Anda di halaman 1dari 49

KEBIJAKAN PENYUSUNAN

PERATURAN PERUSAHAAN

Kasubdit PP dan PKB


Direktorat Persyaratan Kerja
Ditjen PHI dan Jamsos

2017
Pembangunan Ketenagakerjaan

Pembangunan Manusia
(salah satunya
individu pekerja/buruh)
TUJUAN
PEMBANGUNAN
NASIONAL Pembangunan
Masyarakat
(salah satunya pelaku
Hubungan Industrial)

• Terpenuhinya hak-hak dan kewajiban


mendasar bagi tenaga kerja dan Pembangunan
pekerja/buruh. Ketenagakerjaan
• Pada saat bersamaan dapat (melalui Hubungan
menciptakan kondisi yang kondusif Industrial harmonis
bagi pengembangan dunia usaha. dinamis berkeadilan)
Page  2
Arah Tujuan Pembinaan
Hubungan Industrial
1. Mewujudkan hubungan industrial
yang harmonis, dinamis dan
berkeadilan
2. Peningkatan Kesejahteraan
Pekerja/Buruh dan Keluarga
3. Menjamin kelangsungan dan
pengembangan usaha
4. Penghargaan terhadap Hak Asasi
Manusia di tempat kerja (seperti
hak berserikat)
Page  3
Sarana Hubungan Industrial
LKS
Organisasi
Biparti
Pengusaha
t
LKS
SP/SB
Tripartit

PKB Lembaga
PPHI
Sarana
HI Per
PP UU

Page  4
Normatif Ketenagakerjaan

• Aturan atau kaidah yang diatur


dalam peraturan perundang-
undangan merupakan aturan
Berdasarkan normatif
Peraturan
Perundangan

• Aturan atau kaidah yang belum


diatur oleh peraturan perundang-
undangan, namun diatur didalam PP
Melalui atau PKB, maka hal itu menjadi
PP dan PKB aturan normatif
Norma Hubungan Kerja

Hubungan Kerja
Adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh
berdasarkan Perjanjian Kerja, yang mempunyai unsur
pekerjaan, upah dan perintah.

Pekerjaan Upah Perintah


lanjutan

STATUS
HUBUNGAN
KERJA

PERJANJIAN PERJANJIAN
KERJA WAKTU KERJA WAKTU
TERTENTU TIDAK TERTENTU
(PKWT) (PKWTT)
lanjutan

SIFAT
PKWT

SEKALI PRODUK HARIAN


SELESAI/SIFAT MUSIMAN
BARU LEPAS
NYA
SEMENTARA
lanjutan

Pencatatan PKWT

1. Pengusaha wajib mencatatkan PKWT


kepada instansi ketenagakerjaa
kabupaten/kota paling lambar 7 hari sejak
ditandatangani.

2. Daftar nama pekerja dengan perjanjian


kerja harian lepas
lanjutan

PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK


TERTENTU (PKWTT)
1. PKWTT dapat mensyaratkan masa percobaan kerja paling
lama 3 (tiga) bulan dan dalam masa percobaan tersebut
pengusaha dilarang membayar upah dibawah upah minimum
yang berlaku.

2. Dalam hal PKWTT dibuat secara lisan, maka pengusaha


wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja/buruh
yang bersangkutan, sekurang-kurangnya memuat
keterangan:
1) nama dan alamat pekerja/buruh;
2) tanggal mulai bekerja;
3) jenis pekerjaan; dan
4) besarnya upah.
lanjutan

SANKSI

Pelanggaran pelaksanaan PKWT demi hukum


berubah status hubungan kerja dari PKWT menjadi
PKWTT

PUTUSAN MK NO. VII TAHUN 2014


(penetapan perubahan status
hubungan kerja) :
- Bipartit
- Nota Pemeriksaan Pengawas
- Pengadilan Negeri
lanjutan

BERAKHIRNYA PERJANJIAN KERJA

1. Pekerja meninggal dunia


2. Berakhirnya jangka waktu
3. Putusan pengadilan
4. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang
diperjanjikan.
Norma
Fasilitas Kesejahteraan Pekerja

 Salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan


pekerja/buruh selain upah.
 Merupakan amanat dari Pasal 100 UU No. 13 Tahun
2013. Jenis dan ukuran kriteria fasilitas kesejahteraan
pekerja/buruh selanjutnya akan diatur dalam
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Fasilitas
Kesejahteraan Pekerja/Buruh.
 Wajib dilakukan oleh perusahaan, yang disesuaikan
dengan kemampuan perusahaan dan kebutuhan
pekerja/buruh
lanjutan

Fasilitas kesejahteraan pekerja/buruh


meliputi:
1. Fasilitas kantin
2. Tempat istirahat
3. Pelayanan KB
4. Tempat penitipan anak
5. Tempat ibadah
6. Fasilitas Kesehatan
7. Fasilitas rekreasi dan hiburan
8. Fasilitas perumahan
9. Fasilitas transportasi
lanjutan
Tabungan Perumahan Rakyat
(UU No.4 Tahun 2016)
 UU No. 4 Tahun 2016 (UU Tapera);
 Tapera adalah penyimpanan oleh peserta secara periodik yang
hanya dimanfaatkan untuk pembiayaan perumahan dan/atau
dikembalikan berikut hasil pemupukannya setelah kepesertaan
berakhir;
 Persyaratan untuk mendapatkan pembiayaan perumahan yaitu :
1). Masa kepesertaan paling singkat 12 bulan, 2). Termasuk
golongan masyarakat berpenghasilan rendah, 3). Beluk memiliki
rumah
 Setiap pekerja dan pekerja mandiri yang berpenghasilan paling
sedikit sebesar UM wajib menjadi peserta Tapera. Pekerja
mandiri berpenghasilan dibawah UM dapat menjadi peserta
Tapera.
 Sanksi yang diterapkan adalah Administratif (diberikan kepada
peserta dan pemberi kerja)
Norma Kesetaraan Kerja

1. Pasal 5 dan 6 UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan :


 Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa
diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan ddan kehidupan yang
layak tanpa membedakan jenis kelamin
 Pengusaha harus memenuhi hak dan kewajiban pekerja/buruh
tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, warna kulit
dan aliran politik.

2. Konvensi ILO 100 Tahun 1951:


Melarang diskriminasi upah untuk pekerjaan yang setara antara laki-
laki dan perempuan
3. Konvensi ILO 111 Tahun 1958 (Diratifikasi UU No.21 Tahun 1999)
Melarang diskriminasi dalam pemberian kesempatan dan perlakuan
dalam Pekerjaan dan Jabatan berdasarkan asal muasal termasuk
jenis kelamin
Peraturan Perusahaan
adalah ????

Peraturan yang dibuat secara tertulis oleh


Pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja
dan tata tertib kerja

Page  17
DASAR HUKUM PEMBUATAN PP

1. Undang – Undang Nomor 13 Tahun


2003 tentang Ketenagakerjaan;
2. Permenaker Nomor 28 Tahun 2014
tentang Tata Cara Pembuatan dan
Pengesahan PP serta Pembuatan
dan Pendaftaran PKB.

Page  18
18
PRINSIP-PRINSIP DALAM PEMBUATAN
PP
 Tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Lebih baik dari peraturan perundang-undangan
yang berlaku
 Tidak Diskriminatif
 Memiliki pelaksanaan peraturan perundang-
undangan yang berlaku

Page  19
Peran dan Fungsi Pembuatan PP

 Kepastian hak dan kewajiban antara


Pengusaha dan Pekerja/Buruh
 Sarana peningkatan kesejahteraan
pekerja/buruh dan keluarganya
 Instrumen penyelesaian keluh kesah
ditingkat pengusaha dan pekerja/buruh
 Mengatur pelaksanaan hubungan kerja
antara pengusaha dan pekerja/buruh dan
antara sesama pekerja/buruh
 Mewujudkan ketenangan bekerja dan
ketenangan berusaha

Page  20
KETENTUAN PEMBUATAN
PERATURAN PERUSAHAAN

1. Perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-


kurangnya 10 orang wajib membuat PP
2. Berlaku sejak disahkan oleh Menteri atau pejabat yang
bertanggungjawab dibidang Ketenagakerjaan
3. Tidak berlaku bagi perusahan yang telah memiliki PKB
4. Disusun dan merupakan tanggungjawab dari pengusaha
yang bersangkutan

Page  21
21
MASA BERLAKU PERATURAN PERUSAHAAN

 Berlaku paling lama 2 (dua) tahun

 Wajib dilakukan pembaharuan setelah masa


berlaku Peraturan Perusahaan berakhir

 Selama masa berlaku PP apabila di perusahaan


menghendaki pembuatan PKB, maka
pengusaha wajib melayani

 Dalam hal perundingan PKB tidak mencapai


kesepakatan, maka PP tetap berlaku sampai
habis jangka waktu berlakunya

Page  22
Hak dan
Jangka Kewajiba
waktu n
berlaku Pengusa
ISI ha
PERATU
RAN
PERUSA
HAAN Hak dan
Tata
Kewajiba
Tertib
n
Perusaha
Pekerja/
an
Buruh
Syarat
Kerja

Page  23
Tahap Persiapan

(1) Membentuk Tim pembuatan peraturan


perusahaan;
(2) Menginventarisir peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dan
peraturan perusahaan;
(3) Menginventarisir materi peraturan perusahaan
yang berkaitan dengan syarat-syarat kerja dan
hak serta kewajiban di perusahaan;
(4) Menyusun Draft Peraturan Perusahaan

 
Page  24
24
Tahap Penentuan Wakil Pekerja/Buruh

(1) Apabila di perusahaan telah memiliki Serikat Pekerja (SP) dan


beranggotakan lebih 50% dari total pekerja, maka yang mewakil
seluruh pekerja untuk memberikan saran dan pertimbangan
adalah pengurus SP.
(2) Apabila anggota SP kurang dari 50% dari total pekerja, maka
selain pengurus SP, wakil pekerja (non SP) yang telah dipilih
secara demokratis juga berhak memberikan saran dan
pertimbangan;
(3) Apabila di perusahaan tidak memiliki SP, maka seluruh pekerja
memilih perwakilan dari masing-masing unit kerja secara
demokratis untuk memberikan saran dan pertimbangan;

Page  25
25
Tahap Permintaan Saran dan Pertimbangan

(1) Perusahaan wajib meminta saran dan pertimbangan kepada


Serikat Pekerja (SP) dan/atau Wakil Pekerja terhadap draft PP
yang dibuat oleh Perusahaan (buatkan bukti tanda terima);
(2) SP dan/atau Wakil Pekerja menyampaikan saran dan
pertimbangan kepada perusahaan paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja sejak menerima draft PP. Apabila dalam jangka waktu
tersebut SP dan/atau Wakil Pekerja belum menyampaikan saran
dan pertimbangan kepada perusahaan, maka dianggap
menerima draft PP yang dibuat perusahaan;
(3) Perusahaan dapat menerima atau tidak atas saran dan
pertimbangan dari SP atau Wakil Pekerja.

 
Page  26
26
Permasalahan Dalam Pembuatan
PP Materi PP
A. Permasalahan Dalam

1. Bentuk atau model penyusunan PP belum ada yang


baku sehingga masih terdapat susunan materi PP yang
tidak sistematis;
2. Materi PP yang hanya memuat norma dasar (normatif)
yang diatur peraturan perundangan dan tidak memuat
hal-hal yang lebih rinci sesuai kebutuhan dan kondisi
perusahaan;
3. Materi PP yang kualitasnya lebih rendah atau
bertentangan dengan peraturan perundangan.

Page  27
Materi Wajib Dalam PP
(berdasarkan UU No.13 Tahun 2003)

 Waktu Kerja Waktu Istirahat


 Istirahat / Cuti
 Kesempatan Laktasi Bagi Ibu Menyusui
 Komponen Upah
 Uang Pisah
 Surat Peringatan
 Kesalahan Berat
 Usia Pensiun
Page  28
Materi Yang Dapat Diatur Dalam PP
(berdasarkan PP No. 78 Tahun 2015)
PASAL 8 ayat (2) tentang pemberian bonus :
Penetapan perolehan bonus untuk masing-masing Pekerja/Buruh
diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama

Pasal 9 Ayat (3) tentang fasilitas kerja :


Penyediaan fasilitas kerja dan pemberian uang pengganti fasilitas
kerja diatur dalam PK, PP atau PKB

Pasal 14 Ayat (4) tentang struktur dan skala upah :


Struktur dan skala Upah harus dilampirkan oleh Perusahaan pada
saat permohonan:
a. Pengesahan dan pembaharuan Peraturan Perusahaan, (PP)
atau;
b. Pendaftaran, perpanjangan, dan pembaharuan Perjanjian
Page  29 Kerja Bersama (PKB).
Lanjutan........

Pasal 18 Ayat (2) tentang Waktu Pembayaran Upah :


Dalam hal hari atau tanggal yang telah disepakati jatuh pada hari
libur atau hari yang diliburkan, atau hari istirahat mingguan,
pelaksanaan pembayaran Upahdiatur dalam Perjanjian Kerja,
Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama

Pasal 21 Ayat (2) & (3) tentang tempat pembayaran upah :


Pembayaran Upah dilakukan pada tempat yang diatur dalam
Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
Bersama.
Dalam hal tempat pembayaran Upah tidak diatur dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama, maka
pembayaran Upah dilakukan di tempat Pekerja/Buruh biasanya
bekerja

Page  30
Lanjutan...........

Pasal 32 : Pengaturan pelaksanaan Pasal 24 s.d. 31 ditetapkan


dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian
Kerja Bersama
• Pasal 24 : Upah Pekerja/buruh tidak masuk bekerja atau tidak
melakukan pekerjaan, seperti : Mangkir, Sakit, Menggunakan
Hak Istirahat/cuti (mingguan, tahunan, haid, melahirkan,
keguguran, istirahat panjang), menikah, anak menikah, istri
melahirkan/keguguran, khitanan, pembaptisan, anggota
keluarga meninggal, menjalankan tugas negara, ibadah,
melaksanakan kegiatan SP/SB (bukti tertulis), tugas pendidikan
dari perusahaan
• Pasal 25 : Pengusaha wajib membayar Upah apabila
Pekerja/Buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah
dijanjikan, tetapi Pengusaha tidak mempekerjakannya, karena
kesalahan sendiri atau kendala yang seharusnya dapat dihindari
Pengusaha.

Page  31
Lanjutan...........
• Pasal 26 : Upah Pekerja/buruh yang sakit berkepanjangan,
pekerja perempuan yang istirahat haid, menikah, anak menikah,
istri melahirkan/keguguran, khitanan, pembaptisan, anggota
keluarga meninggal.
• Pasal 27 : Upah Pekerja/buruh yang menjalankan kewajibannya
terhadap negara wajib memberitahukan secara tertulis kepada
Pengusaha.
• Pasal 28 : Pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh
yang tidak bekerja karena menjalankan ibadah sesuai perintah
agamanya dengan ketentuan hanya sekali selama
pekerja/buruh bekerja di Perusahaan
• Pasal 29 : Pengusaha wajib membayar upah Pekerja/Buruh
yang tidak bekerja karena melaksanakan tugas SP/SB
• Pasal 30 : Pengusaha wajib membayar upah Pekerja/Buruh
yang tidak bekerja karena melaksanakan tugas pendidikan dari
Perusahaan.
• Pasal 31 : Pengusaha wajib membayar upah Pekerja/Buruh
yang tidak bekerja karena melaksanakan hak waktu istirahatnya
Page  32
Lanjutan...........

• Pasal 36 Ayat (2) tentang pajak penghasilan : Pajak


penghasilan dapat dibebankan kepada Pengusaha atau
Pekerja/Buruh yang diatur dalam PK, PP atau PKB.

• Pasal 51 hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah :


denda, ganti rugi, pemotongan upah untuk pihak ketiga, uang
muka upah, sewa rumah / barang milik perusahaan, hutang
pekerja/buruh dan kelebihan pembayaran upah dilaksanakan
sesuai dengan PK, PP atau PKB.

 Pasal 53 s/d 58 tentang Pengenaan denda dan pemotongan


upah :
Pelanggaran terhadap PK, PP dan PKB dikenakan denda jika
diatur secara tegas didalam PK, PP dan PKB berikut jenis
pelanggarannya (berlaku untuk pengusaha dan pekerja/buruh)
Pemotongan Upah dilakukan sesuai dengan PK, PP dan PKB.
Page  33
Lanjutan
B. Permasalahan Dalam Formil Pembuatan
PP
1. Seringkali penentuan keterwakilan pekerja/buruh
ditentukan atau ditunjuk oleh Pengusaha dan bukan
oleh Pekerja/Buruh;
2. Perusahaan yang terdapat SP/SB, namun SP/SB
tersebut tidak bersedia memberikan saran dan
pertimbangan dikarenakan alasan ingin berunding
PKB, sementara sesuai peraturan perundang-
undangan SP/SB tersebut belum memenuhi syarat
untuk berunding PKB;
3. SP/SB menganggap bahwa saran dan pertimbangan
dari SP/SB adalah mutlak harus dipenuhi oleh
Pengusaha.
Page  34
Pengaturan Uang Pisah (UU 13 Tahun 2003)

Pasal 162
(mengundurkan diri)
Pasal 168
(dikualifikasikan mengundurkan diri)
Pasal 158
(Kesalahan Berat)

Pasal 158 tidak mempunyai


kekuatan hukum mengikat
sesuai Putusan MK No. 012/PUU-I/2003

Page  35
35
PERUBAHAN PP

Perubahan PP hanya dapat dilakukan atas dasar


kesepakatan pengusaha dan wakil pekerja atau
SP/SB.

Perubahan PP harus mendapat pengesahan dari


Instansi yang bertanggungjawab dibidang
ketenagakerjaan.

Page  36
PEMBAHARUAN PP

 PP yang telah habis masa berlakunya wajib dilakukan


pembaharuan

 Dalam pembaharuan PP, apabila terdapat pembaharuan


materi PP sebelumnya, pembaharuan tersebut didasarkan
atas kesepakatan pengusaha dengan wakil pekerja/buruh

 Pengusaha wajib mengajukan pembaharuan PP paling lama


30 hari kerja sebelum berakhir masa berlakunya PP kepada
pejabat yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan,
pembaharuan dilakuka setiap 2 tahun sekali.

 Tidak dilakukan perpanjangan kecuali dalam hal permintaan


perundingan PKB

Page  37
TAHAP PENGESAHAN PP

Page  38
38
Kompetensi Relatif Pengesahan PP
Pasal 7 Permenaker No.28 Tahun 2014 :

(1) Pengesahan PP dilakukan oleh:


a. Kepala SKPD bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota,
untuk perusahaan yang terdapat hanya dalam 1 (satu)
wilayah kabupaten/kota;
b. Kepala SKPD bidang ketenagakerjaan provinsi, untuk
perusahaan yang terdapat pada lebih dari 1 (satu)
kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi;
c. Direktur Jenderal, untuk perusahaan yang terdapat pada
lebih dari 1 (satu) provinsi.
 
(2) Direktur Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dapat mendelegasikan kewenangan pengesahan PP kepada
Direktur yang menyelenggarakan urusan di bidang persyaratan
kerja.
 
Page  39
39
Alur Proses Pengesahan PP
Pengembalian Berkas (Dokumen tidak
Pengusaha
lengkap atau materi PP bertentangan
mengajukan dengan per-UU-an)
Seksi PP meneliti
permohonan
kelengkapan
pengesahan PP
dokumen dan me-
dilengkapi dengan
review materi PP
naskah PP beserta
dokumen lainnya

Berkas dinyatakan
lengkap dan materi
PP tidak
Paling lama 6
bertentangan
hariperaturan
dengan kerja
per-UU-an

Pembuatan dan
Penyerahan SK
Tanda Tangan SK
Pengesahan PP dan
Pengesahan PP oleh
Naskah PP
Pejabat Berwenang

Paling lama 5
hari kerja
Page  40
.....Lanjutan Tahap Pengesahan PP
Dokumen Persyaratan :
a. Surat permohonan pengesahan PP;
b. Naskah PP yang telah ditandatangani oleh Pengusaha
(1 rangkap pada saat pengajuan awal untuk di-review dan
3 rangkap setelah perbaikan);
c. Naskah PP lama dan SK lama (apabila pembaharuan PP);
d. Bukti telah dimintakan saran dan pertimbangan dari SP/SB
dan/atau wakil Pekerja/Buruh apabila tidak ada SP/SB;
e. Daftar Cabang / unit kerja / perwakilan perusahaan;
f. Surat Pernyataan tidak ada SP/SB (jika tidak ada SP/SB di
Perusahaan);
g. Melampirkan Struktur dan Skala Upah (Pasal 14 Ayat 4 PP
No.78 Tahun 2015);
h. Surat Kuasa dari pimpinan perusahaan bagi yang mengurus
pengesahan PP.
Page  41
TAHAP SOSIALISASI PP

1. Setelah PP tersebut mendapat pengesahan,


maka pengusaha harus memperbanyak /
menggandakan naskah PP
2. Selanjutnya dilakukan sosialisasi oleh
pengusaha dan wakil pekerja atau SP/SB dan
Membagikan PP kepada seluruh
Pekerja/Buruh
3. Menjelaskan materi PP tersebut kepada
seluruh Pekerja/Buruh

Page  42
Permasalahan Dalam Proses dan Pasca
Pengesahan PP
1. Seringkali pengusaha memberikan kuasa
kepada Agent atau Kurir untuk pengurusan
pengesahan PP, sehingga petugas pelayanan
kesulitan apabila ada yang hendak ditanyakan
atau butuh konfirmasi perusahaan sehingga
mengakibatkan proses pengesahan terhambat;
2. PP yang telah disahkan tidak disosialisasikan
oleh Manajemen kepada seluruh pekerja/buruh;
3. SP/SB tidak mengakui PP yang telah disahkan
bahkan menuntut untuk mencabut pengesahan
PP dikarenakan saran dan pertimbangannya
tidak diakomodir oleh Perusahaan.

Page  43
SANKSI
Pasal 188 UU No.13 Tahun 2003 :
(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam :
• Pasal 108 ayat (1) tentang kewajiban pembuatan PP
• Pasal 111 tentang pembaharuan PP
• Pasal 114 tentang kewajiban sosialisasi PP
Dikenakan sanksi pidana denda paling sedikit Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak pidana
pelanggaran

Pasal 59 Ayat (1) huruf f dan Ayat (2) PP No.78 Tahun 2015 :
Tidak menyusun SUSU dan tidak mensosialisasikannya dikenakan Sanksi
Administratif, berupa :
a. Teguran Tertulis; mu San
b. Pembatasan Kegiatan Usaha; lai ksi
23 be
Ok rlak
c. Penghentian Sementara Sebagian atau Seluruh Alat Produksi; tob u
er
d. Pembekuan Kegiatan Usaha 20
17
Page  44
POLA UMUM KERANGKA MATERI PP
NO BAB JUDUL BAB
1 BAB I Pendahuluan
• Profil Perusahaan
• Maksud dan Tujuan
2 BAB II Umum
• Definisi
• Ruang Lingkup
3 BAB III Hubungan Kerja
• Masa Percobaan
• Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
• Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT
• Usia Pensiun
4 BAB IV Hari Kerja dan Jam Kerja
• Hari Kerja
• Jam Kerja
• Waktu Kerja Shift 45
Page  45
• Kerja Lembur
NO BAB JUDUL BAB
5 BAB V Pengupahan
• Komponen Upah
• Peninjauan Upah
• Upah Lembur
• Tunjangan Hari Raya Keagamaan
• Pemotongan Upah
6 BAB VI Istirahat / Cuti dan Ijin
• Istirahat Tahunan
• Istirahat Haid, Istirahat Melahirkan / Keguguran
• Istirahat Panjang
• Ijin dengan mendapat / tidak mendapat upah penuh
7 BAB VII Pengembangan Karir
• Program Pelatihan dan Peningkatan Skill serta
Kompetensi
• Promosi, Mutasi dan Demosi
• Beasiswa Pendidikan
46
Page  46
• Evaluasi dan Penilaian Kinerja Karyawan
NO BAB JUDUL BAB
8 BAB VIII Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
• Jaminan Kesehatan Karyawan dan Iuran
• Pemeriksaan Kesehatan Berkala
• Ketentuan Keamanan dan Keselamatan Kerja
• Peralatan Pelindung Diri
9 BAB IX Jaminan Sosial dan Kesejahteraan Ketenagakerjaan
• Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian,
Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun
• Iuran Jaminan
• Prosedur Klaim
10 BAB X Kedisiplinan dan Sanksi
• Tata Terib dan Larangan
• Surat Peringatan dan Jenis Pelanggaran
• Denda dan Ganti Rugi

Page  47
47
NO BAB JUDUL BAB
11 BAB XI Pemutusan Hubungan Kerja
• Skorsing
• Jenis – Jenis PHK beserta Hak- Hak Pekerja
• Penetapan PHK
12 BAB XII Penyampaian Keluh Kesah
• Bipartit
• Tripartit
• Lembaga Peradilan
13 BAB XIII Penutup
• Masa Berlaku PP
• Pembaharuan dan Perpanjangan PP
• Sosialisasi PP

Page  48
48
Terima Kasih

Page  49

Anda mungkin juga menyukai