Anda di halaman 1dari 19

Bahan Sosialisasi

UNDANG-UNDANG
CIPTA KERJA
KLASTER
KETENAGAKERJAAN
P R INSIP U M U M

Dalam rangka penguatan perlindungan


kepada tenaga kerja dan meningkatkan peran
dan kesejahteraan pekerja/buruh dalam
mendukung ekosistem investasi
PRINSIP U M U M

Penyusunan ketentuan klaster ketenagakerjaan


memperhatikan hasil putusan Mahkamah Konstitusi atas uji
materi UU 13/2003.

Ketentuan mengenai sanksi Ketenagakerjaan dikembalikan


Kepada UU 13/ 2003 dengan penyesuaian ketentuan sanksi di
bidang perizinan & putusan Mahkamah Konstitusi
SAS ARAN UU CIPTA KERJA

Bagi Tenaga Kerja Bagi Pekerja/Buruh Bagi Pekerja/Buruh


Belum Bekerja Existing Yang Mengalami
PHK
Terbuka kesempatan Kelangsungan bekerja
kerja yang lebih luas dan peningkatan Peningkatan perlindungan
perlindungan hak dalam hal terjadi PHK
pekerja/buruh
PEMBENAHAN UU SEBELUMNYA

Dalam klaster ketenagakerjaan, UU CIPTA KERJA mengubah,


menghapus dan menetapkan pengaturan baru terhadap
beberapa ketentuan yang diatur sebelumnya dalam 4 Undang-
Undang, yaitu:
1. UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan;
2. UU 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
3. UU 24/2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
4. UU 18/2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia

Pasal-pasal yang ada dalam UU eksisting sepanjang tidak


diubah dan dihapus oleh UU CIPTA KERJA, tetap berlaku.
Substansi Pokok Klaster Ketenagakerjaan

2. Perjanjian waktu tertentu


1. Tenaga KerjaAsing

3. Alih Daya 4. Waktu Kerja dan


Waktu Istirahat

5. UpahMinimum 6. PHK, Pesangon dan JKP

7. PengenaanSanksi
8. Perizinan di Bidang
Ketenagakerjaan
TENAGA KERJA ASING

• Ketentuan mengenai Rencana • Terdapat perubahan ketentuan


Penggunaan Tenaga Kerja Asing mengenai TKA yang dikecualikan
(RPTKA) tetap diatur. dari kewajiban membuat RPTKA.

Dalam UU Cipta Kerja, ketentuan TKA yang dikecualikan dari kewajiban membuat RPTKA meliputi:
1. Direksi atau komisaris dengan kepemilikan saham tertentu atau pemegang saham sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Pegawai diplomatik dan konsuler pada kantor perwakilan negara asing; atau
3. TKA yang dibutuhkan oleh Pemberi Kerja pada jenis kegiatan produksi yang terhenti karena
keadaan darurat, vokasi, start-up berbasis teknologi, kunjungan bisnis, dan penelitian untuk
jangka waktu tertentu

7
PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)
(1/2)
1. PKWT tetap diatur berdasarkan jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan
tertentu.
2. PKWT hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan
sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu dan
tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.
3. Syarat PKWT tetap mengacu pada Pasal 59 UU 13/2003 tentang
Ketenagakerjaan dengan penyesuaian terhadap perkembangan kebutuhan
dunia kerja.
Catatan:
Syarat PKWT dalam Pasal 59 UU CK terkait pekerjaan tertentu yang akan diformulasikan kembali meliputi:
a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
b. pekerjaaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama;
c. pekerjaan yang bersifat musiman; atau
d. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam
percobaan atau penjajakan.
e. Pekerjaan yang jenis dan sifat atau kegiatannya bersifat tidak tetap.

8
PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)
(2/2)

4. Pekerja/buruh PKWT berhak atas uang kompensasi


PKWT sesuai dengan masa kerja pekerja/buruh di
perusahaan yang bersangkutan.
5. Pemberian uang kompensasi tersebut diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

Catatan:
Dalam PP akan diatur bahwa uang kompensasi diberikan dengan ketentuan:
a. masa kerja 1 tahun atau lebih, maka uang kompensasi diberikan sebesar 1 bulan
upah untuk 1 tahun masa kerja dan berlaku untuk jangka waktu masa kerja
berikutnya.
b. masa kerja kurang dari 1 tahun atau masa kerja tahun berikutnya kurang dari 1
tahun, maka uang kompensasi diberikan secara proporsional.

9
ALIH DAYA (OUTSOURCING)

1. UU Cipta Kerja tetap mengatur hubungan kerja dalam alih daya yaitu berdasarkan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu atau Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu.
2. Perlindungan pekerja/buruh, upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan
yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan alih daya.
3. Perusahaan alih daya yang mempekerjakan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja
waktu tertentu, dalam perjanjian kerjanya tersebut harus mensyaratkan pengalihan
pelindungan hak-hak bagi pekerja/buruh apabila terjadi pergantian perusahaan alih daya
dan sepanjang objek pekerjaannya tetap ada.

Catatan:
Yang dimaksud dengan pengalihan pelindungan hak-hak bagi pekerja/buruh yaitu perusahaan
alih daya yang baru memberikan pelindungan hak-hak bagi pekerja/buruh minimal sama
dengan hak-hak yang diberikan oleh perusahaan alih daya sebelumnya.
Yang dimaksud obyek pekerjaannya tetap ada adalah pekerjaan yang ada pada 1 (satu)
perusahaan pemberi pekerjaan yang sama.
10
WAKTU KERJA WAKTU ISTIRAHAT

1. Waktu kerja tetap diatur sesuai UU 13/2003 dan disesuaikan dengan


perkembangan kebutuhan dunia kerja.
2. Untuk sektor usaha atau pekerjaan tertentu dapat memberlakukan waktu
kerja kurang atau lebih dari 7 atau 8 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu, yang
ketentuannya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.
3. Pengusaha tetap wajib memberi waktu istirahat dan cuti bagi
pekerja/buruh.
4. Waktu kerja lembur diatur paling banyak 4 jam dalam 1 hari dan 18 jam
dalam 1 minggu.

11
UPAH MINIMUM

1. Upah Minimum Provinsi (UMP) WAJIB ditetapkan oleh Gubernur.


2. Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) TETAP ADA. Penetapannya berdasarkan syarat
tertentu yaitu dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi daerah dan inflasi
daerah yang bersangkutan serta harus lebih tinggi dari UMP.
3. Kenaikan Upah Minimum dihitung dengan menggunakan formula perhitungan upah
minimum yang memuat variabel pertumbuhan ekonomi atau inflasi.
4. Setelah RUU Cipta Kerja disahkan, bagi daerah yang telah menetapkan UMS, maka UMS
yang telah ditetapkan tersebut tetap berlaku.
5. Bagi usaha mikro dan kecil berlaku upah berdasarkan kesepakatan antara pengusaha
dan pekerja, sekurang kurangnya sebesar persentase tertentu dari rata-rata konsumsi
masyarakat.

12
PHK & PESANGON PHK

1. Syarat-syarat PHK tetap mengacu pada UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan dan


Putusan Mahkamah Konstitusi.
2. Besarnya kompensasi PHK tetap diatur dan akan dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah.
3. Selain kompensasi PHK, Pekerja/buruh yang ter-PHK mendapat perlindungan
berupa jaminan kehilangan pekerjaan

13
JAMINAN
KEHILANGAN
PEKERJAAN
1. Pelaksanaan Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP)
dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan dan
Pemerintah.
2. Sumber pendanaan JKP:
a. modal awal pemerintah;
b. rekomposisi iuran program jaminan sosial;
dan/atau
c. dana operasional BPJS Ketenagakerjaan.
3. Skema JKP ditentukan Pemerintah.

14
KETENTUAN
SANKSI

Ketentuan mengenai Sanksi (sanksi pidana dan


sanksi administratif) tetap diatur mengacu pada UU
eksisting, Mahkamah Konstitusi dan sinkronisasi
dengan peraturan di bidang perizinan

15
PERIZINAN
BERUSAHA

Ada 4 Perizinan Berusaha di Kementerian Ketenagakerjaan:

1. Lembaga Pelatihan Kerja (LPK)

2. Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta (LPTKS)

3. Perusahaan Alih Daya

4. Surat Izin Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia


(SIP3MI)

Terintegrasi dengan Online Single Submission (OSS)

16
TA H A PA N
S E L A N J U T N YA

Pemerintah segera menyusun peraturan


pelaksanaan UU Cipta Kerja dalam bentuk
Peraturan Pemerintah dan peraturan di bawahnya
serta akan melakukan pembahasan bersama
dengan Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan
organisasi pengusaha.
M AT E R I M U A T A N R A N C A N G A N P E R AT U R A N P E M E R I N T A H
Klaster Ketenagakerjaan

RPP TENTANG
RPP TENTANG HUBUNGAN KERJA,
RPP TENTANG
RPP TENTANG PENYELENGGARAAN
PENGGUNAAN WAKTU KERJADAN
PENGUPAHAN PROGRAM JAMINAN
TENAGA KERJA WAKTU ISTIRAHAT,
(REVISISEBAGIAN KEHILANGAN
ASING (BARU) SERTA PEMUTUSAN
PP 78/2015) PEKERJAAN/JKP
HUBUNGAN KERJA
(BARU)
(BARU)
• Hubungan kerja berdasarkan • Perubahan ketentuan
• Syarat Penggunaan TKA perjanjian kerja waktu Upah Minimum (Dasar
tertentu (PKWT) dan
• Jangka waktu RPTKA dan tata cara Penetapan • Kriteria peserta
perjanjian kerja waktu tidak
tertentu (PKWTT); UMP dan UMK; syarat
• Jabatan tertentu dan program JKP
penetapan UMK,
waktu tertentu • Syarat-syarat PKWT;
• Pengaturan pemberian
formula perhitungan • Sumber pendanaan
• Pendidikan dan kenaikan UMP) JKP
kompensasi dalam PKWT;
pelatihan (transfer of
• Perlindungan pekerja/buruh • ketentuan upah per jam • Manfaat JKP (uang
knowledge) bagi pekerja
yang bekerja dalam alih daya; minimal
lokal pendamping TKA tunai, akses informasi
• Waktu Kerja dan waktu • Ketentuan upah bagi
• Pembinaan dan pasar kerja, pelatihan
istirahat yang berlaku bagi usaha mikro dan kecil
Pengawasan TKA jenis pekerjaan tertentu dan kerja)
sektor usaha tertentu. • Dewan Pengupahan
• Syarat, mekanisme, dan
kompensasi PHK
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai