A. HUKUM DAGANG
Dasar Hukum
a) WvK (1848-ind)
b) Peraturan Perundang-undangan bidang perdagangan diluar kodifikasi
Hubungan WvK dan BW
a) BW merupakan hukum perdata umum, sedangkan,
b) WvK merupakan hukum perdata khusus (Lex Specialis derogat Legi Generali) Pasal
1 WvK : “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) seberapa jauh darimnanya
dalam Kitab ini tidak khusus diadakan penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga
terhadap hal-hal yang dibicarakan dalam Kitab ini.”
Hubungan Antara Hukum Perdata Dengan Hukum Dagang
a) Kekhususan hukum dagang dibandingkan dengan hukum perdata pada umumnya
ditinjau dari luang lingkup masih relevan sampai saat ini (sesuai dengan Pasal 1
KUHD).
b) Kekhususan hukum dagang hanya untuk pedagang sudah tidak bisa dipertahankan
lagi dengan dihapuskannya Pasal 2 sampai dengan Pasal 5 KUHD berdasarkan S.
1938-276 yang berlaku mulai 17 Juli 1938.
Pengertian Hukum Dagang
Hukum dagang dapat diartikan sebagai ketentuan atau aturan yang berguna sebagai
sarana pengendali dan penyeimbang perubahan-perubahan dalam masyarakat (kontrol sosial),
sebagai sarana emansipasi, sarana legitimasi, dan sarana pendristibusi keadilan. Menurut
salah satu pakar atau ahli hukum yakni Purwojipto mengatakan bahwa hukum dagang
merupkan hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan perusahaan.
Hukum dagang adalah serangkaian norma dalam menjalankan kegiatan dunia usaha
Hukum dagang adalah serangkaian norma yang timbul khusus dalam dunia usaha atau
kegiatan perusahaan
Norma tersebut dapat bersumber dari aturan hukum yang dikodifikasi, yaitu dalam
KUHPer dan KUHD maupun dari luar kodifikasi
Sumber Hukum Dagang
a) Hukum tertulis (yang sudah dikodifikasi), yakni KUHD (WvK) dan KUHPer (BW)
b) Hukum terttulis (belum terkodifikasi), yakni peraturan perdagangan diluar KUHD
Eksistensi Hukum Dagang
a) Pencabutan Pasal 2-5 WvK
Istilah pedagang dan perbuatan dagang diatur dalam Pasal 2-5 WvK
Melalui Stb 276 Tahun 1938, adanya penghapusan seluruh titel 1 sari buku 1 WvK
yang meuat pasal 2-5 WvK (mengenai pedagang dan perbuatan-perbuatan perniagaan)
dan sebagai gantinya dimasukkan dalam KUHD istilah-istilah Perusahaan (Bedrif) dan
perbuatan-perbuatan perusahaan (Berdifshande Lingen)
Pasal 2 KUHD : pedagang-pedagang adalah mereka yang melakukan perbuatan
perniagaan sebagai pekerjaan sehari-hari
1
Pasal 3 KUHD : perbuatan-perbuatan perniagaan ialah pada umumnya pembelian
barang-barang untuk dijual lagi; baik secara banyak, maupun secara sedikit; baik
secara mentah atau kasar, maupun setelah dikerjakan ataupun hanya untuk disewakan
pemakaiannya
Pasal 4 KUHD : perbuatan perniagaan lain atau perusahaan komisi, perniagaan wesel,
perbuatan bankir, kasir makelar, ekspedisi perniagaan
Pasal 5 KUHD : perbuatan yang timbul dari kewajiban menjalankan kapal, kewajiban
mengenai tubrukan kapal
b) Istilah pedagang lebih sempit daripada perusahaan, pedagang merupakan salah satu
kegiatan perusahaan.
c) Tetapi istilah “perusahaan” tidak diberikan interpretasi otentik dalam Undang-Undang.
d) Pengertian perusahaan berkembang sesuai dengan kebutuhan hukum.
e) Istilah pedagang dalam WvK diganti dengan istilah perusahaan.
Contoh :
Pasal 6 ayat (1) WvK : “Setiap orang yang menjalankan perusahaan wajib membuat
pembukaan....”
Pasal 36 WvK “Tujuan perseroan diambil dari tujuan perusahaan....”
B. PERUSAHAAN
Pengertian Perusahaan
a) Molengraaf merumuskan perusahaan sebagai keseluruhan perbuatan yang dilakukan
secara terus menerus, bertindak keluar untuk mendapatkan penghasilan dengan cara
memperniagakan barang-barang, menyerahkan barang-barang atau mengadakan
perjanjian perdagangan.
b) Polak menyebutkan bahwa perusahaan baru ada apabila diperlukan adanya perhitungan-
perhitungan tentang laba rugi yang dapat diperkirakan dan segala sesuatu itu dicatat
dalam pembukuan.
c) UU Wajib Daftar Perusahaan No. 3 Tahun 1982
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usahayang
bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan bekerja serta berkedudukan dalam
wilayah Negara Republik Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau
laba (Pasal 1 huruf B)
Pengusaha adalah setiap orang perseorangan atau persekutuan atau badan hukum yang
menjalankan sesuatu
Perusahaan dapat berbentuk :
a. Badan hukum, termasuk didalamnya koperasi;
b. Persekutuan
c. Perorangan
d. Perusahaan lainnya diluar yang tersebut pada huruf a, b dan c pada pasal ini (UU
WDP)
d) UU Ketenaga Kerjaan ( UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 1 angka 6)
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik badan swasta
2
maupun milik negara yang memperkerjakan pekerja / buruh dengan membayar upah
atau imbalan dalam bentuk lain.
Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
meperkerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
3
C. PEMBUKUAN
Pembukuan atau Catatan yang berisi tentang kekayaan dan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan perusahaan disebut buku (Pasal 6 ayat (3) KUHD)
Buku I dan II KUHD hanya mengatur tentang pemegang buku (Pasal 6-13 KUHD, Pasal
10, 11, 13 dihapuskan)
Perubahan pada bab II :
a. Perubahan I tanggal 9 Juni 1927 dengan Stb 1927 No. 146 dengan dihapuskannya
keharusan perdagangan untuk mengadakan dan pemeliharaan buku tertentu (buku harian
dan buku copy)....diganti dengan keharusan untuk mengadakan catatan tentang keadaan
kekayaan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan. Dari catatan itu dapat
diketahui segala hak dan kewajibannya.
b. Perubahan II : Stb 1938 No.276 perkataan pedagang diganti dengan “setiap orang yang
menjalankan usaha (pengusaha)”. Baginya diwajibkan :
Membuat catatan / pembukuan yang berisi keadaan kekayaan perusahaan dan segala
sesuatu yang berkenaan dengan perusahaan.
Membuat neraca setiap 6 bulan 1-2 kali dalam setahun sehingga dapat diketahui
keuntungan dan kerugian perusahaan.
Menurut polak neraca adalah seluruh harta kekayaan beserta harga dari masing-masing
benda dan segala utang-utang dan saldonya.
Pengusaha harus menyimpan neraca dan segala hal yang berkaitan selama 30 tahun (Pasal
6 ayat 3 KUHD)
Kewajiban perusahaan :
a) Menyelenggarakan pembukuan (Pasal 6 KUHD)
b) Keharusan mengadakan pembukuan bertujuan agar pihak yang berkepentingan dapat
mengetahui hak-hak dan kewajiban pengusaha / perusahaan
c) Ancaman terhadap kelalaian dan manipulasi pembukuan bila terjadi kepailitan (Pasal
396 dan 397 KUHP)
Hubungan kewajiban pembukuan dengan pasal 1131 dan 1132 BW
a) Bahwa seluruh harta benda debitur baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang
telah ada maupun yang masih akan diperoleh, dipertanggung jawabkan bagi
pemenuhan perikatan-perikatan nya.
b) Semua harta debitur merupakan jaminan bagi pelunasan utang-utang nya terhadap
para kreditur nya.
Pasal 7 KUHD
a) Penilaian terhadap pembukuan tersebut diserahkan pada hakim untuk
mempergunakan catatan / pembukuan tersebut sebagai alat bukti bahkan untuk
menguntungkan orang yang membuat catatan itu.
b) Hakim dapat memerintahkan untuk memperlihatkan catatan itu atas permintaan salah
satu pihak apabila terjadi sengketa.
c) Penyimpangan catatan selama 30 tahun dan 10 tahun (berhubungan dengan
kadaluwarsa / verjaring ) suatu pembebasan dari suatu perikatan.
Sifat pembukuan adalah rahasia (Asas kerahasiaan)
4
Penerobosan atas asas tersebut
1. Representation, yaitu pembukuan oleh hakim (Pasal 8 KUHD)
a) Penerobosan rahasia pembukuan (surat-surat dll.)
b) Hanya dapat dilakukan oleh hakim karena jabatannya
c) Atas izin hakim dapat diambil turunan surat
d) Hakim dapat meminta pendapat ahli
2. Communication : Pihak yang berkepentingan dapat minta diperlihatkan pembukuan
masing-masing secara terbuka atas permintaan salah satu atau kedua belah pihak, dan
atas permintaan pihak yang berkepentingan dapat meminta hakim karena jabatannya
dalam persidangan untuk membukan pembukuan. Jadi communication dapat diminta
dengan perantara hakim bila ada penolakan dari salah satu pihak.
Apabila di depan hakim masih ada penolakan untuk memperlihatkan pembukuan
maka pihak tergugat dapat dihukum :
1) Membayar biaya kerugian dan bunga
2) Membayar uang paksa (dwangsom)
3) Memerintahkan paksa badan (liifsdwang)
Pihak-pihak yang berkepentingan dalam communication :
1) Para ahli waris
2) Yang berkepentingan dalam perseroan (klien)
3) Persero
4) Kreditor dalam kepailitan
5) Komisaris / Pengawas
Macam-macam pembukuan :
1) Pembukuan tentang hutang, yang menyajikan mengenai saldo hutang pada saat
tertentu dengan mutasi hutang selama periode tertentu dengan membukukan semua
transaksi
2) Pembukuan tentang modal, meliputi modal yang disetor oleh pemilik / pemegang
saham
Fungsi pembukuan
1) Lihatlah pasal KUHD
2) Bandingkan dengan pasal 1881 BW
3) Bagaimana dengan pembukuan yang lewat waktu / kadaluwarsa?
Kerahasiaan pembukuan
a) Pembukuan dari seorang pengusaha bersifat rahasia (Pasak 12 KUHD)
b) Artinya maksud pembukuan adalah agara pihak ketiga dapat mengetahui hak-hak nya
dan tidak otomatis orang diperbolehkan memeriksa / melihat pembukuan pengusaha
Pentingnya pembukuan
a) Dalam kaitannya dengan pemeriksaan pajak, SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan)
merupakan objek pemeriksaan. Oleh karena itu maka wajib pajak (badan) harus
melaporkan laporan keuangan.
5
b) Sedangkan wajib pajak orang pribadi tidak wajib menyelenggarakan pembukuan
tetapi wajib menyelenggarakan pencatatan dan melampirkan perhitungan penghasilan
bruto
Adakah sanksi bagi pengusaha yang tidak / lalai membuat pembukuan ?
a) Pasal 393 KUHP
b) Pasal 397 KUHP
c) Pasal 263 ayat 1 dan 2 KUHP
Dokumen perusahaan ?
a) Lihat kembali Pasal 6 ayat (3) KUHD “Ia diwajibkan menyimpan selama tiga puluh
tahun, buku-buku dan surat-surat di mana ia menyelenggarakan catatan-catatan
dimaksud dalam alinea pertama beserta neracanya, dan selama sepuluh tahun, surat-
surat dan telegramtelegram yang diterima dan salinan-salinan surat-surat dan
telegram-telegram yang dikeluarkan”.
b) Beberapa kelemahan pasal ini :
Dari segi ruang, pemyimpanan pasti membutuhkan pemyimpanan yang besar
Dari segi kekuatan bahan, dokumen-dokumen kertas pasti memerlukan perlakuan
khusus
UU No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan
Pertimbangan :
Salah satu faktor yang mengurangi efektivitas dan efisiensi perusahaan adalah ketengtuan
yang mewajibkan penyimpanan buku, catatan, dan neraca salam 30 (tiga puluh) tahun dan
penyimpanan surat, surat kawat beserta tembusannya selama 10 (sepuluh) tahun sebagaimana
diatur dalam Pasal 6 KUHD (Wetboek van Koophandel voor Indonesie, Staatblas 1847 : 23),
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan hukum masyarakat khususnya
dibidang ekonomi dan perdagangan.
Dokumen perusahaan adalah data, catatan dan atau keterangan yang dibuat dan atau
diterima oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan kegiatannya, baik tertulis di atas
kertas atau sarana lain maupun terekam dalam bentuk corak apapun yang dapat dilihat,
dibaca dan didengar.
Dokumen perusahaan terdiri dari :
1) Dokumen keuangan dan
2) Dokumen lainnya
UU tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Pasal 1 ayat 4), dokumen elektronik
adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau
disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal atau sejenisnya, yang
dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna
atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
6
D. PEMBANTU-PEMBANTU DALAM PERUSAHAAN
PPT Ibu :
Ekspeditur
Bertindak atas nama pengirim dan mewakili pengirim terhadap pihak pengangkut dalam
melaksanakan pengiriman barang. Dalam hal ini ekspeditur merupakan pemegang kuasa
karena melakukan perbuatan hukum atas nama pengirim, hal itu berdasarkan Pasal 1792
BW.
Ekspeditur dapat pula dianggap sebagai komisioner, karena atas tindakannya sebagai
perantara pengangkutan barang ia menerima upah atau provisi dari pengirim.
Hal itu berdasarkan Pasal 76 KUHD
Ekspeditur tidak sama dengan pengangkut.
Ekspeditur merupakan perantara antara perusahaan dengan pengangkut
Ekspeditur membuat perjanjian atas namanya sendiri dengan pengangkutan yang
mengangkut / mengirimlkan barang prinsipal ke pembeli
Para pihak dalam perjanjian pengangkutan tersebut adalah ekspeditur dan pengangkut,
bukan prinsipal dan pengangkut
Kewajiban ekspeditur menurut KUHD:
a) Mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang baik bagi pihak pengirim (ps. 87
KUHD).
b) Wajib membuat register harian ttg sifat dan jumlah barang-barang atau barang
dagangan yang harus diangkut, dan bila diminta, juga tentang nilainya (ps. 86 KUHD).
c) Menjamin pengiriman dengan rapi dan secepatnya atas barang-barang yang telah
diterimanya dari pengirim (ps. 87 KUHD)
Selain dari kewajiban ekspeditur yg diatur oleh KUHD, terdapat kewajiban-kewajiban
ekspeditur yg lain sepanjang diatur dengan eksplisit dalam Perjanjian Ekspedisi-nya:
a) Kewajiban ekspeditur utk mengambil barang-barang dari gudang
pengirim/perusahaan.
b) Penyimpanan barang di gudang ekspeditur.
c) Kewajiban ekspeditur utk mengambil barang-barang di pelabuhan tujuan utk
diserahkan kepada penerima yg berhak atau utk diserahkan kepada pengangkut
selanjutnya.
Perantara yg pengaturannya di luar KUHD, hak dan kewajibannya hanya diatur berdasar
Hk Perikatan dalam BW.
Yurispridensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 716 K/Pdt/1984 tanggal 5
September 1985 yang memberi kaidah hukum bahwa "Tanggungjawab seorang
7
pengangkut terhadap kerusakan barang yang timbul selama pengangkutan hanyalah
terbatas sampai pada jumlah yang telah diperjanjikan dalam Bill Of Lading/Konosemen".
Perbedaan Agen & Distributor (Hubungan dg Prinsipal)
a) Seorang agen akan menjual barang/jasa untuk dan atas nama pihak prinsipalnya,
b) sementara seorang distributor bertindak untuk dan atas namanya sendiri (independent
tender). Contoh: Travel Agent, menjualkan tiket pesawat atas nama maskapai
penerbangan ybs, BUKAN a.n. Travel Agent tsb.
Dasar hukum pengaturan keagenan terdapat dalam:
a) Dalam BW tentang Kebebasan Berkontrak;
b) Dalam BW tentang Kontrak Pemberian Kuasa;
c) Dalam WVK tentang Makelar,
d) Dalam Wvk tentang Komisioner;
e) Dalam bidang-bidang hukum khusus, seperti dalam perundang-undangan di bidang
pasar modal yang mengatur tentang dealer atau pialang saham.
Rangkuman PPT Kelompok :
Sebuah perusahaan dapat dikerjakan oleh seorang pengusaha atau beberapa orang
pengusaha dalam bentuk kerja-sama. Dalam menjalankan perusahaannya seorang pengusaha
dapat bekerja sendiri atau dibantu dengan orang-orang lain yang disebut pembantu-pembantu
perusahaan. Perusahaan yang dikerjakan oleh seorang pengusaha tanpa pembantu dinamakan
perusahaan perseorangan. Adapun pembantu-pembantu perusahaan itu dibagi kedalam dua
jenis yakni :
1) Pembantu-pembantu dalam perusahaan, misalnya : pelayan toko, pekerja keliling,
pengurus filial, pemegang prokuasi dan pimpinan perusahaan.
Antara pengusaha dengan pembantu-pembantu dalam perusahaan terdapat hubungan
hukumyang dibagi menjadi dua yakni :
Hubungan perburuhan, yakni hubungan yang bersifat subordinasi antara majikan
dan buruh, yang memerintahkan dan yang diperintah. Perjanjian perburuhan
adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu, si buruh mengikatkan dirinya
untuk dibawah pihak yang lain si majikan, untuk sesuatu waktu tertentu,
melakukan pekerjaan dengan menerima upah (pasal 1601 a KUHPER).
Hubungan pemberian kuasa, yaitu suatu hubungan hukum dimana menurut pasal
1792 dan seterusnya KUHPER. Pengusaha merupakan pemberi kuasa
sedangangkan pembantu-pembantu dalam perusahaan tadi merupakan pemegang
kuasa. Pemegang kuasa mengikatkan diri untuk melaksanakan perintah si pemberi
kuasa, sedangkan si pemberi kuasa mengikatkan diri untuk memberi upah sesuai
perjanjian yang bersangkutan.
Kedua hubungan ini bersifat campuran, oleh karena itu berlakulah pasal 1601 c
KUHPER, yang menetukan bahwa segala peraturan mengenai pemberian kuasa dan
mengenai perburuhan berlaku padanya. Jika terdapat perselisihan antara kedua peraturan itu,
maka berlakulah peraturan mengenai perjanjian perburuhan (pasal 1601 c ayat (1) KUHPER).
8
2) Pembantu-pembantu diluar perusahaan, misalnya : agen perusahaan, pengacara, notaris,
makelar, dan komisioner. Dalam hal ini akan dibahasa tiga contoh dari pembantu-
pembantu diluar perusahaan yakni makelar, komisioner dan ekspeditur.
Makelar
Hal-hal mengenai makelar diatur dalam diatur dalam KUHD, buku I, pasal 62 sampai
dengan pasal 72. Pada pasal 62 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang terdapat pengertian
mengenai makelar itu sendiri bahwa (1) Makelar adalah seorang pedagang perantara yang
diangkat oleh Presiden atau oleh pembesar yang oleh Presiden dinyatakan berwenang untuk
itu. Ia menyelenggarakan perusahaannya dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan
sebagaimana termaktub dalam pasal 64, seraya mendapat upahan atau provisi tertentu, atas
amanat dan nama orang orang dengan siapa ia tak mempunyai sesuatu hubungan. (2) sebelum
diperbolehkan melakukan pekerjaannya, ia harus bersumpah di muka Pengadilan Negeri yang
mana ia termasuk dalam daerah hukumnya, bahwa ia dengan tulus hati akan menunaikan
segala kewajiban yang dibebankan kepadanya.
Makelar mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu :
1. Makelar harus mendapat pengangkatan resmi dari pemerintah (c.q Menteri Kehakiman) –
(Pasal 62 ayat (1) KUHD).
2. Sebelum menjalankan tugasnya, makelar harus bersumpah di muka Ketua Pengadilan
Negeri, bahwa dia akan menjalankan kewajibannya dengan baik (Pasal 62 ayat (2)
KUHD)
Hubungan hukum dan sifat hubungan hukum antara makelar dan pengusaha,
sebagai perantara atau pembantu pengusaha, makelar mempunyai hubungan yang tidak tetap
dengan pengusaha (pasal 62 ayat (1)). Hubungan ini adalah sama halnya dengan pengacara,
tetapi lain dengan hubungan antara agen perusahaan dengan pengusaha. Adapun sifat hukum
dari hubungan tersebut adalah campuran yaitu sebagai pelayan berkala dan pemberian kuasa.
Makelar dilarang berdagang dalam lapangan perusahaan dimana dia diangkat,
menurut pasal 65 ayat (2) makelar dilarang untuk :
9
Tulisan antara baris dan catatan pinggir.
Sesudah itu makelar dapat mengirimkan kutipan buku hariannnya kepada kliennya bila
diiinginkan (pasal 67 ayat (1)) “tiap-tiap makelar diwajibkan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan sewaktu-waktu dan apabila yang belakangan ini menghendakinya, memberi
kutipan dari bukunya, yang memuat segala apa tercatat didalamnya mengenai perbuatan
menyangkut pihak tersebut.
Kekuatan-kekuatan pembuktian catatan makelar, catatan-catatan makelar yang
diselenggarakan atas perintah undang-undang, oleh karena itu mempunyai kekuatan
pembuktian dimana buku-buku catatan makelar ini baru mempunyai kekuatan pembuktian
bila perbuatan yang bersangkutan tidak seluruhnya diiingkari oleh pihak lawannya :
1. Dalam hal buku catatan makelar tidak seluruhnya diingkari oleh pihak lawan maka buku
harian itu dapat memberikan bukti tentang :
Saat terjadinya perjanjian dan penyerahan;
Jenis serta banyaknya benda;
Harga benda;
Klausula perjanjian. (Pasal 68)
2. Jika perjanjian yang bersangkutan dimuka hakim seluruhnya dibantah oleh pihak lawan,
maka catatan makelar masih juga mempunyai kekuatan pembuktian sesuai dengan
kebijaksanaan hakim (Pasal 67).
3. Jika perjanjian-perjanjian dalam poin ke 2 terus langsung dimasukkan dalam buku
harian, maka buku harian itu masih mempunyai kekuatan pembuktian yang bersifat
sekedar resmi.
Tanggung jawab makelar, karena makelar merupakan jabatan yang diakui oleh
undang-undang dan tugasnya juga ditentukan oleh undang-undang maka makelar mempunyai
tanggungjawab yang tidak kecil. Tanggungjawab ini mengenai kemungkinan timbulnya
kerugian berdasarkan perbuatan makelar dimana bila kerugian ini timbul, maka makelar
wajib mengganti kerugian. Tanggungjawab ini juga mengenai perbuatan makelar :
1. Dalam perjanjian jual-beli atas contoh maka makelar diharuskan menyimpan contoh itu
sampai pada saat perjanjian telah selesai dilaksanakan seluruhnya (Pasal 69);
2. Dalam perjanjian jual beli wesel atau surat berharga lainnya, maka makelar harus
menanggung sahnya tanda tangan penjual, agar pembeli jangan merugi disebabkan
debitur wesel tidak mau membayar wesel karena tanda tangan penjual (andosan) itu palsu
(Pasal 70).
Makelar dapat bertindak untuk pemberi kuasa yang masih akan datang, Pada
umumnya makelar berbuat atas nama pemberi kuasa (pasal 62). Makelar menerima pesanan
dari seorang pemberi kuasa untuk membelikan atau menjualkan barang tertentu. Dalam
makelar ber buat untuk memenuhi pesanan itu dengan cara mengadakan perjanjian jual beli
dengan pihak ketiga, maka makelar selalu mengatakan bahwa dia berbuat semacam itu atas
nama pemberi kuasa. Jadi, makelar hanya berfungsi sebagai perantara yang murni, tidak
10
menjadi pihak dalam perjanjian, sedang yang menjadi pihak dalam perjanjian adalah pemberi
kuasa dan pihak ketiga.
Tetapi dalam praktek sering terjadi seorang makelar berbuat dengan tidak menyebutkan
pemberi kuasanya. Dalam hal ini makelar dianggap berbuat "untuk pemberi kuasa yang
masih akan datang". yang akibatnya makelar menjadi pihak dalam perjanjian. Praktek
semacam itu sudah mendapat pengesahan dari H.G.H. dengan putusan nya tanggal 31 Mei
1933.
Makelar tidak resmi, Telah kita ketahui bahwa makelar itu suatu jabatan yang resmi,
artinya makelar itu harus mendapat pengangkatannya dari Menteri Kehakiman dan sebelum
menjalankan tugasnya dia harus bersumpah dulu di muka Ketua Pengadilan Negeri setempat
(pasal 62). Tampak nya pembentuk undang-undang tidak memberikan kedudukan mono poli
kepada makelar temyata dengan adanya sebuah pasal yang memperbolehkan adanya makelar,
yang tidak resmi, yakni tanpa pengangkatan dari Menteri Kehakiman dan tanpa sumpah,
yaitu pasal 63 KUHD bsd 1792 KUHPER. Dalam hal ini makelar tidak resmi ini dipandang
sebagai pemegang kuasa biasa. Adapun per bedaannya dengan makelar resmi adalah sebagai
berikut:
a. Pemegang kuasa mendapat upah, bila ditetapkan demikian dalam perjanjian (pasal 1794
KUHPER), sedangkan makelar harus men dapat upah yang disebut provisi (courtage),
bila pekerjaan sudah selesai (pasal 62);
b. Pemegang kuasa harus membuat catatan-catatannya menurut pasal 6, sedang makelar
harus membuat buku saku dan buku hariannya menurut pasal 66 dan 68;
c. Makelar berkewajiban untuk menyimpan contoh barang dalam jual-beli contoh (pasal
69), sedang pemegang kuasa tidak berkewajiban untuk itu;
d. Makelar harus menanggung sahnya tanda tangan penjual weselatau surat-berharga
lainnya (pasal 70), sedang pada pemegang kuasa kewajiban ini tidak ada.
Makelar dapat diberhentikan sementara atau digugurkan jabatannya, yang telah
kita ketahui, makelar adalah suatu jabatan resmi yang mendapat provisinya dari orang-orang
yang memperguna kan jasanya. Jadi, makelar tidak dibayar oleh negara dan tidak terkena
oleh peraturan kepegawaian negara. Makelar tidak bisa dipensiun dan lain-lain. Tetapi
seorang makelar dapat diberhentikan sementara (geschorst) atau digugurkan dari jabatannya
(vervallen verklaard), bilamana dia melanggar ketentuan-ketentuan tersebut dalam Bagian II,
Bab IV, Buku I. KUHD (pasal 71). Makelar yang sudah digugurkan jabatannya tidak boleh
diangkat kembali (pasal 73). Apabila seorang makelar jatuh pailit, dia diberhentikan
sementara dari pekerjaannya dan dapat digugurkan oleh Hakim Pengadilan Negeri setempat
(pasal 72).
Komisioner
11
Adapun ciri-ciri khas komisioner ialah:
1. Tidak ada syarat pengangkatan resmi dan penyumpahan sebagai halnya makelar;
2. Komisioner menghubungkan komiten dengan pihak ketiga namanya sendiri (pasal 76);
3. Komisioner tidak berkewajiban untuk menyebut namanya komite (pasal 77 ayat (1)). Dia
di sini menjadi pihak dalam perjanjian (pasal 77 ayat (2));
4. Tetapi komisioner juga dapat bertindak atas nama pemberi kuasanya (pasal 79). Dalam
hal ini maka dia tunduk pada Bab XVI, Buku III KUHPER tentang pemberian kuasa,
mulai pasal 1972 dan seterusnya.
Komisioner dapat bertindak atas nama pemberi kuasanya, pada umumnya
komisioner itu membuat perjanjian atas namanya sendiri (pasal 76). Tetapi menurut pasal 79
komisioner juga dapat atas nama pemberi kuasanya, dalam hal ini komisioner tunduk pada
peraturan mengenai pemberian kuasa, yaitu pasal 1792 dan seterusnya KUHPER. Jadi dapat
dikatakan bagi komisioner bahwa "berbuat atas nama sendiri" itu adalah sifat umum, sedang
"berbuat atas nama pemberi kuasa" adalah sifat khusus. Hal ini adalah kebalikan pada
makelar, pada mana "berbuat atas nama pemberi kuasa" adalah sifat umum, sedang "berbuat
atas nama sendiri" adalah merupakan hal yang khusus, Dasar hukum hal yang terakhir ini
bukanlah pasal dari undang-undang, tetapi suatu jurispru densi, yaitu keputusan H.G.H.
tanggal 31 Mei 1933.
Komisioner tidak terang-terangan, policy pembentuk undang-undang dalam
pengaturan komisioner adalah sama dengan halnya makelar, yaitu tidak membuat komisioner
itu monopoli atas pekerjaannya. Pembentuk undang-undang membuka pintu juga bagi
komisioner tidak terang-terangan, yaitu bagi orang yang mencari untung dengan bertindak
sebagai komisioner tidak terang-terangan dan tidak terus-menerus. Bagi mereka ini menurut
pasal 85a, berlaku pasal 77, 78, 80 sampai dengan 85, 240 dan 241. Pasal-pasal ini adalah
pasal-pasal untuk komisioner sesungguhnya.
Sifat hukum perjanjian komisi, Perjanjian komisi ialah perjanjian antara komisioner
dengan ko miten, yakni perjanjian pemberian kuasa. Dari perjanjian ini timbul hubungan
hukum yang bersifat tidak tetap, sebagai halnya makelar dan pengacara. Adapun sifat hukum
perjanjian komisi ini tidak diatur secara tegas dalam undang-undang. Hal ini tentunya
diserahkan kepada ilmiah, yang mengenai persoalan ini ada beberapa pendapat:
Polak berpendapat bahwa hubungan itu bersifat sebagai perjanjian pemberian kuasa
khusus, yakni pemberian kuasa yang mempunyai sifat-sifat khusus.Ada pun
kekhususannya terletak dalam hal-hal:
a. Menurut pasal 1792 KUHPER, seorang pemegang kuasa ber tindak pada umumnya
atas nama pemberi kuasa. Tetapi seorang komisioner pada umumnya bertindak atas
nama diri sendiri (pasal 76);
b. Pemegang kuasa bertindak tanpa upah, kecuali kalau diperjan jian dengan upah (pasal
1794 KUHPER). Tetapi komisioner mendapat provisi bila pekerjaannya sudah selesai
(pasal 76);
c. Akibat hukum perjanjian komisi ini banyak yang tidak diatur dalam undang-undang;
12
Molengraaff berpendapat bahwa perjanjian komisi itu merupakan perjanjian campuran,
yaitu perjanjian pelayanan berkala dan perjanjian pemberian kuasa;
Prof. Soekardono berpendapat lebih mendekati Polak dari pada Molengraaff, berdasar
pasal 79 dan 85. Pendapat ini diperkuat dengan adanya hak retensi yang diberikan kepada
komisioner oleh pasal 85.Hak retensi ini diberikan kepada pemegang kuasa oleh pasal
1812 KUHPER. Sebaliknya hak retensi ini tidak diberi kan kepada pemberi pelayanan
berkala. Jadi, menurut Prof. Soekardono, pendapat Polaklah yang benar.
Dengan begitu hubungan antara komisioner dan komiten adalah sebagai pemegang
kuasa dan pemberi kuasa. Komisioner bertanggung jawab atas pelaksanaan perintah kepada
pemberi kuasa dan pemberi kuasa bertanggung jawab atas biaya pelaksanaan perintah dan
pen yaran provisi. Jadi perjanjian komisi adalah perjanjian pember kuasa khusus yang hak
dan kewajibannya diatur dalam KUHPER Buku III, Bab XVI, Bagian II dan III, dan dalam
KUHD, Buk Bab V, Bagian I. Perjanjian ini harus dilaksanakan dengan ika baik (pasal 1338
ayat (3) KUHPER).
Tanggung jawab komisioner terhadap komitmen, Telah diketahui bahwa perjanjian
komisi adalah perjanjian antan komisioner dengan komiten, di mana komisioner mengikatkan
de untuk melaksanakan perintah komiten, sedang komiten mengikatka diri untuk membiayai
pelaksanaan perjanjian itu dan membayar provisi kepada komisioner. Dalam perjanjian itu
komisioner mengikat kan diri untuk melaksanakan perintah komiten atas biayanya. Di sin lah
letak tanggungjawab komisioner. Komisioner harus melaksanakan perjanjian komisi itu
dengan sebaik-baiknya (pasal 1800 bsd 1235 KUHPER). Dia bertanggungjawab kepada
komiten bila pemberian kuasa itu tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya. Malahan
menurut pasal 1800 ayat (1) KUHPER, komisioner bertanggungjawab untuk biaya, kerugian
dan bunga yang mungkin timbul karena tak ber prestasinya debitur. Dari itu pasal 1802
KUHPER mengharuskan komisioner memberikan pertanggunganjawab selekas mungkin
kepada pemberi kuasa, yaitu komiten.
Dalam memberi pertanggunganjawab itu komisioner dapat memberitahukan siapa yang
menjadi lawan pihak dalam perjanjian. Hal ini berhubungan erat dengan kewajiban komiten
untuk membiayai pelaksanaan perjanjian yang dibuat dengan perantaraan komisioner itu
(pasal 1807 KUHPER). Tetapi bila hal pemenuhan sernua kewajiban yang timbul dari
perjanjian itu sudah dijamin oleh komisioner dengan suatu perjanjian khusus yang dinamakan
"del credere", maka komisioner tidak perlu memberitahukan kepada komiten siapa pihak
ketiga yang menjadi pihak lawan dalam perjanjian itu (pasal 240 ayat (2)).
Hubungan antara komisioner dengan pihak ketiga, Hubungan antara komisioner
dengan pihak ketiga adalah hubungan para pihak dalam perjanjian (pasal 78). Dalam hal ini
komiten ada di luarnya. Jadi, komiten tidak dapat menggugat pihak ketiga, begitu pun
sebaliknya. Pihak ketiga tidak perlu tahu untuk siapa komisioner bertindak, begitu pula
komiten tidak perlu tahu dengan siapa komisioner bertindak. Tetapi semua biaya yang
dikeluarkan oleh komisioner untuk melaksanakan perjanjian harus ditanggung komitmen
(Pasal 76 dan 77).
13
Beberapa upaya hukum yang dapat dipakai dalam melaksanakan perjanjian
komisi, seringkali dalam pelaksanaan sebuah perjanjian komisi terjadi perselisihan-
perselisihan yang biasanya berdasar atas penafsiran penafsiran dan pengertian-pengertian
yang tidak sama antara kedua belah pihak. Dalam hal ini ada beberapa upaya hukum yang
dapat dipakai untuk menyelesaikan perselisihan-perselisihan tersebut, yakni pasal 1339 dan
1347 KUHPER. Menurut pasal 1339 dan 1347 KUHPER para pihak dalam per janjian komisi
sama-sama terikat pada:
ketentuan-ketentuan yang telah disetujui dan ditetapkan dalam perjanjian (pasal 1339
ayat (1) KUHPER);
ketentuan-ketentuan yang dianggap selalu termasuk dalam per janjian (bestendig
gebruikte bedingen), walaupun ketentuan ketentuan itu tidak dinyatakan secara tegas
dalam perjanjian (pasal 1347 KUHPER);
ketentuan-ketentuan dalam undang-undang atau dalam peraturan perundangan lainnya
(pasal 1339 KUHPER);
ketentuan-ketentuan dalam kebiasaan yang lazim dalam perusahaan (pasal 1339
KUHPER),
ketentuan-ketentuan berdasar atas kelayakan atau kepatutan (pasal 1339 KUHPER).
Dalam pelaksanaan perjanjian, tidak perlu perjanjian itu sesuai dengan semua upaya tersebut
di atas. Yang penting adalah bila perjanjian itu sudah disepakati oleh kedua belah pihak. Juga
mengenai urutan, tidak perlu menurut tertib seperti tersebut di atas, asal upaya yang dipakai
itu telah dapat memuaskan kedua belah pihak.
Apakah komisioner boleh membeli barang yang diserahkan kepdanya untuk
dijual?, bila komisioner diserahi barang oleh komiten untuk dijual, lalu dibelinya sendiri atau
komisioner yang diperintah oleh komiten untuk membeli barang tertentu, lalu dia menjual
barangnya sendiri kepada komiten, itu pada umumnya, menurut Polak merugikan komiten
(pasal 1470 KUHPER). Dari itu perbuatan semacam itu hanya dapat diizinkan bila telah ada
persetujuan dengan tegas atau dengan diam-diam dari komiten. Hal ini telah dibenarkan oleh
Juris prudensi, yakni: Putusan H.G.H. tanggal 25 Agustus 1927.
Siapa yang memiliki barang yang dibeli oleh komisioner, jika komisioner atas
namanya sendiri membeli barang untuk kepentingan komiten, maka tampak oleh pihak ketiga
bahwa komisionerlah yang memiliki barang itu. Tetapi sebetulnya komisione hanya menjadi
pemegang (houder) saja, sedang pemiliknya adalah komiten. Bila komisioner membeli
barang bagi komiten yang masih akan datang, maka pemilik barang yang telah dibelinya
adalah komisioner sendiri.
Del Credere, dalam praktek sering terjadi seorang komisioner memberi jaminan kepada
pemberi kuasanya (komiten) terhadap penyelesaian perjanjian dengan pihak ketiga yang
menguntungkan. Jaminan ini adalah "borgtocht". Bila perjanjian dengan pihak ketiga itu
benar-benar menguntungkan pemberi kuatanya, maka komisioner mendapat tambahan provisi
dari pemberi kuasa tersebut. Baik jaminan maupun tambahan provisi tersebut, menurut
Dorhout Mees disebut "del credere". Del credere ini merupakan janji-khusus (beding)
dalam perjanjian komisi antara komisioner dengan komitennya, dan dapat dijanjikan secara
14
terang-terangan atau secara diam-diam, berdasar kebiasaan hukum dalam praktek. Mengenai
lembaga del credere ini diatur dalam:
Pasal 240 KUHD bagi komisioner, dalam pasal ini del credere tidak diatur secara
khusus, tetapi hanya sekedar disinggung, karena pasal ini mengatur tentang reklame yang
terjadi dalam kepailitan;
Pasal 75e W.v.K. Nederland, yang berbunyi sebagai berikut: "De Handelsagent kan zich
voor de verplichtingen, welke voor den derde voortvloeien uit eene door zijne
tussenkomst tot stand gekomen overeenkomst, als borg slechts verbinden ten belope van
het voor die overeenkomst geldend loon". Jadi, pasal ini merupakan suatu perlindungan
bagi agen perusahaan yang mengadakan janji khusus (beding) "del credere" dengan
pemberi kuasanya, paling banyak hanya meliputi sejumlah upah (provisi) yang
seharusnya diterima dari pemberi kuasanya. Pasal ini di Indonesia belum ada, sebab
mengenai agen perusahaan di KUHD Indonesia belum diatur secara khusus.
Menurut Dorhout Mees, yang sering mempergunakan janji khusus "del credere" itu
komisioner dan makelar. Dalam KUHD Indonesia maupun dalam W.v.K. Nederland tidak
ada pasal menge nai "del credere" makelar, meskipun begitu dalam praktek lembaga "del
credere" sering dipergunakan oleh makelar, dengan mana makelar menjamin
terlaksananya perjanjian yang menguntungkan pemberi kuasa, sehingga makelar
mendapat hak untuk tambahan provisi.
Hak-hak khusus komisioner, karena pertanggungan jawab komisioner berat, maka dia
oleh undang-undang diberi hak-hak khusus, yaitu:
Hak retensi, yakni hak komisioner untuk menahan barang-barang komiten, bila provisi
dan biaya-biaya yang lain belum dibayar (pasal 85 KUHD bsd 1812 KUHPER). Ini
adalah juga hak peme gang kuasa yang diberikan oleh pasal 1812 KUHPER. Hak ini
mengenai semua barang-barang komiten yang ada di tangan komisioner.
Hak istimewa (privilege), hal ini diatur dalam pasal 80, sedang pelaksanaannya diatur
dalam pasal 81, 82 dan 83 KUHD. Dalam pasal 80 dinyatakan bahwa semua penagihan
komisioner mengenai provisi, uang yang telah di keluarkan untuk memberi voorschot,
biaya-biaya dan bunga, pula biaya-biaya untuk perikatan-perikatan yang sedang berjalan,
maka komisioner mempunyai hak istimewa pada barang-barang komiten yang ada di
tangan komisioner:
a. untuk dijualkan;
b. untuk ditahan bagi kepentingan lain yang akan datang,
c. yang dibeli dan diterimanya untuk kepentingan komiten.
Hak istimewa ini mempunyai kedudukan di atas lain-lain hak istimewa, kecuali biaya
pengadilan, yang semata-mata disebabkan suatu penghukuman untuk melelang benda
bergerak dan benda tetap (pasal 1139 sub 1 KUHPER), adapun pelaksanaannya adalah
sebagai berikut:
1. Bila barang-barang yang ada pada komisoner itu untuk dijual, maka untuk penagihan,
komisioner dapat mengambilnya dari hasil penjualan barang-barang itu (pasal 81);
15
2. Bila barang yang ada di tangan komisioner itu untuk ditab bagi kepentingan yang akan
datang, atau dengan pembatasan kekuasaan untuk dijual, atau perintah untuk menjual
sudah gugur, maka komisioner dapat mengajukan permohonan kep Hakim Pengadilan
Negeri setempat untuk menjual ba barang tersebut. Dalam hal ini komisioner harus
member tahu kepada komiten tentang maksudnya selekas mungkin, paling lambat sehari
sesudah permohonan itu diajukan (p 82). Komiten yang mendengar atau diberi tahu
tentang hal ini dapat mengajukan pendapatnya kepada Hakim. Karena dis bukan pihak,
maka dia tidak dapat banding. Sebaliknya komi sioner, bila dia kurang puas atas putusan
(volunter, Hikin maka dia dapat naik banding dan kasasi;
3. Bila komisioner diberi kuasa untuk membeli barang dan barang itu sudah diterima, maka
komisioner dapat mengajukan per mohonan kepada Hakim Pengadilan Negeri setempat
untuk menjual barang komiten (pasal 83);
4. Bila barang-barang yang berada di tangan komisioner itu tidak karena sebab-sebab seperti
tersebut dalam pasal 80, maka hak istimewa komisioner itu tidak berlaku.
Cara penjualan itu dilaksanakan, ditetapkan dalam putusan Hakim yang memberi izin
penjualan itu. Meskipun komiten jatuh pailit. hak istimewa komisioner itu berlaku terus, asal
pelak sanaan hak istimewa itu terjadi sebelum berakhirnya tenggang waktu dua bulan sejak
saat insolvensi (pasal 57 ayat (1) PK), kecuali kalau tenggang waktu 2 bulan itu diperpanjang
oleh Hakim Komisaris.
Berakhirnya pemberian kuasa pada perjanjian komisi, pemberian kuasa itu berakhir
dengan meninggalnya si pemberi kuasa atau pemegang kuasa (pasal 1813 ayat (3)
KUHPER). Jika pemberi kuasa meninggal dunia, sedang perjanjian komisi belum selesai di
laksanakan, maka komisioner wajib menyelesaikan dengan baik. Kalau alpa, sehingga oleh
karenanya timbul kerugian, maka dia dapat dibebani pembayaran ganti kerugian.
Bila yang meninggal itu komisioner, maka ahliwarisnya wajib memberitahukan hal kematian
komisioner itu kepada pemberi kuasa dan berkewajiban untuk bertindak bagi kepentingan
komiten. Bila mereka lalai, mereka dapat dibebani pembayaran biaya, kerugian dan bunga
(pasal 1819 KUHPER). Selanjutnya, dengan mengulangi apa yang tersebut di atas, pemberian
kuasa berakhir karena:
a. meninggalnya si pemberi atau si pemegang kuasa;
b. dicabutnya pemberian kuasa oleh si pemberi kuasa;
c. pengembalian pemberian kuasa oleh pemegang kuasa;
d. pengampuan, pailit, tidak mampu, si pemberi maupun si peme gang kuasa (pasal 1813
KUHPER);
e. perkawinan perempuan si pemberi kuasa atau si pemegang kuasa. Tetapi ketentuan ini
sudah tidak berlaku di Indonesia merde ka, karena bertentangan dengan azas hukum
Indonesia, yakni: perempuan Indonesia, sebelum maupun sesudah perkawinan selalu
mampu melakukan perbuatan hukum.
Karena perjanjian komisi itu termasuk perjanjian timbal-balik maka bila salah satu pihak
tidak memenuhi kewajibannya, perjanjian itu dapat dimintakan pemecahannya kepada Hakim
(pasal 1266 KUHPER).
16
Ekspeditur
Ekspeditur sebagai perantara pihak yang hendak mengirim barang dan pihak yang
hendak mengangkut barang maka ekspeditur berada di tengah -tengah antara pengirim dan
pengangkut, oleh karena itu ekspeditur terikat pada 2 ( dua ) perjanjian yaitu perjanjian
ekspedisi dan perjanjian pengangkutan. Dalam perjanjian ekspedisi, kedudukan hukum
ekspeditur sebagai kuasa dari pengirim barang dan memiliki kedudukan yang sederajat
dengan pengirim. Dalam perjanjian pengangkutan, ekspeditur bertindak atas namanya sendiri
untuk kepentingan pengirim barang sehingga ia bertanggung jawab seeara penuh kepada
pengirim alas kerusakan / kehilangan barang yang dikirim.
Mengenai kedudukan ekspeditur diatur dalam bagian II title V Buku 1 pasal 86 sampai
pasal 90 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD). Pengertian ekspeditur terdapat
dalam pasal 86 ayat (1) KUHD, yaitu: “Ekspeditur adalah seseorang yang pekerjaannya
menyuruh orang lain untukmenyelenggarakan pengangkutan barang-barang dagangan dan
barang-barang lain di darat atau di perairan”. Kemudian kita juga dapat melihat pada ayat (2)
pasal 86 KUHD ini bahwa “ekspeditur diwajibkan membuat catatan-catatan dalam sebuah
register harian berturut-turut tentang macam dan jumlah barang-barang dagangan dan
lainnnya yang harus diangkut, sepertipun tentang harganya, manakala yang belakangan ini
dianggap perlu”.
Ekspeditur menurut Soegijatna Tjakranegara ialah orang yang berusaha untuk
menyediakan/jasa usaha pengangkutan dan pengiriman barang (Soegijatna Tjakranegara,
1995:70). Dengan demikian, ekspeditur adalah perantara yang bersedia untuk melayani
penumpang maupun angkutan barang dimana sebagai perantara hubungan hukumnya
didasarkan atas perjanjian, yang dibuat antara pemilik barang dengan melayani pengiriman
barang lazimnya dinamakan perjanjian ekspeditie, berbeda dengan perjanjian yang dibuat
antara pengangkutan dengan pengirim/pemilik barang.
Seperti yang disebutkan dalam Pasal 87 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) bahwa “Ia (ekpeditur) harus menanggung, bahwa pengiriman barang-barang
dagangan dan lainnya yang untuk itu diterimanya, akan mendapatkan penyelenggaraannya
dengan rapi dan dengan selekas-lekasnya pula dengan mengindahkan segala upaya, yang
sanggup menjamin keselamatan barang-barang yang diangkutnya” maka seorang
ekspeditur memiliki tanggungjawab terhadap barang-barang yang telah diserahkan oleh
pengirim kepadanya dalam kegiatan pengiriman barang, yaitu :
a. Menyelenggarakan pengiriman secepat-cepatnya dan dengan rapi pada barang-barang
yang telah diterimanya dari pengirim.
b. Mengindahkan segala upaya untuk menjamin keselamatan barang-barang tersebut.
Menurut Pasal 87 KUHD, tanggungjawab ekspeditur hanya sampai saat barang-barang yang
akan dikirim tersebut telah diterima oleh pengangkut. Namun, ekspeditur juga memiliki
tanggungjawab terhadap barang-barang yang telah dikirim. Pasal 88 KUHD menyatakan
bahwa : “ia (ekspeditur) juga harus menanggung kerusakan atau kehilangan barangbarang
dagangan dan barang-barang sesudah pengirimannya dibebankan oleh kesalahan atau
keteledorannya”. Tanggung jawab lainnya dari ekspeditur adalah apabila ekspeditur
17
menggunakan ekpeditur antara maka ia bertanggung jawab atasa baik buruknya pekerjaan
dari ekspeditur antara, sesuai dengan apa yang terdapat dalam pasal 89 KUHD.
Kemudian pada pasal selanjutnya yang mengatur tentang ekspeditur yakni pada pasal
90, berbunyi :
surat angkutan merupakan persetujuan si pengirim atau ekspeditur pada pihak satu dan
pengangkut atau juragan perahu pada pihak lain dan surat itu memuat selain apa yang kiranya
telah disetujui kedua belah pihak, seperti misalnya mengenai waktu dalam mana
pengangkutan telah harus selesai dikerjakannya dan mengenai penggantian rugi dalam hal
keterlambatan memuat juga :
1. Nama dan berat atau ukuran barang-arang yang akan diangkut, begitupun merek-merek
dan bilangannya;
2. Nama orang kepada siapa barang-barang dikirimkannya;
3. Nama dan tempat si pengangkut atau juragan perahu;
4. Jumlah upahan pengangkutan;
5. Tanggal;
6. Tanda tangan si pengirim atau ekspeditur, surat angkutan itu, ekspeditur harus
membukukukannya dalam regester hariannya.
Meskipun demikian ternyata dalam prakteknya perjanjian pengangkutan ini bersifat
konsensuil, artinya untuk adanya perjanjian pengangkutan telah cukup bila ada persetujuan
kehendak antara pengirim dengan pengangkut. Dan tidak perlu adanya surat muatan.
Sehingga surat muatan yang diatur dalam pasal 90 KUHD itu hanya merupakan suatu alat
pembuktian belaka tentang adanya perjanjian pengangkutan.
E. BADAN USAHA
Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang
bersifat tetap dan terus menerus didirikan, bekerja, serta berkedudukan dalam wilayah
negara indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan (UU NO. 3 TAHUN 1982)
Unsur-unsur perusahaan :
a) Badan usaha (orang-perseorangan, badan hukum)
b) Terus menerus/tidak terputus putus
c) Terang terangan
d) Untuk memperoleh keuntungan atau laba
e) Dalam bidang barang & jasa
f) Mengadakan berbagai aktivitas perdagangan
Bentuk-bentuk badan usaha
a) Berdasarkan jumlah pemiliknya
Perseorangan perseorangan, adalah suatu perusahaan perusahaan yang dimiliki oleh
perseorangan atau seorang pengusaha.
Perusahaan Persekutuan adalah suatu perusahaan yang dimiliki oleh beberapa orang
pengusaha yang bekerja sama dalam satu persekutuan.
b) Berdasarkan status hukumnya
18
Perusahaan berbadan hukum adalah sebuah subyek hukum yang mempunyai
kepentingan sendiri terpisah dari kepentingan pribadi anggotanya, mempunyai harta
sendiri terpisah dari harta anggotanya, punya tujuan yang terpisah dari tujuan pribadi
para anggotanya dan tanggung jawab pemegang saham terbatas kepada nilai saham
yang diambilnya.
Perusahaan bukan berbadan hukum adalah harta pribadi para sekutu juga terpakai
untuk memenuhi kewajiban perusahaan tersebut, biasanya berbentuk perseorangan
maupun persekutuan.
Fungsi badan usaha
a) Fungsi komersial, usaha untuk menghasilkan produk yang bermutu dan harga
bersaing atau memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pelanggan.
b) Fungsi sosial, diperlihatkan dalam kegiatan penyediaan kesempatan kerja, alih
teknologi, pengetahuan pekerja, perbaikan lingkungan hidup.
c) Fungsi pembangunan ekonomi, membantu pemerintah dalam peningkatan ekspor,
sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam pemerataan pendapatan masyarakat,
dan sumber pendapatan negara melalui pajak.
Pengaturan BW/Perkumpulan
a) Pasal 1653 BW hingga Pasal 1665 BW, Staatsblad 1847:23 dan Staatsblad 1870:64
tentang Perkumpulan yang berbadan hukum;
b) Pasal 1653 BW memuat batasan atau definisi yang mengandung muatan luas sehingga
di dalam batas tersebut termuat pula batasan untuk perkumpulan orang baik yang
nirlaba maupun yang bertujuan mencari untung.
Wujud Inbreng :
a) Uang
b) Barang atau benda apa saja yang layak bagi pemasukan, misalnya rumah/gedung,
perlengkapan kantor, mobil angkutan, dll.
c) Tenaga baik fisik maupun pikiran adanya pembagian keuntungan atau pemanfaatan
Perbedaan badan usaha dan perusahaan
19
Jasa
b) Berdasarkan kepemilikan modal
BUMS
BUMN
BUMD-BUMDES
BU CAMPURAN
c) Berdasarkan wilayah negara
PMDN
PMA
Peran BUMS dalam perekonomian Indonesia
a) Sebagai mitra BUMN
b) Sebagai penambah produksi nasional
c) Sebagai pembuka kesempatan kerja
d) Sebagai penambah kas negara dan pendapatan nasional
Badan usaha perorangan
20
Persekutuan komanditer “suatu firma yang mempunyai satu atau beberao orang
sekutu komanditer.”
Sekutu komplementer, yaitu sekutu aktif dalam mengurus persekutuan
Sekutu komanditer, yaitu sekutu yang pasif tidak ikut dalam mengurus persekutuan
PT Perseorangan
a) Dasar Hukum
Pemerintah telah mengatur PT Perorangan dengan beberapa peraturan, antara lain:
UU Nomor 11/2000 tentang Cipta Kerja.
PP Nomor 8/2021 tentang Modal Dasar Perseroan serta Pendaftaran Pendirian,
Perubahan, dan Pembubaran Perseroan yang memenuhi kriteria untuk UMK (Usaha
Mikro dan Kecil).
PP Nomor 7/2021 tentang Kemudahan, Perlindungan dan Pemberdayaan Koperasi
dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah).
Permenkumham No.21/2021 tentang syarat danītata cara pendaftaran pendirian,
perubahan, dan pembubaran badan hukum PT.
b) Syarat Pendirian PT Perorangan Berikut ini syarat pendirian PT Perorangan:
Didirikan oleh 1 (satu) orang sebagai pemegang saham dan pemilik.
Pendiri merupakan WNI minimal berusia 17 (tujuh belas) tahun dan
Pendiri cakap hukum.
Harus memenuhi kriteria UMK (Usaha Mikro dan Kecil).
Hanya dapat mendirikan 1x PT Perorangan dalan 1 tahun
c) Mengurus Nomor Induk Berusaha (NIB)
Setelah pemberlakuan OSS, setiap pelaku usaha harus memiliki NIB. Dengan adanya
NIB, memudahkan Anda untuk mendapatkan perizinan dalam menjalankan usaha.
d) Mengajukan Permohonan Izin Usaha PT Perorangan
Setelah mendapatkan NIB, Anda bisa mengurus izin usaha PT Perorangan untuk
menjalankan usaha Anda dan untuk memenuhi legalitas bisnis.
21
e) PT perseorangan adalah jenis PT yang seluruh sahamnya hanya dipegang dan dimiliki
oleh satu orang saja. Orang tersebut juga akan berperan langsung sebagai direktur
perusahaan.
f) Jadi, orang tersebut memiliki kekuasaan tunggal, dimana dia akan menguasai seluruh
wewenang direktur dan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)
Yayasan
a) Yayasan adalah badan hukum yang tidak mempunyai anggota yang dikelola oleh
pengurus dan di dirikan untuk tujuan sosial, keagaaman dan kemanusiaan.
b) UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
c) UU No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-undang No. 16 Tahun 2001
22
a. BUMD dan BUMDes
BUMD
BUMD adalah badan usaha yang didirikan oleh pemerintah daerah yang modalnya
sebagian besar/ seluruhnya adalah milik pemerintah daerah. Dasar hukum pembentukan
BUMD adalah berdasarkan UU No. 5 tahun 1962 tetang perusahaan daerah. UU ini
kemudian diperkuat oleh UU No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah.
BUMDes
BUMDes adalah badan usaha yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna
mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat Desa. Dasar hukum pembentukan BUMDes terdapat dalam Pasal 87 Undang-
Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Ciri-ciri
BUMD BUMDes
Pemerintah daerah memegang atas Kekuasaan penuh berada di tangan
segala kekayaan dan usaha pemerintah desa
Pemerintah daerah berkedudukan Modal bersumber dari desa sebesar 51%
sebagai pemegang saham dalam dan dari masyarakat 49%
pemodalan perusahaan Menggunakan falsafah bisnis yang
Pemerintah daerah memiliki wewenang berakar dari budaya lokal untuk
dan kekuasaan dalam menetapkan melakukan kegiatan operasional
kebijakan perusahaan Bidang yang dipilih bagi badan usaha
Didirikan peraturan daerah (Perda) atas desa disesuaikan dengan potensi dan
kuasa undang-undang Nomor 5 tahun informasi pasar
1962 Keuntungan ditujukan untuk
Sebagai stasbilisator perekonomian meningkatkan kesejahteraan anggota
dalam rangka mewujudkan dan masyarakat desa
kesejahteraan rakyat Pemberian fasilitas dan pengawasan
Melayani kepentingan masyarakat dilakukan oleh Pemerintah Provinsi
umum, selain mencari keuntungan dasn turunannya
Bertujuan memupuk pendapatan asli Operasionalisasi di kontrol secara
daerah guna membiayai pembangunan bersama oleh BPD,Pemerintah Desa dan
daerah Anggota
Contoh
BUMD BUMDes
Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bumdes yang Bersifat Serving
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Banking
23
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Renting
Perusahaan Daerah Rumah Potong Brokering
Hewan (PDRPH)
b. BUMN
Sejarah BUMN
Diawal masa pendirian BUMN terbagi menjadi 3 bagian berdasarkan UU. No. 9 Tahun
1969 yaitu :
1) Perusahaan Perseroan : biasaanya perseroan yang berbentuk PT, yang seluruh atau
sebagian besar modalnya berasal dari negara yang dipisahkahkan Menjadi modal
perusahaan. Yang sekali saja diberikan pada saat awal pendirian perusahaan perseoan,
dan tujuannya mencari profit.
2) Perjan (Perusahaan Jawatan) : Perusahaan negara yang didirikan oleh kementrian yang
berada pada sebuah departemen seperti contoh kementrian perhubungan pada saat
mendirikan perusahaan jawatan kereta api.
3) Perusahaan Umum (Perum) : perum yang didirikan oleh Negara semata-mata untuk
pelayanan publik untuk kepentingan masyarakat yang terkadang rugi/ tidak berprofit.
24
a) Sebagai penyedia barang ekonomis dan jasa yang tidak disedikan oleh swasta
b) Merupakan alat pemerintah dalam menata kebijakan perekonomian
c) Sebagai pengelola dari cabang-cabang produksi sumber daya alam untuk masyarakat
banyak
d) Sebagai penyedia layanan dalam kebutuhan masyarakat
e) Sebagai penghasil barang dan jasa demi pemenuhan orang banyak
f) Sebagai pelopor terhadap sektor-sektor usaha yang belum diminati oleh pihak swasta,
g) Pembuka lapangan kerja
h) Penghasil devisa negara
i) Pembantu dalam pengembangan usaha kecil koperasi,
j) Pendorong dalam aktivitas masyarakat terhadap diberbagai lapangan usaha
Bentuk BUMN
Ada 2 jenis BUMN yaitu : Perseroan Terbatas ( PT Persero) dan Perusahaan Umum
(Perum)
a) Badan Usaha Perseroan (Persero)
Berdasarkan Pasal 1 Angka 2 UU No. 19 Tahun 2003,Badan usaha perseroan (persero)
adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang
seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara
Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
Saham negara dalam perseroan sebagai kekayaan negara yang dipisahkan dapat dirujuk
pada definisi Kekayaan Negara yang dipisahkan menurut Pasal 1 Angka 10 UU No. 19
Tahun 2003. Berdasarkan ketentuan tersebut dinyatakan bahwa Kekayaan negara yang
dipisahkan adalah kekayaan negara yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) untuk dijadikan penyertaan modal negara pada Persero dan/atau Perum serta
perseroan terbatas lainnya. Saham yang dimiliki oleh negara di BUMN Persero dalam hal ini
dapat diklasifikasikan sebagai bentuk penyertaan modal.
Maksud dan Tujuan Badan Usaha Perseroan (Persero)
Menyediakan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya sangat kuat
Mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai badan usaha.
Contoh – Contoh Badan Usaha Perseroan (Persero) : PT Pertamina, PT Kimia Farma
Tbk, PT Kereta Api Indonesia, PT Bank BNI Tbk, PT Jamsostek, PT Garuda Indonesia, PT
Perubahan Pembangunan, PT Telekomunikasi Indonesia, PT Tambang Timah.
Ciri-Ciri Badan Usaha Perseroan (Persero)
1) Dalam pendirian persero diusulkan oleh menteri kepada presiden
2) Pelaksanaan pendirian yang dilakukan oleh menteri berdasarkan Perundang-undangan
3) Modal berbentuk saham
4) Status perseroan terbatas diatur berdasarkan perundang-undangan
25
5) Sebagian atau keseluruhan modal merupakan milik negara dari kekayaan negara yang
dipisahkan
6) Tidak mendapatkan fasilitas dari negara
7) Pegawai persero berstatus pegawai negeri
8) Pemimpin berupa direksi (Direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas
pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN baik di
dalam maupun di luar pengadilan).
9) Organ persero yaitu RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut
RUPS, adalah organ Persero yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Persero dan
memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris).
direksi dan komisaris (Komisaris adalah organ Persero yang bertugas melakukan
pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan
pengurusan Persero)
10) Hubungan-hubungan usaha diatur dalam hukum perdata
11) Tujuan utamanya adalah mendapatkan keuntungan
BUMN merupakan badan usaha berbadan hukum,. Dasar Hukum Perseroan Terbatas (PT)
diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang
selanjutnya disebut dengan UUPT. Pasal 1 angka 1 dalam UUPT memberikan pengertian
26
terhadap Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan, ialah badan hukum
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Jika melihat pemaparan sebelumnya bahwa BUMN, baik Persero maupun Perum,
merupakan kekayaan negara yang dipisahkan maka seharusnya keuangan BUMN bukan
keuangan negara. Berdasarkan Pasal 2 UU No. 17 Tahun 2003 diatur bahwa pengertian
keuangan negara tersebut meliputi:
a) hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan
pinjaman;
b) kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara
dan membayar tagihan pihak ketiga;
c) penerimaan negara;
d) pengeluaran negara;
e) penerimaan daerah;
f) pengeluaran daerah;
g) kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah.
h) kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum;
i) kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.
Berdasarkan Pasal 2 tersebut, maka BUMN sebagai kekayaan negara yang dipisahkan
dikategorikan sebagai keuangan negara (lihat huruf g). Lalu ada UU No. 1 Tahun 2004 Pasal
1 Angka 1 mengatur tentang perbendaharaan Negara. Lalu ada penjelasan UU No. 31 Tahun
1999, dan masih banyak lagi.
Jika dilihat pernyataan sebelumnya bahwa kekayaan BUMN adalah kekayaan yang
terpisah..? Penjelasannya berdasarkan UU. No. 31 Tahun 1999, mencakup perbuatan
melawan hukum formil maupun perbuatan melawan hukum materiil. Namun berdasarkan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 003/PUU-IV/2006 dalam hal tindak pidana korupsi,
untuk menjamin kepastian hukum, yang dimaksud perbuatan melawan hukum adalah
perbuatan melawan hukum formil. Perbuatan melawan hukum formil mensyaratkan sebuah
perbuatan dapat dipidana hanya jika melanggar apa yang dilarang dalam undang-undang.
Perbuatan melawan hukum formil berkaitan dengan asas legalitas dalam hukum pidana.
Dalam konteks pembahasan ini jika keuangan BUMN dianggap sebagai keuangan negara,
maka kerugian keuangan BUMN hanya dapat dianggap sebagai kerugian keuangan negara
27
saat kerugian tersebut disebabkan oleh adanya perbuatan yang dilarang oleh undang-undang,
baik disengaja maupun tidak.
Hak Kekayaan Intelektual adalah hak yang timbul dari suatu karya yang dihasilkan
dengan menggunakan kemampuan intelektual manusia yang bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat Dalam hal ini, manfaat yang dimaksud adalah nilai ekonomi dalam karya
tersebut. Dalam teknis pelaksanaanya, H(a)KI diklasifikasikan berdasarkan jenis pemakaian
objek atau barangnya menjadi dua kategori: Industrial Property dan Hak Cipta (Copyright).
a. Industrial Property
Yang dimaksud dengan industrial property adalah semua benda hasil kreasi dan
digunakan untuk tujuan industri atau komersial. Material yang termasuk dalam kategori ini
adalah Merk, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST), PVT, Rahasia
dagang, dan Paten.
Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar logo, nama,
kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi,
suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan
barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan
perdagangan barang dan/atau jasa (UU No. 20 Th 2016 ttg Merek dan IG).
28
Pendaftaran Merek berfungsi sebagai:
1) Alat bukti bagi pemilik yang berhak atas Merek yang didaftarkan;
2) Dasar penolakan terhadap Merek yang sama keseluruhan atau sama pada pokoknya yang
dimohonkan pendaftaran oleh orang lain untuk barang/jasa sejenisnya;
3) Dasar untuk mencegah orang lain memakai Merek yang sama keseluruhan atau sama
pada pokoknya dalam peredaran untuk barang/jasa sejenisnya.
Pemakaian Merek berfungsi sebagai:
1) Tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum dengan produksi orang lain atau
badan hukum lainnya;
2) Alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup dengan menyebut
Mereknya;
3) Jaminan atas mutu barangnya;
4) Penunjuk asal barang/jasa dihasilkan.
Beberapa ketentuan terkait dengan merek
1) Merek harus memilik daya pembeda
2) Merek tidak boleh menggunakan nama barang yang dimintakan perlindungan
3) Merek dapat menunjukkan asal-usul suatu barang (indikasi geografis)
b. Desain Industri
Adalah suatu kreasi bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan
wara, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang
memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi
serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau
kerajinan tangan.
Mengapa desain perlu dimasukkan dalam regulasi Hakl ?. Bentuk desain sangat
mempengaruhi penampilan suatu produk. Secara psikologis, produk yang ditampilkan dalam
desain yang menarik pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing dan nilai komersialnya
Dalam pelaksanaannya, perlindungan diberikan selama jangka waktu 10 (sepuluh) tahun.
Dalam kurun waktu tersebut pendesain atau penerima hak dapat melaksanakan Hak
desainnya dan melarang pihak lain tanpa persetujuannya: membuat, memakai, menjual,
mengimpor, mengekspor, dan/atau mengedarkan barang dimaksud. UU No. 31 Tahun 2000
(http://ri.go.id)
c. Perlindungan Varietas Tanaman (PVT)
Perlindungan Varietas Tanaman yang selanjutnya disingkat PVT, adalah perlindungan
khusus yang diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili oleh Pemerintah dan
pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman,terhadap varietas
tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman Obyek
yang dilindungi dalam hal ini adalah hak kekayaan intelektual pemulia dalam menghasilkan
29
varietas baru tanaman melalui kegiatan pemuliaan (Pemulia : yang berhak atas perlindungan,
Varietas. subyek dari perlindungan). Hak PVT adalah menggunakan sendiri varietas hasil
pemuliaannya atau memberi persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk
menggunakannya selama waktu tertentu.
Berikut adalah beberapa syarat teknis terkait dengan pengajuan perlindungan varietas
tanaman kepada departemen pertanian
Didefinisikan sebagal sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh
bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bungo, buah, biji, dan ekspresi karakteristik
genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari Jenis atau spesies yang
sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak
mengalami perubahan.
UU No. 29 Tahun 2000 (http://ri.go.id)
Contoh syarat teknis varietas yang dapat diajukan perlindungan : unik, seragam. Jangka
waktu perlindungan hukum VT di Indonesia ada dua, yaitu 20 tahun untuk tanaman musiman
dan 25 tahun untuk tanaman tahunan.
d. Desain dan Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST)
Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di
dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah
elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di
dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi
elektronik.
Sedangkan Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari
berbagai elemen, sekurang kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta
sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga dimensi
tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan Sirkuit Terpadu. Perlindungan DTLST
diberikan kepada pemegang hak terhitung sejak pertama kali desain tersebut dieksploitasi
secara komersial dimanapun, atau sejak tanggal penerimaan selama 10 tahun.
UU No. 32 Tahun 2000 (http://ti.go.id)
e. Rahasia Dagang
Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi
dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga
kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.
Lingkup perlindungan dapat diberikan pada metode produksi, metode pengolahan,
metode penjualan, daftar pelanggan, atau informasi lain di bidang teknologi dan atau bisnis
Informasi dianggap rahasia apabila informasi tersebut hanya diketahui oleh pihak tertentu
atau tidak diketahui secara umum oleh masyarakat. Informasi dianggap memiliki nilai
ekonomi apabila sifat kerahasiaan informasi tersebut dapat digunakan untuk menjalankan
30
kegiatan atau usaha yang bersifat komersial atau dapat meningkatkan keuntungan secara
ekonomi.
Informasi dari bidang teknologi yang dapat dilindungi dengan sistem rahasia dagang
mencakup:
f. Paten
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensinya tersebut, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya. Dalam hal ini, inventor menjelaskan invensinya secara lengkap dalam
bentuk dokumen yang dipublikasi sehingga orang lain tahu persis apa yang telah ditemukan
oleh inventor. Sebagai Imbalannya, pemerintah memberi hak monopoli untuk jangka waktu
tertentu bagi inventor. Hak monopoli tersebut disebut sebagai paten. Dalam rezim paten
dikenal istilah pemilik dan pemegang paten. Inventor pada dasarnya adalah pemilik paten. la
selanjutnya dapat memberikan hak pada pihak lain, yang dengannya pihak lain tersebut
menjadi pemegang hak paten.
Perbedaan invention dan discovery: Discovery merupakan penemuan terhadap Suatu sifat
baru dari suatu material atau benda yang sudah dikenal atau sudah ada sebelumnya secara
alami. Sedangkan invention merupakan penemuan berupa ide yang dituangkan ke dalam
suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, yang dapat berupa
proses atau hasil produksi atau penyempurnaan dan pengembangan proses atau hasil
produksi. Invensi dapat dipatenkan, sedangkan discovery tidak.
UU No. 13 tahun 2016 tta Paten
g. Hak Cipta (Copyright) - UU No. 28 Th 2014
Hak Cipta berarti hak untuk memperbanyak suatu ciptaan yang dalam praktiknya
termasuk hak untuk mempublikasikan dan menyebarluaskan. Hak cipta adalah hak eksklusif
bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak atau memberikan
izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang undangan yang berlaku.
Rangkuman PPT Kelompok :
Apa sih Kekayaan Intelektual ?
Hak yang timbul hasil oleh pikir, karsa, rasa manusia yang menghasilkan suatu proses
atau produk barang dan/atau jasa berguna bagi manusia itu sendiri.
Hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada kreator, inventor, desainer, dan pencipta
berkaitan dengan kreasi atau karya intelektual mereka.
Hal ekslusif bagi pemegang hak untuk mengizinkan atau melarang pihak lain
menggunakan hak mereka untuk tujuan komersial yang di atur bersadarkan undang-
undang.
31
Karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.
32
Kekayaan Intelektual Personal
Hak Kekayaan Intelektual yang bersifat personal adalah HKI yang dimiliki sepenuhnya oleh
individu atau kelompok individu dengan atau tanpa mengajukan permohonan kepada Negara
untuk mendapatkan hak monopoli atas eksploitasi secara ekonomi. HKI Personal meliputi
Hak Kekayaan Intelektual yang bersifat personal adalah HKI yang dimiliki sepenuhnya
oleh individu atau kelompok individu dengan atau tanpa mengajukan permohonan kepada
Negara untuk mendapatkan hak monopoli atas eksploitasi secara ekonomi.
Prinsip Hak Personal:
a) Diteruskan dari penelitian ilmiah/praktik bisnis/karya seniman.
b) Memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan,seni,teknologi,atau sastra dari
individu/badan hukum tertentu.
c) Bagian dari perkembangan iptek/seni/perdagangan bisnis.
d) Dikenali inventornya/penciptanya/pelaku bisnisnya.
e) Untuk tujuan komersial dan kepemilikannya bersifat Monopoli.
Hak Cipta
Karya-karya yang dilahirkan atau dihasilkan Sifat perlindungan hak cipta : otomatis, atas
karya cipta di bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan. Hak yang dimiliki oleh
pencipta/pemegang hak cipta :
33
a) economic rights (hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi)
b) moral rights (hak yang melekat pada pencipta atau pelaku dan bersifat tidak
terhapuskan)
Pasal 12
Dalam Undang-undang ini Ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang ilmu
pengetahuan, seni dan sastra, yang mencakup:
a) buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan
b) ceramah, kuliah pidato dan ciptaan lain yang sejenis alat peraga yang dibuat untuk
kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
c) lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
d) drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
e) seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni
terapan
f) arsitektur
g) peta;
h) seni batik;
i) fotografi; sinematografi;
j) terjemahan, tafsir
2) Merek
Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik Merek
yang terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau
memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.
Tanda berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi
dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang dan jasa
Dasar Hukum : Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi
Geografis
3) Desain Industri
Hak Desain Industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia
kepada Pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri,
atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.
Hak Desain Industri tidak dapat diberikan apabila Desain Industri tersebut bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama, atau
kesusilaan.
Dasar Hukum : Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
34
4) Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di
dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah
elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di
dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik
Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai
elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian
atau semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut
dimaksudkan untuk persiapan pembuatan Sirkuit Terpadu.
Dasar Hukum : Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain tata Letak sirkuit
terpadu
5) Rahasia Dagang
Rahasia dagang adalah Informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi
dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga
kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.
Lingkup perlindungannya meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan
atau informasi lain dibidang tehnologi/bisnis yang memiliki nilai ekonomi
Dasar Hukum : Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
6) Varietas Tanaman
Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) adalah hak yang diberikan kepada pemulia
dan/atau pemegang hak PVT untuk menggunakan sendiri varietas hasil pemuliaannya atau
memberi persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakannya selama
waktu tertentu (Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan
Varietas Tanaman). Dengan demikian perlindungan diberikan terhadap varietas tanaman
yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman. PVT ini
merupakan jawaban dari alternatif perlindungan terhadap tanaman yang diberikan oleh
TRIPs.
Dasar Hukum : Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Varietas Tanaman
35
Dasar Hukum Kekayaan Intelektual Kepemilikan Personal
NO Kekayaan Intelektual Dasar Hukum
1. Hak Cipta Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
2. Paten Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten
3. Merek dan Indikasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
Geografi Indikasi Geografis
4. Desain Industri Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
5. Desain Tata Letak Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata
Sirkuit Terpadu Letak Sirkuit Terpadu
6. Rahasia Dagang Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
7. Varietas Tanaman Undang-Undang Nomor 29 tahun 2000 tentang
Varietas Tanaman
36
8) Perlindungan hukumnya harus berdasarkan pengakuan setiap pihak dan bersifat deklaratif
(otomatis) dan hak kebendaan
9) Perlindungan dan pelestarian dikehendaki tidak terbatas waktunya
Apakah perlu dilakukan pelindungan secara positif melalui aturan hukum yang dapat
menjamin pemberian royalti atau pembagian keuntungan secara adil bagi masyarakat adat
pemilik KIK? Pertanyaan ini masih menjadi bahan perundingan, Namun demikian, secara
umum dapat dikatakan bahwa diperlukan pelindungan hukum terhadap hak-hak masyarakat
adat dalam arti luas, yang berarti termasuk hasil kreativitas intelektualnya. Jika pelindungan
terhadap KIK akan dilakukan, maka salah satu isu penting yang harus dapat dibuktikan
adalah adanya nilai ekonomi yang tinggi di dalam KIK dimaksud sehingga berpotensi untuk
dieksploitasi secara komersial.
Kekayaan Intelektual Kepemilikan Komunal :
1) Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2017 tentang Data Kekayaan Intelektual Komunal, Ekspresi Budaya Tradisional adalah
segala bentuk ekspresi karya cipta, baik berupa benda maupun tak benda, atau kombinasi
keduanya yang menunjukkan keberadaan suatu budaya tradisional yang dipegang secara
komunal dan lintas generasi.
2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 13 Tahun 2017 tentang Data
Kekayaan Intelektual Komunal, Pengetahuan Tradisional adalah karya intelektual di
bidang pengetahuan dan teknologi yang mengandung unsur karakteristik warisan
tradisional yang dihasilkan, dikembangkan dan dipelihara oleh komunitas atau
masyarakat tertentu.
3) Sumber Daya Genetik adalah tanaman/tumbuhan, hewan/binatang, jasad renik atau
bagian-bagiannya yang mempunyai nilai nyata atau potensial. Yang dimaksud dengan
nilai nyata atau potensial adalah kegunaan dalam hal bermanfaat dalam kehidupan
manusia.
4) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 13 Tahun 2017 tentang Data
Kekayaan Intelektual Komunal, Potensi Indikasi Geografis didefinisikan sebagai suatu
tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang dan/atau produk yang karena faktor
lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua
37
faktor tersebut, memberikan reputasi, kualitas dan karakteristik tertentu pada barang
dan/atau produk yang dihasilkan yang memiliki potensi untuk dapat dilindungi dengan
Indikasi Geografis. Indikasi geografis adalah suatu ekspresi yang menghubungkan asal
produk dengan wilayah geografis tertentu yang dapat menjadi dasar bagi klaim suatu hak.
Indikasi geografis dalam pasal 22 ayat (1) Aspek Perdagangan Terkait Hak Kekayaan
Intelektual (TRIPS) adalah indikasi, yang mengidentifikasi suatu barang yang berasal dari
suatu wilayah anggota, atau suatu wilayah atau wilayah di wilayah itu, dimana kualitas,
reputasi atau karakteristik barang tertentu yang diberikan pada dasarnya berasal dari asal
geografisnya.
38
b) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
dampak negatif pemakaian barang/jasa.
c) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi.
d) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen, sehingga tumbuh sikap jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.
Hak konsumen
a) Hak konsumen
b) Hak mendapatkan pembinaan dan pendidikan
c) Hak untuk diperlakukan/dilayani dengan benar, jujur dan tidak diskriminatif
d) Hak mendapat kompensasi apabila barang/jasa yang diterima tidak sesuai
e) Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan
f) Hak untuk memilih barang/jasa yang diinginkan
g) Hak atas informasi yang benar mengenai barang/jasa
h) Hak mendapat perlindungan apabila terjadi sengketa perlindungan konsumen secara
patut
39
E-Commerce
Pengertian E-Commerce
Electronic Commerce (E-Commerce) secara umum merupakan kegiatan bisnis
(perniagaan/ perdagangan) atau jasa yang berhubungan erat dengan konsumen (Consumers),
Manufaktur, Internet Service Provider (ISP) dan Pedagang Perantara (Intermediateries)
dengan menggunakan media elektronik. Dalam hal ini media elektronik utama dengan
menggunakan internet.
Ruang lingkup E-Commerce
a) Konsep Business To Business (B2B), transaksi secara elektronik antara entitas atau objek
bisnis yang satu ke objek bisnis yang lainnya.
b) Konsep Customer To Customer (C2C), merupakan sistem transaksi dan komunikasi antar
perorangan.
c) Konsep Business To Customer (B2C), mempunyai karakteristik terbuka untuk umum,
dimana informasi disebarkan ke umum.
40
d) User interface, pada sisi pengguna, sistem komunikasi klient harus dilengkapi dengan
perangkat lunak browser untuk mengakses data pada situs web. seperti Google,
Firefox, dsb.
Manfaat E-Commerce
a) Bagi konsumen, seorang konsumen tidak perlu upaya keluar rumah untuk membeli
barang kebutuhannya, hanya dengan melihat produk di Online Shop yang berbasis E-
Commerce. Serta transaksi ini dapat dilakukan 24 jam.
b) Bagi masyarakat, E-Commerce memungkinkan seseorang berbisnis tanpa keluar
rumah, dengan bermodal komputer.
c) Bagi bisnis, dalam E-commerce, perusahaan dapat mengembangkan usahanya ke
daerah bahkan negara lain yang tentunya dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.
Kelemahan E-Commerce
a) Biaya tinggi
b) Kekhawatiran akan masalah keamanan
c) Piranti lunak yang belum tersedia
41
DAFTAR ISI
HUKUM DAGANG..........................................................................................1
PERUSAHAAN.................................................................................................2
Pengertian Perusahaan......................................................................2
PEMBUKUAN...................................................................................................4
BADAN USAHA.............................................................................................18
42
Bentuk, fungsi badan usaha (PPT Ibu) ..........................................18
E-Commerce...................................................................................39
43
HUKUM DAGANG
PRA UTS
-Meylani Kartika-
44
45