OLEH
SAHALA ARITONANG, S.H., AM.PD.
1
INFO
Naskah Akademik Ujian Calon Hakim Ad Hoc PHI disusun
oleh Mahkamah Agung, sedangkan Kemenaker hanya
melakukan seleksi Administrasi saja.
2
PERSIAPAN MENGHADAPI TEST
1. Jaga Kesehatan.
2. Jangan Gugup.
3. Santai, Tenang dan Rilex.
4. Jangan Ambisi, Tapi Tetap Serius.
5. Sementara Waktu Hilangkan Semua Masalah.
6. Sediakan Air Mineral, Kopiko dan Vitacimin
Saat Ujian.
7. Sediakan Obat Sakit Kepala dan Obat Sakit
Perut Saat Ujian.
8. Siapkan kalkulator dan alat tulis seperti Pensil, 3
Materi
ini belum lengkap, dan bukan Naskah
Akademik.
Materi
ini diharapkan dapat memacu kawan-kawan
untuk mendalami lagi ketentuan ketenagakerjaan.
4
Peraturan Perundangan
Yang Perlu di Pelajari
Hal
ini dituangkan pada PENJELASAN Bagian
I.UMUM
6
PP Terbaru Yang Sangat Penting
7
Pasal-Pasal Yang Dihapus Dan Diubah
1. Pasal 13 UU Ketenagakerjaan (Diubah)
2. Pasal 14 UU Ketenagakerjaan (Diubah)
3. Pasal 37 UU Ketenagakerjaan (Diubah)
4. Pasal 42 UU Ketenagakerjaan (Diubah)
5. Pasal 43 UU Ketenagakerjaan (Dihapus)
6. Pasal 44 UU Ketenagakerjaan (Dihapus)
7. Pasal 45 UU Ketenagakerjaan (Diubah)
8. Pasal 46 UU Ketenagakerjaan (Dihapus)
9. Pasal 47 UU Ketenagakerjaan (Diubah)
10. Pasal 48 UU Ketenagakerjaan (Dihapus)
11. Pasal 49 UU Ketenagakerjaan (Diubah)
12. Pasal 56 UU Ketenagakerjaan (Diubah)
13. Pasal 57 UU Ketenagakerjaan (Diubah)
14. Pasal 58 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
15. Pasal 59 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
16. Pasal 61 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
17. Pasal 64 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
18. Pasal 65 UU Ketenagakerjaa (Dihapus) 8
19. Pasal 66 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
20. Pasal 77 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
21. Pasal 78 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
22. Pasal 79 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
23. Pasal 88 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
24. Pasal 89 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
25. Pasal 90 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
26. Pasal 91 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
27. Pasal 92 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
28. Pasal 94 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
29. Pasal 95 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
30. Pasal 96 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
31. Pasal 97 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
32. Pasal 98 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
33. Pasal 151 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
34. Pasal 152 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
35. Pasal 153 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
36. Pasal 154 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
37. Pasal 155 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
38. Pasal 156 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
39. Pasal 157 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
40. Pasal 158 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
9
41. Pasal 159 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
42. Pasal 160 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
43. Pasal 161 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
44. Pasal 162 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
45. Pasal 163 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
46. Pasal 164 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
47. Pasal 165 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
48. Pasal 166 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
48. Pasal 167 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
49. Pasal 168 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
50. Pasal 169 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
51. Pasal 170 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
52. Pasal 171 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
53. Pasal 172 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
54. Pasal 184 UU Ketenagakerjaa (Dihapus)
55. Pasal 185 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
56. Pasal 186 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
57. Pasal 187 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
58. Pasal 188 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
59. Pasal 190 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
10
60. Pasal 191 UU Ketenagakerjaa (Diubah)
Hal-Hal Umum
Dalam UU No. 13 Tahun 2003
Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja
Hubungan Kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan
pekerja/buruh.
Perjanjian Kerja dibuat secara tertulis atau lisan.
Perjanjian Kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu.
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dikenal dengan PKWT atau Kontrak.
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu dikenal dengan PKWTT atau Tetap.
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu tidak dapat mensyaratkan masa percobaan.
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu
yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam
waktu tertentu.
Apabila salah satu pihak mengakhiri Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT), maka pihak yang mengakhiri tersebut diwajibkan membayar ganti 11
rugi sebesar upah pekerja/buruh sampai batas waktu berakhirnya perjanjian
kerja.
Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pekerjaan kepada perusahaan
lainnya yang dikenal dengan Alih Daya.
Perusahaan alih daya harus berbadan hukum dan wajib memenuhi
perijinan berusaha.
Jenis , Sifat atau Kegiatan yang bersentuhan dengan produk tidak boleh
dalam bentuk PKWTT.
PKWT hanya boleh dilakukan maksimal 3 (tiga) tahun, jika lebih berubah
menjadi PKWTT.
Dalam PP No. 35/2021 diubah menjadi 5 (lima) tahun, padahal tidak ada
dalam UU Cipta Kerja.
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu dapat mensyaratkan masa
percobaan kerja paling lama 3 (tiga) bulan.
Perjanjian Kerja tidak berakhir karena meninggalnya pengusaha atau
beralihnya hak atas perusahaan yang disebabkan penjualan, pewarisan atau
hibah.
Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan, maka hak-hak pekerja/buruh
menjadi tanggung jawab pengusaha baru, kecuali ditentukan lain dalam 12
perjanjian pengalihan yang tidak mengurangi hak-hak pekerja/buruh.
Waktu Kerja
7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu
untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu
untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
Komponen Upah
Dalam hal komponen upah terdiri atas upah pokok dan tunjangan tetap,
besarnya upah pokok paling sedikit 75 % dari jumlah upah pokok dan
tunjangan tetap. 13
Hubungan Industrial
Hubungan Industrial dilaksanakan melalui sarana:
Serikat Pekerja/Serikat Buruh
Lembaga Kerja Sama Bipartit
Lembaga Kerja Sama Tripartit
Peraturan Perusahaan
Perjanjian Kerja Bersama
Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan, dan
Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Hal-hal tersebut diatas, supaya dipelajari Pasal 103 s/d 149 UU Ketenagakerjaan.
18
Organisasi Pengusaha
Setiap pengusaha berhak membentuk dan menjadi anggota organisasi
pengusaha.
19
Peraturan Perusahaan
Mempekerjakan minimal 10 orang wajib membuat peraturan perusahaan.
Tidak berlaku jika sudah ada PKB.
PP menjadi tanggung jawab perusahaan.
PP disusun dengan memperhatikan saran dari wakil Pekerja/Buruh.
Apabila sudah ada organisasi SP/SB, maka wakil pekerja/buruh adalah
pengurus SP/SB.
Apabila belum ada SP/SB, maka pekerja/buruh memilih wakilnya..
Penyidikan
Selain penyidik pejabat kepolisian, juga pegawai pengawas
ketenagakerjaan dapat diberi wewenang khusus sebagai PPNS.
Untuk kewenangan PPNS dapat dipelajari Pasal 182 UU 23
Ketenagakerjaan.
Pemutusan Hubungan Kerja
Perlu ditelaah bahwa Pasal 150 s/d Pasal 172 UU Ketenagakerjaan banyak
yang diubah dan atau dihapus dalam UU Cipta Kerja.
24
Pelajari dan Dalami Pasal 156 UU Ketenagakerjaan juncto UU Cipta
Kerja
Jika di PHK:
Uang Pesangon
Catatan:
Pelajari lebih mendalam PP Nomor 35 Tahun 2021, khususnya
mengenai perhitungan pesangon: Buatkan tabelnya mana yang 0,5
kali ketentuan, mana yang 1 kali ketentuan dan mana yang 1,5 kali 25
ketentuan
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL
Pengertian:
5. Perselisihan Hak: Mengenai hak-hak yang belum dibayar atau kurang dibayar.
(Belum di PHK)
6. Perselisihan Kepentingan: Syarat-syarat atau peraturan dalam hubungan kerja
(Belum di PHK)
7. Perselisihan PHK: dipecat atau mengundurkan diri.
8. Perselisihan Antar SP/SB hanya dalam satu perusahaan: Mengenai
keanggotaan, atau yang mewakili pembuatan PKB.
26
Untuk pengertian bahasa hukumnya supaya membuka Pasal 1 UU No. 2 Tahun 2004
tentang PPHI.
Lembaga Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial:
Perundingan Bipartit
Mediasi
Konsiliasi
Arbitrase
Pengadilan Hubungan Industrial
Mahkamah Agung
Catatan:
Tidak Ada Banding ke Tingkat Pengadilan Tinggi
27
Pengertian:
Perundingan Bipartit: Perundingan antara Pekerja/Buruh atau SP/SB
dengan Pengusaha.
Mediasi: Penyelesaian hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah
yang ditengahi Mediator.
Konsiliasi: Penyelesaian hanya dalam satu perusahaan melalui
musyawarah yang ditengahi Konsiliator.
Arbitrase: Melalui kesepakatan tertulis melalui Arbiter.
Pengadilan Hubungan Industrial: adalah Pengadilan Khusus pada
Pengadilan Negeri.
Mahkamah Agung: Hakim Kasasi pada Mahkamah Agung
28
Jangka Waktu:
Perundingan Bipartit: 30 hari kerja sejak dimulainya
perundingan.
Mediasi: 30 hari kerja sejak menerima pelimpahan
perselisihan.
Konsiliasi: 30 hari kerja sejak menerima permintaan
penyelesaian perselisihan.
Arbitrase: 30 hari kerja sejak penandatanganan surat
perjanjian penunjukan arbiter.
Pengadilan Hubungan Industrial: 50 hari kerja sejak sidang
pertama.
Mahkamah Agung: 30 hari kerja sejak tanggal penerimaan
permohonan kasasi.
29
Kewenangan
Perundingan Bipartit:
1. Perselisihan Hak
2. Perselisihan Kepentingan
3. Perselisihan PHK
4. Perselisihan Antar SP/SB hanya dalam satu perusahaan
Mediasi:
1. Perselisihan Hak
2. Perselisihan Kepentingan
3. Perselisihan PHK
4. Perselisihan Antar SP/SB hanya dalam satu perusahaan
Konsiliasi:
1. Perselisihan Kepentingan
30
2. Perselisihan PHK
3. Perselisihan Antar SP/SB hanya dalam satu perusahaan
Arbitrase:
1. Perselisihan Kepentingan
2. Perselisihan Antar SP/SB hanya dalam satu perusahaan
Mahkamah Agung:
1. Perselisihan Hak
2. Perselisihan PHK
Catatan:
31
Untuk Perselisihan Kepentingan dan Perselisihan Antar SP/SB tidak boleh Kasasi,
sehingga inckrah di tingkat Pengadilan Hubungan Industrial (Tingkat Pertama)
Apabila Perundingan Bipartit gagal, maka dicatatkan kepada Dinas
Tenaga Kerja setempat.
Dinas Tenaga Kerja setempat akan memberikan penawaran apakah
diselesaikan dengan Mediator atau Konsiliator.
Apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak memilih
Konsiliator, maka penyelesaian akan dilimpahkan kepada Mediator.
Apabila Perundingan Bipartit atau Mediasi atau Konsiliasi mencapai
kesepakatan, maka dibuatkan Perjanjian Bersama.
Perjanjian Bersama didaftarkan di Pengadilan Hubungan Industrial
setempat.
Pengadilan Hubungan Industrial akan menerbitkan Akta Perjanjian
Bersama.
Akta Perjanjian Bersama memiliki kekuatan hukum tetap dan tidak
dapat diajukan gugatan.
Apabila penyelesaian Mediasi atau Konsiliasi tidak mencapai
kesepakatan atau gagal, maka dapat mengajukan gugatan kepada 32
Pengadilan Hubungan Industrial di tempat pekerja/buruh bekerja.
ARBITRASE
Putusan Arbitrase mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat dan merupakan putusan yang bersifat akhir dan
tetap.
Putusan Arbitrase didaftarkan di PHI pada PN di wilayah
arbiter menetapkan putusan.
Terhadap Putusan Arbiter, dapat diajukan permohonan
pembatalan kepada Mahkamah Agung paling lambat 30 hari
kerja sejak ditetapkannya putusan Arbiter.
33
Pengadilan Hubungan Industrial
Dasar Hukum:
UU No. 2 Tahun 2004 ttg Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial
Pasal 55
Pengadilan Hubungan Industrial merupakan pengadilan khusus yang
berada pada lingkungan peradilan umum.
Pasal 57:
Hukum acara yang berlaku pada Pengadilan Hubungan Industrial adalah
Hukum Acara Perdata pada pengadilan dalam lingkungan Peradilan
Umum, kecuali yang diatur secara khusus dalam undang-undang ini.
Pasal 58:
Dalam proses beracara di PHI tidak dikenakan biaya termasuk biaya 34
eksekusi yang nilai gugatannya di bawah Rp 150 Juta.
Pasal 81: Gugatan diajukan Kepada Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri tempat pekerja/buruh
bekerja.
Pasal 82: Gugatan PHK sebagaimana dimaksud Pasal 159
dan Pasal 171 UU No. 13/2003 dapat diajukan dalam
tenggang waktu 1 (satu) tahun.
Pasal 83: Gugatan wajib melampirkan Risalah dari Mediasi
atau Konsiliasi.
Pasal 87: SP/SB dan Organisasi Pengusaha dapat bertindak
sebagai kuasa hukum untuk beracara di PHI untuk mewakili
anggotanya.
Penjelasan Pasal 87: Yang dimaksud dengan SP/SB meliputi
pengurus pada tingkat perusahaan, tingkat kabupaten/kota,
tingkat propinsi dan pusat baik SP/SB, anggota federasi35
maupun konfederasi.
Pasal 88:
Susunan Majelis Hakim:
1. Hakim Karier sebagai Ketua
Pasal 92:
Sidang sah apabila dilakukan oleh Majelis Hakim sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 88 ayat (1).
36
Pengadilan Hubungan Industrial
berwenang:
Catatan:
Nomor 2 dan 4 tidak boleh Kasasi. Karena inckrah di PHI
atau tingkat pertama.
Berdasarkan SEMA Nomor 3 Tahun 2018 Perkara PHI tidak 37
ada upaya hukum Peninjauan Kembali.
Beberapa Hal Dalam Persidangan
Gugatan yang tidak dilampiri Risalah Penyelesaian, Hakim
wajib mengembalikan gugatan.
39
Pengambilan Putusan
Pasal 100 UU No. 2 Tahun 2004;
Dalam mengambil putusan, Majelis Hakim
mempertimbangkan hukum, perjanjian yang ada, kebiasaan
dan keadilan.
Bandingkan dengan:
40
HAL-HAL PENTING
DALAM HUKUM ACARA PHI
41
Hal-Hal Penting
Dalam SEMA Putusan Kamar PHI
SEMA No. 07 Tahun 2012
Kadaluarsa umum diatur dalam Pasal 96 UU No. 13/2003 selama 2
tahun.
Kadaluarsa khusus diatur dalam Pasal 82 UU No. 2/2004 Jo Pasal 171
UU No. 13 Tahun 2003 .
Agen bukan pekerja karena tidak menerima upah, sedangkan sopir
termasuk lingkup PHI.
Permohonan kasasi diajukan dalam waktu 14 hari kerja, Memori kasasi
diajukan bersama-sama dengan permohonan kasasi.
Pengajuan perlawanan Eksekusi perkara PHI diajukan kepada Pengadilan
Negeri.
Untuk melaksanakan putusan serta merta (uit voerbaar bij vooraad),
Ketua Pengadilan Hubungan Industrial harus mendapat persetujuan
42
Mahkamah Agung.
SEMA No. 04 Tahun 2014
Apabila gugatan tidak dapat diterima (NO), maka gugatan
pertama mengakibatkan daluwarsa tercegah, oleh karenanya
tenggang waktu daluwarsa dihitunt sejak gugatan pertama
berkekuatan hukum tetap.
43
SEMA No. 4 Tahun 2016
PHI berwenang mengadili PHK dengan perwakilan negara asing, oleh karenanya
perjanjian kerja harus sesuai dengan UU No. 13 Tahun 2003.
44
SEMA No. 5 Tahun 2021
Apabila sudah mendapat hak pensiun, tapi melanjutkan
pekerjaan di perusahaan yang sama, jika di PHK berhak atas
uang penghargaan masa kerja sejak dipekerjakan kembali.
Gugatan PHI yang diajukan sebelum keluar PP dari UU Cipta
kerja, maka berlaku ketentuan UU No. 13 Tahun 2003.
Catatan :
1. Jika lancar maka persidangan selama 10 kali sidang
2. Satu kali sidang berselang selama satu minggu. 46
3. Berart persidangan saja selama 10 minggu.
PUTUSAN SELA
Apabila ada Eksepsi Kewenangan Mengadili, maka wajib
terlebih dahulu menjatuhkan Putusan Sela.
Kewenangan mengadili ada dua jenis, yaitu Kewenangan
Absolut dan Kewenangan Relatif.
Apabila Eksepsi sudah memasuki pokok perkara, maka akan
diputus bersama-sama dengan putusan akhir.
Sehingga yang dapat dieksepsi hanya mengenai kewenangan
mengadili saja untuk dijatuhkan Putusan Sela.
Apabila ada Eksepsi kewenangan, namun hakim tidak
menjatuhkan Putusan Sela, maka putusan tersebut dapat
dibatalkan.
47
Kewenangan Absolut:
48
Kewenangan Relatif
1. Putusan Kabul
2. Putusan Tolak
3. Putusan Gugur
4. Putusan Verstek
5. Putusan Verzet Kabul
6. Putusan Verzet Tolak
7. Putusan Kewenangan Absolut (eksepsi kabul)
8. Putusan Kewenangan Absolut (eksepsi tolak)
9. Putusan Kewenangan Absolut Karena Jabatannya
10. Putusan Kewenanga Relatif (kabul)
11. Putusan Kewenanga Relatif (tolak) 50
Putusan Tolak
1. Menolak Gugatan Untuk Seluruhnya.
2. Tidak Dapat Diterima (Niet Ontvankelijke
Verklaard)
51
Urutan Putusan Pengadilan
Judul dan Nomor Putusan
Irah-Irah
Identitas Para Pihak
Tentang Duduk Perkara
- Surat Gugatan Penggugat
- Hakim mengupayakan perdamaian
- Surat Jawaban Tergugat
Tentang Pertimbangan Hukum
- Pasal 163 HIR/283 RBg: Kewajiban membuktikan
- Daftar Alat Bukti Penggugat dan Tergugat
- Keterangan Saksi dan Ahli
Pendapat Hukum Majelis Hakim
Amar Putusan
52
Penutup Putusan
Tanda tangan Majelis Hakim dan Panitera Pengganti
Hal-Hal Lain
Untuk hal-hal yang belum dituangkan dalam materi ini supaya dipelajari Hukum
Acara Perdata maupun ketentuan peraturan perundang-undangan terkait
ketenagakerjaan dan Pengadilan Hubungan Industrial, seperti:
Apa yang dimaksud Dwangsoom
Apa yang dimaksud dengan Putusan Serta Merta
Bagaimana cara panggilan siding jika pindah atau Alamat tidak dikenal.
Pelajari Tata Letak Ruang Sidang.
53
SEMOGA BERMANFAAT
TIDAK ADA GADING YANG TIDAK RETAK
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH
54