Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja) telah
mengubah puluhan UU, salah satunya UU No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Ada beberapa perubahan signifikan dalam norma
ketenagakerjaan, diantaranya aturan PKWT, alih daya, penggunaan TKA,
mekanisme PHK, hingga sanksi administratif dan pidana.
“Ketentuan mengenai perizinan berusaha ini diatur lebih lanjut dalam PP No.5
Tahun 2021 dan Permenaker No.6 Tahun 2021,” kata Desy dalam diskusi
secara daring bertema “Aspek Ketenagakerjaan Pasca Berlakunya UU Cipta
Kerja” yang diselenggarakan Hukumonline dan Justika.com, Jumat (7/5/2021).
(Baca Juga: Ini Bedanya Outsourcing di UU Ketenagakerjaan dan UU Cipta
Kerja)
Keenam, waktu kerja, waktu istirahat, dan cuti. Menurut Desy perubahan yang
paling signifikan dalam UU Cipta Kerja yakni jam kerja lembur yang tadinya
dilakukan paling banyak 3 jam dalam 1 hari dan 14 jam dalam 1 minggu
menjadi 4 jam per hari dan 18 jam per minggu. UU Cipta Kerja tidak mengatur
soal waktu istirahat panjang dan diserahkan pengaturannya dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
Ketujuh, upah. UU Cipta Kerja masih mengatur upah minimum provinsi dan
upah minimum kabupaten/kota, tapi menghapus upah minimum sektoral. UU
Cipta Kerja juga mengatur upah minimum untuk usaha mikro dan kecil
ditetapkan berdasarkan kesepakatan pengusaha dan pekerja. Soal struktur dan
skala upah, UU Cipta Kerja mengatur pengusaha wajib menyusun struktur dan
skala upah di perusahaan dan melakukan peninjauan upah secara berkala
dengan memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas.
Sebelumnya UU Ketenagakerjaan mengatur pengusaha menyusun struktur dan
skala upah dengan memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan,
dan kompetensi dan melakukan peninjauan upah secara berkala dengan
memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas.
UU Cipta Kerja juga mengatur alasan baru yang dapat digunakan untuk
melakukan PHK yaitu penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). “PHK
dapat terjadi karena alasan perusahaan dalam keadaan PKPU. Besaran
kompensasi pesangon yang diterima pekerja dalam UU Cipta Kerja juga
mengalami perubahan.”
Kantor Kita
1886
Omnibus Law : Pasal Apa saja yang Diubah dari UU Ketenagakerjaan? – HRD ajaknya
sudah paham dengan beberapa perubahan pasal ketenagakerjaan yang dibahas dalam
Omnibus Law. Pasal tentang lembur, upah sampai jaminan sosial ada beberapa perubahan.
Namun pastinya perusahaan akan menyesuaikan perubahan ini sehingga sistem aplikasi
kantor juga ikut menyesuaikan.
Omnibus law atau UU Cipta Kerja, salah satu topik yang cukup hangat di tahun 2020 awal
sampai akhir. Banyak pro kontra dari dibuatnya UU Cipta Kerja, walau akhirnya pada bulan
November 2020 akhirnya Undang-Undang ini sudah resmi di tanda tangani oleh Presiden.
UU Cipta Kerja ini berkaitan dengan UU Ketenagakerjaan, beberapa pasal diubah, ditambah
bahkan dihapus. Padahal sebelumnya UU Ketenagakerjaanlah yang digunakan sebagai satu
dasar untuk mengatur sistem kerja seluruh Indonesia.
Apa saja sih perbedaan UU ketenagakerjaan dan UU Cipta Kerja ini? Apakah sangat
berpengaruh sampai menimbulkan keriuhan dalam proses pembuatanya?
1. Durasi Kerja
2. Lembur
3. Upah Minimum
4. Kompensasi
Menurut RUU Cipta Kerja Bab 1 Pasal 3, menuliskan bahwa Undang-Undang Cipta kerja ini
dibuat dengan tujuan :
Soal waktu kerja ini, perubahan yang diberikan tidak cukup banyak, namun memiliki arti
yang penting.
1. 7 jam satu hari dan 40 puluh jam 1 minggu, 6 hari kerja dalam satu minggu atau; 8 jam satu
hari dan 40 jam satu minggu untuk 5 hari kerja dalam satu minggu.
2. (1) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku bagi sektor
usaha atau pekerjaan tertentu. Ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau
pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 diatur dengan Keputusan Menteri.
Sedangkan dalam UU Cipta Kerja ( Pasal 77) menuliskan ayat 2 dan 3 sama, hanya saja ayat
4 diubah dengan
Ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Waktu Kerja pada Sektor Usaha atau Pekerjaan Tertentu, diatur sebagai berikut:
Perusahaan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentuyang menerapkan waktu kerja kurang
dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai karakteristik:
1. penyelesaian pekerjaan kurang dari 7 jam 1 hari dan kurang dari 35 jam 1 minggu;
2. waktu kerja fleksibel; atau
3. pekerjaan dapat dilakukan di luar lokasi kerja.
2. Jam Lembur
Mengenai lembur ini ada perubahan cukup jelas dalam peraturan jam lembur, perubahan
seperti berikut
Dengan perubahan waktu lembur tersebut, Perusahaan bisa mengikuti peraturan yang baru
dimana waktu lembur karyawan bisa satu jam lebih panjang.
UU Cipta Kerja ini juga menuliskan cara penghitungan upah lembur untuk karyawan.
Penghitungan upah lembur sebagai berikut:
Sedangkan jika lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan atau hari libur resmi (untuk 6
hari kerja), penghitungan lembur sbb:
1. Jam pertama sampai dengan jam ketujuh, dibayar dua kali upah sejam;
2. Jam kedelapan, dibayar 3 kali upah sejam
3. Jam kesembilan, kesepuluh dan kesebelas dibayar 4 kali upah sejam.
Omnibus Law : Pasal Apa
saja yang Diubah dari UU Ketenagakerjaan?
jika lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan atau hari libur resmi (untuk 5 hari kerja),
penghitungan lembur sbb:
Dengan peraturan waktu lembur dan upah lembur ini, Perusahaan diharapkan bisa
menyesuaikan dengan baik.
Untuk masalah absen lembur dan penggajian ini, Perusahaan bisa menghitung upah lembur
pekerja menggunakan aplikasi absensi dan payroll online, dimana ada fitur absensi karyawan
untuk penghitungan lembur secara otomatis, sesuai waktunya, sehingga setiap karyawan yang
lembur bisa otomatis terlihat dan terhitung upahnya dengan mudah.
HRD tidak perlu menghitung satu persatu karena dengan aplikasi absensi dan payroll ini
urusan absensi dan penggajian akan lebih ringkas dan cepat.
Salah satu aplikasi absensi online yang cukup populer adalah Kantor Kita, selesaikan masalah
gaji dan absensi dengan cepat.
3. Pemberian Kompensasi
4. Upah Minimum
ini adalah salah satu pasal yang cukup disorot, memang ada beberapa perubahan antara UU
Ketenagakerjaan dengan UU Cipta Kerja.
Sedangkan upah minimum berdasarkan UU Cipta Kerja, diatur di pasal 88C menuliskan
bahwa pengupahan karyawan menggunakan upah minimum provinsi dan UMK. Dimana
UPM ini diarahkan kepada kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan. Pun UMK harus lebih
tinggi daripada UMP. Upah minimun sektoral juga dihapuskan dalam UU Cipta Kerja ini.
Untuk penangguhan pembayaran seperti pasal 90 di tiadakan dalam UU Cipta Kerja.
Pasal 89 dan 90 dalam UU Ketenagakerjaan juga dihapus dan diganti dengan pasal 88C, dan
ada penyisipan pada pasal 90 menjadi 90B yang menuliskan pengecualian upah minimum
untuk usaha mikro kecil.
Kesimpulan
Ada beberapa perubahan yang cukup berpengaruh terhadap peraturan Perusahaan untuk
pekerja/buruh, perubahan-perubahan ini tertulis dalam UU Cipta Kerja, diluar kontroversinya
yang cukup besar di Indonesia, pastinya masyarakat berharap perubahan ini tetap
memberikan keadilan kepada seluruh pekerjan di Indonesia.
Secara garis besar, perubahan UU Ketenagakerjaan dan Omnibus Law, kita sajikan dalam
tabel berikut ini
Mudahkan urusan administrasi karyawan dengan aplikasi absensi online, Kantor Kita. Siap
membantu Anda mengurus absensi dan payroll dengan mudah. Dapatkan masa trial 15 hari,
untuk pengguna pertama dan nikmati pengalaman absensi yang menyenangkan.