglement op de rechtsvordering (rv) untuk yg bukan pedagang/pengusaha;
c) Faillissementsverordening (st.105-217) mulai berlaku tgl 1 november 1905 (dgn
berlakunya faillessementsverordenng ini,ketentuan a dan b tsb di atas dicabut;
d) Perpu no 1 tahun 1998 yg menjadi uu no 4/1998;
e) UU nmr 37 tahun 2004 ttg Kepailitan dan PKPU mulai berlaku tgl 18 okt.2004.
 Sumber Hukum Kepailitan> KUH Perdata, UU No. 37/2004 Tentang KEPAILITAN
DAN PKPU, KUH Pidana, UU No. 40/2007 Tentang PT.
 Asas-asas Kepailitan > Keseimbangan, Kelangsungan usaha, Keadilan, Integrasi.
 Tujuan Kepailitan > Pembagian yg sama harta debitur, Kepada kreditur, Mencegah
debitur merugikan kreditur, Melindungi debitur yg beritikad baik.
 Yang Dapat Mengajukan Kepailitan > Debitur ybs, Kreditur, Kejaksaan, Bank
indonesia, Bapepam, Menteri keuangan.
 Yang Dapat Dimohonkan Pailit > manusia dan badan usaha (firma dan cv), badan
hukum (pt,yayasan,koperasi,dll), harta warisan (psl 207-211 uu kepailitan dan pkpu
2004).
 Syarat Kepailitan :
- Debitur mempunyai dua/lebih kreditur;
- Tidak membayar lunas sedikitnya satu
- Hutang yg jatuh tempo dan dapat ditagih;
 Akibat Hukum Kepailitan
- Terhadap harta debitur, dikenakan sita umum;
- Terhadap debitur, ybs dilarang mengurus hartanya;
- Terhadap eksekusi harta, harus dihentikan kecuali untuk kreditur separatis;
- Terhadap perjanjian timbal balik, kreditur berhak minta kepastian;
- Terhadap kewenangan bertindak debitur, berlaku rezim actio pauliana;
- Terhadap barang jaminan, eksekusi bagi kreditur separatis atau penangguhan paling
lama 90 hari.
 Pengawasan Harta Pailit
- Dilakukan oleh
1) Hakim pengawas;
2) Kurator (swasta);
3) Balai harta peninggalan (instansi yang berada dibawah kemkumhamri=kurator
pemerintah).
 Berakhirnya Kepailitan > Terjadi Perdamaian, Insolvensi Dilanjutkan Likuidasi
(Pemberesan), Rehabilitasi.
 Upaya Hukum Kepailitan > Kasasi Ke Mahkamah Agung, Peninjauan Kembali (Pk)
Kalau Ada Novum (Bukti Baru)Yg Signifikan.

 Reformasi di Bidang Kepailitan


- Reformasi substansial: penambahan susbtansi baru seperti:menkeu berhak
mengajukan pailit,pembatasan waktu 30 hari mjd 60 hari,pihak di luar perkara

40
berhak ajukan kasasi,putusan berlaku mulai pukul 00.00/hari ybs pada menit
pertama;
- Reformasi institusional: pembentukan 5 peng.niaga dan kompetensi relatif dan
kompetensi absolut peng.niaga;
- Reformasi personal: pemberian otoritas hanya kepada advokad dan pengangkatan
hakim peng.niaga,kurator swasta(disamping kurator pemerintah),panitera dan juru
sita;
- Reformasi kultural: dari primitif ke modern,dari debt collector ke
kurator,kepailitan sbg tindakan legal,membangun persepsi kepailitan dari negatif
mjd positip.
 Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
1) Diatur pada SL 222-294 UU Kepailitan dan PKPU 2004;
2) Yg berhak memohon: Debitur, Kreditur, BI, Bapepam, Menkeu;
3) Syarat pengajuan PKPU:
a. Debitur tdk mampu atau merasa tdk akan mampu membayar utang2nya yg sudah
jatuh tempo dan dpt ditagih (tujuannya pd umumnya merencanakan perdamaian);
b. Kreditur yg meperkirakan debitur tdk dpt atau melanjutkan membayar utang-
utang nya.
4) Peng.niaga segera mengabulkan permohonan dgn menetapkan penundaan sementara
dan menunjuk hakim pengawas dan pengurus (3 hari pabila pemohonnnya debitur dan
20 hari pabila pemohonnya kreditur);
5) Peng.niaga memanggil debitur dan kreditur guna memutuskan apakah permohonan
PKPU yg tetap akan dikabulkan;
6) Penetapan PKPU harus disetujui minimal ½ debitur konkuren yg hadir mewakili
minimal 2/3 seluruh tagihan kreditur konkuren dan disetujui ½ debitur separatis yg
hadir dan mewakili 2/3 dari seluruh kreditur separatis;
7) PKPU sementara berakhir karena tidak disetujuinya pkpu tetap dan berakibat debitur
menjadi pailit;
8) PKPU tetap dpt diakhiri (psl 255)
 Debitur bertindak dgn itikad buruk;
 Debitur telah atau mencoba merugikan kreditur;
 Debitur tanpa persetujuan pengurus melakukan tindakan kepengurusan &
kepemilikan (melanggar psl 240);
 Kondisi debitur tdk dpt diharapkan dpt melaksanakan kewajiban pd waktunya;
Dlm hal demikian,debitur dinyatakan pailit.

9) Debitur yg mengajukan pkpu dpt mengajukan perdamaian; apabila perdamaian


diterima debitur tdk pailit, sebaliknya kalau ditolak debitur pailit.
10) Akibat hukum PKPU:
- Tanpa persetujuan pengurus debitur tdk boleh melakukan tindakan kepengurusan
dan kepemilikan;
- Debitur tdk boleh dipaksa membayar utang2nya;
- Terhadap perjanjian timbal balik,pihak lainnya dpt minta kpd pengurus kepastian
kelanjutan pelaksanaan perjanjian;

41
- Debitur dpt menghentikan perjanjian sewa menyewa.

J. PRANATA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA


 Batasan Alternatif Penyelesaian Sengketa
- Penyelesaian yang dapat dilaksanakan sendiri oleh para pihak dalam benuk
“negosiasi”
- Penyelesaian sengketa yang diselenggarakan melalui (dengan bantuan) pihak ketiga
yang netral
- Penyelasaian melalui arbitrase
 Konsultasi
1) Pengertian > merupakan suatu tindakan yang bersifat “personal” antara suatu pihak
tertentu, yang disebut dengan “klien” dengan pihak lain yang merupakan pihak
“konsultan”, yang memberikan pendapatnya kepada klien tersebut untuk memenuhi
keperluan dan kebutuhan kliennya tersebut.
2) Ciri Konsultasi
- Tidak ada keterikatan atau kewajiban untuk memenuhi dan mengikuti pendapat
konsultan
- Klien memiliki kebebasan untuk memutuskan kepentingannya
- Peran konsultan tidak dominan, karena ia hanya memberikan pendapat hukum
saja.
 Negosiasi dan Perdamaian
1) Pengertian > Negosiasi merupakan salah satu lembaga alternatif penyelesaian
sengketa yang dilaksanakan di luar pengadilan, sedangkan perdamaian dapat
dilakukan baik sebelum proses persidangan pengadilan dilakukan, maupun setelah
sidang peradilan dilaksanakan, baik di dalam maupun di luar sidang pengadilan (pasal
130 HIR).
2) Ciri Negosiasi
- Lembaga APS yang bersifat informal
- Tidak ada kewajiban para pihak untuk bertemu secara langsung
- Proses penjajakan kembali antara hak dan kewajiban para pihak agar ditemukan
situasi yang saling menguntungkan
- Kesepakatan yang telah dicapai dituangkan kembali secara tertulis
- Bersifat final
- Didaftarkan pada Pengadilan Negeri
 Mediasi
1) Pengertian > Suatu proses kegiatan sebagai kelanjutan dari gagalnya negosiasi yang
dilakukan oleh para pihak dan ”atas kesepakatan tertulis para pihak” sengketa atau
beda pendapat diselesaikan melalui bantuan ”seorang atau lebih penasehat ahli”
maupun melalui ”seorang mediator”.
2) Mediator : pihak ketiga yang netral, independen, tidak memihak dan ditunjuk oleh
para pihak (secara langsung maupun melalui lembaga mediasi), mediator ini

42
berkewajiban untuk melaksanakan tugas dan fungsinya berdasarkan pada kehendak
dan kemauan para pihak.
3) Pasal 6 ayat (4) Undang-undang No. 30 Tahun 1999 membedakan mediator ke
dalam :
- Mediator yang ditunjuk secara bersama oleh para pihak (pasal 6 ayat (3)), dan
- Mediator yang ditunjuk oleh lembaga arbitrase atau lembaga alternatif
penyelesaian sengketa yang ditunjuk oleh para pihak (pasal 6 ayat (4)).
 Konsiliasi
1) Menurut Undang-undang No. 30 Tahun 1999 sebagai suatu bentuk alternatif
penyelesaian sengketa di luar pengadilan adalah suatu tindakan atau proses untuk
mencapai perdamaian di luar pengadilan.
2) Menurut Black’s Law Dictionary, yang merupakan langkah awal perdamaian
sebelum sidang peradilan (litigasi) dilaksanakan
 Pendapat Hukum oleh Lembaga Arbitrase
1) Lembaga arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa
untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu; lembaga tersebut juga dapat
memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu
dalam hal belum timbul sengketa
2) Arbitrase dalam suatu bentuk kelembagaan, tidak hanya bertugas untuk
menyelesaikan perbedaan atau perselisihan pendapat maupun sengketa yang
terjadi di antara para pihak dalam suatu perjanjian ”Pokok”, melainkan juga dapat
memberikan ”Konsultasi” dalam bentuk ”Opini” atau ”Pendapat hukum” atau
permintaan dari setiap pihak yang memerlukannya, tidak terbatas pada para pihak
dalam perjanjian.
3) Pemberian opini atau pendapat hukum tersebut dapat merupakan suatu masukan
bagi para pihak dalam menyusun atau membuat perjanjian yang akan mengatur hak-
hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian, maupun dalam memberikan
penafsiran ataupun pendapat terhadap salah satu atau lebih ketentuan dalam perjanjian
yang telah dibuat oleh para pihak untuk memperjelas pelaksanaannya.
4) Pendapat hukum yang diberikan oleh lembaga arbitrase tersebut dikatakan bersifat
mengikat (binding) oleh karena pendapat yang diberikan tersebut akan menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian pokok (yang dimintakan pendapatnya
pada lembaga arbitrase tersebut).

43
44

Anda mungkin juga menyukai