Anda di halaman 1dari 47

PERBURUHAN dan

KETENAGAKERJAAN
Definisi
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang


dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat.
Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja

dengan menerima upah atau imbalan dalam


bentuk lain.
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang
berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
Pemberi kerja adalah orang perseorangan,
pengusaha, badan hukum, atau badan-badan
lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Hukum Ketenagaan Kerjaan
• Dr. E. Utrecht SH.
– Himpunan peraturan hukum yang mengatur hubungan kerja
dan penyelesaian perselisihan antara buruh/pekerja dengan
majikan
• M.G. Levenbach
– Sesuatu yang meliputi hukum yang berkenaan dengan
hubungan kerja, dimana pekerjaan itu dilakukan di bawah
suatu pimpinan dan dengan keadaan penghidupan yang
langsung bersangkut-paut dengan hubungan kerja itu
• Prof. Dr. L. J. Van Apeldoorn
– Hk. Perburuhan bukan semata-mata suatu peraturan tentang
kerja pada umumnya tetapi suatu peraturan mengenai
hubungan2 yang timbul sebagai akibat dari perjanjian kerja
Landasan
Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Asas
Asas keterpaduan dengan melalui koordinasi
fungsional lintas sektoral pusat dan daerah.

Tujuan :
Pelaksanaan keadilan sosial dalam perburuhan dan
pelaksanaan itu diselenggarakan dengan jalan
melindungi buruh terhadap kekuasaan yang tidak
terbatas dari pihak majikan.
Hak dan kewajiban
Hak dan kewajiban antara pengusaha dan buruh terdapat
pada :
UU
KKB (Kesepakatan Kerja Bersama);
 Peraturan perusahaan
 Perjanjian kerja
Hubungan Kerja
Hubungan kerja adalah hubungan (hukum)
antara pengusaha dengan pekerja/buruh
berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai
unsur pekerjaan, upah, dan perintah.Hubungan
kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara
pengusaha dan pekerja/buruh.
Perjanjian kerja
Perjanjian kerja adalah perjanjian yang dibuat antara
pekerja/ buruh dengan pengusaha atau pemberi
kerja yg memenuhi syarat-syarat kerja, hak dan
kewajiban para pihak
Perjanjian kerja waktu tertentu
Perjanjian kerja dengan waktu tidak tertentu
Syarat sah perjanjian kerja, mengacu pada syarat
sah perjanjian (perdata) pada umumnya, yakni
Perjanjian kerja dibuat atas dasar :
a. kesepakatan kedua belah pihak;
b. kemampuan atau kecakapan melakukan
perbuatan hukum
c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan
d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan
dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan
peraturan perundang undangan yang berlaku.
Bentuk Bentuk Hubungan Kerja
Pekerjaan Waktu Tertentu (Kontrak)
Pekerjaan Waktu Tidak Tertentu (Tetap)
Pemborongan Pekerjaan (Outsourcing)
Magang
Lingkup PKWT
PKWT hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis
dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu,
yaitu:
pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;

pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak

terlalu lama dan paling lama 3 tahun.


pekerjaan yang bersifat musiman, atau

Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau

produk tambahan yang masih dalam masa percobaan atau penjajakan.


(UU N0 13 /2003 Pasal 59)
PERJANJIAN KERJA HARIAN ATAU LEPAS
Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal
waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran,
dapat dilakukan dengan perjanjian kerja harian atau lepas.
Perjanjian kerja harian lepas dilakukan dengan ketentuan
pekerja/buruh bekerja kurang dari 21 (dua puluh satu ) hari dalam 1
(satu)bulan.
Dalam hal pekerja/buruh bekerja 21 (dua puluh satu) hari atau lebih
selama 3 (tiga) bulan berturut-turut atau lebih maka perjanjian kerja
harian lepas berubah menjadi PKWTT.
Lingkup PKWTT
PKWTT merupakan Perjanjian Kerja yang tidak ditentukan waktunya
dan bersifat tetap.
PKWTT dapat dibuat secara lisan atau tertulis, dan tidak wajib
mendapat pengesahan dari intstansi ketenagakerjaan terkait.
Jika PKWTT dibuat secara lisan, maka klausul-klausul yg berlaku
diantara mereka (Perusahaan dan Karyawan) adalah klausul-kalusul
sebagaimana yang diatur dalam UU Ketenagakerjaan – Perusahaan
dan Karyawan dianggap menyetujui UU Ketenagakerjaan sebagai
“sumber perikatan” mereka.
Lingkup PKWTT
Jika PKWTT dibuat secara lisan maka perusahaan wajib membuat
surat pengangkatan kerja bagi Karyawan yang bersangkutan.
Surat Pengangkatan itu sekurang kurangnya memuat keterangan:
Nama dan alamat karyawan. tanggal mulai bekerja, jenis pekerjaan,
dan besarnya upah.
PKWTT dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja untuk
paling lama 3 (tiga) bulan. Selama masa percpbaan Perusahaan wajib
membayar upah pekerja dan upah tersebut tidak boleh lebih rendah
dari upah minimum yang berlaku.
Outsourcing
Outsourcing (Alih Daya) atau perjanjian pemborongan pekerjaan

adalah pemindahan pekerjaan (operasi) dari satu perusahaan ke


perusahaan lain.
Pasal 64 UUK,” Perusahaan dapat menyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui
perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa
pekerja/buruh dibuat secara tertulis.
Hubungan kerja antara pekerja outsourcing dengan perusahaan

pemborong pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja dapat dengan


status PKWT atau PKWTT.
Syarat-syarat outsourching
Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama, yaitu

kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses


produksi.
Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung

dari pemberi pekerjaan;


Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara
keseluruhan, yaitu kegiatan yang berhubungan di luar usaha
pokok (core business) suatu perusahaanTidak menghambat
proses produksi secara langsung
Bidang Pekerjaan Outsurching
Kegiatan tersebut antara lain:
Usaha pelayanan kebersihan (cleaning service),
Usaha penyediaan makanan bagi pekerja/
buruh catering,
Usaha penyedia tenaga pengaman
(security/satuan pengamanan),
Usaha jasa penunjang di pertambangan dan
perminyakan,
Usaha penyediaan angkutan pekerja/buruh.
Berakhirnya Perjanjian Kerja (PKWT dan
PKWTT)
 Perjanjian kerja berakhir karena :

a. Pekerja/buruh meninggal.berakhirnya jangka waktu yang


ditentukan dalam perjanjian (apabila PKWT).
b. Adanya putusan pengadilan dan atau putusan/penetapan
lembaga PPHI.
c. Adanya keadaan atau kejadian yg dicantumkan dalam PK,
PP, PKB yg dapat menyebabkan berahkirnya hubungan
kerja.
Berakhirnya Perjanjian Kerja (PKWT dan
PKWTT)

 Kerja tidak berakhir (hubungan keja tetap berlanjut)


karena:

a. meninggalnya pengusaha :

b. beralihnya hak atas perusahaan : perubahan kemilikan


dari pengusaha (pemilik) lama ke pengusaha (pemilik),
baru karena : - penjualan (take over/akuisisi/divestasi), -
pewarisan, atau - hibah.
MAGANG
Merupakan bentuk pelatihan kerja , bukan
mekanisme kerja yang sesungguhnya
Dilaksanakan atas dasar perjanjian pemagangan
antara peserta dan pengusaha
Perjanjian memuat ketentuan hak dan kewajiban
para pihak dan jangka waktu pemagangan
Hak peserta magang
Memperoleh fasilitas keselamatan dan
kesehatan kerja selama mengikuti proses
magang;
Memperoleh uang saku dan/atau uang
transportasi;
Memperoleh perlindungan dalam bentuk
jaminan kecelakaan kerja dan kematian, dan;
Memperoleh sertifikat pemagangan apabila
dinyatakan lulus
Kewajiban peserta magang
Menaati perjanjian pemagangan;
Mengikuti program pemagangan sampai
selesai;
Mentaati tata tertib yang berlaku di
perusahaan penyelenggara pemagangan;
dan
Menjaga nama baik perusahaan
penyelenggara pemagangan.
Hak penyelenggara magang
Memanfaatkan hasil kerja peserta
pemagang; dan
Memberlakukan tata tertib dan perjanjian
pemagangan.
Kewajiban penyelenggarakan magang
Membimbing peserta pemagangan sesuai dengan
program pemagangan;
Memenuhi hak peserta pemagangan sesuai dengan
perjanjian magang;
Menyediakan alat pelindung diri sesuai dengan
persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja (K3);
Memberikan perlindungan dalam bentuk asuransi
kecelakaan kerja kepada peserta;
Mengevaluasi peserta pemagangan; dan
Memberikan sertifikat pemagangan bagi peserta yang
dinyatakan lulus
HUBUNGAN INDUSTRIAL
Hubungan Industrial
Hubungan industrial adalah suatu sistem
hubungan yang terbentuk antara para pelaku
dalam proses produksi barang dan/atau jasa
Terdiri dari unsur pengusaha,
pekerja/buruh, dan pemerintah
Didasarkan pada nilai nilai Pancasila dan
Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. (Pasal 1 angka 16)
Fungsi Pemerintah
Menetapkan kebijakan
 Memberikan pelayanan
Melaksanakan pengawasan
Melakukan penindakan terhadap
pelanggaran peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan
 Menyelenggarakan penyelesaian perselisihan
/ peradilan
Sarana Hubungan Industrial
a. Serikat pekerja/serikat buruh;

b. Organisasi pengusaha;

c. Lembaga kerja sama bipartit;

d. Lembaga kerja sama tripartit;

e. Peraturan perusahaan;

f. Perjanjian kerja bersama;


g. Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan; dan

h. Lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.


 Serikat pekerja/serikat buruh
Dibentuk dari dan oleh pekerja/buruh

Di perusahaan atau di luar perusahaan

Bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan

bertanggungjawab
 Serikat pekerja/serikat buruh
Bertujuan untuk :

 memperjuangkan, membela, serta melindungi hak


dan kepentingan pekerja/buruh
 meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya
UU no. 21 tahun 2000 tentang Serikat
Pekerja/serikat buruh.
  Organisasi Pengusaha
 Perkumpulan dari pengusaha

 Dibentuk berdasarkan kebutuhan pengusaha


  Lembaga Kerjasama Bipartit
 Anggotanya terdiri dari wakil pengusaha dan pekerja
(SP/SB yang tercatat atau perwakilan pekerja)
 berada di tingkat perusahaan

 sebagai forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-


hal yang berkaitan dengan hubungan industrial di
perusahaan
 wajib dibentuk di perusahaan yang pekerjanya 50 orang
atau lebih sanksi administratif
  Lembaga Kerjasama Tripartit
 Forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah

 Terdiri dari organisasi pengusaha, SP/SB dan


pemerintah
 Untuk memberi pertimbangan, saran dan pendapat
kepada pemerintah dan pihak terkait dalam
penyusunan kebijakan dan pemecahan masalah
ketenagakerjaan
  Peraturan Perusahaan
 Peraturan tertulis yang dibuat oleh pengusaha

 Memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan,


termasuk hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja
 Wajib disusun oleh pengusaha yang mempekerjakan
minimal 10 orang
 Perlu pengesahan, dan masa berlaku maksimal 2
tahunsanksi pidana denda
  Perjanjian kerja bersama
 perjanjian antara SP/SB atau beberapa SP/SB (yang
tercatat pada instansi yang bertanggungjawab dan
anggotanya 50 % dari keseluruhan pekerja atau
dukungan atau koalisi anggota) dengan pengusaha
atau beberapa/perkumpulan pengusaha
 memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua
pihak
 jangka waktu 2 tahun + 1 tahunSebagai acuan dalam
pembuatan perjanjian kerja
  Peraturan perundang-undangan
 Hukum Nasional

 Pengaruh hubungan internasional, konvensi


dan rekomendasi ILO: Konvensi hak-hak
dasar pekerja
  Peraturan perundang-undangan
 Hukum Nasional

 Pengaruh hubungan internasional, konvensi


dan rekomendasi ILO: Konvensi hak-hak
dasar pekerja
 Lembaga Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial
 Menyelesaikan perselisihan hubungan
industrial yang terjadi: di luar pengadilan
(melalui Mediasi, konsiliasi atau arbitrase)
 melalui pengadilan UU no. 2 tahun 2004
tentang PPHI
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja / Safety adalah usaha

untuk melakukan tindakan yang aman pada


pekerjaan dan menciptakan kondisi dan
lingkungan kerja yang sehat dan nyaman,
sehingga terhindar dari segala macam
bahaya/acident, penyakit akibat kerja, dan
pencemaran lingkungan.
Penggolongan kecelakaan kerja (ILO;1923) :
Mesin
Pengangkutan
Peralatan
Peledakan dan kebakaran
Keracunan
Listrik
Keracunan
Listrik
Orang jatuh
Tergelincir / terpukul benda
Kejatuhan benda
Alat-alat kerja tangan
Kecelakaan di tempat kerja
Pekerja kurang hati-hati dalam bekerja, keburu-buru
Pengoperasian mesintidak menurut prosedur
Perlatan kerja yang sudah rusak, namun tetap dipakai
Mesin-mesin tanpa pengaman
Tenaga kerja masih baru dan belu terampil\
Faktor-faktor lain, seperti kurang tidur, stres, dsb.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
UU No. 3 Tahun 1992
Aspek JAMSOSTEK
Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi
kebutuhan minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya
Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah
menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada
perusahaan tempat mereka bekerja
Ruang Lingkup
Jaminan tunjangan karena kecelakaan kerja
Jaminan tunjangan karena kematian
Jaminan tunjangan hari tua
Jaminan tunjangan untuk pemeliharaan kesehatan
manfaat
Bagi pengusaha
Meringankan biaya perusahaan
Mengurangi beban pemikiran perusahaan
Bagi pekerja
Terjamin kesehatan kerja/untuk bekerja
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai