Webinar

Regulasi & Strategi Pengupahan

Pasca PP 36 / 2021 ttg Pengupahan

Bersama:
Narasumber:
Wahyu Warsajaya
(Konsultan Ketenagakerjaan)
Moderator:
Dadang Budiaji
(Praktisi & Konsultan MSDM)

Kamis, 1 April 2021 pkl. 19 – 21 PM WIB

 UNDANG UNDANG NO 11 TAHUN 2020.
TENTANG CIPTA KERJA
KLASTER KETENAGA KERJAAN
DI TANDA TANGANI TANGGAL 5 OKTOBER 2020
DITETAPKAN SERTA DISAHKAN/BERLAKU
TANGGAL 2 NOVEMBER 2020
PERATURAN PEMERINTAH N0 36 TTG PENGUPAHAN
TERBIT/BERLAKU TANGGAL 2 FEBRUARI 2021
TANGGAL 1 April 2021
DISAMPAIKAN OLEH. WAHYU WARSAJAYA.
 UU Cipta Kerja
Sistematika Klaster Ketenagakerjaan & Prinsip Umum

Terdapat dalam Bab IV UU Cipta Kerja.

Disusun dalam rangka penguatan perlindungan kepada Prinsip Umum
tenaga kerja dan meningkatkan peran dan kesejahteraan o Penyusunan memperhatikan hasil putusan
pekerja/buruh dalam mendukung ekosistem investasi. Mahkamah Konstitusi atas uji materi UU
13/2003.
o Ketentuan sanksi ketenagakerjaan
dikembalikan pada UU 1 3 / 2003 (dengan
penyesuaian terhadap ketentuan sanksi di
Mengubah,menghapus,menetapkan Pengaturan baru terhadap bidang perizinan & putusan Mahkamah
beberapa ketentuan baru yang diatur sebelumnya dalam 4 UU, Konstitusi)
Yaitu:
1.UU No 13 Th 2003
Tentang Ketenaga Kerjaan
2.UU No 40/2004
Tentang Jaminan Sosial Nasional, Pasal-pasal yang ada dalam UU eksisting sepanjang tidak
3.UU No 24/2011 diubah dan dihapus oleh UU Cipta Kerja, maka pasal-
Ttg BPJS, pasal tersebut teta p berlaku.
4.UU No18/2017
Ttg Perlindungan Pekerja Migran
3
 KONDISI BATANG TUBUH UU NO. 13 TAHUN 2003
SETELAH DIUNDANGKAN UU NO 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA
29 PASAL DIHAPUS
NORMA HUKUM KETENAGAKERJAAN YANG TERDAPAT
30 PASAL PERUBAHAN DALAM UU CIPTA KERJA MERUPAKAN SATU KESATUAN
DENGAN NORMA DI DALAM UU KETENAGAKERJAAN
SEPANJANG TIDAK DINYATAKAN DIHAPUS ATAU DIUBAH. DENGAN
DEMIKIAN NORMA HUKUM KETENAGAKERJAAN YANG TERBARU 30 +
13 PASAL BARU 13 = 43 PASAL.

BAB XI
PASAL 102 -149 UU NO 13 TH BAB KETENAGA KERJAAN TERKAIT UU NO 13,
UU CIPTA KERJA NO 11 MENGAMANATKAN UU NO 11 CIPTA KERJA TIDAK
2003 TIDAK BERUBAH & TIDAK MENGUBAH UU PPHI
ADA YG DIHAPUS PEMBUATAN
18 PP
4 PP SUDAH TERBIT
PP N0 34. 35. 36.37 TH 2021
 UU Cipta Kerja
Klaster Ketenagakerjaan
Subtansi Pokok

1. TenagaKerjaAsing 5.UpahMinimum

2. Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu 6. PHK, Pesangon dan JKP

3. ALIH DAYA 7. Pengenaan Sanksi

8. Perizinan di Bidang
4. Waktu Kerja dan
Ketenagakerjaan
Waktu Istirahat

5
6
7
 UU Cipta Kerja
Ruang Lingkup & Sasaran
SASARAN PERLINDUNGANPEKERJA

RUANG LINGKUP(UMUM)
o Peningkatan ekosistem investasi
dan kegiatan berusaha;
o Peningkatan perlindungan d a n
Tenaga kerja Pekerja/buruh yang
kesejahteraan pekerja; Pekerja/buruh
o Kemudahan, pemberdayaan, dan yang belum bekerja mengalami
yang bekerja (eksisting)
perlindungan Koperasi dan UMKM; pemutusan
dan hubungan kerja
o Peningkatan investasi (PHK)
pemerintah dan percepatan
proyek strategis nasional.
Materi PeningkatanPerlindungan danKesejahteraan
Pekerja
1. Perlindung an pekerja untuk pekerja deng an perjanjian waktu kerja
tertentu,
2. Perlindungan hubungan kerja atas pekerjaan yang didasarkan alih daya,
3. Perlindungan pengupahan antara lain melalui upah minimum,
4. Perlindungan pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja; dan
5. Kemudahan perizinan bagi tenaga kerja asing yang memiliki keahlian
tertentu yang masih diperlukan untuk proses produksi barang atau jasa.

8
 POLEMIK BERLAKUNYA UU NO 11 TH 2020 TTG CIPTA KERJA BERLAKU 2 NOVEMBER 2020
DENGAN PP 35 TAHUN 2021 BERLAKU TANGGAL 2 FEBRUARI 2021

UNDANG UNDANG NO 12 TAHUN 2011

TENTANG PEMBENTUKAN PERUNDANG UNDANGAN
Undang Undang adalah Peraturan Perundang undangan yang dibentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden.

Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang undangan yang

ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang Undang sebagaimana
mestinya.
 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011
TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 7
(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
(2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
 PEMBERLAKUAN UU NO 11 CIPTA KERJA &
PERATURAN PEMERINTAH NO 34.35.36.37.
SERTA PERATURAN LAINNYA SEBAGAI PENUNJANG.
GUNA MENGHINDARI SALAH PENAFSIRAN
PEMBERLAKUAN KETENTUAN TERSEBUT, CANTUMKAN
DIDALAM :
❶ PERJANJIAN KERJA
❷PERATURAN PERUSAHAAN
❸ PERJANJIAN KERJA BERSAMA
 PENYESUAIAN PP.PKB.PK DGN UU CIPTA KERJA
KLASTER KETENAGAKERJAAN
– Perusahaan dapat melakukan Amandemen PP/PKB/PK, meski beresiko dalam
proses perundingannya.
– Amandemen dapat dilakukan atas kesepakatan bersama antara pengusaha dan
pekerja. Adapun amandemen tersebut bertujuan untuk menyesuaikan isi
PP/PKB/PK dengan UU Cipta Kerja melalui penambahan atau pengurangan
ketentuan untuk menjadi lebih baik.
– Amandemen dapat dilakukan setelah berakhirnya masa berlaku PP/PKB/PK,
sehingga dapat langsung direalisasikan.
 DAMPAK YANG TIMBUL APABILA PP/ PKB MENGATUR HAL YG
BERBEDA DENGAN UU CIPTA KERJA( KLASTER KETENAGA KERJAAN)
• PP DAN PKB BERLAKU SESUAI DENGAN MASA
BERLAKUNYA.
• UU CIPTA KERJA TIDAK MEMBATALKAN ISI PP.PKB.PK.
• UU CIPTA KERJA TIDAK MEWAJIBKAN PERUBAHAN
TEHADAP KAIDAH PP.PKB.PK
 PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36
TAHUN 2021
TENTANG PENGUPAHAN
 UMUM
❶UPAH MERUPAKAN SALAH SATU UNSUR ESENSIAL DALAM
HUBUNGAN KERJA,SELALU DIKAITKAN DG SUMBER
PENGHASILAN BAGI PEKERJA/BURUH UNTUK MENCAPAI
DERAJAT PENGHIDUPAN YG LAYAK BAGI DIRINYA
DAN KELUARGA
❷PEKERJA/BURUH BERHAK MEMPEROLEH PERLAKUAN YG
SAMA TANPA PERLAKUAN DISKRIMINASI
❸ PEKERJA/BURUH BERHAK MEMPEROLEH UPAH YG SAMA
UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA.
PP 36 PASAL 2
Dimensi Upah memiliki cakupan yang luas, baik yang berkaitan
dengan aspek pemenuhan kebutuhan dasar Pekerja/Buruh,
maupun yang berkaitan dengan aspek pertumbuhan ekonomi dan
perluasan kesempatan kerja.
Arah kebijakan pembangunan sistem pengupahan, menekankan
pada aspek pelindungan Upah bagi Pekerja/Buruh untuk mencapai
kesejahteraan dengan memperhatikan kemampuan Perusahaan dan
kondisi perekonomian nasional.
Dengan dasar tersebut maka diharapkan terwujud sistem
pengupahan yang berkeadilan.
 UPAH
Upah adalah hak Pekerja/Buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
Pengusaha atau pemberi kerja kepada Pekerja/Buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu Perjanjian Kerja,
kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan,
termasuk tunjangan bagi Pekerja/Buruh dan keluarganya
atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan
dilakukan.
 HUBUNGAN KERJA
ADALAH HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHA
DENGAN PEKERJA/BURUH BERDASARKAN
PERJANJIAN KERJA
MEMPUNYAI UNSUR
● PEKERJAAN
● UPAH
● PERINTAH
 PHK
Pemutusan Hubungan Kerja adalah
pengakhiran Hubungan Kerja karena suatu hal
tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak
dan kewajiban antara Pekerja/Buruh dan
Pengusaha
 PERATURAN PEMERINTAH No 36 TH 2021,
MENGATUR TENTANG:
1. Kebijakan pengupahan
2. Penetapan Upah berdasarkan satuan waktu dan/ atau satuan hasil
3. Struktur dan Skala Upah;
4. Upah Minimum;
5. Upah terendah pada usaha mikro dan usaha kecil;
6. Pelindungan Upah;
7. Bentuk dan cara pembayaran Upah;
8. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan Upah;
9. Upah sebagai dasar perhitungan atau pembayaran hak dan kewajiban lainnya;
10. Dewan pengupahan; dan
11. Sanksi administratif.

PP 36 PASAL 1
 RUANG LINGKUP PERATURAN PEMERINTAH No 36 TH 2021.
MELIPUTI:
KEBIJAKAN PENGUPAHAN.
1. PEMERINTAH PUSAT MENETAPKAN KEBIJAKAN PENGUPAHAN SEBAGAI SALAH SATU
UPAYA MEWUJUDKAN HAK PEKERJA/BURUH ATAS PENGHIDUPAN YANG LAYAK BAGI
KEMANUSIAAN.
2. KEBIJAKAN PENGUPAHAN MERUPAKAN PROGRAM STRATEGIS
3. PEMERINTAH DAERAH DALAM MELAKSANAKAN KEBIJAKAN PENGUPAHAN WAJIB
BERPEDOMAN PADA KEBIJAKAN PEMERINTAH PUSAT
4. KEBIJAKAN PENGUPAHAN DITUJUKAN UNTUK PENCAPAIAN PENGHASILAN YANG
MEMENUHI PENGHIDUPAN YANG LAYAK BAGI KEMANUSIAAN
5. PENGHASILAN DIPEROLEH DALAM BENTUK. P
P
A. UPAH. 36
PSL
B. NON UPAH 2
 UPAH PENDAPATAN NON UPAH
● UPAH TANPA TUNJANGAN. ● TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN
● INSENTIF.
● UPAH POKOK & TUNJANGAN.
● BONUS.
● UPAH POKOK DG TUNJANGAN
● UANG PENGGANTI FASILITAS KERJA.
TETAP. ● UANG SERVICE PADA USAHA
● UPAH POKOK DG TUNJANGAN TERTENTU.
TDK TETAP.

PP 36 PASAL 6
K ❶
❷
O UPAH POKOK DAN TUNJANGAN TETAP
M UPAH POKOK MINIMAL 75% DARI UPAH POKOK,TUNJANGAN TETAP & TTT
P UPAH POKOK DARI JUMLAH MINIMAL 75%
UP+ TT.
DARI UP DAN TT
O
N ❹
E % BESARAN UPAH POKOK PADA JABATAN
N ❸ TERTENTU.
DAPAT DIATUR DALAM PERJANJIAN KERJA
JABATAN TERTENTU ADALAH MANAGER
U
PENGATURAN KOMPONEN UPAH KA.BAG. SUPERVISOR.
P
YG DIGUNAKAN DIATUR DALAM
A PP.PKB.PK
H PP.36 PASAL 7
 UPAH BERDASARKAN SATUAN WAKTU DAN/ATAU SATUAN HASIL
UU CK PASAL 88B PP 36 PASAL 14
UPAH BERDASARKAN SATUAN WAKTU
◊ PER JAM ◊ HARIAN ◊ BULANAN

UPAH PER JAM.

○ DIPERUNTUKAN BAGI BURUH/ PEKERJA SECARA PARUH WAKTU.
○ UPAH PER JAM BERDASARKAN
KESEPAKATAN ANTARA PENGUSAHA DAN BURUH/PEKERJA.
○ KESEPAKATAN TDK BOLEH LEBIH RENDAH
DARI HASIL PERHITUNGAN FORMULA
UPAH SEBULAN
UPAH PERJAM =
126
126 ADALAH MEDIAN YANG DITETAPKAN OLEH MENAKER YANG DAPAT BERUBAH TERGANTUNG SITUASI DAN KONDISI
PERHITUNGAN 126 ADALAH 29 JAM /MINGGU X 52 MINGGU . ( 29 JAM ADALAH RATA – RATA PEKERJA PARUH WAKTU SELAMA 1 MINGGU)
12 BULAN
DATA DARI BPS.
PP 36 PASAL 16
 UPAH BERDASARKAN SATUAN WAKTU DAN/ATAU SATUAN HASIL
UU CK PASAL 88B PP 36 PASAL 14
UPAH BERDASARKAN HARIAN
◦ SISTEM 6 HARI KERJA DALAM SEMINGGU UPAH SEBULAN
DIBAGI 25
◦ SISTEM 5 HARI KERJA DALAM SEMINGGU UPAH SEBULAN
DIBAGI 21. PP 36 PASAL 17

UPAH BERDASARKAN SATUAN HASIL

● UPAH SATUAN HASIL BERDASARKAN KESEPAKATAN PEKERJA/BURUH DG PENGUSAHA
● PENETAPAN UPAH SEBULAN DITETAPKAN BERDASARKAN UPAH RATA RATA 12 BULAN
TERAKHIR YG DITERIMA PEKERJA.
● PENGUSAHA TETAP HARUS MENYERTAKAN BPJS SECARA PROPORSIONAL
PP 36PASAL 18
 STRUKTUR DAN SKALA UPAH PP 36 PASAL 20
▪ PENETAPAN UPAH BERDASARKAN SATUAN WAKTU HARUS
BERPEDOMAN PADA STRUKTUR DAN SKALA UPAH.
▪ PENGUSAHA WAJIB MENYUSUN DAN MENETAPKAN STRUKTUR DAN
SKALA UPAH DI PERUSAHAAN DG MEMPERHATIKAN
KEMAMPUAN PERUSAHAAN DAN PRODUKTIVITAS.
▪ STRUKTUR DAN SKALA UPAH WAJIB DIBERITAHUKAN KEPADA
PEKERJA/BURUH SESUAI DENGAN GOLONGAN JABATAN
PEKERJA/BURUH YBS
▪ STRUKTUR DAN SKALA UPAH MENJADI PERSYARATAN UNTUK
PERPANJANGAN PERATURAN PERUSAHAAN DAN PKB.
▪ PIMPINAN PERUSAHAAN MEMBUAT SURAT PERNYATAAN BHW
STRUKTUR DAN SKALA UPAH TELAH DITETAPKAN DI PERUSAHAAN
 RANCANGAN STRUKTUR DAN SKALA UPAH
BERPEDOMAN KEPADA STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN

SKALA UPAH STRUKTUR UPAH

○ GAJI POKOK
● JABATAN ○ TUNJANGAN TETAP
● GOLONGAN JABATAN  TUNJANGAN JABATAN
 TUNJANGAN MASA KERJA
● MASA KERJA  TUNJANGAN PENDIDIKAN
● UPAH TERENDAH ○ TUNJANGAN TIDAK TETAP
 PREMI KEHADIRAN
● UPAH MENENGAH.  FASILITAS MAKAN
● UPAH TERTINGGI  FASILITAS TRANSPORTASI
 BONUS
 INSENTIF
 U P A H M I N I M U M.
U CK PASAL 88D PP 35 BAB V PASAL 23. 24. 25.26 ( 1)

◊ UPAH MINIMUM MERUPAKAN UPAH BULANAN TERENDAH

- UPAH TANPA TUNJANGAN ATAU UPAH POKOK DENGAN TUNJANGAN TETAP.
- MASA KERJA KURANG DARI 1 TAHUN.
- MASA KERJA LEBIH DARI 1 TAHUN BERPEDOMAN PADA STRUKTUR DAN
SKALA UPAH.
◊ PENGUSAHA DILARANG MEMBAYAR LEBIH RENDAH DARI UPAH MINIMUM.
◊ UPAH MINIMUM TERDIRI DARI:
- UPAH MINIMUM PROPINSI.
- U. M. KOTA/KABUPATEN, DITETAPKAN SETELAH UPAH MINIMUM PROPINSI
 U P A H M I N I M U M. (2)
UU CK PASAL 88D PP 35 BAB V PASAL 23. 24. 25.26
◊ UPAH MINIMUM DITETAPKAN BERDASARKAN KONDISI EKONOMI DAN
KETENAGA KERJAAN.
◊ VARIABEL KONDISI EKONOMI DAN KETENAGA KERJAAN ADALAH:
- PARITAS DAYA BELI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI.
- TINGKAT PENYERAPAN TENAGA KERJA
- MEDIAN UPAH.
VARIABEL TERSEBUT DITETAPKAN OLEH BPS
◊ PERHITUNGAN NILAI UMK DILAKUKAN OLEH DEWAN PENGUPAHAN
KOTA/KABUPATEN
◊ UMK UNTUK UMKM DITETAPKAN TERSENDIRI.
◊ PENYESUAIAN UPAM MINIMUM DILAKUKAN SETIAP TAHUN.
◊ TIDAK ADA PENANGGUHAN UPAH.
 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.138, 2021KEMENAKER. Pengupahan. Industri Padat Karya Tertentu. COVID-19.
PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2021 TENTANG
PELAKSANAAN PENGUPAHAN PADA INDUSTRI PADAT
KARYA TERTENTU DALAM MASA PANDEMI CORONA VIRUS
DISEASE 2019 (COVID-19)
 PERMENAKER NO 2 TAHUN 2021
Pasal 2
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan pelindungan dan
mempertahankan kelangsungan bekerja Pekerja/Buruh serta menjaga
kelangsungan usaha pada industri padat karya tertentu selama pemulihan
ekonomi nasional pada masa pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19).
 Pasal 3
• Industri padat karya tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 memiliki kriteria:
• Pekerja/Buruh paling sedikit 200 (dua ratus) orang; dan
• persentase biaya tenaga kerja dalam biaya produksi paling sedikit sebesar 15% (lima belas persen).
• Industri padat karya tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
• industri makanan, minuman, dan tembakau;
• industri tekstil dan pakaian jadi;
• industri kulit dan barang kulit;
• industri alas kaki;
• industri mainan anak; dan
• industri furnitur.

Pasal 5
• Perusahaan yang terdampak pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) merupakan Perusahaan industri padat karya tertentu
yang melakukan pembatasan kegiatan usaha akibat kebijakan pemerintah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan pandemi
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
• Pembatasan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan sebagian atau seluruh Pekerja/Buruh tidak masuk
bekerja dan mempengaruhi kemampuan Perusahaan dalam membayar Upah.
 Pasal 6
Bagi Perusahaan industri padat karya tertentu yang terdampak pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) dapat melakukan penyesuaian besaran dan cara pembayaran Upah Pekerja/Buruh.
Penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kesepakatan antara
Pengusaha dengan Pekerja/Buruh.

Pasal 7
Kesepakatan Pengusaha dan Pekerja/Buruh dilakukan secara musyawarah yang dilandasi kekeluargaan,
transparansi, dan itikad baik.
Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara tertulis dan paling sedikit memuat:
besaran Upah;
cara pembayaran Upah; dan
jangka waktu berlakunya kesepakatan paling lama tanggal 31 Desember 2021.

Pengusaha menyampaikan hasil kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada
Pekerja/Buruh.
 PERLINDUNGAN UPAH ( 1)
PP 36 PASAL 39 SD PASAL 68

• UPAH KERJA LEMBUR

• UPAH PEKERJA BURUH TIDAK MASUK KERJA DAN/ATAU TDK
MELAKUKAN PEKERJAAN DGN ALASAN TERTENTU. (DIATUR
DALAM PP. PKB.)
• PENINJAUAN UPAH (DIATUR DALAM PP PKB)
• PEMBAYARAN UPAH KARENA PAILIT.
• PENYITAAN UPAH BERDASARKAN PERINTAH PENGADILAN.
• HAK PEKERJA /BURUH ATAS KETERANGAN UPAH.
 PERLINDUNGAN UPAH ( 2 )
• BENTUK &CARA PEMBAYARAN UPAH.(DIATUR DI PP.PKB)
• HAL HAL YANG DAPAT DIPERHITUNGKAN DG UPAH ( DIATUR DLM
PP.PKB)
• DENDA ( DIATUR DALAM PP/PKB )
• PEMOTONGAN UPAH ( DIATUR DALAM PP.PKB )
• UPAH SEBAGAI PERHITUNGAN ATAU KEWAJIBAN LAINNYA ( DIATUR
DALA PP.PKB )
 UPAH LEMBUR
PP.35. PASAL 26 SD 29 DAN PP 36 PASAL 39

• WAKTU KERJA LEMBUR 4 JAM. SEHARI DAN 18 JAM SEMINGGU DILUAR ISTIRAHAT MINGGUAN.
• MEMBAYAR UPAH LEMBUR KECUALI UNTUK JABATAN TERTENTU
• APABILA TIDAK DIATUR DALAM PP. PKB. MAKA JABATAN TERTENTU TETAP MENDAPAT UPAH LEMBUR.
• KELEBIHAN JAM KERJA JAM KE 1. 1,5 x UPAH SEJAM,JAM KE 2 DSTNYA 2 x U/JAM
• LIBUR MINGGUAN HARI RAYA RESMI 1 SD 7 JAM 2 x UPJ JAM 8 =3 x UPJ JAM KE 9 DAN SETERUSNYA 4
x UPJ..
• HARI LIBUR PADA HARI PENDEK SD JAM KE 5 . 2x UPJ. KE 6 . 3 x UPJ. JAM KE 7 DSTNYA 4 X UPJ.
• PERHITUNGAN UPAH / JAM ADALAH 1/173 x UPAH SEBULAN.
• UPAH POKOK+ TT DIHITUNG 100%
• THP YG MELEBIHI JUMLAH POKOK DAN TT DIHITUNG 75 %
UPAH PEKERJA BURUH TIDAK MASUK KERJA DAN/ATAU TDK MELAKUKAN PEKERJAAN DGN
ALASAN TERTENTU. PP 36 PASAL 40 SD 47
(DIATUR DALAM PP. PKB.)
PENGUSAHA WAJIB MEMBAYAR UPAH PEKERJA/BURUH
 Berhalangan;
 Melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;
 Menjalankan hak waktu istirahat atau cutinya; atau
 Bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi
Pengusaha tidak mempekerjakannya karena kesalahan
Pengusaha sendiri atau kendala yang seharusnya dapat
dihindari Pengusaha
UPAH PEKERJA BURUH TIDAK MASUK KERJA DAN/ATAU TDK MELAKUKAN PEKERJAAN DGN
ALASAN TERTENTU. (DIATUR DALAM PP. PKB.) ( 1)
PP. 36 PASAL 40 41.42

a. Pekerja/Buruh menikah, dibayar untuk selama 3 (tiga) hari;

b. Menikahkan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;
c. Mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;
d. Membaptiskan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;
e. Istri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk selama 2 (dua)
hari;
f. Suami, istri, orang tua, mertua, anak, dan/ atau menantu meninggal dunia,
dibayar untuk selama 2 (dua) hari; atau anggota keluarga selain yang tinggal
dalam 1 (satu) rumah meninggal dunia, dibayar untuk selama 1 (satu) hari.
PEKERJA/BURUH TIDAK MASUK KERJA KARENA MELAKUKAN KEGIATAN LAIN DILUAR
PEKERJAANNYA. ( 2 )
 menjalankan kewajiban terhadap negara;
 menjalankan kewajiban ibadah yang diperintahkan agamanya;
 melaksanakan tugas Serikat Pekerja/ Serikat Buruh atas persetujuan
Pengusaha dan dapat dibuktikan dengan adanya pemberitahuan
tertulis; atau
 melaksanakan tugas pendidikan dan/atau pelatihan dari Perusahaan.
 Pekerja/Buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;
 Pekerja/Buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan
kedua masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan
 PEKERJA/BURUH TIDAK MASUK KERJA KARENA MELAKUKAN KEGIATAN LAIN DILUAR
PEKERJAANNYA. ( 3 )

• istirahat mingguan;
• cuti tahunan;
• istirahat panjang;
• istirahat sebelum dan sesudah melahirkan; atau
istirahat karena mengalami keguguran kandungan.
PEKERJA/BURUH TIDAK MASUK KERJA KARENA MELAKUKAN KEGIATAN LAIN DILUAR
PEKERJAANNYA.(4 )
PEKERJA SAKIT YANG BERKEPANJANGAN TDK LEBIH DARI 1 TAHUN
– untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus persen) dari
Upah;
– untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima persen) dari
Upah;
– untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh persen) dari
Upah; dan
– untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima persen) dari Upah
sebelum Pemutusan Hubungan Kerja dilakukan oleh Pengusaha.
 PENINJAUAN UPAH
PP 36 PASAL 48

• Pengusaha melakukan peninjauan Upah secara

berkala dengan memperhatikan kemampuan
Perusahaan dan produktivitas.
• Peninjauan Upah sebagaimana dimaksud , diatur
dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama.
 PEMBAYARAN UPAH DALAM KEADAAN PAILIT
PP 36 PASAL 49
• Perusahaan yang dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan, Upah dan hak lainnya yang
belum diterima oleh Pekerja/Buruh merupakan utang yang
didahulukan pembayarannya.
• Upah Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud diatas didahulukan
pembayarannya sebelum pembayaran kepada semua kreditur.
• Hak lainnya dari Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud pada
ketentuan diatas didahulukan pembayarannya atas semua kreditur
kecuali kepada para kreditur pemegang hak jaminan kebendaan.
 PEKERJA / BURUH JATUH PAILIT
PP 36 PASAL 50

Apabila Pekerja/Buruh jatuh pailit, Upah dan segala

pembayaran yang timbul dari Hubungan Kerja tidak termasuk
dalam kepailitan kecuali ditetapkan lain oleh hakim dengan
ketentuan tidak melebihi 25% (dua puluh lima persen) dari
Upah dan segala pembayaran yang timbul dari Hubungan
Kerja yang harus dibayarkan.
 PENYITAAN UPAH BERDASARKAN PERINTAH
PENGADILAN
• Apabila uang yang disediakan oleh Pengusaha untuk
membayar Upah disita oleh juru sita berdasarkan
perintah pengadilan maka penyitaan tersebut tidak
boleh melebihi 20% (dua puluh persen) dari jumlah
Upah yang harus dibayarkan.
 HAK PEKERJA BURUH ATAS KETERANGAN UPAH

PEKERJA / BURUH BERHAK MEMINTA KETERANGAN UPAH KEPADA PERUSAHAAN

• Apabila permintaan keterangan sebagaimana dimaksud tidak
berhasil maka Pekerja/Buruh atau kuasa yang ditunjuk berhak
meminta bantuan kepada Pengawas Ketenagakerjaan.
• Keterangan sebagaimana dimaksud diatas wajib dirahasiakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 BENTUK DAN CARA PEMBAYARAN UPAH
PP. 36. PASAL 53. 54.55.56. ( 1 )
• Upah wajib dibayarkan oleh Pengusaha kepada Pekerja/ Buruh yang
bersangkutan.
• Pengusaha wajib memberikan bukti pembayaran Upah yang memuat
rincian Upah yang diterima oleh Pekerja/Buruh pada saat Upah
dibayarkan.
• Pembayaran Upah oleh Pengusaha dilakukan berdasarkan Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.
• Upah sebagaimana dimaksud dapat dibayarkan kepada pihak ketiga
berdasarkan surat kuasa dari Pekerja/Buruh yang bersangkutan.
 (2)
Pembayaran Upah dilakukan dg mata uang Rupiah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Upah harus dibayarkan seluruhnya pd setiap periode & per
tanggal pembayaran Upah.
Pengusaha wajib membayar Upah pada waktu yang telah
diperjanjikan antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh.
Dalam hal hari atau tanggal yang telah disepakati jatuh pada hari
libur, hari yang diliburkan, atau hari istirahat mingguan,
pelaksanaan pembayaran Upah diatur dalam PK, PP, atau PKB.
Upah dapat dibayarkan dengan cara harian,mingguan, atau
bulanan.
Jangka waktu pembayaran Upah oleh Pengusaha tidak
boleh lebih dari 1 (satu) bulan.
 Pembayaran Upah dilakukan pada tempat yang diatur
dalam P K,PP,P K B.
Dalam tempat pembayaran Upah tidak diatur dalam PK, P P,
atau P K B maka pembayaran Upah dilakukan di tempat
Pekerja/ Buruh bekerja.
 Pembayaran upah bisa melaui Bank atau Tunai
 HAL – HAL YANG DAPAT DIPERHITUNGKAN DENGAN UPAH
PP 36 PASAL 59.60.61.62.63.64.65.

TERDIRI ATAS :
– DENDA
– GANTU RUGI
– PEMOTONGAN UPAH
– UANG MUKA UPAH
– SEWA RUMAH DAN ATAU SEWA BARANG MILIK PERUSAHAAN YG DISEWAKAN OLEH
PENGUSAHA KEPADA PEKEJA .
– UTANG ATAU CICILAN UTANG PEKERJA /BURUH DAN ATAU
– KELEBIHAN PEMBAYARAN UPAH

HAL- HAL YANG DAPAT DIPERHITUNGKAN UPAH SEBAGAIMANA DIMAKSUD

DILAKSALAKAN SESIAU DENGAN PK, PP, ATAU PKB.
 DENDA & GANTI RUGI PP 36 PASAL 59.60 (1)
• PENGUSAHA ATAU PEKERJA/BURUH YANG MELANGGAR KETENTUAN DALAM
PK.PP.PKB KARENA KESENGAJAAN ATAU KALALAIANNYA DIKENAKAN
DENDA APABILA DIATUR SECARA TEGAS DALAM PK,PP, atau PKB.( PP 36
PASAL 59 AYAT 1)
• DENDA KEPADA PENGUSAHA ATAU PEKERJA / BURUH DIMAKSUD DALAM
PASAL 59 DIPERGUNAKAN HANYA UNTUK KEPENTINGAN PEKERJA/BURUH
(PP 36 PASAL 60 )
• DALAM HAL TIDAK DIATUR DIDALAM PK,PP,PKB MAKA PENGENAAN DENDA
MENGACU PADA KETENTUAN YANG BERLAKU DALAM PERATURAN
PEMERINTAH INI.
• BESARAN DENDA DAN PENGGUNAAN UANG DENDA DIATUR DALAM
PK.PP.PKB
 DENDA & GANTI RUGI PP36 PASAL 59.60 (2)
• PEMOTONGAN DILAKUKAN TANPA PERSETUJUAN PEKERJA/BURUH BILA
KELEBIHAN PEMBAYARAN UPAH
• PEMOTONGAN PIHAK KE TIGA HARUS DG SURAT KUASA.
• MAKSIMAL PEMOTONGAN 50% DARI UPAH YANG DITERIMA DIBUAT
KESEPAKATAN DENGAN PEKERJA/BURUH
• PENGUSAHA TERLAMBAT MEMBAYAR UPAH HARI KE 4 SD 8 SEBESAR
5%HARI
• HARI KE 9 DST 1%/HARI LEBIH DARI 1 BULAN MAKSIMAL 50 % LEBIH DARI 1
BULAN MENURUT SUKU TERTINGGI BUNGA BANK PEMERINTAH.
• THR TERLAMBAT DENDA 5% DARI JUMLAH YG HARUS DITERIMA
PEKERJA/BURUH.
 DENDA – GANTI RUGI BISA JUGA BERPEDOMAN PADA
KITAB UNDANG – UNDANG HUKUM PERDATA
• Bisa juga Pengenaan Denda berpedoman kepada Kitab Undang
Undang Hukum Perdata Pasal 1365 Perbuatan melanggar Hukum yang
tertulis. .:
• Tiap Perbuatan yang melanggar Hukum dan membawa kerugian bagi
orang lain Mewajibkan orang yang karena kesalahannya menerbitkan
kerugian itu mengganti kerugian Tersebut.Maka seorang Pekerja
/Buruh yang melakukan Kesalahan/Kelalaian wajib menggantikan
kerugian dari kesalahan /kelalaian nya tersebut sesuai dengan Besar
kerugian ( Secara Proporsional ).
 UPAH SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN ATAU PEMBAYARAN HAK & KEWAJIBAN
LAINNYA. PP. 35PASAL 66.67.68. ( 1 )
• KOMPONEN UPAH YANG DIGUNAKAN SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN
UANG PESANGON DAN UANG PMK TERDIRI ATAS :
– UPAH POKOK
– TUNJ. TETAP YANG DIBERIKAN KEPADA PEKERJA BURUH DAN
KELUARGANYA.
• DALAM HAL PENGUSAHAN MEMBAYARKAN UPAH TANPA TUNJANGAN
MAKA DASAR PERHITUNGAN UANG PESANGON,UPMK, YAITU UPAH TANPA
TUJANGAN.
• DALAM HAL KOMPONEN UPAH YANG DIGUNAKAN YAITU UPAH POKOK
DAN TUNJANGAN TIDAK TETAP MAKA DASAR PERHITUNGAN UANG
PESANGO UPMK YAITU UPAH POKOK
 (2)
UPAH UNTUK PEMBAYARAN UANG PESANGON DAN UPMK SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 66 DIBERIKAN
DENGAN KETENTUAN.:
 DALAM HAL PENGHASILAN PEKERJA/BURUH DIBAYARKAN ATAS DASAR PERHITUNGAN HARIAN, UPAH
SEBULAN SAMA DENGAN 30(TIGA PULUH ) DIKALIKAN UPAH SEHARI;
KONFLIK DAPAT TERJADI KARENA DLM PASAL 17 PEMBAGI UPAH HARIAN ADALAH.:
• 6 ( ENAM ) HARI KERJA DLM SEMINGGU UPAH SEBULAN DIBAGI 25(DUA PULUH LIMA)
• 5 ( LIMA ) HARI KERJA DLM SEMINGGU UPAH SEBULAN DI BAGI 21 ( DUA PULUH SATU)
 DALAM HAL UPAH PEKERJA BURUH DIBAYARKAN ATAS DASAR PERHITUNGAN SATUAN HASIL,
UPAH SEBULAN = PENGHASILAN RATA – RATA DALAM 12 ( DUA BELAS ) BULAN TERAKHIR.
DALAM HAL UPAH SEBULAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DIATAS LEBIH RENDAH DARI
UMK ,UPAH YNG MENJADI DASAR PERHITUNGAN UANG PESANGON,UPMK YAITU
UMK YANG BERLAKU DIMANA PEKERJA/BURUH BEKERJA.
KONFLIK DAPAT TERJADI KARENA DLM
 PASAL 18 AYAT 1 UPAH SATUAN HASIL DG HASIL YG TELAH DISEPAKATI.
 PASAL 18 AYAT 2 PENETAPAN BESARNYA UPAH SEBAGAIMANA DIMAKSUD PD AYAT 1
DILAKUKAN PENGUSAHA BERDASARKAN HASIL KESEPAKATAN PEKERJA/BURUH DENGAN
PENGUSAHA.
 UNTUK MENGHINDARI KONFLIK KEPENTINGAN DIATAS.

• DIATUR DALAM PERJANJIAN KERJA.PERATURAN PERUSAHAAN.

PERJANJIAN KERJA BERSAMA.
• BUAT KLAUSUL YANG JELAS DARI APA YANG TELAH DISEPAKATI KEDUA
BELAH PIHAK,UNTUK MENGHINDARI SALAH PENAFSIRAN.
• HINDARI KEBIASAAN YANG TERUS MENERUS DALAM PEMBERIAN
BERBENTUK MATERIAL NON MATERIAL YG DAPAT MENJADI
KETENTUAN YG TDK TERTULIS ( KARENA UU KETENAGAKERJAAN
KATEGORINYA LEXSPECIALIS LEGI GENERALI )
UPAH SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PP36
PASAL 68

• UPAH UNTUK PERHITUNGAN YANG DIBAYARKAN PADA PAJAK

PENGHASILAN DIHITUNG DARI SELURUH PENGHASILAN YANG
DITERIMA OLEH PEKERJA /BURUH.
• PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DIATAS DAPAT
DIBEBANKAN KEPADA PENGUSAHA ATAU PEKERJA/BURUH YANG
DIATUR DALAM PK.PP.PKB.
• UPAH UNTUK PERHITUNGAN PPh DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN
KETENTUAN PERUNDANG UNDANGAN YANG BERLAKU.
 SANKSI ADMINISTRATIF. PP. 36 PASAL 79.80.81.
( 1)
• PENGUSAHA YANG MELANGGAR PASAL 9 AYAT 1 &2.
• PASAL 13 AYAT (2),PASAL 21 AYAT (1), &(2), DAN ATAU PASAL 53AYAT 2
DIKENAI SANGSI BERUPA :
• TEGURAN TERTULIS
• PEMBATASAN KEGIATAN USAHA
• PENGHENTIAN SEMENTARA SEBAGIAN ATAU SELURUH ALAT
PRODUKSI;
• PEMBEKUAN KEGIATAN USAHA.
 SANKSI ADMINISTRATIF. PP. 36 PASAL 79.80.81
(2)

• PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF SECARA BERTAHAP

• TEGURAN TERTULIS
• PEMBATASAN KEGIATAN USAHA
• PEMBATASAN KEGIATAN PRODUKSI
• PENUNDAAN PEMBERIAN IJIN PROYEK BARU
• PENGENAAN SANGSI ADMINISTRATIF BERDASARKAN PENGADUAN
ATAU TINDAK LANUT PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN,
 KETENTUAN PERALIHAN PP 36 PASAL 82.83.

 UMP DAN UMK TH 2021 YANG TELAH DITETAPKAN GUBERNUR PD TAHUN 2020 TETAP
BERLAKU SD DESEMBER 2021.
 UMP DAN UMK SEKTORAL DITETAPKAN SEBELUM TGL 2 NOV 2020 TETAP BERLAKU
SAMPAI DENGAN UMP DAN UMK SEKTORAL BERAKHIR ATAU UMP DAN UMK DITETAPKAN
LEBIH TINGGI DARI UMP DAN UMK SEKTORAL.
 UMP DAN UMK SEKTORAL YANG DITETAPKAN SETELAH TANGGAL 2 NOV 2020 WAJIB
DICABUT OLEH GUBERNUR SELAMBAT LAMBATNYA 1 TAHUN SEJAK DITETAPKAN.
 GUBERNUR TIDAK BOLEH LAGI MENETAPKAN UPAH SEKTORAL.
 PERUSAHAAN YANG TELAH MEMBERIKAN UPAH LEBIH TINGGI DARI UMK TIDAK BOLEH
MENGURANGI ATAU MENURUNKAN UPAHNYA.
 PELANGGARAN TERSEBUT DIATAS DIKENAKAN SANKSI ADMINISTRATIF.
 KETENTUAN PENUTUP.
PP 36 PASAL 84.85.86

• PP 36 INI BERLAKU MAKA PERATURAN PELAKSANAAN DARI UU

NO 13 TH 2003 YANG MENGATUR PENGUPAHAN DINYATAKAN
MASIH TETAP BERLAKU SEPANJANG TIDAK BERTENTANGAN DG PP
INI.
• PP NOMOR 78 TAHUN 2015 DINYATAKAN DICABUT DAN TIDAK
BERLAKU
• PP 36 BERLAKU SEJAK DIUNDANGKAN PADA TANGGAL 2 FEBRUARI
2021.
 TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT
WAHYU WARSA JAYA
KONSULTAN SPESIALIS KETENAGAKERJAAN
087822407292